Sie sind auf Seite 1von 5

RUPTUR PERINEUM TINGKAT 1-2

No.Dokumen
No. Revisi 00
SOP Tanggal Terbit
Halaman 1/2
Pemerintah
Dr. H.M. Akhdiyat Puskesmas
Kabupaten
NIP. 19610319 198911 1 001 Sindanglaut
Cirebon
1. Pengertian Suatu kondisi robeknya perineum yang terjadi pada persalinan
pervaginam.
2. Tujuan Sebagai acuan petugas dalam menentukan diagnosis dan
penatalaksanaan kasus ruptur perineum tingkat 1-2.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas No. A/I/SK/03/2016/010 tentang Jenis
Pelayanan yang Ada di UPT Puskesmas Sindanglaut
4. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014
Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan
Primer
5. Prosedur 1. Petugas menyiapkan alat diagnosis yang diperlukan, seperti
Lampu, Kassa steril, Sarung tangan steril, Hecting set, Benang
jahit catgut.
2. Petugas melakukan anamnesis, yang tersusun :
a. Menanyakan Identitas pasien
b. Menanyakan keluhan pasien : adanya perdarahan
pervaginam
c. Menggali faktor resiko :
a) Kepala janin terlalu cepat lahir
b) Persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya
c) Sebelumnya pada perineum terdapat banyak jaringan
parut
d) Pada persalinan dengan distosia bahu
e) Partus pervaginam dengan tindakan
d. Menggali riwayat penyakit keluarga
e. Menggali riwayat alergi obat
3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik
a. Robekan pada perineum,
b. Perdarahan yang bersifat arterial atau yang bersifat merembes,
c. Pemeriksaan colok dubur, untuk menilai derajat robekan
perineum
4. Petugas melakukan penegakan klasifikasi derajat ruptur perineum :
a. Derajat I : Robekan terjadi hanya pada selaput lendir vagina
dengan atau tanpa mengenai kulit perineum .
b. Derajat II : Robekan mengenai selaput lender vagina dan otot
perinea transversalis, tetapi tidak melibatkan kerusakan otot
sfingter ani.
c. Derajat III : Robekan mengenai perineum sampai dengan otot
sfingter ani dengan pembagian sebagai berikut: III. a. Robekan
< 50% sfingter ani eksterna III. b. Robekan > 50% sfingter ani
ekterna III. c. Robekan juga meliputi sfingter ani interna
d. Derajat IV : Robekan mengenai perineum sampai dengan otot
sfingter ani dan mukosa rektum
5. Petugas melakukan penatalaksanaan sesuai diagnosa dan merujuk
jika perlu.

1/2
RUPTUR PERINEUM TINGKAT 1-2

Puskesmas No.Dokumen Dr. H.M.


Sindanglaut No. Revisi 00 Akhdiyat
SOP Tanggal Terbit
Halaman 2/2

a. Menghindari atau mengurangi dengan menjaga jangan sampai


dasar panggul didahului oleh kepala janin dengan cepat.
b. Kepala janin yang akan lahir jangan ditahan terlampau kuat dan
lama, karena akan menyebabkan asfiksia dan perdarahan
dalam tengkorak janin, dan melemahkan otot-otot dan fasia
pada dasar panggul karena diregangkan terlalu lama.
c. Penatalaksanaan farmakologis: Dosis tunggal sefalosporin
golongan II atau III dapat diberikan intravena sebelum perbaikan
dilakukan (untuk ruptur perineum yang berat).
d. Manajemen Ruptur Perineum: Ruptur perineum harus segera
diperbaiki untuk meminimalisir risiko perdarahan, edema, dan
infeksi. Manajemen ruptur perineum untuk masing-masing
derajatnya, antara lain sebagai berikut :
1) Derajat I
 Bila hanya ada luka lecet, tidak diperlukan
penjahitan. Tidak usah menjahit ruptur derajat I
yang tidak mengalami perdarahan dan mendekat
dengan baik.
 Penjahitan robekan perineum derajat I dapat
dilakukan hanya dengan memakai catgut yang
dijahitkan secara jelujur (continuous suture) atau
dengan cara angka delapan (figure of eight).
2) Derajat II
 Ratakan terlebih dahulu pinggiran robekan yang
bergerigi, dengan cara mengklem masing-masing
sisi kanan dan kirinya lalu dilakukan
pengguntingan untuk meratakannya.
 Setelah pinggiran robekan rata, baru dilakukan
penjahitan luka robekan.
3) Derajat III dan IV dirujuk ke fasilitas pelayanan
kesehatan yang memiliki dokter spesialis obstetric dan
ginekologi.
Konseling dan Edukasi
Memberikan informasi kepada pasien, dan suami, mengenai, cara
menjaga kebersihan daerah vagina dan sekitarnya setelah
dilakukannya penjahitan di daerah perineum, yaitu antara lain:
a) Menjaga perineumnya selalu bersih dan kering.
b) Hindari penggunaan obat-obatan tradisional pada
perineumnya.
c) Cuci perineumnya dengan sabun dan air bersih yang
mengalir 3 sampai 4 kali perhari.
d) Kembali dalam seminggu untuk memeriksa
penyembuhan lukanya. Ibu harus kembali lebih awal jika
ia mengalami demam atau mengeluarkan cairan yang
berbau busuk dari daerah lukanya atau jika daerah
tersebut menjadi lebih nyeri.
6. Petugas mengecek kembali kesesuaian antara hasil pemeriksaan
2/2
RUPTUR PERINEUM TINGKAT 1-2

Puskesmas No.Dokumen Dr. H.M.


Sindanglaut No. Revisi 00 Akhdiyat
SOP Tanggal Terbit
Halaman 2/2

dengan diagnosa dan penatalaksanaan


7. Petugas mencatat ke dalam rekam medis

6. Diagram Alir

Petugas
Anamnesa
menyiapkan
alat diagnostik

Penegakan diagnostik Pemeriksaan fisik

Penatalaksanaan

Ya
Ruptur
perineu Rujuk RS
m

tidak

Mengecek kembali Petugas


mencatat
dalam rekam
medis

7. Unit Terkait Poned, Poskesdes

8. Rekaman Historis Perubahan


Tanggal mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan

3/2
RUPTUR PERINEUM TINGKAT 1-2

Puskesmas No.Dokumen Dr. H.M.


Sindanglaut No. Revisi 00 Akhdiyat
SOP Tanggal Terbit
Halaman 2/2

4/2
RUPTUR PERINEUM TINGKAT 1-2

Puskesmas No.Dokumen Dr. H.M.


Sindanglaut No. Revisi 00 Akhdiyat
SOP Tanggal Terbit
Halaman 2/2

5/2

Das könnte Ihnen auch gefallen