Sie sind auf Seite 1von 5

Prosiding Seminar Tugas Akhir FMIPA UNMUL 2015

Periode Juni 2015, Samarinda, Indonesia

ISBN : 978-602-72658-0-6

Pembuatan Senyawa Poliol sebagai Bahan Dasar Pelumas


melalui Reaksi Epoksidasi dan Hidroksilasi Minyak Biji Kelor
(Moringa oleifera)

Ade Danova1,*, Daniel Tarigan2, dan Erwin Akkas2


1
Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA Universitas Mulawarman
1
Program Studi Kimia FMIPA Universitas Mulawarman
*Email: danovaade@gmail.com

Abstract Moringa oleifera seed oil has potential as a base material in the synthesis of polyol,
because the most content of fatty acid was oleic acid (up to70.7167%). Polyol could be used as a
lubricant base. Polyol research of Moringa oleifera seed oil had been done via epoxidation and
hydroxylation of one step reaction, where the polyol was characterizated by FT-IR spectroscopy
-1
shown absorption –OH group in the number of wave 3379.29 cm and the number of iodine with
iodometri methods that decreased from 107.3769 to 3.6755 mg I/g. Quality polyol test as a
lubricant base consists of acid value (31.0688 mg KOH/g), saponification value (193.7612 mg
KOH/gram), peroxide value (8 meq/Kg), specific gravity (0,978), kinematic viscosity (216.702 cSt at
o o o
40 C and 21.116 cSt at 100 C), viscosity index (111.013), flash point (32.2 C) and pour point
o
(29.4 C). Where they could be reported on the test results that the seeds of Moringa oleifera oil
polyol was better than Moringa oleifera seed oil to use as a lubricant base, because it had
committed with quality SAE J306 standards and classification SAE in manual gear oil, transmission
o
and gear in lubricants group SAE 90 based to result from kinematic viscosity at 100 C.
Keywords lubricant base, moringa oleifera seed oil, polyol, SAE J306.

Pendahuluan dapat digunakan sebagai pelumas suhu


tinggi dan produk yang dihasilkan dari
Minyak pelumas atau lubricanting oil
pembukaan cincin dapat digunakan sebagai
merupakan minyak yang digunakan untuk
pelumas suhu rendah [3].
melumasi mesin. Sifat dasar yang harus
Dalam kimia polimer, poliol adalah
dimiliki oleh minyak pelumas adalah
senyawa yang mengandung gugus fungsi
viskositas yang tinggi dan stabil terutama
hidroksil yang dapat digunakan untuk reaksi
pada suhu tinggi. Umumnya minyak pelumas
kimia lainnya. Sebuah penggunaan utama
memiliki 20 sampai 60 rantai C. Minyak
dari poliol adalah sebagai reaktan untuk
pelumas yang digunakan saat ini berbasis
membuat polimer. Poliol juga dapat
minyak bumi, sehingga merupakan bahan
digunakan untuk tujuan lain termasuk dalam
tak terbarukan. Mengingat semakin
formulasi kosmetik, pelumas dan sebagai
menipisnya sumber minyak bumi, perlu
bahan kimia antara (Chemical intermediates)
dipikirkan untuk membuat minyak pelumas
[4].
dari bahan yang terbarukan misalnya dari
Salah satu jenis minyak nabati yang
methyl ester. Karena rantai C di senyawa
berpotensi untuk dikembangkan sebagai
penyusun methyl ester masih terlalu pendek,
bahan dasar pelumas adalah minyak biji
maka diperlukan perlakuan untuk
kelor (Moringa oleifera). Minyak biji kelor
memperpanjang rantai C agar dapat
(Moringa oleifera) dapat diekstrak dengan
memenuhi viskositas yang dipersyaratkan
cara mekanis atau diekstrak dengan pelarut
dan lebih stabil dengan menghilangkan
seperti n-heksana. Biji kelor (Moringa
gugus karboksilat dan ikatan rangkapnya [1].
oleifera) mengandung 30% sampai dengan
Minyak nabati yang dianggap alternatif
42% minyak yang terdiri dari asam lemak
untuk minyak mineral untuk bahan dasar
dan asam oleat yang tinggi yaitu 72,2%
pelumas karena sifat teknis tertentu yang
[5],71,60% [6] dan 78,59% [7].
melekat dan biodegradasinya. Minyak nabati
Tujuan dari penelitian ini adalah
dengan kandungan asam oleat yang tinggi
mensintesis senyawa poliol dari minyak biji
dianggap menjadi alternatif yang terbaik
kelor (Moringa oleifera) sebagai bahan dasar
untuk menggantikan minyak mineral
pelumas melalui reaksi epoksidasi dan
konvensional sebagai bahan minyak
hidroksilasi dan menentukan kualitas fisika
pelumas dan ester sintetis [2]. Epoksida juga

