Sie sind auf Seite 1von 15

MAKALAH IMPLIKASI ANTROPOLOGI DALAM PRAKTEK

KEPERAWATAN DAN RUMAH SAKIT

KELOMPOK 1 :
1. ADI IVAN NGESTU PRATOMO
2. DWI RAHAYU
3. SKOLASTIKA DINA
4. ST SHOFIYAH
5. TRIANA NOVIANTI
6. YUNI PURWANINGSIH

AKPER INSAN HUSADA SURAKARTA


TAHUN AJARAN 2017/2018
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Istilah sehat dalam kehidupan sehari-hari sering dipakai untuk menyatakan bahwa sesuatu
dapat bekerja secara normal. Bahkan benda mati pun seperti kendaraan bermotor atau mesin, jika
dapat berfungsi secara normal, maka seringkali oleh pemiliknya dikatakan bahwa kendaraannya
dalam kondisi sehat. Kebanyakan orang mengatakan sehat jika badannya merasa segar dan
nyaman. Bahkan seorang dokterpun akan menyatakan pasiennya sehat manakala menurut hasil
pemeriksaan yang dilakukannya mendapatkan seluruh tubuh pasien berfungsi secara normal.
Namun demikian, pengertian sehat yang sebenarnya tidaklah demikian. Pengertian sehat
menurut UU Pokok Kesehatan No. 9 tahun 1960, Bab I Pasal 2 adalah keadaan yang meliputi
kesehatan badan (jasmani), rohani (mental), dan sosial, serta bukan hanya keadaan bebas dari
penyakit, cacat, dan kelemahan. Pengertian sehat tersebut sejalan dengan pengertian sehat
menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1975 sebagai berikut: Sehat adalah suatu
kondisi yang terbebas dari segala jenis penyakit, baik fisik, mental, dan sosial.

Batasan kesehatan tersebut di atas sekarang telah diperbaharui bila batasan kesehatan yang
terdahulu itu hanya mencakup tiga dimensi atau aspek, yakni: fisik, mental, dan sosial, maka
dalam Undang- Undang N0. 23 Tahun 1992, kesehatan mencakup 4 aspek, yakni: fisik (badan),
mental (jiwa), sosial, dan ekonomi. Batasan kesehatan tersebut diilhami oleh batasan kesehatan
menurut WHO yang paling baru. Pengertian kesehatan saat ini memang lebih luas dan dinamis,
dibandingkan dengan batasan sebelumnya. Hal ini berarti bahwa kesehatan seseorang tidak
hanya diukur dari aspek fisik, mental, dan sosial saja, tetapi juga diukur dari produktivitasnya
dalam arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan sesuatu secara ekonomi.

Bagi yang belum memasuki dunia kerja, anak dan remaja, atau bagi yang sudah tidak
bekerja (pensiun) atau usia lanjut, berlaku arti produktif secara sosial. Misalnya produktif secara
sosial-ekonomi bagi siswa sekolah atau mahasiswa adalah mencapai prestasi yang baik, sedang
produktif secara sosial-ekonomi bagi usia lanjut atau para pensiunan adalah mempunyai kegiatan
sosial dan keagamaan yang bermanfat, bukan saja bagi dirinya, tetapi juga bagi orang lain atau
masyarakat.

Keempat dimensi kesehatan tersebut saling mempengaruhi dalam mewujudkan tingkat


kesehatan seseorang, kelompok atau masyarakat.

Antropologi adalah suatu studi ilmu yang mempelajari tentang manusia baik dari segi
budaya, perilaku, keanekaragaman, dan lain sebagainya. Antropologi adalah istilah kata bahasa
Yunani yang berasal dari kata anthropos dan logos. Anthropos berarti manusia dan logos
memiliki arti cerita atau kata.

Objek dari antropologi adalah manusia di dalam masyarakat suku bangsa, kebudayaan dan
prilakunya. Ilmu pengetahuan antropologi memiliki tujuan untuk mempelajari manusia dalam
bermasyarakat suku bangsa, berperilaku dan berkebudayaan untuk membangun masyarakat itu
sendiri.

