Entdecken Sie eBooks
Kategorien
Entdecken Sie Hörbücher
Kategorien
Entdecken Sie Zeitschriften
Kategorien
Entdecken Sie Dokumente
Kategorien
Oleh:
DONI WINARNO
6661091421
Latar belakang masalah penelitian yaitu tidak adanya standar operasional prosedur
(SOP) yang secara spesifik mengelola TPI, sarana yang buruk dan tidak adanya
anggaran untuk TPI, sulit tercapainya target retribusi, kurangnya upaya pemerintah
daerah untuk menertibkan TPI ilegal dan kurangnya upaya memberikan sanksi.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana manajemen pengelolaan TPI
Panimbang di Kabupaten Pandeglang. Penelitian ini menggunakan teori Fungsi
Manajemen dari G.R Terry terdiri dari Perencanaan, Pengorganisasian, Pelaksanaan
dan Pengawasan. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dari Miles
dan Huberman, meliputi reduksi data, penyajian data serta penarikan kesimpulan dan
verifikasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa manajemen pengelolaan TPI
Panimbang di Kabupaten Pandeglang belum berjalan dengan baik. Kesimpulan
penelitian tidak adanya SOP yang matang, kurangnya kerja sama antar lini dan sarana
yang masih belum memadai, tidak tercapainya target retribusi dan lemahnya
pengawasan serta tidak ada sanksi tegas kepada TPI ilegal. Saran peneliti TPI harus
membuat SOP yang baik, perbaikan sarana dan prasarana harus ditingkatkan, TPI
harus bekerjasama dengan instansi terkait Satpol PP dan Ditpolair untuk menutup TPI
ilegal, serta perlu adanya sanksi tegas kepada TPI ilegal.
Doni Winarno. NIM 6661091421. 2015. Thesis. Management of Fish Auction Place
(TPI) Panimbang in Pandeglang. Study of Public Administration. Faculty of Social
Science and Political Science. University of Sultan Ageng Tirtayasa. 1st Advisor: Drs.
Oman Spriyadi, M.Si and 2nd Advis0r: Ipah Ema Jumiati, S.Ip, M.Si.
kehadirat ALLAH SWT, serta shalawat serta salam selalu tercurahkan untuk Nabi
karunia dan kasih sayang-Nya yang berlimpah sehingga akhirnya peneliti dapat
Dengan selesainya skripsi ini tentu tidak terlepas dari bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak yang senantiasa selalu mendukung peneliti. Maka
Tirtayasa.
2. Dr. Agus Sjafari, S.Sos, M.Si Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
i
5. Ismanto, S.Sos, MM Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Tirtayasa.
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
9. Semua Dosen dan Staf Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu
10. Ibunda Sugiyah dan almarhum ayahanda Waluyo Sutopo, atas cinta
12. Teman-teman satu kelas ANE C 2009, Ari Hardiawan, Bagus Pratama,
i
i
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
BAB I PENDAHULUAN
iii
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
3.4.1Definisi Konsep…………………………………………….............. 48
iii
3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ....................................................... 55
4.1.4 Visi dan Misi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang 75
iii
4.2 Deskripsi Data ............................................................................................. 84
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
iii
DAFTAR TABEL
4.4 Target Retribusi TPI Panimbang Januari s/d Desember 2014 ...................... 112
4.5 Target Retribusi TPI Panimbang Januari s/d Juni 2015 ................................ 113
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR LAMPIRAN
1 Pedoman Wawancara
3 Matrix Wawancara
4 Catatan Lapangan
5 Member Check
Jasa Usaha
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Dari 34 Provinsi yang ada di Indonesia, Banten adalah salah satu Provinsi
yang relatif masih muda. Provinsi ini dulunya merupakan bagian dari Provinsi
Jawa Barat, namun di pisahkan sejak tahun 2000, dengan keputusan Undang-
Potensi yang dimiliki Provinsi Banten salah satunya adalah sumber daya
kelautan yang melimpah diantaranya terumbu karang, rumput laut dan ikan laut.
Ada juga yang disebut padang lamun, yaitu sejenis rerumputan laut yang amat
penting sebagai habitat ikan-ikan laut. Terumbu karang sebagai sumber daya alam
hayati kelautan merupakan suatu hasil proses pertumbuhan dari koral yang masih
berlangsung di bawah permukaan air laut dengan temperatur sekitar 250oc dan
sekitar 25 meter dari permukaan air laut. Kegunaan terumbu karang ini ialah
sebagai tempat yang sangat baik dan strategis bagi pertumbuhan dan
1
2
perkembangbiakan ikan laut. Karena itu pula, padang terumbu karang bisa di
jadikan tempat wisata laut (penyelaman), atau menggunakan perahu beralas kaca,
untuk menyaksikan keindahan dan keragaman ikan laut serta terumbu karangnya
sendiri. Terumbu karang dengan kondisi alam yang sangat baik dengan ukuran
yang relatif luas, di provinsi Banten terdapat beberapa daerah yaitu di pantai
Labuan, Panimbang, di Selat Pulau Panaitan dan Pantai Selatan Pulau Jawa
perikanan.
Sumber daya kelautan lain yang terdapat di laut Banten ialah rumput laut.
Rumput laut ini merupakan tumbuhan laut yang hidup di dasar laut. Tingkat
kedalaman laut yang di tumbuhi atau untuk pengembangan rumput laut berkisar
antara 3 sampai dengan 50 meter dari permukaan air laut. Di laut batas secara
alami dengan kondisi yang amat baik terdapat di daerah pantai Labuan,
lingkungan laut Banten ternyata cocok untuk pengembangan rumput laut. Potensi
ini harus di manfaatkan karena rumput laut mempunyai nilai ekonomi yang bagus.
Kegunaan rumput laut ini ialah sebagai bahan dasar keperluan kosmetik dan
makanan yang mempunyai nilai gizi yang tinggi. Kemudian secara langsung juga,
rumput laut itu merupakan sumber nutrisi bagi kehidupan ikan dan biota laut.
Lingkungan laut yang cocok dengan pengembangan rumput laut, dapat juga di
lakukan budidaya yang secara ekonomis menghasilkan devisa. Karena itu perlu
kemampuan yang memadai, cerdas dan kreatif. Tumbuhan laut yang kegunaannya
3
bagi pembiakan ikan laut ialah rumput lama yang karena luasnya biasa dsebut
padang lama. Tumbuhan ini banyak di dapati terutama di sepanjang pantai utara
Sumber daya kelautan berikutnya yang ada di laut Banten yang tidak kalah
penting ialah ikan laut. Sumber daya hayati ikan laut merupakan makanan dengan
nilai gizi dan protein amat tinggi. Seluruh kawasan laut dari bagian utara, barat
dan selatan Banten mempunyai potensi ikan laut yang cukup besar. Jenis-jenis
ikan yang banyak di dapati hidup di laut Banten ialah ikan layang, ikan kerapu,
bawal putih dan kakap putih. Jenis-jenis lain juga banyak didapati misalnya cumi,
teri dan lain-lain, yang jumlahnya tidak sebesar ikan-ikan tersebut di atas. Daerah
hidup dan tangkap ikan yang amat potensial ialah di daerah-daerah pantai Labuan,
Provinsi Banten memiliki perairan laut yang sangat luas yang tersebar di beberapa
kabupaten dan kota yang ada di Provinsi Banten, selain luas perairan di Provinsi
Banten yang sangat luas Provinsi Banten di untungkan oleh letak geografis yang
sangat strategis, letak geografis laut Banten berada diantara samudera indonesia
dan selat sunda. Karena memiliki perairan laut yang luas juga di untungkan oleh
letak geografis maka menjadi penting untuk memanfatkan dan mengelola potensi
kelautan diantaranya adalah dari sektor perikanan.Pada tabel 1.1 ini peneliti
Tabel 1.1
5 Kota Tangerang - - - -
Melihat potensi kelautan yang sangat besar ini maka penting untuk
mengelola seluruh hasil laut yang besar untuk menjadikannya sebagai salah satu
sumber pendapatan daerah juga sebagai salah satu penghidupan bagi masyarakat
dan prasarana laut, seperti pangkalan pendaratan dan pelelangan ikan. Hal ini
guna mempermudah para nelayan untuk mendaratkan perahu serta menjual hasil
menjadi penyebab kurang terserapnya semua hasil potensi kelautan yang dimiliki
manfaat secara optimal. Tempat pelelangan ikan merupakan salah satu fungsi
utama dalam kegiatan perikanan dan juga merupakan salah satu faktor yang
tangkapan ikan secara cepat untuk menjaga kualitas ikan, serta melindungi
harga ikan yang layak. Selain membantu nelayan memasarkan hasil tangkapannya
tempat pelelangan ikan didirikan juga untuk menjadi sarana pemungutan retribusi
undangan di bidang perikanan, yang dilakukan oleh pemerintah atau otoritas lain
perairan dan tujuan yang telah disepakati. Pengelolaan perikanan didasarkan atas
6
berkelanjutan.
untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna sehingga potensi kelautan yang
dimiliki dapat terkelola dengan baik dan bermanfaat untuk semua. Manajemen
adalah pengendalian dan pemanfaatan semua sumber daya yang menurut suatu
konsep manajemen ada enam unsur manajemen yang biasa digunakan untuk
1. Men, tenaga kerja manusia, baik tenaga kerja eksekutif maupun operatif;
6. Market, pasar untuk menjual output dan jasa-jasa yang dihasilkan (Hasibuan,
2008.1)
7
pengelolaan adalah suatu seni untuk mengatur atau mengelola seluruh sumber
daya yang dimiliki oleh organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi
pemasaran ikan. Seperti tertera pada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Perikanan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya
bersandar, berlabuh dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas
Tabel 1.2
Dari tabel 1.2 diatas dapat diketahui nama dan lokasi tempat pelelangan
ikan yang ada di Provinsi Banten. Pada tabel diatas dapat diketahui Kabupaten
memiliki luas perairan laut terbesar di Banten yaitu 1.702,00 km², karena
sangat besar, potensi ini dapat dijadikan menjadi salah satu sumber pendapatan
asli daerah yang besar apabila dikelola dengan baik. Salah cara untuk mengelola
hasil kelautan itu Kabupaten Pandeglang mendirikan TPI untuk mengelola hasil
ikan tangkap. Salah satu TPI yang berada di Pandeglang ialah TPI Panimbang
yang berada dibawah UPT Kecamatan Labuan seperti tercantum dalam Peraturan
Teknis Dinas pada Dinas Daerah Kabupaten Pandeglang mengatakan bahwa UPT
pelabuhan atau pangkalan pendaratan ikan dan di tempat tersebut terjadi transaksi
penjualan ikan hasil laut secara lelang (tidak termasuk TPI yang menjual atau
melelang ikan darat). Biasanya Tempat pelelangan ikan ini di koordinasi oleh
10
4. Mendapat izin dari instansi yang berwenang (Dinas Perikanan atau Pemerintah
Daerah) (http://id.wikipedia.org/wiki/Tempat_Pelelangan_Ikan).
perikanan yang mengumpulkan semua hasil tangkapan untuk dijual melalui sistem
lelang. Secara umum pelelangan ikan diartikan sebagai suatu metode transaksi di
pusat produksi yang di selenggarakan di TPI antara nelayan dan bakul dengan
tujuan agar dapat diperoleh harga yang wajar serta pembayaran secara tunai
kepada nelayan.
dengan pendaratan dan pemasaran ikan. Pelelangan ikan memiliki peran yang
ikan. Pelelangan ikan adalah suatu kegiatan di tempat pelelangan ikan guna
yang disepakati bersama. Pelelangan ikan adalah salah satu mata rantai tata niaga
ikan.
11
Pada dasarnya sistem dari TPI adalah suatu pasar dengan sistem perantara
(dalam hal ini adalah tukang tawar) melalui penawaran umum dan yang berhak
nelayan dan koperasi perikanan dengan tujuan untuk melepaskan dari kemiskinan,
Tingkat I, Tingkat II dan sebagainya. TPI sebagai salah satu unit kegiatan
Besaran nilai retribusi tempat pelelangan ikan di atur dalam Peraturan Daerah
belum adanya standar operasional prosedur (SOP) yang secara spesifik mengatur
teknis pengelolaan tempat pelelangan ikan, oleh karena itu penarikan retribusi
dalam pelaksanaanya tidak sesuai dengan peraturan daerah yang telah ada. Jika
sejumlah tempat pelelangan ikan berbeda. Hal ini dipertegas oleh Manajer tempat
pelelangan ikan Panimbang dalam wawancara peneliti pada selasa 7 Oktober 2014
UPT Dinas Kelautan dan Perikanan Labuan dalam wawancara peneliti pada hari
Jum’at 10 Oktober 2014, pukul 14:00 yang menyatakan: untuk penarikan retribusi
pelelangan ikan, nelayan dan bakul ikan. Ditempat pelelangan ikan Labuan 2
nelayan.
terkendala dengan sarana prasarana yang ada, sarana prasarana yang dimaksud
adalah dangkalnya muara sungai Ciliman. Dangkalnya muara sungai Ciliman ini
besar, hal ini dijelaskan oleh Manajer tempat pelelangan ikan Panimbang dalam
wawancara peneliti pada selasa 7 Oktober 2014, pukul 09:25 yang menyatakan:
nelayan sulit melakukan aktifitas melaut dan mendaratkan perahunya, kalau air
laut mulai surut muaranya bisa dipakai bermain bola, jika laut pasang baru bisa
digunakan aktifitas perahu. Selain terkendala dengan sarana dan prasarana Tempat
Pelelangan Ikan Panimbang (TPI) juga terkendala oleh anggaran, anggaran adalah
sejumlah uang yang digunakan untuk melaksanakan suatu program yang akan
bersifat sangat penting, anggaran ini digunakaan untuk modal membeli ikan ke
nelayan atau juragan ikan juga sebagai dana operasional tempat pelelangan ikan
(gaji pegawai tempat pelelangan ikan, perawatan fasilitas). Dalam hal ini yang
13
kegiatan pelelangan ikan, tempat pelelangan ikan mencari sendiri anggaran yang
akan digunakan sebagai modal membeli ikan juga biaya operasional tempat
pengumpulan atau penarikan retribusi. Pada tahun 2014 ini tempat pelelangaan
ikan memiliki target retribusi sebesar Rp. 115,775,000 Target ini ditentukan oleh
retribusi di tempat pelelangan ikan panimbang masih jauh dari target yang
ditentukan oleh pemerintah daerah Kabupaten Pandeglang. Hal ini dijelaskan oleh
Manajer tempat pelelangan ikan Panimbang dalam wawancara peneliti pada selasa
7 Oktober 2014, pukul 09:25 yang menyatakan: Target yang diberikan oleh
ikan panimbang belum bisa memenuhi target yang diberikan, pada tahun 2014
41.127.016 dan pada tahun 2015 (Januari-Juni) tempat pelelangan ikan panimbang
Tabel 1.3
Dari tabel 1.3 diatas dapat diketahui rincian penerimaan pungutan retribusi
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Panimbang dari bulan Januari sampai dengan bulan
Desember 2014. Penerimaan pungutan retribusi masih jauh dari target yang di
Tabel 1.4
Dari tabel 1.4 diatas dapat diketahui rincian penerimaan pungutan retribusi
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Panimbang dari bulan Januari sampai dengan bulan
juni 2015. Pemungutn retribusi tempat pelelangan ikan panimbang pada bulan
Januari sampai dengan Juli 2015 masih jauh dari target yang telah diberikan oleh
pelelangan ikan yang di bangun oleh pemerintah daerah (resmi) ada juga tempat
pelelangan ilegal ini mengalihkan sebagian besar proses lelang ikan yang
harusnya dilakukan pada tempat pelelangan ikan panimbang yang dibangun oleh
karena nelayan tidak melakukan kewajiban membayar retribusi sesuai yang telah
ditetapkan oleh pemerintah yaitu sebesar 4% dari hasil raman (=nilai transaksi
lelang) melainkan hanya Rp.150.000 per sekali bongkar ikan. Nilai Rp.150.000
muncul dari proses musyawarah antara juragan nelayan dengan pihak pengelola
tempat pelelangan ikan yang resmi. Hal ini di jelaskan oleh Kepala UPT Dinas
Kelautan dan Perikanan Labuan dalam wawancara peneliti pada hari Jum’at 10
nelayan dan bakul ikan. Dalam hal ini pemerintah daerah kurang berupaya untuk
menertibkan tempat pelelangan ikan yang dibangun oleh juragan nelayan (ilegal)
retribusinya.
