Sie sind auf Seite 1von 27

NILAI

LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KIMIA KLINIK


PRAKTIKUM IV
PENETAPAN KADAR KOLESTEROL DAN KADAR TRIGLISERIDA

Hari, Tanggal Praktikum: Senin, 21 Mei 2018


I KADEK ANGGA MARDANA
NIM 161200051/A1-B

PROGRAM STUDI FARMASI KLINIS


INSTITUT ILMU KESEHATAN MEDIKA PERSADA BALI
DENPASAR
2018
“PENETAPAN KADAR KOLESTEROL”

I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara penentuan kadar kolesterol.
2. Mahasiswa dapat melakukan penentuan dan pemeriksaan kadar kolesterol pada
sampel.
3. Mahasiswa dapat mengetahui kadar kolesterol pada sampel.
4. Mahasiswa dapat menentukan kuantitas in vitro dari kolesterol total dalam serum.

II. PRINSIP PRAKTIKUM


Kolesterol total ditetapkan langsung di dalam plasma atau serum dengan satu
sisi reaksi dimana ester kolesterol dihidrolisis, gugus 3-OH kolesterol dioksidasi,
kemudian hydrogen peroksida yang merupakan salah satu hasil reaksi ditetapkan
secara enzimatis.

Ester kolesterol + H2O kolesterol + asam-asam lemak


Kolesterol + O2 kolestenon + H2O2
Kolesterol Esterase
2 H2O2+ fenol +Kolesterol
4-aminoantipyrine
Oksidase quinoneimine + H2O
Peroksidase (red dye)
Intensitas warna merah yang dihasilkan berbanding lurus dengan total
kolesterol dalam sampel, absorbansi warna diukur pada panjang gelombang 500nm.

III. DASAR TEORI


Kolesterol adalah salah satu jenis lemak atau senyawa lipid di dalam tubuh.
Tubuh memperoleh kolesterol dari sumber makanan eksogen (diet) dan sintesis
lemak endogen (diproduksi oleh tubuh). Kolesterol dalam beberapa lemak di
dalam darah seperti trigliserida dan fosfolipid merupakan senyawa organic yang
tidak larut di dalam plasma (cairan) darah,tetapiterikat oleh suatu protein yang
disebut lipoprotein. Ada 5 jenis protein, yaitu kilomikron, very low density
lipoprotein (VLDL), intermediet density lipoprotein (IDL), low density lipoprotein
(LDL), dan high density lipoprotein (HDL). Kelima jenis lipoprotein tersebut,
kilomikron dan VLDL lebih banyakmengandung porsi trigliserida, sedangkan LDL
dan HDL lebih banyak mengandung porsi kolesterol (mayes, 1995).
Kolesterol adalah salah satu sterol yang penting dan terdapat banyak di alam.
Dari rumus kolesterol dapat dilihat bahwa gugus hidroksil yang terdapat pada atom
C nomor 3 memiliki posisi oleh karena dihubungkan dengan garis penuh.
Gambar 1 : Rumus Kolesterol
Kolesterol terdapat pula pada hampir semua sel hewan dan semua manusia.
Pada manusia kolesterol terdapat dalam darah, empedu, kelenjar adrenal bagian
luar (adrena kortex) dan jaringan syaraf (Poedjiadi, 1994).
Serum adalah cairan tubuh yang mengandung system kekebalan terhadap suatu
kuman. Serum terdapat dalam darah berupa cairan bening pada darah yang
membeku (Seda, 2008).
Biosintesis kolesterol dapat dibagi menjadi 5 tahap :
i. Sintesis mevalonat, suatu senyawa 6-karbon dan asetil Ko-A.
ii. Enam isoprenoid mengadakan kondensasi untuk membentuk senyawa
skualena.
iii. Unit isoprenioid dibentuk dari mevalonat melalui pelepasan CO2.
iv. Skualena mengalami siklisasi untuk menghasilkan senyawa steroid
induk.
v. Kolesterol dibentuk dari kolesterol setelah melewati beberapa tahap
selanjutnya termasuk pelepasan 3 gugus metil.
Sementara itu, pemeriksaan kadar kolesterol total menggunakan penetapan
kadar kolesterol serum dengan metode enzimatik fotometrik test CHOD-PAP
(cholesterol Oxidase Phenol Aminoantipyrin). Prinsip metode ini adalah
penguraian kolesterol dan esternya menjadi peroksida dengan hidrolisa dan
oksidasi enzimatik.

Gambar 2 : Penguraian Kolesterol dan Esternya menjadi Peroksida


dengan Hidrolisa dan Oksidasi Enzimatik
(anonim,
2007)

IV. ALAT DAN BAHAN


4.1 ALAT
a. Tabung reaksi
b. Mikropipet
c. Tissue
d. Kuvet
e. Spektrofotometer
f. Beaker glass
g. Yellow tip dan blue tip
h. Timer/Stopwatch
i. Water bath
4.2 BAHAN
a. Serum
b. Aquadest
c. Larutan Standar

V. CARA KERJA

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.


2. Dipipet masing-masing sampel dengan mikropipet, standar dan reagen :
Blanko Standard Sampel
Reagent (µl) 1000 1000 1000
Aquadest(µl) 10 - -
Standard (µl) - 10 -
Sampel (µl) - - 10
3. Campuran didalam tabung reaksi dihomogenkan dan diberi label , dipanaskan di
dalam penangas air selama 5 menit dengan suhu 370C
4. Dibaca absorbansinya dengan spektrofotometer pada λ 500 nm, dimulai dari
blanko, standar kemudian sampel.
5. Hasil dicatat dan dihitung kadar kolesterol sampel serum tersebut.

