Sie sind auf Seite 1von 14

Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.5, No.

2, September 2017

ANALISIS EFISIENSI IRIGASI TETES PADA BERBAGAI TEKSTUR TANAH


UNTUK TANAMAN SAWI (Brassica juncea)

Efficiency Analysis of Drips Irrigation on Various Land Texture


for Green Mustard (Brassica juncea)

Muhammad Mustawa1, Sirajuddin H. Abdullah1, *), Guyup Mahardhian Dwi


Putra1
1
Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri,
Universitas Mataram
*)
Email : sirajuddinhajiabdullah@gmail.com

Diterima: 23 Mei 2017


Disetujui: 18 Agustus 2017

ABSTRACT

Drip irrigation is a technology that is still being developed. Drip irrigation drains water
by dripping with regular debits in accordance with plants’ need. To determine the
efficiency of drip irrigation and determine the yields, trials were needed to be conducted
by using three kinds of soil texture (clay, loam and sandy clay loam) and mustard plant
had been chosen due to its sensitivity to irrigation. The purpose of this study was to
analyzed the efficiency of drip irrigation and the water needs of green mustards (Brassica
juncea) and measure its growth and productivity in various soil textures using drip
irrigation. Method used in this research was experimental method by on field
trials. Observed parameter was volumetric gravimetric, specific gravity, porosity,
average water discharge on emitter’s output, emitter uniformity, the amount of water use,
the efficiency of water use, storage efficiency, surface area of glass container/polybag,
the water needs of mustard plants, plant height, number of leaves, plant weight, and crop
productivity. The amount of the provision water was determined by three phases, i.e. in
the early phase of growth 3.78 liters/day, in the middle phase 15.3 liters/day, and the last
phase7.65 liters/day. The height of mustard that grew on clay was 23.05 cm, on loam was
15.79 cm, and on sandy clay loam was 21.06 cm; the number of plant leaves on clay was
11.93 leaves, on clay was 9.60 leaves, and on sandy clay loam was 9.23 leaves; mustard
plant productivity on clay was 1566.69 g/m2, on loam was 761.93 g/m2, and on sandy clay
loam was 1843.41 g/m 2. Storage efficiency in early phase of clay was 22.83%, loam was
27.87% clay, and sandy clay loam was 23.41%; in the middle phase clay was 56.61%,
loam was 89.18%, and sandy clay loam was 57.21%; in the last phase clay was 23.3%,
loam was 67.48%, and sandy clay loam was 48.82%.

Keywords: drip irrigation, soil texture, mustard plants, irrigation efficiency, productivity

408
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.5, No. 2, September 2017

ABSTRAK

Irigasi tetes merupakan teknologi yang masih terus dikembangkan. Dimana irigasi tetes
mengalirkan air dengan secara menetes yang diatur debitnya sesuai dengan kebutuhan
tanaman. Untuk mengetahui efisiensi irigasi tetes ini dan mengetahui produktivitas perlu
melakukan pengujian yaitu diuji pada tiga macam tekstur tanah (lempung, liat dan
lempung liat berpasir) dan dipilih tanaman sawi untuk mengetahui produktivits karena
tanaman sawi merupakan tanaman yang sensitif terhadap irigasi. Tujuan penelitian ini
menganalisis efisiensi irigasi tetes dan kebutuhan air tanaman sawi hijau (brassica
juncea) serta mengukur pertumbuhan dan produktivitas tanaman sawi hijau (brassica
juncea) pada berbagai tekstur tanah menggunakan irigasi tetes. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu metode eksperimental dengan percobaan lapangan. Parameter
pengamatan berupa berat volume tanah, berat jenis tanah, porositas, debit air rata-rata
keluaran emitter, keseragaman emitter, jumlah penggunaan air, efisiensi pemakaian air,
efisiensi penyimpanan, luas gelas penampung/polibag, kebutuhan air tanaman sawi,
tinggi tanaman, jumlah daun, berat tanaman dan produktivitas tanaman. Jumlah
pemberian air dibedakan berdasarkan tiga fase pertumbuhan yaitu pada fase awal 3,78
liter/hari, fase tengah 15,3 liter/hari dan akhir 7,65 liter/hari. Tinggi tanaman sawi pada
tekstur lempung 23,05 cm, liat 15,79 cm dan lempung liat berpasir 21,06 cm; jumlah daun
tanaman pada tekstur lempung 11,93 helai, liat 9,60 helai dan lempung liat berpasir 9,23
helai; produktivitas tanaman sawi pada tekstur lempung 1566,69 gram/m2, liat 761,93
gram/m2 dan lempung liat berpasir 1843,41 gram/m2. Efisiensi penyimpanan pada fase
awal tekstur lempung 22,83%, liat 27,87%, dan lempung liat berpasir 23,41%; pada fase
tengah tekstur lempung 56,61%, liat 89,18%, lempung liat berpasi 57,21%; pada fase
akhir tekstur lempung 23,3%, liat 67,48%, lempung liat berpasir 48,82%.

Kata kunci: irigasi tetes, tekstur tanah, tanaman sawi, efisiensi irigasi, produktivitas

PENDAHULUAN (Badan Pusat Statistik, 2012): 565,636 ton


(2008), 562,838 ton (2009), 583,770 ton
Tanaman sawi merupakan tanaman (2010) dan 580,969 ton (2011) (Anonim 1,
sayuran yang biasa ditanam di daerah 2012).
dataran tinggi. Namun, karena semakin Dalam bidang pertanian, air
berkurangnya lahan pertanian saat ini, merupakan salah satu kebutuhan utama
sawi dapat juga ditanam pada dataran yang mutlak harus dipenuhi. Seiring
rendah tetapi membutuhkan cukup air dengan meningkatnya jumlah penduduk
(tanah harus selalu lembab) dalam maka akan meningkat pula kebutuhannya,
pertumbuhannya, lebih-lebih tanaman ini khususnya air. Sedangkan untuk
merupakan tanaman yang tumbuh cepat. ketersedian akan sumber air semakin
Selain itu, sawi merupakan jenis sayuran berkurang diakibatkan dengan
yang paling banyak diminati orang penebangan hutan secara berlebihan.
sehingga perlu dilakukan pembudidayaan Terlebih lagi sumber air ini sangat
dengan penggunaan teknik penyiraman dibutuhkan pada daerah yang rawan akan
yang efektif dan efisien seperti teknologi kekeringan yang hanya mengandalkan air
irigasi tetes (Simangunsong, dkk, 2013). hujan sebagai sumber pengairan. Hal ini
Menurut data Badan Pusat Statistik merupakan masalah utama bagi kehidupan
(2012), produksi sawi di Indonesia dari masyarakat khususnya di sektor petanian.
tahun 2008-2011 mengalami fluktuasi Oleh karena itu, untuk menghindari hal
yang dapat dilihat secara berturut-turut ini, masyarakat perlu menjaga kelestarian