Tahun 2011 Tentang Retribusi Jasa Usaha, maka sanksi dalam hal wajib retribusi
tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi
administratif berupa bunga sebesar 2% setiap bulan yang terutang atau kurang
bayar. Dalam prakteknya Dinas Kelautan dan Perikanan yang berperan sebagai
fungsi kontrol kurang berupaya melakukan fungsinya, hal ini dapat di ketahui dari
penarikan retribusi yang belum maksimal dari target yang telah di tetapkan dan
2. Sarana dan prasarana yang buruk, tidak adanya anggaran untuk tempat
Dari uraian-uraian yang ada dalam latar belakang dan identifikasi masalah,
maka sebagai rumusan masalah yang akan dikaji sebagai berikut “Bagaimana
Pandeglang?
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1) Bagi Peneliti
pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
optimal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini peneliti akan menggunakan beberapa teori yang mendukung
masalah dalam penelitian ini, di mana berfungsi untuk menjelaskan dan menjadi
panduan dalam penelitian. Teori yang akan digunakan adalah beberapa teori yang
“manajemen”) berasal dari kata manus (tangan) dan agree (melakukan), yang
setelah digabung menjadi kata manage (bahasa Inggris) berarti mengurus atau
Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-
fungsi manajemen itu. Jadi, manajemen itu merupakan suatu proses untuk
20
21
sebagai berikut:
manusia membagi pekerjaan, tugas dan tanggung jawab ini maka terbentuklah
kerjasama dan keterikatan formal dalam suatu organisasi. Dalam organisasi maka
pekerjaan yang berat dan sulit akan dapat diselesaikan dengan baik serta tujuan yang
diinginkan tercapai.
22
pada dua kategori yaitu ilmu dan seni dalam mengatur berbagai macam
mencapai tujuan. Model penerapan ilmu dan seni dalam manajemen merupakan
bahwa manajemen adalah suatu proses pemanfaatan sumber daya yang ada
pengawasan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan yang dapat di uraikan
mengikatkan diri;
23
Pada dasarnya setiap aktivitas atau kegiatan selalu mempunyai tujuan yang
kebutuhan-kebutuhannya berupa materi dan non materi dari hasl kerjanya. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai selalu ditetapkan dalam suatu rencana (plan), karena itu
perjuangkan berdasarkan potensi yang dimiliki. Jika tujuannya jelas, realistis dan
jika tujuan ditetapkan terlalu mudah atau terlalu muluk maka motivasi untuk
yang ada. Tujuan organisasi dapat diketahui dalam Anggaran Dasar (AD) dan
24
Anggaran Rumah Tangga (ART)-nya. Tujuan-tujuan ini dapat kita kaji dari fungsi
a. Tujuan primer;
b. Tujuan sekunder;
d. Tujuan sosial.
oleh manajer;
memenuhi administrasi;
jawab moral;
detail karya;
divisi;
setiap seksi;
26
kelompok urusan;
masing-masing individu.
pribadi.
terjadinya proses manajemen dan aktivitas kerja, tujuan beraneka macam tetapi
harus ditetapkan secara jelas, realistis dan cukup menantang berdasarkan analisis
ini disebabkan latar belakang penulis, pendekatan yang dilakukan tidak sama.
penulis mengutip beberapa fungsi manajemen menurut para ahli, berikut fungsi-
Tabel 2.1
kedepan guna merumuskan suatu pola dari himpunan tindakan untuk masa
visualisasi dan perumusan kegiatan yang di usulkan dan memang perlu dilakukan
organisasis dimasukan sebagai bagian dari unsur organizing. Ada yang tidak
dan dirancang untuk memungkinkan manusia bekerja sama secara efektif guna
kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan. Pengendalian berorientasi pada objek
yang dituju dan merupakan alat untuk menyuruh orang-orang bekerja menuju
penyimpangan yang tidak di inginkan itu harus dicari dan mengambil langkah-
langkah perbaikan terhadap hal-hal yang sudah atau akan dilaksanakan (Terry,
2008:166).
(Terry, 2008:112).
31
dorongan atau daya penggerak. Motivasi ini hanya di berikan kepada manusia,
menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja
efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan
atau laba yang direncanakan di waktu yang akan datang. Anggaran mencerminkan
berikut:
dalam (Hasibuan, 2001:96) Koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron dan
teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat dan mengarahkan
pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada
sasaran yang telah ditentukan. Definisi Terry ini berarti bahwa koordinasi adalah
hasil pekerjaan yang nyatanya dicapai dengan hasil-hasil yang seharusnya dicapai.
mereka mengetahui hal-hal yang telah dikerjakan oleh bawahan dan mereka
2008:160).
laporan dari setiap kejadian, lancar tidaknya aktivitas, apakah ada kemajuan atau
tidak. Ini kebalikan dari directing yang datang dari atasan ke bawahan sedang ini
termasuk menjaga agar dirinya dan bawahannya tetap mengetahui informasi lewat
analisa terhadap data yang tersedia, potensi operasional dan kondisi kondisi
dimasa yang akan datang. Forecasting juga mencoba untuk mengetahui lebih
dahulu situasi dari lingkungan sosial di masa yang akan datang dimana
yakni memberikan kesempatan kepada anak buah agar dapat berkembang ide-ide
memanfaatkan segala potensi yang dimiliki secara efektif dan efisien guna
yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja dalam
disebabkan karena para ahli meninjau pengertian dari sudut yang berbeda-beda.
Ada yang meninjau pengelolaan dari segi fungsi, benda, kelembagaan dan yang
(http://ado1esen.blogspot.com/2014/02/menurut-para-ahli.html).
Dapat juga diartikan sebagai suatu proses penyusunan dan pengambilan keputusan
secara rasional tentang pemanfaatan segenap sumber daya alam yang terkandung
pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian
sumber daya ikan dan implementasi serta penegakan hukum dari peraturan
memanfaatkan sumber daya yang dimiliki secara efektif untuk mencapai tujuan
menangkap ikan atau biota lainnya yang hidup di dasar, kolom maupun
permukaan perairan. Perairan yang menjadi daerah aktivitas nelayan ini dapat
tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan
36
ataupun budi daya. Mereka pada umumnya bermukim di pinggir pantai, sebuah
beberapa kelompok. Dilihat dari segi pemilihan alat tangkap, nelayan dapat
dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan juragan, dan
nelayan perorangan. Nelayan buruh adalah nelayan yang bekerja dengan alat
tangkap milik orang lain. Sebaliknya, nelayan juragan adalah adalah nelayan yang
memiliki alat tangkap yang dioperasikan oleh orang lain. Adapun nelayan
perorangan adalah nelayan yang memiliki peralatan tangkap sendiri dan dalam
tidak dimasukan sebagai nelayan, tetapi ahli mesin dan juru masak yang bekerja di
atas kapal penangkapan dikatakan sebagai nelayan, walaupun mereka tidak secara
berikut:
Banten, 2012).
Tempat pelelangan ikan atau yang sering disingkat TPI yaitu pasar yang
tempat tersebut terjadi transaksi penjualan ikan hasil laut baik secara lelang atau
tidak. Biasanya TPI ini dikordinasi oleh dinas perikanan, koperasi atau pemerintah
daerah. TPI tersebut harus memenuhi kriteria sebagai berikut; memiliki tempat
ikan, ada yang mengkoordinasi prosedur lelang dan mendapat izin dari instansi
(http://id.wikipedia.org/wiki/Tempat_Pelelangan_Ikan).
