Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
oleh
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................
PRAKATA ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. iv
BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1 Analisa Situasi ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 2
BAB 2. TUJUAN DAN MANFAAT ........................................................ 3
2.1 Tujuan ......................................................................................... 3
2.2 Manfaat ....................................................................................... 3
BAB 3. KERANGKA PENYELESAIAN MASALAH .......................... 4
3.1 Dasar Pemikiran.......................................................................... 4
3.2 Kerangka Penyelesaian Masalah ................................................ 5
BAB 4. RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN ............................. 7
4.1 Realisasi Penyelesaian Masalah .................................................. 7
4.2 Khalayak Sasaran......................................................................... 7
4.3 Metode Yang Digunakan ............................................................. 7
BAB 5. HASIL KEGIATAN .................................................................... 8
5.1 Analisa Evaluasi .......................................................................... 8
5.2 Faktor Pendukung ........................................................................ 9
5.3 Faktor Penghambat ...................................................................... 9
BAB 6. PENUTUP..................................................................................... 11
6.1 Kesimpulan .................................................................................. 11
6.2 Saran ............................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 13
LAMPIRAN ............................................................................................... 15
iii
DAFTAR LAMPIRAN
iv
Laporan Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan Manajemen Nyeri Non Farmakologis pada 2017
Pasien Post Fraktur Tibia dan Keluarga
1
Laporan Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan Manajemen Nyeri Non Farmakologis pada 2017
Pasien Post Fraktur Tibia dan Keluarga
2
Laporan Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan Manajemen Nyeri Non Farmakologis pada 2017
Pasien Post Fraktur Tibia dan Keluarga
2.1 Tujuan
2.1.1 Tujuan Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan mengenai latihan manajemen
nyeri non farmakologis pada pasien post fraktur tibia dan keluarga, klien dan
keluarga dapat memahami konsep dasar fraktur, komplikasi yang ditimbulkan
dan manajemen nyeri non farmakologis post fraktur untuk mencegah komplikasi
dan menurunkan rasa ketidaknyamanan pada pasien.
2.2 Manfaat
a. Mengetahui pengertian fraktur
b. Mengetahui penatalaksanaan fraktur
c. Mengetahui fase penyembuhan fraktur
d. Mengetahui komplikasi fraktur
e. Mengetahui manajemen nyeri non farmakologis post fraktur yang dapat
dilakukan oleh pasien dan keluarga.
3
Laporan Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan Manajemen Nyeri Non Farmakologis pada 2017
Pasien Post Fraktur Tibia dan Keluarga
4
Laporan Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan Manajemen Nyeri Non Farmakologis pada 2017
Pasien Post Fraktur Tibia dan Keluarga
5
Laporan Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan Manajemen Nyeri Non Farmakologis pada 2017
Pasien Post Fraktur Tibia dan Keluarga
6
Laporan Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan Manajemen Nyeri Non Farmakologis pada 2017
Pasien Post Fraktur Tibia dan Keluarga
3. Rekan Mahasiswa
(membantu merekam video)
7
Laporan Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan Manajemen Nyeri Non Farmakologis pada 2017
Pasien Post Fraktur Tibia dan Keluarga
8
Laporan Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan Manajemen Nyeri Non Farmakologis pada 2017
Pasien Post Fraktur Tibia dan Keluarga
c. Klien dan keluarga menunjukkan antusiasme selama kegiatan, hal ini terlihat
dari banyaknya pertanyaan yang diajukan oleh klien, mau untuk
mempraktikkan, dan menyatakan sudah mengerti serta memahami terkait
konsep dasar Perawatan pada Post Operasi Fraktur Tibia
9
Laporan Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan Manajemen Nyeri Non Farmakologis pada 2017
Pasien Post Fraktur Tibia dan Keluarga
a. Waktu yang singkat karena klien dan keluarga memiliki aktivitas yang lain
b. Klien dan keluarga masih sangat awam mengenal istilah kesehatan sehingga
harus mengganti kalimat yang tidak umum digunakan.
c. Adanya anggota keluarga yang masih kecil dan suka mengganggu dalam
proses perekaman video.
10
Laporan Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan Manajemen Nyeri Non Farmakologis pada 2017
Pasien Post Fraktur Tibia dan Keluarga
BAB 6. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Fraktur atau patah tulang adalah suatu kondisi hilangnya kontinuitas tulang
atau tulang rawan, baik yang bersifat total maupun sebagian. Karena fraktur
merusak kontinuitas maka yang daikibatkan oleh fraktur yaitu rasa nyeri yang
sangat mendalam, selain itu segala bentuk penatalaksanaan fraktur juga akan
mengakibatkan nyeri. Manajemen nyeri yang salah akan menyebabkan berbagai
komplikasi. Banyak pasien dan keluarga yang belum mengetahui managejemen
nyeri, yang mereka tahu hanyalah manajemen nyeri farmakologis yang harus
menggunakan resep dokter, padahal masih ada manajemen nyeri yang dapat
pasien dan keluarga lakukan secara mandiri, yaitumanajemen nyeri non
farmakologis. Pendidikan kesehatan ini, akan memaparkan terkait bagaimana
manajemen nyeri non farmakologis yang baik dan tepat yang dapat dilakukan oleh
pasien dan keluarga secara mandiri untuk menghindari komplikasi dan
mengurangi rasa tidaknyaman pasca fraktur.
