Sie sind auf Seite 1von 7

14

Pratama, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Evaluasi Daya Dukung Lingkungan Berbasis Kemampuan Lahan di Kota


Batu

Evaluation of Environment Carrying Capacity Based on Land Capability in


Batu City

Nurlia Ayu Pratama1, BambangRahadi Widiatmono2*, Ruslan Wirosoedarmo2


1Mahasiswa KeteknikanPertanian, UniversitasBrawijaya, Jl. Veteran, Malang 65145
2Dosen FakultasTeknologiPertanian, UniversitasBrawijaya, Jl. Veteran, Malang 65145

*Email Korespondensi : jbrahadi@ub.ac.id

ABSTRAK

Pesatnya laju pertumbuhan penduduk dan pembangunan tak terelakkan di Kota Batu, hal ini
dapat memberikan dampak negatif terhadap kualitas lingkungan hidup, terutama penurunan
kualitas maupun kuantitas sumberdaya alam. Daya dukung lingkungan hidup seharusnya
menjadi salah satu pertimbangan pemerintah dalam menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kesesuaian lahan existing dan RTRW
berdasarkan daya dukung lingkungan berbasis kemampuan lahan, serta memberikan
rekomendasi pemanfaatan ruang yang selaras dengan daya dukung lingkungan. Metode yang
digunakan adalah dengan metode analisis spasial menggunakan Sistem Informasi Geografis
(SIG). Hasil analisa kemampuan lahan existing Kota Batu menunjukan 5228.84 Ha atau 26.26%
penggunaan lahannya tidak sesuai dengan kemampuan lahan. Luas penggunaan lahan RTRW
yang tidak sesuai kemampuan lahan adalah sebesar 8736.23 Ha atau 43.88%.

Kata kunci : Daya dukung, evaluasi, kemampuan lahan,

Abstract

Rapid of population growth and development in Batu canearn negative impact form environtment
quality, especially decreasing natural resources quality or quantity. Environment carrying capacity
should be one of consideration in arranging the goverment’s Spatial and Territorial Plan (RTRW). The
purposes of this research are to evaluate the suitability of existing land and Spatial-Territorial Plan
(RTRW) according to environment carrying capacity based on land ability, and also provide
recommendations spatial planning being in harmony with environment carrying capacity. One method
that can be used is a spatial analysis method by using Geographic Information System (GIS). Results of
the existing land capability analysis showed that 5228.84 Ha or 26.26% is not suitable with their land
ability. Land width according to Spatial and Territorial Plan (RTRW) shows that 8736.23 Ha or43.88%
their land use is not suitable with land ability.

