Sie sind auf Seite 1von 178

ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN KOPERASI SIMPAN

PINJAM DAN PEMBIAYAAN SYARIAH (KSPPS)


KOTA TANGERANG SELATAN

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

Fadilah Rahmi Karim


NIM. 1113082000005

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN KOPERASI SIMPAN
PINJAM DAN PEMBIAYAAN SYARIAH (KSPPS)
KOTA TANGERANG SELATAN

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

Fadilah Rahmi Karim


NIM: 1113082000005

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing

Dr. Rini, Ak, CA.


NIP. 19760315 200501 2 002

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M

ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Selasa, 07 Maret 2017 telah dilakukan Ujian Komprehesif atas mahasiswa:

1. Nama : Fadilah Rahmi Karim


2. NIM : 1113082000005
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Koperasi Simpan
Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) Kota Tangerang
Selatan

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang


bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 07 Maret 2017.

1. Reskino, SE., M.Si., Ak., CA ( )


NIP. 19740928 200801 2 004 Penguji I

2. Ismawati Haribowo, SE ( )
NIP.19800909 201411 2 003 Penguji II

iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Selasa, 25 Juli 2017 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:

1. Nama : Fadilah Rahmi Karim


2. NIM : 1113082000005
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : “Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Koperasi Simpan
Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) Kota Tangerang
Selatan”

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang


bersangkutan selama ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di
atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 25 Juli 2017

1. Hepi Prayudiawan, S.E., MM., Ak., CA ( )


NIP. 19720516 200901 1 006 Ketua Penguji

2. Reskino., SE., M.Si., Ak., CA ( )


NIP. 19740928 200801 2 004 Penguji Ahli

3. Dr. Rini., Ak., CA ( )


NIP. 19760315 200501 2 002 Pembimbing

iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini


Nama : Fadilah Rahmi Karim
No. Induk Mahasiswa : 1113082000005
Jurusan : Akuntansi
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:


1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau
tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya
ini.

Jikalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap
dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.


Jakarta, 17 Juli 2017
Yang Menyatakan,

(Fadilah Rahmi Karim)

v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Fadhilah Rahmi Karim
2. Tempat, Tanggal Lahir : Guntung, 22 Agustus 1995
3. Alamat : Jl. Legoso Raya No. 44 RT 03/07,
Pisangan, Ciputat, Tangerang Selatan
15419
4. No.Telp : 0878-1884-4323
5. Alamat e-mail : fadhilahrahmi.karim@gmail.com

II. LATAR BELAKANG KELUARGA


1. Ayah : Abdul Karim Hasba, A.Ma.Pd
2. Ibu : Zuraidah, A.Ma.Pd
3. Anak ke : 3 dari 3 bersaudara

III. PENDIDIKAN
Tahun 2001 – 2007 : SD Negeri 014721 Empat Negeri,
Batu Bara, Sumatera Utara
Tahun 2007 – 2010 : MTs Negeri Lima Puluh, Batu Bara,
Sumatera Utara
Tahun 2010 – 2013 : SMA Negeri 1 Lima Puluh, Batu Bara,
Sumatera Utara
Tahun 2013 – 2017 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

IV. PENGALAMAN ORGANISASI DAN KERELAWANAN


1. Bendahara Umum, OSIS MTs Negeri Lima Puluh (2008-2010).
2. Ketua Umum Pentas Seni, OSIS SMA Negeri 1 Lima Puluh (2012).
3. Anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan Akuntansi bidang Ekonomi
Kreatif (2014-2015).

vi
4. Anggota Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis
(2015-2016).
5. Anggota LDK KOMDA Fakultas Ekonomi dan Bisnis (2014-2015).
6. Bendahara di Gerakan Banten Mengajar (2015-2016).
7. Volunteer di Program AKSI 2.0 Sayap Dewantara (SADEWA) Indonesia,
Pameungpeuk, Garut, Januari 2014.
8. Volunteer di acara JURNALISTEEN Komunitas Untuk Negeri, Oktober
2015.

V. PENGHARGAAN
1. Juara 2, Olimpiade Siswa Nasional (OSN) Bidang Ekonomi Tingkat
Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara (2011)
2. Juara 1, Olimpiade Siswa Nasional (OSN) Bidang Ekonomi Tingkat
Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara (2012)
3. Penerima Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta (2016)

VI. KEPANITIAAAN DAN KEPESERTAAN


1. Panitia Acara pada acara SEMILOKA NASIONAL “Implementasi PSAK
dalam Transaksi Perbankan Syariah”, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 11 September 2013.
2. Panitia pada acara Dialog Jurusan dan Seminar Konsentrasi “Right Way ,
Bright Future with Accounting”, HMJ Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 9 Oktober 2014.
3. Panitia pada acara Company Visit – Indonesia Stock Exchange (IDX),
LDK KOMDA FEB, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 14 Desember
2014.
4. Peserta dalam kegiatan Visit Company BPK RI, HMJ Akuntansi FEB UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 28 Mei 2014.
5. Panitia Orientasi Pengenalan Akademik (OPAK) Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 24 – 28 Agustus 2015.

vii
6. Peserta pada kegiatan “Sosialisasi Perkembangan Terkini Profesi Di
Bidang Akuntansi dan Ujian Sertifikasi Akuntan (CA) dan Akuntan
Publik (CPA), Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (PPPK) Sekretariat
Jenderal Kementerian Keuangan dan FEB UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 29 September 2015.
7. Koordinator Konsumsi Economy Expo 2015, Dewan Eksekutif
Mahasiswa FEB, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 12 Oktober – 1
November 2015.
8. Peserta pada kegiatan Company Visit Goes to PT. Deloitte Consulting,
HMJ Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 14 September 2016.
9. Peserta pada kegiatan ATV ke-16 “Forensic Audit to Enhance
Accountability in the Public Sector”, FEB Universitas Indonesia, 17-18
November 2016.
10. Master of Ceremony (MC) pada kegiatan Compliance Integrity
Leadership Program (CLEAR) – Seri Pelatihan Bisnis Bersih Tanpa
Korupsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, 26 April 2017.

viii
ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN KOPERASI SIMPAN
PINJAM DAN PEMBIAYAAN SYARIAH (KSPPS)
KOTA TANGERANG SELATAN

ABSTRACT

The purpose of this research is to analyze the health level of Sharia Savings
and Loans Cooperative (KSPPS) in South Tangerang City during 2015. This
research uses descriptive method with health assessment analysis refers to
Regulation of Supervision Deputy of Ministry of Cooperatives and Small and
Medium Enterprises of Republic Indonesia 07 / Per / Dep.6 / IV / 2016 on
Guidelines for the Health Assessment of Savings and Loans Cooperatives and
Sharia Financing.
This research uses purposive sampling method in conducting sample
selection. There are 8 of 12 Shariah cooperatives / Baitul Maal Wat Tamwil
recorded in the Office of Cooperatives and SMEs South Tangerang City that can
be used as sample in this research. This research analyzes the aspects of the
assessment that can be analyzed from the financial statements of Sharia Savings
and Loans Cooperative (KSPPS), such as capital aspects, productive asset quality
aspects, management aspects, efficiency aspects, liquidity aspects, cooperative
identity aspects, aspects of independence and growth, and aspects of Sharia
Compliance.
The results of this research indicate that from 8 samples used as the object of
research, 1 KSPPS / BMT is on the health level of healthy, 6 KSPPS / BMT is on
the health level of quite healthy and 1 KSPPS / BMT is on the health level in
supervision.

Key words : Sharia Cooperative, Health Assessment, Capitalization,


Productive Assets Quality, Management, Efficiency, Liquidity,
Cooperative Identity, Independence and Growth, Sharia
Compliance.

ix
ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN KOPERASI SIMPAN
PINJAM DAN PEMBIAYAAN SYARIAH (KSPPS)
KOTA TANGERANG SELATAN

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat kesehatan Koperasi


Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) Kota Tangerang Selatan pada
tahun 2015. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan analisis
penilaian kesehatan dengan berpedoman pada Peraturan Deputi Bidang
Pengawasan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik
Indonesia Nomor 07/Per/Dep.6/IV/2016 tentang Pedoman Penilaian Kesehatan
Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah dan Unit Simpan Pinjam
Pembiayaan Syariah.
Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dalam melakukan
pemilihan sampel. Sebanyak 8 dari 12 koperasi syariah / Baitul Maal Wat Tamwil
yang terdata pada Dinas Koperasi dan UKM Kota Tangerang Selatan yang
dijadikan sampel dalam penelitian ini. Penelitian ini menganalisis aspek-aspek
penilaian yang dapat dianalisis dari laporan keuangan koperasi simpan pinjam dan
pembiayaan syariah, yaitu aspek permodalan, aspek kualitas aktiva produktif, aspek
manajemen, aspek efisiensi, aspek likuiditas, aspek jati diri koperasi, aspek
kemandirian dan pertumbuhan, dan aspek kepatuhan syariah.
Hasil penelitian ini menunjukkan dari 8 sampel yang dijadikan objek
penelitian pada penelitian ini, sebanyak 1 KSPPS/BMT berada pada predikat
tingkat kesehatan sehat, 6 KSPPS / BMT berada pada predikat tingkat kesehatan
cukup sehat dan 1 KSPPS / BMT berada pada predikat tingkat kesehatan dalam
pengawasan.

Kata Kunci : Koperasi Syariah, Penilaian Kesehatan, Permodalan, Kualitas


Aktiva Produktif, Manajemen, Efisiensi, Likuiditas, Jati Diri
Koperasi, Kemandirian dan Pertumbuhan, Kepatuhan Syariah.

x
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum, Wr.Wb
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala
yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis dan tak lupa pula,
shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shallallah ‘Alayhi
wa Sallam, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN KOPERASI SIMPAN
PINJAM DAN PEMBIAYAAN SYARIAH (KSPPS) KOTA TANGERANG
SELATAN”. Penulis begitu sangat bersyukur atas selesainya penulisan dan
penyusunan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna
mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu,
mendukung dan menyemangati penulis dalam penyusunan skripsi ini terutama
kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, Papa Abdul Karim Hasbah dan Mama Zuraidah,
yang selalu memberikan semangat, dukungan dan do’a yang tiada henti-
hentinya kepada penulis. Thank you for your love, your pray, your support for
me, thank you for everything. Penulis sulit untuk membalas seluruh apa yang
telah diberikan kepada penulis, semoga penulis bisa menjadi kebanggaan
kalian.
2. Seluruh keluarga yang telah menyemangati, memberikan banyak dukungan
dan doa dalam menyelesaikan skripsi ini, terkhusus untuk Abang dan
Kakakku tersayang, Abang Fazrul Rahman Karim dan Ayuk Anggia Puspita
Sari, Kakak Fauziah Rahmah Karim dan Abang Irwansyah, semoga adikmu
ini bisa menjadi kebanggaan bagi keluarga.
3. Ibu Dr. Rini., Ak., C.A selaku Dosen Pembimbing Akademik sekaligus Dosen
Pembimbing Skripsi penulis, yang telah bersedia memberikan waktunya yang
sangat berharga untuk membimbing dan memberikan dukungan kepada

xi
penulis selama menjadi mahasiswi di Jurusan Akuntansi hingga membimbing
penulis sampai penyusunan skripsi ini. Terima kasih untuk segala ilmu dan
pengalaman yang telah diberikan kepada penulis.
4. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.A selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Yessi Fitri, S.E., Ak., M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Hepi Prayudiawan, S.E., Ak., M.M selaku Sekretaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Seluruh Dosen Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Terima kasih atas seluruh ilmu pengetahuan yang telah
diajarkan kepada penulis. Semoga kedepannya ilmu yang telah diberikan
bermanfaat bagi penulis.
8. Seluruh staf pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan kemudahan kepada penulis disetiap urusan
yang penulis butuhkan.
9. Dinas Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Kota Tangerang Selatan,
yang telah mengizinkan penulis untuk menggunakan data untuk keperluan
penelitian ini.
10. Teman-teman terbaikku, Astriana, Sapta, Laksmita, Dyah Reza, Lia, Meli,
Agias dan Dinda. Terima kasih atas semangat dan dukungan yang telah
diberikan. Terima kasih juga telah memberikan pengalaman pertemanan yang
penuh lika-liku yang indah. Semoga kita sukses bersama ya.
11. Teman-teman Akuntansi angkatan 2013, kalian yang terbaik. See you on top.
12. Teman-teman di HMJ Akuntansi dan DEMA Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
terima kasih atas pengalaman organisasi yang diberikan kepada penulis.
13. Adik-adik di Tax Center, Ratu, Fifi, Tammi, Nola, Ben, Ami, Siska dan semua
yang tidak bisa dituliskan satu per satu, pengalaman kalian juga merupakan
pembelajaran bagi penulis, jadi pioneer pajak yang membanggakan!!
14. Teman-teman diseluruh komunitas yang penulis ikuti, Abangda Fauzan, Bang
Angger, Bang Muammar, Kak Hasna dan teman-teman lainnya di Gerakan

xii
Banten Mengajar, Komunitas Untuk Negeri, Turun Tangan Banten, Kaki
Langit, terima kasih atas pengalaman dan pembelajaran yang tak ternilai
harganya, semoga penulis dapat terus aktif pada dunia kerelawanan.
15. Teman-teman VAIRA NEFA, Adam, Al, Ihsan, Ridion, Andre, Neza, Ema,
Alen, Hani, Dimas Satria, terima kasih untuk selalu menghibur penulis dan
memberikan pengalaman liburan yang menyenangkan dikala penulis telah
lelah selama masa perkuliahan ini hehehe, ngetrip lagi yuk!!!

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh
penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan
bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Wassalamu’alaikum, Wr.Wb.

Jakarta, Juli 2017

Fadilah Rahmi Karim

xiii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ....................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ....................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ................................ v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................... vi
ABSTRACT ............................................................................................................. ix
ABSTRAK .............................................................................................................. x
KATA PENGANTAR ........................................................................................... xi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiv
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang Penelitian ........................................................................... 1
B. Perumusan Masalah .................................................................................. 10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................. 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 12
A. Tinjauan Literatur...................................................................................... 12
1. Koperasi Secara Umum....................................................................... 12
a. Landasan dan Asas Koperasi Indonesia ........................................ 13
b. Tujuan Koperasi Indonesia ........................................................... 14
c. Prinsip Koperasi Indonesia ........................................................... 15
2. Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah ............................ 17
a. Pengertian Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah .... 17
b. Kegiatan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah ....... 19
c. Pengawasan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah .. 20
3. Penilaian Kesehatan Koperasi ............................................................. 22
a. Aspek Permodalan .............................................................................. 23
b. Aspek Kualitas Aktiva Produktif ........................................................ 28
c. Aspek Manajemen ............................................................................... 42

xiv
d. Aspek Efisiensi ................................................................................... 49
e. Aspek Likuiditas ................................................................................. 51
f. Aspek Jati Diri Koperasi ..................................................................... 53
g. Aspek Kemandirian dan Pertumbuhan................................................ 55
h. Aspek Kepatuhan Prinsip Syariah ....................................................... 58
B. Penelitian Terdahulu ................................................................................. 59
C. Kerangka Penelitian .................................................................................. 64
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 65
A. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................... 65
B. Metode Penentuan Sampel ........................................................................ 66
C. Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 67
D. Metode Analisis Data ................................................................................ 68
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ........................................................ 72
A. Gambaran Umum Objek Penelitian .......................................................... 72
B. Hasil dan Pembahasan............................................................................... 74
1. Analisis Aspek Permodalan ................................................................ 74
2. Analisis Aspek Kualitas Aktiva Produktif .......................................... 83
3. Analisis Aspek Manajemen................................................................. 92
4. Analisis Aspek Efisiensi ..................................................................... 95
5. Analisis Aspek Likuiditas ................................................................. 104
6. Analisis Aspek Jati Diri Koperasi ..................................................... 113
7. Analisis Aspek Kemandirian dan Pertumbuhan ............................... 118
8. Analisis Aspek Kepatuhan Prinsip Syariah ...................................... 123
9. Hasil Penilaian Tingkat Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan
Pembiayaan Syariah Kota Tangerang Selatan .................................. 125
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 131
A. Kesimpulan ............................................................................................. 131
B. Implikasi dan Saran ................................................................................. 134
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 136
LAMPIRAN ........................................................................................................ 139

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perkembangan Koperasi di Indonesia Tahun 2013 – 2016......................3


