Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
KELOMPOK 1 :
1. ADI IVAN NGESTU PRATOMO
2. DWI RAHAYU
3. SKOLASTIKA DINA
4. ST SHOFIYAH
5. TRIANA NOVIANTI
6. YUNI PURWANINGSIH
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah sehat dalam kehidupan sehari-hari sering dipakai untuk menyatakan bahwa sesuatu
dapat bekerja secara normal. Bahkan benda mati pun seperti kendaraan bermotor atau mesin, jika
dapat berfungsi secara normal, maka seringkali oleh pemiliknya dikatakan bahwa kendaraannya
dalam kondisi sehat. Kebanyakan orang mengatakan sehat jika badannya merasa segar dan
nyaman. Bahkan seorang dokterpun akan menyatakan pasiennya sehat manakala menurut hasil
pemeriksaan yang dilakukannya mendapatkan seluruh tubuh pasien berfungsi secara normal.
Namun demikian, pengertian sehat yang sebenarnya tidaklah demikian. Pengertian sehat
menurut UU Pokok Kesehatan No. 9 tahun 1960, Bab I Pasal 2 adalah keadaan yang meliputi
kesehatan badan (jasmani), rohani (mental), dan sosial, serta bukan hanya keadaan bebas dari
penyakit, cacat, dan kelemahan. Pengertian sehat tersebut sejalan dengan pengertian sehat
menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1975 sebagai berikut: Sehat adalah suatu
kondisi yang terbebas dari segala jenis penyakit, baik fisik, mental, dan sosial.
Batasan kesehatan tersebut di atas sekarang telah diperbaharui bila batasan kesehatan yang
terdahulu itu hanya mencakup tiga dimensi atau aspek, yakni: fisik, mental, dan sosial, maka
dalam Undang- Undang N0. 23 Tahun 1992, kesehatan mencakup 4 aspek, yakni: fisik (badan),
mental (jiwa), sosial, dan ekonomi. Batasan kesehatan tersebut diilhami oleh batasan kesehatan
menurut WHO yang paling baru. Pengertian kesehatan saat ini memang lebih luas dan dinamis,
dibandingkan dengan batasan sebelumnya. Hal ini berarti bahwa kesehatan seseorang tidak
hanya diukur dari aspek fisik, mental, dan sosial saja, tetapi juga diukur dari produktivitasnya
dalam arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan sesuatu secara ekonomi.
Bagi yang belum memasuki dunia kerja, anak dan remaja, atau bagi yang sudah tidak
bekerja (pensiun) atau usia lanjut, berlaku arti produktif secara sosial. Misalnya produktif secara
sosial-ekonomi bagi siswa sekolah atau mahasiswa adalah mencapai prestasi yang baik, sedang
produktif secara sosial-ekonomi bagi usia lanjut atau para pensiunan adalah mempunyai kegiatan
sosial dan keagamaan yang bermanfat, bukan saja bagi dirinya, tetapi juga bagi orang lain atau
masyarakat.
Antropologi adalah suatu studi ilmu yang mempelajari tentang manusia baik dari segi
budaya, perilaku, keanekaragaman, dan lain sebagainya. Antropologi adalah istilah kata bahasa
Yunani yang berasal dari kata anthropos dan logos. Anthropos berarti manusia dan logos
memiliki arti cerita atau kata.
Objek dari antropologi adalah manusia di dalam masyarakat suku bangsa, kebudayaan dan
prilakunya. Ilmu pengetahuan antropologi memiliki tujuan untuk mempelajari manusia dalam
bermasyarakat suku bangsa, berperilaku dan berkebudayaan untuk membangun masyarakat itu
sendiri.
1.2 Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi implikasi
Kata implikasi memiliki arti yang cukup luas sehingga maknanya cukup beragam.
Implikasi didefinisikan sebagai suatu akibat yang terjadi karena suatu hal , implikasi memiliki
makna bahwa sesuatu yang disimpulkan dalam suatu penelitian yang lugas dan jelas.
Implikasi dalam bahasa Indonesia adalah efek yang ditimbulkan dimasa depan atau dampak
yang dirasakan ketika melakukan sesuatu.
Implikasi adalah akibat langsung yang terjadi karena suatu hal misalnya : penemuan atau
karena hasil penelitian.
