Sie sind auf Seite 1von 15

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny.

S DENGAN GANGGUAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DI RUANG ANGGREK RSUD
WATES KULON PROGO

Disususn Oleh :

RAHAYU NOVIYANI 2720162977


DWI GINANJAR R 2720162944
ILHAM HANIF F 2720162961
2C

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
2017/2018
LEMBAR PERSETUJUAN

Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan gangguan kebutuhan aman nyaman di


Ruang Anggrek RSUD Wates Kulon Progo. Laporan ini disususn untuk
memenuhi tugas kelompok Praktik Klinik Keperawatan Dasar pada semester III,
pada :

Hari :
Tanggal :
Tempat : RSUD Wates Ruang Anggrek

Praktikan

(…………………………)

Pembimbing Lahan (CI) Pembimbing Akademik

(…………………………) (…………………………)
KATA PENGANTAR

Dengan megucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga kami bisa menyelesaikan Laporan
Pendahuluan Kebutuhan Dasar Manusia “Asuhan Keperawatan pada Pasien Ny. S
Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Aman Nyaman di Ruang Anggrek
RSUD Wates” ini dengan baik tanpa halangan apapun. Laporan ini dapat
terselesaikan atas bantuan dan bimbingan dari semua pihak. Untuk itu saya
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak terutama CI RSUD Wates, Maria
Putri Sari U, Ns.,M.Kep selaku pembimbing di Ruang Anggrek dan kepada
teman-teman yang membantu dalam mengerjakan tugas ini.
Mohon maaf apabila dalam makalah ini masih banyak kekurangan. Semoga
makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Kulon Progo, 13 November 2017

Penyusun,
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………. ..........................................................................
B. Tujuan……. ...............................................................................................
BAB II KONSEP DASAR
A. Pengertian….. ..............................................................................................
B. Etiologi….. .................................................................................................
C. Patofisiologi…….. .....................................................................................
D. Manifestasi Klinik………… ......................................................................
E. Pemeriksaan Penunjang……………. ........................................................
F. Komplikasi………….. ...............................................................................
G. Penatalaksanaan………. ............................................................................
BAB III PENUTUP
Kesimpulan…………….. ............................................................................... ..
DAFTAR PUSTAKA……… ...............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas dan teratur
untuk memenuhi kebutuhan sehat menuju kemandirian dan mobilisasi yang
mengacu pada ketidakmampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas (Hidayat,
2008) Imobilisasi adalah suatu kondisi yang relatif, dimana individu tidak saja
kehilangan kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami penurunan
aktifitas dari kebiasaan normalnya (Mubarak, 2008). Mobilisasi menyebabkan
perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam dan menstimulasi kembali fungsi
gastrointestinal normal, dorong untuk menggerakkan kaki dan tungkai bawah
sesegera mungkin, biasanya dalam waktu 12 jam. Mobilisasi secara tahap demi
tahap sangat berguna untuk membantu jalannya penyembuhan pasien. Secara
psikologis mobilisasi akan memberikan kepercayaan pada pasien bahwa dia mulai
merasa sembuh. Perubahan gerakan dan posisi ini harus diterangkan pada pasien
atau keluarga yang menunggui. Pasien dan keluarga akan dapat mengetahui
manfaat mobilisasi, sehingga akan berpartisipasi dalam pelaksanaan mobilisasi
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan dari laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini untuk
mengetahui masalah kebutuhan dasar manusia khususnya masalah kebutuhan
mobilisasi fisik pada Ny.”M”.
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada Ny.”M” mengenai kebutuhan mobilisasi
fisik.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny.”M” mengenai kebutuhan
mobilisasi fisik.
c. Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Ny.”M” mengenai
kebutuhan mobilisasi fisik.
d. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada Ny.”M” mengenai kebutuhan
mobilisasi fisik sesuai dengan intervensi yang telah disusun sebelumnya.
e. Mampu melakukan evaluasi hasil tindakan keperawatan Ny.”M” mengenai
kebutuhan mobilisasi fisik.

