Sie sind auf Seite 1von 13

ASUHAN PERSALINAN NORMAL

A. Defenisi
Persalinan normal adalah proses persalinan pada ibu yang hamil cukup bulan ,
dengan janin letak normal(letak kepala), dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan
obat dan alat yang berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam serta tidak
menimbulkan komplikasi pada ibu dan atau bayinya. Proses persalinan (partus)
diawali dengan terjadinya kontraksi/mules yang datang teratur setiap 10-15 menit.
Kontraksi tersebut akan makin sering dan makin kuat . Proses persalinan dibagi dalam
4 tahapan yang di sebut “KALA” yang
 Persalinan Preterm : Persalinan yang terjadi pada usia kehamilan <37 minggu
 Persalinan Aterm : Persalinan yang terjadi pada usia kehamilan 37 – 42 minggu
dihitung dari HPHT
 Kehamilan Post – Term : Kehamilan >42 minggu

Persalinan dan kelahiran dikatakan nornal jika :

 Usia kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu)


 Persalinan terjadi spontan
 Persentasi belakang kepala
 Berlangsung tidak lebih dari 18 jam
 Tidak komplikasi pada ibu maupun janin

Persalinan dimulai (Inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan


pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara
lengkap.

Tanda dan Gejala Inpartu :


1. Penipisan dan pembukaan serviks
2. Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi minimal
2 kali dlm 10 mnt)
3. Keluarnya lendir bercampur darah (“show”) melalui vagina
Perbedaan antara persalinan palsu dan sesungguhnya

Faktor - faktor Persalinan Sesungguhnya Persalinan Palsu

Kontraksi uterus Interval teratur/reguler Interval ireguler


Interval antar kontraksi Bertahap semakin pendek Tetap sama
Intensitas kontraksi Bertahap semakin kuat Tetap sama
Lokasi nyeri Punggung dan Abdomen Kebanyakan diperut bagian
bawah
Efek analgesia Nyeri tidak dapat dihilangkan Seringkali hilang dengan
dengan sedasi pemberian sedasi
Perubahan serviks Pembukaan dan pendataran Tidak ada perubahan
progresif
Info Penting : Rujuk Ibu jika didapati salah satu penyulit seperti riwayat seksio sesaria,
perdarahan per vaginam, persalinan prematur, ketuban pecah dini, tanda/gejala infeksi,
preeklampsia/hipertensi dalam kehamilan, gawat janin, presentasi ganda, kehamilan
gemeli, tali pusat menumbung dan ibu syok

KALA I

Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat
(frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap

Fase Laten Fase Aktif


 Dimulai sejak awal kontraksi yang  Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan
menyebabkan penipisan dan meningkat secara bertahap. Kontraksi
pembukaan serviks secara dianggap adekuat jika terjadi ≥3x dalam
bertahap waktu 10 menit dengan durasi ≥40 detik
 Berlangsung hingga serviks  Dari pembukaan 4 cm hingga 10 cm
membuka <4 cm (lengkap), akan terjadi dengan kecepatan
rata – rata :
Primigravida : 1 cm perjam
Multigravida : >1 hingga 2cm per jam
 Pada umumnya fase laten  Terjadi penurunan bagian terbawah janin
berlangsung hampir atau hingga 8
Jam
Info Tambahan :
Pasang infus intravena untuk pasien dengan : kehamilan lebih dari 5 kali, Hemoglobin ≤ 9
g/dl atau hematokrit ≤ 27 %, riwayat perdarahan, sungsang, kehamilan ganda, hipertensi,
dan persalinan lama.