409
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.5, No. 2, September 2017

lingkungan, menjaga sumber-sumber mata ruang pori di dalam dan di antara agregat
air, menghemat penggunaan air serta yang dapat diisi air dan udara dan
dibutuhkan teknologi tepat guna untuk sekaligus mantap keadaannya. Agregat
mengatasi permasalahan ini. tanah sebaiknya mantap agar tidak mudah
Pemberian irigasi yang tidak tepat hancur oleh adanya gaya dari luar, seperti
menjadi penyebab utama rendahnya pukulan butiran air hujan. Dengan
produktifitas tanaman. Hal ini terlihat jelas demikian tahan erosi sehingga pori-pori
dari sebagian besar tanaman sayuran yang tanah tidak gampang tertutup oleh
mati disebabkan terjadinya pembusukan partikel-partikel tanah halus, sehingga
akar akibat kelebihan air, karena infiltrasi tertahan dan run-off menjadi
pemberian irigasi sistem tradisional yang besar. Struktur tanah yang jelek tentunya
diterapkan petani memberikan air tanpa sebaliknya dengan keadaan di atas. Dan
adanya takaran yang sesuai dengan kegiatan yang berupa pengolahan tanah,
kebutuhan tanaman. Oleh karena itu, pembajakan, pemupukan termasuk
diperlukan pemberian irigasi tetes yang pengapuran dan pupuk organik, lebih
terkontrol pada tanaman untuk berhubungan dengan aspek struktur
peningkatan produksi sayuran khususnya daripada aspek tekstur tanah (Anonim 2,
sawi. 2012).
Irigasi tetes (Drip Irrigation) Telah dijelaskan sebelumnya bahwa
merupakan salah satu teknologi mutakhir fungsi utama tanah sebagai media tumbuh
dalam bidang irigasi yang telah adalah sebagai tempat akar mencari ruang
berkembang di hampir seluruh dunia. untuk berpenetrasi (menelusup), baik
Teknologi ini pertama diperkenalkan di secara lateral atau horisontal maupun
Israel, dan kemudian menyebar hampir ke secara vertikal. Kemudahan tanah untuk
seluruh pelosok penjuru dunia. Pada dipenetrasi ini tergantung pada ruang pori-
hakikatnya teknologi ini sangat cocok pori yang terbetuk di antara partikel-
diterapkan pada kondisi lahan berpasir, air partikel tanah (tekstur dan struktur),
yang sangat terbatas, iklim yang kering sedangkan stabilitas ukuran ruang ini
dan komoditas yang diusahakan tergantung pada konsistensi tanah
mempunyai ekonomis yang tinggi terhadap pengaruh tekanan (Hanafiah,
(Pasaribu, dkk, 2013). 2013).
Tekstur tanah merupakan suatu sifat Berdasarkan pernyataan tersebut
fisik yang penting karena dapat maka perlu dilakukan suatu penelitian.
mempengaruhi pertumbuhan tanaman dengan judul “Analisis Efisiensi Irigasi
serta secara tidak langsung dapat Tetes Pada Berbagai Tekstur Tanah untuk
memperbaiki peredaran air, udara dan Tanaman Sawi Hijau (Brassica Jencea)”.
panas, aktivitas jasad hidup tanah,
tersedianya unsur hara bagi tanaman,
perombakan bahan organik, dan mudah
tidaknya akar dapat menembus tanah lebih
dalam. Tanah yang berstruktur baik akan METODE PENELITIAN
membantu berfungsinya faktor-faktor
pertumbuhan tanaman secara optimal, Alat dan Bahan
sedangkan tanah yang berstruktur jelek Bahan-bahan penelitian ini adalah
akan menyebabkan terhambatnya tanaman sawi (Brassica Juncea), air, tanah
pertumbuhan tanaman. bertekstur lempung, liat dan lempung liat
Struktur tanah dapat dikatakan baik berpasir. Sedangkan alat-alat yang
apabila di dalamnya terdapat penyebaran digunakan, yaitu bak penampung air,
ruang pori-pori yang baik, yaitu terdapat selang infus, stop kran, plastik, polibag,

410
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.5, No. 2, September 2017

pipa PVC 0,75 inchi, gergaji, bor, cangkul, Ms


ρs = Vt .............................................1)
serta peralatan labolatorium seperti:
Dimana:
stopwatch, komputer, kamera, timbangan
ρs= Berat isi tanah kering/berat volume
digital, meteran/penggaris, gelas ukur,
(g/cm3)
tabung sedimentasi, erlenmeyer, ring
Ms= Massa kering tanah oven (g)
sampel, dan oven.
Vt = Volume total tanah (cm3).
Tahapan penelitian
2. Berat jenis
Penelitian ini dilakukan pada bulan
Dalam penentuan berat jenis
September 2016 di Desa Gerisak
partikel tanah dapat dilakukan dengan cara
Semanggleng, Kecamatan Sakra Barat,
berikut, yaitu diambil sampel tanah hasil
Kabupaten Lombok Timur dan di
analisa berat volume tanah kurang lebih 40
Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas
gram ke dalam gelas ukur 100 ml yang
Pertanian Universitas Mataram. Adapun
telah diberi air sebanyak 50 ml dan diaduk
langkah-langkah penelitian yang
dengan baik untuk melepaskan udaranya.
dilakukan dimulai dari persiapan
Setelah itu, gelas pengaduk pada dinding
kemudian pelaksanaan. Persiapan
silinder dibilas dengan jumlah air 10 ml.
merupakan tahapan identifikasi fungsi dan
Kemudian, campuran dibiarkan selama 5
kelengkapan alat/bahan untuk membuat
menit untuk dapat melepaskan udaranya,
suatu sistem irigasi tetes yang mencakup
dan dicatat volume air dalam gelas ukur.
penyediaan alat/bahan. Sedangkan
Adapun persamaan yang digunakan untuk
pelaksanaan meliputi penentuan sifat fisik
mencari berat jenis tanah dapat dilihat di
tanah (tekstur tanah, berat volume tanah,
bawah ini:
berat jenis tanah, porositas, kadar air Ms Ms
tanah, kadar air kapasitas lapang), ρs = = ....................................2)
Vs V2 −V1
kebutuhan air tanaman sawi, perancangan Dimana:
sistem irigasi, penanaman dan ρs = berat jenis partikel tanah (g/cm3)
pengamatan. Ms = Massa tanah kering (g)
Vs = Volume padatan/partikel tanah
Parameter Penelitian (cm3)
1. Berat Volume Tanah V1 = Volume awal sebelum perendaman
Dilakukan analisis berat (cm3)
volume/kerapatan massa tanah. Dalam V2 = Volume akhir setelah perendaman
menentukan berat volume dapat dilakukan (cm3)
dengan cara berikut, suatu ring berbentuk
silinder dimasukkan ke dalam tanah 3. Porositas
dengan cara ditekan sampai kedalaman Porositas tanah dicari dengan cara
tertentu, kemudian dibongkar dengan hati- membagi hasil pengukuran berat volume
hati supaya volume tanah tidak berubah. tanah dengan hasil pengukuran berat jenis
Contoh tanah dikeringkan selama 24 jam tanah. Porositas tanah dapat dihitung
pada suhu 105oC, kemudian ditimbang. dengan persamaan sebagai berikut
Pengukuran berat volume tanah dilakukan (Israelsen, dkk. 1986):
dengan 3 kali pengulangan, sehingga ρb
n = 100 (1- ρs ) ...................................3)
didapatkan 3 sampel tanah. Tinggi ring
sampel 4,5 cm, diameter luar 6 cm, dan Dimana:
diameter dalam 5,9 cm. Persamaan yang n = Persentase ruang pori (%)
digunakan untuk mencari berat volume ρb = Berat volume tanah (g/cm3)
tanah dapat dilihat pada persamaan di ρs = Berat jenis tanah (g/cm3)
bawah ini (Yunus, 2004):