A. Latar Belakang

BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Suatu keadaan keterbatasan kemampuan pergerakan fisik secara mandiri yang
dialami seseorang. Immobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bargerak bebas
yang disebabkan oleh kondisi dimana gerakan terganggu atau dibatasi secara
teraupetik (Mubarak, 2008).
Dalam hubungannya dengan perawatan pasien, maka immobilisasi adalah
keadaan dimana pasien berbaring lama ditempat tidur, tidak dapat bergerak secara
bebas karena kondisi yang menggangu pergerakan (aktifitas). Immobilisasi pada
pasien tersebut dapat disebabkan oleh penyakit yang dideritanya, trauma, fraktur
pada ekstremitas, atau menderita kecacatan (Asmadi, 2008).
B. Etiologi
Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi yaitu :
1. Gaya hidup, mobilitas seseorang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai-
nilai yang dianut, serta lingkungan tempat ia tinggal (masyarakat).
2. Ketidakmampuan, kelemahan fisik dan mental akan menghalangi seseorang
untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Secara umum ketidakmampuan
dibagi menjadi dua yaitu :
a. Ketidakmampuan primer yaitu disebabkan oleh penyakit atau trauma (misalnya
: paralisis akibat gangguan atau cedera pada medula spinalis).
b. Ketidakmampuan sekunder yaitu terjadi akibat dampak dari ketidakmampuan
primer (misalnya : kelemahan otot dan tirah baring). Penyakit-penyakit tertentu
dan kondisi cedera akan berpengaruh terhadap mobilitas.
3. Tingkat energi, energi dibutuhkan untuk banyak hal, salah satunya mobilisasi.
Dalam hal ini cadangan energi yang dimiliki masing-masing individu bervariasi.
4. Usia, usia berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam melakukan
mobilisasi. Pada individu lansia, kemampuan untuk melakukan aktifitas dan
mobilisasi menurun sejalan dengan penuaan (Mubarak, 2008)

C. Patofisiologi
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem otot,
skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot Skeletal mengatur
gerakan tulang karena adanya kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang
bekerja sebagai sistem pengungkit. Ada dua tipe kontraksi otot yaitu isotonik dan
isometrik. Pada kontraksi isotonik, peningkatan tekanan otot menyebabkan otot
memendek. Kontraksi isometrik menyebabkan peningkatan tekanan otot atau
kerja otot tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan aktif dari otot, misalnya
menganjurkan klien untuk latihan kuadrisep. Gerakan volunter adalah kombinasi
dari kontraksi isotonik dan isometrik. Meskipun kontraksi isometrik tidak
menyebabkan otot memendek, namun pemakaian energi meningkat. Perawat
harus mengenal adanya peningkatan energi (peningkatan kecepatan pernafasan,
fluktuasi irama jantung, tekanan darah) karena latihan isometrik. Hal ini menjadi
kontra indikasi pada klien yang sakit (infark miokard atau penyakit obstruksi paru
kronik). Postur dan Gerakan Otot merefleksikan kepribadian dan suasana hati
seseorang dan tergantung pada ukuran skeletal dan perkembangan otot skeletal.
Koordinasi dan pengaturan dari kelompok otot tergantung dari tonus otot dan
aktifitas dari otot yang berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan gravitasi.
Tonus otot adalah suatu keadaan tegangan otot yang seimbang. Ketegangan dapat
dipertahankan dengan adanya kontraksi dan relaksasi yang bergantian melalui
kerja otot. Tonus otot mempertahankan posisi fungsional tubuh dan mendukung
kembalinya aliran darah ke jantung. Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan
tonus otot menjadi berkurang. Skeletal adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri
dari empat tipe tulang: panjang, pendek, pipih, dan ireguler (tidak beraturan).
Sistem skeletal berfungsi dalam pergerakan, melindungi organ vital, membantu
mengatur keseimbangan kalsium, berperan dalam pembentukan sel darah merah.
D. Manifestasi Klinik
1. Tidak mampu bergerak atau beraktifitas sesuaikebutuhan.
2. Keterbatasan menggerakan sendi.
3. Adanya kerusakan aktivitas.
4. Penurunan ADL dibantu orang lain.
5. Malas untuk bergerak atau mobilitas
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar –X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, dan perubahan
hubungan tulang.
2. CT scan (Computed Tomography) menunjukkan rincian bidang tertentu tulang
yang terkena dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cidera ligament
atau tendon. Digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah
tulang didaerah yang sulit dievaluasi.
3. MRI (Magnetik Resonance Imaging) adalah tehnik pencitraan khusus,
noninvasive, yang menggunakan medan magnet, gelombang radio, dan komputer
untuk memperlihatkan abnormalitas (mis: tumor atau penyempitan jalur jaringan
lunak melalui tulang dll).

4. Pemeriksaan Laboratorium:
Hb ↓pada trauma, Ca↓ pada imobilisasi lama, Alkali Fospat ↑, kreatinin dan
SGOT ↑ pada kerusakan otot.