VI. HASIL PENGAMATAN


5.1 NILAI RUJUKAN
Desirable Cholesterol <200 mg/dl
Borderline-High Cholesterol 200-239 mg/dl
High Cholesterol >240 mg/dl

5.2 HASIL PENGAMATAN

NO Tabung Absorbansi

1 Blanko 0.000 nm

2 Standard 0.659 nm

5 Sampel 0.486 nm
Penetapan kadar kolesterol dalam sampel serum darah D dengan
konsentrasi standar kolesterol 200 mg/dl

5.3 PERHITUNGAN

C. Kolesterol =

Dalam uji kadar kolesterol, nilai yang dikatakan normal pada pemeriksaan
kadar kolesterol berada pada rentang <200 mg/dl dan nilai hasil penetapan kadar
kolesterol dalam serum adalah 147 mg/dl, maka diketahui bahwa tidak terjadi
terjadi peningkatan kolesterol yang menunjukkan kadar kolesterol pasien masih
berada pada rentang desirable cholesterol/kadar kolesterol yang diinginkan.

VI. PEMBAHASA N
Kolesterol adalah lemak berwarna kekuningan berbentuk seperti lilin yang
diproduksi oleh tubuh manusia, terutama di dalam liver (hati). Kolesterol
terbentuk secara alamiah. Dari segi ilmu kimia, kolesterol merupakan senyawa
lemak kompleks yang dihasilkan oleh tubuh dengan bermacam-macam fungsi,
antara lain untuk membuat hormon seks, hormon korteks adrenal, vitamin D,
dan untuk membuat garam empedu yang membantu usus untuk menyerap
lemak. Jadi, bila kadarnya normal, kolesterol adalah lemak yang berperan
penting dalam tubuh. Namun, jika terlalu banyak, kolesterol dalam aliran darah
justru berbahaya bagi tubuh (Nilawati, 2008).
Kolesterol ialah jenis khusus lipid yang disebut steroid. Steroids ialah lipid
yang memiliki struktur kimia khusus:
Gambar 3 : Struktur Kimia Steroid
Tubuh manusia dan hewan yang normal akan berusaha memelihara
konsentrasi plasma kolesterol dengan cara mengatur sintesis dan ekskresi
kolesterol. Kolesterol yang melebihi kebutuhan tubuh akan dieliminir melalui
empedu, tetapi walapun begitu jika pasok kolesterol dari makanan berlebih yang
akhirnya melebihi kebutuhan tubuh, maka akan berakibat kurang baik bagi
tubuh dan dapat menimbulkan berbagai gangguan fisiologi seperti
artherosklerosis yang manifestasinya dapat menjadi penyakit jantung koroner
atau stroke.
Kadar kolesterol dapat ditentukan dengan 3 metode, yaitu metode
kolorimetri, enzimatik dan kromatografi. Pada praktikum ini penentuan kadar
kolesterol dilakukan menggunakan metode enzimatik. Dipilih metode enzimatik
karena metode enzimatik memiliki sifat yang spesifik dibandingkan metode
yang lain.
Sampel yang digunakan berupa darah yang disentrifugasi sehingga terbentuk
dua lapisan yaitu serum dan plasma. Serum merupakan suatu cairan darah yang
sudah tidak mengandung faktor pembekuan (fibrinogen). Sedangkan plasma
merupakan cairan darah yang masih mengandung faktor pembekuan. Oleh
karena itu, digunakanlah serum sebagai sampel karena serum merupakan suatu
cairan darah yang menjadi tempat sirkulasi kolesterol. Jadi, secara otomatis
kolesterol pasti terkandung di dalam serum. Selain itu juga komposisi serum
lebih sederhana dibandingkan komposisi plasma.
Pada praktikum patologi kimia klinik pertemuan keempat ini adalah
menentukan kadar kolesterol pada darah. Hal ini dilakukan agar mahasiswa
dapat menyiapkan pasien untuk pemeriksaan kolesterol dalam darah, kemudian
mahasiswa dapat menginterprestasikan hasil laboratorium yang diperoleh. Pada
manusia, 60-70% diangkut oleh LDL, 20-35% oleh HDL dan 5-12% ole VDL.
Maka dari itu, praktikan ingin mengetahui seberapa banyakkah kolesterol di
dalam darah manusia, yakni dengan cara pemeriksaan kolesterol pada sampel
darah tertentu.
Preparasi pertama yang harus dilakukan adalah dengan cara
mempersiapkan segala alat dan bahan yang diperlukan untuk praktikum ini
diantaranya yaitu sampel darah dengan kode D . Adapun sampel darah yang
akan digunakan disimpan di dalam tabung darah khusus. Dalam pelaksanaannya
harus dengan hati-hati agar darah tidak terkontaminasi oleh zat lain, sehingga
tidak akan mengganggu dalam hal pemeriksaan.
Serum merupakan darah yang telah dipisahkan dari sel-sel darah merah dan
zat-zat koagulan serta biasanya berwarna kuning pucat. Larutan reagen
merupakan campuran dari beberapa enzim yang dapat mengubah kolesterol
menjadi suatu senyawa berwarna sehingga dapat dideteksi oleh spektrofotometri
UV-Vis.
Pada proses pengambilan larutan, yaitu aquadest, reagen, dan sampel
dilakukan dengan menggunakan mikropipet (pipet piston). Hal ini disebabkan
jumlah larutan yang diambil sangat sedikit (10 μL). Sebelum pipet piston
digunakan, bagian atas pipet yang disebut thumb knob sebaiknya ditekan
berkali-kali untuk memastikan lancarnya mikropipet. Setelah itu tip bersih
dimasukkan ke dalam nozzle / ujung pipet piston sampai pas (tidak jatuh).
Thumb knob ditekan sampai hambatan pertama / first stop, jangan ditekan lebih
ke dalam lagi karena cairan yang terambil akan lebih besar daripada jumlah
yang sebenarnya. Setelah itu, tip dimasukkan ke dalam cairan sedalam 3-4 mm
karena jika kurang dari nilai tersebut dikhawatirkan cairan tidak terambil
sempurna (ada gelembung udara yang terambil), sedangkan jika lebih dari nilai
tersebut dikhawatirkan terdapat kontaminan dari tip pipet. Selanjutnya pipet
ditahan dalam posisi vertikal kemudian tekanan dari thumb knob dilepaskan
sehingga cairan masuk ke tip. Ujung tip dipindahkan ke dalam kuvet. Untuk
mengeluarkan cairannya, thumb knob ditekan sampai hambatan kedua / second
stop atau ditekan semaksimal mungkin sehingga semua cairan keluar dari ujung
tip. Pipet piston digunakan dalam percobaan ini karena memiliki ketelitian,
sensitivitas, dan spesifisitas yang tinggi bila dibandingkan dengan pipet gelas.
Pada kuvet blanko, setelah dimasukkan aquadest dan larutan reagent, kuvet
digoyang agar larutan tercampur secara sempurna. Setelah itu kuvet
diinkubasikan pada suhu ruang yaitu 37oC selama 5 menit. Tujuan dilakukannya
inkubasi pada suhu kamar selama 5 menit adalah agar kerja atau aktivitas enzim
optimal karena reaksi yang terjadi antara sampel dengan reagen adalah reaksi
enzimatik yang berjalan lambat. Apabila inkubasi dilakukan pada suhu yang
lebih rendah (< 25ºC atau < 37ºC) dan waktu inkubasi kurang dari 5 menit kerja
enzim kurang optimal. Sedangkan jika inkubasi dilakukan pada suhu yang lebih
tinggi (> 25ºC atau >37ºC) dan waktu inkubasi lebih dari 5 menit maka akan
terjadi denaturasi protein dan membuat kerja enzim berkurang. Selain itu,
biasanya akan terbentuk substrat lain. Inkubasi ini juga dilakukan untuk kuvet
standar dan kuvet sampel. Pengukuran blanko perlu dilakukan karena
dikhawatirkan terjadi perubahan reagen pada saat inkubasi dan memberikan
serapan pada panjang gelombang pengukuran.
Saat proses inkubasi, terjadi reaksi antara reagen dengan kolesterol yang
terdapat pada larutan standar dan sampel. Setelah diinkubasi, kedua larutan yang
tadinya berwarna bening dalam masing-masing kuvet berubah menjadi warna
merah rosa. Warna merah tersebut menandakan telah terjadinya reaksi antara
enzim dengan kolesterol. Warna merah tersebut berasal dari senyawa
quinoneimine, yang merupakan hasil reaksi antara reagen dan kolesterol. Reaksi
yang terjadi yaitu sebagai berikut :