Tabel 2.1 Perhitungan Kriteria Rasio Permodalan .................................................25
Tabel 2.2 Modal inti dan modal pelengkap KSPPS ...............................................27
Tabel 2.3 Perhitungan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) ...................27
Tabel 2.4 Perhitungan Kriteria Rasio CAR............................................................28
Tabel 2.5 Pehitungan Rasio Piutang dan Pembiayaan Bermasalah terhadap Piutang
dan Pembiayaan yang disalurkan ..........................................................39
Tabel 2.6 Perhitungan Rasio PAR .........................................................................40
Tabel 2.7 Perhitungan Rasio PPAP........................................................................42
Tabel 2.8 Perhitungan Kriteria Manajemen Umum ...............................................44
Tabel 2.9 Perhitungan Kriteria Manajemen Kelembagaan ....................................46
Tabel 2.10 Perhitungan Kriteria Manajemen Permodalan .....................................47
Tabel 2.11 Perhitungan Kriteria Manajemen Aktiva .............................................48
Tabel 2.12 Perhitungan Kriteria Manajemen Likuiditas ........................................49
Tabel 2.13 Perhitungan Kriteria Rasio Biaya Operasional terhadap Pelayanan ....50
Tabel 2.14 Perhitungan Kriteria Rasio Aktiva Tetap terhadao Total Modal .........51
Tabel 2.15 Perhitungan Kriteria Rasio Efisiensi Staf ............................................51
Tabel 2.16 Perhitungan Kriteria Rasio Kas............................................................52
Tabel 2.17 Perhitungan Kriteria Rasio Pembiayaan ..............................................53
Tabel 2.18 Perhitungan Kriteria Rasio PEA ..........................................................54
Tabel 2.19 Pehitungan Kriteria Rasio Partisipasi Bruto ........................................54
Tabel 2.20 Perhitungan Kriteria Rasio Rentabilitas ...............................................55
Tabel 2.21 Perhitungan Kriteria Rasio Rentabilitas Ekuitas ..................................56
Tabel 2.22 Perhitungan Kriteria Rasio Kemandirian Operasional.........................56
Tabel 2.23 Perhitungan Kriteria Aspek Kepatuhan Prinsip Syariah ......................58
Tabel 2.24 Predikat Tingkat Kesehatan .................................................................58
Tabel 2.25 Penelitian Terdahulu ............................................................................60
Tabel 3.1 Aspek Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan
Syariah (KSPPS) ...................................................................................68

xvi
Tabel 3.2 Predikat Tingkat Kesehatan KSPPS Koperasi .......................................71
Tabel 4.1 Proses Seleksi Sampel dengan Kriteria ..................................................73
Tabel 4.2 Profil Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Kota Tangerang
Selatan ...................................................................................................74
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Rasio Modal Sendiri terhadap Total Aset dan Rasio
CAR .......................................................................................................75
Tabel 4.4 Analisis Penilaian Kesehatan KSPPS – Aspek Permodalan ..................77
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Rasio Tingkat Piutang dan Pembiayaan Bermasalah
terhadap Jumlah Piutang dan Pembiayaan, Rasio Portofolio Berisiko dan
Rasio PPAP ...........................................................................................84
Tabel 4.6 Analisis Penilaian Kesehatan KSPPS – Aspek Kualitas Aktiva
Produktif ................................................................................................86
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan dan Analisis Penilaian Kesehatan KSPPS – Aspek
Manajemen ............................................................................................93
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Rasio-Rasio Aspek Efisiensi ...................................96
Tabel 4.9 Analisis Penilaian Kesehatan KSPPS – Aspek Efisiensi .......................97
Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Rasio Kas dan Rasio Pembiayaan ........................105
Tabel 4.11 Analisis Penilaian Kesehatan KSPPS – Aspek Likuiditas .................106
Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Rasio Promosi Ekonomi Anggota (PEA) dan Rasio
Partisipasi Bruto ................................................................................113
Tabel 4.13 Analisis Penilaian Kesehatan KSPPS – Aspek Jati Diri Koperasi ....115
Tabel 4.14 Hasil Perhitungan Rasio Rentabilitas Aset, Rasio Rentabilitas Ekuitas
dan Rasio Kemandirian Operasional ...................................................118
Tabel 4.15 Analisis Penilaian Kesehatan KSPPS – Aspek Kemandirian dan
Pertumbuhan ........................................................................................120
Tabel 4.16 Hasil Penilaian Aspek Kepatuhan Syariah.........................................124
Tabel 4.17 Peringkat Kesehatan KSPPS Kota Tangerang Selatan ......................126

xvii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian ..........................................................64

xviii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Koperasi merupakan salah satu badan usaha yang berbadan hukum dengan

usaha yang beranggotakan orang-orang yang berorientasi menghasilkan nilai

tambah yang dapat dimanfaatkan bagi peningkatan kesejahteraan anggotanya

(Fathimah, 2016). Koperasi sebagai suatu sistem ekonomi mempunyai kedudukan

(politik) yang cukup kuat karena memiliki dasar konstitusional, yaitu berpegang

pada Pasal 33 UUD 1945, khususnya Ayat 1 yang menyebutkan bahwa:

Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan

(Hatta, 2015). Dalam penjelasan UUD 1945 tersebut dikatakan bahwa bangun

usaha yang paling cocok dengan asas kekeluargaan itu adalah koperasi. Tafsiran ini

lah yang sering dikemukakan oleh Bapak Koperasi Indonesia, yaitu Bapak Dr. H.

Mohammad Hatta yang sering disebut sebagai perumus pasal tersebut.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah

Republik Indonesia, Nomor: 16/Per/M.KUKM/IX/2015 menjelaskan bahwa

Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) adalah koperasi yang

kegiatan usahanya meliputi simpanan, pinjaman dan pembiayaan sesuai prinsip

syariah, termasuk mengelola zakat, infaq/sedekah, dan wakaf. Sedangkan Unit

Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Koperasi adalah unit koperasi yang

bergerak di bidang usaha meliputi simpanan, pinjaman dan pembiayaan sesuai

1
prinsip syariah, termasuk mengelola zakat, infaq/sedekah, dan wakaf sebagai

bagian dari kegiatan koperasi yang bersangkutan.

Dalam Islam, koperasi tergolong sebagai syirkah/syarikah. Lembaga ini

adalah wadah kemitraan, kerjasama, kekeluargaan dan kebersamaan usaha yang

sehat, baik dan halal. Perintah untuk bekerja sama dalam usaha yang baik ini dapat

dilihat dalam Al-Qur’an pada potongan surat Al Maidah ayat 2, yang artinya:

“...Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan


takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (Q.S
Al Maidah:2)

Dewasa ini, perkembangan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan

Syariah cukup berkembang, dapat dilihat dari banyaknya koperasi syariah yang

muncul yang mampu membantu usaha dari pengusaha kelas mikro, kecil dan

menengah. Dikutip dari laman Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan

Menengah Republik Indonesia (www.depkop.go.id), koperasi syariah berkembang

baik di Indonesia (UKM, 2016). Sesuai data yang didapat dari laman Badan Pusat

Statistik, hingga tahun 2016 pertumbuhan koperasi di Indonesia sebesar 1,26%

dengan jumlah koperasi hingga tahun 2016 sebanyak 212.135 unit. Jumlah anggota

koperasi aktif sebanyak 37.783.160 orang dan volume usaha sebanyak Rp.

266.134.619.000.000. Dimana dari 150.223 unit usaha yang aktif, sebanyak 1,5%

merupakan koperasi simpan pinjam dan pembiayaan syariah (KSPPS). Tercatat

jumlah KSPPS sebanyak 2.253 unit dengan angggota 1,4 juta orang. Modal sendiri

mencapai Rp 968 Miliar dan modal luar Rp 3,9 triliun.dengan volume usaha Rp 5,2

triliun (UKM, Kinerja Koperasi Syariah di Indonesia Sangat Baik, 2016).

2
Tabel 1.1
Perkembangan Koperasi di Indonesia Tahun 2013 – 2016

No Indikator Satuan 2013-2014 2014-2015 2015-2016


1 Jumlah Koperasi Unit 203.701 209.488 212.135
2 Pertumbuhan % 4,84 2,84 1,26
Koperasi
3 Jumlah Koperasi Unit 143.007 147.249 150.223
Aktif
4 Prosentase % 70,20 70,29 70,81
Koperasi Aktif
dari Total Jumlah
Koperasi
5 Pertumbuhan % 2,65 2,97 2,02
Jumlah Koperasi
Aktif
6 Jumlah Anggota Orang 35.258.176 36.443.953 37.783.160
Koperasi Aktif
7 Pertumbuhan % 4,10 3,36 3,67
Jumlah Anggota
Koperasi Aktif
8 Permodalan Rp.Juta 170.376.863 200.662.817 242.445.39
6
9 Pertumbuhan % 65,69 17,78 20,82
Permodalan
10 Volume Usaha Rp.Juta 125.584.976 189.858.672 266.134.61
9
11 Pertumbuhan % 5,37 51,18 40,18
Volume Usaha
12 Selisih Hasil Rp.Juta 8.110.180 14.898.647 17.320.664
Usaha (SHU)
13 Pertumbuhan SHU % 21,74 83,70 16,26
Sumber: Badan Pusat Statistik
(https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1321)

Upaya pemerintah dalam meningkatkan pembangunan manusia agar lebih

produktif diantaranya dengan meningkatkan dan memajukan sektor koperasi dan

usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Menurut Puan Maharani, Menteri

Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK),

3
pemberdayaan sektor koperasi dan UMKM sesuai dengan ideologi bangsa dan

negara Indonesia. Dengan berlandaskan ideologi ekonomi kerakyatan, menurut

Puan Maharani, UMKM merupakan soko guru ekonomi kerakyatan Indonesia,

yang dibuktikan dengan ekonomi kerakyatan yang menjadi penyelamat pada krisis

ekonomi Indonesia (Taufiqurrohman, 2016).

Kementerian Koperasi dan UKM memandang perlu ada reformasi koperasi

untuk mewujudkan ekonomi berdikasi. Hal itu mengingat masih ada koperasi yang

kesulitan permodalan dan persoalan organisasi (Melani, 2016). Sudah sejak lama,

koperasi Indonesia sudah dikenal sebagai soko guru perekonomian nasional.

Namun, seiring perkembangan waktu saat ini peran koperasi terhadap

perekonomian Indonesia justru makin tergerus. Kontribusi koperasi terhadap

produk domestik bruto (PDB) nasional kurang dari 2% (Nurmayanti, 2016). Sejak

dulu, koperasi telah menjadi salah satu dari tiga pilar perekonomian di Indonesia,

selain Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan swasta. Namun peran koperasi

semakin mengecil dalam perekonomian Indonesia. Hal ini lah yang mendorong

perlu adanya transparansi mengenai data tingkat kesehatan Koperasi di seluruh

Indonesia. Agar fungsi Koperasi sebagai salah satu dari tiga pilar perekonomian di

Indonesia berjalan dengan baik.

Dinas Koperasi dan UKM sebagai instansi pemerintahan yang mengawasi

kegiatan dan perizinan koperasi serta membantu mengelola dan pembinaan

koperasi dan UKM pada daerah-daerah di seluruh Indonesia (Fathimah, 2016).

Sudah sewajarnya jika setiap Dinas Koperasi dan UKM di seluruh daerah-daerah

di Indonesia telah memiliki data mengenai tingkat kesehatan koperasi, baik

4
koperasi simpan pinjam konvensional maupuan koperasi yang berlandaskan prinsip

syariah. Karena penilaian tingkat kesehatan ini dapat membantu dinas setempat

untuk mengetahui seberapa sehatnya setiap koperasi yang beroperasi di daerah

tersebut, dan tentu akan mempermudah Dinas Koperasi dan UKM dalam

menentukan dan memantau koperasi yang berada di tingkatan sehat, cukup sehat,

dalam pengawasan, serta dalam pengawasan khusus yang ada di daerahnya masing-

masing.

Kesiapan koperasi untuk meningkatkan pembangunan manusia harus sejalan

dengan tingkat kesehatan dari sebuah koperasi itu sendiri. Dengan demikian

diperlukannya sebuah data mengenai kesehatan-kesehatan koperasi di Indonesia.

Dalam rangka memperluas kesempatan berusaha bagi masyarakat untuk melakukan

kegiatan produktif, perlu mengembangkan pelaksanaan kegiatan usaha simpan

pinjam dan pembiayaan syariah oleh koperasi yang sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan prinsip syariah, agar masyarakat dapat

memperoleh manfaat dan kesejahteraan yang sebesar-besarnya. Pelaksanaan

kegiatan usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah oleh koperasi yang semakin

berkembang, sesuai dengan dinamika dan perubahan tatanan ekonomi dan sosial

masyarakat telah diatur dalam perundang-undangan Republik Indonesia. Dalam hal

ini Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. Usaha pembiayaan

syariah oleh koperasi sebagai suatu lembaga keuangan harus melaksanakan fungsi

intermediasi yang memiliki ciri, bentuk dan sistem tersendiri, harus diatur, diawasi

dan dinilai kesehatannya.

5
Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah dan Unit Simpan Pinjam

dan Pembiayaan Syariah Koperasi perlu disesuaikan dengan perkembangan standar

akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia. Pelaksanaan kegiatan usaha simpan

pinjam dan pembiayaan syariah oleh koperasi semakin berkembang, sesuai dengan

dinamika dan perubahan tatanan ekonomi dan sosial masyarakat. Aturan mengenai

pelaksanaan kegiatan usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah oleh koperasi

telah diperbaharui kedalam Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Republik

Indonesia Nomor 16/Per/M.KUKM/IX/2015.

Berkembangnya koperasi syariah di Indonesia dapat menjadi salah satu objek

penelitian untuk mengetahui kualitas dari koperasi itu sendiri. Hingga saat ini

penelitian mengenai tingkat kesehatan koperasi syariah terbatas hanya pada sebuah

entitas saja. Untuk melihat perkembangan dan kemampuan koperasi simpan pinjam

dan pembiayaan syariah dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia,

harus dapat diketahui melalui tingkat kesehatan koperasi syariah itu sendiri. Lucky

Megalia Nornita (2012) melakukan penelitian mengenai tingkat kesehatan lembaga

keuangan syariah yang langsung mengambil BMT Bina Ihsanul Fikri sebagai objek

penelitian. Penelitian ini dilakukan berdasarkan standar pedoman penilaian tingkat

kesehatan BMT dari PINBUK, menganalisis prediksi kondisi kinerja keuangan

BMT Bina Ihsanul Fikri dan untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara

penilaian tingkat kesehatan BMT Bina Ihsanul Fikri berdasarkan standar pedoman

penilaian tingkat kesehatan BMT dari PINBUK dan penilaian tingkat kesehatan

yang dilakukan dari pihak BMT. Temuan dari penelitian ini terdapat perbedaan

antara penilaian kesehatan BMT Bina Ihsanul Fikri berdasarkan standar pedoman

6
penilaian tingkat kesehatan dari PINBUK dan penilaian kesehatan dari pihak BMT

Bina Ihsanul Fikri Yogyakarta. Dalam hasil penelitian ini juga diketahui bahwa

tingkat kesehatan BMT Bina Ihsanul Fikri aspek jasadiyah dari segi kinerja

keuangannya menurut standar pedoman penilaian kesehatan BMT dari PINBUK

tahun 2000 – 2011 mendapatkan predikat kurang sehat. Berdasarkan aspek ruhiyah

dengan menggunakan indikator visi dan misi serta pelaksanaan prinsip-prinsip

syariah mendapatkan predikat sehat, sedangkan penilaian tingkat kesehatan

berdasarkan aspek ruhiyah dengan menggunakan indikator kepekaan sosial dan rasa

memiliki mendapatkan predikat cukup sehat (Norita, 2012).

Penelitian lainnya mengenai penilaian tingkat kesehatan koperasi syariah

dilakukan dengan metode yang berbeda. Seperti yang dilakukan oleh Burhanuddin

Yusuf (2016) melakukan penelitian mengenai penilaian kesehatan koperasi

berdasarkan Peraturan Menteri Nomor: 35.3/Per/M.KUKM/X/2007 tentang

pedoman penilaian kesehatan KJKS dan UJKS. Objek pada penelitian ini adalah

BMT Al Munawwarah Tangerang Selatan dengan hasil temuan bahwa BMT

tersebut dikategorikan sebagai koperasi yang cukup sehat dengan skor sebesar

73,65 (Yusuf, 2016).

Studi lainnya yang dilakukan Muhammad Ridwan Arif (2014) menunjukkan

keadaan Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) yang berada di Kota Bandar

Lampung dalam predikat cukup sehat. Penelitian ini masih menggunakan Peraturan

Menteri Nomor: 35.3/Per/M.KUKM/X/2007, sama halnya dengan penelitian yang

dilakukan oleh Burhanudin Yusuf (2016). Penelitian mengenai analisis penilaian

kesehatan pada Koperasi Jasa Keuangan Syariah di Kota Bandar Lampung ini

7
menggunakan tiga sampel, yaitu KJKS Baitut Tamwil Muhammadiyah, KJKS

BMT El-Hanif dan KJKS BMT Syariah Makmur yang ketiganya memperoleh

predikat cukup sehat selama periode 2010-2012 (Afif, 2014).

Seiring dengan pembaharuan terhadap suatu peraturan yang dikeluarkan oleh

Instansi Pemerintahan menyebabkan Peraturan Nomor:35.3/Per/M/KUKM/X/2007

sudah tidak digunakan lagi karena adanya sebuah peraturan baru yang dikeluarkan

oleh Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia.

Peraturan terbaru mengenai pedoman penilaian kesehatan ini dikeluarkan oleh

Deputi Bidang Pengawasan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah

Republik Indonesia Nomor: 07/Per/Dep.6/IV/2016 Tentang Pedoman Penilaian

Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah dan Unit Simpan

Pinjam dan Pembiayaan Syariah. Perbedaan peraturan ini dengan peraturan yang

dikeluarkan pada tahun 2007 adalah adanya perubahan nama entitas koperasi yang

sebelumnya disebut Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) menjadi Koperasi

Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS). Selain itu, dalam peraturan baru

yang dikeluarkan pada tahun 2016 ini terdapat perbedaan penamaan dalam

penggolongan predikat tingkat kesehatan. Pada peraturan tahun 2007 predikat

tingkat kesehatan suatu koperasi dibagi dalam 4 (empat) golongan, yaitu sehat,

cukup sehat, kurang sehat, atau tidak sehat. Sementara dalam peraturan pedoman

penilaian kesehatan terbaru, predikat tingkat kesehatan koperasi dibagi dalam 4

(empat) golongan, yaitu sehat, cukup sehat, dalam pengawasan, dan dalam

pengawasan khusus.

