Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Bno Ivp
Bno Ivp
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman, manusia atau ahli medis menggunakan
teknologi untuk membantu pengobatan. Di sisi lain keamanan tehnologi tersebut
terhadap mahkluk hidup juga harus diperhatikan agar tidak malah memperburuk
keadaan pasien.
Salah- satu teknologi yang dhikembangkan dikalangan ahli medis untuk
mengobati pasienya adalah Sinar X. Ahli medis menggunakan Sinar X untuk
memotret kedudukan tulang atau organ dalam tubuh manusia.
Sinar-X mempunyai daya tembus yang cukup tinggi terhadap bahan yang
dilaluinya. Dengan demikian sinar-X dapat dimanfaatkan sebagai alat diagnosis
dan terapi di bidang kedokteran . Perangkat sinar-X untuk diagnosis disebut
dengan photo Rontgen sedangkan yang untuk terapi disebut Linec (Linier
Accelerator).
Obstruksi lintas air kemih menyebabkan aliran urine tertahan (retensi). Hal ini
dapat terjadi di sepanjang lintasan dari hulu pada piala sampai ke muara pada
uretra. Gangguan penyumbatan ini bisa disebabkan oleh kelainan mekanik di
dalam liang, pada dinding atau tindisan dari luar terhadap dinding lintasan atau
disebabkan kelainan dinamik (neuromuskuler) yang masing-masing bisa karena
kelainan dibawa lahir atau diperdapat. Selanjutnya penyumbatan ini bisa
menyumbat sempurna (total) atau tidak sempurna (sub total) dengan masing-
masing bisa tampil mendadak, menahun atau berulang timbul. Adanya rintangan
penyumbatan total. Pada penyumbatan sub-total melewatkan sebagian air kemih
dan menahun sebagian lain yang berangsur menumpuk seluruhnya pada
penyumbatan total. Pada penyumbatan sub-total melewatkan sebagian air kemih
dan menahan sebagian lain yang berangsur-angsur menumpuk. Tumpukan air
kemih ini meregangkan lintasan pada hulu obstruksi sehingga melebar. Bagian
hulu saluran ini berusaha meningkat tenaga dorong untuk mengungguli hambatan
sumbatan dengan menambah kuat kontraksi jaringan dinding saluran agar
penyaluran air kemih dapat berlangsung sempurna seperti biasanya (kompensasi).
Selanjutnya pada perlangsungan obstruksi biasanya mengundang kehadiran
bakteri dan pembentukan batu yang menyebabkan penyulit-penyulit yang lebih
1
memberatkan keadaan. Rentetan kejadian makin ke hulu melibatkan ginjal
sehingga terjadi hidronefrosis.
III. Tujuan
1. Mengetahui prosedur pemeriksaan BNO IVP di RSCM
2. Mengetahui gambaran klinis hidronefrosis dan hidroureter
Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) adalah sebuah rumah sakit
pemerintah yang terletak di Jakarta Pusat, Indonesia. Selain menjadi RS
pemerintah RSCM juga berfungsi sebagai RS pendidikan, salah satunya adalah
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Nama rumah sakit ini diambil dari nama Dr. Tjipto Mangoenkoesoemo,
seorang tokoh perjuangan Indonesia pada masa kolonial.
2
30 bed. Selain RSCM Kencana, Menkes juga meresmikan Laboratorium Terpadu
RSCM.
Pada tahun 2013 Presiden RI meresmikan Gedung RSCM Kirana untuk
pelayanan paripurna kesehatan mata.Gedung berlantai 6 tersebut terletak di Jalan
Kimia, Cikini, Jakarta Pusat.
Pada tahun 2011 dimulai pembangunan Gedung Pusat Kesehatan Ibu dan
Anak (PKIA) sampai dengan Januari 2014 pembangunannya masih dalam tahap
penyelesaian akhir.
Motto :
" Menolong, Memberikan Yang Terbaik ".
3
VI. Fasilitas
Unit Radiologi Pusat RSCM menyediakan fasilitas pemeriksaan penunjang
medis seperti pesawat X-Ray yang terdapat di masing masing kamar pemeriksaan.