Berdasarkan dari hasil evaluasi kegiatan pendidikan kesehatan diketahui
bahwa sebelumya klien dan keluarga belum mengetahui tentang manajemen nyeri
non farmakologis pada pasien post fraktur dan keluarga. Setelah dilakukan
kegiatan pendidikan kesehatan tersebut, klien dan keluarga mengetahui konsep
dasar fraktur dan nyeri serta mampu mempraktikkan manajemen nyeri non
farmakologis yang baik dan tepat yang dapat dilakukan oleh pasien dan keluarga
secara mandiri untuk menghindari komplikasi dan mengurangi rasa tidaknyaman
pasca fraktur.
6.2 Saran
a. Bagi Klien
Klien diharapkan mengetahui konsep dasar fraktur dan manajemen nyeri non
farmakologisnya sehingga dapat mengurangi rasa ketidaknyamanan serta
dapat mencegah timbulnya komplikasi.
b. Bagi Keluarga
11
Laporan Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan Manajemen Nyeri Non Farmakologis pada 2017
Pasien Post Fraktur Tibia dan Keluarga
12
Laporan Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan Manajemen Nyeri Non Farmakologis pada 2017
Pasien Post Fraktur Tibia dan Keluarga
DAFTAR PUSTAKA
13
Laporan Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan Manajemen Nyeri Non Farmakologis pada 2017
Pasien Post Fraktur Tibia dan Keluarga
ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/download/2361/31
98 pada tanggal 28 mei 2017
14
Laporan Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan Manajemen Nyeri Non Farmakologis pada 2017
Pasien Post Fraktur Tibia dan Keluarga
15
Laporan Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan Manajemen Nyeri Non Farmakologis pada 2017
Pasien Post Fraktur Tibia dan Keluarga
16
Laporan Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan Manajemen Nyeri Non Farmakologis pada 2017
Pasien Post Fraktur Tibia dan Keluarga
17
Laporan Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan Manajemen Nyeri Non Farmakologis pada 2017
Pasien Post Fraktur Tibia dan Keluarga
Lampiran 3: Materi
a. Pengertian
Fraktur (patah tulang) adalah suatu kondisi hilangnya kontinuitas tulang
atau tulang rawan, baik yang bersifat total maupun sebagian (Muttaqin, 2008).
Hilangnya kontinuitas tulang tersebut biasanya diikuti dengan hilangnya
kontinuitas jaringan sehingga menimbulkan nyeri. Menurut IASP 1979
(International Association for the Study of Pain) nyeri adalah suatu pengalaman
sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan, yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan yang nyata atau yang berpotensi untuk menimbulkan
kerusakan jaringan.
b. Penatalaksanaan Fraktur
Penatalaksanaan pada fraktur menurut Muttaqin (2008), dibagi menjadi 2
yaitu :
a. Penatalaksanaan konservatif
Penatalaksanaan konservatif merupakan penatalaksanaan non pembedahan
agar imobilisasi pada patah tulang terpenuhi meliputi :
1. Proteksi (tanpa reduksi dan imobilisasi)
Proteksi fraktur terutama utuk mencegah trauma lebih lanjut dengan cara
memberikan sling (mitela) pada anggota gerak atas atau tongkat pada anggota
gerak bawah. Tindakan ini terutama di indikasikan pada fraktur-fraktur yang
tidak bergeser, fraktur falang, metacarpal, atau fraktur klavikula pada anak.
Indikasi lain yaitu fraktur impaksi pada humerus proksimal, serta fraktur yang
sudah mengalami union secara klinis, tetapi belum mencapai konsolidasi
radiologis.
2. Imobilisasi dengan bidai eksterna (tanpa reduksi)
18
Laporan Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan Manajemen Nyeri Non Farmakologis pada 2017
Pasien Post Fraktur Tibia dan Keluarga
Pada terapi ini dapat menimbulkan efek nyeri yang berlebihan, karena
pada dasarnya fraktur sendiri telah menyebabkan rusaknya kontinuitas jaringan
yang dapat menimbulkan nyeri, sehigga pada pasien post operasi maka akan
didapatkan rasa nyeri yang bertambah, Nyeri yang diakibatkan dari
pembedahan biasanya membuat pasien merasa sangat kesakitan. Pembedahan
merupakan suatu kekerasan dan trauma bagi penderita, sedangkan anestesi
dapat menyebabkan kelainan yang dapat menimbulkan berbagai keluhan
gejala. Rasa nyeri merupakan stresor yang dimana individu dapat berespon
secara biologis dan perilaku yang menimbulkan respon fisik dan psikis.