Penilaian dan Intervensi Selama Kala I


Parameter Frekuensi Pada Kala I Frekuensi Pada Kala I
Fase Laten Fase Aktif
Tekanan darah Tiap 4 Jam Tiap 4 Jam
Suhu Tiap 4 Jam Tiap 2 Jam
Nadi Tiap 30 – 60 Menit Tiap 30 – 60 Menit
Denyut Jantung Janin Tiap 1 Jam Tiap 30 Menit
Kontraksi Tiap 1 Jam Tiap 30 Menit
Pembukaan Serviks Tiap 4 Jam Tiap 4 Jam
Penurunan Kepala Tiap 4 Jam Tiap 4 Jam
Warna Cairan Amnion Tiap 4 Jam Tiap 4 Jam
*dinilai pada setiap pemeriksaan dalam

Beberapa yang harus diperhatikan pada persalinan Kala I


Kemajuan Tanda dan Gejala Keterangan
Persalinan Kontraksi tidak progresif teratur, Lakukan tata laksana
Kecepatan pembukaan serviks ≥1 persalinan lama
cm/jam, Serviks tidak dipenuhi
bagian terbawah janin
Kondisi Ibu Denyut nadi meningkat Mungkin dehidrasi/nyeri
Tekanan darah turun Nilai adanya perdarahan
Terdapat aseton urin Curiga asupan nutrisi
kurang, beri IV dekstrosa
bia perlu
Kondisi Bayi DJJ < 100 atau >180 x/menit Curiga gawat janin
Posisi selain oksiput anterior dengan Lakukan tata laksana Mal-
fleksi sempurna persentasi/Malposisi
KALA II

Persalinan kala dua dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10cm) dan
berakhir dengan lahirnya bayi.
3 Faktor yang sangat berperan dalam proses kelahiran bayi :
1. Power : His ibu dan kekuatan ibu mengedan
2. Passage : Jalan lahir (jalan lahir cukup luas untuk dilewati kepala bayi)
3. Passanger : Bayi (Ukuran bayi, posisi dan persentasi bayi)
7 Cardinal Movement :
1. Engagement 4. Putaran Paksi Dalan 7. Eksplusi
2. Descend 5. Ekstensi
3. Fleksi 6. Putaran Paksi Luar
ALUR PENATALAKSANAAN FISIOLOGIS PERSALINAN KALA DUA

Tanda pasti persalinan kala dua


A
 Pembukaan serviks lengkap atau
 Kepala janin terlihat dari introitus
vagina

Lanjutkan dengan
penatalaksanaan
fisiologis :
 Pecahkan Bayi lahir Lakukan :
Dorongan YA selaput ketuban dalam 60 YA  Manajemen
Spontan bila belum pecah menit pada aktif kala tiga
multipara  Asuhan bayi
untuk  Anjurkan untuk
meneran? atau 120 baru lahir
mulai meneran
menit pada
 Nilai primpara
DJJ,kontraksi,tan
da-tanda vital,
kandung kemih
Tidak secara rutin
Tidak
 Anjurkan untuk
minum
 Anjurkan perubahan posisi  Anjurkan
 Lakukan stimulasi putting susu perubahan posisi Rujuk Segera
 Minta ibu mengosongkan
kandung kemihny
 Anjurkan untuk minum
 Nilai DJJ, kontraksi dan tanda
tanda vital
 Evaluasi dalam 60 menit

Dorongan Lanjutkan
untuk dengan
meneran YA penatalaksanaan
fisiologis
persalinan kala
dua

Tidak

 Bimbing ibu untuk meneran Bayi lahir


Lakukan :
dalam waktu
saat kontraksi
60 menit (  Manajemen
 Anjurkan untuk minum aktif kala tiga
atau YA
 Anjurkan perubahan posisi  Asuhan bayi
kelahiran
 Lakukan stimulasi putting susu bayi akan baru lahir
 Nilai DJJ setiap 5 – 10 menit segera terjadi
)

Tidak

Rujuk Segera
58 Langkah Asuhan Persalianan Normal

Mengenali Tanda dan Gejala Kala II


1. Memeriksa tanda berikut :
 Ibu mempunyai keinginan untuk meneran (Dor – Ran)
 Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan/atau vaginanya (Tek
– Nus)
 Perineum menonjol dan menipis (Per – Jol)
 Vulva – vagina dan sfingter ani membuka (Vul – Ka)
Info Tambahan :
Tanda pasti Kala II dari periksa dalam :
 Pembukaan serviks lengkap
 Terlihatnya kepala bayi melalui inroitus vagina