411
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.5, No. 2, September 2017

4. Kebutuhan Air Tanaman Sawi Cu = koefisien keseragaman irigasi


Menentukan kebutuhan air (%)
tanaman sawi ini sangat penting dilakukan xi = volume air pada wadah ke-i (ml)
untuk menentukan jumlah air yang x = nilai rata-rata dari volume air pada
diberikan baik dari fase awal, tengah dan wadah (ml)
akhir pertumbuhan. Penentuan kebutuhan ∑ [xi − x] = jumlah deviasi absolut
air tanaman sawi juga berguna untuk tahap rata-rata pengukuran (ml)
awal dalam perancangan jaringan irigasi 7. Jumlah penggunaan air irigasi
yang sesuai dengan kebutuhan pengairan Jumlah penggunaan air irigasi
tanaman sawi yang akan diberikan. dihitung mulai dari hari pertama tanam
Penentuan kebutuhan air tanaman sawi sampai hari terakhir (panen).
dilakukan dengan cara mengalikan antara 8. Tinggi tanaman
data penguapan perhari dengan koefisien Tinggi tanaman diukur dari pangkal
tanaman. Penentuan ETc ditentukan pada batang sawi sampai ujung daun tertinggi.
3 tahap pertumbuhan, yaitu tahap awal, 9. Jumlah daun tanaman
tengah dan akhir. Nilai ETc didapatkan Daun sawi dihitung mulai pada saat
dari perhitungan data iklim selama 10 sawi memiliki daun sejati.
tahun terakhir dari BMKG menggunakan 10. Berat tanaman
aplikasi CROPWAT. Kebutuhan air Sawi ditimbang daun, batang, dan
tanaman dapat dicari dengan rumus di akarnya.
bawah ini: 11. Efisiensi pemakaian
ETc = Kc x ETo ................................. 4) Efisiensi pemakaian dapat dihitung
Dimana: dengan rumus di bawah ini (Apriani, dkk,
ETc= Evapotranspirasi tanaman (mm/hari) 2015):
Kc = Koefisien tanaman 𝑊
𝐸𝑎 = 𝑠 x 100% ................................6)
𝑊𝑓
ETo = Evapotranspirasi potensial
(mm/hari) Dimana:
5. Debit rata-rata keluaran emitter 𝐸𝑎 = efisiensi pemakaian air (%)
Diukur debit air yang ke luar dari 𝑊𝑠 = air yang ditampung/diterima tanah
emitter sebanyak 3 kali ulangan, tiap (air yang disalurkan-perkolasi) (ml)
ulangan selama 1 jam. Mengukur debit 𝑊𝑓 = air yang disalurkan (ml)
keluaran emitter ini berkaitan dengan 12. Efisiensi penyimpanan
jumlah pemberian air yang akan diberikan Efisiensi penyimpanan dapat
kepada tanaman sawi. dihitung dengan persamaan di bawah ini
6. Keseragaman emitter (Apriani, dkk, 2015):
𝑊
Pengujian keseragam irigasi 𝐸s = 𝑊𝑠 x 100% ................................7)
𝑛
diperlukan untuk menentukan kelayakan
Dimana:
dari instalasi irigasi tetes yang digunakan.
𝐸𝑠 = efisiensi penyimpanan air (%)
Pengujian ini dilakukan dengan
𝑊𝑠 = air yang ditampung/ diterima tanah
mengalirkan air melalui istalasi irigasi
(kadar air setelah pemberian air
tetes kemudian ditampung air dari setiap
irigasi-kadar air awal) (ml)
emitter. Kemudian tingkat keseragaman
Wn = air yang dibutuhkan tanaman
sistem irigasi tetes dapat diekspresikan
sebelum irigasi (kadar air kapasitas
menggunakan Coefficient of Uniformity
lapang-kadar air awal) (ml)
(CU). Keseragaman emitter dapat dihitung
dengan persamaan di bawah ini:
∑|xi-x̅ | 13. Luas polibag
CU = 100{1- ∑ xi }............................ 5) Luas polibag dihitung dengan
Dimana: persamaan di bawah ini:
𝐿 = 𝜋𝑟 2 ..............................................8)

412
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.5, No. 2, September 2017

Dimana: sesuai dengan literatur Simangunsong


L = luas lingkaran (cm2) (2013), yang menyatakan bahwa besarnya
r = jari-jari berat jenis tanah pertanian berkisar antara
2,6 sampai 2,7 g.cm3
HASIL & PEMBAHASAN
Tabel 2. Nilai berat jenis tekstur lempung, liat
Penentuan Berat Volume Tanah dan lempung liat berpasir
Hasil analisis berat volume ketiga No Berat jenis (gram/cm3)