53
Prosiding Seminar Tugas Akhir FMIPA UNMUL 2015
Periode Juni 2015, Samarinda, Indonesia

ISBN : 978-602-72658-0-6

dan kimia dari senyawa poliol minyak biji ditambahkan 2 mL H2SO4 pekat sambil
kelor (Moringa oleifera) yang terbentuk diaduk dengan magnetic stirrer pada suhu
dalam pemanfaatannya sebagai bahan dasar 55-60°C selama 1 jam. Selanjutnya melalui
pelumas. corong penetes ditambahkan secara
perlahan-lahan minyak minyak biji kelor
0
Metodologi sebanyak 50 mL pada suhu 10-15 C. Setelah
semua minyak biji kelor dimasukkan,
Ektraksi Minyak Biji Kelor o
kemudian suhu dinaikan pada 55-60 C
Pada tahap persiapan bahan baku
sambil diaduk selama 4 jam, kemudian hasil
pertama-tama biji kelor dikupas kulitnya,
reaksi dibiarkan selama 1 malam. Setelah itu
dikeringkan dan dihaluskan. Kemudian ditambah 250 mL dietil eter. Lapisan dietil
proses selanjutnya dimaserasi, dimana eter dicuci aquades sebanyak 3 kali, larutan
sampel yang telah halus dimasukkan ke
NaHCO3 jenuh hingga pH netral dan
dalam botol gelap dan ditambahkan pelarut
aquades sebanyak 2 kali. Hasil pencucian
n-heksan sampai sampel terendam. Setelah
dikeringkan dengan Na2SO4 anhidrous.
itu, botol ditutup dan didiamkan selama 2 x
24 jam sambil diaduk. Hasil ekstraksi
Hasil dan Pembahasan
disaring dengan kertas saring dan filtrat di
rotari evaporasi untuk memperoleh minyak Ekstraksi Minyak Biji Kelor
biji kelor. Sebanyak 4.804 gram biji kelor yang telah
halus dimasukkan ke dalam botol gelap,
Reaksi Epoksidasi dan Hidroksilasi
kemudian direndam dengan pelarut n-
Minyak Biji Kelor
Heksan dan menghasilkan 1.389 gram
Ke dalam labu alas datar leher tiga
minyak biji kelor. Sehingga rendemen minyak
dimasukkan sebanyak 90 mL asam asetat
biji kelor yang dihasilkan sebesar 28,913%.
glasial (CH3COOH) dan ditambah 30 mL
Minyak biji kelor kemudian dianalisa dengan
hidrogen peroksida (H2O2) 30% secara
spektroskopi FT-IR, sehingga didapatkan
perlahan-lahan sambil diaduk dengan
data spektrum seperti Gambar. 1.
magnetic stirrer. Melalui corong penetes

Gambar 1. Spektrum FT-IR Minyak Biji Kelor Sebelum Proses Epoksidasi dan Hidroksilasi antara Bilangan
Gelombang dengan %Transmitan.

Spektrum FT-IR Gambar 1. menunjukkan berbeda, sehingga menyebabkan terjadinya


bahwa minyak biji kelor memiliki spektrum vibrasi gugus karbonil pada bilangan
serapan pada bilangan gelombang 725,23 gelombang yang berbeda, bilangan
-1 -1 -1
cm yang merupakan serapan khas dari gelombang 2854,65 cm dan 2924,09 cm
vibrasi rocking (CH2) ≥ 4, bilangan merupakan serapan khas dari vibrasi
-1
gelombang 948,98 cm merupakan stretching –C-H alifatik jenuh dan bilangan
-1
serapan khas dari vibrasi bending trans-C=C, gelombang 3050 cm merupakan serapan
-1
bilangan gelombang 1165 cm merupakan khas dari vibrasi stretching =C-H alifatik tidak
serapan khas dari vibrasi stretching –C-O, jenuh.
-1
bilangan gelombang 1712,79 cm dan
-1 Pembuatan Metil Ester Minyak Biji Kelor
1743,65 cm merupakan serapan khas dari
Sebanyak 50 gram minyak biji kelor
vibrasi stretching –CO yang berasal dari
diesterifikasi dengan menggunakan metanol
gugus karbonil penyusun minyak biji kelor
dan katalis H2SO4. Hasil esterifikasi
yang memiliki massa tereduksi yang

54
Prosiding Seminar Tugas Akhir FMIPA UNMUL 2015
Periode Juni 2015, Samarinda, Indonesia

ISBN : 978-602-72658-0-6

Gambar 2. Spektrum FT-IR Metil Ester Asam Lemak dari Minyak Biji Kelor Setelah Proses Esterifikasi antara
Bilangan Gelombang dengan %Transmitan.

