Sie sind auf Seite 1von 14

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN

PELAKSANAAN PEMBERIAN INJEKSI


DI RS. DR. SOETARTO
YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh:

LATIFAH
090201113

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2011
HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN
PELAKSANAAN PEMBERIAN INJEKSI
DI RS. DR. SOETARTO
YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Guna Melengkap Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan


pada Program Pendidikan Ners – Program Studi Ilmu Keperawatan
di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah
Yogyakarta

Disusun oleh:

LATIFAH
090201113

Telah disetujui oleh pembimbing pada tanggal Maret 2011

Pembimbing

Sri Hendarsih, SKep. M.Kes

ii
THE RELATIONSHIP BETWEEN THE NURSING KNOWLEDGE AND
IMPLEMENTATION OF INJECTION GIVING AT DR SOETARTO
HOSPITAL YOGYAKARTA1

Latifah2, Sri Hendarsih3

ABSTRACT
The patient safety during the inpatient care in the hospital depends on the
knowledge level of the health workers especially the nurses since they are the
front liners who implement the care during the patients are hospitalized. A nurse
should know about the six correct principles, so that the patients get the maximum
safety and protection. The writer, on her preliminary research done in June 2010
at DR. Soetarto Hospital Yogyakarta, found that some nurses were not quite
discipline in giving the medication, such as giving incorrect injection, giving the
drug out of the schedule, mixing some drug to be injected in one time, and the
reuse of the syringes. The aim of this research is to know the relationship between
the nursing knowledge and the implementation of injection giving at DR. Soetarto
Hospital Yogyakarta.
This is a non-experimental quantitative research with the cross-sectional
approach. The population in this research is all 40 inpatient nurses at DR. Soetarto
Hospital Yogyakarta. The sampling used total sampling technique. The data
collection used the questionnaire and observation. The analysis used Chi Square
test.
The result of the research shows that the nurses’ knowledge on the injection
giving mostly in the good category or 82.5%. The implementation of the injection
giving is mostly in line with the SOP or 87.5%. There is a relationship between
nursing knowledge and the implementation of injection giving at DR. Soetarto
Hospital Yogyakarta ( 2count=20.804 with =0.000). The writer recommends
that the nurses should develop their knowledge about the injection giving based
on the need and the progress of the health technology so that they can perform
their duty to care the patients professionally, especially on how to give the
injection correctly.

Key word : Knowledge, Injection Giving, Nurse

1
Course Work Title
2
The Student of S1 Nursing Department STIKES A’isyiyah Yogyakarta
3
The Lecturer of STIKES A’isyiyah Yogyakarta

iii
1

PENDAHULUAN dirumah sakit merupakan pelayanan


keperawatan, sehingga dalam
Keselamatan pasien merupakan isu melaksanakan peran sebagai pelaksana
global yang paling penting saat ini dimana dan pengelola pelayanan, perawat harus
sekarang ini banyak dilaporkan tuntutan mampu mengembangkan dan
pasien atas medical error yang terjadi pada melaksanakan suatu bentuk pelayanan
dirinya. Menurut laporan Institute Of yang menguntungkan dan dapat dijangkau
Medicine (IOM) di Amerika Serikat oleh masyarakat sesuai dengan
dilaporkan bahwa setiap tahun minimal kebutuhannya secara holistik dan
terdapat 48-100 ribu pasien meninggal berkesinambungan.
akibat medikal error dipusat-pusat Perawat sebagai salah satu pelaksana
pelayanan kesehatan menyebabkan terapi berpotensi besar melakukan suatu
tuntutan hukum yang dialami rumah sakit kesalahan jika tidak mempunyai
semakin meningkat. Rumah sakit perlu pengetahuan dan kesadaran yang tinggi
mengembalikan kepercayaan masyarakat bahwa tindakan yang dilakukan akan
melalui program keselamatan pasien memberikan efek pada pasien salah satu
dimana World Health Organization contohnya adalah dalam pemberian obat.
(WHO) telah memulainya pada tahun Perawat yang profesional mempunyai
2004. peranan yang sangat penting dalam
Di Indonesia gerakan keselamatan pemberian injeksi dan pengobatan.
pasien rumah sakit (GKPRS) dicanangkan Perawat bertanggung jawab untuk
menteri kesehatan Republik Indonesia mengetahui segala sesuatu yang dapat
pada 21 agustus 2005 (Rahayuningsih, mempengaruhi asuhan keperawatan
2006). Setiap rumah sakit membentuk tim terutama berhubungan dengan pemberian
keselamatan pasien rumah sakit. Kejadian injeksi. Peran perawat dalam pengobatan
yang terjadi dibahas oleh tim, dianalisa adalah memberikan obat pada waktunya,
dan dilaporkan kepada pusat tanpa pasien mengkaji kemampuan pasien untuk
tersebut tahu apa yang sebenarnya terjadi mengatur obatnya, dan melakukan
pada dirinya. Hal ini yang membuat pendidikan tentang obat serta monitoring
keselamatan pasien di rumah sakit di (Potter dan Perry, 2005). Perawat dalam
Indonesia belum maksimal karena setiap memberikan obat kepada pasien
data dan kejadian yang terjadi tidak boleh mempunyai prinsip yang sering disebut
diberitahukan kepada pasien dan dengan prinsip enam benar yaitu benar
masyarakat umum. pasien, benar obat, benar dosis, benar rute,
Keselamatan pasien selama dirumah benar waktu, dan benar
sakit ini juga sangat tergantung dengan pendokumentasian.
tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh Pelayanan dan asuhan keperawatan
petugas kesehatan khususnya perawat, terdiri dari pelayanan dan asuhan
karena perawat adalah pelaksana tenaga keperawatan dasar (basic nursing) serta
kesehatan selama pasien dirumah sakit. pelayanan dan asuhan keperawatan
Seorang perawat harus tahu tentang lanjutan (advance nursing). Pelayanan
prinsip enam benar sehingga klien lebih keperawatan dasar merupakan pelayanan
mendapatkan keamanan dan keselamatan keperawatan berkesinambungan yang
yang maksimal. diberikan oleh tenaga kesehatan
Perawat merupakan ujung tombak profesional kepada sistem klien meliputi
dalam pelayanan kesehatan kepada klien. individu, keluarga, kelompok dan
Peran perawat sangat penting dan masyarakat dalam rangka pemenuhan
menentukan untuk peningkatan mutu kebutuhan dasar manusia serta
pelayanan dirumah sakit. Rusmiati (2004) mengutamakan pada upaya promotif dan
menjelaskan bahwa 40-60% pelayanan preventif tanpa mengabaikan upaya
2

