Sie sind auf Seite 1von 21

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman, manusia atau ahli medis menggunakan
teknologi untuk membantu pengobatan. Di sisi lain keamanan tehnologi tersebut
terhadap mahkluk hidup juga harus diperhatikan agar tidak malah memperburuk
keadaan pasien.
Salah- satu teknologi yang dhikembangkan dikalangan ahli medis untuk
mengobati pasienya adalah Sinar X. Ahli medis menggunakan Sinar X untuk
memotret kedudukan tulang atau organ dalam tubuh manusia.
Sinar-X mempunyai daya tembus yang cukup tinggi terhadap bahan yang
dilaluinya. Dengan demikian sinar-X dapat dimanfaatkan sebagai alat diagnosis
dan terapi di bidang kedokteran . Perangkat sinar-X untuk diagnosis disebut
dengan photo Rontgen sedangkan yang untuk terapi disebut Linec (Linier
Accelerator).
Obstruksi lintas air kemih menyebabkan aliran urine tertahan (retensi). Hal ini
dapat terjadi di sepanjang lintasan dari hulu pada piala sampai ke muara pada
uretra. Gangguan penyumbatan ini bisa disebabkan oleh kelainan mekanik di
dalam liang, pada dinding atau tindisan dari luar terhadap dinding lintasan atau
disebabkan kelainan dinamik (neuromuskuler) yang masing-masing bisa karena
kelainan dibawa lahir atau diperdapat. Selanjutnya penyumbatan ini bisa
menyumbat sempurna (total) atau tidak sempurna (sub total) dengan masing-
masing bisa tampil mendadak, menahun atau berulang timbul. Adanya rintangan
penyumbatan total. Pada penyumbatan sub-total melewatkan sebagian air kemih
dan menahun sebagian lain yang berangsur menumpuk seluruhnya pada
penyumbatan total. Pada penyumbatan sub-total melewatkan sebagian air kemih
dan menahan sebagian lain yang berangsur-angsur menumpuk. Tumpukan air
kemih ini meregangkan lintasan pada hulu obstruksi sehingga melebar. Bagian
hulu saluran ini berusaha meningkat tenaga dorong untuk mengungguli hambatan
sumbatan dengan menambah kuat kontraksi jaringan dinding saluran agar
penyaluran air kemih dapat berlangsung sempurna seperti biasanya (kompensasi).
Selanjutnya pada perlangsungan obstruksi biasanya mengundang kehadiran
bakteri dan pembentukan batu yang menyebabkan penyulit-penyulit yang lebih

1
memberatkan keadaan. Rentetan kejadian makin ke hulu melibatkan ginjal
sehingga terjadi hidronefrosis.

II. Rumusan Masalah


1. Bagaimana prosedur pemeriksaan BNO IVP di RSCM ?
2. Bagaimana hasil gambaran radiologi pemeriksaan BNO IVP pada pasien
dengan klinis hidronefrosis dan hidroureter ?

III. Tujuan
1. Mengetahui prosedur pemeriksaan BNO IVP di RSCM
2. Mengetahui gambaran klinis hidronefrosis dan hidroureter

IV. Profil Singkat Rumah Sakit

Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) adalah sebuah rumah sakit
pemerintah yang terletak di Jakarta Pusat, Indonesia. Selain menjadi RS
pemerintah RSCM juga berfungsi sebagai RS pendidikan, salah satunya adalah
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Nama rumah sakit ini diambil dari nama Dr. Tjipto Mangoenkoesoemo,
seorang tokoh perjuangan Indonesia pada masa kolonial.