1.2 Tujuan

a. Untuk mengetahui bagaimana penerapan rumah sakit dalam pandangan antropologi


kesehatan

b. Untuk mengetahui Implikasi dalam praktik di Rumah Sakit


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi implikasi
 Kata implikasi memiliki arti yang cukup luas sehingga maknanya cukup beragam.
 Implikasi didefinisikan sebagai suatu akibat yang terjadi karena suatu hal , implikasi memiliki
makna bahwa sesuatu yang disimpulkan dalam suatu penelitian yang lugas dan jelas.
 Implikasi dalam bahasa Indonesia adalah efek yang ditimbulkan dimasa depan atau dampak
yang dirasakan ketika melakukan sesuatu.
 Implikasi adalah akibat langsung yang terjadi karena suatu hal misalnya : penemuan atau
karena hasil penelitian.

2.2 Macam-macam implikasi :


 Implikasi teoritis : pada bagian ini peneliti menyajikan gambaran lengkap mengenai implikasi
teoritikal dari penelitian. Bagian ini bertujuan untuk meyakinkan penguji pada mengenai
konstribusi terhadap ilmu pengetahuan dalam teori-teori yang digunakan untuk memecahkan
masalah penelitian, tetapi implikasinya bagi teori-teori yang relevan dengan bidang kajian utama
yang disajikan dalam model teoritis.
 Implikasi manajerial : pada bagian ini, peneliti menyajikan berbagai implikasi kebijakan yang
dapat dihubungkan dengan temuan-temuan yang dihasilkan dalam penelitian ini implikasi
manajerial memberikan konstribusi praktis bagi manajemen.
 Implikasi metodologi : bagian ini bersifat opsional dan menyajikan refleksi penulis mengenai
metodologi yang digunakan dalam penelitiannya. Misalnya pada bagian ini dapat disajikan
penjelasan mengenai bagian-bagian metode penelitian mana yang telah dilakukan dengan sangat
baik dan bagian mana yang relative sulit serta prosedur mana yang telah dikembangkan untuk
mengatasi berbagai kesulitan yang sebelumnya tidak digambarkan sebelumnya dalam metode
penelitian.

2.3 Pengertian Antropologi Kesehatan


Antropologi Kesehatan adalah pemahaman biobudaya manusia dan karya-karyanya, yang
berhubungan dengan kesehatan dan pengobatan ( Hochtrasser dan Tapp, 1970;245) Antropologi
mempunyai pandangan tentang pentingnya pendekatan budaya. Budaya merupakan pedoman
individual sebagai anggota masyarakat dan bagaimana cara memandang dunia, bagaimana
mengungkapkan emosinya, dan bagaimana berhubungan dengan orang lain, kekuatan
supernatural, atau Tuhan serta lingkungan alamnya.
Pandangan para ahli tentang Antropologi Kesehatan :
 Menurut Weaver ( Weaver, 1968;1) Antropologi Kesehatan adalah cabang dari antropologi
terapan yang menangani berbagai aspek dari kesehatan dan penyakit.
 Menurut Hasan dan Prasad ( 1959;21-22) Antropologi Kesehatan adalah cabang dari ilmu
mengenai manusia yang mempelajari aspek-aspek biologi dan kebudayaan manusia (termasuk
sejarahnya) dari titik tolak pandangan untuk memahami kedokteran (medical), sejarah
kedokteran (medico-historical), hukum kedokteran (medico-legal), aspek sosial kedokteran
(medico-sosial) dan masalah-masalah kesehatan manusia.