kuratif dan rehabilitatif serta kombinasi obat yang bertentangan


pemberdayaan sistem klien (Depkes, sehingga menimbulkan akibat beberapa
2005). kematian (Cohen, 2000). Tingginya angka
Kualitas pelayanan keperawatan yang kesalahan pemberian obat ini akan
baik adalah hal yang sangat diharapkan menimbulkan efek negatif pada kondisi
dari praktek asuhan keperawatan itu kesehatan klien dan memperpanjang
sendiri, sehingga sesuai dengan waktu perawatan klien dirumah sakit serta
Keputusan Menteri Kesehatan Indonesia meningkatkan biaya klien.
Nomor 836/Menkes/SK/VI/2005 tentang Berdasarkan studi pendahuluan yang
pedoman Pengembangan Manajemen penulis lakukan pada bulan juni 2010, di
Kinerja Perawat dan Bidan, menjadi acuan RS. dr. Soetarto Yogyakarta, data
bagi para pengelola dan pelaksana didapatkan bahwa RS. ini merupakan
keperawatan di berbagai sarana pelayanan rumah sakit yang sedang berkembang
kesehatan untuk dapat memberikan suatu yang memiliki 5 katagori bangsal
pelayanan yang berstsndar (Depkes, perawatan mulai dari kelas 3 sampai
2005). dengan VIP. Dengan jumlah perawat yang
Tidak ada obat yang tidak berbahaya, minim yaitu 40 orang, dimana untuk
dalam beberapa hal secara potensial tingkatan pendidikan terdapat 15 perawat
semuanya beracun dan harus ditetapkan yang berpendidikan SPK dan sisanya 25
serta digunakan secara hati-hati. perawat berpendidikan DIII.
Bagaimanapun juga bahaya obat dapat Saat studi pendahuluan Peneliti
sangat dikurangi dengan cara mengikuti menemukan beberapa perawat masih
ketentuan-ketentuan standar mutu obat kurang dalam kepatuhan melaksanakan
yang tinggi penetapan terapi obat yang prinsip pemberian obat. Seperti
normal dan pengunaan obat yang tepat menginjeksi obat yang salah, memberikan
oleh pasien. Pada setiap aspek pemberian obat tidak pada waktunya, menginjeksi
obat, perawat harus yakin tentang order dengan cara mencampur beberapa obat
pengobatan yang dibuat dokter sehingga sekaligus sehingga merusak obat,
tidak tumpang tindih kewenangan dalam memakai spuit (jarum suntik) berulang-
pelaksanaannya (Kozier Erb, 2001) ulang atau beberapa hari. Disadari atau
Dengan melihat order pengobatan tidak, tindakan yang dilakukan tersebut
maka bila ada kesalahan atau kekeliruan, dapat membahayakan keselamatan pasien.
penyidik akan mengetahui siapa yang Seperti menginjeksi dengan cara
bertangung jawab. Dalam hal ini, perawat mencampur beberapa obat sekaligus, obat
dapat dituntut bila ia menyimpang dari tersebut menjadi berpasir kecil. Jika obat
order yang diberikan sehingga tersebut masuk kedalam tubuh pasien
menyebabkan masalah pada pasien. Untuk dapat menghambat peredaran darah.
mencegah jangan sampai terkena sanksi Dengan adanya masalah diatas
ini, maka perawat harus selalu teliti, benar peneliti merasa tertarik untuk melakukan
dan hati-hati. Berdasarkan data di penelitian yang mengambarkan lebih rinci
Indonesia sendiri kesalahan pemberian tentang hubungan tingkat pengetahuan
obat diICU mencapai 96% dan puskesmas perawat tentang keselamatan pasien dan
80% (Bali Post, 2007). kepatuhan perawat dalam melaksanakan
Kesalahan dalam pemberian obat protap pemberian obat injeksi. Dalam
yang sering ditemukan meliputi penelitian yang dilakukan akan lebih
kekeliruan dalam mengidentifikasi pasien, ditekankan pada kepatuhan pelaksanaan
menetapkan jenis obat, order dosis yang protap pemberian obat injeksi.
salah, cara pemberian obat kepada pasien,
waktu pemberian yang tidak tepat, obat
yang dapat menimbulkan alergi atau
3

