Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
KEPERAWATAN ANAK
KONSEP DASAR PENYAKIT DAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA MENINGITIS
Disusun Oleh:
Kelompok 7
1. Intan Kusuma Fabriyani 2017C06b0095
2. Leny Rismawati 2017C06b0097
3. Mulyadi 2017C06b0099
4. Riup Yakup 2017C06b0103
5. Tanti Setiawati 2017C06b0109
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas tentang “Konsep Dasar
Penyakit dan Asuhan Keperawatan Pada Meningitis”.
Makalah ini dibuat sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa, khususnya
dalam pelajaran keperawatan. Makalah ini disusun dari berbagai sumber yang
mempunyai relevansi yang sangat erat dengan pendidikan keperawatan yang
diambil dari buku dan media elektronik. Makalah ini disusun dalam bentuk yang
simple dan menarik agar mudah dimengerti oleh kita semua.
Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini dapat dipergunakan dengan
semestinya dan dapat bermanfaat bagi kita semua. Penulis juga menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu masukan-masukan baik
berupa kritik dan saran sangat penulis harapkan demi penyempurnaan penyusunan
makalah yang akan datang. .
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
3
4
ketakutan pada suara keras, sering ingin muntah, nampak seperti kebingungan,
dan susah bangun dari tidurnya (Andareto, Obi, 2015).
Penyakit meningitis ini juga bisa diderita oleh bayi dan anak-anak, berikut
tanda dan gejala yang terjadi pada anak-anak (Ala Dokter, 2016):
1. Anak-anak mungkin merasa gelisah, tapi tidak ingin disentuh.
2. Demam tinggi dengan tangan dan kaki terasa dingin.
3. Menangis seperti melengking (high pitched cry) secara terus menerus.
4. Terlihat bingung, lemas, dan kurang responsif.
5. Beberapa anak akan mudah mengantuk dan sulit dibangunkan.
6. Mungkin ada ruam merah yang tidak hilang ketika gelas digulirkan dengan
sedikit ditekan di atasnya.
7. Menolah menyusu atau makan disertai muntah.
8. Kejang-kejang.
Adapun tanda dan gejala meningitis yang terjadi pada remaja dan orang
dewasa, yaitu (Ala Dokter, 2016):
1. Muntah-muntah.
2. Sakit kepala parah.
3. Leher menjadi kaku.
4. Demam dengan tinggi suhu 380C atau lebih dengan kaki dan tangan terasa
dingin.
5. Nafas cepat.
6. Sensitif terhadap cahaya atau fotofobia.
7. Ruam kulit berupa bintik-bintik merah yang tersebar (tidak terjadi pada semua
orang).
8. Kejang-kejang.
2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik Penyakit Meningitis
Biasanya, dokter akan melakukan pemeriksaan terlebih dahulu. Ada
beberapa jenis pemeriksaan untuk mendiagnosa penyakit ini, antara lain
(Andareto, Obi, 2015):
1. Tes Darah
Dokter akan mengambil sampel darah dari pembuluh vena dan kemudian
sampel darah tersebut diuji di laboratorium. Dokter akan meletakkan sampel
8
darah tersebut pada piring khusus untuk diperiksa di bawah mikrosop, apakah
darah tersebut ditumbuhi oleh mikroorganisme atau tidak, terutama bakteri.
Setelah itu, dokter mungkin akan menambahkan noda ke sampel darah tersebut
dan kembali diuji di bawah mikrosop.
2. Tes Pencitraan
Pilihan tes pencitraan, antara lain X-ray dan computerized tomography (CT)
scan. Kedua jenis tes pencitraan tersebut dilakukan dari kepala, dada, atau sinus
untuk melihat apakah terjadi pembengkakan atau peradangan. Jenis tes ini juga
dapat membantu dokter untuk mendeteksi infeksi di daerah lain dari tubuh yang
mungkin berhubungan dengan penyakit meningitis.