Terdapat 6 kamar pemeriksaan, Kamar 1 untuk pemeriksaan radiografi Thorax,
Kamar 2 untuk pemeriksaan Vertebrae dan Cranium, Kamar 3 untuk pemeriksaan
Ekstremitas, Kamar 4 sedang dalam masa renovasi, Kamar 5 untuk pemeriksaan
Radiografi menggunakan Kontras Media, Kamar 6 untuk pemeriksaan
Mammografi. Serta terdapat pemeriksaan CT Scan dan MRI.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
kemampuan ginjal mengsekresikan media kontras. Denhan posisi AP sama seperti
foto Abdomen dan CRnya vertikal tegak lurus kaset.
4) Foto menit ke-60
Setelah masuk menit ke-60 dibuat foto BNO lagi dengan kaset dan film ukuran 30
x 40 cm. Setelah hasil rontgen dikonsultasikan pada radiolog dan dinyatakan
normal maka pasien diharuskan mixi kemudian difoto kembali. Jika radiolog
menyatakan ada ganguan biasanya dilakukan foto 2 jam. Dengan posisi AP sama
seperti foto Abdomen dan CRnya vertikal.
5) Foto Post Void
Yang terakhir adalah melakukan foto post void dengan posisi AP supine atau erect
untuk melihat kelainan kecil yang mungkin terjadi di daerah bladder. Dengan
posisi erect dapat menunjukkan adalanya ren mobile (pergerakan ginjal yang tidak
normal) pada kasus post haematuri. Dengan posisi AP sama seperti foto Abdomen
dan CRnya vertikal tegak lurus kaset.
Ginjal
6
Ginjal biasa juga disebut dengan renal, kidney, terletak di belakang rongga
peritoneum dan berhubungan dengan dinding belakang dari rongga abdomen,
dibungkus lapisan lemak yang tebal. Ginjal terdiri dari dua buah yaitu bagian
kanan dan bagian kiri. Ginjal kanan lebih rendah dan lebih tebal dari ginjal kiri,
hal ini karena adanya tekanan dari hati. Letak ginjal kanan setinggi lumbal I
sedangkan letak dari ginjal kiri setinggi thorakal XI dan XII. Bentuknya seperti
biji kacang tanah dan margo lateralnya berbentuk konveks dan margo medialnya
berbentuk konkav. Panjangnya sekitar 4,5 inchi (11,25 cm), lebarnya 3 inchi
(7,5cm), dan tebalnya 1,25 inchi (3,75cm). Bagian luar dari ginjal disebut dengan
substansia kortikal sedang bagian dalamnya disebut substansia medularis dan
dibungkus oleh lapisan yang tipis dari jaringan fibrosa.
Nefron merupakan bagian terkecil dari ginjal yang terdiri dari glomerulus,
tubulus proksimal, lengkung hendle, tubulus distal, dan tubulus urinarius (papilla
vateri). Pada setiap ginjal diperkirakan ada 1.000.000 nefron, selama 24 jam dapat
menyaring darah 170 liter, arteri renalis membawa darah murni dari aorta ke
ginjal. Lubang-lubang yang terdapat pada pyramid renal masing-masing
membentuk simpul dan kapiler suatu badan malphigi yang disebut glomerulus.
Pembuluh afferent bercabang membentuk kapiler menjadi vena renalis yang
membawa darah dari ginjal ke vena kava inferior.
7
2. Mempertahankan suasana keseimbangan cairan
3. Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh
4. Mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam
tubuh
5. Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir dari protein ureum,
kreatinin, dan amoniak.
Ureter
Ureter adalah lanjutan dari renal pelvis yang panjangnya antara 10 sampai 12
inchi (25-30 cm), dan diameternya sekitar 1 mm sampai 1 cm. Ureter terdiri atas
dinding luar yang fibrus, lapisan tengah yang berotot, dan lapisan mukosa sebelah
dalam. Ureter mulai sebagai pelebaran hilum ginjal, dan letaknya menurun dari
ginjal sepanjang bagian belakang dari rongga peritoneum dan di depan dari
muskulus psoas dan prosesus transversus dari vertebra lumbal dan berjalan
menuju ke dalam pelvis dan dengan arah oblik bermuara ke kandung kemih
melalui bagian posterior lateral. Pada ureter terdapat 3 daerah penyempitan
anatomis, yaitu :
8
Kandung Kemih
Uretra
Uretra adalah saluran sempit yang terdiri dari mukosa membrane dengan
muskulus yang berbentuk spinkter pada bagian bawah dari kandung kemih.
