Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Tukak Duodenum
Tukak Duodenum
1. DEFINISI
Seperti telah disinggung di atas bahwa etiologi TD yang telah diketahui sebagai faktor
agresif yang merusak pertahanan mukosa adalah HP, obat anti inflamasi non-steroid,
asam lambung/pepsih dan faktor-faktor Iingkungan serta kelainan satu atau beberapa
faktor pertahanan yang berpengaruh pada kejadian TD.
Faktor-faktor Agresif . Helicobacter pylori, HP adalah bakteri gram negatif yang dapat
hidup dafam suasana asam dalam Iambung/ duodenum (antrum, korpus dan bulbus),
berbentuk kurva/S-shaped dengan ukuran panjang sekitar 3 um dan diameter 0,5 pm,
mempunyai satu atau lebih fiagei pada salah satu ujungnya. Bakteri ini ditularkan secara
feko-oral atau oral-oral. Di dalam .lambung terutama terkonsentrasi dalam antrum,
bakteri ini berada pada .iapisan mukus pada permukaan epitei yang sewaktu-waktu dapat
menembus sel-sel epiteI/antar epitel.
Bila terjadi infeksi HP, maka bakteri ini akan melekat pada permukaan epitel dengan
bantuan adhesin sehingga dapat lebih efektif merusak mukosa dengan melepaskan
sejumiah zat sehingga terjadi gastritis akut yang dapat berianjut menjadi gastritis kronik
aktif atau duodentitis kronik aktif. Untuk terjadi kelainan selanjutnya yang iebih berat
seperti tukak atau kanker iambung ditentukan oleh virulensi HP dan faktor-faktor iain,
baik dari host sendiri, maupun adanya gangguan fisiologis lambung/ duodenum.
Walaupun infeksi HP mempunyai prevalensi yang tinggi. di mana lebih dari 50%
penduduk dunia dikatakan terinfeksi, terutama masyarakat dengan tingkat kesehatan
iingkungan yang rendah, namun hanya sebagian kecil. yang menunjukkan gejaia kiinik
yang lebih berat seperti TP (TDJL), kanker iambung atau MALT limfoma.
Apabila terjadi infeksi HP, host akan memberi respons untuk mengeliminasi/
memusnahkan bakteri ini melalui mobilisasi sel-sel PMN/ limfosit yang menginfiltrasi
mukosa secara intensif dengan mengeiuarkan bermacam macam mediator infiamasi atau
sitokin, seperti interleukin 8, gamma interferon aifa, tumor nekrosis faktor dan lain-lain,
yang bersama-sama dengan reaksi imun yang timbul justru akan menyebabkan kerusakan
sel-sel epitel gastroduodenal yang lebih parah namun tidak berhasil mengeliminasi
bakteri dan infeksi menjadi kronik.
Seperti diketahui bahwa seteiah HP berkoloni secara stabil terutama dalam antrum, maka
bakteri ini‘akan mengeluarkan bermacam-macam sitotoksin yang secara langsung dapat
merusak epitei mukosa gastroduodenal, seperti vacuoiating cytotoxin (Vac A gen) yang
menyebabkan vakuoiisasi sel-sei epitei, cytotoxin associated gen A [CagA gen}. Di
samping itu, HP juga melepaskan bermacam-macam enzim yang dapat merusak sel-sel
epitel, seperti urease, protease, lipase dan fosfolipase. Sitotoksin dan enzim-enzim ini
paling bertanggung-jawab terhadap kerusakan sel-sei epitei. CagA gen merupakan
petanda virulensi HP dan hampir seialu ditemukan pada TP.
Urease memecahkan urea daiam lambung menjadi amonia yang toksik terhadap sei-sel
epitel, sedangkan protease dan fosfoiipase A2 menekan sekresi mukus menyebabkan
daya tahan mukosa menurun, merusak lapisan yang kaya lipid pada apikal sei epitei dan
melaiui kerusakan sel sel ini, asam lambung berdifusi balik menyebabkan nekrosis yang
Iebih luas sehingga terbentuk tukak peptik.
Asam Iambung yang tinggi dalam duodenum menimbulkan gastrik metaplasia yang dapat
merupakan tempat hidup H.pylori dan sekaligus dapat memproduksi asam sehingga lebih
menambah keasaman dalam duodenum. Keasaman yang tinggi akan menekan produksi
mukus dan bikarbonat, menyebabkan daya tahan mukosa lebih menurun dan
mempermudah terbentuknya tukak duodenum.