3. Spinal Tap (Pungsi Lumbal)
Diagnosis definitif meningitis memerlukan analisis cairan serebrospinal
(CSF), di mana cairan tersebut dikumpulkan dengan melakukan sebuah prosedur
yang dikenal dengan istilah spinal tap. Pada orang dengan meningitis, cairan CSF
sering menunjukkan kadar gula (glukosa) rendah diiringi dengna peningkatan
jumlah sel darah putih dan meningkatkan protein. Analisis CSF juga dapat
membantuk dokter mengidentifikasi bakteri yang tepat yang menyebabkan
penyakit. Jika dokter mencurigai meningitis virus, ia dapat memerintahkan tes
DNA berbasis yang dikenal dengan istilah polymerase chain reaction (PCR)
amplifikasi atau tes untuk memeriksa antibodi terhadap virus tertentu untuk
memeriksa penyebab spesifik dari meningitis. Hal ini dapat membantu untuk
menentukan perawatan yang tepat dan prognosis.
2.1.8 Penatalaksanaan Medis Penyakit Meningitis
Penatalaksanaan medis lebih bersifat mengatasi etiologi dan perawat perlu
menyesuaikan dengan standar pengobatan sesuai tempat bekerja yang berguna
sebagai bahan kolaborasi dengan tim medis. Secara ringkas penatalaksanaan
pengobatan meningitis meliputi pemberian antibiotic yang mampu melewati
barier darah otak ke ruang subarachnoid dalam konsentrasi yang cukup untuk
menghentikan perkembangbiakan bakteri. Bisanya menggunakan sefaloposforin
generasi ke empat atau sesuai dengan hasil uji resistensi antibiotik agar pemberian
antimikroba lebih efektif digunakan (Abbas, Husnunnisa, dkk, 2015).
9
meningokokus polysakarida bisa diberikan untuk usia berapa pun dan mampu
memberi perlindungan sebesar 90-95 persen. Untuk anak di bawah usia 5 tahun,
vaksin ini bisa bertahan 1-3 tahun. Sedangkan untuk dewasa akan melindungi
selama 3-5 tahun. Untuk vaksin mengingokokus konjugat hanya untuk usia 11-55
tahun, biasanya diberikan pada jamaah haji dan tidak dianjurkan dijadikan sebagai
imunisasi rutin.
Ada beberapa cara sederhana yang dapat membantu untuk mencegah
penyakit meningitis, yaitu (Andareto, Obi, 2015):
1. Mencuci tangan, dengan mencuci tangan menjadi cara yang sangat penting
untuk dilakukan guna menghindari paparan dari agen infeksi. Sering-seringlah
mencuci tangan, namun dengan cara yang benar. Jangan hanya membilas
dengan air, gunakanlah sabun. Sebab, jika tidak kuman yang melekat pada
tangan tidak akan hilang.
2. Jangan berbagi makanan, minuman, sedotan, peralatan makan, lip balm, atau
sikat gigi dengan orang lain.
3. Waktu beristirahat cukup.
4. Olahraga dengan teratur.
5. Mengonsumsi makanan yang sehat, terutama buah, sayuran, dan biji-bijian.
6. Ketika batuk dan bersin tutuplah mulut dan hidung.
7. Ketika sedang hamil, selektiflah dalam memilih makanan. Hindarilah daging,
hot dog, keju lunak yang terbuat dari susu yang tidak dipasteurisasi, untuk
mengurangi risiko listeriosis.
2.1.10 Komplikasi Penyakit Meningitis
Menurut sebuah penelitian, lebih dari 50% remaja yang bertahan dari infeksi
meningitis alami komplikasi setelahnya. Risiko komplikasi makin tinggi jika
infeksi meningitis makin parah. Komplikasi ini lebih sering terjadi pada kasus
meningitis bakterialis daripada kasus meningitis virus. Berikut ini adalah beberapa
komplikasi yang bisa terjadi:
1. Kehilangan pendengaran, bisa parsial atau total. Ini adalah salah satu
komplikasi paling umum dari meningitis. Pengidap meningitis biasanya
disarankan untuk lakukan tes pendengaran untuk memeriksa apa terjadi
masalah.
11
5) Riwayat psikososial
Respon emosi pengkajian mekanisme koping yang digunakan pasien
juga penting untuk menilai pasien terhadap penyakit yang dideritanya dan
perubahan peran pasien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau
pengaruhnya dalam kehidupan sehari harinya baik dalam keluarga ataupun
dalam masyarakat.
2. Pemeriksaan fisik
1) Peningkatan kerja pernapasan pada fase awal.
2) TD meningkat, nadi menurun, tekanan nadi berat (berhubungan dengan
peningkatan TIK dan pengaruh pada pusat vasomotor), takikardia,
disritmia (pada fase akut) seperti disritmia sinus.
3) Afasia/kesulitan dalam berbicara, mata (ukuran/reaksi pupil), unisokor
atau tidak berespon terhadap cahaya (peningkatan TIK) nistagmus (bola
mata bergerak-gerak terus menerus), kejang lobus temporal, otot
mengalami hipotonia/ flaksid paralysis (pada fase akut meningitis),
hemiparese/hemiplegi, tanda Brudzinski (+) dan atau tanda kernig (+)
merupakan indikasi adanya iritasi meningeal (fase akut), refleks tendon
dalam terganggu, babinski (+), refleks abdominal menurun/tidak ada,
refleks kremastetik hilang pada laki-laki.
4) Adanya inkontinensia dan/atau retensi.
5) Muntah, anoreksia, kesulitan menelan.
6) Turgor kulit jelek.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul yaitu:
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan peningkatan tekanan
intrakranial
2. Resiko terjadi kejang ulang berhubungan dengan hipertermi.
3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hiperthermi.
4. Risiko terjadinya injuri berhubungan dengan adanya kejang, perubahan status
mental dan penurunan tingkat kesadaran.
5. Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan keterbataaan
informasi.
13
Udara Peradangan
Hematogen
organ/jaringan yang
Saluran Nafas dekat dengan selaput otak
Luka
Paru-Paru
Aliran Darah
Aliran Darah
Selaput Meningen
Peningkatan
Proses Infeksi
Metabolisme
Inflamasi pada
Hipertermi piameter & arachnoid
Peradangan
Sakit Kepala
meningen/meningitis
G3 Neurologik
Risiko Injury/Trauma
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Meningitis dibagi menjadi dua golongan berdasarkan perubahan yang
terjadipada cairan otak yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta.
Meningitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, riketsia, jamur, cacing dan
protozoa. Penyebab paling sering adalah virus dan bakteri. Meningitis yang
disebabkan oleh bakteri berakibat lebih fatal dibandingkan meningitis penyebab
lain karena mekanisme kerusakan dan gangguan otak yang disebabkan oleh
bakteri maupun produk bakteri lebih berat.Pasien meningitis dengan kesadaran
menurun cenderung mengalami gangguan asupan gizi, karena secara otomatis
Intrake peroral yang dibutuhkan untuk mendukung therapi hydrasi yang terbatas
untuk mencegah komplikasi oedeem cerebi, menjadi berkurang, selain untuk
memenuhi kebutuhan energi bagi pasien.
Jenis penyakit ini biasanya timbul akibat adanya infeksi virus. Namun, bisa
juga karena infeksi bakteri yang dianggap paling serius dan dapat mengancam
jiwa. Selain itu, infeksi jamur juga bisa menjadi penyebab dari penyakit
meningitis walaupun hal ini jarang terjadi. Biasanya, infeksi tersebut dapat
menular dari satu orang ke orang lain, misalnya dari batuk, bersin, mencium,
berbagi peralatan makan, sikat gigi, ataupun rokok.
3.2 Saran
Disarankan kepada penderita pneumonia untuk menghindari faktor pencetus
dan resiko yang bisa mengakibatkan penyakit bertambah parah. Penderita
meningitis disarankan untuk menghindari merokok, menjaga kesehatan makanan
dan rutin dalam berolahraga.
20
21
DAFTAR PUSTAKA