Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Trauma termis adalah luka akibat persentuhan tubuh bagian luar maupun dalam dengan bahan
yang panas, dingin, bahan kimia, atau aliran listrik.
Adapun klasifikasi dari trauma termis adalah:1
I.Heat Burn
II.Cold Trauma
III.Chemical Burn
IV.Electrical Burn
B.Patofisiologi
Segera setelah terjadi luka bakar, berbagai respon patologi terjadi. Suhu tinggi akan merusak
lapisan kulit. Terjadi dilatasi kapiler dan permeabilitas kapiler meningkat, protein terlepas dari
plasma masuk kedalam ruang ekstraseluler menyebabkan udem, penurunan volume darah dan
gangguan sirkulasi darah. Pada saat yang sama, timbul bula di kulit dengan membawa serta
elektrolit, sehingga terjadi penurunan cairan intravaskuler. Eritrosit dan leukosit tetap dalam
sirkulasi dan menyebabkan peningkatan hematokrit dan leukosit. Darah dan cairan akan hilang
melalui evaporasi sehingga terjadi kekurangan cairan.3
Faktor patofisiologis yang berpengaruh pada gangguan sirkulasi dan metabolik akibar luka bakar
sudah dapat diidentifikasi. Peningkatan permeabilitas kapiler berhubungan dengan aktivasi
komplemen dan pelepasan histamin. Histamin berinteraksi dengan xantin oksidase sehingga
terjadi peningkatan aktivitas katalitik. Oksigen yang bersifat toksik, sebagai hasil dari xantin
oksidase, termasuk H2O2 dan hydroxyl radical merusak endotel pembuluh darah.3
Kompensasi terhadap syok dengan kehilangan cairan maka tubuh mengadakan respon dengan
menurunkan sirkulasi sistem gastrointestinal yang mana dapat terjadi ileus paralitik, tachycardia
dan tachypnea merupakan kompensasi untuk menurunkan volume vaskuler dengan meningkatkan
kebutuhan oksigen terhadap jaringan yang luka. Kemudian menurunkan perfusi pada ginjal, dan
terjadi vasokontriksi yang akan berakibat pada depresi filtrasi glomerulus dan oliguri.4
Skema berikut menyajikan mekanisme respon luka bakar terhadap injury pada anak/orang dewasa
dan perpindahan cairan setelah injury thermal.
Berat ringannya luka bakar dari American Burn Association dalam Whaley and Wrong(1999)
adalah sebagai berikut :6
1.Luka minor adalah luka bakar kurang dari 10% luas permukaan tubuh.
2.Luka bakar moderate adalah luka bakar 10-20% luas pemukaan tubuh.
3.Luka bakar mayor adalah luka bakar lebih dari 20% luas permukaan tubuh.
Berdasarkan kedalaman luka, luka bakar terbagi atas 3 derajat yaitu :
1.Luka bakar derajat pertama (menurut Dupuytren, luka bakar derajat pertama dan kedua), setiap
luka bakar yang didalam proses penyembuhannya tidak meninggalkan jaringan parut. Luka bakar
derajat pertama tampak sebagai suatu daerah yang berwarna kemerahan, terdapat gelembung-
gelembung(skin blister, vesikulae, bullae), yang ditutupi oleh daerah putih, epidermis yang tidak
mengandung pembuluh darah dan dibatasi oleh kulit yang berwarna merah serta hiperemis. Secara
mikroskopik tampak adanya kongesti dari pembuluh darah, mungkin pula dijumpai perdarahan-
perdarahan dan infiltrasi sel radang polymorphonuclear(PMN). Pemeriksaan kimiawi dari cairan
yang terdapat di dalam gelembung-gelembung luka bakar, yang dilanjutkan dengan pemeriksaan
mikroskopik menunjukkan bahwa dalam cairan tersebut kaya akan protein, yang kadang-kadang
dapat menggumpal akibat panas; sel-sel PMN dapat dijumpai walaupun tidak terdapat infeksi.
Luka bakar derajat pertama dapat berakhir dengan kematian korban bila luas daerah yang terbakar
sama atau lebih dari sepertiga luas permukaan tubuh.