Dari definisi yang dibuat para ahli, dapat disimpulkan bahwa antropologi kesehatan
mencangkup :
a. Mendefinisi secara komprehensif dan interpretasi berbagai macam masalah tentang hubungan
timbal balik biobudaya, antar tingkah laku manusia dimasalalu dan masakini dengan derajat
kesehatan dan penyakit tanpa mengutamakan perhatian pada penggunaan praktis dari
pengetahuan tersebut
b. Partisifasi professional mereka dalam program yang bertujuan memperbaiki derajat kesehatan
melalui pemahaman yang lebih besar tentang hubungan antara gejala bio-sosio-budaya dengan
kesehatan serta melalui perubahan tingkah laku sehat kearah yang diyakini akan meningkatkan
kesehatan yang lebih baik

2.4 Implikasi antropologi kesehatan terhadap praktik keperawatan


1. Antropologi kesehatan dan ekologi keperawatan
Para antropologi kesehatan pada masa kini khususnya di amerika bekerja dibidang kesehatan
masyarakat, fakultas kedokteran, sekolah perawat dirumah sakit, dan departemen kesehatan serta
dijurusan antropologi pada universitas umum. Mereka melakukan penelitian dalam topic seperti
manusia, anatomi, pediatric, epidemiologi, kesehatan jiwa, penyalah gunaan obat, definisi
mengenai sehat dan penyakit, layihan petugas kesehatan, birokasi medis, pengaturan dan
pelaksanaan rumah sakit, hubungan dokter-pasien, dan proses memperkenalkan system
kesehatan tradisional.
2. Konsep-konsep penting dalam antropologi kesehatan dan ekologi keperawatan
a) System adalah agregasi pengelompokan objek-objek yang dipersatukan oleh beberapa bentuk
interaksi yang tetap atau saling tergantung, sekelompok unit yang berbedayang dikombinasikan
sedemikian rupa alam atau oleh seni sehingga membentuk suatu keseluruhan yang integral dan
berfungsi, beroperasi atau bergerak dalam suatu kesatuan
b) System sosial-budaya atau kebudayaan adalah keseluruhan yang integral dalam interaksi antar
manusia
c) Ekosistem adalah suatu interaksi antar kelompok tanaman dan satwa dalam lingkungan non
hidup mereka (hardesty 1977;289) Hubungan antropologi kesehatan dengan ekologi dalam
praktek keperawatan . hubungan manusia dengan lingkungan , dengan tingkah lakunya, dengan
penyakitnya, cara dimana penyakitnya dan tingkahlakunya mempengaruhi evolusi atau
kebudayaan selalu melalui proses umpan balik. Pendekatan Ekologis Merupakan dasar bagi studi
tentang masalah-masalah epidemiologi.cara-cara dimana tingkah laku individu dan kelompok
menentukan derajat kesehatan dan timbulnya penyakit yang berbeda-beda dalam populasi yang
berbeda-beda.. contoh : semakin maju suatu bangsa, penyakit yang dideritapun berbeda dengan
bangsa yang baru berkembang. penyakit-penyakit infeksi seperti malaria, demam berdarah, TBC
dll pada umumnya terdapat pada Negara yang berrkembang, sedangkan penyakit-penyakit non
infeksi seperti stress, depresi, kanker, hipertensi, umumnya terdapat pada Negara-negara maju.
Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi yang berbeda pada kedua kelompok tersebut.

Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, berbagai ilmu yang menunjang profesi sangat
diperlukan guna mendukung tenaga kerja yang professional. Didalam bidang kesehatan itu
sendiri khususnya perawat berbagai ilmu ilmu yang mencangkup bidangnya sangat penting
untuk dikuasai dan dipahami salah satunya yaitu antropologi kesehatan. Hubungan antara
budaya dengan kesehatan sangatlah erat hubungannya. Seringkali sulit untuk membedakan
antara antropologi kesehatan dan sosiologi bagi ilmuan yang kurang berkecimpung dalam
memahami ilmu sosial. Objek material kedua ilmu itu memang memiliki kesamaan yaitu
antropologi dan sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari fan memahami manusia sebagai
bagian dari suatu kelompok atau masyarakat demikian pula dengan data dan model atau teori
bias saling meminjam. Artinya bias sendiri ataupun bersama-sama digunakan dalam bahasan
antropologi kesehatan ataupun sosiologi kesehatan .
Perkembangan antropologi kesehatan sehubungan dengan fenomena konsep sehat sakit
dapat dilihat dari factor berikut :
1. Biologis dan ekologis disebut sebagai kutub biologi dengan mengamati pertumbuhan dan
perkembangan manusia maupun penyakit dalam evolusi ekologis. Kajian ini didukung ilmu lain
seperti genetika, anatomi, serologi, biokimia
2. Psikologis dan sosial budaya disebut sebagai kutub sosial mengamati prilaku sakit pada pasien,
mempelajari etnomedisin, petugas kesehatan dan profesionalisme, hubungan perawat-dokter-
petugas farmasi. Kajian ini didukung ilmu seperti psikologi, sosiologi, administrasi, poloyik,
komunikasi, bahasa, kesehatan masyarakat, pendidikan kesehatan.

2.5 Kegunaan Antropologi Bagi Ilmu-ilmu Kesehatan


Anderson (2006 : 247) menyatakan bahwa kegunaan antropologi bagi ilmu-ilmu kesehatan
terletak dalam 3 kategori utama :
a. Ilmu antropologi memberikan suatu cara yang jelas dalam memandang masyarakat secara
keseluruhan maupun para anggota individual mereka. Ilmu antropologimenggunakan pendekatan
yang menyeluruh atau bersifat sistem, dimana peneliti secara tetap menanyakan, bagaimana
seluruh bagian dari sistem itu saling menyesuaikan dan bagaimana sistem itu bekerja.
b. Ilmu antropologi memberikan suatu model yang secara operasional berguna untuk menguraikan
proses-proses perubahan sosial dan buaya dan juga untuk membantu memahami keadaan dimana
para warga dari “kelompok sasaran” melakukan respon terhadap kondisi yang berubah dan
adanya kesempatan baru.
c. Ahli antropologi menawarkan kepada ilmu-ilmu kesehatan suatu metodologi penelitian yang
longgar dan efektif untuk menggali serangkaian masalah teoritis dan praktis yang sangat luas,
yang dihadapi dalam berbagai program kesehatan.
Begitu pula sebaliknya, menurut Anderson (2006 : 244) ilmu-ilmu kesehatan menawarkan
kepada ilmu antropologi berbagai bidang yang khusus, yang langsung dapat dibandingkan
dengan subjek-subjek tradisional seperti masyarakat rumpun dan desa-desa.

2.6 Pengertian Rumah Sakit

Pengertian rumah sakit menurut WHO 1957

Rumah sakit yaitu suatu bahagian menyeluruh, ( Integrasi ) dari organisasi dan medis,
berfungsi memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada masyarakat baik kuratif maupun
rehabilitatif, dimana output layanannya menjangkau pelayanan keluarga dan lingkungan, rumah
sakit juga merupakan pusat pelatihan tenaga kesehatan serta untuk penelitian biososial.

Sakit menjadi organisasi padat karya spesialis dan merupakan tempat dimana terjadi proses
pengubahan dari masukan menjadi luaran. Masukan utama adalah dokter, perawat personil
lainnya Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis profesional yang
terorganisir serta sarana kedokteran yang parmanen menyelenggarakan pelayanan kesehatan,
asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita
oleh pasien.

Adanya kemajuan teknologi disertai dengan penggunaan cara-cara baru dibidang diagnostik
dan terapeutik mengharuskan rumah sakit mempekerjakan berbagai profesi kedokteran dan
profesi lain sehingga rumah, prasarana, sarana peralatan dan sebagainya merupakan bagian dari
rumah sakit.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Rumah sakit dalam pandangan antropologi kesehatan


Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis profesional yang
terorganisir serta sarana kedokteran yang parmanen menyelenggarakan pelayanan kesehatan,
asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita
oleh pasien.