8
Karena adanya peraturuan baru yang dikeluarkan oleh Menteri Koperasi dan

Usaha Kecil dan Menengah ini, maka penelitian ini berbeda dari penelitian

sebelumnya karena menggunakan peraturan baru yang dikeluarkan yaitu Peraturan

Deputi Bidang Pengawasan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah

Republik Indonesia Nomor 07/Per/Dep.6/IV/2016 tentang pedoman penilaian

kesehatan koperasi simpan pinjam dan pembiayaan syariah dan unit simpan pinjam

dan pembiayaan syariah koperasi. Ruang lingkup penilaian kesehatan koperasi

simpan pinjam dan pembiayaan syariah dan unit simpan pinjam dan pembiayaan

syariah koperasi ini dilakukan terhadap beberapa aspek, yaitu aspek permodalan,

kualitas aktiva produktif, manajemen, efisiensi, likuiditas, kemandirian dan

pertumbuhan, jati diri koperasi dan prinsip syariah. Hasil dari penilaian tersebut

akan dibagi dalam 4 (empat) golongan yaitu sehat, cukup sehat, dalam pengawsan

dan dalam pengawasan khusus.

Dalam upaya pendukungan terhadap perkembangan perekonomian

Indonesia, tingkat kesehatan koperasi di setiap wilayah Indonesia seharusnya dapat

diketahui secara terpusat, agar Kementerian Koperasi dan UKM yang dibantu oleh

setiap Dinas Koperasi dan UKM di daerah-daerah Indonesia dapat menjalankan

fungsi pengawasan dan pemantauan secara tepat. Tangerang Selatan sebagai kota

yang masih terbilang muda telah menunjukkan prestasi yang tidak bisa diremehkan

(Jamaludin, 2015). Kota Tangerang selatan sebagai kota strategis yang memiliki

akses yang dekat ke Pemerintahan Pusat, memiliki kesempatan untuk

meningkatkan potensi perekonomian khususnya koperasi simpan pinjam dan

pembiayaan syariah untuk membantu perkembangan perekonomian di Indonesia.

9
Dimulai dengan melakukan penilaian tingkat kesehatan koperasi simpan pinjam

dan pembiayaan syariah, agar Dinas Koperasi dan UKM Kota Tangerang Selatan

dapat memfokuskan pengawasan dan pemantauan kepada Koperasi simpan pinjam

dan pembiayaan syariah yang berada di tingkat kesehatan yang berada dalam

pengawasan hingga dalam pengawasan khusus.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis mengambil judul “Analisis

Penilaian Tingkat Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan

Syariah (KSPPS) di Kota Tangerang Selatan”. Fokus pada penelitian ini adalah

ingin mengetahui tingkat kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan

Syariah (KSPPS) di Kota Tangerang Selatan. Perbedaan pada penelitian ini adalah

telah menggunakan peraturan baru yang dikeluarkan oleh Deputi Bidang

Pengawasan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor:

07/Per/Dep.6/IV/2016. Pada penelitian ini, objek penelitian yang diambil oleh

peneliti adalah Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) yang

memberikan laporan keuangan dan Rapat Anggota Tahunan (RAT) dari tahun

2014-2015.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan diatas, maka

permasalah yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana tingkat kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan

Syariah (KSPPS) di Kota Tangerang Selatan tahun 2015?

10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan rumusan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan dari

penelitian ini adalah:

a. Untuk menganalisis tingkat kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan

Pembiayaan Syariah (KSPPS) di Kota Tangerang Selatan pada tahun 2015.

2. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, adapun manfaat penelitian yang diperoleh

adalah:

a. Bagi Akademisi

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam

memberikan informasi mengenai perkembangan pedoman penilaian

kesehatan dan keadaan mengenai kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan

Pembiayaan Syariah di Kota Tangerang Selatan pada tahun 2015.

b. Bagi Praktisi

Hasil penelitian ini diharapkan mampu membantu Dinas Koperasi dan UKM

Kota Tangerang Selatan untuk melakukan langkah-langkah perbaikan

terhadap kekurangan yang dimiliki oleh masing-masing koperasi, dan bagi

koperasi diharapkan hasil penelitian ini dapat membantu evaluasi terhadap

kinerja koperasi sehingga dapat mengambil keputusan untuk memperbaiki

kinerja masing-masing koperasi.

11
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Literatur

1. Koperasi Secara Umum

Ko-operasi berasal dari kata-kata “ko”, yang artinya “bersama” dan “operasi”

yaitu “bekerja”. Jadi koperasi artinya sama-sama bekerja. Perkumpulan yang diberi

nama koperasi ialah perkumpulan kerja sama dalam mencapai suatu tujuan. Dalam

koperasi tak ada sebagian anggota bekerja sebagian memeluk tangan. Semuanya

sama-sama bekerja untuk mencapai tujuan bersama (Hatta, 2015).

Menurut International Co-operative Alliance (ICA) menyebutkan bahwa:

“A co-operative is an autonomous association of persons united voluntarily


to meet their common economic, social, and cultural needs and aspirations through
a jointly owned and democratically-controlled enterprise” (Alliance, 2005-2015).

Dari kalimat diatas dapat di defenisikan bahwa:

“Sebuah koperasi adalah perkumpulan otonom dari orang yang bersatu secara
sukarela untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, sosial dan budaya bersama dan
aspirasi melalui perusahaan yang dimiliki bersama dan dikendalikan secara
demokratis”.

Pengertian atau defenisi tentang Koperasi di Indonesia telah dijelaskan dalam

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian,

yang dijelaskan bahwa “Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-

seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan segala kegiatannya

berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang

berdasarkan atas asas kekeluargaan”.

12
Menurut Jochen Ropke (dalam Tyas, 2014:9) menjelaskan bahwa koperasi

adalah suatu organisasi usaha yang para pemilik/anggotanya adalah juga pelanggan

utama/klien perusahaan tersebut. Kriteria identitas suatu koperasi merupakan

prinsip identitas yang membedakan unit usaha koperasi dari unit usaha lainnya.

Prinsip identitas dari suatu koperasi adalah para pemilik dan pengguna jasa dari

pelayanan suatu unit usaha adalah orang yang sama (Tyas, 2014).

a. Landasan dan Asas Koperasi Indonesia

Perkembangan koperasi tidak dapat dipisahkan dari seperangkat nilai luhur

yang disebut sebagai landasan dan asas Koperasi. Landasan dan asas ini diperlukan

oleh koperasi sebagai tempat berpijak yang kuat guna menopang pertumbuhannya

(Tyas, 2014). Dinyatakan dalam UU No. 17 Tahun 2012 pada Pasal 2 bahwa

Koperasi berlandaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik

Indonesia 1945. Pancasila ditetapkan sebagai landasan idiil Koperasi Indonesia.

Landasan idiil dapat disebut sebagai landasan cita-cita yang menentukan arah

perjalanan usaha Koperasi. Pancasila dijadikan sebagai landasar idiil dalam

koperasi karena pancasila merupakan ideologi bangsa Indonesia. Pancasila akan

menjadi pedoman yang akan mengarahkan semua tindakan Koperasi dan

organisasi-organisasi lainnya dalam mengemban fungsinya masing-masing di

dalam kehidupan masyarakat (Tyas, 2014).

UUD 1945 ditetapkan sebagai landasan strukturil Koperasi Indonesia. UUD

1945 merupakan aturan pokok organisasi negara Republik Indonesia yang

berdasarkan Pancasila. Landasan strukturil ini menjelaskan semua ketentuan atau

tata tertib dasar yang mengatur agar falsafah bangsa, sebagai jiwa dan cita-cita

13
moral bangsa, benar-benar dihayati (Tyas, 2014). Menurut UU No. 17 Tahun 2012

tentang Perkoperasian pada pasal 3 disebutkan Koperasi berdasarkan atas asas

kekeluargaan. Hal ini sejalan dengan Pasar 33 UUD 1945 yang merupakan salah

satu undang-undang yang mengatur tentang pengertian perekonomian,

pemanfaatan SDA, dan Prinsip perekonomian Nasional. Pada Pasal 33 UUD 1945

ayat 1 disebutkan bahwa “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar

atas azas kekeluargaan.” Artinya semangat usaha bersama berdasar atas asas

kekeluargaan itu pada mulanya adalah semangat Koperasi. Semangat Koperasi

itulah yang kemudian hendak diangkat menjadi semangat susunan perekonomian

Indonesia oleh UUD 1945 (Tyas, 2014).

b. Tujuan Koperasi Indonesia

Menurut UU No. 17 Tahun 2012 Pasal 4 menyatakan bahwa Koperasi

bertujuan meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat

pada umumnya, sekaligus sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari tatanan

perekonomian nasional yang demokratis dan berkeadilan. Dengan tujuan ini,

koperasi mendapat kedudukan yang sangat terhormat dalam perekonomian

Indonesia. Karena perekonomian sebagai usaha bersama dengan berdasarkan

kekeluargaan hanyalah koperasi (Hatta, 2015). Dan hanya koperasilah yang dapat

merintis jalan yang aman dan sehat untuk mencapai kemakmuran rakyat, rohani dan

jasmani, yang pasa gilirannya menjadi sendi kesejahteraan sosial. Koperasi

menghidupkan semangat demokrasi yang sebenarnya, yaitu demokrasi politik dan

ekonomi dan sosial (Hatta, 2015).

14
c. Prinsip Koperasi Indonesia

Menurut Baswir (Dalam Tyas, 2014:12), “Prinsip Koperasi atau bisa juga

disebut sebagai sendi dasar koperasi adalah pedoman pokok yang menjiwai setiap

gerak langkah Koperasi”. Peranan prinsip koperasi dalam garis besarnya adalah

sebagai pedoman pelaksanaan usaha koperasi dalam mencapai tujuannya dan

sebagai ciri khas yang membedakan Koperasi dari bentuk-bentuk perusahaan

lainnya.

Menurut Intenational Co-operative Alliance, prinsip-prinsip koperasi adalah

panduan koperasi yang menempatkan nilai-nilai ke dalam praktek, diantaranya:

1) Voluntary and Open Membership

Koperasi adalah organisasi sukarela, terbuka bagi semua orang dapat

menggunakan layanan tersebut dan bersedia menerima tanggung jawab

keanggotaan, tanpa diskriminasi gender, sosial, ras, politik atau agama.

2) Democratic Member Control

Koperasi adalah organisasi demokratis yang dikendalikan oleh anggota

koperasi, yang secara aktif berpartisipasi dalam menetapkan kebijakan dan

membuat keputusan. Pengurus koperasi melayani sebagai wakil-wakil

terpilih yang bertanggung jawab untuk keanggotaan. Dalam koperasi primer

anggota memiliki hak suara yang sama (Satu anggota, satu suara) dan

koperasi di tingkat lain juga diatur secara demokratis.

3) Member Economic Participation

Anggota menyumbang secara adil dan kontrol demokratis, modal dari

koperasi. Setidaknya sebagian dari modal yang biasanya merupakan milik

15
bersama dari koperasi. Anggota koperasi biasanya menerima kompensasi

yang terbatas, jika jasa, terhadap modal sebagai syarat keanggotaan. Anggota

mengalokasikan surplus untuk salah satu atau semua tujuan berikut:

mengembangkan koperasi, menyiapkan cadangan, manfaat anggota

sebanding dengan transaksi dengan koperasi dan mendukung kegiatan lain

yang disetujui oleh anggota.

4) Autonomy and Independence

Koperasi yang otonom, adalah self-help organisasi yang dikendalikan oleh

anggota koperasi. Jika masuk ke dalam perjanjian dengan organisasi lain,

termasuk pemerintah atau memperoleh modal dari sumber eksternal, anggota

koperasi akan melakukkannya dengan adanya jaminan pengendalian oleh

anggota koperasi dan mempertahankan otonomi koperasi.

5) Education, Training and Information

Koperasi memberikan pendidikan dan pelatihan bagi anggotanya, wakil yang

dipilih, manajer, dan karyawan sehingga dapat berkontribusi secara efektif

untuk pengembangan koperasi. Koperasi menginformasikan kepada

masyarakat umum tentang sifat dan manfaat dari kerjasama.

6) Co-operation among Co-operatives

Koperasi melayani anggota koperasi yang paling efektif dan memperkuat

gerakan koperasi dengan berkerja sama melalui struktur lokal, nasional,

regional dan internasional.

7) Concern for Community

16
Koperasi berkerja untuk pembangunan berkelanjutan dari komunitas koperasi

melalui kebijakan yang disetujui oleh anggota koperasi.

Koperasi Indonesia melaksanakan prinsip-prinsip Koperasi yang tercantum

dalam UU No. 25 Tahun 1992 dalam Pasal 5. Dalam Pasal 5 disebutkan Koperasi

melaksanakan prinsip Koperasi sebagai berikut:

a) Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka;

b) Pengelolaan dilaksanakan secara demokratis;

c) Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya

jasa usaha masing-masing anggota;

d) Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal;

e) Kemandirian.

f) Pendidikan perkoperasian;

g) Kerja sama antar koperasi.

2. Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah

a. Pengertian Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah

Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah yang selanjutnya disebut

KSPPS adalah koperasi yang kegiatan usahanya hanya simpan pinjam dan

pembiayaan syariah. Sesuai dengan Peraturan Deputi Bidang Pengawasan

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor

09/Per/Dep.6/IV/2016 tentang Petunjuk Teknis Pemeriksaan Usaha Koperasi

Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah, dan Unit Simpan Pinjam dan Pembiayaan

Syariah Koperasi, Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah yang

17
selanjutnya disebut KSPPS adalah koperasi yang kegiatan usahanya meliputi

simpanan, pinjaman, dan pembiayaan sesuai prinsip syariah, termasuk mengelola

zakat, infaq/sedekah, dan wakaf.

Koperasi tidak terlepas dari unit operasi yang dimilikinya. Unit Simpan

Pinjam dan Pembiayaan Syariah Koperasi yang selanjutnya disebut USPPS

Koperasi adalah unit Koperasi yang bergerak di bidang usaha simpan pinjam dan

pembiayaan syariah sebagai bagian dari kegiatan usaha Koperasi yang

bersangkutan. Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Kementerian Koperasi dan

Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 09/Per/Dep.6/IV/2016,

dijelaskan bahwa Unit Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Koperasi adalah

unit koperasi yang bergerak di bidang usaha meliputi simpanan, pinjaman dan

pembiayaan sesuai prinsip syariah, termasuk mengelola zakat, infaq /sedekah, dan

wakaf sebagai bagian dari kegiatan koperasi yang bersangkutan.

Prinsip syariah yang dimaksud adalah prinsip hukum islam dalam kegiatan

usaha koperasi berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional

Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI).

Koperasi syariah sering juga disebut Baitul Maal wa Tamwil (BMT). BMT

adalah salah satu institusi keuangan mikro islam yang menghimpun dan

mendistribusikan dana untuk pengusaha mikro. Baitul Maal wat Tamwil (BMT)

berkembang dari kegiatan Baitul Maal yang bertugas menghimpun, mengelola dan

menyalurkan Zakat, Infaq dan Sedekah (ZIS) dari muzzaki untuk diberikan kepada

para mustahik dalam mencukupi kebutuhan hidupnya sebagai bagian yang

menitikberatkan pada aspek sosial (Mulyaningrum, 2009).

18
Secara konseptual, BMT memiliki dua fungsi, yaitu (1) Baitul Maal untuk

mengumpulkan dan mendistribusikan dana amal seperti Infaq dan Sedekah (2)

Baitul Tamwil untuk memanajemen dana amal untuk meningkatkan kualitas

ekonomi pengusaha kecil (Hosen & Sa'roni, Determinant Factors of the Successful

of Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), 2012).

Baitul Maal wat Tamwil (BMT) sebagai salah satu lembaga keuangan mikro

islam merupakan program yang memberikan pinjaman kecil kepada orang-orang

yang sangat miskin sebagai modal mereka untuk membuat sebuah usaha yang

mandiri untuk menghasilkan pendapatan sehingga memungkinkan mereka untuk

mengurus diri mereka dan keluarga mereka (Microcredit Summit dalam (Rahman,

2010). World Bank telah mengakui program keuangan mikro ini sebagai sebuah

pendekatan untuk mengatasi ketidaksetaraan pendapatan dan kemiskinan (Rahman,

2010).

b. Kegiatan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah

Kegiatan usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah meliputi:

1. Menghimpun simpanan dari anggota yang menjalankan kegiatan usaha

berdasarkan prinsip syariah dengan akad wadiah atau mudharabah;

2. Menyalurkan pinjaman dan pembiayaan syariah kepada anggota, calon

anggota dan koperasi lain dan atau anggotanya dalam bentuk pinjaman

berdasarkan akad qard dan pembiayaan dengan akad murabahah, salam,

istishna, mudhrabah, musyarakah, ijarah, ijarah muntahiya bittamlik,

19
wakalah, kafalah dan hiwalah, atau akad lain yang tidak bertentangan

dengan syariah;

3. Mengelola keseimbangan sumber dana dan penyaluran pinjaman dan

pembiayaan syariah.

Dalam pemberian pinjaman dan pembiayaan harus menggunakan dana yang

berasal dari pendanaan dengan prinsip syariah. Selain itu kegiatan usaha simpan

pinjam dan pembiayaan syariah dengan koperasi lain dilakukan melalui kemitraan

yang dituangkan dalam perjanjian tertulis dengan akad sesuai prinsip syariah.