2.Luka bakar derajat(menurut Dupuytren) sesuai dengan luka bakar derajat ke-3 dan ke-4), adalah
luka bakar yang pada proses penyembuhan akan selalu membentuk jaringan parut; oleh karena
pada luka bakar derajat kedua ini seluruh kulit mengalami kerusakan, dan tergantung dari lokasi
kerusakannya kontraktur dapat terjadi. Daerah yang terbakar akan mengkerut, terdapat daerah
yang tertekanoleh karena terjadi koagulasi jaringan, dikelilingi oleh kulit yang berwarna
kemerahan dan kulit yang menggelembung. Dalam waktu sekitar satu minggu jaringan yang
nekrotik akan terlepas dan meninggalkan tukak yang waktu penyembuhannya lama. Pengobatan
biasanya memerlukan operasi plastik. Gambaran luka bakar derajat kedua pada umumnya tidak
berbeda dengan luka bakar derajat pertama, hanya saja pada luka bakar derajat kedua rasan nyeri
sangat hebat dan seringkali diakhiri dengan shock, kemungkinan terjadinya shock pada luka bakar
derajat kedua lebih besar.
3.Luka bakar derajat ketiga(menurut Dupuytren sesuai dengan luka bakar derajat kelima dan
keenam), tubuh akan mengalami destruksi yang hebat, tidak saja terbatas pada kulit dan subkutis,
akan tetapi sampai kelapisan yang lebih dalam, jaringan otot atau tulang. Kerusakan pada ujung-
ujung saraf pada luka bakar derajat ketiga akan menyebabkan kurangnya rasa sakit. Terjadinya
devitalisasi jaringan akan memudahkan terjadinya infeksi dan lambatnya penyembuhan. Bahaya
lain yang dapat timbul adalah shock, yang biasanya terjadi lambat yaitu setelah 1 atau 3 hari.
Sampai fase tersebut dilewati prognosa tetap dubius oleh karena korban dapat jatuh dalam koma
atau mati.8
Kemungkinan adanya anak peluru dalam tengkorak, patahnya tulang lidah pada pencekikan,
terberak, patahnya tulang lidah pada pencekikan, terbelahnya jantung karena tusukan benda tajam,
retaknya tengkorak yang disertai dengan kerusakan jaringan otak dan perdarahan intrakranial
akibat kekerasan benda tumpul, demikian pula adanya racun-racun di dalam tubuh korban, yang
bila ditemukan pada korban, akan mengungkapkan sebab kematian yang sebenarnya dan tentunya
cara kematian, bukan lagi kecelakaan melainkan pembunuhan atau bunuh diri.7
Karakteristik luka akibat trauma termis dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
Bagian tubuh yang terlibat Temperatur Waktu Sumber panas yang berasal dari :
1.Radiasi
2.Air panas(wet heat)
3.Kobaran api(flames)
4.Kontak dengan objek panas
Rentannya kulit mengalami luka bakar tergantung dari ketebalan kulit. Kulit yang paling tebal dan
resisten terhadap pengaruh panas adalah telapak tangan dan kaki. Dan kulit yang paling tipis dan
mudah terkena adalah permukaan fleksor dari pergelangan tangan. Temperatur minimum yang
dapat menyebabkan luka bakar adalah 44oC, ini terjadi jika terpapar selama 6 jam atau lebih.
Sebaliknya pada suhu 70oC luka bakar dapat terjadi dalam waktu kurang lebih 1 menit.
Pola dan distribusi luka bakar tergantung pada jenis dari sumber panas. Pada prinsipnya ada 4 jenis
sumber panas yaitu yang berasal dari radiasi, air panas(wet heat), kobaran api(flames), dan objek
yang panas.2
1.Radiasi
Kerusakan kulit akibat radiasi paling umum terlihat seperti terkena sinar matahari “sunburn”. Pola
luka bakar yang disebabkan oleh radiasi tergantung dari posisi tubuh yang berhubungan langsung
terhadap sumber panas dan ada tidaknya pakaian atau objek lain yang mengintervensi.2
E.IDENTIFIKASI
Keadaan sekitar dari kasus kebakaran secara langsung membantu identifikasi korban. Jika
ditemukan tubuh dengan ditutupi oleh jelaga dan tidak begitu parah, jelaganya bisa dibersihkan
terlebih dahulu agar wajah dan gambaran eksternal lainnya dapat terlihat secara visual. Pakaian
dan personal effects, jika tidak terbakar, dapat membantu identifikasi. Hangus dapat melenyapkan
identifikasi gambaran eksternal. Tinggi badan dan berat badan tidak dapat dijadikan identifikasi
yang akurat karena terjadi reduksi tinggi badan dan berat badan oleh karena kontraksi panas.
Sesuai dengan observasi splitz rambut warna kelabu berubah menjadi pirang pada suhu
120C(250F). Setelah 10-15 menit pada suhu 205C(400F), rambut coklat akan berubah menjadi
sedikit kemerahan. Dan rambut hitam tidak mengalami perubahan warna.9
Jika terdapat identifikasi sementara, seperti gigi dan catatan medis harus diperoleh oleh penyidik.