Keywords : Environment carrying capacity, evaluation, land capability

PENDAHULUAN Penggunaan lahan selalu berhubungan


dengan perkembangan masyarakat.
Pertumbuhan penduduk di Indonesia .Semakin tinggi tingkat kebutuhan
semakin meningkat dari tahun ke tahun. masyarakat, semakin besar pula
Peningkatan jumlah penduduk dan luas penggunaan lahan, oleh karena itu
lahan yang terbatas akan berakibat terhadap diperlukan perencanaan penggunaan lahan
menurunnya kemampuan daya dukung dan yang sesuai dengan kemampuan lahannya
daya tampung lingkungan,baik lahan, air, agar penggunaannya bermanfaat bagi
maupun udara, oleh karena itu pemanfaatan masyarakat serta kelestarian lahan tetap
penggunaan lahan harus memperhatikan terjaga (FAO, 1976).
karakteristik lahan (Ishak, 2007).
15
Pratama, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Kota Batu merupakan salah satu kota sebagai visualisasi hasil pengklasifikasian
yang baru terbentuk pada tahun 2001 kemampuan lahan.
sebagai pecahan dari Kabupaten Malang.
Sebelumnya wilayah Kota Batu merupakan Pengumpulan Data
bagian dari Sub Satuan Wilayah Data yang diperlukan diperoleh dari
Pengembangan 1 (SSWP 1) Malang BAPEDA Kota Batu, antara lain ; Peta
Utara.Kota Batu terdiri dari 3 Kecamatan Penggunaan Lahan (existing) Kota Batu 1 :
dengan luas wilayah secara keseluruhan 25000 Tahun 2003; Peta Jenis TanahKota
adalah sekitar 19908.72 Ha atau sekitar Batu 1 : 25000 Tahun 2003 ; Peta Erosi Kota
0.42% dari luas wilayah Jawa Timur.Ketiga Batu 1 : 25000; Peta Rencana Tata Ruang
Kecamatan tersebut yaitu, Kecamatan Batu Wilayah Kabupaten Batu 2010-2030, 1: 25000
dengan luas 4545.81 Ha, Kecamatan Junrejo Tahun 2012.
dengan luas 2565.02 Ha, dan luas
Kecamatan Bumiaji 12797.89 Ha. 1. Tingkat Subkelas
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Kelas kemampuan lahan dapat dirinci ke
Wilayah Kota Batu 2010-2030, Kota Batu dalam sub-sub kelas berdasarkan berbagai
secara umum mengalami perkembangan faktor penghambat utama, antara lain
cukup pesat terutama pada sektor tekstur tanah (t) ; permeabilitas (p) ;
pariwisata. Sebagian besar wilayah kota drainase (d) ; lereng permukaan (l);tingkat
Batu telah dimanfaatkan sebagai kawasan erosi/bahaya erosi (e) ; kedalaman efektif
wisata yang dapat menambah pendapatan (k).
daerah, dengan adanya perkembangan Klasifikasi kemampuan lahan dalam
kawasan maka perlu pembatasan tingkat subkelas berdasarkan Peraturan
pemanfaatan lahan dengan menerapkan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
konsep daya dukung lingkungan berbasis 17 Tahun 2009 tentang Pedoman Penentuan
kemampuan lahan. Kota Batu dalam Daya Dukung Lingkungan Hidup Dalam
perkembangannya kini dirasa perlu untuk Penataan Ruang Wilayah diklasifikasikan
mengkaji ulang atau merevisi materi RTRW menurut parameter tekstur, permeabilitas,
Kota Batu. lereng permukaan, kedalaman efektif,
Salah satu alat bantu yang dapat drainase dan erosi.
digunakan untuk mengevaluasi kesesuaian Tekstur (t) dibagi menjadi :t1 (halus)
penggunaan lahan adalah Sistem Informasi meliputi lempung berliat sampai liat atau
Geografis (SIG).SIG mampu mengelola data lempung berat ; t2 (agak halus) meliputi
keruangan, baik berupa gambar/peta tekstur berpasir dan berliat ;t3 (sedang)
ataupun tabel, sekaligus memahami meliputi tekstur lempung berpasir kasar,
keterkaitan di antara keduanya, dengan lempung halus, dan lempung berdebu ; t4
sistem ini, berbagai analisis keruangan (agak kasar) meliputi tekstur lempung
berbasis peta (map analysis) dan tabel (tabular berpasir kasar sampai halus ;
analysis) dapat dilakukan dengan cepat, t5 (kasar)meliputi tekstur lempung berpasir
mudah, dan akurat (Hartoyo et al, 2010). kasar sampai halus, dan berpasir.
Tujuan penelitian ini adalah untuk Permeabilitas (p) terbagi dalam :
mengevaluasi kesesuaian lahan existing dan p1(lambat : < 0,5 cmjam-1) ; p2 (agak lambat :
RTRW berdasarkan daya dukung 0,5 – 2,0 cmjam-1) ; p3 (sedang : 2,0 – 6,25
lingkungan berbasis kemampuan lahan. cmjam-1) ; p4(agak cepat: 6,25 – 12,5 cmjam-
1); p
5 (cepat: >12,5 cmjam ). Kelerengan
Output penelitian adalah berupa -1

rekomendasipemanfaatan ruang yang /lereng permukaan (l) terbagi : l1 (0-3 %:


selaras dengan daya dukung lingkungan. datar) ; l2 (3-8 %: landai) ;l3 (8-15%: agak
miring/bergelombang) ; l4(15-30%: miring
BAHAN DAN METODE berbukit) ; l5(30-45%: agak curam) ; l6(45-
65%: curam) ; l5(> 65%: sangat curam).
Metode yang digunakan dalam penelitian Kedalaman Efektif (k) diklasifikasikan
ini adalah analisa spasial dengan cara dalam : k0 (> 90 cm : dalam) ; k1 (90 – 50 cm :
mengumpulkan peta-peta (data spasial). sedang) ; k2 (50 – 25 cm : dangkal) ; k3 (< 25
Analisa spasial dari hasil overlay peta cm : sangat dangkal). Erosi (e)
16
Pratama, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