Kegiatan usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah dilaksanakan berdasaran

prinsip syariah dengan tata kelola yang baik, menerapkan prinsip kehati-hatian dan

manajemen risiko, serta mematuhi peraturan yang terkait dengan pengelolaan usaha

simpan pinjam dan pembiayaan syariah. Usaha simpan pinjam dan pembiayaan

syariah dengan predikat penilaian kesehatan “Dalam Pengawasan Khusus”

dihentikan sementara kegiatan usahanya sampai dapat memperbaiki struktur

keuangannya.

c. Pengawasan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah

Berdasarkan Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Kementerian Koperasi

dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No. 9/Per/Dep.6/IV/2016

tentang Petunjuk Teknis Pemeriksaan Usaha Koperasi Simpan Pinjam dan

Pembiayaan Syariah, dan Unit Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Koperasi,

dijelaskan bahwa: “Pengawasan usaha KSPPS dan USPPS Koperasi adalah upaya

20
yang dilakukan oleh pengawas koperasi, dewan pengawas syariah, pemerintah,

gerakan koperasi, dan masyarakat, agar usaha KSPPS dan USPPS Koperasi

diselenggarakan dengan baik sesuai dengan perundang-undangan”. Sedangkan

pemeriksaan adalah “proses dan serangkaian kegiatan mencari, mengumpulkan,

dan mengolah data dan atau keterangan lain yang dilakukan oleh Pengawas KSPPS

dan USPPS Koperasi untuk membuktikan ada atau tidak adanya pelanggaran atas

peraturan perundang-undangan”. Tujuan dari pemeriksaan usaha KSPPS dan

USPPS Koperasi adalah untuk memeriksa kepatuhan pelaksanan kegiatan usaha

simpan pinjam sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan.

Pengawas koperasi adalah anggota koperasi yang diangkat dan dipilih dalam

rapat anggota untuk mengurus organisasi dan usaha koperasi. Dewan Pengawas

Syariah adalah dewan yang dipilih oleh koperasi yang bersangkutan berdasarkan

keputusan rapat anggota dan beranggotakan alim ula yang ahli dalam syariah yang

menjalankan fungsi dan tugas sebagai pengawas syaraiah pada koperasi yang

bersangkutan dan berwenang memberikan tanggapan atau penafsiran terhadap

fatwa yang dikeluarkan Dewan Syariah Nasional.

KSPPS dan koperasi yang menyelenggarakan kegiatan usaha simpan pinjam

pembiayaan syariah wajib memiliki dewan pengawas syariah yang ditetapkan oleh

Rapat Anggota. Dalam sebuah KSPPS, jumlah Dewan Pengawas Syariah paling

sedikit berjumlah 2 orang dan setengahnya memiliki sertifikasi DSN-MUI. Dewan

Pengawas Syariah diutamakan dari anggota koperasi dan dapat diangkat dari luar

anggota koperasi untuk masa jabatan paling lama 2 (dua) tahun.

21
Dalam pelaksanaannya, Dewan Pengawas Syariah KSPPS dan USPPS

bertugas untuk:

a. Memberikan nasihat dan saran kepada pengurus dan pengawas serta

mengawasi kegiatan KSPPS agar sesuai dengan prinsip syariah;

b. Menilai dan memastikan pemenuhan prinsip syariah atas pedoman

operasional dan produk yang dikeluarkan oleh KSPPS;

c. Mengawasi pengembangan produk baru;

d. Meminta fatwa kepada DSN-MUI untuk produk baru yang belum ada

fatwanya;

e. Melakukan review secara berkala terhadap produk-produk simpanan dan

pembiayaan syariah.

3. Penilaian Kesehatan Koperasi

Penilaian kesehatan usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah adalah

penilaian kinerja yang dilakukan pemerintah dan pemerintah daerah untuk

mengukur tingkat KSPPS dan USPPS Koperasi serta setiap kantor cabang.

Dijelaskan dalam Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan

Menengah Nomor 16/Per/M.KUKM/I/2015 tentang pelaksanaan kegiatan usaha

simpan pinjam dan pembiayaan syariah oleh koperasi, bahwa kesehatan KSPPS

dan USPPS Koperasi adalah kondisi kinerja usaha, keuangan dan manajemen

koperasi yang dinyatakan Sehat, Cukup Sehat, Dalam Pengawasan dan Dalam

Pengawasan Khusus.

22
Untuk mewujudkan KSPPS dan USPPS yang dikelola secara profesional dan

sesuai dengan prinsip kehati-hatian dan kesehatan, sehingga diperlukannya

penilaian kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah dan Unit

Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah demi meningkatkan kepercayaan dan

memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada anggota dan masyarakat

sekitarnya. Ruang lingkup penilaian kesehatan KSPPS dan USPPS meliputi

penilaian terhadap beberapa aspek sebagai berikut:

a. Aspek Permodalan

Sebagai organisasi ekonomi, koperasi dalam menjalankan usahanya

memerlukan modal usaha. Peranan modal didalam operasional koperasi

mempunyai kontribusi yang sangat penting karena tanpa modal yang cukup,

koperasi tidak akan berjalan lancar (Ganitri, Suwendra, & Yulianthini, 2014).

Modal usaha koperasi diutamakan berasal dari anggota, modal anggota bersumber

dari simpanan pokok dan simpanan wajib. Hal ini mencerminkan bahwa koperasi

sebagai badan usaha yang ingin berkembang dengan kekuatan sendiri. (Sari &

Susanti, 2012).

Faktor modal dalam usaha koperasi merupakan salah satu alat yang ikut

menentukan maju mundurnya koperasi. Tanpa adanya modal, suatu usaha yang

bersifat ekonomis tidak akan dapat berjalan sebagaimana mestinya (Ganitri,

Suwendra, & Yulianthini, 2014). Permodalan memberikan peranan yang sangat

penting dalam menjalankan usaha koperasi, karena pada dasarnya modal adalah hal

utama dalam menjalankan usaha. Semakin baik permodalan koperasi, tentunya

23
akan mempermudah koperasi dalam mengembangkan setiap usaha yang

dijalankannya (Tyas, 2014).

Sumber-sumber permodalan koperasi dapat berasal dari simpanan pokok,

simpanan wajib, simpanan sukarela, hibah, modal penyertaan, cadangan koperasi,

utang jangka pendek maupun utang jangka panjang (Hendar, 2010).

Sesuai dengan UU No. 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian dalam pasal 66

menyatakan bahwa:

1) Modal Koperasi terdiri dari Setoran Pokok dan Sertifikat Modal Koperasi

sebagai modal awal.

2) Selain modal tersebut, modal Koperasi dapat berasal dari hibah, modal

penyertaan, modal pinjaman yang berasal dari anggota, koperasi lainnya

dan/atau anggotanya, bank dan lembaga keuangan lainnya, penerbitan

obligasi dan surat hutang lainnya, dan/atau Pemerintah dan Pemerintah

Daerah, dan/atau sumber lain yang sah yang tidak bertentangan dengan

Anggaran Dasar dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan.

Aspek pertama penilaian kesehatan KSPPS/USPPS koperasi adalah

permodalan. Penilaian ini dilakukan dengan menggunakan dua rasio permodalan

yaitu perbandingan modal sendiri dengan total aset dan rasio kecukupan modal

(CAR). Dalam Peraturan Menteri KUKM No.16 Tahun 2015 menjelaskan bahwa

modal sendiri KSPPS adalah jumlah simpanan pokok, simpanan wajib, cadangan

yang disisihkan dari sisa hasil usaha, hibah dan simpanan lain yang memiliki

karakteristik sama dengan simpanan wajib.

24
Rasio modal sendiri terhadap total aset dimaksudkan untuk mengukur

kemampuan KSPPS/USPPS koperasi dalam menghimpun modal sendiri

dibandingkan dengan aset yang dimiliki. Pada KSPPS/USPPS koperasi rasio ini

dianggap sehat apabila nilainya maksimal 20%. Artinya bahwa KSPPS/USPPS

koperasi telah mampu menumbuhkan kepercayaan anggotanya, untuk menyimpan

dana pada KSPPS/USPPS koperasi. Rasio modal sendiri terhadap total aset dapat

dirumuskan sebagai berikut:

𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑆𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖
𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡

Untuk memperoleh rasio modal sendiri terhadap total aset ditetapkan sebagai

berikut:

a. Untuk rasio permodalan lebih kecil atau sama dengan 0 diberikan nilai kredit

0.

b. Untuk setiap kenaikan rasio permodalan 1% mulai dari 0% nilai kredit

ditambah 5 dengan maksimum nilai 100.

c. Nilai kredit dikalikan bobot sebesar 5% diperoleh skor permodalan

Tabel 2.1
Perhitungan Kriteria Rasio Permodalan

Rasio Bobot
Nilai
Permodalan Skor Skor Kriteria
Kredit
(%) (%)
0 0 5 0 0 – 1,25 Tidak Sehat
5 25 5 1,25 1,26–2,50 Kurang sehat
10 50 5 1,50 2,51–3,75 Cukup sehat
15 75 5 3,75 3,76–50 Sehat
20 100 5 5,0

25
Rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) pada lembaga

keuangan seperti KSPPS/USPPS koperasi merupakan kewajiban penyediaan

kecukupan modal (modal minimum) didasarkan pada risiko aktiva yang

dimilikinya. Penggunaan rasio ini dimaksudkan agar para pengelola

KSPPS/USPPS koperasi melakukan pengembangan usaha yang sehat dan dapat

menanggung risiko kerugian dalam batas-batas tertentu yang dapat diantisipasi oleh

modal yang ada. Menurut surat Edaran Bank Indonesia yang berlaku saat ini sebuah

lembaga keuangan dikatakan sehat apabila nilai CAR mencapai 8% atau lebih.

Artinya Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) dijamin oleh modal sendiri

(modal inti) dan modal lain yang memiliki karakteristik sama dengan modal sendiri

(modal pelengkap) sebesar 8%. Untuk nilai CAR lebih tinggi dari 8%,

menunjukkan indikasi bahwa KSPPS/USPPS koperasi semakin sehat. Perhitungan

rasio CAR ditetapkan dengan tahapan sebagai berikut:

a. Menghitung nilai modal sendiri (modal inti) dan modal pelengkap yang

karakteristiknya sama dengan modal sendiri dengan cara menjumlahkan hasil

perkalian setiap komponen modal KSPPS/USPPS koperasi yang ada dalam

neraca dengan bobot pengakuannya.

26
Tabel 2.2
Modal inti dan modal pelengkap KSPPS

Bobot
Nilai Modal Yang
No Komponen Modal Pengakuan
(Rp) diakui (Rp)
(%)
(1) (2) (3) (4) (3) x (4)
MODAL INTI DAN MODAL
PELENGKAP:
1. Modal anggota
a. Simpanan Pokok 100
b. Simpanan Wajib 100
2. Modal Penyetaraan 100
3. Modal Penyertaan 50
4. Cadangan Umum 100
5. Cadangantujuan risiko 50
6. Modal sumbangan 100
7. SHU belum dibagi 50
JUMLAH

b. Menghitung nilai ATMR diperoleh dengan cara menjumlahkan hasil

perkalian nilai nominal aktiva yang ada dalam neraca dengan bobot risiko

masing-masing komponen aktiva.

Tabel 2.3
Perhitungan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)

Bobot Modal
Nilai
No Komponen Aktiva Risiko tertimbang
(Rp)
(%) (Rp)
(1) (2) (3) (4) (3) x (4)
1. Kas 0
2. Simpanan/rekening di bank syariah 20
3. Simpanan/rekening di KJKS lain 50
4. Pembiayaan 100
5. Penyertaan pada koperasi, anggota 50
dan pihak lain
6. Aktiva tetap dan inventaris 70
7. Aktiva lain-lain 70
JUMLAH

27
c. Rasio CAR dihitung dengan cara membandingkan nilai modal yang diakui

dengan nilai ATMR dikalikan dengan 100% maka diperoleh rasio CAR.

d. Untuk rasio CAR lebih kecil dari 6% diberi nilai kredit 25, untuk kenaikan

rasio CAR 1% nilai kredit ditambah dengan 25 sampai dengan nilai CAR 8%

nilai kredit maksimal 100.

e. Nilai kredit dikalikan dengan 5%, diperoleh skor CAR

Tabel 2.4
Perhitungan Kriteria Rasio CAR

Rasio CAR (%) Nilai Kredit Bobot (%) Skor Kriteria


<6 25 5 1,25 Tidak sehat
6-<7 50 5 2,50 Kurang sehat
7-<8 75 5 3,75 Cukup sehat
≥8 100 5 5,00 Sehat

b. Aspek Kualitas Aktiva Produktif

Aktiva produktif adalah semua aktiva dalam rupiah maupun valuta asing yang

dimiliki dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya.

Aktiva yang produktif sering juga disebut dengan earning asset (aktiva yang

menghasilkan), karena penanaman dana tersebut adalah untuk mencapai tingkat

penghasilan (laba) yang diharapkan. Dalam menjalankan kegiatan penanaman

dana, aktiva produktif dapat menggambarkan kinerja bank, selain itu aktiva

produktif juga berdampak pada tingkat profitabilitas (Rosyada, 2015).

Aktiva produktif adalah kekayaan KSPPS/USPPS Koperasi yang

mendatangkan penghasilan. Penilaian terhadap kualitas aktiva produktif didasarkan

pada tiga rasio, yaitu Rasio tingkat piutang dan pembiayaan bermasalah terhadap

jumlah piutang dan pembiayaan, Rasio Portofolio terhadap piutang berisiko dan

28
pembiayaan berisiko PAR (Portfolio Asset Risk), dan Rasio Penyisihan

Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva

Produktif Yang Wajib Dibentuk (PPAPWD).

Kolektabilitas pembiayaan terdiri dari:

1. Pembiayaan Lancar

1) Akad Mudharabah dan Musyarakah

Akad pembiayaan untuk akad mudharabah dan musyarakah dikatakan

lancar jika pembayaran pokok dan pelunasan pokok tepat waktu dan atau

pembayaran pendapatan (bagi hasil) dimana Rencana Pendapatan (RP)

sama atau lebih dari 80% Penerimaan Pendapatan (PP).

2) Akad murabahah, salam, istishna, qardh, ijarah, ijarah muntahiyah bit

tamlik dan transaksi multijasa.

Pembiayaan untuk akad tersebut dikatakan lancar jika masa angsuran

bulanan (angsuran pokok dan atau margin/fee) terdapat tunggakan

angsuran sampai dengan 3 (tiga) bulan dan pembiayaan belum jatuh

tempo.

2. Pembiayaan Kurang Lancar

1) Akad Mudharabah dan Musyarakah

a) Akad dengan pembayaran bulanan

Pembiayaan untuk akad mudharabah dan musyrakah dikatakan kurang

lancar jika pengembalian pokok atau pelunasan terdapat tungggakan

angsuran pokok atau pelunasan pokok sampai dengan 3 (tiga) bulan dan

29
atau penerimaan pendapatan (bagi hasil) dimana RP di atas 30% PP

sampai dengan 80% PP (30% PP < RP ≤ 80% PP).

b) Akad dengan pembayaran harian

Pembiayaan untuk akad mudharabah dan musyarakah dikatakan kurang

lancar jika pengembalian pokok atau pelunasan terdapat tunggakan

angsuran pokok atau pelunasan pokok sampai dengan 3 (tiga) hari dan

atau penerimaan pendapatan (bagi hasil) dimana RP di atas 30% PP

sampai dengan 80% PP (30% PP < RP ≤ 80% PP).

c) Akad dengan pembayaran mingguan

Pembiayaan untuk akad mudharabah dan musyarakah dikatakan kurang

lancar jika pengembalian pokok atau pelunasan terdapat tunggakan

angsuran pokok atau pelunasan pokok sampai dengan 3 (tiga) minggu

dan atau penerimaan pendapatan (bagi hasil) dimana RP diatas 30% PP

sampai dengan 80% PP (30% PP < RP ≤ 80% PP).

2) Akad murabahah, salam, istishna, qardh, ijarah, ijarah murahiyah bit

tamlik dan transaksi multijasa.

a) Akad dengan pembayaran bulanan

Pembiayaan untuk akad tersebut dikatakan kurang lancar jika masa

angsuran bulanan (angsuran pokok dan atau margin/fee) terdapat

tunggakan angsuran yang telah melewati 3 (tiga) bulan sampai dengan

6 (enam) bulan dan atau pembiayaan telah jatuh tempo dari 1 bulan

(angsuran pokok dan atau margin/fee) terdapat tunggakan 3 (tiga) bulan

dan atau pembiayaan telah jatuh tempo sampai dengan 1 (satu) bulan.

30
b) Akad dengan pembayaran harian

Pembiayaan untuk akad tersebut dikatan kurang lancar jika masa

angsuran bulanan (angsuran pokok dan atau margin/fee) terdapat

tunggakan angsuran yang telah melewati 3 (tiga) hari sampai dengan 6

(enam) hari dan atau pembiayaan telah jatuh tempo dari 1 hari

(angsuran pokok dan atau margin/fee) terdapat tunggakan 3 (tiga) hari

dan atau pembiayaan telah jatuh tempo sampai dengan 1 (satu) hari.

c) Akad dengan pembayaran mingguan

Pembiayaan untuk akad tersebut dikatakan kurang lancar jika masa

angsuran bulanan (angsuran pokok dan atau margin/fee) terdapat

tunggakan angsuran yang telah melewati 3 (tiga) minggu sampai

dengan 6 (enam) minggu dan atau pembiayaan telah jstuh tempo dari 1

minggu (angsuran pokok dan atau margin/fee) terdapat tunggakan 3

(tiga) minggu dan atau pembiayaan telah jatuh tempo sampai dengan 1

(satu minggu).

3. Pembiayaan Diragukan

1. Akad Mudharabah dan Musyarakah

a. Akad dengan pembayaran bulanan

Pembiayaan untuk akad mudharabah dan musyarkah dikatakan

diragunan jika pengembalian pokok atau pelunasan terdapat tunggakan

angsuran pokok atau pelunasan pokok yang telah melampaui 3 (tiga)

bulan sampai dengan 24 (dua puluh empat) bulan dan atau pembayaran

pendapatan (bagi hasil).