F. Komplikasi
1. Perubahan Metabolik
Secara umum imobilitas dapat mengganggu metabolisme secara normal,
mengingat imobilitas dapat menyebabkan turunnya kecepatan metabolisme dalam
tubuh. Immobilisasi menggangu fungsi metabolic normal antara lain laju
metabolic: metabolisme karbohidarat, lemak, dan protein, keseimbangan cairan
dan elektrolit, ketidakseimbangan kalsium, dan gangguan pencernaan.
Keberdaaan infeksius padaklien immobilisasi meningkatkan BMR karena adanya
demam dan penyembuhanluka yang membutuhkan peningkatan kebutuhan oksgen
selular.
2. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
Terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sebagai dampak dari
imobilitas akan mengakibatkan persediaan protein menurun dan konsenstrasi
protein serum berkurang sehingga dapat mengganggu kebutuhan cairan tubuh.
Berkurangnya perpindahan cairan dari intravaskular ke interstitial dapat
menyebabkan edema, sehingga terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
3. Gangguan Pengubahan Zat Gizi
Terjadinya gangguan zat gizi yang disebabkan oleh menurunnya
pemasukan protein dan kalori dapat mengakibatkan pengubahan zat-zat makanan
pada tingkat sel menurun, dan tidak bisa melaksanakan aktivitas metabolisme.
4. Gangguan Fungsi Gastrointestinal
Imobilitas dapat menyebabkan gangguan fungsi gastrointestinal, karena
imobilitas dapat menurunkan hasil makanan yang dicerna dan dapat menyebabkan
gangguan proses eliminasi.