TPI kalau di tinjau dari manajemen operasi, maka TPI merupakan tempat
penjual jasa pelayanan antara lain sebagai tempat pelelangan, tempat perbaikan
jaring, tempat perbaikan mesin dan lain sebagainya. Disamping itu TPI
pembeli ikan dalam rangka mengadakan transaksi jual beli ikan. Nelayan ingin
menjual hasil tangkapan ikanya dengan harga sebaik mungkin, sedangkan pembeli
38
bertemu dalam satu tempat (gedung TPI), didalamnya terjadi proses tawar-
menawar harga ikan sehingga diperoleh harga yang mereka sepakati bersama.
Dalam proses tawar menawar ini, kualitas ikan akan memegang peranan penting
dalam penentuan harga. Pembeli akan memberikan penawaran yang lebih tinggi
terhadap ikan yang memiliki kualitas lebih baik. Meskipun pada awalnya nelayan
dengan pendaratan dan pemasaran ikan. Pelelangan ikan memiliki peran yang
ikan. Pelelangan ikan adalah suatu kegiatan di tempat pelelangan ikan guna
yang disepakati bersama. Pelelangan ikan adalah salah satu mata rantai tata niaga
ikan.
beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti yang pernah penulis
baca diantaranya :
39
1. Jurnal Ilmu Pemerintahan Volume D2B Nomor 088 122 Fisip Universitas
Reni Windiani Tahun 2013, dengan judul Peran Pemerintah Daerah Dalam
belum dapat dikatakan optimal karena masih terdapat beberapa kendala dan
deskriptif, teori yang digunakan juga sama yaitu teori fungsi manajemen
selanjutnya pada jurnal ilmiah ini tidak ada uji keabsahan data sedangkan
Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor ditulis oleh Resti, Fifi Dewi tahun
PPI muara angke menunjukan bahwa aktivitas di tempat pelelangan ikan PPI
Muara Angke sudah berjalan dan dikelola oleh seksi pelelangan serta
yaitu agen merasa cukup puas terhadap pengelolaan yang terdapat di TPI
terdapat di TPI PPI Muara Angke tersebut. Adapun untuk kinerja TPI dinilai
tidak ekonomis dari segi input karena memiliki nilai rataan sebesar 33% dan
kinerja dinilai cukup efisien dengan nilai rataan sebesar 100%. Nilai tersebut
dapat digunakan oleh pengelola TPI PPI Muara Angke sebagai dasar untuk
Penelitian ini memiliki tujuan yang sama dengan penelitian yang sedang
sedang peneliti lakukan adalah pada teori, pada penelitian yang dilakukan
oleh Fifi Dewi Resti ada tiga teori yang digunakan dalam penelitiannya
lakukan hanya menggunakan satu teori saja yaitu teori fungsi manajemen
nelayan dalam memasarkan hasil tangkapan ikannya, juga menjadi tempat untuk
ikan. Tujuan utama didirikannya TPI adalah untuk menarik sejumlah pembeli,
harga yang baik serta dapat menciptakan perasaan yang sehat melalui lelang
murni. Disamping itu secara fungsional, sasaran yang diharapkan oleh TPI adalah
tersedianya ikan bagi kebutuhan penduduk sekitarnya dengan kualitas yang baik
tempat pelelangan ikan sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah.
Controlling.
diperlukan Planning (rencana) yang baik untuk dijadikan penentuan tujuan dan
mengelola tempat pelelangan ikan dan bekerja efektif untuk mencapai tujuan.
dibawah:
43
Gambar 2.1
pustaka dan kajian teori yang digunakan sebagai dasar argumentasi. Berdasarkan
METODOLOGI PENELITIAN
metode penelitian adalah cara yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data
penelitiannya. Dalam arti umum dan awam, metodologi biasa digunakan dalam
pengajaran. Menurut Garna (2009:21) Metoda penelitian ialah suatu upaya untuk
memperoleh informasi penting berkenaan dengan masalah atau gejala itu; (3)
analisis dan interpretasi data yang jelas dalam kaitan dengan masalah yang
didentifikasi; dan (4) melakukan komunikasi hasil upaya itu kepada yang lain.
designed to increase existing information, maka metoda itu diberi batasan secara
44
45
Masalah kuantitatif lebih umum memiliki wilayah yang luas, tingkat variasi yang
berwilayah pada ruang yang sempit dengan tingkat variasi yang rendah namun
keadaan, gejala, atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan frekuensi atau
penyebaran suatu gejala atau frekuensi adanya hubungan tertentu anatara suatu
gejala dan gejala lainya dalam masyarakat. Itulah alasan mengapa peneliti
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Pendekatan ini di arahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh).
46
Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller dalam Moleong (2006:4)
apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi dan
tindakan yang secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata
dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan
yang akan dilakukan. Dalam penelitian ini ruang lingkup penelitian adalah
Pandeglang.
47
ini karena memiliki luas perairan laut terbesar di Banten yaitu 1.702,00 km²,
Pandeglang sangat besar, potensi ini dapat dijadikan menjadi salah satu sumber
pendapatan asli daerah yang besar apabila dikelola dengan baik. Salah cara untuk
mengelola hasil ikan tangkap. Salah satu TPI yang berada di Pandeglang ialah TPI
Provinsi Banten, lokasi penelitian dipilih karena dekat dekat dengan tempat
penelitian serta peneliti ingin mengungkap masalah yang terjadi di daerah peneliti
48
guna memberi solusi yang berguna untuk perbaikan mutu pengelolaan tempat
2008:17).
pada objek yang dituju dan merupakan alat untuk menyuruh orang-
yang akan diteliti dalam rincian yang terukur. Adapun variabel dalam
kualitatif, tidak ada pilihan lain dari pada menjadikan manusia sebagai instrumen
bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang
secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan
sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu,
tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang
52
kecuali manusia.
pengetahuan kita.
diteliti.
terpenting dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri (2006:15). Dan
pendapat yang sama juga dikatakan Moleong (2005:19), bahwa pencari tahu
alamiah (peneliti) dalam pengumpulan data lebih banyak bergantung pada dirinya
sebagai alat pengumpul data. Oleh karena itu, instrument dalam penelitian ini
Sehingga peneliti dapat mengumpulkan data secara lebih utuh dan alamiah dalam
Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini antara lain peneliti muat
Tabel 3.1
Daftar Informan Penelitian
Dri tabel 3.1 di atas peneliti akan menjelaskan peran informan pada penelitian
ini:
oleh manajer yang lebih tinggi. Dalam tingkat manajemen disebut low
natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik
dan masih bersifat mentah karena belum diolah. Data ini diperoleh
melalui:
A. Pengamatan/Observasi
yaitu:
57
B. Wawancara
keyakinan pribadi.
bahwa:
terstruktur.
diperoleh.
59
pembicaraan
60
mengakhirinya
diperoleh.
A. Studi Kepustakaan
B. Studi Dokumentasi
dari dokumen yang resmi dan relevan dengan penelitian yang sedang
penelitian.
terbagi atas data primer dan data skunder. Data primer diambil
langsung dari informan penelitian. Dalam hal ini data primer ini
adalah data yang tidak langsung berasal dari informan. Oleh karena itu
data tinggi sekali. Data yang diperoleh pada umumnya adalah data
analisis data yang digunakan belum ada polanya yang jelas. Oleh karena
kata-kata dan bukan rangkaian angka serta tidak dapat disusun dalam
Kegiatan analisis data kualitatif terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi
(Silalahi 2009:339):
disajikan, kita melihat dan kan memahami apa yang sedang terjadi dan
Dalam hal ini Miles and Huberman menyatakan “the most frequent
from display data for qualitatif ressearch data in the past has ben
bersifat naratif.
dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang
dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah
remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa
3.7.3.1 Triangulasi
sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
Menurut Moleong (2005: 330) hal tersebut dapat tercapai dengan cara:
wawancara;
67
pemerintahan;
yang berkaitan.