METODE PENELITIAN Tabel 4. Hasil Analisis Deskriptif


Karakteristik Responden Berdasarkan
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif Jenis Kelamin
non-eksperimental yaitu tidak perlu
kelompok kontrol, peneliti tinggal Karakteristik Frekuensi Persentase
melakukan pengamatan, pengukuran Jenis kelamin
terhadap variabel yang sudah ada pada Laki-laki 12 30,0%
subjek dan objek penelitian (Sugiyono, Perempuan 28 70,0%
2008). Jumlah 40 100,0%
Penelitian ini menggunakan desain Umur
penelitian non eksperimen korelasi < 25 tahun 5 12,5%
(hubungan/ asosiasi), dimana penelitian 25 – 30 tahun 12 30,0%
korelasional mengkaji hubungan antara 31 – 35 tahun 9 22,5%
variabel. 36 – 40 tahun 7 17,5%
Penelitian ini menggunakan > 40 tahun 7 17,5%
pendekatan Cross-Sectional, yaitu suatu Jumlah 40 100,0%
pendekatan untuk mempelajari dinamika Pendidikan
korelasi antara variabel bebas (tingkat SPK 15 37,5%
pengetahuan) dan variabel terikat D III 25 62,5%
(pelaksanaan pemberian injeksi) yang Jumlah 40 100,0%
dikumpulkan dan diukur dalam waktu Sumber: Data primer tahun 2011
bersamaan dan yang menjadi variabel
pengganggu adalah pengalaman, Hasil analisis pada karakteristik
pendidikan, kultur budaya dan agama responden diketahui responden
serta sosial ekonomi. berdasarkan jenis kelamin, frekuensi
Populasi dalam penelitian ini adalah terbanyak adalah responden berjenis
seluruh perawat rawat inap yang berada kelamin perempuan yaitu sebanyak 28
dirumah sakit dr. Soetarto Yogyakarta orang (70%), responden yang berjenis
yang berjumlah 40 perawat, yang terdiri kelamin laki-laki sebanyak 12 orang
atas 15 tenaga perawat berpendidikan (30%). Karakteristik responden
SPK dan sisanya 25 perawat berdasarkan umur diketahui responden
berpendidikan DIII sebagai pelaksana. terbanyak adalah yang berumur antara 25-
Sampel berdasarkan jumlah responden, 30 tahun sebanyak 12 orang (30%), dan
maka teknik pengambilan sampelnya responden dengan frekuensi paling sedikit
adalah total sampling yaitu semua adalah responden yang berumur <25 tahun
populasi dijadikan sampel yang berjumlah yaitu sebanyak 5 orang (12,5%).
40 perawat. Hal ini dikarenakan jumlah Berdasarkan karekteristik pendidikan
populasi yang relatif kecil. Hasil analisis diketahui sebagian besar responden
deskriptif karakteristik responden adalah berpendidikan D III sebanyak 25 orang
sebagai berikut: (62,5%) dan sisanya adalah responden
yang berpendidikan SPK yaitu sebanyak
15 orang (27,5%).
a. Pengetahuan Perawat Dalam
Pemberian Injeksi
Data pengetahuan perawat
dikategorikan dalam skala ordinal dalam 3
kategori yaitu baik, cukup dan kurang
baik. Tabulasi data dukungan sosial
keluarga disajikan pada tabel berikut:
4