Dari definisi yang dibuat para ahli, dapat disimpulkan bahwa antropologi kesehatan
mencangkup :
a. Mendefinisi secara komprehensif dan interpretasi berbagai macam masalah tentang hubungan
timbal balik biobudaya, antar tingkah laku manusia dimasalalu dan masakini dengan derajat
kesehatan dan penyakit tanpa mengutamakan perhatian pada penggunaan praktis dari
pengetahuan tersebut
b. Partisifasi professional mereka dalam program yang bertujuan memperbaiki derajat kesehatan
melalui pemahaman yang lebih besar tentang hubungan antara gejala bio-sosio-budaya dengan
kesehatan serta melalui perubahan tingkah laku sehat kearah yang diyakini akan meningkatkan
kesehatan yang lebih baik
Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, berbagai ilmu yang menunjang profesi sangat
diperlukan guna mendukung tenaga kerja yang professional. Didalam bidang kesehatan itu
sendiri khususnya perawat berbagai ilmu ilmu yang mencangkup bidangnya sangat penting
untuk dikuasai dan dipahami salah satunya yaitu antropologi kesehatan. Hubungan antara
budaya dengan kesehatan sangatlah erat hubungannya. Seringkali sulit untuk membedakan
antara antropologi kesehatan dan sosiologi bagi ilmuan yang kurang berkecimpung dalam
memahami ilmu sosial. Objek material kedua ilmu itu memang memiliki kesamaan yaitu
antropologi dan sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari fan memahami manusia sebagai
bagian dari suatu kelompok atau masyarakat demikian pula dengan data dan model atau teori
bias saling meminjam. Artinya bias sendiri ataupun bersama-sama digunakan dalam bahasan
antropologi kesehatan ataupun sosiologi kesehatan .
Perkembangan antropologi kesehatan sehubungan dengan fenomena konsep sehat sakit
dapat dilihat dari factor berikut :
1. Biologis dan ekologis disebut sebagai kutub biologi dengan mengamati pertumbuhan dan
perkembangan manusia maupun penyakit dalam evolusi ekologis. Kajian ini didukung ilmu lain
seperti genetika, anatomi, serologi, biokimia
2. Psikologis dan sosial budaya disebut sebagai kutub sosial mengamati prilaku sakit pada pasien,
mempelajari etnomedisin, petugas kesehatan dan profesionalisme, hubungan perawat-dokter-
petugas farmasi. Kajian ini didukung ilmu seperti psikologi, sosiologi, administrasi, poloyik,
komunikasi, bahasa, kesehatan masyarakat, pendidikan kesehatan.
Rumah sakit yaitu suatu bahagian menyeluruh, ( Integrasi ) dari organisasi dan medis,
berfungsi memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada masyarakat baik kuratif maupun
rehabilitatif, dimana output layanannya menjangkau pelayanan keluarga dan lingkungan, rumah
sakit juga merupakan pusat pelatihan tenaga kesehatan serta untuk penelitian biososial.
Sakit menjadi organisasi padat karya spesialis dan merupakan tempat dimana terjadi proses
pengubahan dari masukan menjadi luaran. Masukan utama adalah dokter, perawat personil
lainnya Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis profesional yang
terorganisir serta sarana kedokteran yang parmanen menyelenggarakan pelayanan kesehatan,
asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita
oleh pasien.
Adanya kemajuan teknologi disertai dengan penggunaan cara-cara baru dibidang diagnostik
dan terapeutik mengharuskan rumah sakit mempekerjakan berbagai profesi kedokteran dan
profesi lain sehingga rumah, prasarana, sarana peralatan dan sebagainya merupakan bagian dari
rumah sakit.
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam sejarah kuno, kepercayaan dan pengobatan berhubungan sangat erat. Salah satu
contoh institusi pengobatan tertua adalah kuil Mesir. Kuil Asclepius di Yunani juga dipercaya
memberikan pengobatan kepada orang sakit, yang kemudian juga diadopsi bangsa Romawi
sebagai kepercayaan. Kuil Romawi untuk Æsculapius dibangun pada tahun 291 SM di
tanah Tiber, Roma dengan ritus-ritus hampir sama dengan kepercayaan Yunani, Institusi yang
spesifik untuk pengobatan pertama kali, ditemukan di India. Rumah sakit Brahmanti pertama kali
didirikan di Sri Lanka pada tahun 431 SM, kemudian Raja Ashoka juga mendirikan 18 rumah
sakit di Hindustan pada 230 SM dengan dilengkapi tenaga medis dan perawat yang dibiayai
anggaran kerajaan.
