Sie sind auf Seite 1von 34

PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN MANAJEMEN

NYERI NON FARMAKOLOGIS PADA PASIEN POST


FRAKTUR TIBIA DAN KELUARGA DI JL. HOS
COKROAMINOTO GG PANILI BLOK 7/94
KABUPATEN JEMBER

oleh

Nunung Ratna Sari


NIM 152310101219

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2017
PRAKATA

Alhamdulillah, Puji syukur kami panjatkan kepada hadirat Allah SWT,


Pencipta alam semesta yang telah melipahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
laporan kegiatan Pendidikan Kesehatan ini dapat diselesaikan dengan baik.
Pendidikan kesehatan tentang “Latihan Manajemen Nyeri Non
Farmakologi pada Pasien Post Fraktur Tibia dan Keluarga” sangat penting
diketahui oleh seluruh kalangan usia. Hal ini berkaitan dengan semakin
meningkatnya angka morbiditas dibanding angka mortalitas akibat kecelakaan di
Indonesia.
Patah batang tibia merupakan fraktur yang sering terjadi dibanding fraktur
batang tulang panjang lainnya, hal ini ditemukan pada 10% kasus cedera tulang.
Fraktur tibia sering disertai dengan komplikasi dan cacat dari kedua tulang kaki
yang memerlukan pembedahan, serta pengobatan dan periode pemulihan jangka
panjang.Dalam fase pemulihan tersebut seringkali diiringi dengan rasa nyeri yang
dapat menimbulkan ketidaknyamanan, manajemen nyeri pada pasien post fraktur
belum banyak diketahui oleh masyarakat sehingga hal ini dapat menimbulkan
komplikasi. Oleh sebab itu pendidikan kesehatan mengenai manajemen nyeri
setelah adanya patah tulang batang tibia sangat dibutuhkan dikalangan masyarakat
agar resiko komplikasi yang lebih lanjut dapat dihindari mengingat pemulihan
fraktur tibia memerlukan waktu jangka panjang.
Kami berharap kegiatan pendidikan kesehatan ini dapat berjalan dengan
lancar dan sesuai dengan tujuan sebelumnya. Kami juga mengharapkan saran
yang membangun sehingga dapat meningkatkan efektifitas dari kegiatan
pendidikan kesehatan ini.

Jember, 28 Mei 2017


Pelaksana

Nunung Ratna Sari

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................
PRAKATA ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. iv
BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1 Analisa Situasi ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 2
BAB 2. TUJUAN DAN MANFAAT ........................................................ 3
2.1 Tujuan ......................................................................................... 3
2.2 Manfaat ....................................................................................... 3
BAB 3. KERANGKA PENYELESAIAN MASALAH .......................... 4
3.1 Dasar Pemikiran.......................................................................... 4
3.2 Kerangka Penyelesaian Masalah ................................................ 5
BAB 4. RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN ............................. 7
4.1 Realisasi Penyelesaian Masalah .................................................. 7
4.2 Khalayak Sasaran......................................................................... 7
4.3 Metode Yang Digunakan ............................................................. 7
BAB 5. HASIL KEGIATAN .................................................................... 8
5.1 Analisa Evaluasi .......................................................................... 8
5.2 Faktor Pendukung ........................................................................ 9
5.3 Faktor Penghambat ...................................................................... 9
BAB 6. PENUTUP..................................................................................... 11
6.1 Kesimpulan .................................................................................. 11
6.2 Saran ............................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 13
LAMPIRAN ............................................................................................... 15

iii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Berita Acara Kegiatan


Lampiran 2 : Daftar Hadir
Lampiran 3 : Materi
Lampiran 4 : Media Leaflet
Lampiran 5 : Foto Kegiatan
Lampiran 6 : Foto fraktur tibia dextra

iv
Laporan Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan Manajemen Nyeri Non Farmakologis pada 2017
Pasien Post Fraktur Tibia dan Keluarga

BAB 1. LATAR BELAKANG

1.1 Analisis Situasi


Perkembangan globalisasi yang semakin berkembang menuntut manusia
untuk melakukan banyak aktivitas. Dikehidupan sehari-hari yang semakin padat
dengan aktifitas manusia untuk mengejar perkembangan zaman, tidak akan lepas
dari fungsi normal musculoskeletal terutama tulang yang menjadi alat gerak utama
bagi manusia.
Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagian tubuh dan
tempat untuk melekatnya otot-otot untuk menggerakan kerangka tubuh. Namun
dari ulah manusia itu sendiri, fungsi tulang dapat terganggu karena mengalami
fraktur. Fraktur (patah tulang) adalah suatu kondisi hilangnya kontinuitas tulang
atau tulang rawan, baik yang bersifat total maupun sebagian (Muttaqin, 2008).
Penyebab terbanyak Fraktur adalah kecelakaan, baik itu kecelakaan kerja,
kecelakaan lalu lintas dan sebagainya. Tetapi fraktur juga bisa terjadi akibat faktor
lain seperti proses degeneratif dan patologi (Depkes RI, 2005)