Kegunaan dari catatan ini tergantung dari spesifitas dan keakuratannya. Salah satu cara untuk
mengidentifikasi tubuh yang hangus dilakukan pemeriksaan radiologi. Jika kecocokan antara
informasi antemortem dan postmortem tidak jelas, ketetapannya masih dapat masih dapat
diperkuat oleh ahli patologi dan ahli lainnya yang terlibat. Jika metode pembanding konvensional
tidak jelas, maka gigi dan tulang dapat digunakan untuk analisa DNA.8
Gambaran post-mortem
Pemeriksaan luar
1.Pakaian dari korban diambil dan diperiksa secara teliti untuk mencari terdapatnya minyak tanah,
bensin atau bahan lainnya yang mudah terbakar.
2.Gambaran kulit bisa bervariasi, misalnya :
a.Putih. Pada luka bakar akibat panas radiasi.
b.Melepuh dan merah. Ukuran dan bentuknya bergantung pada ukuran benda panas. Bentuk luka
seperti ini adalah karena bersentuhan dengan benda panas.
c.Luka merah terpanggang. Merupakan akibat bersentuhan dengan benda panas dalam waktu yang
cukup lama.
d.Kehitaman dan seperti tattoo. Merupakan luka akibat ledakan tambang batubara. Biasanya
ukuran luka sangat luas.
e.Hitam dan berjelaga pada beberapa bagian tubuh, yaitu luka bakar akibat minyak tanah.
f.Kemerahan dan pembentukan vesikel pada kulit, yaitu akibat terkena uap panas, misalnya dari
air mendidih atau uap panas.
g.Luka basah dan kulit kehilangan sifat elastisnya, yaitu pada luka bakar akibat uap yang sangat
panas.
3.Sikap pugilistik. Sikap ini mirip sikap defensive dan terdapat pada mayat yang lama terpapar
temperatur tinggi sehingga mayat menjadi kaku. Pada beberapa kasus, temperatur yang sangat
tinggi ini bisa mengakibatkan keretakan dan celah sehingga sangat mirip dengan luka potong.
2.Tulang tengkorak sering mengalami fraktur pada kematian akibat kebakaran. Jaringan otak
sangat menyusut walau bentuknya masih dapat dikenali. Lapisan yang menutupi otak dan menings
mengalami kongesti.
3.Jika kematian akibat asfiksia, pada traktus respiratorius bisa ditemukan partikel karbon. Seluruh
traktus respiratorius bagian atas mengalami kongesti dan dilapisi cairan mukus yang berbusa.
4.Inflamasi pleura bisa terjadi dan terdapat efusi ke dalam rongga pleura.
5.Bilik jantung penuh berisi darah.
6.Lambung dan duodenum menunjukkan reaksi inflamasi. Setelah kematian, pada duodenum
mungkin terdapat tukak yang disebut tukak Curling (Curling’s ulcer).
7.Pada hati terdapat perlemakan.
8.Pada ginjal terdapat pembengkakan (cloudy swelling), thrombosis kapiler, bahkan mengalami
infark.
9.Limpa dan kelenjar mengalami kongesti.
Perbedaan antara luka bakar antemortem dengan luka bakar post mortem
Batas kemerahan. Batas kemerahan pada luka bakar antemortem selalu ada. Batas ini berupa garis
yang permanen yang tampak setelah kematian. Eritema pada daerah disekitar luka tidak ada karena
dilatasi pembuluh darah hanya sementara dan semakin tidak jelas setelah kematian.
Pembentukan vesikel. Luka bakar sewaktu masih hidup menyebabkan terbentuknya vesikel yang
mengandung albumin dan klorida. Dasar vesikel mengalami inflamasi dengan papil yang
menonjol. Keadaan ini sangat berbeda dengan luka bakar postmortem dimana vesikel biasanya
berisi udara. Walaupun sangat jarang ada juga vesikel yang mengandung cairan serosa, tetapi
hanya mengandung albumin dan tidak ada klorida. Dasar vesikel kering dan keras.
Proses penyembuhan. Pada luka bakar antemortem bisa tampak proses perbaikan luka, berupa
inflamasi, pembentukan pus, pembentukan jaringan granulasi atau pengelupasan kulit. Hal ini
tidak terdapat pada luka bakar postmortem.9
II.COLD TRAUMA
A. PENDAHULUAN
Jarang terjadi, biasanya pada Negara dingin. Lokalisasi terutama pada tangan, kaki, hidung,
telinga, pipi. Hawa dingin yang basah lebih berbahaya daripada yang kering.1
Cara kematian:1
1.Kecelakaan
2.Pembunuhan (infanticide)
B. PEMERIKSAAN1
1.Reaksi Lokal
a.Kulit pucat (vasokontriksi) → kemerahan (vasodilatasi oleh karena vasomotor center)
b.Merah kehitaman, bengkak (skin blister) → ganggren superficial yang irreversible.
2.Reaksi Umum
a.Kulit pucat, menggigil, cutis anserine
b.Kepucatan bercampur warna cyanosis (oleh karena organ dalam keadaan kongesti sehingga
darah dipaksa masuk kembali ke pembuluh perifer)
c.Lethargy → coma → death (bila lama)
d.Otopsi :
Jantung berisi darah merah cerah
Organ dalam kongesti hebat
Lebam Bright Red (merah cerah bercampur bercak merah gelap)
Cairan tubuh menjadi es (bila lama baru ditemukan)
A. PENDAHULUAN
Chemical burn adalah luka bakar pada organ luar maupun organ dalam tubuh yang disebabkan
oleh bahan-bahan kimia yang merupakan asam kuat atau basa kuat (sering disebut alkali). Luka
bakar akibat bahan kimia terjadi pada saat tubuh atau kulit terpapar oleh asam atau basa. Bahan
kimia ini dapat menimbulkan reaksi terbatas pada kulit, reaksi pada seluruh tubuh ataupun
keduanya.2
Kekuatan dari asam dan basa ditentukan oleh skala pH, yang berkisar antara 1-14. Asam kuat
biasanya memiliki pH kurang dari 2. Bahan yang mengandung alkali biasanya memiliki pH 11,5
atau lebih untuk dapat melukai kulit.
Luka bakar oleh bahan kimia biasanya merupakan kecelakaan, pembunuhan dengan cara ini sangat
jarang dilakukan, melemparkan cairan yang bersifat korosif seperti cairan asam pada korban lebih
sering dimaksudkan untuk melukai dibandingkan untuk membunuh korban. Bunuh diri dengan
menggunakan asam maupun basa kuat sangat jarang dilakukan saat ini tetapi ditemukan di negara-
negara miskin.2,8
Alkali dengan pH 11,5 atau lebih menyebabkan kerusakan jaringan yang lebih luas dibandingkan
dengan asam karena sifatnya yang mencairkan jaringan yang nekrosis, yang menyebabkan alkali
dapat berpenetrasi lebih dalam. Alkali, seperti sodium hidroksida (soda atau sabun) dan amonium
hidroksida, menimbulkan luka berwarna coklat keabu-abuan.
Substansi alkalin dalam bentuk padat yang tertelan menampilkan keuntungan dari faktor ini. Bahan
padat ini akan tinggal dalam lambung dalam waktu yang lama, hal ini akan menghasilkan luka
bakar yang berat. Faktor lain yang penting adalah bentuk lain dari substansi asam dan basa yang
menghasilkan panas ketika mereka terdilusi, hal ini tidak hanya menyebabkan luka bakar akibat
bahan-bahan kimia tetapi juga luka bakar akibat suhu.
Beberapa tanda dan gejala dari luka bakar akibat bahan kimia termasuk :12
Pada daerah yang terkena akan terasa panas, terjadi iritasi serta kemerahan.
Nyeri dan terasa baal
Pembentukan jaringan kulit mati yang berwarna hitam (eschar) - ini sebagian terjadi akibat luka
bakar yang diakibatkan oleh bahan asam yang menghasilkan neksrosis koagulasi dengan jalan
denaturasi protein.
Luka bakar akibat alkali menghasilkan luka bakar yang dalam pada jaringan akibat produksi dari
pengenceran jaringan nekrosis yang melibatkan denaturasi protein dan juga saponifikasi jaringan
lemak.
Gangguan penglihatan atau kebutaan total terjadi bila bahan kimia masuk ke dalam mata.
Pada kasus luka bakar akibat bahan-bahan kimia yang berat dimana bahan tersebut tertelan,
terhirup atau terabsorbsi ke dalam pembuluh darah, gejala sistemik yang dapat timbul antara lain
:11
Batuk atau sesak napas.
Penurunan tekanan darah.
Pusing, lemas sampai pingsan.
Nyeri kepala.
Kejang otot.
Henti jantung atau aritmia.
C. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan korban luka bakar akibat bahan kimia :
Meskipun pengobatan memiliki peran yang terbatas pada kebanyakan kasus luka bakar oleh bahan
kimia, antibiotik topikal, kalsium dan magnesium masih tetap digunakan. Setelah dekontaminasi
pemberian cairan intravena dan terapi narkotik diperlukan.
