Sie sind auf Seite 1von 14

TEKTONIK LEMPENG

OLEH :

DWIKY ADIMAS DEWANTORO

072.15.029

TEKNIK GEOLOGI

FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI

UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta hidayah-
Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan sesuai rencana yang ditentukan.
Makalah ini disusun sesuai dengan materi yang ada sehingga mudah untuk dipelajari
oleh para pembaca.Tersusunya makalah ini juga berfungsi untuk memenuhi nilai
tugas Tektonika.

Makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu penyusun selalu
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Mudah-mudahan makalah
ini bermanfaat bagi para pembaca. Atas kritik dan saran saya ucapkan terima
kasih.

Jakarta, Oktober 2017

Penulis
BAB I

Pendahuluan

I.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang berada di dua lempeng besar dunia yaitu
lempeng Eurasia, lempeng Pasifik dan lempeng India-Australia. Ketiga lempeng ini
juga memiliki batas lempeng yang dekat dengan Indonesia yaitu di sebelah barat
Sumatera sampai sebelah selatan Nusa Tenggara Tmur sementara lempeng Pasifik
dan lempeng India-Australia berbatasan di utara Papua. Hal ini dapat dibuktikan
dengan adanya zona subduksi sebagai tanda batas lempeng pada daerah tersebut.

Peristiwa-peristiwa alam seperti gempabumi, tsunami, dan letusan gunung


berapi merupakan serangkaian peristiwa yang di akibatkan oleh aktivitas tektonik
yang terjadi di bumi. Masih kita ingat, gempa besar yang terjadi di beberapa kota di
Indonesia, mayoritas dari gempa tersebut terjadi akibat aktivitas tektonk lempeng.
Hal ini sendiri dikarenakan Indonesia terletak pada jalur pertemuan lempeng.

Menurut teori Lempeng Tektonik, lapisan terluar bumi kita terbuat dari suatu
lempengan tipis dan keras yang masing-masing saling bergerak relatif terhadap yang
lain. Gerakan ini terjadi secara terus-menerus sejak bumi ini tercipta hingga sekarang.
Teori Lempeng Tektonik muncul sejak tahun 1960-an, dan hingga kini teori ini telah
berhasil menjelaskan berbagai peristiwa geologis, seperti gempa bumi, tsunami, dan
meletusnya gunung berapi, juga tentang bagaimana terbentuknya gunung, benua, dan
samudra.

Lempeng tektonik terbentuk oleh kerak benua (continental crust) ataupun


kerak samudra (oceanic crust), dan lapisan batuan teratas dari mantel bumi (earth’s
mantle). Kerak benua dan kerak samudra, beserta lapisan teratas mantel ini
dinamakan litosfer. Kepadatan material pada kerak samudra lebih tinggi dibanding
kepadatan pada kerak benua. Demikian pula, elemen-elemen zat pada kerak samudra
(mafik) lebih berat dibanding elemen-elemen pada kerak benua (felsik).

Di bawah litosfer terdapat lapisan batuan cair yang dinamakan astenosfer.


Karena suhu dan tekanan di lapisan astenosfer ini sangat tinggi, batu-batuan di
lapisan ini bergerak mengalir seperti cairan (fluid). Litosfer terpecah ke dalam
beberapa lempeng tektonik yang saling bersinggungan satu dengan lainnya.
I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diangkat beberapa rumusan masalah sebagai
berikut.

1) Apa yang dimaksud dengan Tektonik Lempeng?

2) Bagaimana sejarah perkembangan teori tektonik lempeng?

3) Apa sajakah teori yang menjelaskan tektonik lempeng?

4) Apa saja bukti dari pergerakan lempeng?

5) Bagaimana dampak pergerakan lempeng yang terjadi di Indonesia?

I.3 Maksud dan Tujuan

Tujuan diadakannya penyusunan makalah ini antara lain yaitu, untuk


mengetahui lempeng-lempeng tektonik yang ada di bumi, proses pergerakannya dan
akibat-akibat yang ditumbulkan dari proses pergerakan lempeng tektonik tersebut.
BAB II

PEMBAHASAN
Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang pengertian tektonik
lempeng, perkembangan teori tektonik lempeng (dari teori pertama sampai sekarang),
bukti-bukti-bukti terjadinya pergerakan lempeng, serta dampak adanya pergerakan
lempeng di Indonesia. Berikut pembahasan yang penulis paparkan.