Di RSCM ribuan dokter dan tenaga medis bersama-sama melayani ribuan


pasien dari seluruh Indonesia yang setiap hari berkunjung ke RS ini. RSCM
merupakan pusat rujukan nasional rumah sakit pemerintah dan merupakan tempat
pendidikan dokter umum, dokter spesialis I dan subspesialis, perawat serta tenaga
kesehatan lainnya.
Pada tahun 2008 diresmikan oleh Presiden Ri gedung perawatan baru dengan
ketinggian 8 lantai yaitu Unit Rawat Inap Terpadu Gedung A. Gedung ini
merupakan gedung rawat inap utama RSCM dengan kapasitas tempat tidur
hampir 700 bed.
Pada tahun 2010 Menteri Kesehatan RI meresmikan Gedung RSCM Kencana
dengan Pelayanan Berkelas Internasional (sebelumnya akan diberi nama
International Wing). Kapasitas tempat tidur di Gedung berlantai 6 ini mencapai

2
30 bed. Selain RSCM Kencana, Menkes juga meresmikan Laboratorium Terpadu
RSCM.
Pada tahun 2013 Presiden RI meresmikan Gedung RSCM Kirana untuk
pelayanan paripurna kesehatan mata.Gedung berlantai 6 tersebut terletak di Jalan
Kimia, Cikini, Jakarta Pusat.
Pada tahun 2011 dimulai pembangunan Gedung Pusat Kesehatan Ibu dan
Anak (PKIA) sampai dengan Januari 2014 pembangunannya masih dalam tahap
penyelesaian akhir.

 Visi Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo


“Menciptakan Pengalaman Istimewa untuk Semua melalui Academic Health
System”

 Misi Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo


1. Memberikan pelayanan kesehatan paripurna dan bermutu serta terjangkau oleh
semua lapisan masyarakat. Menyediakan bangunan yang atraktif, fungsional dan
nyaman yang berwawasan lingkungan.
2. Menyelenggarakan pendidikan yang menghasilkan lulusan unggul, berbasis
riset dalam rumah sakit bertaraf internasional.
3. Melaksanakan penelitian kedokteran dan penelitian pendidikan kedokteran
bertaraf internasional, lintas disiplin untuk mengatasi dan mengantisipasi
masalah kesehatan di masa depan.
4. Berperan aktif membantu pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam
bidang pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian kesehatan.
5. Menyelenggarakan tata kelola organisasi yang terintegrasi, efektif, efisien, dan
akuntabel, sehingga terwujud pertumbuhan finansial serta manajemen yang
handal.

Motto :
" Menolong, Memberikan Yang Terbaik ".

V. Durasi dan Lokasi PKL


Durasi : 27 Februari 2017 – 18 Maret 2017
Lokasi : Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo

3
VI. Fasilitas
Unit Radiologi Pusat RSCM menyediakan fasilitas pemeriksaan penunjang
medis seperti pesawat X-Ray yang terdapat di masing masing kamar pemeriksaan.
Terdapat 6 kamar pemeriksaan, Kamar 1 untuk pemeriksaan radiografi Thorax,
Kamar 2 untuk pemeriksaan Vertebrae dan Cranium, Kamar 3 untuk pemeriksaan
Ekstremitas, Kamar 4 sedang dalam masa renovasi, Kamar 5 untuk pemeriksaan
Radiografi menggunakan Kontras Media, Kamar 6 untuk pemeriksaan
Mammografi. Serta terdapat pemeriksaan CT Scan dan MRI.