tekstur tanah dapat dilihat pada Tabel 1 di Lempung Liat Lempung liat
berpasir
bawah ini: 1 2,6 2,6 2,7
2 2,9 2,6 2,6
Tabel 1. Berat volume tanah lempung, liat dan 3 2,7 2,7 2,8
lempung liat berpasir
Rata- 2,7 2,6 2,7
No Berat volume (gram/cm3)
rata
Lempung Liat Lempung
liat
berpasir Porositas Tanah
1 1,045 1,032 1,059 Pada Tabel 3 dapat dilihat nilai
2 1,049 1,025 1,047
3 1,038 1,031 1,058
porositas pada masing-masing tekstur
tanah. Porositas tanah tekstur lempung
Rata- 1,044 1,029 1,055 sebesar 30%, liat sebesar 54,45%, dan
rata lempung liat berpasir sebesar 40%.
Porositas tanah terbesar terdapat pada
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa tekstur liat yaitu 54,45%, pada umumnya
nilai berat volume pada masing-masing tanah tekstur liat memiliki total ruang pori
tekstur tanah tidak terdapat perbedaan BV yang lebih besar dibandingkan dengan
yang signifikan. Hal ini menunjukkan tekstur tanah lainnya, karena tanah
bahwa dari ketiga tekstur tanah memiliki bertekstur liat memiliki ruang pori mikro
BV yang sama, karena dari ketiga tekstur yang lebih besar. Sedangkan porositas
tanah terrmasuk ke dalam tekstur yang tanah terkecil terdapat pada tekstur tanah
halus. Hal ini sesuai dengan literatur lempung, yaitu sebesar 30%.
Simangunsong (2013) yang menyatakan Hal tersebut disebabkan karena
bahwa tanah yang bertekstur liat (halus) jumlah proporsi fraksi liatnya lebih sedikit
memiliki kepadatan tanah 1,0-1,35 dibandingkan dengan tekstur tanah liat dan
gram/cm3. Untuk tanah bertekstur lempung liat berpasir, yaitu sebesar 27%,
lempung memiliki berat volume sebesar walaupun ketiga tekstur tanah ini sama-
1,044 gram/cm3. Sedangkan tekstur sama terrgolong dalam tekstur halus.
lempung liat berpasir memiliki berat Sedangkan nilai porositas pada tekstur
volume lebih besar dari tekstur lempung tanah lempung liat berpasir lebih besar
dan liat yaitu sebesar 1,055 gram/cm3. dibandingkan tekstur lempung dan lebih
kecil dari pada tekstur liat. Hal ini
Berat Jenis Tanah disebabkan karena jumlah proporsi fraksi
Berat jenis tanah yang digunakan liat yang ada pada tanah bertekstur
dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel lempung liat berpasir, yaitu 32%, lebih
2. Nilai berat jenis (BJ) dari ketiga tekstur besar dibandingkan dengan jumlah
tanah pada Tabel 2, dimana tekstur proporsi fraksi liat yang ada pada tanah
lempung memiliki BJ 2,7 gram/cm3, bertekstur lempung sebesar 27%.
tekstur liat memiliki BJ 2,6 gram/cm3,
sedangkan tekstur lempung liat berpasir
memiliki BJ sebesar 2,7 gram/cm3. Hal ini

413
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.5, No. 2, September 2017

Tabel 3. Nilai porositas tanah tekstur Debit rata-rata keluaran emitter


lempung, liat dan lempung liat
berpasir Hari Ke Tanggal
Umur
Tanam kc
ETc
ETc
(ml/Luas
(mm/hari)
No Porositas tanah (%) (HST) Tanam/hari)

Lempung Liat Lempung liat 1 7-Sep-16 8 0,3 1,581 42

berpasir 2 8-Sep-16 9 0,3 1,581 42


1 20 57 40 3 9-Sep-16 10 0,3 1,581 42
2 40 50 40
3 30 56,35 40 4 10-Sep-16 11 1,2 6,324 170

5 11-Sep-16 12 1,2 6,324 170


Rata- 30 54,45 40 6 12-Sep-16 13 1,2 6,324 170
rata
7 13-Sep-16 14 1,2 6,324 170

8 14-Sep-16 15 1,2 6,324 170


Proporsi fraksi liat yang ada pada
9 15-Sep-16 16 1,2 6,324 170
tanah bertekstur liat lebih besar
10 16-Sep-16 17 1,2 6,324 170
dibandingkan dengan proporsi fraksi liat
11 17-Sep-16 18 1,2 6,324 170
yang ada pada tanah bertekstur lempung
12 18-Sep-16 19 1,2 6,324 170
liat berpasir yaitu sebesar 45%. Hal ini
13 19-Sep-16 20 1,2 6,324 170
juga sesuai dengan literature
14 20-Sep-16 21 0,6 3,162 85
Simangunsong (2013) yang menyatakan
15 21-Sep-16 22 0,6 3,162 85
bahwa nilai porositas tanah biasanya
16 22-Sep-16 23 0,6 3,162 85
bekisar antara 30-60%. Tanah bertekstur
17 23-Sep-16 24 0,6 3,162 85
halus akan mempunyai persentase ruang
18 24-Sep-16 25 0,6 3,162 85
pori total lebih tinggi daripada tanah
19 25-Sep-16 26 0,6 3,162 85
bertekstur kasar.
20 26-Sep-16 27 0,6 3,162 85

21 27-Sep-16 28 0,6 3,162 85


Menentukan Kebutuhan Air Tanaman
22 28-Sep-16 29 0,6 3,162 85
Kebutuhan air tanaman yang
23 29-Sep-16 30 0,6 3,162 85
terbesar terdapat pada periode tengah
pertumbuhan yaitu 170 ml/hari dan Pengukuran debit dilakukan sampai
kebutuha air tanaman terkecil terdapat jumlah air yang keluar dari tiap-tiap
pada periode awal pertumbuhan yaitu 42 emitter seragam. Pada saat melakukan
ml/hari. Hal ini karena tanaman akan lebih pengukuran debit, disiapkan wadah
banyak membutuhkan air pada periode sebagai tempat menampung air yang
tengah pertumbuhan karena pertumbuhan keluar dari emitter. Ketika pengukuran
vegetatif tanaman maksimal terjadi pada debit dimulai maka secara bersamaan
periode ini. Selain itu luas permukaan membuka stop kran yang ada pada
tanaman pada periode ini sudah mencapai sembilan pipa irigasi dan menutup juga
maksimum sehingga penguapan lebih dengan secara bersamaan. Nilai CU dapat
besar. Sedangkan pada periode awal, dilihat pada Tabel 5.
evapotranspirasi lebih rendah karena Dari Tabel 5 dapat diketahui bahwa,
tanaman masih kecil sehingga luas Nilai coefficient of uniformity (CU) yang
permukaan tanaman untuk melakukan paling tinggi terdapat pada pipa ke tujuh
penguapan lebih kecil. Hal ini sesuai yaitu 97% dan nilai CU yang terendah
dengan literatur Islami dan Utomo (1995), terdapat pada pipa kesatu dan kesembilan
yang menyatakan bahwa absorbsi air oleh yaitu 95,9%. Pada jaringan irigasi ini
tanaman berubah sesuai dengan memiliki (CU) di atas 95%, ini
perkembangan tanaman. menunjukkan bahwa jaringan irigasi layak
digunakan karena nilai debit yang ke luar
Tabel 4. Jumlah kebutuhan air tanaman dari tiap-tiap emitter pada masing-masing
pipa adalah hampir seragam.