Tabel 5. Distribusi Frekuensi


Pengetahuan Perawat Dalam No Jumlah
Pertanyaan
Memberikan Injeksi . Skor
13. Mengambil obat/cairan
Pengetahuan Frekuensi Persentase sesuai dengan spuit 31
Baik 33 82,5 % 14. Mengambil obat/cairan
Cukup 7 17,5 % sesuai dengan terapi
yang ditentukan 31
Kurang baik 0 0,0 %
15. Instruksi dokter 27
Jumlah 40 100,0% 16. Kebiasaan perawat 27
Sumber: Data primer tahun 2011 Instruksi
17. keperawatan/instruksi
Berdasarkan tabel 5 di atas diketahui dokter 37
sebagian besar responden mempunyai 18. Jadwal injeksi pada
tingkat pengetahuan dalam kategori baik buku injeksi 27
sebanyak 33 orang (82,5%). Frekuensi 19. Buku suntik 34
paling sedikit yaitu responden dengan 20. Catatan keperawatan 31
tingkat pengetahuan dalam kategori cukup 21. Mencatat nama pasien 33
sebanyak 7 orang (17,5%) dan tidak ada 22. Mencatat nama obat 29
responden yang mempunyai tingkat 23. Mencatat dosis obat 40
pengetahuan dalam kategori kurang baik. 24. Mencatat rute pemberian
Tabel 6. Jawaban Responden pada obat 29
Kuesioner Pengetahuan Perawat Dalam 25. Mencatat waktu
Memberikan Injeksi di RS. dr Soetarto pemberian obat 31
Yogyakarta 26. Mencatat nama atau
paraf perawat yang
No Jumlah memberikan 35
Pertanyaan Berdasarkan tabel di atas diketahui,
. Skor
1. Nama pasien 40 pengetahuan responden paling tinggi
2. Nama obat 40 adalah pada pernyataan instruksi
Waktu pemberian pemberian injeksi nama pasien, nama
3. obat, waktu pemberian injeksi dan rute
injeksi 40
4. Rute pemberian injeksi 40 pemberian injeksi. Sedangkan jawaban
Dosis injeksi yang terendah responden yang menunjukkan
5. tingkat pengetahuan yang rendah pada
diberikan 39
Menanyakan identitas jawaban pernyataan perawat hafal dengan
6. klien, menanyakan identitas pasien pada
pasien langsung 38
Menanyakan identitas keluarga dan mengecek bentuk ampul atau
7. vial obat.
pasien pada keluarga 21
Mengecek papan
8.
identitas klien 33
Perawat hafal dengan
9.
klien 18
Mengecek nama pada
10.
label obat 34
Mengecek bentuk ampul
11.
atau vial obat 22
Mengecek warna dari
12. obat/cairan kadaluarsa
obat 29
5

Menentukan daerah yang


12.
akan di suntik 39
b. Pelaksanaan Perawat dalam Mendesinfeksi kulit yang
13.
Pemberian Injeksi akan di suntik 36
Memasukan jarum
14.
Tabel 7. Distribusi Frekuensi dengan posisi 90 derajat 37
Pelaksanaan Perawat dalam Pemberian Aspirasi untuk
Injeksi menentukan tidak
15.
mengenai pembuluh
Pelaksanaan Frekuensi Persentase darah 22
pemberian Memasukkan obat
16.
injeksi dengan perlahan-lahan 16
Sesuai SOP 35 87,5 % Memperhatikan reaksi
17.
Tidak Sesuai 5 12,5 % pasien 27
SOP Mencabut jarum
18.
perlahan-lahan 31
Jumlah 40 100,0% Menghapus kulit dengan
19.
Sumber: Data primer tahun 2011 kapas alkohol 36
Mencatat dalam formilir
Berdasarkan tabel 6 di atas diketahui 20.
pemberian obat 38
sebagian besar responden telah 21. Mencuci tangan 18
melaksanakan pemberian injeksi sesuai
SOP sebanyak 35 orang (87,5%). Berdasarkan tabel di atas diketahui
Sebanyak 5 orang (12,5%) responden jawaban tertinggi responden pada
melaksanakan pemberian injeksi tidak pernyataan menggunakan spuit sesuai
sesuai SOP. kebutuhan, menyiapkan obat sesuai
dengan terapi, mendesinfeksi daerah yang
Tabel 8. Hasil Observasi Responden
akan disuntik, memasukan obat ke dalam
pada Pelaksanaan Pemberian Injeksi
spuit kemudian udara dalam spuit
Perawat Dalam Memberikan Injeksi
dikeluarkan, dan mendokumentasikan.
di RS. dr Soetarto Yogyakarta
Sedangkan jawaban terendah responden
Jumlah yang menunjukkan tindakan yang paling
No. Pertanyaan sering tidak dilakukan responden yaitu
Skor
Spuite disposable sesuai mencuci tangan sebelum memberi injeksi,
1. memperhatikan reaksi pasien, penjelasan
kebutuhan 40
2. Kapas alkohol 39 kepada pasien, menentukan daerah yang
3. Kikir ampul 38 akan disuntik dan mencuci tangan setelah
Obat yang akan injeksi.
4.
diberikan 40
5. Penjelasan kepada pasien 17
6. Cuci tangan 11
Meperhatikan prinsip
7.
aseptik 18
8. Membaca etiket obat 38
9. Membaca dosis obat 38
Memasukan obat ke
dalam spuite kemudian
10.
udara dalam spuite
dikeluarkan 37
11. Mengatur posisi pasien 17
6