A) Pengertian Tektonik Lempeng

“Kata tektonik dipakai untuk menyatakan segala sesuatu yang


berhubungan dengan perubahan kedudukan dan bentuk lapisan-lapisan
batuan. Kedudukan lapisan-lapisan batuan mengalami berbagai macam
perubahan karena gaya-gaya yang bekerja di dalam kulit bumi” (Bambang
dkk, 1977: 105). Sementara itu menurut Djauhari (2014: 121) teori yang
menjelaskan mengenai bumi yang dinamis (mobile) dikenal dengan teori
tektonik lempeng. Dapat disimpulkan bahwa tektonik merupakan peristiwa
pergerakan lapisan kerak bumi.

Sementara itu lempeng merupakan kerak bumi dan dibagi menjadi dua
yaitu lempeng samudra yang sifatnya lebih lunak dan lempeng benua yang
sifatnya lebih keras dari pada lempeng samudra. Lempeng
merupakan object yang bergerak dan di gerakan oleh tenaga konveksi dari
dalam bumi. Dapat disimpulkan bahwa tektonik lempeng merupakan
pergerekan lempeng bumi dikarenakan arus konveksi di dalam mantel bumi
dan terjadi secara terus menerus.

B) Perkembangan Teori Tektonik Lempeng

Menurut Djauhari (2014: 121), sudah sejak lama para ahli kebumian
mengetahui bahwa daratan-daratan yang ada di muka bumi ini sebenarnya
tidaklah tetap di tempatnya, tetapi secara berlahan daratan-daratan tersebut
bermigrasi di sepanjang bola bumi.
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, geolog berasumsi bahwa
kenampakan-kenampakan utama bumi berkedudukan tetap. Kebanyakan
kenampakan geologis seperti pegunungan bisa dijelaskan dengan pergerakan
vertikal kerak seperti dijelaskan dalam teori geosinklin. Sejak tahun 1596,
telah diamati bahwa pantai Samudra Atlantik yang berhadap-hadapan antara
benua Afrika dan Eropa dengan Amerika Utara dan Amerika Selatan memiliki
kemiripan bentuk dan nampaknya pernah menjadi satu. Ketepatan ini akan
semakin jelas jika kita melihat tepi-tepi dari paparan benua di sana. Sejak saat
itu banyak teori telah dikemukakan untuk menjelaskan hal ini, tetapi
semuanya menemui jalan buntu karena asumsi bahwa bumi adalah
sepenuhnya padat menyulitkan penemuan penjelasan yang sesuai.

Kemudian Alferd Wegener (1915) memperkenalkan hipotesis pertama


tentang benua yang bersifat mobile, hipotesis ini beliau perkenalkan dengan
nama hipotesis pengapungan benua (continental drift) yang juga terdapat
dalam bukunya “The Origin of Oceans and Continents”. Pada hakekatnya
hipotesis pengapungan benua menganggap bahwa benua-benua yang ada saat
ini dahulunya menjadi satu benua yang dikenal sebagi super kontinen yang
bernama Pangea, Pangea sendiri berarti semua daratan. Super-
kontinen Pangea ini diduga para ahli terbentuk pada 200 juta tahun yang lalu
yang kemudian terpecah-pecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil yang
kemudian bermigrasi (drifted) ke posisi seperti saat ini.

Meskipun memiliki kelemahan dan belum diterima pada jamannya,


teori ini tetap menjadi awal dari muncul-munculnya teori tektonik lainnya.
Teori ini sudah mendekati teori modern dengan hipotesis bahwa benua-benua
tersebut bergerak, sayangnya Wegener (1915) belum bisa menjelaskan tentang
pergerakan benua tersebut. Setelah berkembangnya ilmu-ilmu bantu lain
seperti paleomagnetis, seismologi dan geologi kelautan, pergerakan benua ini
barulah bisa dijelaskan.

C) Teori-Teori Tektonik Lempeng

Teori-teori tektonik merupakan teori yang menjelaskan tentang


bergesernya permukaan bumi (kerak bumi) sehingga menyebabkan perubahan
bentuk muka bumi. Banyak ahli yang mengungkapkan pendapatnya tentang
pergerakan muka bumi mulai dari berbagai jaman. Penyempurnaan teori terus
terjadi sehingga kita bisa mengetahui alasan terjadinya bumi seperti sekarang
ini. Berikut macam-macam teori pergerakan lempeng.