Gambar 3. Kromatogram dari Hasil Analisa Kromatografi Gas Pada Metil Ester Asam Lemak Minyak Biji
Kelor antara Waktu Retensi dengan Tinggi Puncak

kemudian dianalisa spektroskopi FT-IR untuk stearat 5,2429%, asam arakhidat


mengontrol proses sintesis metil ester yang 3,4183%.
telah dilakukan, sehingga didapatkan data 2. Asam lemak tidak jenuh, yaitu asam
spektrum seperti Gambar 2. palmitoleinat 1,0274%, asam oleat
Spektrum FT-IR Gambar 2. menunjukkan 70,7167%, asam linoleat 1,0065%, asam
bahwa metil ester asam lemak dari minyak linolenat 0,1825%.
biji kelor telah terbentuk yang memiliki
spektrum serapan pada bilangan gelombang Pembuatan Senyawa Poliol Minyak Biji
-1
725,23 cm yang merupakan serapan khas Kelor
dari vibrasi rocking (CH2) ≥ 4, bilangan Senyawa poliol minyak biji kelor dibuat
-1
gelombang 1165 cm merupakan serapan melalui reaksi epoksidasi yang merupakan
khas dari vibrasi stretching –C-O–C ester, proses pembentukan gugus oksiran, di mana
-1
bilangan gelombang 1743,65 cm pada minyak biji kelor yang tersusun atas
merupakan serapan khas dari vibrasi trigliserida atau triasilgliserida, ikatan
stretching –CO ester, bilangan gelombang rangkap yang terdapat dalam minyak
-1 -1
2854,65 cm dan 2924,09 cm merupakan dioksidasi dengan suatu oksidator lembut,
serapan khas dari vibrasi stretching –C-H yaitu asam perasetat yang dibuat dengan
-1
alifatik jenuh, bilangan gelombang 3040 cm mereaksikan asam asetat glacial
merupakan serapan khas dari vibrasi (CH3COOH) 100% dengan hidrogen
stretching =C-H alifatik tidak jenuh. peroksida (H2O2) 30%. Selanjutnya, hasil
Dari Gambar 3, kita dapat melihat bahwa reaksi didiamkan selama semalam dan
minyak biji kelor memiliki kandungan dua dengan adanya asam asetat glasial yang
jenis asam lemak berdasarkan ikatan merupakan hasil samping sudah cukup untuk
rangkapnya yaitu asam lemak jenuh dan proses pembukaan gugus oksiran (reaksi
asam lemak tidak jenuh. hidrolisis) menjadi gugus poliol seperti skema
1. Asam lemak jenuh, yaitu asam miristat reaksi satu tahap seperti Gambar 4.
0,4444%, asam palmitat 7,2041%, asam

55
Prosiding Seminar Tugas Akhir FMIPA UNMUL 2015
Periode Juni 2015, Samarinda, Indonesia

ISBN : 978-602-72658-0-6

O O C

C O O

O C

CH3COOH
H2 O2
H2SO4

O OH

OH O O C

C O O OHOH

OH O C

OH

Gambar 4. Skema reaksi satu tahap

Gambar 5. Spektrum FT-IR Senyawa Poliol dari Minyak Biji Kelor Setelah Proses Epoksidasi dan Hidroksilasi
antara Bilangan Gelombang dengan %Transmitan