3.2 Sejarah Rumah Sakit Dalam Antropologi

Dalam sejarah kuno, kepercayaan dan pengobatan berhubungan sangat erat. Salah satu
contoh institusi pengobatan tertua adalah kuil Mesir. Kuil Asclepius di Yunani juga dipercaya
memberikan pengobatan kepada orang sakit, yang kemudian juga diadopsi bangsa Romawi
sebagai kepercayaan. Kuil Romawi untuk Æsculapius dibangun pada tahun 291 SM di
tanah Tiber, Roma dengan ritus-ritus hampir sama dengan kepercayaan Yunani, Institusi yang
spesifik untuk pengobatan pertama kali, ditemukan di India. Rumah sakit Brahmanti pertama kali
didirikan di Sri Lanka pada tahun 431 SM, kemudian Raja Ashoka juga mendirikan 18 rumah
sakit di Hindustan pada 230 SM dengan dilengkapi tenaga medis dan perawat yang dibiayai
anggaran kerajaan.

Rumah sakit pertama yang melibatkan pula konsep pengajaran pengobatan, dengan
mahasiswa yang diberikan pengajaran oleh tenaga ahli, adalah Akademi Gundishapur di
Kerajaan Persia. Bangsa Romawi menciptakan valetudinaria untuk pengobatan budak, gladiator,
dan prajurit sekitar 100 SM.

Adopsi kepercayaan Kristiani turut memengaruhi pelayanan medis di sana. Konsili Nicea
Ipada tahun 325 memerintahkan pihak Gereja untuk juga memberikan pelayanan kepada orang-
orang miskin, sakit, janda, dan musafir. Setiap satu katedral di setiap kota harus menyediakan
satu pelayanan kesehatan. Salah satu yang pertama kali mendirikan adalah Saint Sampson di
Konstantinopel dan Basil, bishop of Caesarea. Bangunan ini berhubungan langsung dengan
bagunan gereja, dan disediakan pula tempat terpisah untuk penderita lepra.
Rumah sakit abad pertengahan di Eropa juga mengikuti pola tersebut. Di setiap tempat
peribadahan biasanya terdapat pelayanan kesehatan oleh pendeta dan suster (Frase Perancis
untuk rumah sakit adalah hôtel-Dieu, yang berarti "hostel of God."). Namun beberapa di
antaranya bisa pula terpisah dari tempat peribadahan. Ditemukan pula rumah sakit yang
terspesialisasi untuk penderita lepra, kaum miskin, atau musafir.

Rumah sakit dalam sejarah Islam memperkenalkan standar pengobatan yang tinggi pada
abad 8 hingga 12. Rumah sakit pertama dibangun pada abad 9 hingga 10 mempekerjakan 25 staff
pengobatan dan perlakuan pengobatan berbeda untuk penyakit yang berbeda pula. Rumah sakit
yang didanai pemerintah muncul pula dalam sejarah Tiongkok pada awal abad 10, Perubahan
rumah sakit menjadi lebih sekular di Eropa terjadi pada abad 16 hingga 17. Tetapi baru pada
abad 18 rumah sakit modern pertama dibangun dengan hanya menyediakan pelayanan dan
pembedahan medis. Inggris pertama kali memperkenalkan konsep ini. Guy's Hospital didirikan
di London pada 1724 atas permintaan seorang saudagar kaya Thomas Guy. Rumah sakit yang
dibiayai swasta seperti ini kemudian menjamur di seluruh Inggris Raya. Di koloni Inggris di
Amerika kemudian berdiri Pennsylvania General Hospital di Philadelphia pada 1751. setelah
terkumpul sumbangan £2,000. Di Eropa Daratan biasanya rumah sakit dibiayai dana publik.
Namun secara umum pada pertengahan abad 19 hampir seluruh negara di Eropa dan Amerika
Utara telah memiliki keberagaman rumah sakit.