1. Teori Kontraksi (contraction theory)

Anonim (2013) mengemukakan bahwa Teori kontraksi dikemukakan pertama


kali oleh Descrates pada tahun 1596–1650 dan Beliau menyimpulkan bahwa
bumi lama kelamaan akan menyusut dikarenakan adanya pendinginan yang
menyebabkan di bagian permukaannya muncul adanya relief berupa daratan,
lembah dan gunung. Teori ini kemudian mendapat dukungan dari dua
ilmuwan lainnya yakni James Dana (1847) dan Elie de Baumant (1852).
Kedua ilmuwan ini menyakini bahwa bagian dalam bumi akan terjadi
pendinginan akibat konduksi panas yang mengakibatkan permukaan bumi
mengerut sehingga muncul adanya pegunungan dan lembah dan penampakan-
penampakan alam lainnya.

2. Teori Dua Benua (Laurasia-Gondwana Theory)

Teori ini dikemukakan oleh Edward Suess pada tahun 1831–1914 di


mana ia berkeyakinan bahwa dulunya semua benua yang ada di bumi
sekarang ini menyatu menjadi dua benua besar yakni benua Laurasia di kutub
utara dan benua Gondwana di sekitar kutub selatan bumi. Kedua benua
tersebut kemudian bergerak saling mendekat ke arah daerah ekuator dan
dalam perjalanannya terpecah menjadi beberapa benua. Benua Laurasia
terpecah menjadi tuga benua yaitu menjadi Asia, Eropa, dan Amerika Utara,
sedangkan benua Gondwana terpecah menjadi tiga benua juga yaitu Afrika,
Australia, dan Amerika Selatan.

3. Teori Pengapungan Benua (Continental Drift)

Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Alferd Wegener (1915),


beliau menganggap bahwa benua yang sekarang berawal dari sebuah
superkontinen yang diberi nama pangea. Kemudian benua tersebut pecah dan
bergerak menuju posisinya seperti saat ini. Tim Pembina Olimpiade
Kebumian Indonesia (2010 : 12) menyatakan sebagai berikut.

Wegener mengambil kesimpulan ini berdasarkan kenyataan bahwa


bentuk Amerika Selatan dan Afrika seperti tepat berpasangan. Wegener
menduga kedua benua tersebut dulunya adalah satu. Kemudian Wegener
memperkuat hipotesisnya dengan adanya bukti kesamaan fosil yang
ditemukan di berbagai benua. Contoh klasik mengenai hal ini adalah
ditemukannya fosil reptil Mesosaurus yang penyebarannya hanya terdapat di
Amerika Selatan bagian timur dan Afrika bagian Selatan. Hal ini bisa
diterangkan dengan baik dengan hipotesis bahwa kedua benua tersebut dahulu
merupakan satu daratan.

Tipe batuan dan struktur di beberapa benua yang terpisah ternyata juga
ada yang memiliki kesamaan yang menunjukan benua tersebut pernah bersatu.
Sebagai contoh adalah gugusan pegunungan yang tersusun oleh batuan yang
sama di Amerika sebelah timur, Kepulauan Inggris dan Skandanavia.

Data iklim purba juga mendukung hipotesis ini. Wegener


mengemukakan adanya deposit glasial yang terjadi pada akhir paleozoik (220-
300 juta tahun yang lalu) yang terekam pada batuan di bagian selatan Afrika,
Amerika Selatan, India dan Australia.

Sayangnya hipotesis ini mendapat kritik dan penolakan pada jaman


tersebut. Pada saat itu Wegener belum bisa menjelaskan bagaimana gerakan-
gerakan benua tersebut terjadi. Setelah berbagai macam ilmu bantu hadir dan
pergerekan lempeng benua bisa dijawab tentang bagaimana pergerakan benua
itu bisa terjadi.

4. Hipotesis Pemekaran Lantai Samudra (Sea Floor Spreanding)

Hipotesis ini dikemukakan pertama kali oleh Harry Hess (1960) dalam
tulisannya yang berjudul “Essay in Geopoetry Decribing Evidence for Sea
floor Spreanding”. Dalam tulisannya diuraikan mengenai bukti-bukti adanya
pemekaran lantai samudra yang terjadi di pematang tengah samudra (mid
oceanic ridge), guyots, serta beliau memperkirakan umur kerak samudra yang
berusia lebih dari 180 juta tahun.
Hipotesis pemekaran lantai samudra ini pada dasarnya adalah suatu
hipotesis yang menganggap bahwa bagian kulit bumi yang berada didasar
samudra Atlantik tepatnya berada di pematang tengah samudra mengalami
pemekaran akibat oleh gaya tarikan (tensional force) yang digerakan oleh arus
konveksi yang berada di bagian mantel bumi (astenosfir). Arus konveksi ini
berfungsi sebagai penggerak dan litosfer sebagai ban yang berjalan. Hal lain
yang perlu diketahui dari hipotesis pemekaran lantai dasar samudra adalah
Harry Hess (1960) menyimpulkan bahwa volume bumi tetap dan tidak
semakin besar dengan bertambah luasnya lantai samudra dan hal ini berarti
bahwa harus ada di bagian belahan bumi lain dari kulit bumi dimana kerak
samudra mengalami penyusupan kembali ke dalam perut bumi