Gambar 4 : Hasil Reaksi antara Reagen dan Kolesterol


Perubahan warna (menjadi berwarna merah) diperlukan agar campuran
larutan dapat diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer UV-
Vis, khususnya dengan sinar visibel. Quinoeimine akan terukur absorbansinya
pada panjang gelombang 500 nm dan nilai absorbansi tersebut sebanding
dengan kadar kolesterol dalam darah. Setelah inkubasi selesai, masing-masing
larutan blanko, standard dan sampel diukur absorbansinya dengan
spektrofotometer. Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang 500 nm yang
merupakan panjang gelombang maksimum untuk quinoeimine.
Blanko yang sudah disimpan kemudian diperiksa oleh instrumen
spektofotometri untuk mengetahui panjang gelombang (λ) yang nantinya akan
digunakan dalam pemeriksaan sampel. Absorbansi yang diperoleh pada saat
pengukuran larutan sampel adalah 0,659 nm. Sedangkan absorbansi larutan
standar adalah 0,486 nm. Karena larutan blanko memberikan absorbansi yaitu
0,000 maka absorbansi masing-masing sampel dan standar dikurangi dengan
nilai absorbansi blanko agar diperoleh absorbansi sampel dan standar yang
sebenarnya. Nilai dari kedua absorbansi tersebut dapat digunakan untuk
menghitung kadar kolesterol dalam sampel dengan menggunakan rumus :

Nilai konsentrasi kolesterol dalam sampel yang diperoleh dari


perhitungan sebesar 147 mg/dl. Nilai tersebut merupakan nilai standar (normal)
adalah dibawah 200 mg/dl.
Adapun yang mepengaruhi hasil temuan laboratorium, sebagai berikut :
1. Kuvet
Kuvet yang digunakan merupakan kuvet kwarsa yang sudah
pernah digunakan sebelumnya. Syarat-syarat kuvet yang baik untuk
mendapatkan hasil yang baik adalah kuvet yang digunakan tidak
boleh terdapat goresan agar cahaya yang masuk kedalah kuvet tidak
mengalami pemantulan cahaya sehingga akan didapatkan hasil yang
tepat dan akurat. Karena kuvet yang digunakan pada praktikum kali
ini sudah pernah digunakan sebelumnya, maka kemungkinan untuk
teradpatnya gorasan pada kuvet juga menjadi semakin besar, sehingga
cahaya yang masuk kedalam kuvet menjadi tidak maksimal sehingga
kadar kolesterol didalam darah yang didapatkan juga akan berbeda.