414
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.5, No. 2, September 2017

belas, karena pertumbuhan vegetatif


Tabel 5. Debit setiap emitter dan maksimal terdapat pada fase tengah dan
coefficient of uniformity (CU) luas permukaan tanaman pada fase tengah
mencapai maksimal sehingga penguapan
lebih besar. Total penggunaan air irigasi
yang dipakai dari fase awal sampai fase
akhir untuk 90 tanaman selama 23 hari
sejumlah 240,84 liter. Jadi total pemberian
air untuk tiap-tiap tanaman selama 23 hari
sebanyak 2,676 liter atau 2.676 ml.
Sedangkan total pemberian air selama 18
hari pada masing-masing tanaman
sebanyak 2.094,25 ml.
Menurut hasil penelitian Chaer
(2016), jumlah total pemberian air yang
diberikan pada irigasi manual yang
diberikan kapada 10 polibag yang berisi
masing-masing satu tanaman selama 18
hari sebanyak 18.905 ml. Sedangkan total
Jumlah Penggunaan Air Irigasi jumlah pemberian air untuk masing-
Pemberian air irigasi pada tiap-tiap masing tanaman selama 18 hari sebanyak
fase pertumbuhan diberikan dengan 1890,5 ml. Pemberian air yang diberikan
jumlah yang berbeda-beda, sesuai dengan pada penelitian ini lebih besar
kebutuhan tanaman yang telah dihitung dibandingkan dengan hasil penelitian yang
sebelumnya berdasarkan data iklim. dilakukan oleh Chaer (2016). Hal ini
Pemberian air irigasi pada fase awal terjadi karena tingkat evapotranspirasi
sejumlah 3,78 liter/hari, pada fase tengah potensial (ETo) lebih tinggi dibandingkan
15,3 liter/hari dan pada fase akhir 7,65 dengan evapotranspirasi potensial yang
liter/hari untuk 90 polibag. Adapun grafik dilakukan oleh penelitian sebelumnya.
pemberian air irigasi untuk ke tiga fase Dimana penelitian ini dilakukan pada
pertumbuhan dapat dilihat di bawah ini: bulan September 2016 yang dimana
18000 evapotranspirasi potensialnya sebesar 5,27
16000 mm/hari. Sedangkan penelitian yang
Jumlah Pemberian Air (ml)

14000
dilakukan oleh peneliti sebelumnya adalah
12000
pada bulan Maret 2016 yang besar
10000
8000
evapotranspirasi potensialnya 3,88
6000
mm/hari. Sehingga kebutuhan air yang
4000 diberikan untuk tanaman pada bulan
2000 September lebih besar dibandingkan pada
0 bulan Maret.
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23
Hari ke
faseawal
frase awal fase tengah fase akhir Tinggi tanaman
Pengukuran tinggi tanaman
Gambar 1. Diagram jumlah pemberian air merupakan salah satu parameter pada
Berdasarkan Gambar 1, dapat penelitian ini. Tinggi tanaman penting
diketahui jumlah pemberian air pada tiap- untuk diukur agar diketahui pertumbuhan
tiap fase pertumbuhan. Pemberian air yang ada pada masing-masing ketiga
terbanyak terdapat pada fase tengah yaitu tekstur tanah. Pengukuran tinggian
pada hari ke empat sampai hari ke tiga tanaman dilakukan pada umur ke 8 hari

415
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.5, No. 2, September 2017

setelah tanam sampai umur 30 hari setelah ke tiga tekstur tanah, dapat dilihat pada
tanam (panen). Adapun pertumbuhan grafik di bawah ini:
tinggi tanaman dapat dilihat pada grafik di
bawah ini: 14
11.93
12

Jumlah Daun (Helai)


9.6 9.23
25 10
23.05
21.06
8
20
6
Tinggi tanaman (cm)

15.79
15 4
2
10 0
lempung liat lempung liat berpasir
5
Gambar 3. Diagram jumlah daun tanaman
0

lempung liat lempung liat berpasir Pada Gambar 3 dapat dilihat


Gambar 2. Diagram bahwa, jumlah daun pada hari ke 1 sampai
L tinggi tanaman
hari ke 14 untuk ketiga tekstur tanah tidak
Berdasarkan Gambar 2, dari hari ke terdapat perbedaan yang nyata. Perbedaan
1 sampai hari ke 12 untuk ketiga jenis jumlah daun terjadi pada hari ke 15 sampai
tekstur tanah memiliki pertumbuhan tinggi hari ke 23, dimana jumlah rata-rata daun
tanaman yang hampir sama. Sedangkan yang paling banyak terdapat pada tekstur
pada hari ke 13 sampai hari ke 23 untuk tanah lempung 11,23 helai. Sedangkan
tinggi tanaman yang memiliki rata-rata pada tekstur liat sebanyak 9,60 helai dan
paling tinggi terdapat pada tanah lempung liat berpasir sebanyak 9,23 helai.
bertekstur lempung 23,05cm. Tekstur liat
memiliki tinggi rata-rata yang paling Berat dan Produktifitas Tanaman
rendah yaitu 15,79 cm, sedangkan tekstur
60
lempung liat berpasir memiliki tinggi rata- 49.77
rata 21,06 cm. 50
42.29
Berat Tanaman (gr)

Hal ini menunjukkan bahwa sawi 40


yang ditanam pada tanah yang bertekstur 30
lempung lebih baik dari pada sawi yang 20.57
20
ditanam pada tanah bertekstur liat maupun
tanah bertekstur lempung liat berpasir. 10

Karena tanah lempung memiliki sifat fisik 0


yang paling gembur di bantingkan dengan lempung liat lempung liat berpasir
tanah liat maupun tanah lempung liat
berpasir, sehingga pertumbuhan tanaman Gambar 4. Diagram berat tanaman
lebih cepat dan lebih tinggi. Sebagai mana
yang diungkapkan oleh Hanafiah (2013), Berdasarkan Gambar 4 dapat
tanah yang berkomposisi ideal yaitu 22,5- diketahui bahwa tanaman yang memiliki
52,5% pasir, 30-50% debu dan 10-30% berat rata-rata paling tinggi dihasilkan
liat disebut bertekstur lempung. pada tanah bertekstur lempung liat
Jumlah Daun berpasir yaitu 49,77 gram, tanah bertekstur
Penghitungan jumlah daun lempung memiliki berat rata-rata 42,29
merupakan salah satu parameter dalam gram, sedangkan terendah terdapat pada
penelitian ini. Untuk mengetahui tanah bertekstur liat dengan berat rata-rata
perbandingan jumlah daun yang ada pada 20,57 gram. Hal ini menunjukkan bahwa
tanaman sawi yang ditanam pada tanah

416
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.5, No. 2, September 2017

bertekstur lempung liat berpasir memiliki berpasir. Tanah yang memiliki porositas
berat tanaman yang lebih tinggi tinggi seharusnya mencerminkan hasil
dibandingkan dengan tanah bertekstur pertumbuhan tanaman yang lebih bagus
lempung dan liat. dan produktivitas yang lebih tinggi, karena
Sebagaimana yang di ungkapkan tanah yang memiliki porositas tinggi akan
oleh Erawan, dkk (2013), tanah lebih mudah perakaran tanaman
merupakan media tumbuh bagi tanaman. menelusup di dalam tanah, udara akan
Dalam tanah terdapat banyak unsur hara lebih mudah masuk serta air yang diserap
yang dibutuhkan oleh tanaman. Namun, lebih banyak tersimpan. Namun, ternyata
tidak semua unsur hara yang terdapat hasil yang didapatkan pada tanah yang
dalam tanah dapat diserap oleh tanaman. bertekstur liat malah menghasilkan
Hal ini disebabkan karena unsur hara produksi yang lebih rendah dibandingkan
berada dalam kondisi tidak tersedia. Salah dengan produksi yang didapatkan pada
satu unsur hara yang tidak selalu berada tanah yang bertekstur lempung dan
dalam kondisi tersedia adalah nitrogen lempung liat berpasir.
(N). Hal ini dikarenakan bahwa, untuk
menghasilkan produktivitas tanaman yang
2000 tinggi tidak bisa ditentukan dengan satu
1843.41
1800 sisi saja, namun ada fakto-faktor lain yang
Produktivitas tanaman (gr/m2)