diklasifikasikan dalam : e0 (tidak ada erosi) ; yang harus dilindungi atau untuk fungsi
e1(sangat kecil : 0 – 12.50 ton ha-1 tahun-1) ; konservasi. Setelah didapatkan hasil
e2(kecil : 12.50 – 50.00 ton ha-1 tahun-1) ; pengklasifikasian kelas kemampuan lahan,
e3(sedang : 50.00 – 125.00 ton ha-1 tahun-1) ; kemudian pengelolaan database.
e4 (berat : 125.00 – 330.00 ton ha-1 tahun-1) ; e5 Pengklasifikasian kemampuan lahan
(sangat berat : > 330.00 ton ha-1 tahun-1). ini bertujuan untuk mengevaluasi apakah
Drainase (d) tergolong dalam : d0 (baik) suatu lahan sudah sesuai dengan
dimana tanah mempunyai peredaran udara kemampuan lahan, maka perlu dilihat
baik. Seluruh profil tanah dari atas sampai penggunaan lahan aktual melalui evaluasi
kebawah (150 cm) berwarna terang yang penggunaan lahan.
seragam dan tidak terdapat bercak-bercak
kuning, coklat atau kelabu ; d1(agak baik) Penggunaaan Lahan
tanah mempunyai peredaran udara baik Analisa data yang dilakukan meliputi data
didaerah perakaran, tidak terdapat bercak- hasil evaluasi kesesuaian lahan existing dan
bercak berwarna kuning, coklat atau kelabu RTRW apakah sudah sesuai atau tidak
pada lapisan atas dan bagian atas lapisan sesuai penggunaan lahannya terhadap
bawah (sampai sekitar 60 cm dari kemampuan lahan dengan mengoverlay peta
permukaan tanah) ; d2(agak buruk) lapisan kelas lahan dan peta tata guna lahan existing
atas tanah mempunyai peredaran udara atau RTRW, kemudian dibandingkan
baik dan tidak terdapat bercak-bercak dengan arahan penggunaan lahan yang
berwarna kuning coklat atau kelabu. Bercak- sesuai kelas kemampuan lahan.
bercak ini terdapat pada seluruh lapisan
bagian bawah (sekitar 40 cm dari HASIL DAN PEMBAHASAN
permukaan tanah) ; d3(buruk) bagian bawah
lapisan atas dekat permukaan terdapat KlasifikasiSubkelas
warna atau bercak-bercak berwarna Klasifikasi subkelas mencakup jenis tanah,
kekuningan, coklat atau kelabu ; d4(sangat lereng permukaan, permeabilitas,
buruk) seluruh lapisan sampai permukaan kedalaman efektif, drainase, erosi.Luasan
tanah berwarna kelabu dan tanah lapisan karakteristik subkelas lahan Kota Batu
bawah berwarna kelabu atau terdapat disajikan pada Tabel 1.
bercak-bercak berwarna kebiruan, atau Jenis tanah Kota Batu terdiri dari alfisol,
terdapat air yang menggenang andisol, entisol, inceptisol dan molisol dan
dipermukaan tanah dalam waktu yang tanah bertekstur halus, sedang, agak kasar.
sama sehingga menghambat pertumbuhan Hampir 60% tekstur tanahnya tergolong
tanaman. kasar. Sekitar 66% lereng permukaan
termasuk dalam agak miring sampai agak
2. Tingkat Kelas curam. Kedalaman tanah hampir tebagi
Menurut Peraturan Menteri Negara sama rata pada kedalaman sedang dan
Lingkungan Hidup No. 17 tahun 2009, dangkal.Lebih dari 90% drainase termasuk
kemampuan lahan diklasifikasikan ke agak buruk, hanya 1% permeabilitas tanah
dalam delapan kelas. Dua kelas pertama tergolong lambat. 33% lahan Kota Batu
(kelas I, II) adalah lahan yang cocok untuk masuk dalam erosi tingkat sedang.
pertanian seperti : tanaman pertanian
semusim, tanaman rumput, hutan dan cagar Klasifikasi Kelas
alam. Kelas III digunakan untuk Berdasarkan pengklasifikasian tingkat kelas,