Menurut Badan kesehatan dunia (WHO) dalam N Fadliyah (2014) mencatat


di tahun 2011 terdapat lebih dari 5,6 juta orang meninggal dikarenakan insiden
kecelakaan dan sekitar 1,3 juta orang mengalami kecacatan fisik. Salah satu
insiden kecelakaan yang memiliki prevalensi cukup tinggi yaitu insiden fraktur
ekstrimitas bawah sekitar 40% dari insiden kecelakaan yang terjadi. Berdasarkan
data dari Departemen Kesehatan RI tahun 2009 didapatkan sekitar delapan juta
orang mengalami kejadian fraktur dengan jenis fraktur yang berbeda dan
penyebab yang berbeda. Pada 45.987 peristiwa terjatuh terjadi fraktur sebanyak
1.775 orang (3,8 %), dari 20.829 kasus kecelakaan lalu lintas, terjadi fraktur
sebanyak 1.770 orang(8,5 %). Sedangkan pada 14.127 kasus trauma benda
tajam/tumpul, yang mengalami fraktur sebanyak 236 orang (1,7 %). Dari 45.987
orang dengan kasus fraktur ekstremitas bawah akibat kecelakaan, 19.629 orang
mengalami fraktur pada tulang femur, 14.027 orang mengalami fraktur cruris,
3.775 orang mengalami fraktur tibia,970 2 orang mengalami fraktur pada tulang-
tulang kecil di kaki dan 336 orang mengalami fraktur fibula.

1
Laporan Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan Manajemen Nyeri Non Farmakologis pada 2017
Pasien Post Fraktur Tibia dan Keluarga

Meskipun pasien yang mengalami fraktur biasanya segera mendapatkan


penanganan tetapi pada beberapa kasus post fraktur, pasien sering mengalami
keterlambatan pergerakan karena adanya kelemahan otot dan keterbatasan rentang
gerak (Purwanti, 2013). keterlambatan pergerakan karena adanya kelemahan otot
dan keterbatasan rentang gerak tersebut diakibatkan karena adanya rasa nyeri
akibat trauma pada jaringan lunak dan struktur yang seluruhnya mengalami
kerusakan, namun rasa ketidaknyamanan akibat nyeri tersebut seringkali tidak
diimbangi dengan pengetahuan tentang manajemen nyeri yang benar, Pasien tidak
mampu mengontrol anggota tubuhnya sehingga membatasi pergerakan. Muncul
perasaan cemas apabila melakukan mobilitas meskipun hanya pergerakan sendi
pada area yang tidak mengalami fraktur,oleh sebab itu pada pasien post fraktur
sering timbul komplikasi. Manajemen nyeri yang biasa dilakukan hanyalah
menggunakan terapi farmakologis, terapi tersebut akan memberikan efek rasa
nyaman karena terapi farmakologis akan menghilangkan rasa nyeri namun hanya
dalam jangka waktu yang tidak lama, selain itu terapi farmakologis jika dilakukan
secara terus menerus akan menimbulkan efek samping bagi tubuh yang tentunya
tidak baik untuk kesehatan. Oleh karena itu pendidikan kesehatan mengenai
latihan manajemen nyeri non farmakologis pada pasien post fraktur tibia dan
keluarga sangat penting dilakukan untuk dijadikan alternatif dalam mengurangi
resiko komplikasi dan mengurangi rasa ketidaknyamanan pada pasien.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan analisa situasi di atas, maka perumusan masalah dalam kegiatan
yang perlu dilakukan adalah pendidikan kesehatan mengenai latihan manajemen
nyeri non farmakologis pada pasien post fraktur tibia dan keluarga untuk
mencegah adanya komplikasi lebih lanjut dan mengurangi rasa ketidaknyamanan
pada pasien.

2
Laporan Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan Manajemen Nyeri Non Farmakologis pada 2017
Pasien Post Fraktur Tibia dan Keluarga

BAB 2. TUJUAN DAN MANFAAT

2.1 Tujuan
2.1.1 Tujuan Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan mengenai latihan manajemen
nyeri non farmakologis pada pasien post fraktur tibia dan keluarga, klien dan
keluarga dapat memahami konsep dasar fraktur, komplikasi yang ditimbulkan
dan manajemen nyeri non farmakologis post fraktur untuk mencegah komplikasi
dan menurunkan rasa ketidaknyamanan pada pasien.

2.1.2 Tujuan Khusus


a. Mampu menjelaskan pengertian fraktur
b. Mampu menjelaskan penatalaksanaan fraktur
c. Mampu menjelaskan fase penyembuhan fraktur
d. Mampu menjelaskan komplikasi fraktur
e. Mampu menerapkan dan mempraktikkan manajemen nyeri non
farmakologis post fraktur yang dapat dilakukan oleh pasien dan keluarga.

2.2 Manfaat
a. Mengetahui pengertian fraktur
b. Mengetahui penatalaksanaan fraktur
c. Mengetahui fase penyembuhan fraktur
d. Mengetahui komplikasi fraktur
e. Mengetahui manajemen nyeri non farmakologis post fraktur yang dapat
dilakukan oleh pasien dan keluarga.