31
b. Akad dengan pembayaran harian

Pembiayaan untuk akad mudharabah dan musyarakah dikatakan

diragukan jika pengembalian pokok atau pelunasan terdapat tunggakan

angsuran pokok atau pelunasan pokok yang telah melampaui 3 (tiga)

hari sampai dengan 24 (dua puluh empat) hari dan atau pembayaran

pendapatan (bagi hasil).

c. Akad dengan pembayaran mingguan

Pembiayaan untuk akad mudharabah dan musyarakah dikatakan

diragukan jika pengembalian pokok atau pelunasan terdapat tunggakan

angsuran pokok atau pelunasan pokok yang telah melampaui 3 (tiga)

minggu sampai dengan 24 (dua puluh empat) minggu dan atau

pembayaran pendapatan (bagi hasil).

2. Akad Murabahah, Salam, Istishna, Qardh, Ijarah, Ijarah Muntahiyah Bit

Tamlik dan Transaksi Multijasa.

a. Akad dengan pembayaran bulanan

Pembiayaan untuk akad tersebut dikatakan diragukan jika masa

angsuran bulanan (angsuran pokok dan atau margin/fee) terdapat

tunggakan angsuran yang telah melewati 6 (enam) bulan sampai dengan

12 (dua belas) bulan dan atau pembiayaan jatuh tempo telah melewati

1 (satu bulan) sampai dengan 2 (dua) bulan. Untuk masa angsuran

kurang dari 1 bulan (angsuran pokoko dan atau margin/fee) terdapat

tunggakan angsuran yang telah melewati 3 (tiga) bulan sampai dengan

32
6 (enam) bulan dan atau pembiayaan jatuh tempo telah melewati 1

(satu) bulan sampai dengan 2 (dua) bulan.

b. Akad dengan pembayaran harian

Pembiayaan untuk akad tersebut dikatakan diragukan jika masa

angsuran bulanan (angsuran pokok dan atau margin/fee) terdapat

tunggakan angsuran yang telah melewati 6 (enam) hari sampai dengan

12 (dua belas) hari dan atau pembiayaan jatuh tempo telah melewati 1

(satu hari) sampai dengan 2 (dua) hari. Untuk masa angsuran kurang

dari 1 hari (angsuran pokok dan atau margin/fee) terdapat tunggakan

angsuran yang telah melewati 3 (tiga) hari sampai dengan 6 (enam) hari

dan atau pembiayaan jatuh tempo telah melewati 1 (satu) hari sampai

dengan 2 (dua) hari.

c. Akad dengan pembayaran mingguan

Pembiayaan untuk akad tersebut dikatakan diragukan jika masa

angsuran bulanan (angsuran pokok dan atau margin/fee) terdapat

tunggakan angsuran yang telah melewati 6 (enam) minggu sampai

dengan 12 (dua belas) minggu dan atau pembiayaan jatuh tempo telah

melewati 1 (satu minggu) sampai dengan 2 (dua) minggu. Untuk masa

angsuran kurang dari 1 minggu (angsuran pokok dan atau margin/fee)

terdapat tunggakan angsuran yang telah melewati 3 (tiga) minggu

sampai dengan 6 (enam) minggu dan atau pembiayaan jatuh tempo

telah melewati 1 (satu) minggu sampai dengan 2 (dua) minggu.

33
4. Pembiayaan Macet

1. Akad Mudharabah dan Musyarakah

a. Akad dengan pembayaran bulanan

Pembiayaan untuk akad mudharabah dan musyarakah dikatakan macet

jika pengembalian pokok atau pelunasan terdapat tunggakan angsuran

pokok atau pelunasan yang telah melampaui 24 (dua puluh empat)

bulan dan atau pembayaran pendapatan (bagi hasil) terdapat RP < 30%

PP lebih dari 3 periode pembayaran.

b. Akad dengan pembayaran harian

Pembiayaan untuk akad mudharabah dan musyarakah dikatakan macet

jika pengembalian pokok atau pelunasan terdapat tunggakan angsuran

pokok atau pelunasan yang telah melampaui 24 (dua puluh empat) hari

dan atau pembayaran pendapatan (bagi hasil) terdapat RP < 30% PP

lebih dari 3 periode pembayaran.

c. Akad dengan pembayaran mingguan

Pembiayaan untuk akad mudharabah dan musyarakah dikatakan macet

jika pengembalian pokok atau pelunasan terdapat tunggakan angsuran

pokok atau pelunasan yang telah melampaui 24 (dua puluh empat)

minggu dan atau pembayaran pendapatan (bagi hasil) terdapat RP <

30% PP lebih dari 3 periode pembayaran.

2. Akad Murabahah, Salam, Istishna, Qardh, Ijarah, Ijarah Muntahiyah Bit

Tamlik dan Transaksi Multijasa.

a. Akad dengan pembayaran bulanan

34
Pembiayaan untuk akad tersebut dikatakan macet jika masa angsuran

bulanan (angsuran pokok dan atau margin/fee) terdapat tunggakan

angsuran yang telah melewati 12 (dua belas) bulan dan atau

pembiayaan jatuh tempo telah melewati 2 (dua) bulan atau telah

diserahkan kepada Pengadilan Negeri (PN) atau BPUN atau telah

diajukan penggantian ganti rugi kepada perusahaan asuransi

kredit/pembiayaan. Untuk masa angsuran kurang dari 1 bulan

(angsuran pokok dan atau margin/fee) terdapat tunggakan angsuran

yang telah melewati 6 (enam) bulan dan atau pembiayaan jatuh tempo

telah melewati 2 (dua) bulan.

b. Akad dengan pembayaran harian

Pembiayaan untuk akad tersebut dikatakan macet jika masa angsuran

bulanan (angsuran pokok dan atau margin/fee) terdapat tunggakan

angsuran yang telah melewati 12 (dua belas) hari dan atau pembiayaan

jatuh tempo telah melewati 2 (dua) hari atau telah diserahkan kepada

Pengadilan Negeri (PN) atau BPUN atau telah diajukan penggantian

ganti rugi kepada perusahaan asuransi kredit/pembiayaan. Untuk masa

angsuran kurang dari 1 hari (angsuran pokok dan atau margin/fee)

terdapat tunggakan angsuran yang telah melewati 6 (enam) hari dan

atau pembiayaan jatuh tempo telah melewati 2 (dua) hari.

c. Akad dengan pembayaran mingguan

Pembiayaan untuk akad tersebut dikatakan macet jika masa angsuran

bulanan (angsuran pokok dan atau margin/fee) terdapat tunggakan

35
angsuran yang telah melewati 12 (dua belas) minggu dan atau

pembiayaan jatuh tempo telah melewati 2 (dua) minggu atau telah

diserahkan kepada Pengadilan Negeri (PN) atau BPUN atau telah

diajukan penggantian ganti rugi kepada perusahaan asuransi

kredit/pembiayaan. Untuk masa angsuran kurang dari 1 minggu

(angsuran pokok dan atau margin/fee) terdapat tunggakan angsuran

yang telah melewati 6 (enam) minggu dan atau pembiayaan jatuh tempo

telah melewati 2 (dua) minggu.

Kolektabilitas Piutang terdiri dari:

a. Lancar

Akad Murabahah dengan angsuran pokok/margin harian, mingguan maupun

bulanan digolongkan lancar apabila memenuhi syarat dibawah ini, yaitu:

a. Pembayaran angsuran tepat waktu dan tidak ada tunggakan serta sesuai

dengan persyaratan akad.

b. Informasi keuangan anggota selalu dapat diperoleh jika dibutuhkan dan

kondisinya akurat.

c. Dokumen perjanjian piutang lengkap dan pengikatan agunan kuat.

b. Kurang Lancar

1. Akad murabahah dengan angsuran pokok/margin harian digolongkan kurang

lancar apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau

margin yang telah melewwati 7 (tujuh) hari sampai dengan 14 (empat belas)

hari.

36
2. Akad murabahah dengan angsuran pokok/margin mingguan digolongkan

kurang lancar apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan

atau margin yang telah melewati 14 (empat belas) hari sampai dengan 30 (tiga

puluh) hari.

3. Akad murabahah dengan angsuran pokok/margin bulanan digolongkan

kurang lancar apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan

atau margin yang telah melewati 60 (enam puluh) hari sampai dengan 150

(seratus lima puluh) hari.

Selain itu, akad murabahah dengan angsuran pokok/margin harian,

mingguan, maupun bulanan digolongkan kurang lancar apabila memenuhi syarat

dibawah ini, yaitu:

a. Informasi keuangan anggota jika dibutuhkan terlambat diperoleh dan datanya

meragukan.

b. Dokumentasi perjanjian piutang kurang lengkap dan pengikatan agunan kuat.

c. Telah terjadi pelanggaran-pelanggaran terhadap perjanjian piutang.

d. Terdapat perpanjangan perjanjian piutang untuk menyembunyikan kesulitan

keuangan.

c. Diragukan

1. Akad murabahah dengan angsuran pokok/margin harian digolongkan

diragunakan apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan

atau margin yang telah melewati 14 (empat belas) hari sampai dengan 30 (tiga

puluh) hari.

37
2. Akad murabahah dengan angsuran pokok/margin mingguan digolongkan

diragukan apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau

margin yang telah melewati 30 (tiga puluh) hari sampai dengan 90 (sembilan

puluh) hari.

3. Akad murabahah dengan angsuran pokok/margin bulanan digolongkan

diragukan apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau

margin yang telah melewati 150 (seratus lima puluh) hari sampai 210 (dua

ratus sepuluh) hari.

Selain itu akad murabahah digolongkan diragukan apabila:

1. Terdapat informasi keuangan anggota jika dibutuhkan sulit untuk diperoleh

dan jika ada informasi datanya tidak dapat dipercaya.

2. Dokumentasi perjanjian piutang tidak lengkap dan pengikatan agunan lemah.

3. Telah terjadi pelanggaran-pelanggaran yang prinsip terhadap perjanjian

piutang.

d. Macet

1. Akad murabahah dengan angsuran pokok/margin harian digolongkan macet

apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau margin

yang telah melewati 30 (tiga puluh) hari dan tidak ada dokumentasi perjanjian

piutang dan pengikatan agunan.

2. Akad murabahah dengan angsuran pokok/margin mingguan digolongkan

macet apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau

margin yang telah melewati 90 (sembilan puluh) hari dan tidak ada

dokumentasi perjanjian piutang dan pengikatan agunan.

38
3. Akad murabahah dengan angsuran pokok/margin bulanan digolongkan macet

apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau margin

yang telah melewati 210 (dua ratus sepuluh) hari dan tidak ada dokumentasi

perjanjian piutang dan pengikatan agunan.

Untuk memperoleh rasio piutang dan pembiayaan bermasalah terhadap

piutang dan pembiayaan yang disalurkan, untuk rasio lebih besar dari 12% sampai

dengan 100% diberi nilai skor 25 dan untuk setiap penurunan rasio 3% nilai kredit

ditambah dengan 5 sampai dengan maksimum 100 dan nilai kredit dikalikan bobot

10% maka diperoleh skor penilaian. Contoh perhitungan sebagai berikut:

Tabel 2.5
Perhitungan Rasio Piutang dan Pembiayaan Bermasalah terhadap Piutang
dan Pembiayaan yang Disalurkan

Rasio Piutang
Bermasalah dan
Pembiayaan
Bermasalah Nilai Bobot
Skor Kriteria
terhadap Piutang Kredit (%)
dan Pembiayaan
yang disalurkan
(%)
>12 25 10 2,50 0 - < 2,5 Tidak Lancar
Kurang
9 – 12 50 10 5,00 2,5 - < 5,00
Lancar
5 -8 75 10 7,50 5,00 - < 7,50 Cukup Lancar
<5 100 10 10,00 7,50 – 10,00 Lancar

Mengukur rasio portofolio piutang dan pembiayaan berisiko dilakukan

dengan beberapa cara berikut ini:

a. Mengklasifikasikan tingkat keterlambatan ke dalam kelompok

39
1) Lambat 1 – 30 hari (portofilio berisiko 1)

2) Lambat 31 – 60 hari (portofolio berisiko 2)

3) Lambar 61 – 90 hari (portofolio berisiko 3)

4) Lambar > 90 hari (portofolio berisiko 4)

b. Membandingkan piutang dan pembiayaan bermasalah pada periode tersebut

dengan total piutang dan pembiayaan dengan cara:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ


× 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛

c. Menghitung rasio total portofolio piutang dan pembiayaan berisiko dilakukan

dengan cara sebagai berikut:

Total PAR (Total Portofolio piutang dan pembiayaan berisiko) = (1) + (2) +

(3) + (4) = .......%

d. Cara menentukan skor

Untuk rasio lebih besar dari 30% sampai dengan 100% diberi nilai kredit 25,

untuk setiap penurunan rasio 1% nilai kredit ditambah dengan 5 sampai dengan

maksimum 100 dan nilai kredit dikalikan bobot 5% maka diperoleh skor penilaian.

Contoh perhitungan sebagai berikut:

Tabel 2.6
Perhitungan Rasio PAR

Rasio Nilai Bobot


Skor Kriteria
PAR (%) Kredit (%)
>30 25 5 1,25 0 -< 1,25 Sangat berisiko
26 – 30 50 5 2,50 1,25 - < 2,50 Kurang Berisiko
21 - < 26 75 5 3,75 2,50 - < 3,75 Cukup Berisiko
< 21 100 5 5,00 3,75 – 5,0 Tidak Berisiko

40
Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) terhadap

Penyisihan Aktiva Produktif yang wajib dibentuk (PPAPWD). Rasio ini

menunjukkan kemampuan manajemen KSPPS/USPPS koperasi menyisihkan

pendapatannya untuk menutupi risiko (penghapusan) aktiva produktif yang

disalurkan dalam bentuk pembiayaan dan piutang. Pengukuran tingkat kesehatan

rasio ini ditetapkan sebagai berikut:

a. Mengklasifikasikan aktiva produktif berdasarkan kolektibilitasnya, yaitu

lancar, kurang lancar, diragukan dan macet.

b. Menghitung nilai PPAP dari nerasa pada komponen cadangan penghapusan

pembiayaan.

c. Menghitung PPAPWD dengan cara mengalikan komponen presentase

pembentukan PPAPWD dengan kolektabilitas aktiva produktif. Perhitungan

PPAPWD

1. 0,5% dari aktiva profuktif lancar.

2. 10% dari aktiva produktif kurang lancar dikurangi nilai agunannya.

3. 50% dari aktiva produktif diragukan dikurangi nilai agunannya.

4. 100% dari aktiva produktif macet dikurangi nilai agunannya.

Apabila nilai jaminan tidak dapat ditaksir/diketahui maka nilai agunan

sebagai pengurang adalah sebesar 50% dari baki debet.

d. Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif dapat diperoleh/dihitung

dengan membandingkan nilai PPAP dengan PPAPWD dikalikan dengan

100%/

41
e. Untuk rasio PPAP sebesar 0% nilai kredit sama dengan 0. Untuk setiap

kenaikan rasio PPAP 1% nilai kredit ditambah 1 sampai dengan maksimum

100.

f. Nilai kredit dikalikan dengan bobot 5%, diperoleh skor tingkat rasio PPAP.

Contoh perhitungan sebagai berikut:

Tabel 2.7
Perhitungan Rasio PPAP

Rasio PPAP Nilai Bobot


Skor Kriteria
(%) Kredit (%)
0 0 5 0
10 10 5 0,5
20 20 5 1,0
30 30 5 1,5
0 - < 1,25 Macet
40 40 5 2,0
1,25 - < 2,5 Diragukan
50 50 5 2,5
2,5 - < 3,75 Kurang Lancar
60 60 5 3,0
3,75 – 5 Lancar
70 70 5 3,5
80 80 5 4,0
90 90 5 4,5
100 100 5 5,0

c. Aspek Manajemen

Penilaian aspek manajemen KSPPS/USPPS koperasi meliputi beberapa

komponen yaitu:

a) Manajemen umum

b) Kelembagaan

c) Manajemen permodalan

d) Manajemen aktiva

e) Manajemen likuiditas

42
Perhitungan nilai kredit didasarkan kepada hasil penilaian atas jawaban

pertanyaan aspek manajemen terhadap seluruh komponen dengan komposisi

pertanyaan sebagai berikut:

a) Manajemen umum 12 pertanyaan (bobot 3 atau 0,25 nilai kredit untuk setiap

jawaban pertanyaan positif). Adapun pertanyaan yang dianalisa adalah sebagai

berikut:

1. Apakah KSPPS/ USPPS Koperasi memiliki visi, misi dan tujuan yang jelas?

2. Apakah KSPPS/USPPS Koperasi telah memiliki rencana kerja jangka

panjang minimal untuk 3 tahun ke depan dan dijadikan sebagai acuan

KSPPS / USPPS Koperasi dalam menjalankan usahanya?

3. Apakah KSPPS/USPPS Koperasi memiliki kerja tahunan yang digunakan

sebagai dasar acuan kegiatan usaha selama 1 tahun?

4. Adakah kesesuaian antara rencana kerja jangka pendek dengan rencana

jangka panjang?

5. Apakah visi, misi, tujuan, dan rencana kerja diketahui dan dipahami oleh

pengurus, pengawas, pengelola, dan seluruh karyawan?

6. Pengambilan keputusan yang bersifat operasional dilakukan oleh pengelola

secara independen sesuai kewenangannya?

7. Pengurus dan atau pengelola KSPPS/USPPS Koperasi memiliki komitmen

untuk menangani permasalahan yang dihadapi serta melakukan tindakan

perbaikan yang diperlukan?

43
8. KSPPS/USPPS koperasi memiliki tata tertib kerja SDM, yang meliputi

disiplin kerja, serta didukung sarana kerja yang memadai dalam

melaksanakan pekerjaan?