pemukiman, tanaman tahunan/keras, lahan Kota Batu terbagi menjadi 5 kelas, yaitu
kelas ini masih dimungkinkan penggunaan kelas III, IV, V, VI, VII (Gambar 1).
untuk pertanian, namun diperlukan
pengolahan. Kelas IV, V, dan VI dapat
dipertimbangkan untuk berbagai
pemanfaatan lainnya seperti tanaman
tahunan/keras, hutan produksi, hutan
lindung dan suaka alam, peternakan. Dua
kelas terakhir (VII dan VIII) adalah lahan
17
Pratama, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Tabel 1. Luas Lahan Karakteristik Subkelas Kota Batu Luas lahan kelas VI sebesar 1440.92 Ha
Parameter Subkelas Ha % atau 7.24% yang berada pada Desa
t t1 220.54 1.11
t3 7814.49 39.25 Tulungrejo, Sumbergondo, Bulukerto,
t4 11873.69 59.64 Bumiaji, Giripurno, Gunungsari, Punten,
l l2 6270.88 31.50 Sumberejo, Songgokerto, Pesanggrahan,
l3 4369.75 21.95 Oro-oro Ombo, Torongrejo dan Tlekung.
l4 3990.84 20.05
l5 4989.55 25.06
Luas lahan kelas VII sebesar 8228.00 Ha atau
l6 287.70 1.44 41.33%. Lahan ini ditemukan di
k k1 7963.49 40.01 DesaTulungrejo, Sumbergondo, Bulukerto,
k2 11945.23 59.99 Bumiaji, Giripurno, Gunungsari, Sumberejo,
d d2 19508.85 97.99
Songgokerto, Pesanggrahan, Oro-oro
d3 220.52 1.11
d4 179.35 0.90 ombo, Torongrejo.
p p1 220.53 1.11 Pengelompokan kelas kemampuan
p2 7814.49 39.25 lahan wilayah Provinsi Bali didasarkan atas
p3 11873.70 59.64
intensitas faktor penghambat. Hasil
e e1 5218.81 26.21
e2 3123.89 15.69 klasifikasi dikelompokkan menjadi 8 kelas.
e3 6580.28 33.06 Ancaman kerusakan atau hambatan
e4 4985.74 25.04 meningkat berturut-turut dari kelas I
Keterangan : t = tekstur ; l = lereng permukaan ; k = sampai kelas VIII. Sebaran kelas
kedalaman efektif ; d = drainase ; p = permeabilitas ; e =
erosi
kemampuan lahannya didominasi oleh
lahan dengan kelas VI, VII dan VIII seluas
Kecamatan yang termasuk dalam zona 285847.83 ha atau 50.7 % dari luas Bali. Kelas
kelas III adalah Kecamatan Bumiaji, lahan yang terluas adalah kelas VII seluas
khususnya terletak di Desa Tulungrejo, 118479.70 ha (21.1%) dan yang terkecil
Bulukerto dengan luas penyebaran sebesar adalah kelas V seluas 37.98 ha (0.01%)
916.83 Ha atau 4.60%. Kecamatan yang (Adnyana, 2012).
termasuk dalam zona kelas IV adalah
Kecamatan Junrejo, Desa Beji dan Oro-oro Evaluasi Penggunaan Lahan Kondisi
ombo. Luas lahan kelas IV sebesar 84.06 Ha Existing dan RTRW
atau 0.42%. Hampir seluruh wilayah Kota Evaluasi penggunaan lahan bertujuan untuk
Batu masuk ke dalam zona kelas V, tersebar mengetahui karakteristik lahan yang
di tiga Kecamatan dengan luas penyebaran menjadi batasan kesesuaian bagi
seluas 9238.92 Ha atau 46.40% luas pemanfaatan sumberdaya tertentu.
keseluruhan Kota Batu. Setiap pemanfaatan memiliki syarat
tertentu agar kegiatan pemanfaatan dapat
berjalan semestinya. Penggunaan yang tidak
semestinya akan mengakibatkan kerusakan
penggunaan lahan. Evaluasi penggunaan
lahan dikaitkan dengan kemampuan lahan
perlu dilakukan khususnya untuk
membantu daya dukung aktual ke aktivitas
yang saat ini ada (Wirosoedarmo et al, 2011).
Hasil evaluasi penggunaan lahan existing
dan RTRW dapat dilihat pada Tabel 2.