Menyiapkan Pertolongan Persalinan


2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat – obatan
 Klem, gunting, benang tali pusat, penghisap lendir/DTT siap dalam wadahnya
 Semua pakaian, handuk, selimut dan kain untuk bayi dalam kondisi bersih dan
hangat
 Timbangan, pita ukur, stetoskop bayi, dan termometer dalam kondisi baik dan bersih
 Patahkan ampul oksitosi 10 unit dan tempatkan spuit steril sekali pakai di dalam
partus set/wadah DTT
 Untuk resusitasi : tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat, handuk atau kain
bersih dan kering, alat penghisap lendir, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm
diatas tubuh bayi
 Persiapan bila terjadi kegawatdaruratan pada ibu : Cairan kristaloid dan Set infus
3. Kenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih, sepatu tertutup kedap air,
tutup kepala, masker dan kacamata
4. Lepas semua perhiasan pada lengan dan tangan lalu cuci kedua tangan dengan sabun
dan air bersih kemudian keringkan dengan handuk/tisu bersih.
5. Pakai sarung tangan steril/DTT untuk pemeriksaan dalam
6. Ambil spuit dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin 10 unit dan
letakan kembali spuit tersebut di partus set/ wadah DTT atau steril tanpa
mengontaminasi
Memastikan Pembukaan Lengkap dan Keadaan Janin Baik
7. Bersihkan vulva dan perineum, dari depan kebelakang dengan kapas atau kasa yang
dibasahi air DTT
8. Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah
lengkap. Lakukan amniotomi bila selaput ketuban belum pecah, dengan syarat : kepala
sudah masuk kedalam panggul dan tali pusat tidak teraba
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan mencelupkan tangan yang masih memakai
sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5 %, kemudian lepaskan sarung tangan dalam
keadaan terbalik dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua
tangan setelahnya.
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) segera setelah kontraksi berakhir untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160 kali/menit). Ambil tindakan yang
sesuai jika DJJ tidak normal

Menyiapkan Ibu dan Keluarga Untuk Membantu Proses Bimbingan Meneran


11. Beritahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik
12. Minta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran
 Bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan dia merasa nyaman
 Anjurkan ibu untuk cukup minum
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran
 Perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai
 Nilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu
belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit

Mempersiapkan Pertolongan Bayi


15. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakan handuk bersih
di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi
16. Letakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
18. Pakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan
Membantu Lahirnya Kepala
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm cm, lindungi perineum dengan
satu tangan yang dilapisi kain bersih dan kering, sementara tangan yang lain
menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala
 Anjurkan ibu meneran sambil bernapas cepat dan angkat

20. Periksa lilitan tali pusat dan lakukan tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi
 Jika lilitan tali pusat di leher bayi masih longgar, selipkan tali pusat lewat kepala
bayi
 Jika lilitan tali pusat terlalu ketat, klem tali pusat di dua titik lalu gunting di antaranya
jangan lupa untuk tetap melindungi leher bayi

21. Tunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar

Membantu Lahirnya Bahu


22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara bipariental. Anjurkan ibu
untuk meneran saat kontraksi
 Dengan lembut gerakan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan
muncul dibawah arkus pubis seperti pada gambar

 Gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang seperti pada gambar

Membantu Lahirnya Badan dan Tungkai


23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan yang berada dibawah ke arah perineum ibu
untuk menyangga kepala, lengan dan siku sebelah bawah
 Gunakan tangan yang berada di atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan
siku sebelah atas
24. Setelah tubuh dengan bayi lahir, lanjutkan penelusuran tangan yang berada di atas
punggung, bokong,, tungkai dan kaki bayi
 Pegang kedua mata kaki (masukan telunjuk di antara kaki dan pegang masing-
masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jarinya
Penanganan Bayi Baru Lahir
25. Lakukan penilaian selintas dan jawablah tiga pertanyaan berikut untuk menilai apakah
ada asfiksia bayi :
 Apakah ada kehamilan cukup bulan
 Apakah bayi menangis atau bernapas / tidak megap – megap ?
 Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif ?
Catatan : Bila ada jawaban ‘’TIDAK’’ bayi mungkin mengalami asfiksia. Segera
lakukan resusitasi bayi baru lahir sambil menhubungi dokter spesialis anak. Bila
dokter spesialis anak tidak ada, segera persiapkan rujukan. Pengisapan lendir
26. Bila tidak ada tanda asfiksia, lanjutkan manajemen bayi baru lahir normal. Keringkan
dan posisikan tubuh bayi di atas perut ibu
 Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya KECUALI
BAGIAN TANGAN TANPA MEMBERSIHKAN VERNIKS
 Ganti handuk basah dengan handuk yang kering
 Pastikan bayi dalam kondisi mantap di atas dada atau perut ibu
27. Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tidak ada bayi lain dalam uterus (hamil
tunggal)

KALA III

Kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan
selaput ketuban
Pada kala tiga persalinan, miometrium berkontraksi mengikuti penyusutan volume
rongga uterus seyelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya
ukuran pelekatan plasenta. Karena tempat pelekatan menjadi semakin kecil, sedangkan
ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas
dari dinding uterus
Tanda Lepasnya Plasenta :
 Perubahan bentuk dan tinggi uterus
 Tali pusat memanjang
 Semburan darah mendadak dan singkat
Prinsip Manajemen Aktif Kala III :
 Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir (10 IU
intramuskular pada 1/3 bagian atas paha luar)
 Melakukan penegangan tali pusat terkendali
 Masase fundus uteri segera setelah plasenta lahir

Manajemen Aktif Kala III


28. Beritahukan kepada ibu bahwa penolong akan menyuntikan oksitosin untuk
membantu uterus berkontraksi baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, berikan suntikan oksitosin 10 unit IM di
sepertiga paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan
oksitosin)
Jika tidak ada oksitosin :
 Rangsang puting payudara ibu/minta ibu menyusui untuk menghasilkan oksitosin
alamiah
 Beri ergometrin 0,2 mg IM, namun TIDAK BOLEH diberikan pada pasien
preeklampsia, eklampsia, dan hipertensi karena dapat memicu terjadi penyakit
serebrovaskular.
30. Dengan menggunakan klem, 2 menit setelah bayi lahir, jepit tali pusat pada sekitar 3
cm dari pusat (umbilikus) bayi (kecuali pada asfiksia neonatus, lakukan sesegera
mungkin). Dari sisi luar klem penjepit, dorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan
lakukan penjepitan kedua pada 2 cm distal dari klem pertama.
31. Potong dan ikat tali pusat
 Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit kemudian gunting tali pusat
diantara 2 klem tersebut (sambil melindungi perut bayi)
 Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi kemudian lingkarkan
kembali benang ke sisi berlawanan dan lakukan ikatan kedua menggunakan simpul
kunci
 Lepaskan klem dan masukan dalam larutan klorin 0,5%
32. Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi. Letakan bayi dengan
posisi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel dengan
baik di dinding dada perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu
dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu.
33. Sellimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan kering dan pasang topi pada kepala
bayi
34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga 5 – 10 cm dari vulva
35. Letakan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di tepi atas simfisis dan
tegangakan tali pusat dan klem dengan tangan yang lain
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang
lain mendorong uterus ke arah dorso-kranial secara hati-hati, seperti

 Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga
untuk menstimulasi puting susu
 Jika plasenta tidak lahir 30 – 40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu
hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur diatas
37. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, lalu minta
ibu meneran sambil menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke
arah atas, mengikuti poros jalan lahir dengan tetap melakukan tekanan dorso-kranial
 Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10
cm dari vulva dan lahirkan plasenta
 Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat :
 Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit M
 Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh
 Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
 Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
 Segera rujuk plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir
 Bila terjadi perdarahan, lakukan plasenta manual
38. Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lanjutkan kelahiran plasenta dengan
menggunakan kedua tangan
 Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan
eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau
steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal

Das könnte Ihnen auch gefallen