5. Teori Tektonik Lempeng

Teori tektonik lempeng pertama kali dikemukakan oleh McKenzie dan


Robert Parker (1967) yang kemudian disempurnakan oleh J. Tuzo Wilson.
Teori ini menyempurnakan teori-teori sebelumnya menjadi satu kesatuan
konsep sehingga bisa lebih diterima oleh para ahli geologi. Teori ini
merupakan teori modern yang sekarang ini diakui oleh para ahli dibidang
tektonik lempeng dan bumi.

Teori tektonik lempeng adalah suatu teori yang menjelaskan mengenai


sifat bumi yang dinamis. Pada teori ini dirumuskan bahwa lapisan bumi paling
atas yang getas terdiri atas beberapa lempeng yang bergerak relatif antara satu
dengan yang lain (Tim Pembina Buku Olimpiade Kebumian, 2010: 9). Teori
ini menyempurnakan dari teori-teori sebelumnya. Teori ini sependapat dengan
teori pemekaran lantai samudra (sea floor spreanding) bahwa pergerakan
lempeng disebabkan oleh arus konveksi di dalam mantel bumi. Djauhari
(2014: 130) menuliskan bahwa dalam teori tektonik lempeng membagi kerak
bumi menjadi tigabelas lempeng besar dan kecil. Adapun lempeng penyusun
kerak bumi sebagai berikut.

a) Lempeng Pasifik

b) Lempeng Eurasia

c) Lempeng India-Australia
d) Lempeng Afrika

e) Lempeng Amerika Utara

f) Lempeng Amerika Selatan

g) Lempeng Antartika

Serta beberapa lempeng kecil sebagai berikut.

a) Lempeng Nasca

b) Lempeng Arab

c) Lempeng Karibia

d) Lempeng Filiphina

e) Lempeng Scotia

f) Lempeng Cocos

Batas-batas dari ke tigabelas lempeng besar maupun kecil tersebut


dapat dibedakan berdasarkan interaksi antar lempeng tersebut. Berdasarkan
Tim Pembina Buku Olimpiade Kebumian (2010: 18) batas lempeng kerak
bumi dapat dibedakan menjadi tiga berdasarkan pergerakan dari lempeng
tersebut (gambar 1.3) sebagai berikut.

1) Batas divergen dimana lempeng bergerak saling menjauh. Pada


batas ini dihasilkan dasar samudra yang baru karena ada penaikan material
dari mantel (seafloor spreading). Contoh paling terkenal dari batas lempeng
jenis divergen adalah punggung tengah samudra (mid oceanic ridge) yang
berada di samudra Atlantik.

2) Batas konvergen, dimana lempeng bergerak saling mendekat


(bertubrukan). Tubrukan bisa terjadi antara kerak samudra dan benua,
samudra dan samudra yang mengakibatkan adanya zona tunjaman (subduksi)
atau benua dan benua (obduksi) yang mengkibatkan adanya bubungan yang
membentuk pegunungan (misalnya Alpen dan Himalaya). Di Indonesia
lempeng konvergen dengan tipe subduksi adalah kepulauan Indonesia sebagai
bagian dari lempeng benua Asia Tenggara dengan lempeng samudra Hindia-
Australia di sebelah selatan Sumatra-Jawa-NTB, dan NTT. Batas kedua
lempeng ini berupa palung yang memanjang dari Sumatra, Jawa, hingga ke
Nusa Tenggara Timur.

3) Batas transform, dimana lempeng bergeser menyamping satu


sama lain menghasilkan suatu sesar mendatar. Contoh batas lempeng
transform adalah patahan San Andreas di Amerika Serikat yang merupakan
pergeseran lempeng samudra Pasifik dengan lempeng benua Amerika Utara.

D) Bukti-Bukti Pergerakan Lempeng

Terdapat banyak bukti tentang terjadinya pergerakan lempeng di dunia


apalagi sekarang bermacam-macam ilmu bantu tentang lempeng sudah ada.
Bukti bahwa lempeng bergerak akibat arus konveksi yang terjadi di mantel
bumi adalah batuan basalt baru yang selalu muncul di pematang tengah
samudra, batuan basalt yang terbentuk memiliki pola pembalikan magnetik
yang teratur. Hal ini menunjukan bahwa pada saat basalt membeku, mineral
akan merekam pola magnetik kutub magnet bumi saat itu yang membuktikan
terjadinya pemekaran samudra.