3
Laporan Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan Manajemen Nyeri Non Farmakologis pada 2017
Pasien Post Fraktur Tibia dan Keluarga

BAB 3. KERANGKA PENYELESAIAN MASALAH

3.1 Dasar Pemikiran


Fraktur (patah tulang) adalah suatu kondisi hilangnya kontinuitas tulang atau
tulang rawan, baik yang bersifat total maupun sebagian (Muttaqin, 2008).
Penyebab terbanyak Fraktur adalah kecelakaan, baik itu kecelakaan kerja,
kecelakaan lalu lintas dan sebagainya. Tetapi fraktur juga bisa terjadi akibat faktor
lain seperti proses degeneratif dan patologi (Depkes RI, 2005) menurut
Departemen Kesehatan RI tahun 2009 pada 14.127 kasus trauma benda
tajam/tumpul, yang mengalami fraktur sebanyak 236 orang (1,7 %). Dari 45.987
orang dengan kasus fraktur ekstremitas bawah akibat kecelakaan, 19.629 orang
mengalami fraktur pada tulang femur, 14.027 orang mengalami fraktur cruris,
3.775 orang mengalami fraktur tibia, 970 2 orang mengalami fraktur pada tulang-
tulang kecil di kaki dan 336 orang mengalami fraktur fibula.
Pada dasarnya fraktur menyebabkan nyeri karena fraktur menyebabkan
rusaknya kontinuitas jaringan. Selain itu salah satu penatalakanaan pada fraktur
yaitu pada pembedahan juga dapat menyebabkan nyeri. Nyeri dapat terjadi akibat
trauma ataupun akibat pembedahan. Nyeri yang diakibatkan dari pembedahan
biasanya membuat pasien merasa sangat kesakitan. Pembedahan merupakan suatu
kekerasan dan trauma bagi penderita, sedangkan anestesi dapat menyebabkan
kelainan yang dapat menimbulkan berbagai keluhan gejala. Rasa nyeri
merupakan stresor yang dimana individu dapat berespon secara biologis dan
perilaku yang menimbulkan respon fisik dan psikis. Respon fisik meliputi
perubahan keadaan umum, wajah, denyut nadi, pernafasan, suhu badan, sikap
badan, dan apabila nafas makin berat dapat menyebabkan kolaps kardiovaskuler
dan syok, sedangkan respon psikis akibat nyeri dapat merangsang respon stress
yang dapat mengurangi sistem imun dalam peradangan, serta menghambat
penyembuhan respon yang lebih parah akan mengarah pada ancaman merusak
diri sendiri (Corwin, 2001).
Pengetahuan yang tidak memadai tentang manajemen nyeri merupakan alasan
yang paling umum yang memicu terjadinya manjemen nyeri yang tidak tepat.

4
Laporan Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan Manajemen Nyeri Non Farmakologis pada 2017
Pasien Post Fraktur Tibia dan Keluarga

penanganan nyeri yang biasa dilakukan hanya dengan terapi farmakologis,


padahal tidak semua kalangan dapat memberikan terapi farmakologis untuk nyeri,
karena terapi ini harus menggunakan dosis yang tepat agar menghindari
efeksampingnya, mereka melupakan terapi yang seharusnya dapat dilakukan oleh
semua kalangan yaitu terapi non farmakologis, terapi ini perlu diajarkan kepada
semua kalangan masyarakat khususnya kepada klien dan keluarga yang beresiko
nyeri, karena managejemen nyeri yang dilakukan secara mandiri dapat menjadi
alternatif dalam proses penyembuhan khususnya proses penyembuhan yang
memerlukan waktu jangka panjang.

3.2 Kerangka Penyelesaian Masalah


Pengetahuan manajemen nyeri sangat penting bagi kalangan masyarakat,
karena jika manajemen nyeri tidak dilakukan maka akan menimbulkan komplikasi
yang lebih lanjut. Menurut Tamsuri (2006), selain tindakan farmakologis untuk
menanggulangi nyeri ada pula tindakan nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri,
tindakan non farmakologis untuk menanggulangi nyeri tersebut terdiri dari
berbagai cara, diantaranya yaitu dengan melakukan range of motion (ROM) dan
kompres hangat, kedua tindakan ini merupakan tidakan managemen nyeri non
farmakologis yang mudah dan dapat dilakukan oleh pasien dan keluarga secara
mandiri.
Kompres hangat pada daerah nyeri dapat memperlancar sirkulasi darah
sehingga mengurangi rasa nyeri dan memberi rasa hangat, nyaman, dan tenang
pada klien. pelaksanaan kompres hangat sangatlah mudah, pertama-tama yaitu
harus mempersiapkan alat diantaranya buli-buli dan sarungnya atau botol dan
sarungnya, serbet dan kain segitiga, serta air panas secukupnya. Lalu untuk
prosedur tindakannya dapat dilakukan dengan cuci tangan terlebih dahulu,
kemudian mengisi kantung karet dengan air hangat, lalu tutup kantung yang telah
diisi air hangat kemudian keringkan menggunakan serbet setelah itu tempatkan
kantung karet pada daerah nyeri.
Range of motion (ROM) dapat membantu memelihara dan mencegah
penurunan fungsi pada persendian, memelihara dan meningkatkan pergerakan

5
Laporan Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan Manajemen Nyeri Non Farmakologis pada 2017
Pasien Post Fraktur Tibia dan Keluarga

sendi, merangsang sirkulasi darah, Untuk mencegah kelainan bentuk (deformitas)


pada persendian, serta memelihara dan meningkatkan kekuatan otot. Untuk
prosedur pelaksanaan ROM meliputi berbagi macam, diantaranya yaitu fleksi dan
ekstensi lutut dan panggul, abduksi dan adduksi panggul, rotasi internal dan
eksternal panggul, dorsofleksi pergelangan kaki, plantarfleksi pergelangan kaki,
inversi dan eversi pergelangan kaki, fleksi dan ekstensi jari-jari kaki, abduksi dan
adduksi jari-jari kaki.