Letaknya agak ke atas orivisium internal dari uretra pada kandung kemih, dan
terbentang sepanjang 1,5 inchi (3,75 cm) pada wanita dan 7-8 inchi (18,75 cm)
pada pria. Uretra pria dibagi atas pars prostatika, pars membrane, dan pars
kavernosa.
9
Fungsi uretra yaitu untuk transport urine dari kandung kencing ke meatus
eksterna, uretra merupakan sebuah saluran yang berjalan dari leher kandung
kencing ke lubang air.
Pembentukan Urin
Urin merupakan larutan kompleks yang terdiri dari sebagian besar air (96%)
air dan sebagian kecil zat terlarut (4%) yang dihasilkan oleh ginjal, disimpan
sementara dalam kandung kemih dan dibuang melalui proses mikturisi.
Urin dihasilkan dari penyaringan darah yang dialirkan melalui cabang aorta
abdominalis yaitu arteri renalis oleh nefron-nefron yang ada di ginjal. Nefron-
nefron itu melakukan fungsi-fungsi seperti Filtrasi, Reabsorbsi, dan Sekresi.
10
c. Sekresi (pengeluaran) : dalam tubulus kontortus distal, pembuluh darah
menambahkan zat lain yang tidak digunakan dan terjadi reabsorbsi aktif ion Na+
dan Cl- dan sekresi H+ dan K+. Selanjutnya akan disalurkan ke tubulus kolektifus
ke pelvis renalis.
11
IV. Ureum dan Creatinin
Ureum merupakan hasil akhir metabolisme protein. Yang berasal dari asam
amino yang telah dipindah amonianya di dalam hati dan mencapai ke ginjal, dan
diekskresikan rata-rata 30 gram sehari. Kadar ureum darah yang normal adalah 20
mg – 40 mg setiap 100 ccm darah, tetapi hal ini tergantung dari jumlah normal
protein yang di makan dan fungsi hati dalam pembentukan ureum itu sendiri.
Kreatinin yang merupakan produk sisa dari perombakan kreatin fosfat yang
terjadi di otot. Kreatinin ini termasuk zat racun dalam darah, terdapat pada
seseorang yang ginjalnya sudah tidak berfungsi dengan normal. Kadar kreatinin
pada pria max 1,6 jika sudah melebihi 1,7 harus hati-hati karena bisa saja
dilakukan cuci darah.
BATAS NORMAL
12
Komposisi dari hasil filtrasi glomerulus adalah kalsium, asam lemak,
dan mineral. LFG di hitung dari hasil Koefisien filtrasidan tekanan filtrasi bersih.
Koefisien filtrasi adalah 12.5 ml/min/mmHg. Sedangkan Tekanan filtrasi bersih
dapat dihitung dengan mencari selisih antara tekanan hidrostatik
glomerulus dikurangi hasil penjumlahan tekanan onkotik glomerulus
dengan tekanan kapsula bowman.
Isilah “Age in Years” dengan umur anda sekarang; misalnya : 36 (jika anda
umur 36 tahun).
Pilihlah “Patient Gender” anda, “Male” jika anda Pria dan “Female” jika
anda Wanita.
Isilah “Weight” dengan berat badan anda sekarang, misalnya : 60 (jika berat
anda 60 kg) dan pilihlah satuan “KG”
Isilah “Serum Creatinine” sesuai dengan jumlah yang anda dapatkan dari
hasil pemeriksaan laboratorium pada kadar kreatinin anda.
Hasil GFR akan keluar pada alat kalkulasi dan anda bisa mengklasifikasikan
penderita gagal ginjal ke dalam stadium sesuai Tabel dibawah ini:
13
Nilai GFR <60mL/min/1,73m2 selama ≥ 3 bulan dengan atau tanpa kerusakan
ginjal atau Terdapat kerusakan / kelainan ginjal selama ≥ 3 bulan dengan atau
tanpa penurunan GFR.
Keterangan: GFR normal adalah jika nilai GFR berada diatas 60mL/min selama 3
bulan, ini menandakan pasien tersebut sehat dan tidak mempunyai masalah ginjal.
