Sie sind auf Seite 1von 9

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan pendekatan deskriptif yakni
untuk mengetahui Gambaran Penggunaan Kontrasepsi Implant pada Pasangan Usia
Subur di Puskesmas Kedokanbunder Kabupaten Indramayu pada Bulan Januari-
April 2018.

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kedokanbunder Kabupaten Indramayu
dan dilaksanakan mulai bulan April 2018.

C. Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah data sekunder yaitu data yang telah ada
sebelumnya dan berkaitan dengan variabel penelitian yang ditelusuri melalui
pencatatan yang ada pada bagian klinik KB di Puskesmas Kedokanbunder
Kabupaten Indramayu.

D. Pengolahan data
Data yang diperoleh selanjutnya diolah secara manual dengan menggunakan Ms.
Excel dan disajikan dalam bentuk diagram distribusi frekuensi dan presentase yang
disertai penjelasan.

15
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2018 di Puskesmas
Kedokanbunder Kabupaten Indramayu dengan jumlah sampel 27 orang akseptor
implant, yang diperoleh setelah melakukan pengumpulan data melalui pengisian
check list yang telah disiapkan sebelumnya sesuai data yang dibutuhkan untuk
berbagai variabel dependen dan variabel independen.
Data yang diperoleh selanjutnya diolah secara manual dengan bantuan ms. excel
dengan hasil selengkapnya diuraikan sebagai berikut :

1. Akseptor KB implant menurut jenis umur


Diagram 1.1
Distribusi dan presentase akseptor KB implant menurut umur Di Puskesmas
Kedokanbunder bulan Januari-April 2018
<20 th dan >35 th >20 th dan -35 th

<20 th dan
>35 th
>20 th dan -
44%
35 th
56%

Sumber : Data sekunder


Diagram 1.1 menunjukkan bahwa akseptor KB implant paling banyak
digunakan pada kelompok umur 20-35 tahun yaitu sebanyak 15 orang (56%) dan
umur <20th dan >35 tahun sebanyak 12 orang (44%).

16
2. Akseptor KB implant menurut Paritas
Diagram 1.2
Distribusi dan presentase akseptor KB implant menurut Paritas di Puskesmas
Kedokanbunder Kabupaten Indramayu bulan Janurari-April 2018
Primipara Multipara Grandemultipara

Grandem
ultipara
4% Primipar
a
22%

Multipar
a
74%

Sumber : Data sekunder


Pada diagram 1.2 memperlihatkan bahwa akseptor KB implant dengan
paritas yang terbanyak yaitu multipara sebanyak 20 orang (74 %), yang paling
sedikit pada grandemultipara sebanyak 1 orang (4%), dan untuk primipara
sebanyak 6 orang (22%).

17
3. Akseptor KB implant menurut Tingkat Pendidikan
Diagram 1.3
Distribusi dan presentase akseptor KB implant menurut Tingkat Pendidikan di
Puskesmas Kedokanbunder Kabupaten Indramayu bulan Januari-April 2018
Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat PT

Tamat PT
Tamat SMA4%
7%

Tamat SMP
11% Tidak tamat SD
37%

Tamat SD
41%

Sumber : Data sekunder


Pada diagram 1.3 menunjukkan bahwa akseptor KB implant paling banyak
digunakan pada akseptor KB implat yang tamat SD sebanyak 11 orang (41%), tidak
tamat SD sebanyak 10 orang (37%), tamat SMP sebanyak 3 orang (11%), tamat
SMA sebanyak 2 orang (7%), dan tamat perguruan tinggi sebanyak 1 orang (4%).

B. Pembahasan
Setelah dilakukan pengolahan data hasil penelitian tentang penggunaan
kontrasepsi implant guna mellihat gambaran atas beberapa faktor yang merupakan
variabel dalam penelitian ini dan akhirnya dianalis untuk kemudian ditindak lanjuti
melalui pembahasan yng dapat dilihat sebagai berikut :

18
1. Umur
Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa jenis kontrasepsi pil masih
menjadi pilihan favorit bagi Pasangan Usia Subur (PUS). Metode kontrasepsi ini
dipilih disebabkan karena mudah dihentikan setiap saat bila akseptor ingin hamil
lagi.
Sedangkan kontrasepsi implant yang jumlah yang akseptornya sedikit lebih
banyak dibandingkan akseptor IUD, hal tersebut menunjukkan bahwa jenis
kontrasepsi implant lebih diminati oleh PUS untuk mencegah/menunda
kehamilannya, karena dianggap efektif, praktis dan tidak berhubungan dengan
daerah-daerah sensitif untuk seorang wanita yang masih dibayangi dengan faktor
tradisi pada saat pemasangan dan pencabutan.
Ditinjau dari golongan umur akseptor KB implant terdapat 15 orang pada
golongan umur 20-35 tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa meningkatnya
kesadaran PUS untuk menggunakan jenis kontrasepsi yang lebih efektif bila sudah
mencapai usia reproduksi mempunyai 2 orang anak.
Di samping itu tingginya motivasi akseptor menunjukkan bahwa tingkat
pemahaman dan kesadaran terfokus pada indikasi untuk mengatur kehamilannya.
Hal ini sesuai dengan yang diharapkan oleh pemerintah melalui program KB
nasional bahwa sebaiknya bagi PUS dengan istri berymur 20-35 tahun untuk
mengatur kehamilannya setelah mempunyai 2 orang anak dengan jarak kehamilan
2-4 tahun.