Selain itu, member check adalah agar informasi yang diperoleh dan
3.2 dibawah:
69
Tabel 3.2
Jadwal Penelitian
Waktu Pelaksanaan
Kegiatan 2014-2015
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7
Pengajuan
Judul
Observasi
Awal
Pengumpula
Data
Penyusunan
Proposal
Seminar
Proposal
Penelitian
Lapangan
Reduksi
Data
Penyajian
Data
Penarikan
Kesimpulan
Dan
Verifikasi
Sidang
Skripsi
(Sumber : Peneliti 2015)
1: Januari 7: Juli
2: Februari 8: Agustus
3: Maret 9: September
HASIL PENELITIIAN
Deskripsi objek penelitian ini akan menjelaskan tentang objek penelitian yang
Ikan (PPI dan TPI) Kecamatan Labuan dan gambaran umum Tempat Pelelangan
Menurut data tersebut di atas, Pandeglang sejak 1 April 1874 telah memiliki
pemerintahan sendiri. Hal ini dipertegas lagi oleh Ordonasi 1877 Nomor 224
70
71
ha)atau sebesar 29,98% dari luas Provinsi Banten, dengan panjang garis
pantai termasuk dengan pulau-pulau kecil sepanjang 307 km. Wilayah yang
berada diujung Barat dari Provinsi Banten ini mempunyai batas administrasi
sebagai berikut:
dan 339 Desa/Kelurahan dengan luas wilayah daerah sebesar 2.747 km2.
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
perikanan tidak dapat dilepaskan dan harus mampu menjadi leading sektor
Kabupaten Pandeglang.
Laut, kemudian dirubah menjadi Dinas Perikanan. Pada era Gusdur, Dinas
Pandeglang.
ekonomi. Dinas Kelautan dan Perikanan sesuai dengan tugas pokok dan
dapat dilihat dari besarnya luas wilayah perairan dan panjang pantai, yaitu
sebagai berikut:
Tabel 4.1
No Kecamatan Desa
1 Carita Pejamben
Banjarmasin
Carita
Sukajadi
Sukarame
Sukanegara
2 Labuan Caringin
Teluk
Cigondang
Margasana
3 Pagelaran Margagiri
Tegal Papak
4 Sukaresmi Sidamukti
5 Panimbang Panimbang Jaya
Mekarsari
Citeurep
Tanjung Jaya
6 Cigeulis Banyuasih
7 Sumur Sumber Jaya
Kerta jaya
Kertamukti
Tutidakl Jaya
Cigorondong
Tamanjaya
Ujung Jaya
Cihonje
8 Cikeusik Tanjungan
Cikiruh wetan
9 Cibitung Citeluk
Siding Kerta
Kiara Jangkung
Kuta karang
Cikiruh
10 Cimanggu Rancapinang
11 Cibaliung Citeluk
Siding Kerta
Kiara Jangkung
Kuta Karang
12 Taman nasional Ujung Kulon
(Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang
2013)
75
Pandeglang
Perikanan, serta selayaknya visi dan misi Dinas Kelautan dan Perikanan
perikanan;
dan perikanan.
UPT Pangkalan Pendaratan Ikan dan Tempat Pelelangan Ikan (PPI dan
dan Perikanan;
Labuan.
78
pesisir;
Kecamatan Labuan;
usaha perikanan;
pesisir;
Kecamatan Labuan;
keuangan;
Pelelangan Ikan;
a. Kepala UPT;
Gambar 4.2
Kecamatan Labuan
KEPALA DINAS
KEPALA UPT
KELOMPOK JABATAN
KEPALA
FUNGSIONAL SUBBAGIAN TATA
USAHA
Dengan luas wilayah 97,75 km² atau sebesar 3,56% dari luas Kabupaten
Kabupaten Pandeglang.
84
Gambar 4.3
Struktur Organisasi TPI Panimbang
MANAGER
EDI SUHENDI
Tabel 4.2
No Gross Tonase
(GT)
1 0-3
2 4-7
3 8-10
4 11-30
(Sumber: Tempat Pelelangan Ikan Panimbang, 2014)
hasil penelitian. Data ini didapat dari hasil penelitian dengan menggunakan
dan kalimat yang berasal dari hasil wawancara, observasi penelitian, catatan
didapat sesuai dengan apa yang diharapkan. Informan yang adapun sudah
Miles dan Huberman kegiatan analisis data kualitatif terdiri dari tiga alur
kegiatan yang terjadi bersamaan, yaitu Data Reduksi (reduksi data), Data
memfokuskan pada hal yang penting, dicari tema dan polanya. Untuk
Labuan
Panimbang
Panimbang.
9. Kode I6-1 dan I6-2 menunjukan daftar informan dari instansi terkait.
melihat dan akan memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus
data dapat dilakukan dalam uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,
flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles and Huberman menyatakan
“the most frequent from display data for qualitatif research data in the past
87
has been narrative text”. Artinya yang paling sering digunakan untuk
menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat
naratif.
pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat
masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena
merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat
berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-
remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa
Panimbang baik manajer Tempat Pelelangan Ikan dan instansi yang terlibat
dan UPT PPI/TPI Labuan. Untuk keabsahan data dan untuk menggali secara
Tabel 4.3
Daftar Informan
Kode Jenis kelamin
No Nama Keterangan Umur
informan (L/P)
1 I1-1 Ir. H. T. Nanzar Kepala Dinas
Riadi, MM Kelautan dan 57 L
Perikanan
2 I2-1 Asep Kenedi Kepala UPT
49 L
PPI/TPI
3 I3-1 Edi Suhandi Manajer TPI 50 L
4 I3-2 Ayip TU TPI 47 L
6 I4-1 Soebah Juragan Nelayan 36 P
7 I4-2 H. Mista Juragan Nelayan 62 L
8 I4-3 Tasbin Juragan Nelayan 54 L
9 I5-1 Muin Nelayan 36 L
10 I5-2 Radi Nelayan 34 L
11 I5-3 Cecep Nelayan 34 L
89
4.2 Pembahasan
Pembahasan dalam penelitian ini merupakan data dan fakta yang peneliti
dapatkan langsung dari lapangan serta disesuaikan dengan teori yang peneliti
manajemen dari G.R Terry (2008:17) dimana dalam teori ini memberikan tolak
1. Planning (perencanaan);
2. Organizing (pengorganisasian);
3. Actuating (pelaksanaan);
4. Controlling (pengawasan).
dan melihat kedepan guna merumuskan suatu pola dari himpunan tindakan
perikanan laut yang ada di sekitar daerah tempat pelelangan tersebut. Selain
itu, Tempat Pelelangan Ikan di dirikan untuk menaikkan taraf hidup para
penelitian ini peneliti menanyakan apa rencana yang dibuat untuk mengelola
Perikanan (I1-1);
Dari hasil wawancara di atas dapat di analisis rencana yang dibuat oleh
sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dalam hal kelautan dan
ini ditambahkan oleh kepala UPT PPI/TPI Labuan (I2-1) pada wawancara
penelitian;
untuk mengelola seluruh potensi perikanan laut yang ada di sekitar daerah
Ikan hal ini dijelaskan oleh Manajer TPI Panimbang (I3-1) pada wawancara
penelitian;
“Rencana kita ini ingin TPI Panimbang hidup seperti dulu saat
saya menjadi karyawan (juru lelang). Dulu saat saya jadi juru
lelang TPI disini ramai terus, kegiatan pelelangan ikan dari jam 9
malam sampai jam 9 pagi tidak berhenti, sekarang kondisinya
seperti ini, sepi, perahu kecil saja itu juga hanya beberapa”
pernyataan ini diperkuat oleh Kasir TPI Panimbang (I3-2) pada wawancara
penelitian;
92
Dari hasil wawancara di atas dapat dianalisis, dalam hal ini Tempat
ikan yang semakin hari semakin sepi, aktivitas bongkar muat dan lelang ikan
mulai berkurang namun rencana kerja yang dibuat oleh manajer Tempat
dapat disimpulkan bahwa rencana yang dibuat oleh Dinas Kelautan dan
Tempat Pelelangan Ikan. Namun UPT PPI/TPI Labuan serta Dinas Kelautan
kembali seperti pada awal didirikannya, namun program yang dibuat ini tidak
93
tertulis atu dibakukan sehingga program atau rencana yang telah dibuat
Panimbang sepi tidak ramai seperti dulu, dijelaskan oleh Manajer TPI
Panimbang (I3-1);
oleh aktivitas jual beli ikan yang dilakukan di tengah laut kemudian banyak
nelayan Panimbang.
khusus untuk mengelola atau mengatur Tempat Pelelangan Ikan, dalam hal
95
ini aturan yang ada hanya aturan terkait besaran pemungutan retribusi sedang
tidak ada, hal ini dijabarkan oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (I1-1).
