Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
a. Definisi Kehamilan
280 hari atau 40 minggu. Dihitung dari hari pertama haid terakhir.(6)
Kehamilan adalah pertemuan sel telur (ovum) dan sel sperma yang
telur atau ovum dan sel mani atau spermatozoa. Dalam air mani terdapat
spermatozoa sebanyak 100-12 juta tiap cc, kerena memiliki ekor yang
dapat bergerak, maka dalam satu jam saja spermatozoa dapat melalui
kanalis servikalis dalam kavum uteri kemudian berada dalam tuba fallopi.
dan zygote inilah yang akan berkembang menjadi janin atau fetus. (9)
c. Diagnosa Kehamilan
hari (40 minggu) dan tidak boleh lebih dari 300 hari (43 minggu) yaitu :
aterm
subjektif yang dirasakan oleh klien tetapi tidak dapat dideteksi tanpa
Gejala awal yang biasa terjadi antara lain tidak mendapat haid. Hal
haid terakhir.
mual muntah.
3). Mengidam
tuanya kehamilan.
6). Sinkope (pingsan)
7) Sering berkemih
hal ini yang menyebabkan seringnya buang air kecil. Gejala ini akan
hilang pada trimester kedua dan pada akhir kehamilan akan timbul
Gejala ini terjadi karena tonus otot menurun yang disebabkan oleh
progesterone.
9). Epulis
10). Varises
perubahan.
(2) Tanda hegar (segmen bawah rahim melunak), terjadi pada daerah
bersentuhan.
fundus uteri yang tidak rata karena daerah implantasi janin akan
lebih keras.
progesteron. Uterus pada wanita yang tidak hamil kira-kira sebesar telur
pada akhir kehamilan menjadi 1000 gram. Bentuk uterus pada bulan-
bulan pertama kehamilan seperti buah alpukat, agak gepeng. Pada bulan
agak kebiruan (livide), tanda ini disebut juga tanda Chadwick. Pembuluh-
besar.
5). Sirkulasi darah ibu
kehamilan 32 minggu.
Pada wanita hamil sering ditemukan keluhan rasa sesak dan nafas pendek
Mungkin ini akibat pada hormon estrogen yang meningkat. Tonus otot-
juga berkurang. Makanan lebih lama berada dilambung dan apa yang
air kecil, hal ini dikarenakan uterus yang mulai membesar. Keadaan ini
akan hilang dengan makin tuanya usia kehamilan. Pada akhir kehamilan
gejala ini akan timbul lagi karena kandung kemih mulai tegang lagi bila
9). Kulit
alba dikenal dengan linea gisea. Hal ini disebabkan karena terjadinya
terhadap pertumbuhan janin. Berat badan wanita hamil akan naik kira-
kira antara 6,5 kg – 16,5 kg atau rata-rata 12,5 kg selama hamil atau
a. Definisi KEK
mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu (Depkes RI, 1995). KEK
merupakan gambaran status gizi ibu di masa lalu, kekurangan gizi kronis pada
masa anak-anak baik disertai sakit yang berulang, akan menyebabkan bentuk
tubuh yang kuntet (stunting) atau kurus (wasting) pada saat dewasa. Ibu yang
memiliki postur tubuh seperti ini berisiko mengalami gangguan pada masa
Gizi ibu pada waktu hamil sangat penting untuk pertumbuhan janin yang
berkembang daripada negara-negara yang sudah maju. Hal ini disebabkan oleh
2009).