2. Faktor pemipetan sampel


Pemipetan sampel termasuk kedalam faktor yang dapat
mempengaruhi hasil karena penekanan mikropipet pada masing-
masing orang berbeda, Hal tersebut juga yang dapat mempengaruhi
hasil dari pemeriksaan sampel.
3. Spektrofotometer
Pada praktikum, spektrofotometer yang digunakan diletakkan
diatas meja kayu dan disampingnya terdapat incubator. Hal tersebut
juga dapat mempengaruhi kualitas dari uji spektrofotometer.
Spektrofotometer merupakan alat yang sebaiknya ditempatkan diatas
meja beton agar hasil yang didapatkan menjadi lebih stabil. Jika
ditaruh diatas meja kayu, cahaya yang dikeluarkan oleh
spektrofotometer dapat terganggu jika adanya getaran pada meja
tersebut, sehingga pemeriksaan yang dilakukan juga menjadi tidak
maksimal.
4. Pemanasan larutan standar dam sampel pada water bath
Waktu pemanasan larutan standar dan sampel pada water bath
juga dapat mempengaruhi hasil dari pemeriksaan kolesterol didalam
darah. Pada saat praktikum, waktu pemanasan kurang pas yang
diakibatkan karena waktu pemanasan larutan standar dengan sampel
tidak dilakukan secara bersamaan. Hal tersebut mengakibatkan tidak
tepatnya waktu pemanasan pada larutan standar dan sampel sehingga
hasil yang didapatkan juga kurang akurat.

VII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa hasil pengukuran kadar
kolesterol didalam darah mendapatkan hasil yang valid yaitu 147 mg/dl karena
kadar yang didapatkan berada pada rentang normal dibawah 200 mg/dl, berarti
pasien mengalami gangguan kolesterol seperti hiperkolesterolemia. Pada
pemeriksaan kolesterol serum dipengaruhi banyak faktor diantaranya persiapan
pasien, pengumpulan sampel, persiapan sampel, penanganan sampel (sampel dapat
terhemolisis) dan metode yang digunakan seperti metode CHOD-PAP. Penundaan
yang tidak sesuai dengan prosedur dapat mempengaruhi pemeriksaan kadar
kolesterol darah. Penundaan pemeriksaan juga beresiko terjadinya kontaminasi
mikroorganisme pada sampel. Waktu inkubasi pemeriksaan kolesterol serum
dengan waktu yang tidak sesuai prosedur dapat mempengaruhi hasil karena
perubahan dari zat-zat terlarut didalamnya. Adapun pengaruh hasil laboratorium
adalah pemipetan sampel, kuvet, alat spektofotometer, dan waktu pemanasan pada
water bath yang tidak tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Fridrickson.1967. Hyperlipidemia.http://medicastore.com/nutracare/isi_choles
s.php?isi_choless=hiperlipid (akses tanggal 30 maret 2013).
Nilawati, S. 2008. Care Yourself Kolesterol. Jakarta: Penerbit Penebar Plus.
(Akses : 18 Oktober 2014).
Ridwanaz. 2010. Pengertian kolesterol. http://ridwanaz.com/http://
ridwanaz.com/kesehatan/pengertian-kolesterol/akses tanggal (30
Maret 2013).
Satriaperwira. 2008. Patofisiologi Pembentukan Plaque from various sources.
http://satriaperwira.wordpress.com/2008/12/26/patofisiologi-
pembentukan-plaque/ (akses tanggal 31 maret 2012)
Soeharto, I. 2004.Serangan Jantung dan Stoke Hubungannya Dengan Lemak dan
Kolesterol. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

TTD MAHASISWA
TTD DOSEN

“PENETAPAN KADAR TRIGLISERIDA”

I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara penentuan kadar trigliserida.
2. Mahasiswa dapat melakukan penentuan dan pemeriksaan kadar trigliserida pada
sampel.
3. Mahasiswa dapat mengetahui kadar trigliserida pada sampel.
4. Mahasiswa mampu menentukan kuantitas in vitro dari trigliserida dalam serum.

II. PRINSIP PRAKTIKUM


Untuk menetapkan kadar trigliserida dalam serum pasien digunakan metode
CHOD-PAP (Cholesterol Oxidase Phenol Aminoantypirine). Prinsip pengukurannya
adalah trigliserida diukur setelah melalui proses oksidasi dan hidrolisis enzimatik.
Indikator kuinonimin dibentuk dari hydrogen peroksida dan 4-aminofenanzon yang
berasal dari fenol dan peroksidase.