Rumah sakit pertama yang melibatkan pula konsep pengajaran pengobatan, dengan
mahasiswa yang diberikan pengajaran oleh tenaga ahli, adalah Akademi Gundishapur di
Kerajaan Persia. Bangsa Romawi menciptakan valetudinaria untuk pengobatan budak, gladiator,
dan prajurit sekitar 100 SM.
Adopsi kepercayaan Kristiani turut memengaruhi pelayanan medis di sana. Konsili Nicea
Ipada tahun 325 memerintahkan pihak Gereja untuk juga memberikan pelayanan kepada orang-
orang miskin, sakit, janda, dan musafir. Setiap satu katedral di setiap kota harus menyediakan
satu pelayanan kesehatan. Salah satu yang pertama kali mendirikan adalah Saint Sampson di
Konstantinopel dan Basil, bishop of Caesarea. Bangunan ini berhubungan langsung dengan
bagunan gereja, dan disediakan pula tempat terpisah untuk penderita lepra.
Rumah sakit abad pertengahan di Eropa juga mengikuti pola tersebut. Di setiap tempat
peribadahan biasanya terdapat pelayanan kesehatan oleh pendeta dan suster (Frase Perancis
untuk rumah sakit adalah hôtel-Dieu, yang berarti "hostel of God."). Namun beberapa di
antaranya bisa pula terpisah dari tempat peribadahan. Ditemukan pula rumah sakit yang
terspesialisasi untuk penderita lepra, kaum miskin, atau musafir.
Rumah sakit dalam sejarah Islam memperkenalkan standar pengobatan yang tinggi pada
abad 8 hingga 12. Rumah sakit pertama dibangun pada abad 9 hingga 10 mempekerjakan 25 staff
pengobatan dan perlakuan pengobatan berbeda untuk penyakit yang berbeda pula. Rumah sakit
yang didanai pemerintah muncul pula dalam sejarah Tiongkok pada awal abad 10, Perubahan
rumah sakit menjadi lebih sekular di Eropa terjadi pada abad 16 hingga 17. Tetapi baru pada
abad 18 rumah sakit modern pertama dibangun dengan hanya menyediakan pelayanan dan
pembedahan medis. Inggris pertama kali memperkenalkan konsep ini. Guy's Hospital didirikan
di London pada 1724 atas permintaan seorang saudagar kaya Thomas Guy. Rumah sakit yang
dibiayai swasta seperti ini kemudian menjamur di seluruh Inggris Raya. Di koloni Inggris di
Amerika kemudian berdiri Pennsylvania General Hospital di Philadelphia pada 1751. setelah
terkumpul sumbangan £2,000. Di Eropa Daratan biasanya rumah sakit dibiayai dana publik.
Namun secara umum pada pertengahan abad 19 hampir seluruh negara di Eropa dan Amerika
Utara telah memiliki keberagaman rumah sakit.
Tidak mudah ternyata membuat sistem informasi rumah sakit. Sistem yang ideal yang
mampu mencakup keseluruhan bagian dalam rumah sakit. Dari sub-sistem yang menangani data
pasien sampai masalah keuangan perusahaan. Desain sistem informasi rumah sakit sepenuhnya
tergantung hasil negosiasi dengan pihak rumah sakit. Bisa dibuat sebuah sistem yang besar yang
mencakup keseluruhan aspek dalam rumah sakit, atau bisa juga dipecah-pecah guna
menyederhanakan pemetaan masalah. Hal-hal yang dicakup dalam sebuah sistem informasi
rumah sakit antara lain :
3. Penanganan dan pengolahan data medis (diagnosa, tindakan, dan terapi) pasien
4. Penanganan dan pengolahan data kunjungan pasien
5. Penanganan pembayaran atas tindakan dan pelayanan (Tunai, Askes atau hutang)
7. Aplikasi Farmasi
9. Aplikasi Kepegawaian
· Keterlibatan Asisten
1. Asisten dlm pengobatan dilibatkan - bersifat seremonial
2. Peran sampingan sedikit memberikan sumbangan kesembuhan
3. Shaman (irian) menggunakan medium/asisten yg disukai roh utk mengundang roh dihadapan
penyembuh.
