Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
S DENGAN GANGGUAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DI RUANG ANGGREK RSUD
WATES KULON PROGO
Disususn Oleh :
Hari :
Tanggal :
Tempat : RSUD Wates Ruang Anggrek
Praktikan
(…………………………)
(…………………………) (…………………………)
KATA PENGANTAR
Penyusun,
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………. ..........................................................................
B. Tujuan……. ...............................................................................................
BAB II KONSEP DASAR
A. Pengertian….. ..............................................................................................
B. Etiologi….. .................................................................................................
C. Patofisiologi…….. .....................................................................................
D. Manifestasi Klinik………… ......................................................................
E. Pemeriksaan Penunjang……………. ........................................................
F. Komplikasi………….. ...............................................................................
G. Penatalaksanaan………. ............................................................................
BAB III PENUTUP
Kesimpulan…………….. ............................................................................... ..
DAFTAR PUSTAKA……… ...............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas dan teratur
untuk memenuhi kebutuhan sehat menuju kemandirian dan mobilisasi yang
mengacu pada ketidakmampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas (Hidayat,
2008) Imobilisasi adalah suatu kondisi yang relatif, dimana individu tidak saja
kehilangan kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami penurunan
aktifitas dari kebiasaan normalnya (Mubarak, 2008). Mobilisasi menyebabkan
perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam dan menstimulasi kembali fungsi
gastrointestinal normal, dorong untuk menggerakkan kaki dan tungkai bawah
sesegera mungkin, biasanya dalam waktu 12 jam. Mobilisasi secara tahap demi
tahap sangat berguna untuk membantu jalannya penyembuhan pasien. Secara
psikologis mobilisasi akan memberikan kepercayaan pada pasien bahwa dia mulai
merasa sembuh. Perubahan gerakan dan posisi ini harus diterangkan pada pasien
atau keluarga yang menunggui. Pasien dan keluarga akan dapat mengetahui
manfaat mobilisasi, sehingga akan berpartisipasi dalam pelaksanaan mobilisasi
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan dari laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini untuk
mengetahui masalah kebutuhan dasar manusia khususnya masalah kebutuhan
mobilisasi fisik pada Ny.”M”.
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada Ny.”M” mengenai kebutuhan mobilisasi
fisik.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny.”M” mengenai kebutuhan
mobilisasi fisik.
c. Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Ny.”M” mengenai
kebutuhan mobilisasi fisik.
d. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada Ny.”M” mengenai kebutuhan
mobilisasi fisik sesuai dengan intervensi yang telah disusun sebelumnya.
e. Mampu melakukan evaluasi hasil tindakan keperawatan Ny.”M” mengenai
kebutuhan mobilisasi fisik.
A. Latar Belakang
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Suatu keadaan keterbatasan kemampuan pergerakan fisik secara mandiri yang
dialami seseorang. Immobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bargerak bebas
yang disebabkan oleh kondisi dimana gerakan terganggu atau dibatasi secara
teraupetik (Mubarak, 2008).
Dalam hubungannya dengan perawatan pasien, maka immobilisasi adalah
keadaan dimana pasien berbaring lama ditempat tidur, tidak dapat bergerak secara
bebas karena kondisi yang menggangu pergerakan (aktifitas). Immobilisasi pada
pasien tersebut dapat disebabkan oleh penyakit yang dideritanya, trauma, fraktur
pada ekstremitas, atau menderita kecacatan (Asmadi, 2008).
B. Etiologi
Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi yaitu :
1. Gaya hidup, mobilitas seseorang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai-
nilai yang dianut, serta lingkungan tempat ia tinggal (masyarakat).
2. Ketidakmampuan, kelemahan fisik dan mental akan menghalangi seseorang
untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Secara umum ketidakmampuan
dibagi menjadi dua yaitu :
a. Ketidakmampuan primer yaitu disebabkan oleh penyakit atau trauma (misalnya
: paralisis akibat gangguan atau cedera pada medula spinalis).
b. Ketidakmampuan sekunder yaitu terjadi akibat dampak dari ketidakmampuan
primer (misalnya : kelemahan otot dan tirah baring). Penyakit-penyakit tertentu
dan kondisi cedera akan berpengaruh terhadap mobilitas.
3. Tingkat energi, energi dibutuhkan untuk banyak hal, salah satunya mobilisasi.
Dalam hal ini cadangan energi yang dimiliki masing-masing individu bervariasi.