Tabel 10. Hasil Uji Chi Square Pengetahuan


Hubungan Pengetahuan Perawat Perawat Dengan Pelaksanaan Pemberian
Injeksi di RS. dr. Soetarto Yogyakarta
Dengan Pelaksanaan Pemberian Injeksi
di Rumah Sakit Dr. Soetarto Hubungan 2 p-value Keterangan
Yogyakarta
hitung
Tabel 9. Tabulasi Silang Pengetahuan
Pengetahuan
Perawat Dengan Pelaksanaan
dengan
Pemberian Injeksi di RS. Dr. Soetarto 20,804 0,000 Signifikan
pelaksanaan
Yogyakarta
pemberian injeksi
Pelaksanaan Sumber: Data primer 2011
Pemberian Injeksi Total
Pengetahuan
Perawat
Tidak Berdasarkan hasil analisis dengan uji
Chi Square diperoleh nilai 2 hitung
Sesuai sesuai
dalam
SOP SOP
Pemberian
f % f % F % sebesar 20,804 dengan p value sebesar
0,000. Nilai 2 tabel pada db=1 taraf
Injeksi
Baik 33 82,5 0 0,0 33 82,5 signifikansi 5% adalah sebesar 3,841.
Cukup 2 5,0 5 12,5 7 17,5 Oleh karena nilai 2 hitung lebih besar
Kurang baik 0 0,0 0 0,0 0 0,0 dari nilai 2 tabel (26,939>3,841) dan nilai
Total 35 87,5 5 12,5 40 100,0 p value sebesar 0,000 kurang dari 0,05
Sumber: Data primer 2011 (p<0,05), maka hal ini berarti ada
hubungan pengetahuan perawat dengan
Tabulasi silang pada tabel 9 di atas, pelaksanaan pemberian injeksi. Dengan
sebagian besar responden mempunyai demikian hipotesis penelitian yang
pengetahuan dalam kategori baik dan menyatakan ada hubungan antara
telah melaksanakan pemberian injeksi pengetahuan perawat dengan pelaksanaan
sesuai dengan SOP sebanyak 33 orang pemberian obat injeksi di RS. Dr. Soetarto
(82,5%). Responden yang mempunyai Yogyakarta dapat diterima. Berdasarkan
pengetahuan kategori cukup sebagian hasil analisis diketahui nilai koefisien
besar melaksanakan pemberian injeksi kontingensi sebesar 0,634, berdasarkan
tidak sesuai dengan SOP, dan tidak ada tabel intepretasi nilai r menunjukkan
responden yang mempunyai pengetahuan bahwa keeratan hubungan dalam kategori
dalam kategori kuang baik. kuat.
Pengujian secara statistik hubungan
pengetahuan perawat dengan pelaksanaan Pembahasan
pemberian injeksi di Rumah Sakit Dr.
Soetarto Yogyakarta, dianalisis 1. Pengetahuan Perawat Tentang
menggunakan uji korelasi Chi Square. Pemberian Injeksi Pasien
Hasil analisis uji Chi Square dapat dilihat
pada tabel berikut ini. Hasil analisis data pengetahuan
perawat tentang pemberian injeksi pasien
dalam kategori baik sebesar 82,5%.
Pengetahuan yang baik menunjukkan
tingkat pemahaman perawat tentang
pemberian injeksi. Pengetahuan tersebut
meliputi pengetahuan tentang
pemeriksaan dalam instruksi pemberian
injeksi, benar pasien, benar obat, benar
7