Gambar 1. Klasifikasi Kemampuan Lahan Tingkat


Kelas Kota Batu
18
Pratama, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Tabel 2. Penggunaan Lahan Existing dan RTRW


Penggunaan Lahan Luas (Ha) Perubahan
No
Existing RTRW Existing RTRW (Ha)

1 Hutan Alam Hutan Alam/Taman


6155.62 4518.72 -1636.9
Hutan Raya
2 Hutan Produksi Hutan Produksi 362.40 3944.35 3581.95
3 - Hutan Lindung - 3368.33 3368.33
4 Kebun Campuran - 951.11 - -951.11
5 Padang Rumput - 221.23 - -221.23
6 Sawah Irigasi Sawah Irigasi, Sawah
2381.74 -96.71
Tadah 3166.95
7 Sawah Tadah Hujan Hujan/Pertanian 881.92
8 Semak Belukar - 2653.46 - -2653.46
9 Tegalan - 4316.72 - -4316.72
10 Pemukiman Perumahan 1984.52 3378.61 1394.09
11 - Fasilitas Umum - 179.24 179.24
12 - Industri - 26.45 26.45
13 - Kawasan Pariwisata - 146.62 146.62
14 - Pertahanan Keamanan - 45.92 45.92
15 - Perdagangan dan Jasa - 216.48 216.48
16 - Sempadan Sungai - 568.45 568.45
17 - Sempadan Sutet - 37.71 37.71
18 - Ruang Terbuka Hijau - 310.89 310.89
Total 19908.72 19908.72 0

Berdasarkan penggunaan lahannya, terlihat konservasi seharusnya perlu dijaga


beberapa pertambahan penggunaan lahan kelestariannya, namun kenyataannya
pada RTRW. Pertambahan ini tentu saja kegiatan budidaya, pembangunan di Kota
mengalihfungsikan penggunaan lahan Batu tumbuh secara dinamis. Sebagai
sebelumnya, seperti diketahui keseluruhan gambaran fisik, lahan terbangun meningkat
penggunaan lahan sebagai pemukiman dan terjadi alih fungsi lahan yang
pada existing sebesar 1984.52 sedangkan menyimpang dari peruntukan lahan yang
pada RTRW mengalami peningkatan telah ditetapkan sehingga mengakibatkan
menjadi 4910,37 Ha atau bertambah luas konflik kepentingan guna lahan.
penggunaan lahannya sebesar 2925.85 Ha. Tumbuhnya lahan terbangun cenderung
Lahan pertanian mengalami penyusutan mengalahkan kepentingan lingkungan yang
penggunaan lahan sebesar 8239.23 Ha. pada akhirnya berdampak pada munculnya
Hutan lindung, produksi, alam bertambah beberapa permasalahan lingkungan, agar
seluas 5313.38 Ha, dengan demikian dapat pembangunan sesuai pemanfaatan
disimpulkan bahwa penggunaan lahan pada sumberdaya alam dan berkelanjutan, maka
RTRW menitikberatkan pada pembangunan perlu dilakukan kajian daya dukung
pemukiman, baik itu sebagai lingkungan (Ariastitaet al, 2012). Untuk
perumahan, kawasan wisata, fasilitas umum mengetahui seberapa besar nilai
maupun pertahanan dan keamanan. ketidaksesuaian penggunaan lahan dapat
Secara keseluruhan terjadi peningkatan dilihat pada Tabel 3.
perubahan penggunaan lahan
pada RTRW, hal ini menunjukan bahwa Tabel 3. Klasifikasi Kesesuaian Penggunaan Lahan
Existingdan RTRW Berdasarkan Kemampuan Lahan
penerapan RTRW perlu dikaji ulang sesuai
Existing RTRW
kemampuan lahan agar tidak terjadi Kesesuaian
Ha % Ha %
penyimpangan yang apabila dibiarkan
Tidak sesuai 5228.84 26.26 8736.23 43.88
dapat mengakibatkan masalah ketidak
Sesuai 14679.88 73.74 11172.49 56.12
efektifan fungsi ruang bagi kehidupan dan
Total 19908.72 100 19908.72 100
aktivitas manusia. Kota Batu sebagai daerah
yang memiliki kawasan hutan lindung dan
19
Pratama, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Perolehan hasil perbandingan Rekomendasi Pemanfaatan Lahan Berbasis