1566.69
1600
1400
menyebabkan produktifitas tanaman itu
1200 rendah misalnya suhu di dalam tanah,
1000
761.93 tingkat penyerapan suhu lingkungan oleh
800
600
tanah, dan kelembaban tanah yang bisa
400 saja mempengaruhi pertumbuhan
200 perakaran tanaman. Sebagaimana yang
0
diungkapkan oleh Pane (2011), suhu
lempung liat lempung liat berpasir merupakan faktor lingkungan yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
Gambar 5. Diagram produktivitas tanaman
perkembangan tanaman. Suhu berkorelasi
positif dengan radiasi matahari. Suhu
Produktivitas adalah jumlah tanah maupun udara di sekitar tajuk
produksi tanaman dalam berat tanaman tanaman. Tinggi rendahnya suhu di sekitar
per satuan luas lahan tanam. Produktivitas tanaman ditentukan oleh radiasi matahari,
dari tanaman sawi pada ketiga tekstur kerapatan tanaman, distribusi cahaya
tanah yaitu lempung, liat dan lempung liat dalam tajuk tanaman, kandungan lengas
berpasir dapat dilihat pada diagram di atas. tanah.
Tanaman yang memiliki produktivitas Pengukuran suhu tanah di stasiun
paling tinggi terdapat pada tekstur tanah klimatologi pertanian dilakukan pada
lempung liat berpasir sebesar 1843,41 berbagai kedalaman, yaitu 5, 10, 20, 50,
gram/m2, kemudian lempung sebesar dan 100 cm dari permukaan tanah.
1566,69 gram/m2, dan yang terendah Pengukuran dilakukan pada tanah
terdapat pada tanah bertekstur liat sebesar berumput pendek dan pada areal terbuka.
761,93 gram/m2. Seperti diketahui bahwa suhu tanah
Tanah bertekstur liat memiliki berpengaruh terhadap penyerapan air.
produktivitas tanaman terendah, padahal Semakin rendah suhu, semakin sedikit air
tanah yang bertekstur liat ini memiliki yang diserap oleh akar, karena itu
porositas yang lebih besar dibandingkan penurunan suhu tanah mendadak dapat
dengan tanah yang bertekstur lempung dan menyebabkan kelayuan tanaman.
tanah yang bertekstur lempung liat

417
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.5, No. 2, September 2017

Efisiensi Irigasi fase awal pertumbuhan ini pemberian air


Mengetahui efisiensi irigasi pada ke untuk tanaman masih sedikit dan juga
3 tekstur tanah adalah salah satu tujuan keadaan tanah pada saat awal pemberian
dari penelitian ini. Efisiensi irigasi tetes air masih dalam kondisi kadar air awal
untuk fase awal pada ke 3 tekstur yaitu (rendah). Sehingga tanah akan menerima
lempung, liat dan lempung liat berpasir dan menyerap air sangat tinggi dan tidak
dapat dilihat pada Tabel 6. derjadi perkolasi atau air yang merembes
keluar.
Tabel 6. Efisiensi irigasi tetes pada fase Efisiensi penyimpanan tertinggi
awal tekstur lempung, liat dan pada fase awal pertumbuhan terdapat pada
lempung liat berpasir tanah bertekstur liat yaitu 27,87% karena
Tekstur Tanah pada tekstur liat memiliki total ruang pori
Emitter Lempung liat yang lebih tinggi dibandingkan dengan
Lempung Liat berpasir
ke- tekstur lempung dan lempung liat berpasir
Ea Es Ea Es Ea
(%) (%) (%) (%) (%) Es (%) dan terendah terrdapat pada tanah
23.4 28.8 bertekstur lempung sebesar 22,83%.
1 100 4 100 7 100 22.81 Efisiensi irigasi tetes pada fase
27.6 26.8
2 100 7 100 3 100 23.84
tengah dapat dilihat pada Tabel 7.
20.4 28.7
3 100 7 100 1 100 19.6 Tabel 7. Efisiensi irigasi tetes pada fase
21.1 26.2
4 100 5 100 9 100 26.06
tengah tekstur lempung, liat dan
24.4 lempung liat berpasir.
5 100 9 100 26.5 100 27.54
20.5 27.6
6 100 9 100 1 100 23.30
24.2
7 100 6 100 30.2 100 21.15
18.5 28.5
8 100 9 100 4 100 21.37
25,3 27.1
9 100 5 100 4 100 24.67
22.2 28.0
10 100 4 100 5 100 23.73
Rata- 22.8 27.8
rata 100 3 100 7 100 23.41
Keterangan:
Ea = Efisiensi pemakaian (%)
Es = Efisiensi penyimpanan (%)

Berdasarkan Tabel 6 terlihat bahwa


efisiensi pemakaian air pada fase awal dari
ketiga tekstur tanah rata-rata sebesar
100%. Efisiensi sebesar ini adalah
efisiensi tertinggi yang berarti bahwa
pemberian air irigasi yang diberikan pada
tanaman dapat diterima sepenuhnya oleh Berdasarkan data pemberian air
tanah dan diserap oleh tanaman. Pada fase pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa untuk
awal pertumbuhan, pemberian air yang efisiensi pemakaian pada tekstur lempung
diberikan pada tanaman, dimana ketiga terjadi penurunan yang semula pada fase
tekstur tanah tidak terjadi perkolasi. awal rata-rata sebesar 100% dan pada fase
Sehingga nilai efisiensi pemakaian air tengah rata-rata menjadi 96,44%. Tekstur
pada fase awal sangat tinggi (100%) untuk liat terjadi penuruna efiaiensi pemakaian
ketiga tekstur tanah, karena memang pada hanya pada emitter ke Sembilan yaitu

418
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.5, No. 2, September 2017