4
BAB II

PEMBAHASAN

I. Pemeriksaan BNO IVP


Pemeriksaan BNO-IVP adalah pemeriksaan radiografi dari Traktus Urinarius
(Renal, Ureter, Vesica Urinaria dan Urethra) dengan penyuntikan media kontras
positif (+) secara intra vena.
b. Tujuan Pemeriksaan
1) Untuk menggambarkan anatomi dari Pelvis Renalis dan sistem Calyces serta
seluruh Traktus Urinarius dengan penyuntikan media kontras positif (+) secara
intra vena.
2) Dapat mengetahui kemampuan ginjal mengkonsentrasikan dan
mengekskresikan media kontras tersebut.
Pengambilan Gambar Radiografi
1) Foto menit ke-5 setelah disuntikkan media kontras
Dilakukan foto pada 5 menit pertama dengan area jangkauan pada pertengahan
Processus Xypoideus dan Umbilicus. Foto ini untuk melihat perjalanan kontras
mengisi sistem Calyces pada ginjal. Memakai kaset dan film ukuran 24 x 30 cm
dengan posisi AP sama seperti foto Abdomen dan CRnya vertikal tegak lurus
terhadap kaset. Kompresi ureter dilakukan dengan tujuan untuk menahan kontras
media tetap berada pada sistem Pelvis Calyces dan bagian Ureter proximal.
Kompresi ureter diketatkan setelah dilakukan pengambilan foto menit ke-5
2) Foto menit ke-10 atau ke-15 bila pada foto menit ke-5 kurang baik
Bila pengambilan gambar pada Pelvis Calyces di menit ke-5 kurang baik, foto
diambil kembali pada menit ke-10 dengan zonografi untuk memperjelas
bayangan. Menggunakan kaset dan film ukuran 24 x 30 cm mencakup gambaran
Pelviocalyseal, Ureter, dan Bladder mulai terisi media kontras dengan posisi AP
sama seperti foto Abdomen, CP berada di antara Processus Xypoideus dengan
Umbilicus dan CRnya vertikal tegak lurus kaset.
3) Foto menit ke-30
Setelah menit ke-30 kompresi dibuka dan diambil gambar dengan menggunakan
kaset dan film ukuran 30 x 40 cm. Di beberapa rumah sakit setelah menit ke-30
diharuskan meminum air yang banyak. Foto ini digunakan untuk mengevaluasi

5
kemampuan ginjal mengsekresikan media kontras. Denhan posisi AP sama seperti
foto Abdomen dan CRnya vertikal tegak lurus kaset.
4) Foto menit ke-60
Setelah masuk menit ke-60 dibuat foto BNO lagi dengan kaset dan film ukuran 30
x 40 cm. Setelah hasil rontgen dikonsultasikan pada radiolog dan dinyatakan
normal maka pasien diharuskan mixi kemudian difoto kembali. Jika radiolog
menyatakan ada ganguan biasanya dilakukan foto 2 jam. Dengan posisi AP sama
seperti foto Abdomen dan CRnya vertikal.
5) Foto Post Void
Yang terakhir adalah melakukan foto post void dengan posisi AP supine atau erect
untuk melihat kelainan kecil yang mungkin terjadi di daerah bladder. Dengan
posisi erect dapat menunjukkan adalanya ren mobile (pergerakan ginjal yang tidak
normal) pada kasus post haematuri. Dengan posisi AP sama seperti foto Abdomen
dan CRnya vertikal tegak lurus kaset.

II. Anatomi Traktus Urinarius


Yang dimaksud dengan Tractus Urinarius atau Sistem Urinaria adalah suatu
sistem sistem kerjasama tubuh yang memiliki tujuan utama mempertahankan
keseimbangan internal atau Homeostatis, selain itu dalam sistem ini terjadi proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dan bersih dari zat-zat yang tidak
digunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh
tubuh.Hasil keluaran sistem urinari berupa urin atau air seni. Sistem ini terdiri dari
ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.

Ginjal

6
Ginjal biasa juga disebut dengan renal, kidney, terletak di belakang rongga
peritoneum dan berhubungan dengan dinding belakang dari rongga abdomen,
dibungkus lapisan lemak yang tebal. Ginjal terdiri dari dua buah yaitu bagian
kanan dan bagian kiri. Ginjal kanan lebih rendah dan lebih tebal dari ginjal kiri,
hal ini karena adanya tekanan dari hati. Letak ginjal kanan setinggi lumbal I
sedangkan letak dari ginjal kiri setinggi thorakal XI dan XII. Bentuknya seperti
biji kacang tanah dan margo lateralnya berbentuk konveks dan margo medialnya
berbentuk konkav. Panjangnya sekitar 4,5 inchi (11,25 cm), lebarnya 3 inchi
(7,5cm), dan tebalnya 1,25 inchi (3,75cm). Bagian luar dari ginjal disebut dengan
substansia kortikal sedang bagian dalamnya disebut substansia medularis dan
dibungkus oleh lapisan yang tipis dari jaringan fibrosa.

