Sie sind auf Seite 1von 5

LAPORAN PENDAHULUAN

FRAKTUR METACARPAL DI RUANG INSTALASI BEDAH SENTRAL


RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

Disusun Oleh:
ADITA TRI ANGELISA
201410206001

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS-PROGRAM STUDI


ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2015
Pathways
Trauma Langsung Trauma Tidak Langsung Kondisi patologis

Fraktur

Diskontinuitas tulang Pergeseran fragmen tulang Nyeri Akut

Perubahan jaringan sekitar Kerusakan fragmen tulang

Tekananan sumsum tulang


Pergeseran fragmen tulang Spasme otot lebih tinggi dari kapiler

Deformitas Peningkatan tekanan kapiler Melepaskan katekolamin

Gangguan fungsi ekstrimitas Pelepasan histamin Metabolisme asam lemak

Hambatan mobilitas fisik Protein plasma hilang


Bergabung dengan trombosit

Edema Emboli
Laserasi kulit
Penekanan pembuluh darah Menyumbat pembuluh
darah

Putus vena/ arteri Kerusakan integrits kulit


Ketidakefektifan perfusi
Perdarahan jaringan perifer

Resiko infeksi
Kehilangan volume cairan

Resiko Syok (hipovolemik)


ASUHAN KEPERAWATAN
PADA FRAKTUR

PENGKAJIAN DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Pengumpulan Data 1. Nyeri akut berhubungan dengan spasme
a. Anamnesa : identitas pasien, keluhan otot, gerakan fragmen tulang, edema, cidera
utama, riwayat penyakit sekarang, jaringa lunak, pemasangan traksi,
riwayat penyakit dahulu, riwayat stress/ansietas, luka operasi
penyakit keluarga, riwayat psikososial, 2. Gangguan pertukaran gas berhubungan
pola-pola fungsi kesehatan dengan perubhan aliran darah, emboli,
b. Pemeriksaan fisik : head to toe perubahan membran alveola/ kapiler
2. Pemeriksaan diagnostik (interstisial, edema paru, kongesti)
a. Pemeriksaan radiologi 3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan
b. Pemeriksaan laboratorium dengan kerusakan rangka neuromuskular,
nyeri, terapi restriktif (imobilisasi)
4. Gangguan integritas kulit berhubungan
dengan fraktur terbuka, pemasangan traksi
(pen, kawat, sekrup)
5. Risiko infeksi berhubungan dengan
ketidakadekuatan pertahanan primer
(kerusakan kulit, trauma jaringan lunak,
INTERVENSI prosedur invasif/ traksi tulang)

 Diagnosa: Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera jaringan lunak,
pemasangan traksi, stress/ansietas.
 Tujuan: Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang dengan menunjukkan tindakan santai,
mampu berpartisipasi dalam beraktivitas, tidur, istirahat dengan tepat, menunjukkan penggunaan
keterampilan relaksasi dan aktivitas trapeutik sesuai indikasi untuk situasi individual
 Intervensi
 Pertahankan imobilasasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, bebat dan atau traksi
 Tinggikan posisi ekstremitas yang terkena.
 Lakukan dan awasi latihan gerak pasif/aktif.
 Lakukan tindakan untuk meningkatkan kenyamanan (masase, perubahan posisi)
 Ajarkan penggunaan teknik manajemen nyeri (latihan napas dalam, imajinasi visual, aktivitas
dipersional)
 Lakukan kompres dingin selama fase akut (24-48 jam pertama) sesuai keperluan.
 Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi.
 Evaluasi keluhan nyeri (skala, petunjuk verbal dan non verval, perubahan tanda-tanda vital)
INTERVENSI

