Sie sind auf Seite 1von 11

JOURNAL READING

KOMPLIKASI SINUSITIS DI RUMAH SAKIT TERSIER: JENIS,


KARAKTERISTIK PASIEN, DAN HASIL

DISUSUN OLEH:

PETER DARMAATMAJA S. G99162143


APRILLA DWI UTAMI G99172042
GILANG SUKMA MUHAMAD G99172081
JESSICA ADRIANE G99172094
SHANTY FITRIA ANDRIANI G99172152

PEMBIMBING:

dr. Putu Wijaya Kandhi, Sp.T.H.T.-K.L. (K)

KEPANITERAAN KLINIK/PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER


BAGIAN ILMU KESEHATAN TELINGA, HIDUNG, TENGGOROK,
BEDAH KEPALA, DAN LEHER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI
2018
The Complications of Sinusitis in a Tertiary Care Hospital: Types, Patient
Characteristics, and Outcomes

Saisawat Chaiyasate, Supranee Fooanant, Niramon Navacharoen, Kannika


Roongrotwattanasiri, Pongsakorn Tantilipikorn, and Jayanton Patumanond

International Journal of Otolaryngology, Vol 2015

CRITICAL APPRAISAL

General Description
1. Design :
2. Subject :
3. Title :
4. Authors :
5. Abstract :
6. Introduction :

Level of Evidence

P-I-C-O Analysis
1. Population :
2. Intervention :
3. Comparison :
4. Outcome :

V-I-A Analysis
1. Validity :
2. Importance :
3. Applicability :
KOMPLIKASI SINUSITIS DI RUMAH SAKIT TERSIER: JENIS,
KARAKTERISTIK PASIEN, DAN HASIL

Diterjemahkan dari

The Complications of Sinusitis in a Tertiary Care Hospital: Types, Patient


Characteristics, and Outcomes

Saisawat Chaiyasate, Supranee Fooanant, Niramon Navacharoen, Kannika


Roongrotwattanasiri, Pongsakorn Tantilipikorn, and Jayanton Patumanond

International Journal of Otolaryngology, Vol 2015

Abstrak

Pendahuluan

Bahan dan Metode

Studi retrospektif telah dilakukan pada pasien sinusitis yang dirawat di


Rumah Sakit Universitas Chiang Mai dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2012.
Data pasien sinusitis dengan komplikasi dan jadwal operasi mereka telah ditinjau,
dikumpulkan dan dikelompokkan sebagai berikut.

1655 pasien sinusitis


skrining diagnosis

61 kasus dieksklusi: 17 kasus


146 kasus suspek
komplikasi dengan data
komplikasi ditinjau
inkomplit, 25 kasus sinusitis
jamur, 13 kasus mucocele (tanpa
sinusitis sebelumnya), 6 kasus
85 kasus komplikasi tumor

Gambar 1: Alur Studi


1) Komplikasi lokal termasuk selulitis wajah, abses wajah, osteomielitis,
dan mucocele/mukopiocele yang terjadi setelah operasi pada sinus atau
akibat adanya riwayat sinusitis.
2) Komplikasi orbital dibagi menjadi 5 kelompok; edema inflamasi, selulitis
orbital, abses subperiosteal, abses orbital, thrombosis sinus cavernosa.
3) Penulis mengklasifikasikan nervus kranial palsy sebagai komplikasi
tersendiri.
Data karakteristik pasien, organisme yang terlibat, dan hasil pengobatan
dikumpulkan. Kultur anaerob tidak tersedia dalam aturan rutin kegawat daruratan
dalam rumah sakit.
Data dianalisa menggunakan program STATA versi 11.0 (Perusahaan
STST, Texas, USA). Uji probabilitas digunakan untuk proporsi komplikasi antara
kelompok umur dan regresi logistik multinominal digunakan untuk hasil.
Komite Etik Penelitian Fakultas Keokteran Universitas Chiang Mai
menyetujui protokol studi.

Hasil
Terdapat sebanyak 146 kasus komplikasi sinusitis dari 1655 pasien
dengan penyakit sinusitis. Sisanya telah dilakukan operasi sinus karena kegagalan
terapi medikamentosa pasien sinusitis. Setelah melakukan peninjauan terhadap
riwayat pasien, didapatkan 85 pasien (5,1%) yang dimasukkan ke dalam
penelitian ini. Gambar 1. menunjukkan 61 kasus yang dikecualikan, termasuk 17
kasus dengan data yang tidak lengkap (lima kasus mukokel, delapan kasus
komplikasi ke mata, satu kasus meningitis dengan komplikasi ke mata, satu kasus
trombosis sinus kavernosus, satu kasus dengan komplikasi intracranial dan mata,
dan satu kasus abses serebelum dengan trombosis sinus kavernosus), 25 kasus
sinusitis karena jamur, 13 kasus mukokel tanpa riwayat sinusitis (empat kasus
dengan riwayat cedera kepala dan 9 kasus tanpa adanya gangguan hidung), dan
enam kasus tumor. Diagnosis komplikasi dibuat berdasarkan pada temuan klinis
dan pemeriksaan CT-Scan. Pungsi lumbal dan pemeriksaan cairan
likuorserebrospinalis dilakukan pada pasien dengan kecurigaan meningitis.
Seluruh kasus diterapi secara empiris dengan antibiotik intravena sesuai dengan
organisme yang telah ditentukan pada penelitian ini. Drainase pada sinus yang
terlibat, dengan atau tanpa komplikasi dilakukan untuk seluruh kasus kecuali satu
kasus dewasa dengan meningitis yang membaik melalui perawatan medis saja.
50 pria (58,8%) dan 35 wanita (35%) dimasukkan dalam penelitian ini.
Empat belas pasien merupakan anak-anak dengan usia kurang dari 15 tahun
(16,5%) dan 71 pasien adalah orang dewasa (83,5%). Rata-rata usia adalah 43,5
(±23,3), dengan rentang usia 1 bulan sampai 81 tahun. Secara keseluruhan, 27
pasien terdapat lebih dari satu komplikasi (Tabel 1). 25 pasien (29,4%)
mempunyai paling sedikit satu kondisi medis yang mempengaruhi sistem imunitas
pasien yaitu diabetes mellitus (18,8%), gagal ginjal kronis (8,2%), keganasan
(5,9%), penyakit hati kronis (3,5%), dan infeksi HIV (2,4%). Komplikasi yang
paling sering terjadi adalah komplikasi orbital (Tabel 1).
Tabel 1. Tipe Komplikasi Sinusitis
Tipe
Pasien (%) Penjelasan
Komplikasi
Lokal: 14
9 kasus mukokel, 2 kasus selulitis wajah, 2 kasus
abses wajah, dan 1 kasus osteomyelitis
Orbital: 16
5 kasus selulitis periorbital, 5 kasus selulitis
orbital, dan 6 kasus abses subperiosteal (SPOA)
Intrakranial: 13
5 kasus meningitis, 2 kasus meningitis dengan
abses frontal, 1 kasus abses temporal, 1 kasus
abses otak tengah dan kelumpuhan nervus
1 58 (68,3%)
kranialis VII (UMNL), dan 4 kasus meningitis
dengan komplikasi lain
Kelumpuhan Nervus Kranialis: 15
2 kasus kelumpuhan nervus kranialis II
4 kasus kelumpuhan nervus kranialis III
1 kasus kelumpuhan nervus kranialis IV
3 kasus kelumpuhan nervus kranialis VI
1 kasus kelumpuhan nervus kranialis III, IV
1 kasus kelumpuhan nervus kranialis III, VI
3 kasus kelumpuhan nervus kranialis III, IV, VI
3 kasus mukokele
2 kasus dengan SPOA dan 1 kasus dengan
neuropati optic
2 17 (20%) 8 kasus SPOA
4 kasus dengan kelumpuhan nervus kranialis
(terbatasnya EOM pada seluruh arah dan
gangguan penglihatan)
3 kasus dengan selulitis/ abses wajah
1 kasus dengan osteomyelitis
4 kasus selulitis periorbital/ orbital dengan abses/
selulitis wajah
1 kasus selulitis orbital dan trombosis vena
ophtalmica superior dengan meningitis
1 kasus trombosis sinus sigmoid dan transversus
dengan kelumpuhan nervus kranialis VI bilateral
6 kasus trombosis kavernosus
3 kasus nervus kranialis II, III, IV, VI
1 kasus nervus kranialis II, VI
1 kasus nervus kranialis III, VI
3 8 (9,4%)
1 kasus nervus kranialis II, VII
1 kasus abses orbital dan wajah dengan kebutaan
1 kasus selulitis orbital, abses scalp, abses kelenjarair
mata, trombosis sinus sagittalis superior
2 kasus trombosis sinus kavernosus dengan abses
4 2 (3%)
atau selulitis wajah.
SPOA= subperiosteal abses, UMNL= upper motor neuron lesion, CN= cranial
nerve, EOM= extraocular movement.

Terdapat 15 kasus CN palsy tanpa adanya komplikasi. Sembilan pasien


mengalami sphenoiditis unilateral atau bilateral, empat pasien dengan pansinusitis
yang juga termasuk sinus sphenoid, satu pasien dengan ethmoiditis, dan satu
pasien dengan sinusitis maxillaris dan sinusitis frontalis.
Sebanyak 29 kasus dengan komplikasi lokal tersering adalah selulitis
wajah atau abses (15 kasus), diikuti mukokel (12 kasus) dan osteomielitis (dua
kasus). Semua komplikasi lokal kecuali mukokel termasuk sinus maxillaris
dengan atau tanpa keterlibatan sinus yang lain.
Pada kelompok komplikasi orbital (41 kasus), abses subperiosteal
merupakan komplikasi paling banyak (16 kasus), diikuti dengan selulitis orbital
(10 kasus), selulitis periorbital (8 kasus), trombosis sinus kavernosus (6 kasus),
dan abses orbital (satu kasus).
Pada 24 kasus dengan komplikasi intrakranial, sebanyak 5 pasien
mempunyai lebih dari satu komplikasi intrakranial. Kejadian komplikasi
intrakranial terdiri dari 13 kasus meningitis, 5 kasus abses otak (temporal, frontal,
otak tengah dan pons, epidural, dan sepanjang sinus sagittalis superior), dan 11
kasus dengan trombosis sinus venosus dural (8 kasus trombosis sinus kavernosus,
2 kasus trombosis sinus sigmoid dan sinus transversus, dan satu kasus sinus
sagittalis superior). Terdapat pula komplikasi intrakranial yang jarang seperti
trombosis arteri karotis interna, perdarahan intraventrikular, dan hidrosefalus.
Daerah sinus yang paling sering terlibat pada komplikasi intrakranial
adalah sinus sphenoid, baik itu komplikasi tunggal (10 kasus) ataupun
berbarengan dengan sinus ethmoidalis posterior (4 kasus). Terdapat 6 kasus
pansinusitis yang terjadi pada komplikasi intrakranial, tiga kasus berupa
komplikasi ke sinus frontalis saja atau kombinasi dengan sinus ethmoidalis, dan
satu kasus yang tidak tercatat sinus mana yang terlibat. Temuan sistemik yang
terjadi yaitu sepsis, disseminated intravascular coagulation (DIC), gagal napas
akut, dan kerusakan hepar.
Berkenaan dengan usia, semua anak memiliki komplikasi orbital, tiga
kasus dengan komplikasi lokal dan satu kasus dengan meningitis (Tabel 2).
Tabel 2. Tipe Komplikasi berdasarkan kelompok usia
Tipe Komplikasi Usia < 15 tahun Usia ≥ 15 tahun p value
(14 pasien) (71 pasien)
Lokal (29 pasien) 5 (35,7%) 24 (33,8%) 1,000
Orbital (41 pasien) 14 (100%) 27 (38,0%) < 0,001
Intrakranial
1 (7,1%) 23 (32,4%) 0,100
(24 pasien)
Kelumpuhan saraf
kranialis (30 3 (21,4%) 27 (38,0%) 0,360
pasien)

Setelah dilakukan terapi, sebanyak 14 anak (100%), dan 45 orang dewasa


(63,4%) sembuh total. Sebanyak 8 pasien dewasa meninggal (11,8%), dan 18
pasien dewasa sembuh dengan penurunan morbiditas (25,3%) setelah keluar dari
rumah sakit. Dari seluruh kasus dengan morbiditas, pasien dengan keterbatasan
dalam gerakan ekstraokuler pulih dalam waktu dua bulan setelah dilakukan
follow-up (8 kasus), tetapi gangguan penglihatan (5 kasus), deformitas/
kelemahan wajah (2 kasus), dan hemiparesis (3 kasus) tidak dapat dipulihkan.
Tujuh dari delapan kasus kematian mempunyai komplikasi intrakranial seperti
trombosis sinus venosus dan meningitis dengan sepsis, dan pada kasus lain
dijumpai selulitis orbita dan sepsis. Hasil dari kultur darah tersedia pada lima
kasus dari delapan kasus kematian, dua di antaranya tidak teridentifikasi
organismenya, sementara tiga kasus teridentifikasi kuman Chryseobacterium
indologenes, Staphylococcus aureus (MRSA), dan Micrococcus spp.
Regresi logistik multinomial digunakan untuk analisis hasil jumlah dan
tipe komplikasi sesuai golongan usia, jenis kelamin dan faktor komorbiditas
seperti diabetes, penyakit hati, penyakit ginjal kronis, keganasan dan infeksi HIV.
Kasus-kasus dengan lebih banyak jenis komplikasi berdampak pada klinis pasien
yang lebih buruk (Tabel 3.). Di antara berbagai jenis komplikasi, komplikasi
intrakranial memiliki tingkat morbiditas yang signifikan (p= 0,042), begitu pula
dengan tingkat mortalitas (p= 0,020) (Tabel 4.).
Tabel 3. Risiko (odds ratio dan 95% interval kepercayaan) tampilan klinis yang
buruk (pemulihan dengan morbiditas atau kematian) dari keseluruhan tipe
komplikasi, melalui analisis dengan regresi logistik multinomial

Tampilan
Odds Ratio 95% Interval Kepercayaan p value
Klinis Buruk
Pulih dengan
2,49 1,15 5,37 0,020
morbiditas
Meninggal 3,27 1,24 8,63 0,017
Jumlah total tipe komplikasi= kombinasi jumlah banyaknya tipe komplikasi
sinusitis (lokal, orbital, komplikasi intrakranial, dan kelumpuhan saraf kranialis),
rentang 1 sampai 4.
Disesuaikan dengan usia, jenis kelamin, dan faktor komorbid : diabetes, penyakit
hati, gagal ginjal kronik, keganasan dan infeksi HIV

Kultus pus berhasil diperoleh pada 60 kasus (70,1%), 24 kasus di


antaranya tidak menunjukkan adanya mikroorganisme. Pada 36 kasus dengan
spesimen positif, ditemukan organisme tunggal ataupun multipel, termasuk tujuh
kasus koagulase negatif Staphylococcus (11,7%), lima kasus S. aureus (8,3%),
satu kasus Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA) (1,7%), tujuh
kasus Streptococcus spp. (11,7%), lima kasus Pseudomonas aeruginosa (8,3%),
lima kasus Klebsiella (8,3%), tiga kasus Enterococcus spp. (5%), tiga kasus
Enterobacter spp. (5%), tiga kasus Diphteroid bacilli (5%), dan empat kasus
Acinetobacter spp. (6,7%), tambahan kasus termasuk Haemophilus influenza,
Neisseria spp., Corynebacterium spp., Pasteurella spp., E coli, Citrobacter koseri,
Proteus spp., Aeromonas hydrophila, and Burkholderia pseudomallei.
Tabel 4. Risiko (odds ratio dan 95% interval kepercayaan) tampilan klinis yang
buruk (pemulihan dengan morbiditas atau kematian) dari sinusitis,
diklasifikasikan dengan tipe komplikasi sinusitis, melalui analisis dengan regresi
logistik multinomial.
Tampilan Klinis
Buruk dan Tipe Odds Ratio 95% Interval Kepercayaan p value
Komplikasi
Pemulihan dengan
morbiditas
Lokal 1,67 0,33 8,40 0,534
Orbital 1,58 0,42 5,97 0,466
Intrakranial 4,61 1,06 20,08 0,042
Kelumpuhan
3,55 0,85 14,82 0,082
saraf kranialis
Kematian
Lokal 1,02 0,04 28,18 0,990
Orbital 4,82 0,15 156,26 0,376
Intrakranial 106,55 2,06 5512,16 0,020
Kelumpuhan
0,75 0,02 23,94 0,872
saraf kranialis
Disesuaikan dengan usia, jenis kelamin, dan faktor komorbid : diabetes, penyakit
hati, gagal ginjal kronik, keganasan dan infeksi HIV.

Diskusi
Simpulan

Das könnte Ihnen auch gefallen