Pada umumnya, ibu hamil dengan kondisi kesehatan yang baik, dengan sistem
reproduksi yang normal, tidak sering menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi
pada masa pra-hamil maupun pada saat hamil, akan menghasilkan bayi yang lebih
besar dan lebih sehat daripada ibu-ibu yang kondisinya tidak seperti itu. Kurang
gizi yang kronis pada masa anak-anak dengan/tanpa sakit yang berulang, akan
menyebabkan bentuk tubuh “stunting/kuntet” pada masa dewasa. Ibu-ibu yang
kondisinya seperti ini sering melahirkan bayi BBLR, validitas yang rendah dan
kematian yang tinggi, lebih-lebih bila ibu tadi juga menderita anemia. Terhadap
hubungan antara bentuk tubuh ibu, sistem reproduksi dan sosial ekonomi terhadap
Ibu hamil dan WUS dengan status gizi yang baik mempunyai
kemungkinan lebih besar untuk melahirkan bayi yang sehat. Seperti pada
pengertian status gizi secara umum, maka status gizi ibu hamilpun adalah suatu
keadaan fisik yang merupakan hasil dari konsumsi, absorpsi dan utilisasi berbagai
macam zat gizi baik makro maupun mikro. Oleh karena proses kehamilan
volume darah untuk perkembangan janin, maka intake zat gizi ibu hamil juga
Implikasi ukuran LILA terhadap berat bayi lahir adalah bahwa LILA
dalam jangka panjang. Kekurangan energi secara kronis ini menyebabkan ibu
hamil tidak mempunyai cadangan zat gizi yang adekuat untuk menyediakan
volume darah untuk pertumbuhan janin, sehingga suplai zat gizi pada janinpun
lengan atas atau disebut LILA. Menurut Depkes RI (dalam Supariasa dkk. 2002)
pengukuran LILA pada kelompok WUS adalah salah satu cara deteksi dini yang
kelompok umur yang beresiko KEK. WUS yang beresiko KEK di Indonesia jika
hasil pengukuran LILA kurang dari atau sama dengan 23,5 cm atau dibagian
merah pita LILA, apabila hasil pengukuran lebih dari 23,5 cm maka tidak
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian
Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi menjadi tiga penilaian
yaitu survei konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi. (Supariasa,
2002)
(LILA)
ibu hamil misalnya dengan cara mengukur berat badan, tinggi badan, indeks
masa tumbuh, dan Lingkar Lengan Atas (LILA). Cara tersebut merupakan cara
yang sederhana dan mudah dikerjakan oleh siapa saja misalnya petugas
kesehatan di lapangan, kader kesehatan maupun masyarakat sendiri. Meskipun
cara tersebut tidak bisa dipakai untuk memantau status gizi dalam waktu
pendek, tetapi cara ini dapat digunakan dalam deteksi dini dan menapis resiko
BBLR. Penilaian yang lebih baik untuk menilai status gizi ibu hamil yaitu dengan
pengukuran LILA, karena pada wanita hamil dengan malnutrisi (gizi kurang atau
lebih) kadang-kadang menunjukkan oedem tetapi ini jarang mengenai lengan atas
(Saimin, 2006).
Jenis pengukuran antropometri yang digunakan untuk mengukur resiko KEK pada
Wanita Usia Subur (WUS) adalah Lingkar Lengan Atas (LILA). Sasaran WUS
adalah wanita pada usia 15 sampai 45 tahun yang terdiri dari remaja, ibu hamil,
ibu menyusui dan Pasangan Usia Subur (PUS). Ambang batas LILA WUS dengan
resiko KEK adalah 23,5 cm. Apabila LILA kurang dari 23,5 cm artinya wanita
melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) (Supariasa, 2002).
peranan yang sangat penting, karena periode ini janin dan plasenta dibentuk.
Kegagalan kenaikan berat badan ibu pada trisemester 1 dan 2 akan meningkatkan
bayi BBLR. Hal ini disebabkan adanya KEK yang mengakibatkan ukuran
plasenta kecil dan kurangnya suplai zat-zat makanan ke janin. Bayi BBLR
mempunyai risiko kematian lebih tinggi daripada bayi cukup bulan. Kekurangan
zat gizi pada ibu lebih cenderung mengakibatkan BBLR atau kelainan yang
bersifat umum daripada menyebabkan kelainan anatomik yang spesifik.
Kekurangan zat gizi pada ibu yang lama dan berkelanjutan selama masa
kehamilan akan berakibat lebih buruk pada janin daripada malnutrisi akut
(Soetjiningsih, 2009).
Akibat lain dari KEK adalah kerusakan struktur SSP terutama pada tahap
Dikatakan bahwa masa rawan pertumbuhan sel-sel saraf adalah adalah trisemester
3 , kehamilan sampai sekitar 2 tahun setelah lahir. Kekurangan gizi pada masa
dini perkembangan otak akan meghentikan sintesis protein dan DNA. Akibatnya
adalah berkurangnya pertumbuhan otak, sehingga lebih sedikit sel-sel otak yang
berukuran normal. Dampaknya akan terlihat pada struktur dan fungsi otak pada
(Soetjiningsih, 2009).