5. Perubahan Sistem Pernapasan


Imobilitas menyebabkan terjadinya perubahan sistem pernapasan. Akibat
imobilitas, kadar hemoglobin menurun, ekspansi paru menurun, dan terjadinya
lemah otot.
6. Perubahan Kardiovaskular
Perubahan sistem kardiovaskular akibat imobilitas, yaitu berupa hipotensi
ortostatik, meningkatnya kerja jantung, dan terjadinya pembentukan trombus.
7. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
a. Gangguan Muskular: menurunnya massa otot sebagai dampak imobilitas, dapat
menyebabkan turunnya kekuatan otot secara langsung.
b. Gangguan Skeletal: adanya imobilitas juga dapat menyebabkan gangguan
skeletal, misalnya akan mudah terjadi kontraktur sendi dan osteoporosis.
8. Perubahan Sistem Integumen, perubahan sistem integumen yang terjadi berupa
penurunan elastisitas kulit karena menurunnya sirkulasi darah akibat imobilitas.
9. Perubahan Eliminasi, perubahan dalam eliminasi misalnya dalam penurunan
jumlah urine.
10. Perubahan Perilaku, perubahan perilaku sebagai akibat imobilitas, antara lain
timbulnya rasa bermusuhan, bingung, cemas, dan sebagainya.
G. Penatalaksanaan
1. Terapi
a. Penatalaksanaan umum
1) Kerjasama tim medis interdisiplin dengan partisipasi pasien, keluarga, dan
pramuwerdha.
2) Edukasi pada pasien dan keluarga mengenai bahaya tirah baring lama,
pentingnya latihan bertahap dan ambulasi dini, serta mencegah ketergantungan
pasien dengan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari sendiri, semampu
pasien.
3) Dilakukan pengkajian geriatri paripurna, perumusan target fungsional, dan
pembuatan rencana terapi yang mencakup pula perkiraan waktu yang diperlukan
untuk mencapai target terapi.
4) Temu dan kenali tatalaksana infeksi, malnutrisi, anemia, gangguan cairan dan
elektrolit yang mungkin terjadi pada masalah imobilisasi, serta penyakit/ kondisi
penyetara lainnya.
5) Evaluasi seluruh obat-obatan yang dikonsumsi; obat-obatan yang dapat
menyebabkan kelemahan atau kelelahan wajib diturunkan dosisnya atau dihentkan
bila memungkinkan.
6) Berikan nutrisi yang adekuat, asupan cairan dan makanan yang mengandung
serat, serta suplementasi vitamin dan mineral.
7) Program latihan dan remobilisasi dimulai ketika kestabilan kondisi medis terjadi
meliputi latihan mobilitas di tempat tidur, latihan gerak sendi (pasif, aktif, dan
aktif dengan bantuan), latihan penguat otot-otot (isotonik, isometrik, isokinetik),
latihan koordinasi/ keseimbangan, dan ambulasi terbatas.
8) Bila diperlukan, sediakan dan ajarkan cara penggunaan alat-alat bantu berdiri
dan ambulasi.
9) Manajemen miksi dan defekasi, termasuk penggunaan komod atau toilet.
b. Penatalaksanaan khusus
1) Tatalaksana faktor risiko imobilisasi.
2) Tatalaksana komplikasi akibat imobilisasi.
3) Pada keadaan-keadaan khusus, konsultasikan kondisi medik kepada dokter
spesialis yang kompeten.
2. Lakukan remobilisasi segera dan bertahap pada pasien–pasien yang mengalami
sakit atau dirawat di rumah sakit dan panti werdha untuk mobilitas yang adekuat
bagi usia lanjut yang mengalami disabilitas permanen.
3. Penatalaksanaan Lain
a. Pengaturan Posisi Tubuh sesuai Kebutuhan Pasien
Pengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan mobilitas, diberdayakan
untuk meningkatkan kekuatan, ketahanan otot, dan fleksibilitas sendi.
b. Ambulasi dini
Cara ini adalah salah satu tindakan yang dapat meningkatkan kekuatan dan
ketahanan otot serta meningkatkan fungsi kardiovaskular. Tindakan ini bisa
dilakukan dengan cara melatih posisi duduk di tempat tidur, turun dari tempat
tidur, bergerak ke kursi roda, dan lain-lain.
c. Melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri juga dilakukan untuk melatih
kekuatan, ketahanan, kemampuan sendi agar mudah bergerak, serta meningkatkan
fungsi kardiovaskular.
d. Latihan isotonik dan isometri
Latihan ini juga dapat dilakukan untuk melatih kekuatan dan ketahanan otot
dengan cara mengangkat beban ringan, lalu beban yang berat. Latihan isotonik
(dynamic exercise) dapat dilakukan dengan rentang gerak (ROM) secara aktif,
sedangkan latihan isometrik (static exercise) dapat dilakukan dengan
meningkatkan curah jantung dan denyut nadi.
e. Latihan ROM Pasif dan Aktif
Latihan ini baik ROM aktif maupun pasif merupakan tindakan pelatihan untuk
mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan otot.
1) ROM Aktif yaitu gerakan yang dilakukan oleh seseorang (pasien) dengan
menggunakan energi sendiri. Perawat memberikan motivasi, dan membimbing
klien dalam melaksanakan pergerakan sendiri secara mandiri sesuai dengan
rentang gerak sendi normal (klien aktif).
2) ROM Pasif yaitu energi yang dikeluarkan untuk latihan berasal dari orang lain
(perawat) atau alat mekanik. Perawat melakukan gerakan persendian klien sesuai
dengan rentang gerak yang normal (klien pasif). Indikasi latihan pasif adalah
pasien semikoma dan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak
mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan mandiri,
pasien tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total (suratun,
dkk, 2008)
f. Latihan Napas Dalam dan Batuk Efektif
Latihan ini dilakukan untuk meningkatkan fungsi respirasi sebagai dampak
terjadinya imobilitas.
g. Melakukan Postural Drainase
Postural drainase merupakan cara klasik untuk mengeluarkan sekret dari paru
dengan memanfaatkan gaya berat (gravitasi) dari sekret itu sendiri. Postural
drainase dilakukan untuk mencegah terkumpulnya sekret dalam saluran napas
tetapi juga mempercepat pengeluaran sekret sehingga tidak terjadi atelektasis,
sehingga dapat meningkatkan fungsi respirasi. Pada penderita dengan produksi
sputum yang banyak, postural drainase lebih efektif bila diikuti dengan perkusi
dan vibrasi dada.
h. Melakukan komunikasi terapeutik
Cara ini dilakukan untuk memperbaiki gangguan psikologis yaitu dengan cara
berbagi perasaan dengan pasien, membantu pasien untuk mengekspresikan
kecemasannya, memberikan dukungan moril, dan lain-lain.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba
Medika.

Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Dengan Intervensi


NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC.

Kushariyadi. 2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika

Hastono, S.P. (2010). Modul Analisa Data. Jakarta : FKM.UI.


Hidayat, A.A. (2008). Metodologi Penelitia Kepeawatan dan Teknik Analisis
Data. Jakarta: Salemba Medika.
Mubarak, W.I. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori dan aplikasi
dalam praktik. Jakarta: Media Aesculapius.

Das könnte Ihnen auch gefallen