14
5. Jam 8 pagi sudah berada di unit radiologi RSCM untuk pemeriksaan
dengan kondisi perut kosong (masih puasa)
C. Prosedur Pemeriksaan
1. Pasien datang ke unit radiologi RSCM jam 8 pagi dengan persiapan pasien
sebelumnya
2. Perhatikan nilai ureum creatinin pasien
3. Pasien mengganti baju dengan baju pasien
4. Lakukan foto rontgen BNO polos untuk melihat persiapan pasien
5. Perawat melakukan skin test kepada pasien
6. Dokter melakukan anamnesa kepada pasien
7. Setelah melihat hasil foto BNO polos, apabila persiapan sudah baik pasien
diinstruksikan untuk tidur terlentang di meja pemeriksaan
8. Perawat melakukan penyuntikan media kontras iopamiro sebanyak 50 ml
secara intravena kepada pasien
D. Pengambilan Gambar Radiografi
1. Gambar pertama diambil 5 menit setelah penyuntikan media kontras untuk
memperlihatkan system calyses ginjal
2. Gambar kedua diambil 10 menit setelah penyuntikan untuk melihat pelvic-
calyses ginjal dan ureter bagian proximal
3. Gambar ketiga diambil 20 menit untuk melihat jalannya media kontras
mengisi ureter
4. Gambar keempat diambil 30 menit pada posisi pasien prone untuk melihat
media kontras sudah mengisi vesica urinaria
5. Setelah itu tunggu sampai full blast
6. Setelah pasien sudah merasa ingin buang air kecil, lakukan foto Full Blast
untuk melihat kontras secara keseluruhan mengisi vesica urinaria
7. Setelah dilakukan foto full blast, jika hasilnya media kontras sudah penuh
mengisi vesica urinaria, maka pasien diperbolehkan membuang air kecil
8. Setelah buang air kecil, lakukan foto Post Void untuk melihat vesica
urinaria yang kosong dari media kontras
15
VII. Teknik Radiografi Pemeriksaan BNO IVP
1. Untuk foto BNO Polos, Menit ke-20, Full Blast, dan Post Void
Posisi Pasien :
Posisi pasien supine dengan MSP tubuh berada di midline kaset atau
meja pemeriksaan
Lengan diletakkan pada sisi pasien dan menjauhi tubuh pasien
Posisi Objek :
FFD : 100 cm
Posisi Pasien :
Posisi pasien prone dengan MSP tubuh berada di midline kaset atau
meja pemeriksaan
Lengan diletakkan pada sisi pasien dan menjauhi tubuh pasien
Posisi Objek :
16
Central Ray : Tegak lurus dengan kaset
FFD : 100 cm
Posisi Pasien :
Posisi pasien supine dengan MSP tubuh berada di midline kaset atau
meja pemeriksaan
Lengan diletakkan pada sisi pasien dan menjauhi tubuh pasien
Posisi Objek :
FFD : 100 cm
VIII. Hasil Gambaran Radiografi pada Pasien dengan Klinis Hidronefrosis dan
Hidroureter
Nama : Pasien X
Klinis : Hidronefrosis dan Hidroureter
Ureum : 20 mg/dl
Kreatinin : 1,1 mg/dl
GFR : 73,6
17
18
19
BAB III
PENUTUP
I. Kesimpulan
BNO IVP adalah pemeriksaan radiologi menggunakan media kontras untuk
melihat traktus urinarius. Pada pasien dengan klinis hidronefrosis dan hidroureter,
terlihat hasil gambaran yang berbeda yaitu terjadi pembesaran pada ginjal dan
ureter pasien.
II. Saran
1. Persiapan pemeriksaan BNO IVP harus dilakukan dengan benar agar
gambaran ginjal dapat tervisualisasi dengan baik
2. Pada pasien dengan riwayat hipertensi, interval foto dibuat lebih singkat
20
DAFTAR PUSTAKA
http://www.bioactiva.co.id/news/view/96/mengenal_ureum_kreatinin.html
http://urinalsystem4a.blogspot.co.id/2013/10/kelompok-6-hidronefrosis.html
Kenneth L. Bontrager & John P. Lampignano; “Radiographic Positioning and Related Anatomy”
21