Nefron merupakan bagian terkecil dari ginjal yang terdiri dari glomerulus,
tubulus proksimal, lengkung hendle, tubulus distal, dan tubulus urinarius (papilla
vateri). Pada setiap ginjal diperkirakan ada 1.000.000 nefron, selama 24 jam dapat
menyaring darah 170 liter, arteri renalis membawa darah murni dari aorta ke
ginjal. Lubang-lubang yang terdapat pada pyramid renal masing-masing
membentuk simpul dan kapiler suatu badan malphigi yang disebut glomerulus.
Pembuluh afferent bercabang membentuk kapiler menjadi vena renalis yang
membawa darah dari ginjal ke vena kava inferior.

Fungsi ginjal antara lain :

1. Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksik atau racun

7
2. Mempertahankan suasana keseimbangan cairan
3. Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh
4. Mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam
tubuh
5. Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir dari protein ureum,
kreatinin, dan amoniak.

Ureter

Ureter adalah lanjutan dari renal pelvis yang panjangnya antara 10 sampai 12
inchi (25-30 cm), dan diameternya sekitar 1 mm sampai 1 cm. Ureter terdiri atas
dinding luar yang fibrus, lapisan tengah yang berotot, dan lapisan mukosa sebelah
dalam. Ureter mulai sebagai pelebaran hilum ginjal, dan letaknya menurun dari
ginjal sepanjang bagian belakang dari rongga peritoneum dan di depan dari
muskulus psoas dan prosesus transversus dari vertebra lumbal dan berjalan
menuju ke dalam pelvis dan dengan arah oblik bermuara ke kandung kemih
melalui bagian posterior lateral. Pada ureter terdapat 3 daerah penyempitan
anatomis, yaitu :

1. Uretropelvico junction, yaitu ureter bagian proksimal mulai dari renal


pelvis sampai bagian ureter yang mengecil
2. Pelvic brim, yaitu persilangan antara ureter dengan pembuluh darah
arteri iliaka
3. Vesikouretro junction, yaitu ujung ureter yang masuk ke dalam vesika
urinaria (kandung kemih).

Ureter berfungsi untuk menyalurkan urine dari ginjal ke kandung kemih.


Gerakan peristaltik mendorong urine melalui ureter yang diekskresikan oleh ginjal
dan disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke
dalam kandung kemih.

8
Kandung Kemih

Kandung kemih merupakan muskulus membrane yang berbentuk kantong


yang merupakan tempat penampungan urine yang dihasilkan oleh ginjal, organ ini
berbentuk seperti buah pir (kendi). Letaknya di dalam panggul besar, sekitar
bagian postero superior dari simfisis pubis. Bagian kandung kemih terdiri dari
fundus (berhubungan dengan rectal ampula pada laki-laki, serta uterus bagian atas
dari kanalis vagina pada wanita), korpus, dan korteks. Dinding kandung kemih
terdiri dari lapisan peritoneum (lapisan sebelah luar), tunika muskularis (lapisan
otot), tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam). Kandung
kemih bervariasi dalam bentuk, ukuran, dan posisinya, tergantung dari volume
urine yang ada di dalamnya. Secara umum volume dari vesika urinaria adalah
350-500 ml.

Kandung kemih berfungsi sebagai tempat penampungan sementara (reservoa)


urine, mempunyai selaput mukosa berbentuk lipatan disebut rugae (kerutan) dan
dinding otot elastis sehingga kandung kencing dapat membesar dan menampung
jumlah urine yang banyak.

Uretra

Uretra adalah saluran sempit yang terdiri dari mukosa membrane dengan
muskulus yang berbentuk spinkter pada bagian bawah dari kandung kemih.
Letaknya agak ke atas orivisium internal dari uretra pada kandung kemih, dan
terbentang sepanjang 1,5 inchi (3,75 cm) pada wanita dan 7-8 inchi (18,75 cm)
pada pria. Uretra pria dibagi atas pars prostatika, pars membrane, dan pars
kavernosa.