6
Laporan Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan Manajemen Nyeri Non Farmakologis pada 2017
Pasien Post Fraktur Tibia dan Keluarga

BAB 4. RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN

4.1 Realisasi Penyelesaian Masalah


Pendidikan kesehatan merupakan upaya untuk memberikan pengetahuan
dan pengalaman kepada pasien dan keluarga untuk selanjutnya dapat mengambil
tindakan yang benar dalam pemberian manajemen nyeri non farmakologis pada
pasien post fraktur tibia sehingga tidak akan menyebabkan komplikasi yang lebih
lanjut. Kegiatan akan dilaksanakan pada hari jumat, 26 Mei 2017 pukul 16.00 s/d
16.15 di kediaman klien.

4.2 Khalayak Sasaran


Khalayak sasaran pada kegiatan pendidikan kesehatan ini adalah klien
yang memiliki riwayat post fraktur yang telah mengalami pembedahan dan
keluarga klien.

4.3 Metode yang Digunakan


1. Jenis model pembelajaran : konstruktif
2. Landasan teori : diskusi dan demonstrasi
3. Langkah pokok
a. Menciptakan suasana pertemuan yang baik
b. Mengajukan masalah
c. Mengidentifikasi pilihan tindakan
d. Memberi komentar
e. Menetapkan tindak lanjut sasaran.
Keterangan:
1. Pemateri

2. Peserta dan keluarga

3. Rekan Mahasiswa
(membantu merekam video)

7
Laporan Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan Manajemen Nyeri Non Farmakologis pada 2017
Pasien Post Fraktur Tibia dan Keluarga

BAB 5. HASIL KEGIATAN

5.1 Analisis Evaluasi


Analisa evaluasi yang dapat dilakukan terkait kegiatan pendidikan kesehatan
tentang latihan manajemen nyeri non farmakologis pada pasien post fraktur tibia
dan keluarga adalah sebagai berikut:

5.1.1 Evaluasi Persiapan


Persiapan yang dilakukan oleh pemateri sebelum melaksanakan kegiatan
pendidikan kesehatan tentang manajemen nyeri non farmakologis pada pasien
post fraktur tibia dan keluarga meliputi:
a. Pemateri mencari data prevalensi fraktur tibia
b. Pemateri mencari literatur terkait konsep dasar fraktur dan manajemen nyeri
yang dapat dilakukan keluarga
c. Pemateri membuat preplanning beserta berita acara, daftar hadir, SAP,
materi, serta media yang telah dilampirkan.
d. Pemateri melakukan kontrak waktu dengan klien yang memiliki riwayat
fraktur tibia dan keluarga
e. Pemateri menyiapkan dan menawarkan tempat yang sesuai dengan kegiatan
pendidikan kesehatan kepada klien
f. Pemateri menyiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan
pendidikan kesehatan terkait manajemen nyeri non farmakologis pada pasien
post fraktur tibia dan keluarga
g. Pemateri memastikan kesiapan klien dan keluarga untuk mengikuti kegiatan
pendidikan kesehatan
5.1.2 Evaluasi Proses
a. Pemateri menyampaikan materi tentang manajemen nyeri non farmakologis
pada pasien post fraktur tibia dan keluarga dengan metode ceramah,
demonstrasi, dan diskusi menggunakan bahasa yang jelas, sederhana, dan
mudah dimengerti
b. Klien dan keluarga kooperatif selama mengikuti kegiatan dan dapat
mengikuti instruksi pemateri

8
Laporan Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan Manajemen Nyeri Non Farmakologis pada 2017
Pasien Post Fraktur Tibia dan Keluarga

c. Klien dan keluarga menunjukkan antusiasme selama kegiatan, hal ini terlihat
dari banyaknya pertanyaan yang diajukan oleh klien, mau untuk
mempraktikkan, dan menyatakan sudah mengerti serta memahami terkait
konsep dasar Perawatan pada Post Operasi Fraktur Tibia

5.1.3 Evaluasi Hasil


a. 90% klien dapat menjawab pertanyaan tentang konsep dasar fraktur dan
manajemen nyeri non farmakologis yang dapat dilakukan oleh pasien dan
keluarga yang diajukan oleh pemateri
b. 90% klien dan keluarga menunjukkan mampu untuk mengulangi penjelasan
terkait konsep dasar fraktur dan manajemen nyeri non farmakologis yang
dapat dilakukan oleh pasien dan keluarga
c. 90% klien dan keluarga mampu mempraktikkan secara mandiri terkait
manajemen nyeri non farmakologis yang dapat dilakukan oleh pasien dan
keluarga
d. Klien dan keluarga menyatakan bersedia berbagi informasi terkait konsep
dasar raktur dan manajemen nyeri non farmakologis yang dapat dilakukan
oleh pasien dan keluarga.

5.2 Faktor Pendukung


Faktor pendukung yang dapat dilakukan terkait kegiatan pendidikan
kesehatan tentang latihan manajemen nyeri non farmakologis pada pasien post
fraktur dan keluarga adalah sebagai berikut:
a. Suasana serta tempat yang luas dan sejuk sehingga membuat nyaman pada
klien dan keluarga selama kegiatan berlangsung
b. Pemanfaatan media yang atraktif sehingga menarik
c. Klien dan keluarga memiliki semangat yang tinggi untuk belajar kesehatan.

5.3 Faktor Penghambat


Faktor penghambat yang dapat dilakukan terkait kegiatan pendidikan
kesehatan tentang latihan manajemen nyeri non farmakologis pada pasien post
fraktur dan keluarga adalah sebagai berikut:

9
Laporan Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan Manajemen Nyeri Non Farmakologis pada 2017
Pasien Post Fraktur Tibia dan Keluarga

a. Waktu yang singkat karena klien dan keluarga memiliki aktivitas yang lain
b. Klien dan keluarga masih sangat awam mengenal istilah kesehatan sehingga
harus mengganti kalimat yang tidak umum digunakan.
c. Adanya anggota keluarga yang masih kecil dan suka mengganggu dalam
proses perekaman video.