9. Pengurus KSPPS/USPPS koperasi yang mengangkat pengelola, tidak

mencampuri kegiatan operasional sehari-hari yang cenderung

menguntungkan kepentingan sendiri, keluarga atau kelompoknya, sehingga

dapat merugikan KSPPS/USPPS Koperasi?

10. Anggota KSPPS/USPPS Koperasi sebagai pemilik mempunyai kemampuan

untuk meningkatkan permodalan KSPPS/ USPPS Koperasi sesuai dengan

ketentuan yang berlaku?

11. Pengurus, Pengawas, dan Pengelola KSPPS/USPPS Koperasi di dalam

melaksanakan kegiatan operasional tidak melakukan hal-hal yang

cenderung menguntungkan diri sendiri, keluarga dan kelompoknya, atau

berpotensi merugikan KSPPS/USPPS Koperasi?

12. Pengurus melaksanakan fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan tugas

pengelola sesuai dengan tugas dan wewenangnya secara efektif?

Perhitungan atas setiap jawaban dari pertanyaan di atas dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 2.8
Perhitungan Kriteria Manajemen Umum

Positif Nilai Kredit Bobot Kriteria


1 0,25
2 0,50 0 – 0,75 Tidak baik
3 0,75 0,76 – 1,60 Kurang baik
4 1,00 1,51 – 2,25 Cukup Baik
5 1,25 2,26 – 3,00 Baik
6 1,50

44
7 1,75
8 2,00
9 2,25
10 2,50
11 2,75
12 3,00

b) Kelembagaan 6 pertanyaan (bobot 3 atau 0,5 nilai kredit untuk setiap jawaban

pertanyaan positif). Adapun pertanyaan yang dianalisa adalah sebagai berikut:

1. Bagan organisasi yang ada telah mencerminkan seluruh kegiatan

KSPPS/USPPS Koperasi dan tidak terdapat jabatan kosong atau

perangkapan jabatan?

2. KSPPS/USPPS Koperasi memiliki rincian tugas yang jelas untuk masing-

masing karyawannya?

3. Di dalam struktur kelembagaan KSPPS/USPPS Koperasi terdapat struktur

yang melakukan fungsi sebagai dewan pengawas syariah?

4. KSPPS /USPPS Koperasi terbukti mempunyai Standar Operasional dan

Manajemen (SOM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP)?

5. KSPPS/USPPS Koperasi telah menjalankan kegiatannya sesuai SOM dan

SOP KSPPS/USPPS Koperasi?

6. KSPPS/USPPS Koperasi mempunyai sistem pengamanan yang baik

terhadap semua dokumen penting?

Perhitungan atas setiap jawaban dari pertanyaan di atas dapat dilihat pada tabel

berikut:

45
Tabel 2.9
Perhitungan Kriteria Manajemen Kelembagaan

Nilai Kredit
Positif Kriteria
Bobot
1 0,50
2 1,00 0 – 0,75 Tidak baik
3 1,50 0,76 – 1,50 Kurang baik
4 2,00 1,51 – 2,25 Cukup baik
5 2,50 2,26 – 3,00 Baik
6 3,00

c) Manajemen permodalan 5 pertanyaan (bobot 3 atau 0,3 nilai kredit untuk setiap

jawaban pertanyaan positif). Adapun daftar pertanyaan yang dianalisa adalah

sebagai berikut:

1. Tingkat pertumbuhan modal sendiri sama atau lebih besar dari tingkat

pertumbuhan aset?

2. Țingkat pertumbuhan modal sendiri yang berasal dari anggota sekurang

kurangnya sebesar 10 % dibandingkan tahun sebelumnya?

3. Penyisihan cadangan dari SHU sama atau lebih besar dari seperempat

bagian SHU tahun berjalan?

4. Simpanan wadi'ah, simpanan mudharabah, simpanan mudharabah

berjangka koperasi meningkat minimal 10% dari tahun sebelumnya?

5. Investasi harta tetap dari inventaris serta pendanaan ekspansi perkantoran

dibiayai dengan modal sendiri?

Perhitungan atas setiap jawaban dari pertanyaan di atas dapat dilihat pada tabel

berikut:

46
Tabel 2.10
Perhitungan Kriteria Manajemen Permodalan

Positif Nilai Kredit Bobot Kriteria


1 0,60
0 – 07,5 Tidak baik
2 1,20
0,76 – 1,50 Kurang baik
3 1,80
1,51 – 2,25 Cukup baik
4 2,40
2,26 – 3,00 Baik
5 3,00

d) Manajemen aktiva 10 pertanyaan (bobot 3 atau 0,3 nilai kredit untuk setiap

jawaban positif). Adapun daftar pertanyaan yang dianalisa adalah sebagai

berikut:

1. Pembiąyaan dengan kolektibilitas lancar minimal sebesar 90% dari

pembiayaan yang diberikan?

2. Setiap pembiayaan yang diberikan didukung dengan agunan yang nilainya

sama atau lebih besar dari pembiayaan yang diberikan, kecuali pembiayaan

bagi anggota sampai dengan 1 juta rupiah?

3. Dana cadangan penghapusan pembiayaan sama atau lebih besar dari jumlah

pembiayaan macet tahunan?

4. Pembiayaan macet tahun lalu dapat ditagih sekurang-kurangnya

sepertiganya?

5. KSPPS/USPPS Koperasi menerapkan prosedur pembiayaan dilaksanakan

dengan efektif?

6. Memiliki kebijakan cadangan penghapusan pembiayaan dan piutang

bermasalah?

7. Dalam memberikan pembiayaan KSPPS/ USPPS Koperasi mengambil

keputusan berdasarkan prinsip kehati-hatian?

47
8. Keputusan pemberian pembiayaan dan atau penempatan dana dilakukan

melalui komite?

9. Setelah pembiayaan diberikan, KSPPS/USPPS Koperasi melakukan

pemantauan terhadap penggunaan pembiayaan serta kemampuan dan

kepatuhan mudharib dalam memenuhi kewajibannya?

10. KSPPS/USPPS Koperasi melakukan peninjauan, penilaian, dan pengikatan

terhadap agunannya?

Perhitungan atas setiap jawaban dari pertanyaan di atas dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 2.11
Perhitungan Kriteria Manajemen Aktiva

Positif Nilai Kredit Bobot Kriteria


1 0,30
2 0,60
3 0,90
4 1,20 0 – 0,75 Tidak baik
5 1,50 0,76 – 1,50 Kurang baik
6 1,80 1,51 – 2,25 Cukup baik
7 2,10 2,26 – 3,00 Baik
8 2,40
9 2,70
10 3,30

e) Manajemen likuiditas 5 pertanyaan (bobot 3 atau 0,6 nilai kredit untuk setiap

jawaban pertanyaan positif). Adapun daftar pertanyaan yang dianalisa adalah

sebagai berikut:

1. Memiliki kebijakan tertulis mengenai pengendalian likuiditas?

2. Memiliki fasilitas pembiayaan yang akan diterima dari lembaga syariah lain

untuk menjaga likuiditasnya?

48
3. Memiliki pedoman administrasi yang efektif untuk memantau kewajiban

yang jatuh tempo?

4. Memiliki kebijakan pembiayaan dan piutang sesuai dengan kondisi

keuangan KSPPS/USPPS koperasi?

5. Memiliki sistem informasi manajemen yang memadai untuk pemantauan

likuiditas?

Perhitungan atas setiap jawaban dari pertanyaan di atas dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 2.12
Perhitungan Kriteria Manajemen Likuiditas

Positif Nilai Kredit Bobot Kriteria


1 0,60
0 – 0,75 Tidak baik
2 1,20
0,76 - 1,50 Kurang baik
3 1,80
1,51 – 2,25 Cukup baik
4 2,40
2,26 – 3,00 Baik
5 3,00

d. Aspek Efisiensi

Penilaian efisiensi KSPPS/USPPS koperasi didasarkan pada 3 (tiga) rasio

yaitu rasio biaya operasional terhadap pelayanan, rasio aktiva tetap terhadap total

asset, rasio efisiensi pelayanan. Rasio-rasio ini menggambarkan sampai seberapa

besar KSPPS/USPPS koperasi mampu memberikan pelayanan yang efisien kepada

anggotanya dari penggunaan asset yang dimilikinya, sebagai pengganti ukuran

rentabilitas yang untuk badan usaha koperasi dinilai kurang tepat. Karena koperasi

tujuan utamanya adalah memberikan pelayanan kepada anggota bukan mencari

keuntungan. Meskipun rentabilitas sering digunakan sebagai ukuran efisiensi

49
penggunaan modal. Rentabilitas koperasi hanya untuk mengukur keberhasilan

perusahaan koperasi yang diperoleh dari penghematan biaya pelayanan.

Cara perhitungan rasio biaya operasional atas pelayanan ditetapkan sebagai

berikut:

a. Untuk rasio lebih besar dari 100 diperoleh nilai kredit 25 dan unutk setiap

penurunan rasio 15% nilai kredit ditambahkan dengan 25 sampai dengan

maksimum nilai kredit 100.

b. Nilai kredit dikalikan dengan bobot sebesar 4% diperoleh skor penilaian

Contoh perhitungan sebagai berikut:

Tabel 2.13
Perhitugan Kriteria Rasio Biaya Operasional terhadap Pelayanan

Rasio Biaya
Nilai Bobot
Operasional terhadap Skor Kriteria
Kredit (%)
Pelayanan (%)
>100 25 4 1 Tidak efisien
85 – 100 50 4 2 Kurang efisien
69 – 84 75 4 3 Cukup efisien
0 – 68 100 4 4 Efisien

Rasio aktiva tetap terhadap total modal ditetapkan sebagai berikut:

a. Untuk rasio lebih besar dari 76% diperoleh nilai kredit 25 dan untuk setiap

penurunan rasio 25% nilai kredit ditambahkan dengan 25 sampai dengan

maksimum nilai kredit 100.

b. Nilai kredit dikalikan dengan bobot sebesar 4% diperoleh skor penilaian:

50
Contoh perhitungan sebagai berikut:

Tabel 2.14
Perhitungan Kriteria Rasio Aktiva Tetap Terhadap Total Modal

Rasio aktiva tetap Nilai Bobot


Skor Kriteria
terhadap Total Modal (%) Kredit (%)
76 – 100 25 4 1 Tidak baik
51 – 75 50 4 2 Kurang baik
26 – 50 75 4 3 Cukup baik
0 – 25 100 4 4 Baik

Rasio efisiensi pelayanan dihitung sebagai berikut:

a. Untuk rasio kurang dari 50 orang diberi nilai kredit 25 dan untuk setiap

kenaikan 25 orang nilai skor ditambah dengan 25 sampai dengan maksimum

nilai kredit 100.

b. Nilai kredit dikalikan dengan bobot sebesar 2% diperoleh skor penilaian:

Contoh perhitungan sebagai berikut:

Tabel 2.15
Perhitungan Kriteria Rasio Efisiensi Pelayanan

Rasio Efisiensi Nilai Bobot


Skor Kriteria
Pelayanan Kredit (%)
< 50 25 2 0,5 Tidak baik
50 – 74 50 2 1 Kurang baik
75 – 99 75 2 1,5 Cukup baik
>90 100 2 2 Baik

e. Aspek Likuiditas

Dalam usaha simpan pinjam, pemeliharaan likuiditas dimaksudkan untuk

memenuhi kewajiban jangka pendek, baik untuk membayar penarikan dana

simpanan anggota koperasi maupun kewajiban jangka pendek lainnya (Sudarma &

51
Yasa, 2013). Penilaian kuantitatif terhadap likuiditas KSPPS/USPPS koperasi

dilakukan terhadap 2 (dua) rasio, yaitu rasio kas dan rasio pembiayaan. Kas dan

bank adalah alat likuid yang segera dapat digunakan, seperti uang tunai dan uang

yang tersimpan lembaga keuangan syariah lain.

Pengukuran rasio kas terhadap dana yang diterima ditetapkan sebagai berikut:

a. Untuk rasio kas lebih kecil dari 14% dan lebih bedar dari 56% diberi nilai

kredit 25, untuk rasio antara 14% sampai dengan 20% dan antara 46% sampai

dengan 56% diberi nilai kredit 50, rasio antara 21% sampai dengan 25% dan

35% sampai dengan 45% diberi nilai kredit 75, dan untuk rasio 26% sampai

dengan 34% diberi nilai kredit 100.

b. Nilai kredit dikalikan dengan bobot 10% diperoleh skor penilaian

Contoh perhitungan adalah sebagai berikut:

Tabel 2.16
Perhitungan Kriteria Rasio Kas

Nilai Bobot
Rasio kas (%) Skor Kriteria
Kredit (%)
< 14 dan > 56 25 10 2,5 Tidak likuid
(14 – 20) dan (46 – 56) 50 10 5 Kurang likuid
(21 – 25) dan (35 – 45) 75 10 7,5 Cukup likuid
(26 – 34) 100 10 10 Likuid

Pengukuran rasio pembiayaan terhadap dana yang diterima ditetapkan

sebagai berikut:

a. Untuk rasio kas lebih kecil dari 50% diberi nilai kredit 25, untuk setiap

kenaikan rasio 25% nilai kredit ditambah dengan 25 sampai dengan

maksimum 100.

52
b. Nilai kredit dikalikan dengan bobot 5% diperoleh skor penilaian

Contoh perhitungan adalah sebagai berikut:

Tabel 2.17
Perhitungan Kriteria Rasio Pembiayaan

Rasio pembiayaan (%) Nilai Kredit Bobot (%) Skor Kriteria


< 50 25 5 1,25 Tidak likuid
51 – 75 50 5 2,50 Kurang likuid
76 – 100 75 5 3,75 Cukup likuid
>100 100 5 5 Likuid

f. Aspek Jati Diri Koperasi

Penilaian aspek jati diri koperasi dimaksudkan untuk mengukur keberhasilan

koperasi dalam mencapai tujuannya yaitu mempromosikan ekonomi anggota.

Aspek penilaian jati diri koperasi menggunakan 2 (dua) rasio, yaitu:

a. Rasio Promosi Ekonomi Anggota (PEA). Rasio ini mengukur kemampuan

koperasi memberikan manfaat efisiensi partisipasi dan manfaat efisiensi

biaya koperasi dengan simpanan pokok dan simpanan wajib, semakin tinggi

persentasenya semakin baik.

b. Rasio Partisipasi Bruto. Rasio partisipasi bruto adalah tingkat kemampuan

koperasi dalam melayani anggota, semakin tinggi/besar persentasenya

semakin baik. Partisipasi bruto adalah kontribusi anggota kepada koperasi

sebagai imbalan penyerahan jasa pada anggota yang mencakup beban pokok

dan partisipasi netto.

Pengukuran rasio Promosi Ekonomi Anggota ditetapkan sebagai berikut:

53
a. Untuk rasio lebih kecil dari 5% diberi nilai kredit 25 dan untuk setiap

kenaikan rasio 3% nilai kredit ditambah dengan 25 sampai dengan rasio lebih

besar dari 12% nilai kredit maksimum 100.

b. Nilai kredit dikalikan dengan bobot 5% diperoleh skor penilaian.

Contoh perhitungan sebagai berikut:

Tabel 2.18
Perhitungan Kriteria Rasio PEA

Nilai Bobot
Rasio PEA (%) Skor Kriteria
Kredit (%)
<5 25 5 1,25 Tidak bermanfaat
5 – 7,99 50 5 2,50 Kurang bermanfaat
8 – 11,99 75 5 3,75 Cukup bermanfaat
>12 100 5 5 Bermanfaat

Pengukuran rasio partisipasi bruto ditetapkan sebagai berikut:

a. Untuk rasio lebih kecil dari 25% diberi nilai kredit 25 dan untuk setiap

kenaikan rasio 25% nilai kredit ditambah dengan 25 sampai dengan rasio

lebih besar dari 75% nilai kredit maksimum 100.

b. Nilai kredit dikalikan dengan bobot 5% diperoleh skor penilaian

Contoh perhitungan sebagai berikut:

Tabel 2.19
Perhitungan Kriteria Rasio Partisipasi Bruto

Rasio Partisipasi Nilai


Bobot (%) Skor Kriteria
Bruto Kredit
< 25 25 5 1,25 Rendah
25 – 49 50 5 2,50 Kurang
50 – 75 75 5 3,75 Cukup
>75 100 5 5 Tinggi

54
g. Aspek Kemandirian dan Pertumbuhan

Penilaian terhadap kemandirian dan pertumbuhan didasarkan pada 3 (tiga)

rasio, yaitu Rentabilitas Aset, Rentabilitas Ekuitas, dan Kemandirian Operasional.

Rasio rentabilitas aset yaitu SHU sebelum zakat dan pajak dibandingkan

dengan total aset ditetapkan sebagai berikut:

a. Untuk rasio rentabilitas aset lebih kecil dari 5% diberi nilai kredit 25, untuk

setiap kenaikan rasio 2,5% nilai kredit ditambah 25 sampai dengan

maksimum 100.

b. Nilai kredit dikalikan dengan bobot 3% diperoleh skor penilaian.

Tabel 2.20
Perhitungan Kriteria Rasio Rentabilitas

Rasio Rentabilitas Aset Bobot


Nilai Kredit Skor Kriteria
(%) (%)
<5 25 3 0,75 Rendah
5 – 7,4 50 3 1,50 Kurang
7,5 – 10 75 3 2,25 Cukup
>10 100 3 3,00 Tinggi

Rasio rentabilitas ekuitas yaitu SHU bagian anggota dibandingkan total

ekuitas ditetapkan sebagai berikut:

a. Untuk rasio rentabilitas ekuitas lebih kecil dari 5% diberi nilai kredit 25,

untuk setiap kenaikan rasio 2,5% nilai kredit ditambah 25 sampai dengan

maksimum 100.

b. Nilai kredit dikalikan dengan bobot 3% diperoleh skor penilaian.