9
Fungsi uretra yaitu untuk transport urine dari kandung kencing ke meatus
eksterna, uretra merupakan sebuah saluran yang berjalan dari leher kandung
kencing ke lubang air.

Pembentukan Urin

Urin merupakan larutan kompleks yang terdiri dari sebagian besar air (96%)
air dan sebagian kecil zat terlarut (4%) yang dihasilkan oleh ginjal, disimpan
sementara dalam kandung kemih dan dibuang melalui proses mikturisi.

Urin dihasilkan dari penyaringan darah yang dialirkan melalui cabang aorta
abdominalis yaitu arteri renalis oleh nefron-nefron yang ada di ginjal. Nefron-
nefron itu melakukan fungsi-fungsi seperti Filtrasi, Reabsorbsi, dan Sekresi.

Proses pembentukan urin, yaitu :

a. Filtrasi (penyaringan) : capsula bowman dari badan malpighi menyaring


darah dalam glomerulus yang mengandung air, garam, gula, urea dan zat
bermolekul besar (protein dan sel darah) sehingga dihasilkan filtrat glomerulus
(urin primer). Di dalam filtrat ini terlarut zat seperti glukosa, asam amino dan
garam-garam.

b. Reabsorbsi (penyerapan kembali) : dalam tubulus kontortus proksimal zat


dalam urin primer yang masih berguna akan direabsorbsi yang dihasilkan filtrat
tubulus (urin sekunder) dengan kadar urea yang tinggi.

10
c. Sekresi (pengeluaran) : dalam tubulus kontortus distal, pembuluh darah
menambahkan zat lain yang tidak digunakan dan terjadi reabsorbsi aktif ion Na+
dan Cl- dan sekresi H+ dan K+. Selanjutnya akan disalurkan ke tubulus kolektifus
ke pelvis renalis.

III. Hidronefrosis dan Hidroureter


Hidronefrosis berasa dari kata hidro yang bearti air, dan nefron yang berarti
ginjal, sehingga dapat diartikan sebagai air di dalam ginjal. Pada hidronefrosis,
terjadi pelebaran dari saluran-saluran yang terdapat di dalam ginjal sehingga ginjal
akan tampak membesar atau membengkak. Pembengkakan ini terjadi akibat
adanya gangguan pada saluran kemih yang letaknya ada di bawah dari ginjal dan
penyebabnya dapat bermacam-macam. Apabila terjadi gangguan dari saluran
kemih maka aliran urin akan terhambat sehingga akan menggenangi ginjal dan
menyebabkan pelebaran dari saluran-saluran yang ada di dalam ginjal.
Normalnya, darah yang masuk ke dalam ginjal kiri dan kanan akan disaring
dan zat-zat yang tidak diperlukan oleh tubuh akan dibuang melalui air
kencing/urin. Setelah itu, urin akan masuk ke kantong kemih melalui ureter kiri
dan kanan. Di dalam kantong kemih, urin akan ditampung sementara hingga
penuh lalu akan dikeluarkan melalui uretra ke luar dari tubuh. Penyakit ini dapat
bersifat bawaan dari lahir maupun didapat saat dewasa.
Hidroureter merupakan gangguan aliran urine karena ada penumpukan
air/urine atau gangguan obstruksi lainnya dalam ureter. Ureter yang mengalami
hidroureter akan terjadi pelebaran/dilatasi. Penyebab paling sering dari gangguan
ini adalah adanya obstruksi atau sumbatan di dalam ureter. Penyebab lain dari
hidroureter antara lain :
- Penyimpangan pembuluh darah dan katub
- Tumor
- Batu
- Lesi dari medula spinalis
Obstruksi menyebabkan hipertrofi otot kandung kemih sebagai kompensasi
untuk mengatasi obstruksi. Pada hipertrofi otot defrusor ini tekanan di dalam
kandung kemih akan meningkat. Bila tekanan yang tinggi ini dibiarkan akan
terjadi pelebaran ureter dan pielum, hidroureter dan hidronefrosis sampai akhirnya
hipertrofi atau atrofi ginjal yang berarti gagal ginjal.