(KEK)
Kebutuhan makanan bagi ibu hamil lebih banyak dari pada kebutuhan
wanita yang tidak hamil. Upaya mencapai gizi masyarakat yang baik atau
c. Umur
Semakin muda dan semakin tua umur seseorang ibu yang sedang
dengan janin yang sedang dikandung. Sedangkan untuk umur tua perlu
energi yang besar juga karena fungsi organ yang melemah dan diharuskan
paling baik adalah lebih dari 20 tahun dan kurang dari 35 tahun, dengan
d. Jarak Kehamilan
jarak antara kelahiran anaknya lebih dari 2 tahun maka anak akan memiliki
probabilitas hidup lebih tinggi dan kondisi anaknya lebih sehat dibanding
janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu. Ibu tidak
memperoleh kesempatan untuk memperbaiki tubuhnya sendiri (ibu
e. Paritas
satu kali dengan janin yang telah mencapai batas viabilitas, tanpa
batas viabilitas.
lima atau lebih kehamilan yang berakhir pada saat janin telah
g. Sosial Ekonomi
g. Pengaruh KEK
Kurang energi kronik pada saat kehamilan dapat berakibat pada ibu
1. Ibu
Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi
pada ibu antara lain: Anemia, perdarahan, berat badan ibu tidak
2. Persalinan
Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan
cenderung meningkat.
3. Janin
A. Definisi BBLR
Berat badan lahir adalah berat bayi sesaat setelah dilahirkan yang secara
normal berkisar 3000 gram dengan usia kehamilan yang cukup. BBLR adalah
bayi yang dilahirkan dengan berat kurang dari 2500 gram. BBLR dibagi menjadi
dua golongan, yaitu prematur dan dismatur. Bayi prematur adalah bayi yang
dilahirkan dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat
badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan, sedangkan bayi dismatur
adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk
masa kehamilan dan merupakan bayi kecil untuk masa kehamilan (Jumiarni dan
Mulyani, 1995).
BBLR yaitu bayi yang lahir kurang dari 2500 gram. Bayi berat lahir sangat rendah
(VLBW= very low birth weight) yaitu lahir dengan berat kurang dari 1500 gram,
dan bayi berat lahir sangat rendah sekali (ELBW= extremely low birth weight)
yaitu bayi yang lahir kurang dari 1000 gram (Moore, 1997)
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain selama kehamilan, misalnya sakit berat,
komplikasi kehamilan, kurang gizi, keadaan stress pada ibu hamil dapat
mempengaruhi pertumbuhan janin melalui efek buruk yang menimpa ibunya, atau
pertumbuhan plasenta dan transport zat-zat gizi ke janin. Faktor gizi pada ibu juga
dijelaskan oleh Kusharisupeni (2007), Masalah BBLR terkait dengan anemia ibu
hamil (kadar Hb < 11 gr %) dan kurang energi kronis atau KEK yang
(Mutalazimah, 2007).
fisiologis pada ibu mempunyai dampak besar terhadap diet ibu dan kebutuhan
janin yang sangat pesat, dan agar keluaran kehamilannya berhasil Penentuan ibu
hamil melahirkan keluaran yang buruk, yang pada umumnya bayi lahir rendah
adalah gizi kurang selama kehamilan yang dapat diukur dari hal-hal
berikut:
Berat badan lahir juga sangat ditentukan oleh kondisi ibu. Penyakit yang
kondisi janin. Darah di ibu akan tersuplai ke tubuh janin sehingga bayi menderita
penyakit atau kelainan organ tubuh. Inilah yang menyebabkan bayi menjadi kurus.
Penyebab lainnya adalah kurangnya asupan nutrisi yang dikonsumsi ibu saat
hamil. Jika zat gizi yang diterima dari ibunya tidak mencukupi maka janin
tersebut akan mengalami kurang gizi dan lahir dengan berat badan rendah yang
pembentukan kualitas sumber daya manusia dimasa yang akan datang, karena
tumbuh kembang anak akan sangat ditentukan oleh kondisi pada saat janin dalam
kandungan. Selanjutnya berat lahir yang normal menjadi titik awal yang baik bagi
proses tumbuh kembang pasca lahir, serta menjadi petunjuk bagi kualitas hidup
selanjutnya, karena berat lahir yang normal dapat menurunkan risiko menderita
penyakit degeneratif pada usia dewasa. Bayi dengan berat lahir yang rendah, di
diabetes, stroke dan hipertensi, bahkan menurut hasil penelitian Thompson dkk di
Southampton (2001) mengenai birth weight and the risk of depressive disorder in
late life, bayi BBLR akan mempunyai risiko untuk mengalami depresi mental
yang terjadi pada anak-anak, remaja, dan saat kehamilan mempunyai dampak
buruk terhadap berat lahir bayi. Berat lahir rendah (< 2500 gram) dengan genap
bulan (intra uterine growth retardation) mempunyai resiko kematian yang lebih
besar daripada bayi dengan berat normal (> atau = 2500 gram) pada masa
Berat badan lahir bayi dan nilai apgar dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu
status KEK dan anemia pada ibu hamil serta karakteristik ibu antara lain usia ibu
saat kehamilan, penyakit yang diderita ibu, paritas, prematur, plasenta, kenaikan
berat badan ibu saat kehamilan dan IMT. Status KEK dipengaruhi oleh tingkat
konsumsi ibu dan faktor infeksi dimana ketika ibu kekurangan asupan energi
dalam jangka waktu yang lama maka ibu akan menderita KEK. Selain itu juga
mempengaruhi status KEK ibu, karena ketika asupan ibu dinilai cukup akan tetapi
terjadi infeksi yang tidak segera mendapatkan pengobatan maka juga akan
berpengaruh terhadap status KEK ibu hamil. KEK pada ibu hamil akan
mempengaruhi berat badan lahir bayi, karena ibu yang menderita KEK pada saat
kehamilan mempunyai resiko melahirkan BBLR 5 kali lebih tinggi dibandingkan
ibu dengan status gizi baik. Sementara itu status KEK pada ibu saat kehamilan
juga merupakan faktor pemicu untuk melahirkan bayi dengan nilai apgar yang
rendah. Selain status KEK, status anemia juga mempengaruhi berat badan lahir
bayi dan nilai apgar bayi. Seperti status KEK pada ibu hamil, status anemia juga
dipengaruhi oleh adanya asupan makanan yang mengandung zat besi (Fe) yang
rendah sehingga mengakibatkan kadar Hb ibu hamil rendah. Faktor infeksi juga
mempunyai kontribusi yang besar dalam menentukan status anemia pada ibu
hamil, karena dengan adanya infeksi maka ibu akan mengalami kehilangan darah
sehingga juga dapat mengakibatkan kadar Hb ibu rendah, tidak hanya faktor
asupan dan infeksi saja yang menjadi mempengaruhi kadar Hb ibu akan tetapi ada
peningkatan kebutuhan fisiologis, simpanan besi yang buruk dan sebagainya juga
turut dalam menentukan status anemia ibu hamil. Status anemia pada ibu hamil
karena anemia pada ibu hamil akan menyebabkan gangguan nutrisi dan
oksigonasi utero plasenta yang akan menyebabkan rendahnya berat badan lahir
4. Hubungan kurang energi kronik (KEK) dengan berat badan lahir rendah
(BBLR)
Keadaan gizi ibu hamil sangat erat hubungannya dengan berat badan bayi
yang akan dilahirkan. Masalah berat bayi lahir rendah (BBLR) saat ini
diperkirakan sebesar tujuh sampai empat belas persen. BBLR berkaitan dengan
tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius terhadap
(Siswono, 2007).
Berat bayi lahir merupakan cerminan dari status kesehatan dan gizi selama
hamil serta pelayaanan antenatal care yang diterima ibu. Gizi ibu yang buruk
sebelum kehamilan maupun sedang hamil lebih sering menghasilkan bayi BBLR
peranan yang sangat penting, karena periode ini janin dan plasenta dibentuk.
Kegagalan kenaikan berat badan ibu pada trisemester 1 dan 2 akan meningkatkan
bayi BBLR. Hal ini disebabkan adanya KEK yang mengakibatkan ukuran
plasenta kecil dan kurangnya suplai zat-zat makanan ke janin. Bayi BBLR
mempunyai risiko kematian lebih tinggi daripada bayi cukup bulan. Kekurangan
zat gizi pada ibu lebih cenderung mengakibatkan BBLR atau kelainan yang
Kekurangan zat gizi pada ibu yang lama dan berkelanjutan selama masa
kehamilan akan berakibat lebih buruk pada janin daripada malnutrisi akut
(Soetjiningsih, 2009).
Akibat lain dari KEK adalah kerusakan struktur SSP terutama pada tahap
3 kehamilan sampai sekitar 2 tahun setelah lahir. Kekurangan gizi pada masa dini
adalah berkurangnya pertumbuhan otak, sehingga lebih sedikit sel-sel otak yang
berukuran normal. Dampaknya akan terlihat pada struktur dan fungsi otak pada
(Soetjiningsih, 2009).
B. Kerangka Teori