Dalam ilmu gempa juga dijelaskan bahwa posisi-posisi episentrum


(lokasi diatas permukaan bumi, diatas lokasi gempa) terkonsentrasi pada
posisi tertentu yang diyakini merupakan batas-batas lempeng. Hal ini
disebabkan batas lempeng tersebut merupakan zona yang secara tektonik
sangat aktif sehingga banyak menghasilkan gempabumi. Hal ini juga yang
menjadi bukti adanya penunjaman lempeng di bawah lempeng lain yang
kemudian dikenal dengan zona subduksi.

Informasi lainnya mengenai pergerakan lempeng datang dari studi


mengenai gunung api bawah permukaan. Contohnya adalah rangkaian gunung
api di kepulauan Hawaii, di mana dari hasil penentuan umur, umur batuan
vulkanik semakin tua pada gunung api yang semakin jauh dari Hawaii
(gambar 1.4). Para ahli meyakini bahwa hal ini terbentuk karena adanya hot
spot, yaitu adanya penaikan material mantel ke permukaan bumi. Pola umur
batuan tersebut dapat dijelaskan dengan mekanisme bahwa kerak samudra
bergerak sedangkan posisi hot spot tetap. Dengan demikian rangkaian gunung
api yang dihasilkan akan bergeser sesuai arah gerakan lempeng.
E) Dampak Pergerakan Lempeng bagi Indonesia

Indonesia terletak diantara beberapa lempeng besar dunia yakni


Pasifik, India-Australia, dan Eurasia. Lempeng ini terus bergerak setiap
tahunnya akibat arus konveksi bumi Hal ini tentunya memberikan beberapa
dampak bagi Indonesia. Berikut dampak pergerakan lempeng yang terjadi di
Indonesia.

1) Indonesia menjadi daerah rawan gempa dan tsunami. Hal ini


terjadi jika terjadi tumbukan antar lempeng besar tersebut. Contohnya seperti
tsunami di Aceh yang terjadi tahun 2004, dan gempa Yogyakarta 2006 silam.

2) Terdapat gugusan gunung berapi di Indonesia yang berada


mulai dari Sumatera sampai Jawa. Keberadaan gunung api ini memberikan
dampak positif dan negatif. Dampak positifnya tanah disekitar gunung berapi
subur dan kaya akan barang tambang yang bisa dimanfaatkan. Dampak
negatif terjadi ketika letusan gunung berapi yang mengakibatkan kerugian
pada daerah yang terkena dampak.
BAB III

Penutup

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat di ambil bahwa para ahli geologi sejak dulu telah
menduga bahwa kerak bumi yang kita tempati seperti sekarang ini terus bergerak.
Dimulai dari teori kontraksi sampai dengan teori tektonik yang kini dipercaya
kebenarannya. Teori ini terus berkembang saling melengkapi sehingga tercipta teori
modern seperti sekarang ini.

Mekanisme pergerakan lempeng sendiri disebabkan oleh arus konveksi yang


terjadi di dalam mantel bumi sehingga memicu terjadinya pergerakan lempeng. Hal
ini bisa dibuktikan dengan selalu terbentuk basalt baru di penampang tengah samudra
dan kemudian menjauhinya. Sementara itu lempeng yang sudah dingin akan memiliki
densitas yang lebih tinggi sehingga bisa menarik dan mendorong lempeng yang lebih
ringan untuk masuk ke dalam. Lempeng-lempeng ini dibagi menjadi tujuh lempeng
besar dan beberapa lempeng kecil dan kecepatan pergerakan lempeng ini sangat
bervariasi antara 1-17 cm setiap tahunnya. Batas pergerakan lempeng ini dibagi
menjadi tiga yaitu konvergen, divergen dan transform di mana semua memiliki ciri-
ciri tertentu.

Pergerakan lempeng juga memberikan dampak bagi Indonesia di antaranya


adalah indonesia menjadi kawasan rawan gempa dan tsunami dan dilalui jalur gunung
api dunia. Hal ini tentunya berdampak negatif dan positif bagi Indonesia. Dampak
positif yang sampai sekarang kita nikmati adalah kita bisa hidup di daerah yang
tanahnya subur dan kaya akan barang tambang.
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Tektonika_lempeng

http://balitbangda.kutaikartanegarakab.go.id/?p=190

Das könnte Ihnen auch gefallen