3.3 Sistem Informasi Rumah Sakit

Tidak mudah ternyata membuat sistem informasi rumah sakit. Sistem yang ideal yang
mampu mencakup keseluruhan bagian dalam rumah sakit. Dari sub-sistem yang menangani data
pasien sampai masalah keuangan perusahaan. Desain sistem informasi rumah sakit sepenuhnya
tergantung hasil negosiasi dengan pihak rumah sakit. Bisa dibuat sebuah sistem yang besar yang
mencakup keseluruhan aspek dalam rumah sakit, atau bisa juga dipecah-pecah guna
menyederhanakan pemetaan masalah. Hal-hal yang dicakup dalam sebuah sistem informasi
rumah sakit antara lain :

1. Penanganan pendaftaran pasien


2. Penanganan dan pengolahan data sosial pasien

3. Penanganan dan pengolahan data medis (diagnosa, tindakan, dan terapi) pasien
4. Penanganan dan pengolahan data kunjungan pasien

5. Penanganan pembayaran atas tindakan dan pelayanan (Tunai, Askes atau hutang)

6. Penanganan pasien dirujuk/ rujukan

7. Aplikasi Farmasi

8. Apliksai Gudang Material

9. Aplikasi Kepegawaian

10. Keuangan dan accounting rumah sakit

11. Pelaporan internal (pada pihak management)

12. Pelaporan eksterna

3.4 Pelayanan Kesehatan Dalam Konteks Antropologi


· Pelayanan Kesehatan Barat
1. Dunia barat/sekarang ini sakit ditangani di RS oleh dokter dan perawat.
2. Kelompok non-medikal : anggota keluarga/kerabat menjalankan fungsi minimal (selama
tahap akut )
3. Dunia Tradisional sebaliknya : kelompok non-medikal menjalankan peran yg sangat besar
pendukung pengobatan tanpa dibantu personal medis

· Keterlibatan Asisten
1. Asisten dlm pengobatan dilibatkan - bersifat seremonial
2. Peran sampingan  sedikit memberikan sumbangan kesembuhan
3. Shaman (irian) menggunakan medium/asisten yg disukai roh utk mengundang roh dihadapan
penyembuh.
4. Manang (kalimantan)  menggunakan asisten utk penyembuhan
Perbedaan Sistem Medis

Aspek Modern Tradisional

Sifat Keilmuan Empiris Spirital, Magic, irasional


Bisa Dipelajari Pewaris dan pelatihan
Ada sertifikasi formal Pengakuan
Percaya rasio dan teknologi Percaya kekuatan supra-N
Teknologi Mengalami Industrialisasi Sederhana

Sifat Praktek/perilaku Spesialisasi ( Dokter /perawat Baur ( seorang penyembuh bisa


spesialis ) mengobati byk hal)
Seleksi dan pendidikan Formal Seleksi Sosial
Kompensasi Material Kompensasi sosial, moral juga
material.

Struktur Rumah Sakit

1. Rumah Sakit adalah organisasi sangat otoriter/militer


2. Semua perintah/instruksi harus dijalankan tanpa kecuali, Asumsinya menyangkut hidup/mati
pasien.
3. Rumah sakit juga memiliki garis kebijakan sebagai organisasi
4. Hal ini menjadikan perawat dilema.
5. Kadang peraturan Rumah Sakit bertujuan untuk kepentingan Rumah Sakit daripada pasien.
6. Ada penilaian oleh tenga medis  Pasien baik/bermasalah dilihat dari : kooperatif, tidak
mengeluh dan kuat.
7. Masuk rumah sakit dipersepsikan dalam kegiatan yang sangat ritual : menimbulkan
kekhawatiran pasien

·
Bentuk Alternatif Masuk Rumah Sakit

1. Perlu perawatan Rumah Sakit Jiwa yang efektif, kombinasi yang disertai iklim manusiawi.
Rumah Sakit yang terbuka akan menimbulkan kesan santai terhadap perawatan hasilnya akan
menguntungkan.
2. Pada masa Yunani, masuk Rumah Sakit secara tradisional melambangkan ditinggalkannya
pasien oleh keluarga.
3. Orang yunani beranggapan hubungan antar manusia sama pentingnya bagi sehat maupun sakit
keras karena dampaknya Rumah Sakit hubungan informal, kotor, berdesakan (tidak disukai org
modern) akibat nya akan berdampak kesembuhan dalam konteks budaya yunani.