Retribusi Jasa Usaha No. 11 tahun 2011 pada Paragraf 3 (tiga) mengenai
perseratus) dari nilai transaksi lelang, dalam peraturan daerah ini tidak ada
Tempat Pelelangan Ikan sebesar 4% hal ini tertulis pada Peraturan Daerah
kesepakatan yang dilakukan oleh nelayan, juragan nelayan dan pihak Tempat
Pelelangan Ikan. Kemudian hal ini di perjelas oleh Manajer TPI Panimbang
(I3-1).
96
“Tidak ada, kalau retribusi ada diatur dulu sama Perda tahun
2011, tapi dalam pelaksanaanya bisa berbeda, kalau retribusi
sesuai dengan kesapakatan antara bakul ikan dan nelayan, karena
kalau tidak seperti itu tempat pelelangan ikan tidak punya biaya
operasional”
besarnya tarif retribusi jasa usaha. Hal ini kemudian diperjelas oleh Kasir TPI
Panimbang (I3-2);
yang secara spesifik mengatur aktivitas jual beli ikan dan pembangunan
97
ada yang melakukan aktivitas jual beli ikan di tengah laut dalam hal ini
nelayan tidak boleh melakukan aktivitas jual beli ikan di tengah laut karena
ketika melakukan aktivitas jual beli ikan di tengah laut tidak ada retribusi
yang diterima oleh Tempat Pelelangan Ikan, oleh karena itu pemerintah
yang mengetahui kondisi alam dan juga armada kelautan yang ada di
wilayahnya tersebut guna mendapatkan hasil yang efektif dan efisien. Jika
Pelelangan Ikan yang baik dan berwawasan luas mengenai kenelayanan dan
menjelaskan apa yang dibutuhkan untuk menentukan manajer yang baik dan
berwawasan luas. Menurut Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (I1-1) dalam
wawancara penelitian;
mengetahui jenis-jenis ikan agar tidak terjadi salah harga ikan juga tidak
berwawasan luas juga mempunyai etos kerja yang tinggi harus dimiliki oleh
juga menciptakan iklim kerja yang efektif dan efisien dalam pengelolaan
Tempat Pelelangan Ikan, sarana pendukung lain juga harus disediakan agar
etos kerja yang baik Tempat Pelelangan Ikan juga harus mempunyai
Ikan dapat tercapai. Dalam hal ini program pengelolaan perikanan maupun
Kelautan dan Perikanan juga UPT PPI/TPI Dinas Kelautan dan Perikanan
100
Labuan karena tugas pokok dan fungsi membuat rencana ada di Dinas
Kelautan dan Perikanan dan UPT PPI/TPI Dinas Kelautan dan Perikanan
program yang telah ditetapkan tersebut. Program yang telah dibuat oleh Dinas
Dari hasil wawancara di atas dapat dianalisis bahwa program dari Dinas
Pelelangan Ikan yang sudah dibangun tersebut. Dari hasil wawancara di atas
juga dapat dianalisis bahwa Dinas Kelautan dan Perikanan tidak memiliki
Labuan (I2-1);
Dari wawancara di atas dapat dianalisis bahwa tidak ada program yang
Ikan. Sedangkan UPT PPI/TPI Dinas Kelautan dan Perikanan Labuan tidak
Ikan sedangkan dalam Bab X Pasal 63-66 Peraturan Bupati Nomor 20 Tahun
2008 tentang Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Dinas pada Dinas Daerah
diberikan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan maupun dari UPT PPI/TPI
dan Perikanan serta UPT PPI/TPI tidak mempunyai program yang secara
Tempat Pelelangan Ikan harus memiliki inisiatif sendiri agar bisa memenuhi
Perikanan serta UPT PPI/TPI tidak memiliki program yang secara khusus
periode waktu tertentu. Seperti yang dijelaskan oleh Kepala Dinas Kelautan
“Kalau pembagian kerja itu terus setiap hari. Ada juga rapat
setiap satu bulan sekali dan tiga bulan sekali”
waktu yang cukup banyak dan sering dilakukan, pengarahan disini juga tidak
hanya dari satu unit kerja. Pemeberian arahan dilakukan oleh dua unit kerja
yaitu Dinas Kelautan dan Perikanan dan juga UPT PPI/TPI Dinas Kelautan
dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan serta UPT PPI/TPI sudah
cukup baik karena dilakukan secara berkala namun menurut informan di atas,
dari hasil rapat-rapat dan kunjungan kerja yang telah dilakukan oleh Dinas
ikan.
agar kegiatan pelelangan ikan dapat berjalan dengan baik efektif dan efisien.
105
(I1-1) menjelaskan apa saja yang dibutuhkan dalam pelelangan ikan, yaitu;
penelitian;
kemudian sarana prasarana laut seperti dermaga. Namun dalam penelitian ini
manajer beserta staf, kemudian bangunan Tempat Pelelangan Ikan dan sarana
belum ada upaya pengerukan kembali muara sungai, pihak pelelangan ikan
Perikanan namun sampai dengan saat ini belum ada pengerukan muara
sungai.
oleh Tempat Pelelangan Ikan Panimbang. Namun dalam hal ini Tempat
adalah sebagai perantara penjualan ikan antara nelayan dengan bakul agar
tidak terjadi monopoli harga serta guna menjaga kualitas ikan hasil tangkapan
peneliti selain anggaran yang belum tersedia untuk mengeruk dermaga Dinas
108
Kelautan dan Perikanan tidak serius untuk menyediakan salah satu komponen
Dari wawancara di atas sudah ada upaya yang dilakukan namun masih
terkendala dari anggaran yang ada, kemudian respon dari satuan kerja lain
pun belum mendukung pengajuan yang sudah dilakukan oleh Dinas Kelautan
tempat pelelangan, sarana prasarana laut sepeti dermaga dan mercusuar serta
alat-alat pelelangan ikan seperti blong, cool box, timbangan, trais, freezer
Tempat Pelelangan Ikan tidak disediakan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan
harus bekerja sebaik mungkin untuk mendapat anggaran untuk seluruh biaya
hasil penarikan retribusi dari aktivitas pelelangan ikan yang dilakukan yaitu
“Tidak ada. Hanya ada bantuan hibah saja, tapi sifatnya bukan ke
TPI, hibahnya diberikan ke kelompok nelayan, tapi kelompok
nelayan yang menjual ikan ke TPI, mekanismenya kelompok
nelyan harus membuat proposal. Kalau TPI itu mengambil dari
retribusi 2% untuk biaya operasionalnya”
Ikan tidak mendapatkan anggaran dari Dinas maupun dari pemerintah daerah
Tempat Pelelangan Ikan dengan menarik retribusi dari kegiatan lelang yang
Pelelangan Ikan tidak memiliki anggaran khusus yang diberikan oleh Dinas
Kelautan dan Perikanan maupun dari UPT PPI/TPI. Dalam anggaran untuk
tidak dapat memberikan upah yang pasti kepada pegawainya, upah yang
penerimaan retribusi yang diterima Tempat Pelelangan Ikan, apabila tidak ada
upah.
111
Panimbang.
kelautan yang ada serta jumlah nelayan yang ada di wilayah tertentu seperti
retribusi diukur dari kondisi alam serta jumlah armada kelautan yang ada
112
disesuaikan dengan jumlah nelayan serta jumlah armada kelautan yang ada di
Panimbang (I3-1);
“Target tinggi 115 juta tapi kondisinya seperti ini susah, tapi jika
aktivitas lelang berjalan jangankan 115 juta lebih sanggup, kalau
semua aktivitas lelang disini”
beserta armada laut yang ada di wilayah Tempat Pelelangan Ikan Panimbang
target yang diberikan sudah sesuai namun karena aktivitas pelelangan ikan
yang sedikit Tempat Pelelangan Ikan sulit untuk memenuhi target retribusi
tersebut.