Reaksinya :

III. DASAR TEORI


Trigliserida merupakan lipid yang memiliki struktur ester, yang tersusun oleh
tiga molekul asam lemak bebas dan satu molekul gliserol seperti yang ditunjukan
pada Gambar 1 (Zulfikar, 2010) :

Gambar 1. Struktur trigliserida yang disusun oleh molekul


gliserol dan tiga molekul asam lemak bebas
Reaksi kimia untuk trigliserida pada prinsipnya memiliki kesamaan dengan
senyawa alkena dan ester, misalnya trigliserida dapat terhidrogenasi oleh gas
Hidrogen yang dikatalisis oleh logam nikel atau platina, reaksi untuk senyawa
tersebut disajikan dalam persamaan reaksi pada gambar 2 (Zulfikar,2010):

Gambar 2. Reaksi hidrogenasi trigliserida

Reaksi hidrolisis pada trigliserida akan menghasilkan gliserol dan asam lemak.
Reaksi ini dapat berlangsung dalam suasana asam atau basa atau dapat pula dengan
bantuan enzim. Reaksi hidrolisis dari trigliserida dapat dilihat pada persamaan di
bawah ini (Zulfikar,2010) :

Gambar 3. Reaksi Hidrolisi trigliserida


Trigliserida merupakan jenis lemak yang dapat ditemukan dalam darah dan
merupakan hasil uraian tubuh pada makanan yang mengandung lemak dan
kolesterol yang telah dikonsumsi dan masuk ke tubuh serta juga dibentuk di hati
(Ayu,2011).