Karateristik Rumah sakit Menurut Antropologi

World Health Organization (WHO) mendefinisikan rumah sakit sebagai sebuah sarana
tinggal yang menyediakan pelayanan medik singkat atau lama, yang meliputi pelayanan
pengamatan, diagnostik, pengobatan dan pemulihan untuk mereka yang menderita penyakit atau
cedera dan untuk yang melahirkan. Rumah sakit dapat menyediakan dan dapat juga tidak
menyediakan pelayanan untuk pasien rawat jalan.
Sebagai perwujudan pemenuhan hak kesehatan, pemerintah wajib menyediakan rumah
sakit sesuai kebutuhan masyarakat dan memberikan jaminan pembiayaan bagi penduduk miskin
sesuai peraturan perundang-undangan. Pemerintah juga bertanggung jawab membina dan
mengatur rumah sakit agar memberikan pelayanan yang bermutu dan profesional.
Mengapa hal-hal tesebut diatas perlu dilakukan?. Karena pelayanan rumah sakit
mempunyai sifat-sifat atau karakteristik tersendiri. Karakteristik ini diakibatkan oleh karena
rumah sakit merupakan suatu organisasi yang sangat kompleks karena padat sumber daya
manusia, padat modal, padat teknologi dan ilm pengetahuan.
Karakteristik rumah sakit tersebut meliputi :
1. Uncertainty atau ketidakpastian, bahwa kebutuhan akan pelayanan rumah sakit tidak bisa
dipastikan baik waktunya, tempatnya, maupun besarnya biaya yang dibutuhkan. Sifat inilah yang
menyebabkan timbulnya respons penyelenggaran mekanisme asuransi di dalam pelayanan
kesehatan. Ciri ini pula yang mengundang mekanisme derma di dalam masyarakat tradisional
dan modern. Karena pada akhirnya ciri ini menurunkan keunikan lain yang menyangkut aspek
peri kemanusiaan (humanitarian) dan etika.
2. Asymetry of information, bahwa konsumen pelayanan rumah sakit berada pada posisi yang lebih
lemah sedangkan Rumah Sakit mengetahui jauh lebih banyak tentang manfaat dan kualitas
pelayanan yang “dijualnya”. misalnya kasus ekstrim pembedahan, pasien hampir tidak memiliki
kemampuan untuk mengetahui apakah ia membutuhkan Kondisi ini sering dikenal dengan
consumer ignorance atau konsumen yang bodoh.
3. Externality, bahwa konsumsi pelayanan kesehatan/rumah sakit tidak saja mempengaruhi
“pembeli” tetapi juga bukan pembeli. Demikian juga risiko kebutuhan pelayanan kesehatan tidak
saja mengenai pasien melainkan juga publik.
BAB IV

PENUTUP
 Antropologi Kesehatan berdasarkan definisinya mempelajari kesehatan manusia dari dua
sisi, yaitu cultural dan biologis tetapi tidak dilihat terpisah sehingga disebut biocultural.
 Penggunaan ilmu ini dalam “masyarakat kesehatan” sangat berguna membantu
keberhasilan program-program kesehatan dalam dunia praktis.

DAFTAR PUSTAKA
Masinambow, E.K.M (Ed) 1997 Koentjaraningrat dan Antropologi di Indonesia, Jakarta:
Asosiasi Antropologi Indonesia dan Yayasan Obor Indonesia.
Suparlan, Pasurdi 1995 Antropologi dalam Pembangunan. Jakarta: UI Press
Koerjaningrat. 1990 antropologi sosial . Jakarta:PT.dia rakyat

Das könnte Ihnen auch gefallen