Respon fisik meliputi perubahan keadaan umum, wajah, denyut nadi,
pernafasan, suhu badan, sikap badan, dan apabila nafas makin berat dapat
menyebabkan kolaps kardiovaskuler dan syok, sedangkan respon psikis akibat
nyeri dapat merangsang respon stress yang dapat mengurangi sistem imun
dalam peradangan, serta menghambat penyembuhan respon yang lebih parah
19
Laporan Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan Manajemen Nyeri Non Farmakologis pada 2017
Pasien Post Fraktur Tibia dan Keluarga
b. Terapi Rehabilitative
Mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin untuk
menghindari atropi atau kontraktur. Bila , harus segera dimulai melakukan
latihan-latihan untuk mempertahankan kekuatan anggota tubuh dan mobilisasi
dengan latihan pergerakan ROM aktif (Active Range Of Motion) atau ROM pasif
(Passive Range Of Motion) (Muttaqin, 2008).
20
Laporan Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan Manajemen Nyeri Non Farmakologis pada 2017
Pasien Post Fraktur Tibia dan Keluarga
diantara fragmen dengan tulang baru akan diisi oleh osteoblas. Perlu
beberapa bulan sebelum tulang cukup untuk menumpu berat badan normal.
d. Fase remodelling terjadi selama 6 minggu hingga 1 tahun. Fraktur telah
dihubungkan oleh tulang yang padat, tulang yang padat tersebut akan
diresorbsi dan pembentukan tulang yang terus menerus lamelar akan menjadi
lebih tebal, dinding - dinding yang tidak dikehendaki dibuang, dibentuk
rongga sumsum dan akhirnya akan memperoleh bentuk tulang seperti
normalnya. Terjadi dalam beberapa bulan bahkan sampai beberapa tahun.
e. Komplikasi
Menurut Muttaqin (2008), komplikasi yang terjadi pada fraktur jangka
pendek bila tidak segera mendapatkan penanganan yang tidak tepat meliputi :
a. Komplikasi awal
1. Kerusakan arteri
2. Sindrom kompartemen
3. Fat embolism syndrome
4. Infeksi
5. Nekrosis avaskular
6. Shock
b. Komplikasi jangka panjang
Menurut Muttaqin (2008), komplikasi yang terjadi pada fraktur dalam jangka
panjang yang tidak segera mendapatkan pertolongan atau mendapatkan
pertolongan yang salah meliputi:
1. Delayed union
2. Non union
3. Mal union
21
Laporan Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan Manajemen Nyeri Non Farmakologis pada 2017
Pasien Post Fraktur Tibia dan Keluarga
2) Melakukan latihan ROM aktif dan perawatan diri sesuai dengan toleransi
Tujuan:
a) Untuk memelihara dan mencegah penurunan fungsi pada
persendian.
b) Untuk memelihara dan meningkatkan pergerakan sendi.
c) Untuk merangsang sirkulasi darah.
d) Untuk mencegah kelainan bentuk (deformitas) pada persendian.
e) Untuk memelihara dan meningkatkan kekuatan otot.
Prosedur pelaksanaan ROM
A. Fleksi dan ekstensi lutut dan panggul
a. Letakkan satu tangan di bawah lutut responden dan tangan yang
lainnya di bawah mata kaki responden.
b. Angkat kaki dan bengkokkan lutut.
c. Gerakkan lutut ke atas menuju dada sejauh mungkin.
d. Kembalikan lutut ke bawah, tegakkan lutut dan rendahkan kaki
sampai pada kasur.
22
Laporan Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan Manajemen Nyeri Non Farmakologis pada 2017
Pasien Post Fraktur Tibia dan Keluarga
23
Laporan Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan Manajemen Nyeri Non Farmakologis pada 2017
Pasien Post Fraktur Tibia dan Keluarga
24
Laporan Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan Manajemen Nyeri Non Farmakologis pada 2017
Pasien Post Fraktur Tibia dan Keluarga
25
Laporan Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan Manajemen Nyeri Non Farmakologis pada 2017
Pasien Post Fraktur Tibia dan Keluarga
26
Laporan Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan Manajemen Nyeri Non Farmakologis pada 2017
Pasien Post Fraktur Tibia dan Keluarga
27
Laporan Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan Manajemen Nyeri Non Farmakologis pada 2017
Pasien Post Fraktur Tibia dan Keluarga
28
Laporan Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan Manajemen Nyeri Non Farmakologis pada 2017
Pasien Post Fraktur Tibia dan Keluarga
29
Laporan Pendidikan Kesehatan Tentang Latihan Manajemen Nyeri Non Farmakologis pada 2017
Pasien Post Fraktur Tibia dan Keluarga
30