Antibiotik.
Silvadene digunakan pada luka bakar pada kulit dan berguna untuk mencegah infeksi pada luka
bakar derajat dua dan tiga. Ini harus diberikan pada luka satu sampai dua kali sehari dan
membersihkan sisa obat sebelumnya sebelum memberikan yang baru.
Erytromisin oinmen (bacitracin) digunakan untuk mencegah infeksi akibat luka bakar pada mata.
Analgetik.
Morfin, acetaminophen diberikan untuk mengatasi nyeri dan bias digunakan untuk memberikan
efek sedasi yang menguntungkan pada pasien yang menderita luka bakar pada mata.
Nonsteroid Anti-inflammatory Agents
Advil, Motrin Ansaid, Naprosyn dan anaprox adalah golangan anti-inflamasi yang digunakan
untuk pasien dengan nyeri ringan sampai sedang.13
B. PATOFISIOLOGI 2, 7, 8
Luka yang disebabkan arus listrik yang fatal pada umumnya bersifat kecelakaan, dimana jenis arus
listrik bolak-balik (AC) lebih sering sebagai penyebab kecelakaan, sedangkan kecelakaan karena
arus listrik searah (DC) lebih jarang dan pada umumnya terjadi di pabrik-pabrik, seperti pabrik
pemurnian logam dan penyepuhan.
Manusia lebih sensitif, yaitu sekitar 4-6 kali terhadap arus listrik bolak-balik bila dibandingkan
dengan arus listrik yang searah. Bila seseorang terkena arus listrik bolak-balik dengan intensitas
80 mA, ia dapat mati; akan tetapi dengan arus listrik searah yang intensitasnya 250 mA tidak akan
berakibat kematian.
Pada eksperimen didapatkan hasil sebagai berikut: manusia yang terkena arus listrik (AC) dengan
intensitas dibawah 25 mA; atau arus listrik (DC) sekitar 25-80 mA, tidak akan menimbulkan efek
apa-apa. Sedangkan bila terkena arus listrik (AC) dengan intensitas 25-80 mA atau arus listrik
(DC) sebesar 80-300 mA, akan terjadi penurunan kesadaran dan gangguan denyut jantung (fibrilasi
ventrikel). Bila kekuatan arus listrik melebihi 3 Amper, maka akan terjadi penghentian denyut
jantung (cardiac arrest).
Ada dua penyebab kematian pada kasus luka listrik (electrical burn), yaitu:
1.Fibrilasi ventrikel. Keadaan yang paling berbahaya apabila arus listrik masuk melalui tangan kiri
lalu keluar melalui kaki yang berlawanan.
2.Paralisis sentrum medullare (pusat pernapasan). Paralisi ini terjadi akibat spasme otot pernapasan
sehingga korban meninggal karena asfiksia. Hal ini juga menyebabkan jantung berhenti lalu terjadi
shock respiratory paralysis.
C. CARA MENENTUKAN KEMATIAN AKIBAT ALIRAN LISTRIK
Untuk dapat memastikan korban meninggal akibat sengatan arus listrik atau bukan, dapat
dilakukan beberapa hal berikut ini:13
1.Penemuan korban. Kita menemukan masih berhubungan dengan kawat yang beraliran listrik.
2.Tidak ada tanda-tanda penyebab kematian lain dan tanda-tanda kekerasan.
3.Otopsi.
A. PENDAHULUAN
Petir / Lighting / eliksem adalah kecelakaan akibat sambaran petir. Petir termasuk arus searah (DC)
dengan tegangan 20 juta volt dan kuat arus 20 ribu ampere. Petir mengalirkan arus listrik tegangan
tinggi dalam waktu yang sangat singkat. Beberapa loncatan arus listrik ini ada yang menuju ke
bumi dan mencederai orang-orang yang ada di sekitarnya.5
Ada tiga keadaan yang berpotensi besar terkena petir, yaitu:
1.Berada di tanah lapang.
2.Berada di bawah pohon yang tinggi.
3.Kehujanan dan memakai perhiasan yang terbuat dari logam.
Adapun bukti secara tidak langsung yang dapat memperkuat dugaan korban meninggal akibat
tersambar petir adalah:13
1.Adanya riwayat terjadinya badai petir pada daerah tersebut disertai dengan bukti adanya
kerusakan.
2.Benda-benda yang terbuat dari besi menjadi mengandung magnet.
3.Tidak terdapat bukti-bukti yang mengarah ke pembunuhan.
DAFTAR PUSTAKA