Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
PENDAHULUAN
1
mengenai beberapa pendekatan dalam pengelolaan kelas yaitu Pendekatan Iklim
Sosio-Emosional dan pendekatan Proses Kelompok.
2
3. Mengetahui apa saja kelebihan dan kelemahan dari pendekatan iklim sosio-
emosional.
1.4 MANFAAT
3
6. Memberikan informasi pada pembaca tentang model pembelajaran yang
menunjang pendekatan proses kelompok.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Menurut pendapat ini pendekatan sosial emosional terciptanya iklim atau
suasana pembelajaran yang harmonis dan hubungan sosial yang positif. Suasana
emosional dan hubungan sosial yang positif artinya ada hubungan yang baik
yang positif antara guru dengan anak didik, atau antara anak didik dengan anak
didik. Disini guru adalah kunci terhadap pembentukan hubungan pribadi itu, dan
perananya adalah menciptakan hubungan pribadi yang sehat.
Iklim sosial emosional yang baik adalah dalam arti terdapat hubungan
interpersonal yang harmonis antara guru dengan guru, guru dengan siswa dan
siswa dengan siswa, merupakan kondisi yang memungkinkan berlangsungnya
proses belajar mengajar yang efektif. Asumsi ini mengharuskan seorang guru
berusaha menyusun program kelas dan pelaksanaannya yang didasari oleh
hubungan manusiawi yang diwarnai sikap saling menghargai dan saling
menghormati antar personal di kelas. Setiap personal dibebri kesempatan
masing-masing sehingga timbul suasana sosial emosional yang menyenangkan
pada setiap personal dalam melaksanakan tugasnya masing-masing.
Iklim sosial emosional yang baik tergantung pada guru dalam usahanya
melaksanakan kegiatan belajar mengajar, yang disadari dengan hubungan
manusiawi yang efektif. Dari asumsi ini berarti dalam pendekatan sosial
emosionla seorang guru harus berusaha mendorong siswa agar mampu dan
bersedia mewujudkan hubungan manusiawi yang penuh saling pengertian,
hormat menghormati dan saling menghargai. Guru harus mendorong menjadi
pelaksana yang berisisiatif dan kraetif serta elalu terbuka pada kritik. Disamping
itu bertari juga guru harus mampu dan bersedia mendengarkan pendapat, sasaran,
gagasan dan lain-lain dari siswa sehingga terjadi susana pembelajaran yang
dinamis.
Pendekatan sistim sosial emosional didasari atas asumsi bahwa kegiatan
pembelajaran yang efektif dan efisien mempersyaratkan hubungan sosial –
emosional yang baik antara guru-siswa, dan antara siswa-siswa. Asumsi ini
menghendaki agar guru dapat melaksanakan program kelas didasari atas
6
hubungan manusiawi yang diwarnai sikap saling harga menghargai dan saling
menghormati antar personal kelas.
Untuk menciptakan hubungan baik dengan siswa, guru perlu menerapkan
sikap-sikap yang efektif, meliputi : (1) terbuka, (2) menerima dan menghargai
siswa, (3) empati, dan (4) demokratis. Orstetin dan Levin (1984: 86)
mengidentifikasi karakteristik guru yang efektif dalam pengelolaan kelas, yang
meliputi: mendorong dan memelihara minat siswa terhapat tujuan pembelajaran,
serta mempertahankan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dengan
menggunakan keterampilan mengajar.
Jacobsen ( 1989: 37 ) menjelaskan bahwa sikap guru yang demokratis
dapat mengembangkan sikap positif pada diri siswa, memiliki perasaan senang
dan nyaman, serta mempunyai pengalaman belajar yang lebih baik dibanding
dengan guru yang berikap keras atau tidak acuh.
Berdasarkan uraian diatas, maka sikap yang ditampilkan dalam
menumbuhkan kemauan dan kemampuan bertanya siswa adalah : (1) sikap
terbuka, (2) menerima dan menghargai siswa, (3). Empati, dan (4) demokrasi.