11
IV. Ureum dan Creatinin

Ureum merupakan hasil akhir metabolisme protein. Yang berasal dari asam
amino yang telah dipindah amonianya di dalam hati dan mencapai ke ginjal, dan
diekskresikan rata-rata 30 gram sehari. Kadar ureum darah yang normal adalah 20
mg – 40 mg setiap 100 ccm darah, tetapi hal ini tergantung dari jumlah normal
protein yang di makan dan fungsi hati dalam pembentukan ureum itu sendiri.

Kreatinin yang merupakan produk sisa dari perombakan kreatin fosfat yang
terjadi di otot. Kreatinin ini termasuk zat racun dalam darah, terdapat pada
seseorang yang ginjalnya sudah tidak berfungsi dengan normal. Kadar kreatinin
pada pria max 1,6 jika sudah melebihi 1,7 harus hati-hati karena bisa saja
dilakukan cuci darah.

Kreatinin : hasil katabolisme kreatin. Koefisien kreatinin adalah jumlah mg


kreatinin yang diekskresikan dalam 24 jam/kg BB. Nilai normal pada laki-laki
sekitar 20-26 mg/kg BB. Sedangkan pada wanita sekitar 14-22 mg/kg BB.
Ekskresi kreatinin meningkat pada penyakit otot.

Kreatinin merupakan produk sampingan dari hasil pemecahan fosfokreatin


(kreatin) di otot yang dibuang melalui ginjal. Pada pria, normalnya 0,6 – 1,2
mg/dl. Di atas rentang itu salah satunya mengindikasikan adanya gangguan fungsi
ginjal. Tetapi pada angka 1,3 mg/dl masih tergolong normal, tetap harus waspada.

BATAS NORMAL

Batas normal ureum : 20 – 40 mg/dl


Batas normal kreatinin : 0,5 – 1,5 mg/dl

V. Glomerular Filtration Rate ( GFR )

Laju filtrasi glomerular (LFG) (bahasa Inggris: Gromerular filtration rate


(GFR)) adalah laju rata-rata penyaringan darah yang terjadi di glomerulus yaitu
sekitar 25% dari total curah jantung per menit,± 1,300 ml . LFG digunakan
sebagai salah satu indikator menilai fungsi ginjal. Biasanya digunakan untuk
menghitung bersihan kreatinin yang selanjutnya dimasukkan kedalam formula.

12
Komposisi dari hasil filtrasi glomerulus adalah kalsium, asam lemak,
dan mineral. LFG di hitung dari hasil Koefisien filtrasidan tekanan filtrasi bersih.
Koefisien filtrasi adalah 12.5 ml/min/mmHg. Sedangkan Tekanan filtrasi bersih
dapat dihitung dengan mencari selisih antara tekanan hidrostatik
glomerulus dikurangi hasil penjumlahan tekanan onkotik glomerulus
dengan tekanan kapsula bowman.

Nilai GFR normal adalah 90 – 120 mL/min/1.73 m2.

Rumus Menghitung GFR-Rumus Glomerular Filtration Rate berdasarkan alat


Kalkulasi GFR adalah sebagai berikut:

GFR for male: (140 – age) x wt(kg) / [72 x Serum Creatinine]


GFR for female: GFR(females) = GFR(males) x 0.85

Panduan Bahasa Indonesia Menggunakan Kalkulator GFR:

 Isilah “Age in Years” dengan umur anda sekarang; misalnya : 36 (jika anda
umur 36 tahun).
 Pilihlah “Patient Gender” anda, “Male” jika anda Pria dan “Female” jika
anda Wanita.
 Isilah “Weight” dengan berat badan anda sekarang, misalnya : 60 (jika berat
anda 60 kg) dan pilihlah satuan “KG”
 Isilah “Serum Creatinine” sesuai dengan jumlah yang anda dapatkan dari
hasil pemeriksaan laboratorium pada kadar kreatinin anda.
 Hasil GFR akan keluar pada alat kalkulasi dan anda bisa mengklasifikasikan
penderita gagal ginjal ke dalam stadium sesuai Tabel dibawah ini:

13
Nilai GFR <60mL/min/1,73m2 selama ≥ 3 bulan dengan atau tanpa kerusakan
ginjal atau Terdapat kerusakan / kelainan ginjal selama ≥ 3 bulan dengan atau
tanpa penurunan GFR.

Apabila GFR ≥ 60mL/min/ 1, 73 m2 dan tidak ada indikasi kerusakan /


kelainan ginjal maka tidak dinyatakan sebagai penyakit ginjal kronik

Keterangan: GFR normal adalah jika nilai GFR berada diatas 60mL/min selama 3
bulan, ini menandakan pasien tersebut sehat dan tidak mempunyai masalah ginjal.

Keterangan: Perhitungan GFR diatas adalah rumus sederhana yang digunakan


untuk mengukur GFR. Perhitungan GFR di laboratorium atau rumah sakit bisa
saja mempunyai rumus yang berbeda dan bisa mempunyai perhitungan yang lebih
tepat. Alat bantu kalkulasi GFR ini hanya untuk mempermudah pasien gagal
ginjal kronik menentukan secara garis besar kondisi ginjal berdasarkan stadium
tabel diatas sehingga bisa lebih cepat mengambil tindakan preventif.

VI. Penatalaksanaan Pemeriksaan BNO IVP di RSCM


A. Alat dan Bahan
1. Spuit 25 ml 2 buah
2. Spuit 10 ml 1 buah
3. Wing needle
4. Alcohol swab
5. Plester
6. Media kontras Iopamiro
7. Kaset CR ukuran 24 x 30 cm
8. Kaset CR ukuran 35 x 43 cm
B. Persiapan Pasien
1. Satu hari sebelum pemeriksaan makan bubur kecap
2. Makan terakhir jam 7 malam
3. Jam 8 malam minum garam inggris 30 gr (dapat dibeli dengan bebas di
apotik) dicampur ¾ gelas air, setelah itu banyak minum 4-6 gelas air putih
4. Minum terakhir jam 11 malam

14
5. Jam 8 pagi sudah berada di unit radiologi RSCM untuk pemeriksaan
dengan kondisi perut kosong (masih puasa)
C. Prosedur Pemeriksaan
1. Pasien datang ke unit radiologi RSCM jam 8 pagi dengan persiapan pasien
sebelumnya
2. Perhatikan nilai ureum creatinin pasien
3. Pasien mengganti baju dengan baju pasien
4. Lakukan foto rontgen BNO polos untuk melihat persiapan pasien
5. Perawat melakukan skin test kepada pasien
6. Dokter melakukan anamnesa kepada pasien
7. Setelah melihat hasil foto BNO polos, apabila persiapan sudah baik pasien
diinstruksikan untuk tidur terlentang di meja pemeriksaan
8. Perawat melakukan penyuntikan media kontras iopamiro sebanyak 50 ml
secara intravena kepada pasien
D. Pengambilan Gambar Radiografi
1. Gambar pertama diambil 5 menit setelah penyuntikan media kontras untuk
memperlihatkan system calyses ginjal
2. Gambar kedua diambil 10 menit setelah penyuntikan untuk melihat pelvic-
calyses ginjal dan ureter bagian proximal
3. Gambar ketiga diambil 20 menit untuk melihat jalannya media kontras
mengisi ureter
4. Gambar keempat diambil 30 menit pada posisi pasien prone untuk melihat
media kontras sudah mengisi vesica urinaria
5. Setelah itu tunggu sampai full blast
6. Setelah pasien sudah merasa ingin buang air kecil, lakukan foto Full Blast
untuk melihat kontras secara keseluruhan mengisi vesica urinaria
7. Setelah dilakukan foto full blast, jika hasilnya media kontras sudah penuh
mengisi vesica urinaria, maka pasien diperbolehkan membuang air kecil
8. Setelah buang air kecil, lakukan foto Post Void untuk melihat vesica
urinaria yang kosong dari media kontras