dosis, benar rute, benar waktu, pedoman berusia produktif. Pengalaman tidak
tindakan injeksi, pendokumentasian hanya semata dari sesuatu yang dialami
tindakan injeksi dan benar dokumentasi. sendiri melainkan dapat juga belajar dari
Pengetahuan responden yang baik peristiwa dan kejadian yang dialami orang
terutama ditunjukkan dari jawaban lain. Pengalaman tersebut akan
tertinggi yaitu pada pernyataan instruksi meningkatkan wawasan dan pengetahuan
pemberian injeksi nama pasien, nama seseorang. Sesuai yang dikemukakan oleh
obat, waktu pemberian injeksi dan rute Notoatmodjo (2005) yang menyebutkan
pemberian injeksi. pengalaman dipengaruhi kematangan
Pengetahuan merupakan sesuatu umur seseorang, semakin semakin dewasa
yang diperoleh individu setelah umur seseorang dimungkinkan
melakukan penginderaan terhadap obyek pengalaman yang dimiliki akan semakin
tertentu. Notoatmodjo (2005) luas.
menyebutkan pengetahuan adalah hasil Pengetahuan tentang pemberian
tahu, dan ini terjadi setelah orang injeksi merupakan salah satu faktor yang
melakukan penginderaan terhadap suatu berhubungan dengan wawasan perawat
obyek tertentu. Sebagian besar tentang asuhan keperawatan. Pentingnya
pengetahuan manusia diperoleh melalui pengetahuan mengenai pemberian injeksi
mata dan telinga. Faktor pengetahuan sangat diperlukan karena tanpa
mempunyai pengaruh bagi seseorang pengetahuan yang baik perawat tidak akan
dalam berperilaku. Pengetahuan (kognitif) mampu melaksanakan tugasnya
merupakan domain penting dalam memberikan injeksi dengan baik dan
membentuk tindakan seseorang. sesuai aturan. Sesuai dengan Kusnanto
Pengetahuan yang dimiliki perawat (2004) yang menyebutkan dalam
diperoleh dari proses pendidikan yang menjalankan praktek keperawatan harus
telah dijalani. Berdasarkan hasil analisis senantiasa meningkatkan mutu pelayanan
karakteristik responden diketahui sebagian profesional dan mengikuti perkembangan
besar responden berpendidikan D III ilmu pengetahuan dan teknologi melalui
sebesar 62,5%. Tingkat pendidikan pendidikan dan pelatihan sesuai bidang
mempengaruhi pengetahuan seseorang. tugasnya dalam melaksanakan praktek
Semakin tinggi tingkat pendidikan maka keperawatan, perawat yang dituntut
akan semakin luas pengetahuan yang melakukan peran dan fungsi sebagaimana
dimilikinya. Tingkat pengetahuan yang yang diharapkan oleh profesi dan
tinggi juga akan membuat individu masyarakat sebagai pengguna jasa
terbuka terhadap pemikiran maju sehingga pelayanan keperawatan.
akan dapat meningkatkan
pengetahuannya. Sesuai dengan pendapat 2. Pelaksanaan Perawat Dalam
Notoatmodjo (2005) yang menyebutkan Pemberian Injeksi Pasien
pendidikan yang semakin tinggi, akan
mudah membuat seseorang menerima hal Hasil analisis data pelaksanaan
baru dan akan mudah bagi dirinya perawat dalam pemberian injeksi pasien
menyesuaikan dengan hal tersebut. telah sesuai SOP sebesar 87,5%. Hal ini
Pengetahuan juga dipengaruhi oleh menunjukkan bahwa perawat telah
pengalaman perawat dalam menjalankan mempunyai kemampuan memberikan
asuhan keperawatan termasuk didalamnya injeksi pada pasien dengan benar sesuai
dalam memberikan injeksi kepada pasien. dengan SOP yang ada. Penatalaksanaan
Berdasarkan hasil analisis diketahui pemberian injeksi pasien oleh perawat
sebagian besar perawat berumur 26-30 mencakup persiapan dan pelaksanaan
tahun sebesar 30%. Hal ini menunjukkan injeksi. Hal yang paling sering dilakukan
bahwa sebagian besar responden masih responden ditunjukkan dari jawaban
kuesioner tertinggi yaitu pada pernyataan
8

menggunakan spuit sesuai kebutuhan, pada kondisi kesehatan klien dan


menyiapkan obat sesuai dengan terapi, memperpanjang waktu perawatan klien
mendesinfeksi daerah yang akan disuntik, dirumah sakit serta meningkatkan biaya
memasukan obat ke dalam spuit kemudian klien.
udara dalam spuit dikeluarkan, dan Pelaksanaan pemberian injeksi yang
mendokumentasikan. sesuai SOP diartikan bahwa tindakan yang
Injeksi merupakan salah satu cara dilakukan oleh perawat telah sesuai
pemberian obat kepada pasien dengan dengan aturan. Smith (2008) menyebutkan
menggunakan jarum steril yang prinsip enam benar pemberian obat ini
dimasukkan kedalam jaringan tubuh. terdiri dari: benar klien, benar obat, benar
Perry dan Potter (2000) menyebutkan dosis, benar rute, benar waktu dan benar
injeksi merupakan sediaan steril berupa dokumentasi. Injeksi harus harus
larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk diberikan menggunakan prinsip
yang harus dilarutkan atau disuspensikan pemberian obat yang standar untuk
lebih dahulu sebelum digunakan, yang menjamin keamanan pemberian obat,
disuntikkan dengan cara merobek jaringan sehingga dapat menghindarkan kejadian
ke dalam kulit atau melalui kulit atau medication error.
selaput lendir. Pemberian injeksi harus
dilaksanakan dalam keadaan stiril dan 3. Hubungan Pengetahuan Perawat
sesuai dengan SOP. Dengan Pelaksanaan Pemberian
Perawat merupakan petugas Injeksi Di rumah Sakit Dr. Soetarto
kesehatan yang sering melaksanakan tugas Yogyakarta
menginjeksi pasien. Perawat merupakan
tenaga kesehatan yang paling banyak Hasil analisis data penelitian
meluangkan sebagian besar waktu menyimpulkan ada hubungan antara
bersama pasien. Perawat memberikan pengetahuan perawat dengan pelaksanaan
pendampingan pasien ketika dokter pemberian obat injeksi di RS. Dr. Soetarto
melakukan pemeriksaan. Perawat juga Yogyakarta. Ditunjukkan oleh nilai 2
yang mencatat rekam medis pasien, hitung sebesar 20,804 dengan p value
memberikan obat kepada pasien setelah sebesar 0,000 (p<0,05). Hasil ini didukung
memperoleh resep dari dokter. Sesuai oleh hasil tabulasi silang yang
dengan Tambayong (2002) yang menunjukkan sebagian besar perawat
menyebutkan perawat mempunyai peran mempunyai tingkat pengetahuan dalam
dependent yaitu peran dimana perawat kategori baik dan telah memberikan
bergantung pada profesi lain, diantaranya injeksi sesuai dengan SOP sebesar 82,5%.
tanggung jawab terhadap terapi obat yang Hasil penelitian ini sejalan dengan
benar yaitu dokter menulis dan apoteker penelitian yang dilakukan sebelumnya
memberikan obat yang diresepkan oleh oleh Idayanti (2006) dengan hasil
dokter, tanggung jawab terakhir penelitian ditemukan bahwa ada hubungan
pemberian obat yang tepat kepada pasien yang bermakna antara variabel
terletak pada perawat yang memberikan Pengetahuan terhadap penerapan SOP
obat tersebut kepada pasien. teknik menyuntik dengan nilai p=0,025.
Perawat menjadi ujung tombak Hal ini menunjukkan bahwa hasil
pemberian obat kepada pasien salah penelitian ini mendukung hasil penelitian
satunya melalui injeksi. Injeksi obat yang dilakukan sebelumnya.
kepada pasien harus dilaksanakan sesuai Pengetahuan merupakan dasar bagi
dengan SOP karena apabila tidak akan individu untuk berperilaku. Pentingnya
menimbulkan dampak yang tidak baik pengetahuan mengenai injeksi sangat
bagi pasien. Kesalahan dalam pemberian diperlukan oleh perawat, karena tanpa
obat ini akan menimbulkan efek negatif pengetahuan yang baik perawat tidak akan
9