Ide yang menyangkut ciri – ciri pendekatan iklim sosio – emosional ini
dapat dijumpai dalam tulisan – tulisan Cari Rogers. Pokok pikiran Rogers
menyatakan bahwa faktor yang amat berpengaruh terhadap peristiwa belajar
adalah mutu sikap yang ada dalam hubungan interpersonal antara guru (sebagai
fasilitator) dan siswa (sebagai pelajar). Menurut Rogers, beberapa sikap yang
perlu dimiliki guru untuk membantu siswa belajar adalah :
Sikap kesadaran akan diri sendiri, keterbukaan dan tidak berpura – pura,
7
Guru perlu mengenal dirinya dengan baik dan menampilkan dirinya sendiri
sebagai mana adanya. Guru hendaknya menyadari perasaan – perasaannya
sendiri, menerima perasaan itu dan jika perlu mengkomunikasikan perasaan
itu. Tindakan guru harus sesuai dengan perasaan itu dan tidak pernah berpura
– pura. Pengembangan hubungan interpersonal dan iklim sosio – emosional
yang positif amat dipengaruhi oleh kemamouan guru menampilkan dirinya
sebagaimana adanya. Menurut Rogers, penampilan diri sebagaimana adanya
merupakan sikap yang paling penting yang mempengaruhi proses belajar.
Penerimaan guru merupakan sikap kedua yang juga amat penting dalam
membantu siswa belajar. Penerimaan guru mengisyaratkan bahwa guru
memandang siswa sebagai individu yang berharga. Hal ini juga menandakan
adanya kepercayaan guru kepada siswa. Jika tingkah laku siswa diterima guru,
maka siswa itu akan merasa bahwa ia dipercaya dan dihormati. Dengan
demikian, guru yang menghormati dan mempercayai siswa akan mempunyai
kesempatan yang besar untuk menciptakan iklim sosio emosional yang dapat
membantu kesuksesan belajar siswa.
8
akan berkembang, dan selanjutnya pengaruh besar terhadap kegitan belajar
siswa.
Ada 2 hal yang amat penting yang dikemukakan oleh Rudolf Dreikurs,
yaitu :
9
Penekanan akan pentingnya suasana kelas yang demokratis, dimana guru dan
siswa bersama – sama mewujudkan rasa tanggung jawab demi kelancaran dan
keberhasilan kegiatan kelas, dan
Perlunya diperlihatkan pengaruh akibat – akibat tertentu (dari suatu tindakan
atau kejadian) atas tingkah laku siswa.
10
Berkaitan dengan pengelolaan kelas dibawah ini akan diuraikan beberapa
pengertian pengelolaan kelas. Diantaranya Johana Kasm Lemlech (Suryadi,
2003: 11) mengatakan bahwa : ‘ Classroom Mangement is the orchtration of
classroom life: planing kurikulum, organizing procedure and resources,
arranging the environment to maximize effeciencey monitoring student progress,
anticipatting potential problem’.
Menurut pengertian diatas, yang dimaksud dengan pengelolahan kelas
adalah usaha dari pihak guru untuk menata kehidupan kelas dimulai dari
perencanaan kurikulum, penataan prosedur dan sumber belajar, pengaturan
lingkungan untuk memaksimumkan efisiensi, memantau kemajuan peserta didik
dan mengantisipasi masalah-masalah yang mungkin timbul.
Sedangkan Tujuan pengelolaan kelas menurut Undang (1996: 48 ) adalah :
Tujuan pengelolaan kelas yaitu : (1) menciptakan kondisi kelas yang
memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik; (2) mengembangkan
kemampuan siswa dalam menggunakan berbagai fasilitas belajar dengan
seoptimal mungkin; (3) mewujudkan interaksi belajar mengajar yang harmonis;
(4) membantu siswa ( individu dan kelompok ) dalam mencapai tujuan belajar “.
Sudirman ( 1991: 311 ) memberikan batasan tujuan pengelolaan kelas,
yaitu : “ Pengelolaan Kelas dimaksudkan untuk menciptakan kondisi dalam
kelompok kelas yang berupa lingkungan kelas yang baik, yang memungkinkan
siswa berbuat sesuai dengan kemampuan “.