55
Tabel 2.21
Perhitungan Kriteria Rasio Rentabilitas Ekuitas

Rasio Rentabilitas Ekuitas Nilai Bobot


Skor Kriteria
(%) Kredit (%)
<5 25 3 0,75 Rendah
5 – 7,4 50 3 1,50 Kurang
7,5 – 10 75 3 2,25 Cukup
>10 100 3 3,00 Tinggi

Rasio kemandirian operasional yaitu pendapatan usaha dibandingkan biaya

operasional ditetapkan sebagai berikut:

a. Untuk rasio kemandirian operasional lebih kecil dari 100% diberi nilai kredit

25. Untuk setiap kenaikan rasio 25% nilai kredit ditambah 25 sampai dengan

maksimum 100.

b. Nilai kredit dikalikan dengan bobot 4% diperoleh skor penilaian.

Tabel 2.22
Perhitungan Kriteria Rasio Kemandirian Operasional

Rasio Kemandirian Operasional Nilai Bobot


Skor Kriteria
(%) Kredit (%)
<100 25 4 1 Rendah
100- 125 50 4 2 Kurang
126 – 150 75 4 3 Cukup
>150 100 4 4 Tinggi

h. Aspek Kepatuhan Prinsip Syariah

Penilaian aspek kepatuhan prinsip syariah dimaksudkan untuk menilai sejauh

mana prinsip syariah diterapkan/dipatuhi oleh KSPPS/USPPS koperasi dalam

melaksanakan aktivitasnya sebagai lembaga keuangan syariah. Penilaian kepatuhan

prinsip syariah dilakukan dengan perhitungan nilai kredit yang didasarkan pada

56
hasil kepada hasil penilaian atas jawaban pertanyaan sebanyak 10 buah dengan

bobot 10% berarti untuk setiap jawaban positif 1 memperoleh nilai kredit bobot 1.

Adapun pertanyaan-pertanyaan yang dianalisa dalam aspek kepatuhan prinsip

syariah ini adalah sebagai berikut:

1. Akad dilaksanakan sesuai tata cara syariah?

2. Penempatan dana pada bank syariah?

3. Adanya Dewan Pengawas Syariah?

4. Komposisi modal penyertaan dan pembiayaan berasal dari lembaga keuangn

syariah?

5. Pertemuan kelompok yang dihadiri Pengurus, Pengawas, dan Dewan Pengawas

Syariah, Pengelola, Karyawan, Pendiri dan Anggota yag diselenggarakan secara

berkala?

6. Manajemen KSPPS/USPPS Koperasi memiliki sertifikat pendidikan

pengelolaan lembaga keuangan syariah yang dikeluarkan oleh pihak yang

kompeten?

7. Frekuansi rapat Dewan Pengawas Syariah untuk membicarakan ketepatan pola

pembiayaan yang dijalankan pengelola dalam 1 tahun?

8. Dalam mengatasi pembiayaan bermasalah digunakan pendekatan syariah?

9. Meningkatnya titipan ZIS dari anggota?

10. Meningkatnya pemahaman anggota terhadap keunggulan sistem syariah dari

waktu ke waktu?

57
Dari pertanyaan-pertanyaan diatas, pembobotan penilaian pada aspek

kepatuhan prinsip syariah ini dapat dilihat pada tabel contoh perhitungan di bawah

ini:

Tabel 2.23
Perhitungan Kriteria Aspek Kepatuhan Prinsip Syariah

Positif Nilai Kredit Bobot Kriteria


1 1
2 2
3 3
4 4 0 – 2,50 Tidak patuh
5 5 2,51 – 5,00 Kurang patuh
6 6 5,01 – 7,50 Cukup patuh
7 7 7,51 – 10,00 Patuh
8 8
9 9
10 10

Penetapan kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah

dilakukan berdasarkan hasil perhitungan terhadap 8 (delapan) komponen diatas

diperoleh skor secara keseluruhan. Skor dimaksud dipergunakan untuk menetapkan

predikat tingkat kesehatan KSPPS/USPPS koperasi yang dibagi dalam 4 (empat)

golongan yaitu sehat, cukup sehat, dalam pengawasan, dan dalam pengawasan

khusus. Penetapan predikat tingkat kesehatan KSPPS/USPPS koperasi tersebut

adalah sebagai berikut:

Tabel 2.24
Predikat Tingkat Kesehatan

SKOR PREDIKAT
80,00 ≤ x ≤ 100 Sehat
66,00 ≤ x ≤ 80,00 Cukup Sehat
51,00 ≤ x ≤ 66,00 Dalam Pengawasan
0 < x < 51,00 Dalam Pengawasan Khusus

58
B. Penelitian Terdahulu

Sebagian besar penelitian terdahulu mengenai penilaian kesehatan ini hanya

terbatas pada studi kasus pada sebuah KSPPS atau BMT saja dengan aturan yang

sudah tidak berlaku lagi. Penelitian sebelumnya juga belum ada ditemukan untuk

menganalisis penilaian kesehatan koperasi pada suatu wilayah pemerintahan

dengan peraturan yang terbaru.

59
Tabel 2.25
Penelitian Terdahulu

Penelitian Hasil Penelitian


Judul Penelitian Metode Penelitian
(Tahun) (Kesimpulan)
Abdul Rahim Abdul Islamic microfinance: 1. Jenis Penelitian: Kualitatif Keuangan Islam menawarkan berbagai skema
Rahman an ethical alternative 2. Sumber Data: - dan instrumen etika yang dapat dikembangkan
to poverty allevation 3. Sampel: - dan disesuaikan dengan tujuan keuangan
Journal Humanomics 4. Metode Analisis: Penelitian ini mikro. Skema qardhul hasan, murabahah,
Vol.26 No.4, 2010 tidak melakukan pengujian dan ijarah relatif relatif mudah dikelola dan
Pp.284-295 secara empiris, hanya berupa akan menjamin kebutuhan modal (qardhul
penelitian konsepttual yang hasan), peralatan (murabahah) dan peralatan
melihat potensi skema sewaan untuk calon pengusaha mikro dan
pembiayaan syariah untuk masyarakat miskin. Skema partisipatif seperti
tujuan pembiayaan mikro. mudharabah dan musyarakah, di sisi lain,
memiliki potensi besar untuk tujuan keuangan
mikro karena skema ini dapat memenuhi
kebutuhan berbagi risiko bagi para pengusaha
mikro.
M. Nadratuzzaman Determinant Factors 1. Jenis Penelitian: Kualitatif Hasil penelitian ini menunjukan faktor
Hosen & Lia of the Successful of 2. Sumber Data: Interview dan penentu dari kesuksesan Baitul Maal wat
Syukriyah Sa’roni Baitul Maal Wat Kuesioner, dan Laporan Tamwil adalah kemampuan manajemen
Tamwil (BMT) Keuangan BMT Berkah keuangan, karakteristik pembiayaan nasabah,
International Journal Madani Cimanggis kemampuan manajemen risiko, keakraban
of Academic Research 3. Sampel: 80 Orang nasabah antara nasabah dengan tim manajemen BMT,
in Economics and BMT Berkah Madani teknologi informasi dan jaringan.
Management Sciences Cimanggis
(2012)

60
Penelitian Hasil Penelitian
Judul Penelitian Metode Penelitian
(Tahun) (Kesimpulan)
4. Metode Analisis: Metode ini
menggunakan analisis laporan
keuangan, analisis
karakteristik, analisis risiko,
analisis nilai dan sikap dari
pelanggan dan analisis
dukungan sistem bisnis BMT.
Alif Rohmaning Tyas Analisis Tingkat 1. Jenis Penelitian: Evaluatif Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat
(2014) Kesehatan Koperasi Deskriptif kesehatan KSP Mukti Bina Usaha tahun 2011
Simpan Pinjam Mukti 2. Sumber Data: Wawancara dan – 2013 berada dalam kategori cukup sehat
Bina Usaha Kelurahan Laporan Keuangan KSP Mukti dengan mendapatkan skor sebesar 68,02
Muktisari Kota Banjar Bina Usaha.
Jawa Barat Tahun 3. Sampel: KSP Mukti Bina
2011 – 2013 Usaha Kelurahan Muktisari
Kota Banjar Jawa Barat.
4. Metode Analisis: Analisis
deskriptif dengan berpedoman
pada Peraturan Menteri
Koperasi dan UKM No.
14/Per/M.KUKM/XII/2009.
Fauzia Ratih Ismaya, Analisis Kesehatan 1. Jenis Penelitian: Kuantitatif Hasil penelitian ini menemukan bahwa BMT
Hari Susanta dan Koperasi Jasa 2. Sumber Data: Laporan Tamzis Wonosobo pada semua faktor
Rodhiyah Keuangan Syariah Keuangan. CAMEL dalam kategori sehat kecuali pada
Menggunakan Motode 3. Sampel: BMT Tamzis faktor rentabilitas, karena pertumbuhan aktiva
CAMEL Pada Wonosobo yang terlalu tinggi yang menunnjukkan
banyaknya dana yang digunakan untuk

61
Penelitian Hasil Penelitian
Judul Penelitian Metode Penelitian
(Tahun) (Kesimpulan)
Jurnal Ilmu Baituttamwil Tamzis 4. Metode Analisis: Metode menambah aktiva dari tahun ke tahun
Administrasi Bisnis, Wonosobo analisis menggunakan CAMEL dibandingkan dengan dana yang disalurkan ke
Volume 3, No 1, 2014 yang menganalisis 5 aspek, masyarakat untuk pembiayaan bagi hasil.
yaitu aspek permodalan, aspek
kualitas aktiva produktif, aspek
manajemen, aspek rentabilitas
dan aspek likuiditas yang
berpedoman pada Keputusan
Menteri Negara Koperasi dan
UKM Republik Indonesia
No.96/Kep/M.KUKM/IX/2004.
Muhammad Akhyar The Effectiveness of 1. Jenis Penelitian: Kuantitatif Hasil penelitian ini menemukan bahwa BMT
Adnan dan Shochrul Baitul Maal wat 2. Sumber Data: Interview secara efektif dapat mengurangi kemiskinan,
Rohmatul Ajija Tamwil in Reducing 3. Sampel: 200 nasabah BMT karena pembiayaan yang diberikan oleh BMT
Poverty: The Case of MMU Sidogiri dapat mengurangi kemiskinan melalui
Humanomics Vol.31 Indonesian Islamic 4. Metode Analisis: Analisis peningkatan pendapatan rumah tangga
No. 2, 2015 Pp. 160- Microfinance deskriptif statistik dengan pelanggan. Tingkat kemiskinan yang diukur
182 Institution beberapa pengukuran yaitu dengan beberapa indeks, yaitu headcount
headcount ratio (HC), ratio (HC), Kesenjangan Kemiskinan, Sen
Kesenjangan Kemiskinan, Sen Indeks dan Foster, Greer dan Thorbecke
Indeks dan Foster, Greer dan (FGT) Indeks juga menemukan bahwa
Thorbecke (FGT) Indeks pembiayaan yang disalurkan oleh BMT dapat
mengurangi tingkat kemiskinan masyarakat.
Hasmayati Analisis Penilaian 1. Jenis Penelitian: Deskriptif Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Kesehatan Koperasi Kuantitatif tingkat kesehatan KJKJ BMT At Taqwa
Jasa Keuangan melalui perhitungan delapan aspek

62
Penelitian Hasil Penelitian
Judul Penelitian Metode Penelitian
(Tahun) (Kesimpulan)
Jurnal Riset Syariah Berbasis 2. Sumber Data: Kuesioner dan menunjukkan KJKS BMT At Taqwa berada
Manajemen dan Masjid (Studi Kasus wawancara dan Laporan pada level cukup segat dan dengan
Bisnis, Vol.1, No.2, Koperasi Jasa Keuangan KJKS BMT At- dipengaruhi oleh faktor-faktor dari tujuh rasio
Oktober 2016: Keuangan Syariah Taqwa keuangan yang memberikan pengaruh
163:170 Baitul Mal Tamwil 3. Sampel: BMT At Taqwa terhadap tingkat kesehatan koperasi tersebut
At-Taqwa – Masjid 4. Metode Analisis: Analisis yaitu rasio NPF, rasio portofolio pembiayaan
At-Taqwa dalam penelitian ini berisiko, rasio kelembagaan, rasio aktiva tetap
Kemanggisan Jakarta) menggunakan deskriptif terhadap total asset, rasio ROE, rasio
kuantitatif dengan analisis partisipasi bruto dan rasio partisipas anggota.
penilaian kesehatan dan
deskriptif kualitatif melalui
survey kepuasan konsumen.

63
C. Kerangka Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian, maka secara skematis

dapat dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut:

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Penelitian

Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan


Syariah Kota Tangerang Selatan

Analisis Tingkat Kesehatan dengan Berpedoman pada Peraturan


Deputi Bidang Pengawasan K. KUKM No.
07/Per/Dep/6/IV/2016

Kualitas
Permodalan Aktiva Manajemen Efisiensi Likuiditas
Produktif

Kemandirian
Jati Diri Prinsip
dan
Koperasi Syariah
Pertumbuhan

Hasil Analisis

Dalam Dalam Pengawasan


Sehat Cukup Sehat Pengawasan Khusus

64
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif

dilakukan untuk mengetahui dan menjelaskan karakteristik yang diteliti dalam

suatu situasi (Sekaran, 2014). Pada penelitian ini, penelitian deskriptif ini bertujuan

untuk mengetahui keadaan kesehatan dari koperasi simpan pinjam dan pembiayaan

syariah (KSPPS) di Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini hanya mendeskripsikan

informasi apa adanya sesuai dengan aspek-aspek kesehatan yang diteliti.

Dalam penelitian ini objek yang diteliti adalah kesehatan Koperasi Simpan

Pinjam dan Pembiayaan Syariah yang terdapat di Kota Tangerang Selatan. Dalam

penilaian kesehatan, penelitian ini mengikuti pedoman yang dikeluarkan oleh

Deputi Bidang Pengawasan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah

No. 07/Per/Dep.6/IV/2016.

Hasil penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk melakukan perbaikan dan

pengawasan kepada koperasi-koperasi yang telah dinilai. Berdasarkan data hasil

penelitian ini, pengambil kebijakan dalam hal ini Dinas Koperasi dan UKM Kota

Tangerang Selatan dapat memperbaiki pengawasan yang harus dilakukan terhadap

koperasi-koperasi yang berada di wilayahnya.

Dalam penelitian ini, data yang digunakan merupakan jenis data sekunder

berupa laporan pertanggungjawaban pengurus yang disampaikan dalam Rapat

65
Anggota Tahunan (RAT) dan laporan keuangan KSPPS tahun 2015. Data sekunder

merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung

melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data Sekunder

umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam

arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak di publikasikan. Data

sekunder umumnya digunakan dalam penelitian arsip (archival research) yang

memuat kejadian masa lalu (historis) (Indrianto, Nur, & Supomo, 2002). Data

sekunder dapat diperoleh melalui sumber yang ada dan data tidak perlu dikumpulan

sendiri oleh peneliti.

B. Metode Penentuan Sampel

Koperasi yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah Koperasi Simpan

Pinjam dan Pembiayaan Syariah yang terdaftar di Dinas Koperasi dan UKM Kota

Tangerang Selatan. Dalam studi kualitatif (Qualitative study) dapat menggunakan

sampel yang kecil. Dalam penelitian ini metode penentuan sampel yang digunakan

adalah purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan oleh peneliti

untuk tujuan tertentu dengan pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan

tertentu (Sekaran, 2014).

Adapun kriteria-kriteria pengambilan sampel dalam penelitian ini antara lain:

1. Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) / Baitul Maal wat

Tamwil yang terdaftar di Dinas Koperasi dan UKM Kota Tangerang Selatan.

66
2. Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) / Baitul Maal wat

Tamwil yang menyerahkan Laporan Rapat Anggota Tahunan (RAT) tahun

buku 2015 ke Dinas Koperasi dan UKM Kota Tangerang Selatan.

3. Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) / Baitul Maal wat

Tamwil yang menyajikan data laporan keuangan tahun 2015 dan 2014 pada

Laporan Rapat Anggota Tahunan (RAT) tahun buku 2015.

Pertimbangan-pertimbangan ini dibuat untuk menghasilkan sampel yang

dapat mewakili populasi yang sebenarnya.

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode studi dokumentasi, karena data yang dikumpulkan dalam penelitian ini

merupakan jenis data sekunder. Kajian atau studi dokumentasi ini membantu

penelitian dalam mengumpulkan data atau informasi dengan cara membaca surat-

surat, pengumuman, ikhtisar rapat, pernyataan tertulis kebijakan tertentu dan

bahan-bahan tulisan lainnya (Sarwono, 2006).

Data yang digunakan berupa data sekunder yaitu laporan pertanggungawaban

pengurus yang disampaikan dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT) dan Laporan

Keuangan KSPPS Tahun 2015. Data diperoleh melalui perizinan kepada Dinas

Koperasi dan UKM Kota Tangerang Selatan.