10
Laporan Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan Manajemen Nyeri Non Farmakologis pada 2017
Pasien Post Fraktur Tibia dan Keluarga

BAB 6. PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Fraktur atau patah tulang adalah suatu kondisi hilangnya kontinuitas tulang
atau tulang rawan, baik yang bersifat total maupun sebagian. Karena fraktur
merusak kontinuitas maka yang daikibatkan oleh fraktur yaitu rasa nyeri yang
sangat mendalam, selain itu segala bentuk penatalaksanaan fraktur juga akan
mengakibatkan nyeri. Manajemen nyeri yang salah akan menyebabkan berbagai
komplikasi. Banyak pasien dan keluarga yang belum mengetahui managejemen
nyeri, yang mereka tahu hanyalah manajemen nyeri farmakologis yang harus
menggunakan resep dokter, padahal masih ada manajemen nyeri yang dapat
pasien dan keluarga lakukan secara mandiri, yaitumanajemen nyeri non
farmakologis. Pendidikan kesehatan ini, akan memaparkan terkait bagaimana
manajemen nyeri non farmakologis yang baik dan tepat yang dapat dilakukan oleh
pasien dan keluarga secara mandiri untuk menghindari komplikasi dan
mengurangi rasa tidaknyaman pasca fraktur.
Berdasarkan dari hasil evaluasi kegiatan pendidikan kesehatan diketahui
bahwa sebelumya klien dan keluarga belum mengetahui tentang manajemen nyeri
non farmakologis pada pasien post fraktur dan keluarga. Setelah dilakukan
kegiatan pendidikan kesehatan tersebut, klien dan keluarga mengetahui konsep
dasar fraktur dan nyeri serta mampu mempraktikkan manajemen nyeri non
farmakologis yang baik dan tepat yang dapat dilakukan oleh pasien dan keluarga
secara mandiri untuk menghindari komplikasi dan mengurangi rasa tidaknyaman
pasca fraktur.

6.2 Saran
a. Bagi Klien
Klien diharapkan mengetahui konsep dasar fraktur dan manajemen nyeri non
farmakologisnya sehingga dapat mengurangi rasa ketidaknyamanan serta
dapat mencegah timbulnya komplikasi.
b. Bagi Keluarga

11
Laporan Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan Manajemen Nyeri Non Farmakologis pada 2017
Pasien Post Fraktur Tibia dan Keluarga

Diharapkan keluarga tetap memantau dan membimbing klien dengan riwayat


fraktur tibia.
c. Bagi Tenaga Kesehatan :
Bagi tenaga kesehatan setempat khususnya pada perawat atau kader
lingkungan diharapkan lebih mengaktifkan kegiatan pelayanan kesehatan
melalui pelayanan kesehatan yang berada di sekitar lingkungan.
.

12
Laporan Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan Manajemen Nyeri Non Farmakologis pada 2017
Pasien Post Fraktur Tibia dan Keluarga

DAFTAR PUSTAKA

N Fadliyah . 2014 . Kecelakaan Lalulintas . diakses melalui


http://eprints.ums.ac.id/30916/2/BAB_I.pdf

Rizqi Yulida & Arina Maliya . 2017. PENGARUH HIPNOTERAPI TERHADAP


PENURUNAN NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR
FEMUR DI RUANG RAWAT INAP BEDAH RUMAH SAKIT
ORTOPEDI SURAKARTA diakses melalui
journals.ums.ac.id/index.php/BIK/article/download/3767/2434 pada
tanggal 28 mei 2017

Wahyu Novita A. 2015 . ASUHAN KEPERAWATAN NY. S DENGAN POST OP


ORIF FRAKTUR PROXIMAL HUMERUS DEXTRA DI RUANG
PARANG SELING RS. ORTHOPEDI PROF. DR. R SOEHARSO
SURAKARTA diakses melalui
digilib.stikeskusumahusada.ac.id/download.php?id=1452 pada
tanggal 28 mei 2017

Saputro Wahyu . 2016 . UPAYA PENURUNAN NYERI PADA PASIEN POST


OPERASI OPEN FRAKTUR CRURIS DI RSOP Dr. R. SOEHARSO
SURAKARTA diakses melalui
http://eprints.ums.ac.id/45361/12/FIXSASI%20WAHYU%20SAPU
TRO%20NASKAH.pdf pada tanggal 28 mei 2017

Oktarina Yosi . 2012 . PENGARUH ROM PADA PASIEN POST OPERASI


FRAKTUR EKSTREMITAS BAWAH diakses melalui
https://www.scribd.com/doc/106763767/Pengaruh-Rom-Pada-Pasien-
Post-Operasi-Fraktur-Ekstremitas-Bawah pada tanggal 28 mei 2017

Ilmiasih Reni . 2013 . PROMOSI MANAJEMEN NYERI NONFARMAKOLOGI


OLEH KELUARGA PADA PASIEN POST OPERASI DI RUANG
BCH RSUPN DR.CIPTOMANGUN KUSUMO JAKARTA diakses
melalui

13
Laporan Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan Manajemen Nyeri Non Farmakologis pada 2017
Pasien Post Fraktur Tibia dan Keluarga

ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/download/2361/31
98 pada tanggal 28 mei 2017

Potter, P.A & Perry, A.G.(1993). Fundamental of Nursing Concepts, Process


and Practice. Third edition. St.Louis: Mosby Year Book

Davey Patrick. 2015. AT A GLANCE MEDICINE. Jakarta : Erlangga

Pierce & Neil . 2006 . AT GLANCE ILMU BEDAH . Jakarta : Erlangga

14
Laporan Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan Manajemen Nyeri Non Farmakologis pada 2017
Pasien Post Fraktur Tibia dan Keluarga

LAPORAN KEGIATAN PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG


“LATIHAN MANAJEMEN NYERI NON FARMAKOLOGIS PADA PASIEN
POST FRAKTUR TIBIA DAN KELUARGA”

15
Laporan Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan Manajemen Nyeri Non Farmakologis pada 2017
Pasien Post Fraktur Tibia dan Keluarga

Lampiran 1: Berita Acara

16
Laporan Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan Manajemen Nyeri Non Farmakologis pada 2017
Pasien Post Fraktur Tibia dan Keluarga

Lampiran 2: Daftar Hadir

17
Laporan Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan Manajemen Nyeri Non Farmakologis pada 2017
Pasien Post Fraktur Tibia dan Keluarga

Lampiran 3: Materi

LATIHAN MANAJEMEN NYERI PADA PASIEN POST FRAKTUR


TIBIA DAN KELUARGA

a. Pengertian
Fraktur (patah tulang) adalah suatu kondisi hilangnya kontinuitas tulang
atau tulang rawan, baik yang bersifat total maupun sebagian (Muttaqin, 2008).
Hilangnya kontinuitas tulang tersebut biasanya diikuti dengan hilangnya
kontinuitas jaringan sehingga menimbulkan nyeri. Menurut IASP 1979
(International Association for the Study of Pain) nyeri adalah suatu pengalaman
sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan, yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan yang nyata atau yang berpotensi untuk menimbulkan
kerusakan jaringan.

b. Penatalaksanaan Fraktur
Penatalaksanaan pada fraktur menurut Muttaqin (2008), dibagi menjadi 2
yaitu :
a. Penatalaksanaan konservatif
Penatalaksanaan konservatif merupakan penatalaksanaan non pembedahan
agar imobilisasi pada patah tulang terpenuhi meliputi :
1. Proteksi (tanpa reduksi dan imobilisasi)
Proteksi fraktur terutama utuk mencegah trauma lebih lanjut dengan cara
memberikan sling (mitela) pada anggota gerak atas atau tongkat pada anggota
gerak bawah. Tindakan ini terutama di indikasikan pada fraktur-fraktur yang
tidak bergeser, fraktur falang, metacarpal, atau fraktur klavikula pada anak.
Indikasi lain yaitu fraktur impaksi pada humerus proksimal, serta fraktur yang
sudah mengalami union secara klinis, tetapi belum mencapai konsolidasi
radiologis.
2. Imobilisasi dengan bidai eksterna (tanpa reduksi)

18
Laporan Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan Manajemen Nyeri Non Farmakologis pada 2017
Pasien Post Fraktur Tibia dan Keluarga

Imobilsasi pada fraktur dengan bidai eksterna hanya memberikan sedikit


imobilisasi. Biasanya menggunakan plaster of paris (gips) atau dengan
bermacam - macam bidai dari plastik atau metal. Metode ini digunakan pada
fraktur yang perlu dipertahankan posisinya dalam proses penyembuhan.
3. Reduksi tertutup
Dengan manipulasi dan imobilisasi eksterna yang menggunakan gips.
4. Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan couter traksi
Menurut Muttaqin (2008), penatalaksaaan fraktur yang ke 2 yaitu dengan
pembedahan. Penatalaksaan dengan pembedahan perlu diperhatikan karena
memerlukan asuhan keperawatan yang komprehensif perioperatif, meliputi :
a. Reduksi tertutup dengan fiksasi eksternal atau fiksasi perkuatan dengan
K-Wire.
b. Reduksi terbuka dan fiksasi internal atau fiksasi eksternal tulang operasi
reduksi terbuka fiksasi internal/ORIF (Open reduction internal fixation)
dan operasi reduksi terbuka fiksasi eksternal / OREF (open reduction
ekternal fixation)

Pada terapi ini dapat menimbulkan efek nyeri yang berlebihan, karena
pada dasarnya fraktur sendiri telah menyebabkan rusaknya kontinuitas jaringan
yang dapat menimbulkan nyeri, sehigga pada pasien post operasi maka akan
didapatkan rasa nyeri yang bertambah, Nyeri yang diakibatkan dari
pembedahan biasanya membuat pasien merasa sangat kesakitan. Pembedahan
merupakan suatu kekerasan dan trauma bagi penderita, sedangkan anestesi
dapat menyebabkan kelainan yang dapat menimbulkan berbagai keluhan
gejala. Rasa nyeri merupakan stresor yang dimana individu dapat berespon
secara biologis dan perilaku yang menimbulkan respon fisik dan psikis.
Respon fisik meliputi perubahan keadaan umum, wajah, denyut nadi,
pernafasan, suhu badan, sikap badan, dan apabila nafas makin berat dapat
menyebabkan kolaps kardiovaskuler dan syok, sedangkan respon psikis akibat
nyeri dapat merangsang respon stress yang dapat mengurangi sistem imun
dalam peradangan, serta menghambat penyembuhan respon yang lebih parah