2. Paritas
Meskipun masih ada sebagian orang beranggapan bahwa banyak anak
banyak rejeki namun pada sebagian orang memandang anak adalah beban keluarga
yang pada gilirannya akan menjadi beban psikologi dan sosial sehingga tidak jarang
seorang wanita/ibu menolak lahirnya anak mereka dengan berbagai macam cara
yang salah satunya adalah dengan menggunakan kontrasepsi.
Sarana dan prasarana kesehatan serta informasi yang tersedia pada saat ini,
memberikan kemudahan bagi wanita/ibu untuk memperoleh pelayanan dan

19
informasi tentang keluarga berencana sehingga banyak wanita/ibu memilih
mengatur/mengakhiri kehamilannya dengan menggunakan alat kontrasepsi sebagai
cara yang terbaik yang tidak memberikan efek/dampak yang negatif terhadap
kesehatan reproduksinya akibat hamil dan melahirkan yang berulang kali dan
merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian pada ibu.
Dari data yang ada pengguna kontrasepsi implant oleh akseptor KB menurut
paritasnya menunjukkan bahwa multipara merupakan yang terbanyak yaitu
sebanyak 20 (74 %) dan yang paling sedikit dengan grandemultipara sebanyak 1
orang (4 %). Dengan demikian angka kesakitan dan angka kematian pada ibu hamil
dan melahirkan dengan paritas tinggi (≥ 3 kali) sebagai salah satu faktor resiko
tinggi dapat di cegah/diturunkan, oleh karena sudah banyak ibu dengan paritas
1 dan 2 yang memutuskan atau memilih menggunakan kontrasepsi khususnya
kontrasepsi implant sebagai salah satu metode kontrasepsi efektif jangka panjang
untuk mencegah/menunda kehamilan. Hal tersebut seiring dengan program
pemerintah dalam mensukseskan tujuan KB nasional untuk menunjukkan keluarga
yang berkualitas.

3. Pendidikan
Ditinjau dari tingkat pendidikan akseptor KB, terdapat akseptor KB implant
paling banyak digunakan pada tingkat pendidikan tamat SD yaitu
sebanyak 10 orang (41%) karena pada era globalisasi ini masyarakat memperoleh
informasi baik dari media masa, TV dan Radio yang memudahkan para wanita/ibu
memperoleh informasi tentang seks dan kesehatan reproduksi sehingga menambah
wawasan pengetahuan dan pemahaman mereka tentang masalah kesehatan.
Disamping itu dengan adanya kegiatan penyuluhan kesehatan serta
diskusi/komunikasi antar sesama akseptor akan menambah pengetahuan dan
pemahaman mereka tentang manfaat dan tujuan KB.
Meskipun pendidikan berpengaruh secara tidak langsung terhadap
peningkatan status sosial dan kedudukan sorang wanita, peningkatan mereka

20
terhadap kehidupan untuk membuat keputusan sendiri serta menyatakan pendapat
misalnya kapan seharusnya hamil, melahirkan dan pemilihan jenis kontrasepsi.
Semakin tinggi tingkat pendidikan seorang wanita/ibu maka semakin mudah
mencerna semua informasi yang di peroleh segala keputusannya di dasari atas
pemikiran yang rasional. Dalam hal ini dapat di katakan bahwa tingkat pendidikan
seseorang belum menjamin terhadap tingkat pengetahuan sehingga dapat di
simpulkan bahwa penggunaan kontrasepsi tidak berhubungan langsung dengan
tingkat pendidikan akseptor.

21
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang penggunaan
kontrasepsi implant menurut umur, paritas dan tingkat pendidikan dari akseptor KB
Implant di Puskesmas Kedokanbunder Kabupaten Indramayu maka dapat
disimpulkan:

1. Penggunaan kontrasepsi implant menurut umur terbanyak pada akseptor


dengan kelompok umur 20-35 tahun yaitu sebanyak 15 orang (56%).
2. Penggunaan kontrasepsi implant menurut paritas terbanyak pada akseptor dengan
multipara sebanyak 20 orang (74 %).
3. Penggunaan kontrasepsi implant menurut tingkat pendidikan terbanyak pada
akseptor dengan tingkat pendidikan tamat SD sebanyak 11 orang (41%).

B. Saran
1. Dalam mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan bagi para akseptor dan
calon akseptor KB diperlukan petugas kesehatan yang mampu memberikan
pelayanan secara berkualitas dan professional, serta diadakannya kegiatan
pelatihan-pelatihan.
2. Dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan program KB di Puskesmas
Kedokanbunder Kabupaten Indramayu diperlukan kerjasama dari semua pihak,
baik dari lintas maupun sektoral dalam memberikan penyuluhan tentang tujuan dan
manfaat dari program KB secara berkesinambungan.
3. Perlunya penyuluhan kesehatan yang berkesinambungan serta diskusi/komunikasi
antar sesama akseptor akan menambah pengetahuan dan pemahaman mereka
tentang manfaat dan tujuan KB.

22
DAFTAR PUSTAKA

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. “Rencana Strategis


Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Tahun 2015­2019”.
Jakarta. 2015.
Notoatmodjo , S. 2007. Pendidikan dan Perilaku kesehatan.Cetakan 2 Jakarta:PT .
Rineka Cipta.
Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kandungan. Cetakan ke-8. Jakarta: PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Profil Kesehatan Puskesmas Kedokanbunder Kabupaten Indramayu Tahun 2017.
Sulistyawati, A. 2014. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta. Salemba Medika.
Wiknjosastro, H. 2006. Ilmu Kebbidanan. Edisi Ketiga. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

23

Das könnte Ihnen auch gefallen