mampu melaksanakan tugas memberikan sebagian besar dalam kategori baik


injeksi dengan baik, dan akan sebesar 82,5% dari seluruh
memperbesar kemungkinan terjadinya responden.
medical error. Sesuai dengan 2. Pelaksanaan perawat dalam
Notoatmodjo (2005) yang menyebutkan pemberian obat injeksi pasien di
pengetahuan kognitif merupakan domain Rumah Sakit Dr. Soetarto Yogyakarta
yang sangat penting dalam membentuk sebagian besar telah sesuai SOP
tindakan seseorang (overt behavior). sebesar 87,5% dari seluruh
Pengetahuan pemberian injeksi responden.
merupakan syarat mutlak bagi perawat 3. Ada hubungan pengetahuan perawat
untuk dapat menjalankan tugasnya dengan pelaksanaan pemberian
memberikan injeksi kepada pasien. injeksi di Rumah Sakit Dr. Soetarto
Pengetahuan yang diperoleh dari bangku Yogyakarta. Ditunjukkan oleh nilai 2
perkuliahan harus senantiasa ditingkatkan hitung sebesar 20,804 dengan p value
sesuai dengan perkembangan kebutuhan sebesar 0,000 (p<0,05).
pelayanan kesehatan dan perkembangan
teknologi kesehatan, sehingga akan B. Saran
terbentuk pengetahuan yang baik sesuai
dengan perkembangan jaman. 1. Bagi Profesi Keperawatan
Komponen kognitif mempengaruhi Senantiasa meningkatkan pengetahuan
perawat yaitu dalam berperilaku berkaitan dan ketelitian dalam pemberian injeksi
dengan suatu objek. Hal ini diartikan sesuai dengan SOP yang telah ada
bahwa pengetahuan akan menumbuhkan sehingga perawat dapat melaksanakan
kepercayaan diri dan perasaan yang tugas asuhan keperawatan secara
akhirnya mempengaruhi perilaku. profesional terutama pemberian injeksi
Pengetahuan yang baik tentang injeksi dengan baik.
akan mempengaruhi perilaku pemberian 2. Bagi Pihak Rumah Sakit Dr. Soetarto
injeksi yang baik oleh perawat. Hasil Yogyakarta
penelitian ini sesuai dengan hipotesis yang Meningkatkan kualitas pelayanan
diajukan dalam penelitian ini. Hasil kesehatan, diantaranya dengan
penelitian ini juga sesuai dengan teori memberikan pendidikan dan pelatihan
yang dikemukakan oleh Green and secara kontinyu kepada petugas
Kreuter dalam Notoatmodjo (2005) kesehatan sehingga dapat menjalankan
perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3 tugasnya dengan baik.
faktor, yaitu: (1) faktor dasar 3. Bagi Institusi Pendidikan STIKES
(predisposing factors), (2) faktor ‘Aisyiyah Yogyakarta
pendorong (reinforcing factor) dan (3) Dapat memberikan tambahan informasi
faktor pendukung (enabling factor). yang dapat dijadikan sebagai referensi
Faktor dasar (predisposing factors) tentang hubungan pengetahuan dengan
diantaranya mencakup pengetahuan yang pelaksanaan pemberian injeksi.
terdapat dalam diri individu. 4. Bagi Penelitian Selanjutnya
Dapat meminimalkan keterbatasan
penelitian ini yaitu dengan:
KESIMPULAN DAN SARAN a. Mengendalikan variabel
A. Kesimpulan pengganggu sehingga diperoleh
hasil penelitian yang lebih
1. Pengetahuan perawat tentang maksimal.
pemberian injeksi pasien di Rumah b. Penelitian selanjutnya diharapkan
Sakit Dr. Soetarto Yogyakarta untuk melakukan pengambilan
10