1. Tipe Kepemimpinan
11
Peranan guru, tipe kepemimpinan guru, atau administrator akan mewarnai
suasana emosional didalam kelas. Tipe kepemimpinan yang lebih berat pada
otoriter akan menghasilkan sikap peserta didik yang submissive atau apatis. Tapi
dipihak lain juga akan menumbuhkan sikap yang agresif.
Kedua sikap peserta didik yaitu apatis dan agresif ini dapat merupakan
sumber problem pengelolaan, baik yang sifatnya individual maupun kelompok
kelas sebagai keseluruhan. Dengan tipe kepemimpinan yang otoriter peserta
didik hanya akan kalau ada gurdan kalau guru tidak mengawasi maka semua
aktivitas menjadi menurun aktivitas proses belajar mengajar sngat tergantung
pada guru dan menuntut sangat banyak perhatian dari guru.
2. Sikap Guru
12
Sikap guru dalam menghadapi peserta didik yang melanggar peraturan
sekolah hendaknya tetap sabar, dan tetap bersahabat dengan suatu keyakinan
bahwa tingkah laku peserta didik akan dapat diperbaiki. Kalau guru terpaksa
membenci, bencilah tingkah laku peserta didik dan bukan membenci peserta
didik.
3. Suara Guru
Suara guru walaupun bukan faktor yang besar tetapi turut mempunyai
pengaruh dalam belajar. Suara yang melengking tinggi atau senantiasa tinggi
atau demikian rendah sehingga tidak terdengar oleh peserta didik secara jelas dari
jarak yang agak jauh akan membosankan dan pelajaran tidak akan diperhatikan.
Suasana semacam ini mengundang tingkah laku yang tidak diinginkan.
Suara yang relatif rendah tetapi cukup jelas dengan volume suara yang
penuh kedengarannya rileks akan mendorong peserta didik untuk lebih berani
mengajukan pertanyaaan, mencoba sendiri, melalukan percobaan terarah, dan
sebagainya. Tekanan suara hendaknya bervariasi sehingga tidak membosankan
peserta didik yang mendengarnya.
4. Pebinaan Raport
Sekali lagi ingin kita tekankan bahwa pembinaan hubungan baik dengan
peserta didik dalam masalah pengelolaaan sangat penting. Dengan hubungan
baik guru peserta didik senantiasa gembira, penuh gairah dan semangat, bersikap
optimistik, serta realistik dalam kegiatan belajar yang sedang dilakukannya
13
2.1.4 Kelebihan Dan Kelemahan Pendekatan Sosio-Emosional
Siswa merasa nyaman di kelas kerena terjalin hubungan yang baik dengan
guru.
Penyelesaian suatu masalah dipecahkan bersama melalui pertemuan kelas.
Apabila hubungan siswa terlalu dekat dengan guru atau guru terlalu baik
akan menimbulkan sikap siswa yang terlalu bebas.
Sulit untuk memahami karakter emosi setiap siswa di kelas, maka
diperlukan ketrampilan guru yang lebih untuk membuat iklim sosio
emosional yang kondusif.
14
memerlukan kemampuan guru untuk menciptakan kondisi-kondisi yang
memungkinkan kelompok menjadi kelompok yang produktif. Agar kelompok-
kelompok siswa menjadi produktif dalam melakukan proses pembelajarannya
maka guru juga dituntut untuk bisa memelihara kondisi itu agar tetap baik.
Kondisi kelas yang baik menurut pendekatan kelompok kerja adalah tampaknya
kemampuan guru dalam mempertahankan semangat yang tinggi, mengatasi
konflik, dan mengurangi masalah-masalah pengelolaan kelas.
Pendekatan ini berpendapat bahwa kelas sebagai suatu sistem sosial yang
mengutamakan proses-proses kelompok. Situasi dan tingkah laku kelompok
kelas dipandang sebagai suatu yang mempunyai pengaruh besar terhadap
jalannya pelajaran, walaupun belajar itu sendiri dipandang sebagai proses
individual.
15
2. Salah satu tugas guru adalah menciptakan dan mempertahankan situasi
kelompok kelas agar tetap efektif, efisien, dan produktif.
Menurut Djamarah & Aswan Zain (2002:7), proses kelompok adalah usaha
mengelompokkan anak didik ke dalam beberapa kelompok dengan berbagai
pertimbangan individual sehingga tercipta kondisi kelas yang bergairah dalam
belajar.