19
Laporan Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan Manajemen Nyeri Non Farmakologis pada 2017
Pasien Post Fraktur Tibia dan Keluarga

akan mengarah pada ancaman merusak diri sendiri (Corwin, 2001)

b. Terapi Rehabilitative
Mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin untuk
menghindari atropi atau kontraktur. Bila , harus segera dimulai melakukan
latihan-latihan untuk mempertahankan kekuatan anggota tubuh dan mobilisasi
dengan latihan pergerakan ROM aktif (Active Range Of Motion) atau ROM pasif
(Passive Range Of Motion) (Muttaqin, 2008).

c. Fase - Fase Penyembuhan


Proses penyambungan tulang teori Mahartha, dkk (2008), dalam jurnal
manajemen fraktur trauma musculoskeletal dibagi dalam 4 fase :
a. Fase hematoma terjadi selama 1- 3 hari. Pembuluh darah robek dan terbentuk
hematoma di sekitar dan di dalam fraktur. Tulang pada permukaan fraktur,
yang tidak mendapat pesediaan darah akan mati sepanjang satu atau dua
milimeter.
b. Fase proliferasi terjadi selama 3 hari sampai 2 minggu. Dalam 8 jam setelah
fraktur terdapat reaksi radang akut disertai proliferasi dibawah periosteum
dan didalam saluran medula yang tertembus ujung fragmen dikelilingi
jaringan sel yang menghubungkan tempat fraktur. Hematoma yang membeku
perlahan-lahan diabsorbsi dan kapiler baru yang halus berkembang dalam
daerah fraktur. Fase pembentukan kalus terjadi selama 2 sampai 6 minggu.
Pada sel yang berkembangbiak memiliki potensi untuk menjadi kondrogenik
dan osteogenik jika diberikan tindakan yang tepat selain itu akan membentuk
tulang kartilago dan tulang akan menjadi tebal dengan adanya tulang dan
kartilago juga osteoklas yang disebut dengan kalus. Kalus terletak pada
permukaan periosteum dan endosteom, terjadi selama 4 minggu.
c. Fase konsolidasi terjadi dalam waktu 3 minggu sampai 6 bulan. Tulang
fibrosa atau anyaman tulang menjadi padat jika aktivitas osteoklas dan
osteoblastik masih berlanjut maka anyaman tulang berubah menjadi tulang
lamelar. Pada saat ini osteoblast tidak memungkinkan untuk menerobos
melalui reruntuhan garis fraktur karena sistem ini cukup kaku. Celah - celah

20
Laporan Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan Manajemen Nyeri Non Farmakologis pada 2017
Pasien Post Fraktur Tibia dan Keluarga

diantara fragmen dengan tulang baru akan diisi oleh osteoblas. Perlu
beberapa bulan sebelum tulang cukup untuk menumpu berat badan normal.
d. Fase remodelling terjadi selama 6 minggu hingga 1 tahun. Fraktur telah
dihubungkan oleh tulang yang padat, tulang yang padat tersebut akan
diresorbsi dan pembentukan tulang yang terus menerus lamelar akan menjadi
lebih tebal, dinding - dinding yang tidak dikehendaki dibuang, dibentuk
rongga sumsum dan akhirnya akan memperoleh bentuk tulang seperti
normalnya. Terjadi dalam beberapa bulan bahkan sampai beberapa tahun.

e. Komplikasi
Menurut Muttaqin (2008), komplikasi yang terjadi pada fraktur jangka
pendek bila tidak segera mendapatkan penanganan yang tidak tepat meliputi :
a. Komplikasi awal
1. Kerusakan arteri
2. Sindrom kompartemen
3. Fat embolism syndrome
4. Infeksi
5. Nekrosis avaskular
6. Shock
b. Komplikasi jangka panjang
Menurut Muttaqin (2008), komplikasi yang terjadi pada fraktur dalam jangka
panjang yang tidak segera mendapatkan pertolongan atau mendapatkan
pertolongan yang salah meliputi:
1. Delayed union
2. Non union
3. Mal union

f. Perawatan Terapi Manajemen Nyeri Post Operasi Fraktur yang dapat


Dilakukan oleh Pasien dan Keluarga Secara Mandiri
1) Melakukan Kompres Hangat pada daerah nyeri

21
Laporan Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan Manajemen Nyeri Non Farmakologis pada 2017
Pasien Post Fraktur Tibia dan Keluarga

 Rasional: memperlancar sirkulasi darah, mengurangi rasa nyeri,


memberi rasa hangat, nyaman, dan tenang pada klien
 Prosedur pelaksanaan Kompres Hangat
a. Alat yang harus disiapkan:
o Buli-buli dan sarungnya atau botol dan sarungnya
o Serbet dan kain segitiga
o air panas secukupnya
b. prosedur tindakan:
o cuci tangan
o isi kantung karet dengan air hangat
o tutup kantung yang telah diisi air hangat kemudian keringkan
menggunakan serbet
o masukkan kantung kedalam kain
o tempatkan kantung karet pada daerah nyeri

2) Melakukan latihan ROM aktif dan perawatan diri sesuai dengan toleransi
 Tujuan:
a) Untuk memelihara dan mencegah penurunan fungsi pada
persendian.
b) Untuk memelihara dan meningkatkan pergerakan sendi.
c) Untuk merangsang sirkulasi darah.
d) Untuk mencegah kelainan bentuk (deformitas) pada persendian.
e) Untuk memelihara dan meningkatkan kekuatan otot.
 Prosedur pelaksanaan ROM
A. Fleksi dan ekstensi lutut dan panggul
a. Letakkan satu tangan di bawah lutut responden dan tangan yang
lainnya di bawah mata kaki responden.
b. Angkat kaki dan bengkokkan lutut.
c. Gerakkan lutut ke atas menuju dada sejauh mungkin.
d. Kembalikan lutut ke bawah, tegakkan lutut dan rendahkan kaki
sampai pada kasur.