Setelah mengalami proses di dalam tubuh, trigliserida ini akan diserap usus
dan masuk ke dalam plasma darah yang kemudian akan disalurkan ke seluruh
jaringan tubuh dalam bentuk klomikron dan VLDL (very low density lipoprotein)
(Ayu, 2011).
Trigliserida dalam bentuk klomikron berasal dari penyerapan usus setelah
konsumsi makanan berlemak. Sebagai VLDL, trigliserida dibentuk oleh hati
dengan bantuan insulin dari dalam tubuh (Ayu, 2011).
Sementara itu, trigliserida yang berada di luar hati dan berada dalam jaringan
misalnya jaringan pembuluh darah, otot, jaringan lemak akan dihidrolisis oleh
enzim lipoprotein lipase. Sisa hidrolisis kemudian akan dimetabolisme oleh hati
menjadi kolesterol LDL (Ayu, 2011).
Kalori yang didapatkan tubuh dari makanan yang dikonsumsi tidak akan
langsung digunakan oleh tubuh melainkan disimpan dalam bentuk trigliserida
dalam sel-sel lemak di dalam tubuh yang berfungsi sebagai energi cadangan tubuh
(Ayu, 2011).
Asupan makanan yang mengandung kadar lemak jenuh yang tinggi dapat
meningkatkan efek trigliserida di dalam tubuh seseorang. Jika kadar trigliserida
meningkat, maka kadar kolesterol pun akan meningkat pula (Ayu, 2011).
Proses pencernaan lemak dari makanan selain menghasilkan kolesterol juga
menghasilkan trigliserida dan lemak bebeas semua lemak ini akan diserap oleh
tubuh melalui usus ke dalam darah. Keberadaan kolesterol dan trigliserida dalam
darah memang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Jika pengkonsumsian makanan yang
mengandung lemak jenuh berlebihan maka mengakibatkan kadar kolesterol
berlebihan juga. Hal ini akan menimbulkan ancaman dan masalah yang serius,
terutama pada penyakit pembuluh darah yang disebut aterosklerosis. Penyakit ini
dapat memicu timbulnya penyakit jantung coroner dan stroke (Wijayakusuma,
Hembing, 2003).
Trigliserida yang berlebih dalam tubuh akan disimpan di dalam jaringan kulit
sehingga tubuh terlihat gemuk. Seperti halnya kolesterol, kadar trigliserida yang
terlalu berlebih dalam tubuh dapat membahayakan kesehatan (Ayu, 2011).
Namun, trigliserida dalam batas normal sebenarnya sangat dibutuhkan tubuh.
Asam lemak yang dimilikinya bermanfaat bagi metabolisme tubuh. Selain itu,
trigliserida memberikan energi bagi tubuh, melindungi tulang, dan organ-organ
penting lainnya dalam tubuh dari cedera (Ayu, 2011).
Trigliserida dikelompokkan menjadi (Putri, 2011):
a. Lemak Jenuh (lemak jahat)
Berbentuk padat pada suhu ruangan dan dikenal sebagai lemak jahat.
Umumnya lemak jenuh terdapat dalam produk hewani. Semakin banyak
konsumsi lemak jenuh, maka akan semakin tinggi kadar koleseterol
dalam darah. Contoh makanan yang mengandung lemak jenuh : susu
murni, keju berlemak, cokelat, daging, kelapa, mentega, babi, hati, ayam.
Sebaiknya jangan terlalu banyak mengkonsumsi jenis lemak jenuh ini.
b. Lemak Tidak Jenuh (lemak baik)
Berbentuk cair atau lunak jika berada pada suhu ruangan. Lemak ini
dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Jenis lemak tidak jenuh
ini merupakan jenis lemak baik. Lemak ini terbagi dua yaitu lemak tidak
jenuh tunggal dan lemak tidak jenuh ganda. Contoh makanan yang
mengandung lemak tidak jenuh tunggal adalah zaitun, minyak kacang
tanah, beberapa margarine yang non-dihidrogenasi, almond, kacang
mete.
Sementara lemak tidak jenuh ganda bersumber dari makanan yang
mengandung omega 3 (contoh: ikan salmon, makarel, dan sarden, biji
rami, walnut, dan minyak dan margarin yang non-hidrogenasi dibuat dari
kanola, biji rami dan kedelai. Konsumsi setidaknya 2 porsi ikan per
minggu) dan omega 6 (bunga matahari, kedelai dan minyak jagung,
walnut, almond, biji wijen dan beberapa margarine non-dihidrogenasi).
Jenis lemak trans akan meningkatkan kolesterol. Lemak ini
terbentuk selama proses kimiawi (misalnya proses pemasakan) yang
disebut hidrogenasi. Hidrogenasi adalah ketika sebuah lemak cair
berubah menjadi lemak yang lebih padat. Kebanyakan margarine
mengandung lemak trans. Untuk itu, pilih margarine yang tidak
mengandung lemak trans (Anda bisa melihat label yang tertera pada
kemasannya).
Lemak trans berbahaya dan sebaiknya dihindari karena jenis lemak
trans bertindak seperti lemak jenuh di dalam tubuh manusia yang
akhirnya dapat meningkatkan kolesterol.
Menurut the National Cholesterol Education Program, kadar
trigliserida yang normal adalah kurang dari 150 mg/dL. Kadar yang
termasuk perbatasan tinggi adalah 150-199, dan 200-499 termasuk dalam
tinggi (Budi, 2011).
Penentuan kadar trigliserida dapat dilakukan dengan metode
enzimatik. Dimana reaksi yang terjadi pada penetapan kadar trigliserida
adalah dengan terbentuknya senyawa kompleks 4-(p-benzokinon-
monoimino)-fenazon yang berwarna kuning kecoklatan, yang kemudian
diukur serapannya pada panjang gelombang 500 nm. Mekanisme
reaksinya adalah sebagai berikut: trigliserida dengan adanya
enzim lipoprotein lipase akan dihidrolisis menjadi gliserol dan asam
lemak. Gliserol dengan adanya adenosine trifosfat (ATP) oleh enzim
gliserol kinase dirubah menjadi gliserol-3-fosfat. Selanjutnya gliserol-3-
fosfat dioksidasi oleh enzim gliserol fosfat oksidase menjadi
dihidroksiasetonfosfat dan hidrogen peroksida. Hidrogen peroksida yang
terbentuk bereaksi dengan 4-aminofenazon dan 4-klorofenol membentuk
senyawa 4-(p-benzokuinon-monoimino)-fenazon yang berwarna kuning
kecoklatan (Dachriyanus, et al., 2007).
Ambang batas kadar trigliserida dalam darah adalah sebagai berikut
(Budi, 2011):
a. Kadar yang diingini : maksimal 150 mg / dl
b. Kadar ambang batas tinggi : antara 151 - 250 mg /dl
c. Kadar trigliserida tinggi : 251 - 400 mg / dl
d. Kadar trigliserida amat tinggi : 401 mg / dl atau
lebih
Adiposit menghasilkan dan mensekresi beberapa protein yang
berperan sebagai hormon. Hormon yang dikenal sebagai adiponektin,
berperan penting dalam proses radang, dan aterosklerotik. Adiponektin
merupakan salah satu dari banyak faktor spesifik jaringan adipose.
Pengaruh adiponektin pada metabolisme trigliserida adalah dengan
melibatkan perubahan intrinsik pada metabolisme lemak di otot skelet
dan berpengaruh terhadap aktivitas lipoprotein lipase di otot skelet dan
adiposit. Adiponektin dapat menurunkan akumulasi trigliserida di otot
skelet dengan meningkatkan oksidasi asam lemak melalui aktivasi acetyl
coA oxidase, Carnitine Palmytoyl Transferase-1 (CPT-1) dan AMP
kinase. Adiponektin juga dapat menstimulasi Lipoprotein Lipase (LPL),
yang merupakan enzim lipolitik yang dapat
mengkatabolis VLDL melalui peningkatan ekspresi Peroxisome
Proliferators Activator Receptor γ (PPARγ) di hati dan adiposit. Pada
tingkat hepatik, adiponektin dapat menurunkan suplai Non Esterified
Fatty Acid (NEFA) ke hati pada proses glukoneogenesis, sehingga terjadi
penurunan sintesis trigliserida. Kadar adiponektin yang rendah dan
dislipidemia pada penderita diabetes melitus tipe 2 berhubungan dengan
kadar LPL (Renaldi, Olly, 2009).
Untuk diet menurunkan kadar trigliserida mulailah dengan (Budi,2011):
a) Perbanyak makanan tinggi protein tak berlemak
b) Ganti karbohidrat dengan nilai glikemik tinggi dengan
karbohidrat
berglikemik rendah.
c) Perbanyak konsumsi buah-buahan dan sayuran segar yang
mengandung serat tinggi.
d) Ganti konsumsi lemak jenuh dan trans dengan lemak yang
baik.
e) Turunkan total lemak makanan sampai 20%-30% dari kalori.
f) Kurangi intake kalori untuk menurunkan berat badan dan
pertahankan
berat badan yang ideal.
g) Berolah raga minimal 30 menit per hari.
h) Hentikan kebiasaan merokok dan minum minuman beralkohol.
IV. ALAT DAN BAHAN
4.1 ALAT
a. Tabung reaksi
b. Mikropipet
c. Tissue
d. Kuvet
e. Spektrofotometer
f. Beaker glass
g. Yellow tip dan blue tip
h. Timer/Stopwatch
i. Water bath
4.2 BAHAN
a. Serum (sampel)
d. Aquadest
d. Larutan Standar
V. CARA KERJA

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.