 Diagnosa : Gangguan pertukaran gas  Gangguan integritas kulit b/d fraktur terbuka,
b/d perubahan aliran darah, emboli, pemasangan traksi (pen, kawat, sekrup)
perubahan membran alveolar/kapiler  Tujuan : Klien menyatakan ketidaknyamanan
(interstisial, edema paru, kongesti) hilang, menunjukkan perilaku tekhnik untuk
 Tujuan : Klien akan menunjukkan mencegah kerusakan kulit/memudahkan
kebutuhan oksigenasi terpenuhi penyembuhan sesuai indikasi, mencapai
dengan kriteria klien tidak sesak nafas, penyembuhan luka sesuai waktu/penyembuhan lesi
tidak cyanosis analisa gas darah dalam terjadi
batas normal  Intervensi
 Intervensi:  Pertahankan tempat tidur yang nyaman dan aman
 Instruksikan/bantu latihan napas (kering, bersih, alat tenun kencang, bantalan
dalam dan latihan batuk efektif. bawah siku, tumit).
 Lakukan dan ajarkan perubahan  Masase kulit terutama daerah penonjolan tulang
posisi yang aman sesuai keadaan dan area distal bebat/gips.
klien.  Lindungi kulit dan gips pada daerah perianal
 Kolaborasi pemberian obat  Observasi keadaan kulit, penekanan gips/bebat
antikoagulan (warvarin, heparin) terhadap kulit, insersi pen/traksi.
dan kortikosteroid sesuai indikasi.
 Analisa pemeriksaan gas darah, Hb,
kalsium, LED, lemak dan trombosit
 Diagnosa : Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan
 Evaluasi frekuensi pernapasan dan
rangka neuromuskuler, nyeri, terapi restriktif
upaya bernapas, perhatikan adanya
(imobilisasi)
stridor, penggunaan otot aksesori
 Tujuan : Klien dapat
pernapasan, retraksi sela iga dan
meningkatkan/mempertahankan mobilitas pada
sianosis sentral.
tingkat paling tinggi yang mungkin dapat
mempertahankan posisi fungsional meningkatkan
kekuatan/fungsi yang sakit dan mengkompensasi
 Diagnosa : Risiko infeksi b/d bagian tubuh menunjukkan tekhnik yang
ketidakadekuatan pertahanan primer memampukan melakukan aktivitas
(kerusakan kulit, taruma jaringan lunak,  Intervensi :
prosedur invasif/traksi tulang  Pertahankan pelaksanaan aktivitas rekreasi
 Tujuan : Klien mencapai penyembuhan terapeutik (radio, koran, kunjungan
luka sesuai waktu, bebas drainase teman/keluarga) sesuai keadaan klien.
purulen atau eritema dan demam  Bantu latihan rentang gerak pasif aktif pada
 Intervensi : ekstremitas yang sakit maupun yang sehat sesuai
 Lakukan perawatan pen steril dan keadaan klien
perawatan luka sesuai protokol  Berikan papan penyangga kaki, gulungan
 Ajarkan klien untuk mempertahankan trokanter/tangan sesuai indikasi.
sterilitas insersi pen.  Dorong/pertahankan asupan cairan 2000-3000
 Kolaborasi pemberian antibiotika dan ml/hari.
toksoid tetanus sesuai indikasi  Berikan diet TKTP.
 Analisa hasil pemeriksaan  Kolaborasi pelaksanaan fisioterapi sesuai
laboratorium (Hitung darah lengkap, indikasi.
LED, Kultur dan sensitivitas
luka/serum/tulang)
 Observasi tanda-tanda vital dan
tanda-tanda peradangan lokal pada
luka.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner, Suddarth. (2002). Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol.3. EGC.
Jakarta
Carpenito, LJ. (2001). Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 . Jakarta: EGC
Closky & Bulechek. (2004). Nursing Intervention Classification (NIC). United States
of America: Mosby.
Doengoes, M.E., (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.
Ircham Machfoedz. (2007). Pertolongan Pertama di Rumah, di Tempat Kerja, atau di
Perjalanan. Yogyakarta: Fitramaya
Mansjoer, A dkk. (2007). Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Meidian, JM. (2004). Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of
America: Mosby.
Muttaqin, Arif. (2008). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. EGC. Jakarta
North American Nursing Diagnosis Association (NANDA). (2011). Diagnosis
Keperawatan 2012-2014. Jakarta : EGC
Smeltzer Suzanne C, Bare Brendo G. (2002).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner, Suddart, Edisi 8, vol 2. Jakarta: EGC

Das könnte Ihnen auch gefallen