Menurut T. Raka Joni dalam Mulyadi (2009:55), yang menjadi dasar dari
pendekatan proses kelompok ini adalah psikologi sosial dan dinamika kelompok
yang mengemukakan dua asumsi sebagai berikut: (1) pengalaman belajar sekolah
berlangsung dalam konteks sosial, dan (2) tugas guru yang terutama dalam
manajemen kelas adalah pembinaan dan memelihara kelompok yang produktif
dan efektif.
Asumsi pertama berarti guru harus mengutamakan kegiatan yang dapat
mengikutsertakan seluruh personal dikelas. Dengan kata lain, kegiatan kelas
harus diarahkan pada kepentingan bersama. Sedangkan pada asumsi kedua
berarti guru harus mampu membentuk dan mengaktifkan siswa dalam kegiatan
belajar mengajar. Kegiatan guru sebagai kelompok antara lain dapat diwujudkan
berupa regu mengajar (team teaching) yang bertugas membantu kelompok
belajar.
Hasibuan dan Moedjiono (1995:177), mengungkapkan bahwa pendekatan
kelompok agar memiliki suatu ikatan yang kuat memerlukan beberapa unsur yaitu
tujuan kelompok, aturan, dan pemimpin.
16
a. Tujuan kelompok
b. Aturan
c. Pemimpin
17
berinteraksi dalam kegiatan kelompok yang secara sengaja diatur oleh guru
dengan menerapkan aturan yang telah disepakati untuk menciptakan kondisi
kelas optimal dalam mencapai tujuan pembelajaran.
a. Harapan (expectation)
b. Kepemimpinan (leadership)
c. Kemenarikan (attraction)
18
Kemenarikan berkaitan erat dengan pola keakraban dalam hubungan
kelompok kelas. Tingkat kemenarikan ini tergantung pada hubungan
interpersonal yang positif. Untuk itu usaha guru adalah meningkatkan sikap
menerima dari para anggota kelompok terhadap situasi dan perubahan ataupun
hadirnya orang lain dalam kelompok yang akan akan membantu efektivitas
manajemen kelas melalui pendekatan proses kelompok.
d. Norma (norm)
e. Komunikasi (communication)
f. Keeratan (cohesiveness)
19
itu. Guru dapat mengelola kelas secara efektif apabila ia mampu menciptakan
kelompok yang erat dan saling bersinergi.
20
Setiap siswa dalam kelompok diberi tugas mempelajari salah satu bagian
materi tersebut. Siswa dengan materi yang sama membentuk kelompok yang
disebut kelompok ahli, dan bekerja sama dengan kelompok tersebut untuk
mendiskusikan materi yang sama tadi, serta menyusun cara untuk
menyampaikan kembali kepada anggotanya di kelompok asal.
Setelah berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, kemudian
masing-masing kelompok melakukan presentasi yang dilakukan secara acak
(pengundian) dari salah satu anggota kelompok untuk menyajikan hasil
diskusi kelompoknya.
Guru memberikan kuis pada siswa secara individual.
Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan
berdasarkan perolehan nilai kuis individual.
Materi sebaiknya dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi pembelajaran.
Perlu diperhatikan bahwa menggunakan jigsaw untuk belajar materi baru,
maka perlu disiapkan suatu tuntutan dan isi materi yang runtut serta cukup
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
21
Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor berdasarkan
perolehan skor kuis individual.
22
Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok. Dalam
diskusi kelompok, setiap anggota saling memeriksa jawaban teman
kelompoknya.
Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan
memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
Guru memberikan kuis kepada siswa secara individual.
Guru memberikan penghargaan pada kelompok yang memperoleh skor
tertinggi.
1. Masalah individual
Perilaku ini dilakukan peserta didik yang tidak atau belum berhasil
mengembangkan dirinya serta menemukan peran dalam suatu kelompok
dengan mencari perhatian orang lain melalui berbagai cara. Melalui proses
kelompok, diharapkan peserta didik menemukan suatu peranan yang sesuai
dengan kemampuannya yang dapat diwujudkan laksanakan melalui
pemberian tanggung jawab kelompok. Dengan begitu, potensi peserta didik
23
untuk menciptakan masalah dapat dicegah dan dialihkan untuk kegiatan
yang lebih produktif. Dalam hal ini, guru juga berperan membantu peserta
didik dengan memberikan pengarahan dan perhatian yang wajar.