2. Dipipet masing-masing sampel dengan mikropipet, standar dan reagen :
Blanko Standard Sampel
Reagent (µl) 1000 1000 1000
Aquadest(µl) 10 - -
Standard (µl) - 10 -
Sampel (µl) - - 10

3. Campuran didalam tabung reaksi dihomogenkan dan diberi label , dipanaskan di


dalam penangas air selama 5 menit dengan suhu 15-250C
4. Dibaca absorbansinya dengan spektrofotometer pada λ 505 nm, dimulai dari
blanko, standar kemudian sampel.
5. Hasil dicatat dan dihitung kadar trigliserida sampel serum tersebut.

VI. HASIL PENGAMATAN


5.1 NILAI RUJUKAN
Kadar trigiserida ( Laki-laki ) 40-160 mg/dl
Kadar trigiserida ( wanita ) 35-135 mg/dl

5.2 HASIL PENGAMATAN

NO Tabung Absorbansi

1 Blanko 0.000 nm

2 Standard 0.098 nm

3 Sampel 0.035 nm

5.3 PERHITUNGAN

C.Trigliserida =
Dalam uji kadar trigliserida, nilai yang dikatakan normal berada pada
rentang 40-160 mg/dl untuk laki-laki sedangkan untuk perempuan 35-135
mg/dl dan nilai hasil penetapan kadar trigliserida dalam serum adalah 71.42
mg/dl maka diketahui bahwa tidak terjadi peningkatan kadar trigliserida yang
menunjukkan adanya disfungsi pada hati.

VI. PEMBAHASAN
Tujuan dari percobaan kali ini adalah menyiapkan pasien untuk
pemeriksaan trigliserida dalam darah dan menginterpretasikan hasil
laboratorium yang diperoleh. Prinsip pengukurannya adalah trigliserida diukur
setelah melalui proses oksidasi dan hidrolisis enzimatik.
Indikator kuinonimin dibentuk dari hidrogen peroksida dan 4-aminofenanzon
yang berasal dari fenol dan peroksidase.

Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :


Pada percobaan ini, reaksi yang terjadi adalah enzim lipase akan
memperantarai hidrolisis trigliserida menjadi gliserol dan asam-asam lemak.
Selanjutnya gliserol ini akan mengalami fosfatasi dengan bantuan enzim
gliserol kinase yang akan menghasilkan gliserol-3-fosfat. Kemudian gliserol-3-
fosfat akan dioksidasi menghasilkan dihidroksi-aseton-fosfat dan hidrogen
peroksida (H2O2). Pada tahap selanjutnya, hidrogen peroksida inilah yang akan
bereaksi dengan 4-aminofenazon dan 4-klorofenol dengan bantuan enzim
peroksidase membentuk kompleks kuinonimin yang berwarna merah muda
yang kemudian dapat diukur secara fotometrik.
Prinsip dari pengujian ini adalah dengan menembakkan energi dengan
panjang gelombang tertentu (dalam percobaan ini λmaks yang digunakan adalah
490-550 nm) pada suatu senyawa (dalam hal ini adalah kuinonimin). Hal ini
membuat elektron dari senyawa tersebut akan tereksitasi ke orbital yang lebih
tinggi. Setelah mengalami eksitasi, elektron tersebut akan turun kembali
ke ground state (keadaan dasar), sambil melepaskan emisi yang akan terukur
oleh detektor. Salah satu yang memegang peranan penting dalam pengujian
kali ini adalah adanya gugus kromofor dalam kuinonimin berupa ikatan
rangkap terkonjugasi, keton, dan imina.
Setelah serum didapat, diambil sebanyak 10 µL dan ditambahkan reagen
sebanyak 1000 µL dan diaduk dengan tujuan agar serum dan reagen homogen.
Larutan blanko dibuat dengan mengambil aquadest dan reagen sebanyak 10 µL
dan 1000 µL. Tujuan dari pembuatan larutan blanko adalah aquades (pelarut)
yang digunakan tidak memililiki daya absorbansi (tidak mempengaruhi hasil
pengukuran) sehingga ketika kita mengukur sampel, hanya kadar trigliserida
yang ingin kita ukur saja yang dapat terukur. Kemudian dibuat juga larutan
standar yang berisi 10 µL standar trigliserida 200 mg/dL dan reagen sebanyak
1000 µL. Larutan standar ini digunakan sebagi pembanding bagi sampel.
Kemudian sampel didiamkan selama 20 menit. Hal ini dimaksudkan agar
didapatkan hasil yang optimal dimana reagen dan sampel bereaksi optimal
karena reaksi yang terjadi merupakan reaksi enzimatis yang berjalan lambat.
Setelah itu dilakukan pengukuran aktivitas serum dengan spektrofotometer
UV-Vis dengan panjang gelombang 505 nm. Pada panjang gelombang inilah
diharapkan hasil yang didapat daya absorbansinya optimal. Pada saat
menggunakan alat spekrofotometer UV-Vis, kuvet yang akan digunakan harus
dicuci bersih agar tidak ada kontaminan. Adanya kontaminan menyebabkan
pengukuran tidak tepat sehingga hasil pemeriksaan kadar trigliserida akan
salah.
Dari hasil pengukuran didapat bahwa absorbansi standar dan blanko
adalah 0,098 nm dan 0,000 nm sedangkan aborbansi sampel kelompok saya
adalah 0,035 nm dengan kode sampel D. Dari hasil perhitungan, didapatkan
kadar trigliserida yang diukur oleh kelompok saya adalah sebesar 71,42 mg/dl.
Berdasarkan literatur, ambang batas kadar trigliserida dalam darah adalah
sebagai berikut (Budi,2011):
a. Kadar yang diingini : maksimal 150 mg / dl
b. Kadar ambang batas tinggi : antara 151 - 250 mg /dl
c. Kadar trigliserida tinggi : 251 - 400 mg / dl
d. Kadar trigliserida amat tinggi : 401 mg / dl atau lebih.
Maka pasien tersebut dinyatakan kadar trigliseridanya berada pada rentang
normal atau dapat dinyatakan pula bahwa kadar trigliserida tersebut tidak
mengalami gangguan seperti hipertrigliseridemia. Adapun yang mepengaruhi
hasil temuan laboratorium, sebagai berikut :
1. Faktor Pra analitik
a. Persiapan pasien
Sebelum pengambilan sampel sebaiknya pasien menghindari
aktifitas fisik yang berlebihan. Mencegah asupan makanan yang
mengandung protein tinggi dan lemak yang mengakibatkan sampel
lipemik, karena mengganggu interpreatsi hasil pemeriksaan.
b. Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel sering terjadi kesalahan, menyebabkan sampel
darah yang hemolisis akan memberikan hasil tinggi palsu pada
pemeriksaan kadar trigliserida.
c. Penanganan Sampel
Preparasi dalam pemisahan serum dari bekuan darah harus
dilakukan dengan cara yang benar, sehingga diperoleh sampel bermutu
baik. Potensi kesalahan yang sering muncul pada tahap ini adalah
kesalahan kecepatan (rpm) saat sentrifuge, pemisahan serum sebelum
darah benar-benar membeku mengakibatkan terjadinya hemolisis, dan
serum yang menjedal mengakibatkan kadar bilirubin tinggi.
2. Faktor Analitik
Faktor ini dipengaruhi oleh keadaan alat dan faktor praktikan yang
memeriksa sampel tersebut. Adapun penjelasan dari faktor yang
dipengaruhi oleh keadaan alat dan faktor laboran/praktikan yang
memeriksa sampel tersebut :
a. Kuvet
Kuvet yang digunakan merupakan kuvet kwarsa yang sudah
pernah digunakan sebelumnya. Syarat-syarat kuvet yang baik untuk
mendapatkan hasil yang baik adalah kuvet yang digunakan tidak
boleh terdapat goresan agar cahaya yang masuk kedalah kuvet tidak
mengalami pemantulan cahaya sehingga akan didapatkan hasil yang
tepat dan akurat. Karena kuvet yang digunakan pada praktikum kali
ini sudah pernah digunakan sebelumnya, maka kemungkinan untuk
terdapatnya goresan pada kuvet juga menjadi semakin besar, sehingga
cahaya yang masuk kedalam kuvet menjadi tidak maksimal sehingga
kadar trigliserida didalam darah yang didapatkan juga akan berbeda.
b. Faktor pemipetan sampel
Pemipetan sampel termasuk kedalam faktor yang dapat
mempengaruhi hasil karena penekanan mikropipet pada masing-
masing orang berbeda, Hal tersebut juga yang dapat mempengaruhi
hasil dari pemeriksaan sampel.