klasifikasi penggunaan lahan menunjukan Daya Dukung Lingkungan
bahwa terdapat peningkatan penggunaan Berdasarkan pada informasi yang
lahan yang tidak sesuai pada RTRW didapatkan diatas, maka dapat dilakukan
dibandingkan dengan penggunaan lahan rekomendasi untuk pemanfaatan ruang
saat ini. Peningkatan penggunaannya yang kurang sesuai dengan zona kelas
adalah sebesar3507.39 Ha atau 17.62 % dari kemampuan lahannya. Pengendalian
penggunaan lahan saat ini, dengan kata lain pemanfaatan lahan dilakukan melalui
telah terjadi penurunan kesesuaian lahan kegiatan pengawasan dan penertiban pada
pada RTRW. proses pemanfaatan lahan yang terus
Pemanfaatan ruang pada zona kelas III berlangsung setiap tahun di Kota Batu.
baik pada RTRW maupun existingsudah Pengawasan dapat dilakukan dalam bentuk
sesuai dengan kemampuan lahan. Zona pelaporan dan evaluasi, sedangkan
kelas IV terjadi penambahan penggunaan penertiban pemanfaatan lahan yang tidak
lahan yang semula sebagai pemukiman dan sesuai dengan potensi kemampuan
padang rumput pada penggunaan existing, lahannya diselenggarakan dalam bentuk
berubah menjadi pariwisata, pemukiman, pengenaan sanksi dengan peraturan
perdagangan dan jasa, pertanian, fasilitas perundang-undangan yang berlaku.
umum pada penggunaan lahan
RTRW.Penggunanan lahan zona kelas V DAFTAR PUSTAKA
padaexisting adalah sebagai pemukiman,
pertanian, hutan lindung, hutan produksi, Adnyana et al. 2012. Aplikasi Sistem Informasi
pada RTRW terdapat penambahan dan alih Geografi (SIG) Berbasis Data Raster
fungsi penggunaan lahan diantaranya untuk Pengkelasan Kemampuan Lahan
sebagai fasilitas umum,pariwisata, di Provinsi Bali dengan Metode Nilai
perdagangan, industri, kawasan militer, Piksel Pembeda. Jurnal Manusia dan
ruang terbuka hijau, sempadan.Lahan zona Lingkungan, Vol. 19, No. 1: 21-29.
kelas VI yang semula pada existing Diakses pada 26 Januari 2015.
digunakan sebagai hutan produksi, Ariastita et al. 2012. Arahan Penggunaan
pemukiman, ditemukan pertambahan Lahan di Kota Batu Berdasarkan
penggunaan lahan pada RTRW diantaranya Pendekatan Telapak Ekologis. Jurnal
untuk fasilitas umum, hutan lindung, hutan Teknik Pomits Vol. 1, No. 1: 1-6.
produksi, pariwisata, perdangangan dan Diakses pada 26 Januari 2015.
jasa, pertanian, pemukiman, sempadan. FAO. 1976. A Framework for Land Evaluation.
Zona kelas VII yang pemanfaatannya FAO Soils bulletin 32. Soil Resource
terbatas hanya untuk kawasan konservasi, Development and Conservation
pada penggunaan lahan RTRW ditemukan Service land and water
digunakan sebagai pemukiman dan Development Division.Rome : Food
pertanian. and Agriculture Organization of the
Penelitian evaluasi pemanfaatan lahan United Nations. Diakses pada 26
berbasis RTRW Pulau Bunaken dilakukan Januari 2015.
dengan cara overlay peta rencana Hartoyo et al. 2010. Modul Pelatihan Sistem
pemanfaatan lahan berdasarkan Rencana Informasi Geografis Tingkat Dasar.
Tata Ruang Wilayah Kota Manado dengan Tropenbos International Indonesia
peta pemanfaatan lahan eksisting di pulau Programme. Balikpapan. Diakses
Bunaken. Hasil dari penelitian ini antara pada 26 Januari 2015.
lain terjadinya perubahan pemanfaatan Ishak. 2007. Makalah Penentuan Pemanfaatan
lahan pada kawasan pariwisata di pulau Lahan Kajian Land Use Planning dalam
Bunaken, dimana terdapat perubahan Pemanfaatan Lahan untuk Pertanian.
pemanfaatan lahan di kawasan wisata Jurusan Ilmu Tanah dan Sumber
sebesar 9.58 Ha atau 1.22% dari total luas Daya Lahan, Fakultas Pertanian
wilayah pulau Bunaken (Lahamendu, 2012). Universitas Padjajaran. Diakses
pada 26 Januari 2015.
20
Pratama, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Lahamendu et al. 2012. Evaluasi Pemanfaatan Wirosoedarmo et al. 2011. Evaluasi Kesesuaian
Lahan Berbasis Rencana Tata Ruang Lahan untuk Tanaman Jagung
Wilayah di Pulau Bunaken Manado. Menggunakan Metode Analisis Spasial.
Jurnal Perencanaan Wilayah dan AGRITECH, Vol. 31, No. 1. Diakses
Kota BSAPPK V2N3 : 809-814. pada 26 Januari 2015.
Diakses pada 26 Januari 2015.

Das könnte Ihnen auch gefallen