Tabel 4.4
TPI
115,775,000 41.127.016 74.647.984 35,52
Panimbang
Dari tabel 4.4 di atas dapat dilihat target retribusi Tempat Pelelangan
tahun 2014 sebesar Rp. 40,363,000, sisa target yang belum terpenuhi sebesar
Tabel 4.5
TPI
115,775,000 12.053.166 103.721.834 10,41
Panimbang
Dari tabel 4.5 di atas dapat diketahui target retribusi Tempat Pelelangan
tahun 2015 (Januari-Juni) sebesar Rp. 12.053.166, sisa target yang belum
89,59%.
tenggang waktu untuk mencapai atau melunasi beban target yang telah di
retribusi Tempat Pelelangan Ikan adalah satu tahun, apabila target retribusi
115
tersebut tidak dapat terpenuhi dalam satu tahun maka akan menjadi beban
hutang yang harus dibayarkan oleh Tempat Pelelangan Ikan dalam tahun
retribusi Tempat Pelelangan Ikan adalah dalam satu tahun, apabila tidak
tercapai maka akan menjadi beban hutang untuk Tempat Pelelangan Ikan
Panimbang (I3-1);
2);
terpenuhi dalam jangka waktu satu tahun. Pencapaian target tersebut harus
terpenuhi 100% apabila tidak terpenuhi 100% maka akan menjadi beban
hutang untuk periode tahun berikutnya dan ditambah bunga sebesar 2%.
yang diberikan pemerintah daerah untuk Tempat Pelelangan Ikan sulit tercapai
dalam rentang waktu satu tahun, jika dilihat dari jumlah nelayan dan armada
laut yang ada di wilayah Tempat Pelelangan Ikan Panimbang target yang
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (I1-1) hambatan yang terjadi dalam
pemungutan retribusi;
wawancara penelitian;
Panimbang tidak berani berlayar mencari ikan karena dalam cuaca yang
buruk ditengah laut sangat beresiko kepada keselamatan parak awak kapal
nelayan tersebut dan juga ketika cuaca sedang buruk tangkapan nelayan
tertentu seperti November dan Desember nelayan tidak ada kegiatan mencari
“Cuaca, cuaca itu hambatan paling susah karena dari alam, jadi
tidak bisa ditloak, nelayannya jadi tidak berani melaut takut
terjadi hal buruk ditengah laut”
yang datang dari alam yang tidak bisa di hindari nelayan takut untuk
(I4-2);
Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa cuaca yang tidak
nelayan Panimbang takut melaut pada saat kondisi cuaca sedang tidak baik di
karenakan cuaca yang buruk itu bisa mengancam kesalamatan nelayan ketika
menjadi kendala nelayan dalam mencari ikan, kondisi laut yang berbahaya
pada kondisi cuaca saat melakukan ikan di laut. Ketika laut dalam kondisi
(I5-5);
“Kalau musim seperti ini cuaca yang menghambat tidak ada yang
berani melaut, cuacanya sedang tidak baik, kalau di laut
ombaknnya besar-besar itu bisa sampai 15 meter lebih”.
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa kondisi cuaca yang
nelayan tidak akan berani mencari ikan dalam kondisi cuaca yang buruk
dikarenakan hasil tangkapan yang menurun juga cuaca yang buruk dapat
(I5-6);
“cuaca susah dilawan, tidak bisa kelaut kalau lagi cuaca buruk
seperti ini”.
Dari hasil wawancara diatas dapat di ketahui bahwa nelayan tidak bisa
berangkat kelaut dalam kondisi cuaca yang buruk, menurut wawancara di atas
cuaca yang buruk tidak bisa dilawan oleh nelayan karena sangat berbahaya,
mencari ikan.
kerja Tempat Pelelangan Ikan dalam satu bulan kerja itu tidak mencapai 30
aktivitas kenelayanannya, pada saat terang bulan nelayan tidak bisa mencari
Dari dua hasil wawancara di atas dapat di ketahui bahwa saat terang
oleh penggunaan cahaya lampu yang tidak akan maksimal dalam memancing
ikan, karena kondisi laut yang sudah diterangi oleh cahaya bulan, dalam
kondisi seperti ini ikan hasil tangkapan akan berkurang sehingga nelayan
tidak berangkat mencari ikan pada saat terang bulan. Ditambahkan Nelayan
Panimbang (I5-3);
purnama hasil tangkapan ikan akan menurun karena ikan bermigrasi ke laut
yang lebih dalam untuk menghindari cahaya bulan purnama, oleh karena hal
tersebut nelayan tidak pergi ke laut untuk mencari ikan, nelayan lebih
lampu sebagai alat bantu penangkapan ikan (light fishing) adalah kondisi
efisien. Kondisi lingkungan yang baik adalah cahaya lampu yang digunakan
pada malam yang gelap. Fase bulan menjadi faktor yang menentukan gelap
dan terangnya bulan, light fishing hanya akan efektif dilaksanakan pada bulan
gelap, pada saat bulan terang maka penggunaan cahaya sebagai alat bantu
penangkapan menjadi sangat tidak efektif akibat ada cahaya lain yang turut
penelitian bahwa kendala utama yang dihadapi oleh nelayan untuk melakukan
aktivitas menangkap ikan adalah kendala cuaca buruk dan bulan purnama.
Cuaca buruk adalah keadaan dimana kondisi laut sedang tidak bersahabat
dengan nelayan seperti gelombang ombak yang besar, hujan deras, dan badai
yang ada di tengah perairan laut hal ini membuat nelayan tidak berani untuk
melaut dikarenakan resiko besar yang di hadapi oleh nelayan yaitu resiko
nelayan juga tidak bisa melakukan aktivitas penangkapan ikan karena nelayan
cahaya lampu dalam penangkapan ikan sangat bergantung pada fase bulan,
fase bulan gelaplah yang mendukung penggunaan bantuan cahaya lampu ini
sedangkan bila bulan pada fase terang bulan atau bulan purnama maka
123
dan efisien.
buruk dan bulan purnama yang mengakibatkan nelayan tidak bisa melakukan
Pelelangan Ikan adalah karena tidak dijualnya hasil tangkapan ikan di Tempat
laut dan dijual di Tempat Pelelangan Ikan yang dibangun oleh juragan
Pelelangan Ikan tidak ada. Hal ini terjadi karena ada pembiaran dari
oleh juragan nelayan yang memiliki modal besar, oleh karena adanya tempat
yaitu; pembayaran retribusi sebesar 250 ribu per trip, pemberangkatan per trip
7 hari maksimal 10 hari, kemudian ada tatangan untuk pemerintah jika ada
lampu mercusuar nelayan membayar 250 pertrip kalau tidak ada maka 150
“Sesuai kalau retibusi, bayar terus disini, 150 ribu sekali bongkar
ikan”
ketahui bahwa nelayan membayar retribusi sebesar Rp. 150.000 per sekali
Nelayan (I4-2);
150.000 per sekali bongkar ikan, nominal Rp. 150.000 tersebut muncul dari
sungai tempat hilir mudik kapal nelayan dalam mencari ikan serta tidak
Rp. 150.000 per sekali bongkar ikan, Namun dalam Peraturan Daerah
Dari hasil wawancara di atas kendala lain yang dihadapi oleh Tempat
bertanggung jawab atas penyimpagan yang tidak diinginkan itu harus dicari
masalah yang ada di Tempat Pelelangan Ikan juga agar Tempat Pelelangan
Ikan dapat beroprasi secara maksimal, ada beberapa cara yang dilakukan
untuk mengontrol Tempat Pelelangan Ikan Panimbang hal ini dijelaskan oleh
128
menjelaskan bahwa;
Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa salah satu cara
“Sering ada dari upt kesini mengontrol dari dinas juga suka ada
kesini”
Perikanan serta oleh UPT PPI/TPI Dinas Kelautan dan Perikakanan Labuan.
kontrol yang dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan dan UPT PPI/TPI
Labuan (I2-1);
sudah digunakan oleh Tempat Pelelangan Ikan. Karcis lelang yang sudah
dilakukan langsung oleh Dinas Kelautan dan Perikanan dan UPT PPI/TPI
kali kontrol dilakukan dalam satu tahun. Dijelaskan oleh Kepala Dinas
dalam mengontrol Tempat Pelelangan Ikan tidak memiliki waktu yang pasti,
dilakukan juga saat rapat evaluasi yang diakukan di UPT PPI/TPI Labuan.
yang dilakukan adalah setiap satu bulan sekali dilakukan setiap rapat di UPT
kerja yang dilakukan oleh UPT PPI/TPI Labuan, jadi fungsi kontrol
dilakukan dengan dua cara yaitu saat rapat dan saat kunjungan kerja.