Tingkah laku ini ditandai dengan suatu bentuk penolakan peserta didik
terhadap suatu pembelajaran, sehingga cenderung menunjukkan suatu
pertentangan serta ketidakpatuhan. Jika dilihat melalui pendekatan proses
kelompok, masalah ini akan dapat diatasi dengan adanya aturan dan norma
kelompok yang merupakan kesepakatan bersama. Aturan dan norma
tersebut akan memaksa peserta didik yang bermasalah untuk mengikuti
ketentuan. Selain itu, proses kelpmpok juga dapat mencegah timbulnya
perilaku ini karena kegiatan yang disepakati bersama dapat mengurangi
penolakan.
Perilaku peserta didik dalam hal ini sering merasa sakit hati dengan suatu
bentuk kekalahan. Sakit hati tersebut diungkapkan dalam bentuk perilaku
yang cenderung negatif dan merusak, sehingga persaingan yang terjadi
kurang begitu sehat. Setiap anak yang menunjukkan perilaku menyimpang
pastilah memiliki alasan sendiri-sendiri yang melatarbelakanginya.
Sehingga,pendekatan yang digunakan pun dapat bermacam-macam.
Pendekatan kelompok menjadi salah satu alternatif jika masalah tersebut
berhubungan dengan penerimaan antarindividu dan pengembangan kerja
sama dalam suatu kelompok kelas.
Bentuk perilaku ini ditandai dengan tingkah laku peserta didik yang pasif
terhadap pembelajaran. Peserta didik sudah memiliki mainset bahwa
24
dirinya tidak mampu melakukan sesuatu yang benar dan akan selalu gagal.
Sikap pasrah dan putus asa akan sering ditunjukkan peserta didik. Melalui
proses kelompok, masing-masing siswa akan memiliki hak yang lebih
besar untuk berhasil baik secara individu mapun melalui keberhasilan
kelompok. Guru juga akan lebih mudah mengontrol dan mengaktifkan
peserta didik yang berperilaku seperti ini melalui kegiatan kelompok
dengan memberikan bimbingan secara bergantian.
2. Masalah kelompok
Kurangnya kekompakan
Kegiatan anggota atau kelompok yang menyimpang dari ketentuan yang telah
ditetapkan, berhenti melakukan kegiatan atau hanya meniru-niru kegiatan
orang (anggota) lainnya saja
Ketiadaan semangat, tidak mau bekerja, dan tingkah laku agresif atau protes
25
2.2.4 Kelebihan dari Pendekatan Proses Kelompok
1) Situasi dan tingkah laku kelompok kelas dipandang sebagai suatu yang
mempunyai pengaruh besar terhadap jalannya pelajaran.
2) Harapan timbal balik tingkah laku guru – peserta didik dan antar peserta didik
sendiri.
3) Kepemimpinan baik dari guru baik dari guru maupun peserta didik yang
mengarahkan kegiatan kelompok kearah pencapaian tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan.
4) Pola persahabatan antara anggota kelas semakin baik.
5) Terjadinya komunikasi yang efektif.
26
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
28
DAFTAR PUSTAKA
Bolla, John I; Joni, T.Raka dan Wardani, I.G.A.K. (Ed.). 1985. Keterampilan
Mengelola Kelas. Jakarta: Depdikbud. Ditjen. Dikti. Proyek Pengembangan
LPTK.
29
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1982. Buku II: Modul Pengelolaan Kelas.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan Institusi Pendidikan Tinggi.
Depdikbud Dikdasmen, 1997. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar. 1998.
Jakarta: Depdikbud.
Rachman, Maman. 1998. Manajemen Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Majid, Abdul. 2005. Perencanaan pembelajaran. Bandung: Rosda Karya.
Popi, Sopiatin. 2010. Manajemen Belajar Berbasis Kepuasan Siswa. Cilegon: Ghalia
Indonesia.
30