22
Laporan Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan Manajemen Nyeri Non Farmakologis pada 2017
Pasien Post Fraktur Tibia dan Keluarga

e. Ulangi latihan kurang lebih sampai 3 kali

B. Abduksi dan adduksi panggul


a. Letakkan satu tangan di bawah lutut responden dan tangan yang
lainnya di pergelangan kaki responden.
b. Kaki lurus ditempat tidur kemudian pindahkan kaki ke luar ke arah
tepi tempat tidur.
c. Pindahkan kaki ke arah tengah tempat tidur.
d. Ulangi latihan kurang lebih sampai 3 kali.

C. Rotasi internal dan eksternal panggul


a. Letakkan satu tangan di bawah lutut responden dan tangan yang
lainnya di telapak kaki responden.
b. Angkat kaki dan putar kaki ke dalam dan keluar.
c. Ulangi latihan kurang lebih sampai 3 kali.

23
Laporan Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan Manajemen Nyeri Non Farmakologis pada 2017
Pasien Post Fraktur Tibia dan Keluarga

D. Dorsofleksi pergelangan kaki


a. Letakkan satu tangan di bawah tumit responden dan tangan lainnya di
kaki responden.
b. Tekan telapak kaki pasien dengan menggunakan lengan bawah
peneliti.
c. Ulangi latihan kurang lebih sampai 3 kali.

E. Plantarfleksi pergelangan kaki


a. Letakkan satu tangan di bawah tumit responden dan tangan lainnya di
punggung kaki responden.
b. Dorong punggung kaki responden ke arah bawah.
c. Ulangi latihan kurang lebih sampai 3 kali

24
Laporan Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan Manajemen Nyeri Non Farmakologis pada 2017
Pasien Post Fraktur Tibia dan Keluarga

F. Inversi dan eversi pergelangan kaki


a. Letakkan kedua tangan di kaki responden.
b. Gerakan telapak kaki ke arah dalam dan luar
c. Ulangi latihan kurang lebih sampai 3 kali.

G. Fleksi dan ekstensi jari-jari kaki


a. Letakkan satu tangan di pergelangan kaki responden dan tangan
lainnya di jari-jari kaki responden.
b. Tekuk jari-jari kaki ke arah bawah dan ke atas.
c. Ulangi latihan kurang lebih sampai 3 kali.

H. Abduksi dan adduksi jari-jari kaki


a. Pegang jari-jari kaki dengan menggunakan kedua tangan.
b. Regangkan jari-jari kaki dan kembalikan jari-jari kaki ke posisi
menutup.
c. Ulangi latihan kurang lebih sampai 3 kali.

25
Laporan Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan Manajemen Nyeri Non Farmakologis pada 2017
Pasien Post Fraktur Tibia dan Keluarga

Lampiran 4: Media Leaflet

26
Laporan Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan Manajemen Nyeri Non Farmakologis pada 2017
Pasien Post Fraktur Tibia dan Keluarga

27
Laporan Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan Manajemen Nyeri Non Farmakologis pada 2017
Pasien Post Fraktur Tibia dan Keluarga

Lampiran 5: Foto Kegiatan

Gambar 1. Kegiatan Pendidikan Kesehatan tentang latihan manajemen


nyeri non farmakologis pada pasien post fraktur dan keluarga
pada Hari jumat, 26 Mei 2017 oleh Mahasiswa Program Studi
Ilmu Keperawatan Universitas Jember

Gambar 2. Kegiatan Pendidikan Kesehatan tentang latihan manajemen


nyeri non farmakologis pada pasien post fraktur dan keluarga
pada Hari jumat, 26 Mei 2017 oleh Mahasiswa Program Studi
Ilmu Keperawatan Universitas Jember

28
Laporan Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan Manajemen Nyeri Non Farmakologis pada 2017
Pasien Post Fraktur Tibia dan Keluarga

Gambar 3. Kegiatan Pendidikan Kesehatan tentang latihan manajemen


nyeri non farmakologis pada pasien post fraktur dan keluarga
pada Hari jumat, 26 Mei 2017 oleh Mahasiswa Program Studi
Ilmu Keperawatan Universitas Jember

29
Laporan Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan Manajemen Nyeri Non Farmakologis pada 2017
Pasien Post Fraktur Tibia dan Keluarga

Lampiran 6: Foto fraktur tibia dekstra

Gambar 4. Kegiatan Pendidikan Kesehatan tentang latihan manajemen


nyeri non farmakologis pada pasien post fraktur dan keluarga
pada Hari jumat, 26 Mei 2017 oleh Mahasiswa Program Studi
Ilmu Keperawatan Universitas Jember

Gambar 5: Kegiatan Pendidikan Kesehatan tentang latihan manajemen


nyeri non farmakologis pada pasien post fraktur dan keluarga
pada Hari jumat, 26 Mei 2017 oleh Mahasiswa Program Studi
Ilmu Keperawatan Universitas Jember

30

Das könnte Ihnen auch gefallen