“kalau kontrol itu dilakukan saat rapat evaluasi satu bulan sekali,
disitu di bahas apa saja yang kurang apa saja kendalanya di TPI,
kadang-kadang ada kunjungan kerja dari UPT sama Bapak
Kepala Dinas juga, tapi tidak pasti kalau kunjungan kerja”
dilakukan kepada Tempat Pelelangan Ikan dilakukan satu bulan sekali yang
kemudian ada kunjungan kerja yang dilakukan oleh Kepala Dinas Kelautan
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan, kontrol yang dilakukan oleh Kepala
Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa fungsi kontrol yang
Dinas Kelautan dan Perikanan secara langsung namun tidak hanya Kepala
Dinas saja yang melakukan fungsi kontrol terhadap Tempat Pelelangan Ikan,
kepala UPT PPI/TPI juga ikut melaksanakan fungsi kontrol terhadap Tempat
Pelelangan Ikan, yang kemudian hasil dari kontrol yang dilakukan diserahkan
1);
Labuan.
dapat dibangun oleh individu, Tempat Pelelangan Ikan hanya dapat dibangun
oleh pemerintah daerah, seperti dikemukakan oleh Kepla Dinas Kelautan dan
Perikanan (I1-1);
tidak boleh didirikan oleh pribadi. Tempat Pelelangan Ikan harus dibangun
oleh pihak pemerintah setempat karena pada hakikatnya TPI dibangun untuk
membantu nelayan dalam menjaga kualitas ikan, mengontrol harga ikan serta
peneliti menanyakan hal yang sama kepada Kepala UPT PPI/TPI Labuan (I2-
tidak boleh didirikan oleh perusahaan swasta/pribadi tanpa adanya izin dari
Pelelangan Ikan lain yang ada di Panimbang, karena hal itu pihak Tempat
dan Perikanan.
Labuan Serta Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang agar ada
“Selama ini belum ada laporan yang masuk dari manajer ataupun
UPT”.
ada pelaporan resmi dari Tempat Pelelangan Ikan Panimbang maupun dari
Panimbang (I3-1);
dapat diketahui bahwa pihak UPT PPI/TPI Labuan mengetahui akan adanya
Panimbang (I3-2);
sandaran perahu dan bongkar es, kemudian ada aktivitas jual beli ikan yang
oleh instansi lain yang seperti Satpol PP dan Ditpolair terkait munculnya
Tempat Pelelangan Ikan ilegal? Dijelaskan oleh Kasir TPI Panimbang (I3-2);
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa tidak ada upaya
1);
langsung oleh Satpol PP tidak ada, Satpol PP akan melakukan tindakan tegas
apabila ada perintah dari pihak Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
perairan laut.
138
“Biar mandiri, biar tidak campur sama nelayan yang lain kitakan
punya langganan, biar gampang aja jualnya”
Ikan adalah agar mandiri tidak campur dengan nelayan lainnya dalam hal
“Biar cepat saja dek, biar tidak rebutan dengan yang lain, sayakan
jaga kualitas ikan supaya bagus,kalau kelamaan nunggu ikannya
takut jelek kualitasnya”
dengan nelayan lainnya, serta juragan nelayan pun beralasan untuk menjaga
kepada juragan nelayan yang lain, yang kemudian dijawab oleh Juragan
Nelayan (I4-3);
adalah karena juragan di atas memiliki lahan yang lebih luas dibandingkan
dengan Tempat Pelelangan Ikan Panimbang yang resmi, karena alasan tempat
yang luas tersebut banyak perahu yang dapat melakukan aktivitas bongkar
ikan sekaligus.
Pelelangan Ikan. Ketika ditanya apakah tempat pelelangan ini bayangan ini
Pelelangan Ikan yang dimiliki oleh juragan nelayan di atas hanya memliki
pelelangan yang dibangun oleh juragan nelayan tersebut adalah karena hanya
mengantongi izin untuk penyandaran perahu saja bukan izin untuk Tempat
bahwa Tempat Pelelangan Ikan yang dibangun oleh juragan nelayan di atas
peneliti tanyakan kepada juragan nelayan yang lain, kemudian dijawab oleh
memiliki izin untuk menjadi Tempat Pelelangan Ikan namun hanya izin untuk
tidak menjual ikan di Tempat Pelelangan Ikan yang resmi adalah karena jika
pelelangan ikan tidak bercampur dengan orang lain, secara umum juragan
menjual ikan hasil tangkapannya, langganan itu sendiri sudah menaruh modal
bagi nelayan untuk melakukan aktivitas penangkapan ikan agar ikan hasil
tangkapan nelayan tidak dijual kepada orang lain. Kemudian selain hal
141
hal serupa kepada nelayan yang lain yang kemudian dijawab oleh Juragan
Nelayan (I4-2);
“Sempit kalau disana ada SPBN sama tembok, disitu tidak tahu
apa fungsinya, tidakbisa buru-buru suka rebutan dengan yang
lain, keamanannya juga kurang ya takutnya kan ada ribut-ribut
karena rebutan ingin duluan jual ikan, kalau disini aman. Langgan
juga sudah hapal jam bongkar ikannya jam berapa jadi gampang
jualnya cepat”
ketahui bahwa alasan tidak menjual ikan ditempat pelelangan resmi adalah
pengubah air laut menjadi air minum, alasan lain yang melatarbelakangi tidak
ingin menjual ikannya secara cepat dan nelayan pun beralasan bahwa Tempat
tidak mau menjual ikanya di Tempat Pelelangan Ikan Panimbang karena jika
menuruti apa yang diinginkan nelayan seperti pengerukan muara sungai dan
yang sempit dan perairan di sekitar Tempat Pelelangan Ikan juga dangkal.
“Kan modal sama perahunya punya bos jadi jualnya sama bos”
Panimbang (I5-3);
“Modal melaut dikasih sama bos, jadi jualnya di lapaknya bos aja
biar gampang itung-itungan”
“Kapalnya punya bos, tidak bisa kalau jual di TPI umum nanti
dimarahin bos”
Panimbang (I5-6);
“Kalau dari TPI sih dulu ada,kalau dari pemerintah tidak ada”
atas dapat dianalisis bahwa belum ada pengarahan khusus dari pemerintah
Ikan saja.
Panimbang (I5-3);
karena luas Tempat Pelelangan Ikan yang sempit mengakibatkan tidak bisa
bangun stasiun pengisian bahan bakar nelayan memiliki lahan yang cukup
luas, oleh karena tempat yang sempit ini Tempat Pelelangan Ikan menjadi
sepi dari kegiatan pelelangan ikan. Pertanyaan yang sama peneliti berikan
kepada nelayan yang lain, namun muncul jawaban berbeda dari hasil
Panimbang (I5-2);
tidak hanya ada satu ada juga tempat pelelangan nelayan lebih memilih
tersebut bekerja dengan alasan langgan ikan nelayan tersebut ada di Tempat
peneliti ingin mencari tahu sejauh mana penerapan sanksi dilakukan oleh
(I4-1);
“Tidak ada sih, sampai sekarang belum ada dari Dinas datang
kesini”
Dari hasil wawancara di atas dapat di ketahui bahwa upaya teguran atau
sehingga sampai saat ini Tempat Pelelangan Ikan bayangan masih bisa
pernah ada teguran atau sanksi yang diberikan oleh pemerintah daerah
tempat pelelangan bayangan yang ada di Panimbang yang dalam hal ini
bayangan atau tempat pelelangan ilegal, kemudian dijawab oleh Kepala Dinas