Senyawa poliol minyak biji kelor yang dan mengindikasikan bahwa senyawa poliol
dihasilkan, kemudian dianalisa dengan dari minyak biji kelor terbentuk dengan kadar
spektroskopi FT-IR dan menghasilkan yang tinggi.
spektrum, seperti Gambar 5.
Spektrum FT-IR Gambar 5. menunjukkan Kesimpulan
bahwa senyawa poliol dari minyak biji kelor
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
telah terbentuk yang memiliki spektrum
dapat disimpulkan bahwa senyawa poliol
serapan pada bilangan gelombang 717,52
-1 minyak biji kelor dapat disintesis dari minyak
cm yang merupakan serapan khas dari
biji kelor dan berdasarkan data hasil
vibrasi rocking (CH2) ≥ 4, bilangan
-1 pengujian, senyawa poliol minyak biji kelor
gelombang 856,39 cm merupakan
dapat digunakan sebagai bahan dasar
serapan khas dari vibrasi bending oksiran –
-1 pelumas dan termasuk ke dalam klasifikasi
C-O-C, bilangan gelombang 1149,57 cm
SAE minyak lumas roda gigi transmisi
merupakan serapan khas dari vibrasi
manual dan gardan golongan SAE 90.
stretching –C-O, bilangan gelombang
-1
1242,16 cm merupakan serapan khas dari
Ucapan Terima Kasih
vibrasi stretching gugus oksiran –C-O-C-,
-1
bilangan gelombang 1728,22 cm Penulis mengucapkan terima kasih pada
merupakan serapan khas dari vibrasi Laboratorium Kimia Organik dan PT.Vico
stretching –CO, bilangan gelombang 2854,65 Indonesia atas fasilitas yang telah diberikan
-1 -1
cm dan 2924,09 cm merupakan serapan dan seluruh pihak yang telah membantu
khas dari vibrasi stretching –C-H alifatik dalam penyelesaian penelitian ini.
-1
jenuh dan bilangan gelombang 3379,29 cm
merupakan serapan khas dari vibrasi
stretching –OH dengan intensitas yang tinggi

56
Prosiding Seminar Tugas Akhir FMIPA UNMUL 2015
Periode Juni 2015, Samarinda, Indonesia

ISBN : 978-602-72658-0-6

Hasil Pengujian Kualitas Minyak Biji Kelor dengan Senyawa Poliol Minyak Biji Kelor
Tabel 1. Perbandingan Kualitas Minyak Biji Kelor dengan Senyawa Poliol terhadap Standar Baku Mutu

Minyak Biji Standar


No Parameter Senyawa Poliol
Kelor Baku Mutu
Bilangan Iod
1 (mg I/gram sampel) 107,3769 3,6755 -

Bilangan Asam
2 26,716 31,0688 -
(mg KOH/g)
Bilangan Penyabunan
3 (mg KOH/g) 184,9896 193,7612 186-198

Bilangan Peroksida
4 12 8 -
(meq/Kg)

5 Spesific Gravity 0,821 0,978


>0,850
Viskositas
6 o 4,53 216,702 -
Kinematik 40 C(cSt)
Viskositas
7 o 3,442 21,116
Kinematik 100 C (cSt) <24,0

8 Indeks Viskositas 349,492 111,013 min.90


Titik Nyala
9 o 35 32,2 min.200
(Flash Point) ( C)
Titik Tuang
10 o -17,78 29,4 maks.-45
(Pour Point) ( C)

Referensi
[6] Lalas, S dan Tsaknis, J. 2002.
[1] Tjahjono, E.W. 2009. Rancangan
Characterization of Moringa oleifera Seed
Teknologi Pengolahan Pelumas dari
Oil Variety “Periyakulum 1”. Journal of
Asam Lemak (Fatty Acid). M.P.I. 3(2):
Food Composition and Analysis. 15: 65-
140-148.
77.
[2] Prerna Singh, C., dan Chhibber, V.K.
[7] Anwar, F dan Bhanger, M.I. 2003.
2013. Chemical Modification in Karanja
Analytical Characterization of Moringa
Oil for Biolubricant Industrial Applications. oleifera Seed Oil Grown in Temperate
Journal of Drug Delivery & Therapeutics. Regions of Pakistan. J. Agric. Food
3(3): 117-122.
Chem. 51( 22):6558-6563.
[3] Sammaiah, A., Padmaja, K. V dan
Prasad, R. B. N. 2014. Synthesis of
Epoxy Jatropha Oil and Its Evaluation for
Lubricant Properties. J. Oleo Sci. 63(6):
637-643.
[4] Curtis, J., Liu, G., Omonov, T dan
Kharraz, E. 2013. Polyol Synthesis from
Fatty Acids and Oils. United States Patent
Application Publication. Pub. No: US
0274494 A1.
[5] Nasir, S., Soraya, D.F dan Pratiwi, D.
2010. Pemanfaatan Ekstrak Biji Kelor
(Moringa oleifera) untuk Pembuatan
Bahan Bakar Nabati. Jurnal Teknik Kimia.
17(3): 29-34.

57

Das könnte Ihnen auch gefallen