d. Spektrofotometer
Pada praktikum, spektrofotometer yang digunakan diletakkan
diatas meja kayu dan disampingnya terdapat incubator. Hal tersebut
juga dapat mempengaruhi kualitas dari uji spektrofotometer.
Spektrofotometer merupakan alat yang sebaiknya ditempatkan diatas
meja beton agar hasil yang didapatkan menjadi lebih stabil. Jika
ditaruh diatas meja kayu, cahaya yang dikeluarkan oleh
spektrofotometer dapat terganggu jika adanya getaran pada meja
tersebut, sehingga pemeriksaan yang dilakukan juga menjadi tidak
maksimal.
e. Waktu pendiaman sampel dalam waktu tertentu
Pada prosedur kerja, larutan sampel dan standar yang tidak
dipanaskan didiamkan selama 5 menit. Pada saat praktikum, waktu
pendiaman larutan standar dan sampel lebih dari 5 menit. Hal tersebut
dikarenakan proses pembuatan larutan standar dan sampel
membutuhkan waktu yang lama sehingga larutan sampel dan standar
yang sudah dibuat akan didiamkan dalam waktu yang lama sehingga
dapat mempengaruhi hasil dari kadar trigliserida didalam darah.
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa hasil pengukuran
kadar trigliserida didalam darah mendapatkan hasil yang valid yaitu 71,42
mg/dl karena kadar yang didapatkan berada pada rentang normal yaitu 40-160
mg/dl untuk interpretasi hasil laki-laki dan untuk interpretasi hasil wanita yaitu
35-135 mg/dl. Kadar trigliserida yang tinggi dapat mengakibatkan penyakit
seperti hipertrigliseridemia akibat belum sempurnanya fungsi hati. Hasil
pemeriksaan ini dapat dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya terkait
dengan pasein atau pengujian. Faktor yang terkait dengan pasien antara lain :
umur, jenis kelamin, ras, genetik, tinggi badan, berat badan, kondisi klinik,
status nutrisi, konsumsi makanan yang tinggi purin dan penggunaan obat.
Sedangkan yang terkait dengan pengujian : cara pengambilan spesimen,
penanganan spesimen, waktu pengambilan, metode analisis, kualitas spesimen,
jenis alat dan teknik pengukuran serta karena larutan uji yang digunakan
merupakan suspensi yang mempunyai viskositas lebih tinggi sehingga lebih
baik dilakukan proses pencampuran menggunakan vortex

DAFTAR PUSTAKA
TTD MAHASISWA TTD DOSEN

Das könnte Ihnen auch gefallen