15
VII. Teknik Radiografi Pemeriksaan BNO IVP
1. Untuk foto BNO Polos, Menit ke-20, Full Blast, dan Post Void

Ukuran Film : 35 x 43 cm memanjang

Posisi Pasien :

 Posisi pasien supine dengan MSP tubuh berada di midline kaset atau
meja pemeriksaan
 Lengan diletakkan pada sisi pasien dan menjauhi tubuh pasien

Posisi Objek :

 Pertengahan kaset pada crista illiaca dan batas bawahnya pada


symphysis pubis
 Tidak ada rotasi dari pelvis dan bahu pasien

Central Ray : Tegak lurus dengan kaset

Center Point : Setinggi Crista Illiaca

FFD : 100 cm

Respirasi : Lakukan eksposi pada akhir ekspirasi

2. Untuk foto posisi Prone pada menit ke-30

Ukuran Film : 35 x 43 cm memanjang

Posisi Pasien :

 Posisi pasien prone dengan MSP tubuh berada di midline kaset atau
meja pemeriksaan
 Lengan diletakkan pada sisi pasien dan menjauhi tubuh pasien

Posisi Objek :

 Pertengahan kaset pada crista illiaca dan batas bawahnya pada


symphysis pubis
 Tidak ada rotasi dari pelvis dan bahu pasien

16
Central Ray : Tegak lurus dengan kaset

Center Point : Setinggi Crista Illiaca

FFD : 100 cm

Respirsi : Lakukan eksposi pada akhir ekspirasi

3. Untuk foto 5 menit dan 10 menit

Ukuran Film : 24 x 30 cm melintang

Posisi Pasien :

 Posisi pasien supine dengan MSP tubuh berada di midline kaset atau
meja pemeriksaan
 Lengan diletakkan pada sisi pasien dan menjauhi tubuh pasien

Posisi Objek :

 Batas bawah kaset mencakup bagian crista illiaca


 Tidak ada rotasi dari pelvis dan bahu pasien

Central Ray : Tegak lurus dengan kaset

Center Point : pertengahan antara umbilicus dengan prosesus


xyphoideus

FFD : 100 cm

Respirasi : Lakukan eksposi pada akhir ekspirasi

VIII. Hasil Gambaran Radiografi pada Pasien dengan Klinis Hidronefrosis dan
Hidroureter
Nama : Pasien X
Klinis : Hidronefrosis dan Hidroureter
Ureum : 20 mg/dl
Kreatinin : 1,1 mg/dl
GFR : 73,6

17
18
19
BAB III

PENUTUP

I. Kesimpulan
BNO IVP adalah pemeriksaan radiologi menggunakan media kontras untuk
melihat traktus urinarius. Pada pasien dengan klinis hidronefrosis dan hidroureter,
terlihat hasil gambaran yang berbeda yaitu terjadi pembesaran pada ginjal dan
ureter pasien.
II. Saran
1. Persiapan pemeriksaan BNO IVP harus dilakukan dengan benar agar
gambaran ginjal dapat tervisualisasi dengan baik
2. Pada pasien dengan riwayat hipertensi, interval foto dibuat lebih singkat

20
DAFTAR PUSTAKA

http://www.bioactiva.co.id/news/view/96/mengenal_ureum_kreatinin.html

http://urinalsystem4a.blogspot.co.id/2013/10/kelompok-6-hidronefrosis.html

Kenneth L. Bontrager & John P. Lampignano; “Radiographic Positioning and Related Anatomy”

21

Das könnte Ihnen auch gefallen