4. Manang (kalimantan) menggunakan asisten utk penyembuhan
Perbedaan Sistem Medis
·
Bentuk Alternatif Masuk Rumah Sakit
1. Perlu perawatan Rumah Sakit Jiwa yang efektif, kombinasi yang disertai iklim manusiawi.
Rumah Sakit yang terbuka akan menimbulkan kesan santai terhadap perawatan hasilnya akan
menguntungkan.
2. Pada masa Yunani, masuk Rumah Sakit secara tradisional melambangkan ditinggalkannya
pasien oleh keluarga.
3. Orang yunani beranggapan hubungan antar manusia sama pentingnya bagi sehat maupun sakit
keras karena dampaknya Rumah Sakit hubungan informal, kotor, berdesakan (tidak disukai org
modern) akibat nya akan berdampak kesembuhan dalam konteks budaya yunani.
World Health Organization (WHO) mendefinisikan rumah sakit sebagai sebuah sarana
tinggal yang menyediakan pelayanan medik singkat atau lama, yang meliputi pelayanan
pengamatan, diagnostik, pengobatan dan pemulihan untuk mereka yang menderita penyakit atau
cedera dan untuk yang melahirkan. Rumah sakit dapat menyediakan dan dapat juga tidak
menyediakan pelayanan untuk pasien rawat jalan.
Sebagai perwujudan pemenuhan hak kesehatan, pemerintah wajib menyediakan rumah
sakit sesuai kebutuhan masyarakat dan memberikan jaminan pembiayaan bagi penduduk miskin
sesuai peraturan perundang-undangan. Pemerintah juga bertanggung jawab membina dan
mengatur rumah sakit agar memberikan pelayanan yang bermutu dan profesional.
Mengapa hal-hal tesebut diatas perlu dilakukan?. Karena pelayanan rumah sakit
mempunyai sifat-sifat atau karakteristik tersendiri. Karakteristik ini diakibatkan oleh karena
rumah sakit merupakan suatu organisasi yang sangat kompleks karena padat sumber daya
manusia, padat modal, padat teknologi dan ilm pengetahuan.
Karakteristik rumah sakit tersebut meliputi :
1. Uncertainty atau ketidakpastian, bahwa kebutuhan akan pelayanan rumah sakit tidak bisa
dipastikan baik waktunya, tempatnya, maupun besarnya biaya yang dibutuhkan. Sifat inilah yang
menyebabkan timbulnya respons penyelenggaran mekanisme asuransi di dalam pelayanan
kesehatan. Ciri ini pula yang mengundang mekanisme derma di dalam masyarakat tradisional
dan modern. Karena pada akhirnya ciri ini menurunkan keunikan lain yang menyangkut aspek
peri kemanusiaan (humanitarian) dan etika.
2. Asymetry of information, bahwa konsumen pelayanan rumah sakit berada pada posisi yang lebih
lemah sedangkan Rumah Sakit mengetahui jauh lebih banyak tentang manfaat dan kualitas
pelayanan yang “dijualnya”. misalnya kasus ekstrim pembedahan, pasien hampir tidak memiliki
kemampuan untuk mengetahui apakah ia membutuhkan Kondisi ini sering dikenal dengan
consumer ignorance atau konsumen yang bodoh.
3. Externality, bahwa konsumsi pelayanan kesehatan/rumah sakit tidak saja mempengaruhi
“pembeli” tetapi juga bukan pembeli. Demikian juga risiko kebutuhan pelayanan kesehatan tidak
saja mengenai pasien melainkan juga publik.
BAB IV
PENUTUP
Antropologi Kesehatan berdasarkan definisinya mempelajari kesehatan manusia dari dua
sisi, yaitu cultural dan biologis tetapi tidak dilihat terpisah sehingga disebut biocultural.
Penggunaan ilmu ini dalam “masyarakat kesehatan” sangat berguna membantu
keberhasilan program-program kesehatan dalam dunia praktis.
DAFTAR PUSTAKA
Masinambow, E.K.M (Ed) 1997 Koentjaraningrat dan Antropologi di Indonesia, Jakarta:
Asosiasi Antropologi Indonesia dan Yayasan Obor Indonesia.
Suparlan, Pasurdi 1995 Antropologi dalam Pembangunan. Jakarta: UI Press
Koerjaningrat. 1990 antropologi sosial . Jakarta:PT.dia rakyat