4. Usia, usia berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam melakukan
mobilisasi. Pada individu lansia, kemampuan untuk melakukan aktifitas dan
mobilisasi menurun sejalan dengan penuaan (Mubarak, 2008)
C. Patofisiologi
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem otot,
skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot Skeletal mengatur
gerakan tulang karena adanya kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang
bekerja sebagai sistem pengungkit. Ada dua tipe kontraksi otot yaitu isotonik dan
isometrik. Pada kontraksi isotonik, peningkatan tekanan otot menyebabkan otot
memendek. Kontraksi isometrik menyebabkan peningkatan tekanan otot atau
kerja otot tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan aktif dari otot, misalnya
menganjurkan klien untuk latihan kuadrisep. Gerakan volunter adalah kombinasi
dari kontraksi isotonik dan isometrik. Meskipun kontraksi isometrik tidak
menyebabkan otot memendek, namun pemakaian energi meningkat. Perawat
harus mengenal adanya peningkatan energi (peningkatan kecepatan pernafasan,
fluktuasi irama jantung, tekanan darah) karena latihan isometrik. Hal ini menjadi
kontra indikasi pada klien yang sakit (infark miokard atau penyakit obstruksi paru
kronik). Postur dan Gerakan Otot merefleksikan kepribadian dan suasana hati
seseorang dan tergantung pada ukuran skeletal dan perkembangan otot skeletal.
Koordinasi dan pengaturan dari kelompok otot tergantung dari tonus otot dan
aktifitas dari otot yang berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan gravitasi.
Tonus otot adalah suatu keadaan tegangan otot yang seimbang. Ketegangan dapat
dipertahankan dengan adanya kontraksi dan relaksasi yang bergantian melalui
kerja otot. Tonus otot mempertahankan posisi fungsional tubuh dan mendukung
kembalinya aliran darah ke jantung. Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan
tonus otot menjadi berkurang. Skeletal adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri
dari empat tipe tulang: panjang, pendek, pipih, dan ireguler (tidak beraturan).
Sistem skeletal berfungsi dalam pergerakan, melindungi organ vital, membantu
mengatur keseimbangan kalsium, berperan dalam pembentukan sel darah merah.
D. Manifestasi Klinik
1. Tidak mampu bergerak atau beraktifitas sesuaikebutuhan.
2. Keterbatasan menggerakan sendi.
3. Adanya kerusakan aktivitas.
4. Penurunan ADL dibantu orang lain.
5. Malas untuk bergerak atau mobilitas
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar –X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, dan perubahan
hubungan tulang.
2. CT scan (Computed Tomography) menunjukkan rincian bidang tertentu tulang
yang terkena dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cidera ligament
atau tendon. Digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah
tulang didaerah yang sulit dievaluasi.
3. MRI (Magnetik Resonance Imaging) adalah tehnik pencitraan khusus,
noninvasive, yang menggunakan medan magnet, gelombang radio, dan komputer
untuk memperlihatkan abnormalitas (mis: tumor atau penyempitan jalur jaringan
lunak melalui tulang dll).
4. Pemeriksaan Laboratorium:
Hb ↓pada trauma, Ca↓ pada imobilisasi lama, Alkali Fospat ↑, kreatinin dan
SGOT ↑ pada kerusakan otot.
F. Komplikasi
1. Perubahan Metabolik
Secara umum imobilitas dapat mengganggu metabolisme secara normal,
mengingat imobilitas dapat menyebabkan turunnya kecepatan metabolisme dalam
tubuh. Immobilisasi menggangu fungsi metabolic normal antara lain laju
metabolic: metabolisme karbohidarat, lemak, dan protein, keseimbangan cairan
dan elektrolit, ketidakseimbangan kalsium, dan gangguan pencernaan.
Keberdaaan infeksius padaklien immobilisasi meningkatkan BMR karena adanya
demam dan penyembuhanluka yang membutuhkan peningkatan kebutuhan oksgen
selular.
2. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
Terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sebagai dampak dari
imobilitas akan mengakibatkan persediaan protein menurun dan konsenstrasi
protein serum berkurang sehingga dapat mengganggu kebutuhan cairan tubuh.
Berkurangnya perpindahan cairan dari intravaskular ke interstitial dapat
menyebabkan edema, sehingga terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
3. Gangguan Pengubahan Zat Gizi
Terjadinya gangguan zat gizi yang disebabkan oleh menurunnya
pemasukan protein dan kalori dapat mengakibatkan pengubahan zat-zat makanan
pada tingkat sel menurun, dan tidak bisa melaksanakan aktivitas metabolisme.
4. Gangguan Fungsi Gastrointestinal
Imobilitas dapat menyebabkan gangguan fungsi gastrointestinal, karena
imobilitas dapat menurunkan hasil makanan yang dicerna dan dapat menyebabkan
gangguan proses eliminasi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba
Medika.
Kushariyadi. 2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika