Sie sind auf Seite 1von 2

Lima Tempat Santai di Yogyakarta

Yogyakarta memang selalu punya cerita yang menarik, plus destinasi yang tak pernah
mengecewakan. Ada banyak tempat yang seru buat dibahas sebenarnya. Tapi berhubung
dalam perjalanan kali ini agenda pertama saya adalah “leyeh-leyeh”, maka saya malas
mengunjungi pusat keramaian seperti Malioboro, Taman Sari atau pantai-pantai di
Gunung Kidul. Ada beberapa tempat yang saya singgahi dan mungkin bisa jadi referensi
buat kamu yang ingin menyepi di Yogyakarta.

Beukenhoff Restaurant

Restoran yang ada di dalam lingkungan Museum Ullen Sentalu ini pas banget buat kamu
yang ingin menyepi sendirian. Masuk ke restoran ini aja harus menaiki beberapa anak
tangga. Begitu buka pintu, kita akan disambut senyum ramah pelayan restoran. Plus
interior klasik campuran Jawa-Eropa yang sekejap saja memanjakan mata.

Kita bisa memilih duduk di dalam atau di beranda. Berhubung langit Yogyakarta mendung
dan cuaca tak terlalu panas, saya lebih memilih beranda. Dari beranda restoran
Beukenhoff, kita bisa melihat taman Ullen Sentalu yang cantiknya kebangetan. Terbawa
suasana magis ala Prancis, saya pun memesan mint tea, France sandwich dan lava cake
untuk dessert.

Awalnya saya fikir restoran bergaya Eropa ini akan membandrol harga yang cukup mahal,
tapi ternyata enggak. Yah memang lumayan mahal untuk ukuran makanan Yogyakarta
yang terkenal murah. Tapi kalua disbanding restoran di Jakarta, menurut saya di
Beukenhoff ini lebih murah. Satu pot mint tea saja hanya Rp 22.000,00 dan dessert rata-
rata seharga Rp 30.000-an.

Soal rasa, jangan ditanya. Saya jatuh cinta dengan mint tea-nya yang ternyata berwarna
hijau. Rasanya benar-benar menenangkan dan menyegarkan. Apalagi jika dinikmati
sambal menatap taman bunga. France sandwichnya pun sederhana tapi enak. Sandwich
hanya berisi keju dan dihias dengan saus strawberry. Tapi rasanya pas. Juara dari semua
pesanan saya adalah lava cake berikut es cream dan saus strawberry. Saat lava cake
dipotong langsung saja mengalir coklat dari dalamnya. Sementara bagian luar cake terasa
renyah dan tak terlalu pahit. Sempurna.

Suasana Prancis pun kembali hadir saat pelayan restoran memutar music instrumental.
Tak tanggung-tanggung, yang diputar La vi en rose dari Edith Pague yang menjadi “lagu
kebangsaan” orang-orang Prancis. La vi en rose bersahutan dengan lirih gamelan Jawa
yang dimainkan dari dalam museum Ullen Sentalu. Ah, nikmat mana lagi yang bisa
didustakan?

Filosofi Kopi

Jika Beukenhoff menawarkan konsep bergaya Eropa yang eksklusif dan sunyi, Filosofi
Kopi punya gaya yang berbeda. Kafe yang baru berdiri ini sukses menarik perhatian
segenap rakyat Yogya dan turis yang singgah ke Yogyakarta. Kurang lebih ada empat
rumah Joglo super luas yang disiapkan.

Masuknya pun harus lewat sawah/kebun dulu. Sedikit terpencil, tapi itulah justru yang
bikin menarik. Berbeda dengan Filosofi Kopi Melawai, Filosofi Kopi

Kopi Joss Lik Man

Luxury Cafe & Internet

Tempo del Gellato

Das könnte Ihnen auch gefallen