Defek/inflamasi pada mukosa yang terjadi pada infeksi HP atau akibat OAINS akan
memudahkan difusi batik asam/pepsin ke dalam mukosa/jaringan sehingga memperberat
kerusakan jaringan. Pada patogenesis TD, maka asam lambung yang berlebihan
merupakan faktor utama terjadinya tukak sedangkan faktor Iainnya merupakan faktor
pencetus
Obat anti inflamasi non-steroid (GAINS). Obat antiinflamasi non-steroid (OAINS) dan
asam asetil saHsHat (acethyi salcylic acid=ASA) merupakan salah satu obat yang paiing
sering digunakan dalam berbagai keperluan, seperti anti piretik. anti inflamasi, analgetik,
antitrombotik dan kemoprevensi kanker kolorektal. Pemakaian GAINS/ASA secara
kronik dan reguter dapat menyebabkan terjadinya risiko perdarahan gastrointestinai 3 kaii
lipat dibanding yang bukan pemakai. Pada usia lanjut, penggunaan GAINS/ASA dapat
meningkatkan angka kematian akibat terjadinya komplikasi berupa perdarahan atau
perforasi dari tukak.
Beberapa faktor risiko yang memudahkan terjadinya TD/ tukak peptik pada penggunaan
OAINS adalah:
umur tua (>60 tahun)
dispepsia kronik
Penting untuk diketahui bahwa tukak peptik yang terjadi pada penggunaan OAINS,
sering tidak bergejala dan baru dapat diketahui setelah terjadi komplikasi seperti
perdarahan atau perforasi saluran cerna.
Beberapa faktor lingkungan atau penyakit Iain yang dapat merupakan faktor risiko
terjadinya tukak duodenum, yaitu merokok (tembakau, sigaret) meningkatkan kerentanan
terhadap infeksi HP dengan menurunkan faktor pertahanan dan menciptakan miliu yang
sesuai untuk HP. faktor stres, malnutrisi, makanan tinggi garam, defisiensi vitamin.
beberapa penyakit tertentu di mana prevalensi tukak duodenum meningkat seperti
sindrom ZoHinger Bison, mastositosis sistemik, penyakit Chron dan hiperparatiroidisme.
Faktor genetik.
Apabila terjadi gangguan satu atau beberapa dari faktor pertahanan mukosa, maka daya
tahan mukosa akan menurun sehingga mudah dirusak oleh faktor agresif yang
menyebabkan terjadinya TD/T P.
Ada 3 faktor pertahanan yang berfungsi memelihara daya tahan mukosa gastroduodenal.
yaitu :
mukus dan bikarbonat yang berguna untuk menahan pengaruh asam lambung/
pepsin.
Mucoid cap, yaitu suatu struktur yang terdiri dari mukus dan fibrin, yang
terbentuk sebagai respons terhadap rangsangan inflamasi.
kecepatan perbaikan mukosa yang rusak, di mana terjadi migrasi sel-sei yang
sehat ke daerah yang rusak untuk perbaikan
c. Faktor subepitel
3. GAMBARAN KUNIS
Gambaran klinik TD sebagal salah satu bentuk dispepsia organik adalah sindrom
dispepsia, berupa nyeri dan atau rasa tidak nyaman (discomfort) pada epigastrium.
Nyeri epigastrium merupakan gejala yang paling dominan, walaupun sensitifitas dan
spesifitasnya sebagai marker adanya ulserasi mukosa rendah.
Nyeri seperti rasa terbakar, nyeri rasa lapar, rasa sakit/tidak nyaman yang mengganggu
dan tidak terlokalisasi: biasanya terjadi setelah 90 menit -3 jam post prandial dan nyeri
dapat berkurang sementara sesudah makan, minum susu atau minum antasida. Hal ini
menunjukkan adanya peranan asam lambung/pepsln dalam patogenesis TD.
Nyeri yang spesifik pada 75% pasien TD adalah nyeri yang timbul dini hari, antara
tengah malam danjam 3 dlni harl yang dapat membangunkan pasien.
Pada TD, nyeri yang muncul tiba-tiba dan menjalar ke punggung perlu diwaspadai
adanya penetrasl tukak ke pankreas, sedangkan nyeri yang muncul dan menetap
mengenai seluruh perut perlu dlcurigai suatu perforasi
Pada TP umumnya, apabila gejala mual dan muntah timbul secara perlahan tetapi
menetap, maka kemungkinan terjadi komplikasi obstruksi pada outlet. .