data secara serempak, sehingga Puskesmas. Direktorat Jenderal Pelayanan


diperoleh data yang lebih baik. Medik. Jakarta.
c. Mengambil data penelitian sendiri
tanpa asisten dengan partisipasi. Hidayat, A. A. (2007). Metode Penelitian
Keperawatan dan Tehnik Analisis Data.
Salemba Medika. Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA Idayanti. (2007). Hubungan Pengetahuan
dan Sikap Perawat Terhadap Penerapan
Alballeros, G. A. (2007). Standar Operasional Prosedur Teknik
Pharmacokinetics of ceftriaxone after Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan
intravenous, intramusculer and Infeksi di RSUD Arifin Achmadi
subcutaneous administration to domestic Pekanbaru. Skripsi.
cats. Abstract. Journal of Veterinary
Pharmacology and Therapeutics. 2007 Nasution. (2002). Sosiologi Pendidikan.
August; 30(4):345-352. Retrieved June BumiAksara: Jakarta
29, 2010, from
http://www.blackwellsynergy.com Notoatmodjo, S. (2002). Metodologi
Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta
Ali, Z. (2002). Dasar-dasar Keperawatan Jakarta.
Profesional. Jakarta: Widya Medika.
Notoatmodjo, S. (2005). Pendidikan dan
Arikunto, S. (2005). Prosedur Penelitian Perilaku Kesehatan. PT Rineka Cipta
Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Jakarta.
Rineka Cipta
Perry, A. G, Potter, P. A. (2000). Buku
Azwar, S. (2005). Sikap Manusia, Teori Saku Keterampilan dan Prosedur Dasar.
dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar. Jakarta: EGC
Yogyakarta.
Potter, P. A, Perry, A.G. (2005). Buku
Azza, K. K. N. (2003). Medication Error Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep
di Unit Obsgyn di RSUP Dr. Sardjito Proses dan Praktik. Jakarta: EGC
Yogyakarta dan RSUP Dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten. Skripsi. Yogyakarta: Pujiastuti, N. (2007). Gambaran
Fakultas Kedokteran UGM Pemberian Obat Berdasarkan Enam
Benar oleh Perawat di Paviliun
Bandiyah, S. (2009). Keterampilan Dasar Cendrawasih II Rumah Sakit Umum Pusat
Praktek Klinik Keperawatan dan Dr. Sardjito Yogyakarta. Skripsi.
Kebidanan. Nuha Offset. Yogyakarta. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran UGM

Caldwell, R. (2007). The Five Rights of Riwidikdo, H. (2007). Statistik Kesehatan


Medication-Use Automation. Retrieved Belajar Mudah teknik Analisis data dalam
June 29, 2010, from Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Mitra
http://www.omnicell.com Cendikia Press.

Depkes, R. I. (2005). Pedoman Sastroasmoro, S. (2007). Dasar-Dasar


Pengembangan Manajemen Kinerja Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta:
Perawat dan Bidan. Jakarta. Bina Rupa Aksara

Depkes, R. I. (2005). Pedoman Umum Siregar, C.J.P. (2003). Farmasi Rumah


Keperawatan Dasar di Rumah Sakit dan Sakit: Teori & Penerapan. Jakarta:EGC
11

Smith, D. (2008). Medication


Administration Legal Responsibilities.
Retrieved June 29, 2010, from
http://www.academic.cuesta.edu

Sugiyono, Dr., (2006). Statistik untuk


Penelitian. Bandung: Alfabeta

________, (2008). Metode Penelitian


Kuantitatif, Kualitatif dan R & D,
Alfabeta: Bandung.

Susilowati, R. (2007). Dampak


Pengewasan Pelaksanaan standard
Operasional Procedure (SOP). IKM
UGM, Yogyakarta. Tesis.

Tambayong, J. (2002). Farmakologi untuk


Keperawatan. Jakarta: Widya Medika

Wikipedia. (2010). Injection. Rerieved


June 1, 2010, from http//en.wikipedia.org

World Health Organization. (2005).


Pedoman Perawatan Pasien. Jakarta:
EGC

Das könnte Ihnen auch gefallen