97,06% pada emitter yang lain tetap dibandingkan pada fase tengah. Dimana
sebesar 100%, sedangkan pada tekstur rata-rata efisiensi pemakaian pada fase
lempung liat berpasir terjadi penurunan tengah sebesar 96,44% sedangkan pada
efisiensi pemakaian pada emitter ke dua, fase akhir meningkat menjadi 99,24%.
ke empat dan ke enam. Penurunan ini Begitu juga untuk tekstur liat dan lempung
terjadi karena pada fase tengah sebagian liat berpasir, untuk tekstur liat yang
tekstur tanah mencapai titik jenuk semula pada fase tengah sebesar 99,71%
pemberian air irigasi seperti halnya pada menjadi 100% dan untuk tekstur lempung
tekstur lempung yang dimana dari emitter liat berpasir pada fase tengah sebesar
pertama sampai emitter ke sepuluh terjadi 99,45% pada fase akhir menjadi 99,81%.
penurunan yaitu di bawah 100%. Efisiensi
pemakaian tertinggi pada fase tengah Tabel 8. Efisiensi irigasi tetes pada fase
untuk ke tiga tekstur tanah terdapat pada akhir tekstur lempung, liat dan
tekstur liat yang hanya terjadi penurunan lempung liat berpasir
efisiensi pemakaian pada emitter ke
sembilan. Tekstur Tanah
Efisiensi penyimpanan pada fase Emitter Lempung liat
ke- Lempung Liat berpasir
tengah terjadi peningkatan, hal ini
berbanding terbalik dengan efisiensi Ea (%) Es (%) Ea (%) Es (%) Ea (%) Es (%)

pemakaian. Karena pemberian air irgasi 1 98.63 22.81 100 64.54 100 47.89
pada fase tengah merupakan pemberian air 2 99.41 24.17 100 66.36 99.41 49.85
tertinggi dari semua fase. Karena pada fase 3 100 19.27 100 66.12 100 48.94
ini kebutuhan air untuk tanaman paling 4 98.83 26.06 100 71.43 99.02 49.80
tinggi. Sehingga air yang tersimpan pada 5 99.02 27.54 100 63.92 100 49.69
fase tengah meningkat dibandingkan 6 100 23.30 100 64.21 99.64 46.72
dengan fase awal dan pada fase ini juga 7 98.43 21.15 100 72.90 100 46.90
dengan pemberian air yang semakin tinggi
8 99.61 21.37 100 69.96 100 51.41
sebagian tanah tidak mampu menyimpan
9 98.82 24.67 100 67.26 100 48.84
air sehingga terjadi perkolasi dan akan
10 99.61 22.66 100 68.06 100 48.20
terjadi efisiensi pemakaian menjadi
Rata-
menurun. rata 99.24 23.3 100 67.48 99.81 48.82
Dikuatkan dengan pernyataan
Simangunsong, dkk, (2013) yang
Efisiensi penyimpanan pada fase
menyatakan beragaman tanah, metode
akhir terjadi penurunan untuk ke tiga
irigasi, lama pengaliran, tekstur tanah,
tekstur tanah. Dimana pada fase tengah
permeabilitas, dan kedalaman tanah
untuk tekstur lempung sebesar 56,61%
mempengaruhi kehilangan air dan
sedangkan pada fase akhir sebesar 23,3%,
efisiensi yang rendah. Efisiensi
tekstur liat pada fase tengah sebesar
penyimpanan tertinggi pada fase tengah
89,18% pada fase akhir menjadi 67,48%
terdapat pada tekstur liat dengan rata-rata
begitu juga pada tekstur lempung liat
89,18% dan terendah terdapat pada tekstur
berpasir yang semula pada fase tengah
lempung rata-rata 56,61%, karena tekstur
57,21% pada fase akhir menjadi 48,82%.
liat memiliki porositas yang lebih besar
Efisiensi pemakaian pada fase akhir
sehingga air yang tersimpan di dalam
untuk tekstur liat terjadi peningkatan
tanah lebih besar.
dibandingkan pada fase tengah. Dimana
Efisiensi irigasi tetes pada fase akhir
pada fase ini efisiensi pemakaian untuk
dapat dilihat pada Tabel 8. Efisiensi
semua emitter sebesar 100%. Efisiensi
pemakaian pada fase akhir untuk tekstur
pemakaian pada fase akhir sama tingginya
lempung terjadi peningkatan

419
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.5, No. 2, September 2017

dengan efisiensi pemakaian pada fase awal 1,055 gr/cm3, berat jenis 2,7 gr/cm3,
sebesar 100%, sedangkan pada fase tengah dan porositas 40%.
hanya terjadi penurunan pada emitter ke
Sembilan. Sedangkan efisiensi Saran
penyimpanan pada fase akhir untuk tekstur Perlu dilakukan penelitian lanjutan
liat sebesar 67,48%. untuk mengukur kecepatan penyerapan
Efisiensi pemakaian pada tekstur pada ketiga tekstur tanah, pergerakan air
lempung liat berpasir terjadi peningkatan dalam tanah, suhu tanah.
dengan rata-rata sebesar 99,81%
dibandingkan pada fase tengah. DAFTAR PUSTAKA
Sedangkan efisiensi penyimpanan
menurun menjadi 48,82%. Dari semua Anonim1. 2012. Konsumsi Sayur
fase pertumbuhan untuk semua terkstur Indonesia di Bawah Standar FAO.
tanah terjadi efisiensi pemakaian tertinggi http://www.iposnews.com/2012/08/
terdapat pada fase awal pertumbuhan dan 10 (30 Oktober 2016).
terendah terdapat pada fase tengah.
Sedangkan untuk efisiensi penyimpanan Anonim2. 2012. Tinjauan Pustaka A.
tertinggi terdapat pada fase temgah Dasar_Teori. eprints.uny.ac.id/.../B
pertumbuhan dan terendah terdapat pada AB%202%20-%2005308141018
fase awal pertumbuhan. (Diakses pada: 4 Januari 2017).

KESIMPULAN & SARAN Chaer, M. S. I. 2016. Aplikasi


Mikrokontroler Arduino Pada
Kesimpulan Sistem Irigasi Tetes Untuk Tanaman
Berdasarkan pembahasan di atas Sawi (Brassica Juncea). Skripsi.
dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai Universitas Mataram.
berikut:
1. Tekstur liat memiliki tingkat efisiensi Erawan, D., Wa Ode Yani, Andi Bahrun.
penyimpanan dan pemakaian paling 2013. Pertumbuhan dan Hasil
tinggi dibandingkan dengan tekstur Tanaman Sawi (Brassica Juncea l.)
lempung dan lempung liat berpasir. Pada Berbagai Dosis Pupuk Urea.
2. Semakin tinggi pemberian air irigasi Jurnal Agroteknos. 3 (1): 19-25.
yang diberikan kepada tanaman, maka faperta.uho.ac.id/agroteknos/Daftar
semakin rendah efisiensi pemakaian _Jurnal/2013/2013-1-04-DEDI
dan semakin tinggi efisiensi (Diakses pada: 4 Januari 2017).
penyimpanan pada masing-masing
tekstur tanah dan begitu juga Hanafiah, K. A. 2013. Dasar-Dasar Ilmu
sebaliknya. Tanah. Rajawali Press, Jakarta.
3. Produktivitas tanaman sawi tertinggi
terdapat pada tekstur lempung liat Islami, T., dan W. H. Utomo. 1995.
berpasir dan terendah terdapat pada Hubungan Tanah, Air dan
tekstur tanah liat. Tanaman. Semarang Press,
4. Tekstur lempung memiliki berat Semarang.
volume 1,044 gr/cm3, berat jenis 2,7
gr/cm3, dan porositas 30%. Tekstur liat Israelsen, W.O., Hansen. 1986. Dasar-
memiliki berat volume 1,029 gr/cm3, Dasar dan Praktek Irigasi.
berat jenis 2,6 gr/cm3, dan porositas Terjamahan Ending. Erlangga.
54,45%. Sedangkan tekstur lempung Jakarta.
liat berpasir memiliki berat volume