Pada dispepsia kronik, sebagai pedoman untuk membedakan antara dispepsia fungslonal
dan dispepsia organlk seperti TD, yaitu pada TD dapat ditemukan gejala peringatan
(alarm symptom) antara lain berupa umur >45-50 tahun keluhan muncul pertama kali
adanya perdarahan hematemesis/melena BB menurun >10% anoreksia/rasa cepat
kenyang riwayat tukak peptik sebelumnya muntah yang persisten anemia yang tidak
diketahui sebabnya
Pemeriksaan fisis. Tidak banyak tanda flsik yang dapat ditemukan selain kemungkinan
adanya nyeri palpasl epigastrium, kecuali blla sudah terjadi komplikasi.
4. TATALAKSANA
Penggunaan Obat-batan
TD akibat H.pylori. Untuk mencapai tujuan terapi, maka eradikasi HP merupakan tujuan
utama. Walaupun antibiotik mungkin cukup ‘untuk terapi TD dengan ditemukan HP,
namun kombinasi dengan Penghambat pompa proton (PPI) dengan jehis antibiotik (Triple
therapy) merupakan cara terapi terbaik. Kombinasi tersebut adalah
Jenis-jenis preparat dan kemasan PPI yang ada: Omeprazol 20mg, rabeprazol 10mg,
pantoprazol 40mg, ianzoprazoi 30mg dan esomeprazol 20/40mg.
TD akibat OAINS. Penggunaan OAINS terutama yang memblokir kerja COX-1 akan
meningkatkan keiainan struktural gastroduodenai. Oieh karena itu penggunaan OAINS
pada pasien-pasien dengan kelainan muskuioskeletal yang lama harus disertai dengan
obatobat yang dapat menekan produksi asam iambung seperti reseptor antagonis H2
(HZRA) atau PPI dan diupayakan pH iambung di atas 4 atau dengan menggunakan obat
sintetik prostaglandin (misoprostol 200 ug/hari) sebagai sitoprotektif apabiia penggunaan
OAINS tidak dapat dihentikan. Pencegahan/meminimaikan efek samping OAIN, yaitu
jika mungkin menghentikan pemakaian OAINS, waiaupun biasanya tidak memungkinkan
pada penyakit artritis seperti osteoartritis (0A), Rematoid artritis (RA). Penggunaan
preparat OAINS (prodrug. OAINS terikat pada bahan lain seperti Nitrit Oxide (NO)
pemberian obat spesifik COX-2 inhibitor walaupun hai ini tidak 100% mencegah efek
samping pada gastroduodenal pemberian obat secara bersamaan dengan pemberian
OAINS seperti HZRA, PPI atau prostaglandin TD non-HP non-GAINS. Pada TD yang
hanya disebbabkan oleh peningkatan asam .lambung, maka terapi dilakukan dengan
memberikan obat yang dapat menetralisir asam lambung dalam lumen atau obat yang
menekan produksi asam lambung dan yang terbaik adalah PP].
Antasida. Obat ini dapat menyembuhakan tukak namun dosis biasanya lebih tinggi dan
digunakan dalam jangka waktu lebih lama dan lebih sering (tujuh kali sehari dengan
dosis total 1008 mEq/hari) dengan komplikasi diare yang mungkin terjadi. Dari penelitian
lain dimana antasida sebagai obat untuk menetral'isir asam, cukup diberikan 120-240
mEq/hari dalam dosis terbagi.
Proton Pump Inhibitor (PPI). Merupakan obat pilihan untuk PTP, diberikan sekali sehari
sebelum sarapan pagi ataujika perlu 2 kali sehari sebelum makan pagi dan makan malam,
selama 4 minggu dengan tingkat penyembuhan di atas 90%. Chat lain seperti sukralfat
2x2 gr sehari, atau 4xlgr sehari berfungsi menutup permukaan tukak sehingga
menghindari iritasi/pengaruh asam-pepsin dan garam empedu; dan di samping itu
mempunyai efek tropik.
Diet walaupun tidak diperoleh bukti yang kuat terhadap berbagai bentuk diet yang
dipakai pada masa lalu, namun pemberian diet yang mudah cerna khususnya pada tukak
yang aktif perlu dilakukan. Makan dalam jumlah sedikit dan lebih sering, lebih baik
daripada makan yang sekaligus kenyang. Mengurangi makanan yang merangsang
pengeluaran asam Iambung/ pepsin, makanan yang merangsang timbulnya nyeri dan zat-
zat |ain yang dapat mengganggu pertahanan mukosa gastroduodenal.