420
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.5, No. 2, September 2017

Pane, M. A. 2011. Suhu Tanah. Simangunsong, F. P., Sumono, Rohanah,


http://omypane.blogspot.co.id/2011 A. dan E. Susanto. 2013. Analisis
/10/suhu-tanah.html (Diakses pada: Efisiensi Irigasi Tetes dan
8 Januari 2017). Kebutuhan Air Tanaman Sawi
(Brassica Juncea) Pada Tanah
Pasaribu, I.S., Sumono, S. B. Daulay, dan Inceptisol. Jurnal Rekayasa Pangan
E. Susanto. 2013. Analisis Efisiensi dan Pertanian 2 (1): 83-89.
Irigasi Tetes dan Kebutuhan Air http://download.portalgaruda.org/ar
Tanaman Semangka (Citrullus ticle.php?article=111002&val=414
vulgaris S.) pada Tanah Ultisol. 0 (Diakses pada: 24 September
Jurnal Rekayasa Pangan dan 2016).
Pertanian. Vol 2 (1): 90-95.
Yunus, Y. 2004. Tanah dan Pengolahan.
CV. Alfabeta. Bandung.

421

Das könnte Ihnen auch gefallen

  • Week 5
    Week 5
    Dokument24 Seiten
    Week 5
    Insan Khairin Rahim Amuda
    Noch keine Bewertungen
  • None
    None
    Dokument10 Seiten
    None
    Insan Khairin Rahim Amuda
    Noch keine Bewertungen
  • Jur Nal HK 10270
    Jur Nal HK 10270
    Dokument17 Seiten
    Jur Nal HK 10270
    Tio Ugantoro
    Noch keine Bewertungen
  • Week 1
    Week 1
    Dokument24 Seiten
    Week 1
    Insan Khairin Rahim Amuda
    Noch keine Bewertungen
  • BAB II Tinjauan Pustaka
    BAB II Tinjauan Pustaka
    Dokument10 Seiten
    BAB II Tinjauan Pustaka
    Insan Khairin Rahim Amuda
    Noch keine Bewertungen
  • 2EP14206
    2EP14206
    Dokument28 Seiten
    2EP14206
    Insan Khairin Rahim Amuda
    Noch keine Bewertungen
  • Buku Esda
    Buku Esda
    Dokument29 Seiten
    Buku Esda
    Intan Putri
    Noch keine Bewertungen
  • Ekonomi Teknik
    Ekonomi Teknik
    Dokument8 Seiten
    Ekonomi Teknik
    Deassy Rizky Syahputri
    Noch keine Bewertungen
  • BAB II Tinjauan Pustaka PDF
    BAB II Tinjauan Pustaka PDF
    Dokument10 Seiten
    BAB II Tinjauan Pustaka PDF
    Insan Khairin Rahim Amuda
    Noch keine Bewertungen
  • Catatan Kuliah 11
    Catatan Kuliah 11
    Dokument4 Seiten
    Catatan Kuliah 11
    Ahmad Faiz Assidiq
    Noch keine Bewertungen
  • Kriteria Perenc Irigasi
    Kriteria Perenc Irigasi
    Dokument78 Seiten
    Kriteria Perenc Irigasi
    Samson Supeno
    100% (1)
  • 2EP14206
    2EP14206
    Dokument23 Seiten
    2EP14206
    Yesi Novia Ambarani
    Noch keine Bewertungen
  • 09E00701
    09E00701
    Dokument40 Seiten
    09E00701
    Angga Wesyis Sukardi
    Noch keine Bewertungen
  • 522 5052 1 PB
    522 5052 1 PB
    Dokument6 Seiten
    522 5052 1 PB
    Galang Pradyasta
    Noch keine Bewertungen
  • Air Permukaan PDF
    Air Permukaan PDF
    Dokument16 Seiten
    Air Permukaan PDF
    nia
    Noch keine Bewertungen
  • 9898 23929 1 PB
    9898 23929 1 PB
    Dokument8 Seiten
    9898 23929 1 PB
    Insan Khairin Rahim Amuda
    Noch keine Bewertungen
  • SISTEM IRIGASI DAN JARINGANNYA
    SISTEM IRIGASI DAN JARINGANNYA
    Dokument26 Seiten
    SISTEM IRIGASI DAN JARINGANNYA
    Dedo Mof
    Noch keine Bewertungen
  • Irigasi Tetes by Nur Fitriana
    Irigasi Tetes by Nur Fitriana
    Dokument5 Seiten
    Irigasi Tetes by Nur Fitriana
    Dami
    Noch keine Bewertungen
  • Bab 2 PDF
    Bab 2 PDF
    Dokument22 Seiten
    Bab 2 PDF
    Insan Khairin Rahim Amuda
    Noch keine Bewertungen
  • Week 6
    Week 6
    Dokument46 Seiten
    Week 6
    Insan Khairin Rahim Amuda
    Noch keine Bewertungen
  • 1 SM 1
    1 SM 1
    Dokument12 Seiten
    1 SM 1
    Kiki
    Noch keine Bewertungen
  • Bab Ii Landasan Teori
    Bab Ii Landasan Teori
    Dokument20 Seiten
    Bab Ii Landasan Teori
    Aprina Rosyadah
    Noch keine Bewertungen
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokument12 Seiten
    Bab 2
    Aliusmanuddin Cmp
    Noch keine Bewertungen
  • Ekonomi Teknik
    Ekonomi Teknik
    Dokument8 Seiten
    Ekonomi Teknik
    Deassy Rizky Syahputri
    Noch keine Bewertungen
  • 2EP14206
    2EP14206
    Dokument23 Seiten
    2EP14206
    Yesi Novia Ambarani
    Noch keine Bewertungen
  • 2EP14206
    2EP14206
    Dokument28 Seiten
    2EP14206
    Insan Khairin Rahim Amuda
    Noch keine Bewertungen
  • Konsep IRR2
    Konsep IRR2
    Dokument11 Seiten
    Konsep IRR2
    Rina Ayuhana
    100% (1)
  • 1134 2483 1 SM
    1134 2483 1 SM
    Dokument12 Seiten
    1134 2483 1 SM
    Dimas Gusti
    Noch keine Bewertungen