67
D. Metode Analisis Data

Teknik analisi data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif

dengan analisis penilaian kesehatan yang berpedoman pada Peraturan Deputi

Bidang Pengawasan Kementerian Koperasi dan UKM No. 07/Per/Dep.6/IV/2016

dengan rincian sebagai berikut:

1. Penilaian Aspek dan Komponen Kesehatan KSPPS

Penilaian kesehatan KSPPS/USPPS koperasi meliputi penilaian terhadap

aspek permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, efisiensi, likuiditas,

kemandirian dan pertumbuhan, jatidiri koperasi dan prinsip syariah. Penilaian

terhadap aspek-aspek tersebut diberikan bobot penilaian sesuai dnegan besarnya

yang berpengaruh terhadap kesehatan KSPPS/USPPS koperasi tersebut. Penilaian

dilakukan dengan menggunakan sistem nilai kredit atau reward system yang

dinyatakan dalam nilai kredit 0 sampai dengan 100. Bobot penilaian terhadap aspek

dan komponen kesehatan tersebut ditetapkan sebagai berikut:

Tabel 3.1
Aspek Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan
Syariah (KSPPS)

Bobot
Aspek yang Penilaian
No. Komponen
dinilai dalam
(%)
a. Rasio modal sendiri terhadap total aset

𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑆𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖 5
1. Permodalan × 100% 10
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡

b.Rasio kecukupan modal (CAR)


5

68
Bobot
Aspek yang Penilaian
No. Komponen
dinilai dalam
(%)
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔
× 100%
𝐴𝑇𝑀𝑅
a.Rasio tingkat pembiayaan dan putang bermasalah
terhadap jumlah piutang dan pembiayaan

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑛 𝑝𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ


10
𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛

b.Rasio portofolio pembiayaan berisiko


Kualitas
2. Aktiva 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑜𝑟𝑡𝑜𝑓𝑜𝑙𝑖𝑜 𝐵𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖𝑘𝑜 5 20
× 100%
Produktif 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛

c.Rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif


(PPAP)
5
𝑃𝑃𝐴𝑃
× 100%
𝑃𝑃𝐴𝑃𝑊𝐷

a.Manajemen Umum 3
b. Kelembagaan 3
3. Manajemen c. Manajemen permodalan 3 15
d. Manajemen Aktiva 3
e. Manajemen Likuiditas 3
a.Rasio biaya operasional pelayanan terhadap
partisipasi bruto

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑎𝑛 4


𝑥 100%
𝑃𝑎𝑟𝑡𝑖𝑠𝑖𝑝𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑟𝑢𝑡𝑜

b. Rasio aktiva tetap terhadap total aset


4. Efisiensi 10
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝 4
× 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡

c. Rasio Efisiensi Pelayanan

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐺𝑎𝑗𝑖 𝑑𝑎𝑛 𝐻𝑜𝑛𝑜𝑟 𝐾𝑎𝑟𝑦𝑎𝑤𝑎𝑛 2


× 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛
a.Cash rasio
5. Likuiditas 10 15

69
Bobot
Aspek yang Penilaian
No. Komponen
dinilai dalam
(%)
𝐾𝑎𝑠 + 𝐵𝑎𝑛𝑘
× 100%
𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
b.Rasio pembiayaan terhadap dana yang diterima

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 5
× 100%
𝐷𝑎𝑛𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎
a.Rasio partisipasi bruto

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑟𝑡𝑖𝑠𝑖𝑝𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑟𝑢𝑡𝑜


5
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑟𝑡𝑖𝑠𝑖𝑝𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑟𝑢𝑡𝑜 + 𝑇𝑟𝑎𝑛𝑠𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑁𝑜𝑛 𝐴𝑛𝑔𝑔𝑜𝑡𝑎
× 100%

b. Rasio partisipasi ekonomi anggota (PEA)


Jatidiri
6. 10
Koperasi 𝑀𝐸𝑃 + 𝑆𝐻𝑈 𝐵𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛 𝐴𝑛𝑔𝑔𝑜𝑡𝑎
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑃𝑜𝑘𝑜𝑘 + 𝑆𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑊𝑎𝑗𝑖𝑏
× 100% 5

MEP = Manfaat Ekonomi Partisipasi


PEA = Partisipasi Ekonomi Anggota

a. Rentabilitas Aset
𝑆𝐻𝑈 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑁𝑖𝑠𝑏𝑎ℎ, 𝑍𝑎𝑘𝑎𝑡 𝑑𝑎𝑛 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑥 100% 3
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡

Kemandirian b. Rentabilitas Ekuitas


7. dan 𝑆𝐻𝑈 𝑏𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑎𝑛𝑔𝑔𝑜𝑡𝑎 10
𝑥 100% 3
Pertumbuhan 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠

c. Kemandirian Operasional Pelayanan


𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑈𝑠𝑎ℎ𝑎 4
𝑥 100%
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑎𝑛
Kepatuhan
8. Prinsip Pelaksanaan prinsip-prinsip syariah 10 10
Syariah
TOTAL 100

70
2. Penilaian Tingkat Kesehatan KSPPS

Penetapan tingkat kesehatan KSPPS/USPPS Koperasi dilakukan berdasarkan

perhitungan pada 8 (delapan) aspek, sehingga diperoleh skor secara keseluruhan.

Skor dimaksud dipergunakan untuk menetapkan predikat tingkat kesehatan

KSPPS/USPPS koperasi yang dibagi dalam 4 (empat) golongan yaitu sehat, cukup

sehat, kurang sehat, dan tidak sehat.

Penetapan predikat tingkat kesehatan KSPPS/USPPS koperasi tersebut adalah

sebagai berikut:

Tabel 3.2
Predikat Tingkat Kesehatan KSPPS Koperasi

SKOR PREDIKAT
80,00 ≤ x ≤ 100 Sehat
66,00 ≤ x ≤ 80,00 Cukup Sehat
51,00 ≤ x ≤ 66,00 Dalam Pengawasan
0 ≤ x ≤ 51,00 Dalam Pengawasan Khusus
Sumber: (Permen KUKM No. 07/Per/Dep.6/IV/2016)

71
BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

Dalam menganalisis tingkat kesehatan KSPPS Koperasi, penelitian ini

menggunakan analisis deskriptif seperti yang dilakukan oleh beberapa penelitian-

penelitian terdahulu yang sama dengan penelitian ini. Namun berbeda dengan

penelitian sebelumnya, terdapat beberapa penyesuaian yang dilakukan dalam

penelitian ini, salah satunya dengan menggunakan peraturan terbaru yang di

keluarkan oleh Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah yaitu

Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan

Menengah Nomor 07/Per/Dep.6/IV/2016.

Analisis yang dilakukan pada penelitian ini hanya dibatasi pada Koperasi

Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah/Baitul Maal wat Tamwil yang

menyerahkan Laporan Rapat Anggota Tahunan (RAT) tahun buku 2015 yang juga

mencantumkan posisi keuangan pada tahun 2014. Objek penelitian dipilih dengan

menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria-kriteria sebagai berikut:

1. Koperasi simpan pinjam dan pembiayaan syariah (KSPPS) / Baitul Maal wat

Tamwil yang terdata di Dinas Koperasi dan UKM Kota Tangerang Selatan.

2. Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) / Baitul Maal

Wat Tamwil yang menyerahkan Laporan Rapat Anggota Tahunan (RAT)

tahun buku 2015 ke Dinas Koperasi dan UKM Kota Tangerang Selatan.

72
3. Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) / Baitul Maal wat

Tamwil yang menyajikan data laporan keuangan tahun 2015 dan 2014 pada

Laporan Rapat Anggota Tahunan (RAT) tahun buku 2015.

Adapun proses seleksi sampel berdasarkan kriteria-kriteria yang telah

ditetapkan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1
Proses Seleksi Sampel dengan Kriteria

Kriteria Jumlah
Total koperasi simpan pinjam dan pembiayaan syariah 13
(KSPPS) / Baitul Maal wat Tamwil yang terdata di Dinas
Koperasi dan UKM Kota Tangerang Selatan
Koperasi yang tidak menyerahkan laporan rapat anggota (3)
tahunan tahun buku 2015
Koperasi yang tidak mencantumkan laporan keuangan tahun (2)
2014 pada laporan rapat anggota tahunan tahun buku 2015
Jumlah koperasi yang digunakan untuk penelitian 8
Jumlah keseluruhan sampel (hanya 1 tahun) 8
Sumber: Data diolah sendiri

Adapun KSPPS Koperasi / BMT yang menjadi objek dalam penelitian ini

yaitu BMT Syahida IKALUIN, BMT Al Jibaal, BMT Al Fath IKMI, BMT Al

Bayan, BMT Al Ittihad, BMT Al Munawwarah, dan BMT Bumi Syariah. Informasi

mengenai profil dari koperasi yang menjadi objek penelitian pada penelitian ini

dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

73
Tabel 4.2
Profil Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Kota Tangerang
Selatan

Tahun
No Nama KSPPS Akta Pendirian
Pendirian
1. BMT Syahida Ikaluin 518/163/BH/XI.08/Kop.UKM 13 Mei 2014
9 Desember
2. BMT Al Jibaal 243/BH/KDK.10.4/XII/1998
1998
3. BMT Al Fath IKMI 650/BH/KWK.10/VI/1998 29 Juni 1998
4. BMT Al Bayan 2/BH/KDK.10.4/I/1999 4 Januari 1999
5. BMT Al Ittihad 518/23/BH/Koperasi 2 Mei 2006
BMT Al
6. 518/26/BH/DisKUK -
Munawwarah
7. BMT Bumi Syariah 518/119/BH/XI.08/KOP.UKM -
12 Februari
8. BMT Mekar Da’wah 01/KSU-SMD/II/2004
2004

B. Hasil dan Pembahasan

1. Analisis Aspek Permodalan

Aspek pertama penilaian kesehatan KSPPS Koperasi adalah aspek

permodalan. Penilaian aspek permodalan dilakukan dengan menggunakan dua rasio

permodalan yaitu rasio perbandingan modal sendiri dengan total aset dan rasio

kecukupan modal (CAR). Rasio perbandingan modal sendiri terhadap total aset

bertujuan untuk mengukur kemampuan KSPPS Koperasi dalam menghimpun

modal sendiri dibandingkan dengan aset yang dimiliki. Sedangkan Rasio

Kecukupan Modal atau capital adequacy ratio (CAR) diliakukan agar KSPPS

Koperasi melakukan pengembangan usaha yang sehat dan dapat menanggung risiko

kerugian dalam batas-batas tertentu.

Dari data-data sekunder yang telah didapatkan, maka dapat dilihat hasil dari

rasio-rasio pada aspek permodalan KSPPS Koperasi / BMT Kota Tangerang

Selatan pada tabel di bawah ini:

74
Tabel 4.3
Hasil Perhitungan Rasio Modal Sendiri terhadap Total Aset dan Rasio CAR

Rasio (%)
No. Nama KSPPS/BMT Rasio Modal Sendiri
CAR
terhadap Total Aset
1. BMT Syahida Ikaluin 34,07 36,37
2. BMT Al Jibaal 21,13 32,58
3. BMT Al Fath IKMI 9,77 8,53
4. BMT Al Bayan 24,14 25,98
5. BMT Al Ittihad 15,78 14,75
6. BMT Al Munawwarah 11,54 10,39
7. BMT Bumi Syariah 29,54 30,76
8. BMT Mekar Da’wah 7,86 8,02
Sumber: Data sekunder yang diolah

Dari tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan rasio yang terjadi

pada setiap KSPPS/BMT. Pada KSPPS Koperasi, rasio modal sendiri terhadap total

asset dianggap sehat apabila nilainya maksimal 20% yang artinya koperasi tersebut

telah mampu menumbuhkan kepercayaan anggotanya untuk menyimpan di

koperasi tersebut. Selain itu sebuah lembaga keuangan dikatakan sehat apabila nilai

CAR mencapai 8% atau lebih yang artinya Aktiva Tertimbang Menurut Risiko

(ATMR) dijamin oleh modal sendiri sebesar 8%, dan apabila sebuah koperasi

memiliki nilai CAR di atas 8% maka menunjukkan koperasi tersebut semakin sehat.

Dari tabel 4.3 di atas dapat dilihat BMT Syahida IKALUIN pada Rasio modal

sendiri terhadap total asset memiliki nilai rasio sebesar 34,07% dan pada rasio

kecukupan modal (CAR) memiliki rasio 36,37%. Lalu, BMT Al Jibaal pada rasio

modal sendiri terhadap total aset memiliki nilai sebesar 21,13% dan pada rasio

kecukupan modal memiliki nilai rasio sebesar 32,58%. Kemudian, BMT Al Fath

IKMI memiliki nilai 9,77% pada rasio modal sendiri terhadap total aset dan

memiliki nilai sebesar 8,53%. Selanjutnya, BMT Al Bayan memiliki nilai 24,14%

75
pada rasio modal sendiri terhadap total aset dan memiliki nilai 25,98% pada rasio

kecukupan modal. Selanjutnya, BMT Al Ittihad memiliki nilai rasio sebesar 15,78%

pada rasio modal sendiri terhadap total aset dan pada rasio kecukupan modal (CAR)

memiliki nilai 14,57%. Kemudian, BMT Al Munawwarah pada rasio sendiri

terhadap total aset memiliki nilai rasio sebesar 11,54% dan pada rasio kecukupan

modal (CAR) memiliki nilai 10,39%. Selanjutnya, BMT Bumi Syariah memiliki

nilai sebesar 29,54% pada rasio modal sendiri terhadap total aset dan sebesar

30,76% pada rasio kecukupan modal. Terakhir, BMT Mekar Da’wah memiliki nilai

7,86% pada rasio modal sendiri terhadap total aset dan 8,02% pada rasio kecukupan

modal.

Dari 8 koperasi yang menjadi objek pada penelitian ini, terdapat 4 koperasi

yang memiliki nilai rasio modal sendiri terhadap total aset lebih dari 20% yang

berarti koperasi-koperasi ini telah dipercaya oleh nasabah dalam menyimpan dana

di koperasi tersebut, dan pada rasio kecukupan modal (CAR) seluruh koperasi yang

menjadi objek dalam penelitian ini memiliki nilai di atas 8% yang artinya koperasi

tersebut semakin sehat. Perhitungan ini menjadi langkah awal dalam melakukan

penilaian kesehatan terhadap setiap koperasi. Penilaian kesehatan atas setiap rasio

pada aspek permodalan ini dapat dilihat pada tabel berikut:

76
Tabel 4.4
Analisis Penilaian Kesehatan KSPPS - Aspek Permodalan

No. Nama KSPPS Rasio (%) Nilai Kredit Bobot Skor Predikat
1. BMT Syahida IKALUIN
a. Rasio Modal Sendiri : Total Aset 34,07 100 5% 5 Sehat
b. CAR 36,37 100 5% 5 Sehat
Total 10
2. BMT Al Jibaal
a. Rasio Modal Sendiri : Total Aset 21,13 100 5% 5 Sehat
b. CAR 32,58 100 5% 5 Sehat
Total 10
3. BMT Al Fath IKMI
a. Rasio Modal Sendiri : Total Aset 9,77 25 5% 1,25 Tidak Sehat
b. CAR 8,53 100 5% 5 Sehat
Total 6,25
4. BMT Al Bayan
a. Rasio Modal Sendiri : Total Aset 24,14 100 5% 5 Sehat
b. CAR 25,98 100 5% 5 Sehat
Total 10
5. BMT Al Ittihad
a. Rasio Modal Sendiri : Total Aset 15,78 75 5% 3,75 Cukup Sehat
b. CAR 14,75 100 5% 5 Sehat
Total 8,75
6. BMT Al Munawwarah
a. Rasio Modal Sendiri : Total Aset 11,54 50 5% 2,5 Kurang Sehat
b. CAR 10,39 100 5% 5 Sehat

77
No. Nama KSPPS Rasio (%) Nilai Kredit Bobot Skor Predikat
Total 7,5
7. BMT Bumi Syariah
a. Rasio Modal Sendiri : Total Aset 29,54 100 5% 5 Sehat
b. CAR 30,76 100 5% 5 Sehat
Total 10
8. BMT Mekar Da’wah
a. Rasio Modal Sendiri : Total Aset 7,86 50 5% 2,5 Kurang Sehat
b. CAR 8,02 100 5% 5 Sehat
Total 7,5
Sumber: Data Sekunder yang diolah.

78
Analisis pada tabel 4.4 menunjukkan penilaian kesehatan KSPPS Kota

Tangerang Selatan pada tahun 2015 pada Aspek Permodalan. Pada aspek

permodalan ini, skor maksimal yang mampu didapatkan oleh setiap KSPPS/BMT

adalah 10. Dari 8 KSPPS/BMT, 4 diantaranya mendapatkan skor maksimal, yaitu

BMT Syahida Ikaluin, BMT Al Jibaal, BMT Al Bayan, dan BMT Bumi Syariah.

BMT Syahida Ikaluin mendapatkan skor sebesar 5 pada rasio modal sendiri

terhadap total aset yang berarti mendapatkan predikat sehat, dan pada rasio CAR

mendapatkan skor 5 yang berarti mendapatkan predikat sehat. Sehingga pada aspek

permodalan ini BMT Syahida Ikaluin mendapatkan skor sebesar 10. Berdasarkan

laporan keuangan dan data yang diperoleh dari Dinas Koperasi dan UKM Kota

Tangerang selatan, BMT Syahida Ikaluin mengalami peningkatan pada sisi modal

sendiri yaitu dari Rp. 117.500.000 pada tahun 2014, menjadi Rp. 153.706.288 pada

tahun 2015. Peningkatan modal ini berasal dari naiknya simpanan pokok dan

simpanan wajib yang juga mempengaruhi rasio kecukupan modal.

BMT Al Jibaal mendapatkan skor sebesar 5 untuk rasio modal sendiri

terhadap total aset dan skor 5 untuk rasio CAR, yang berarti mendapatkan predikat

sehat untuk kedua rasio Sehingga pada aspek permodalan ini BMT Al Jibaal

mendapatkan total skor sebesar 10. Berdasarkan laporan keuangan dan data yang

diperoleh dari Dinas Koperasi dan UKM Kota Tangerang Selatan, BMT Al Jibaal

mengalami kenaikan yang signifikan pada sisi modal sendiri. Modal BMT Al Jibaal

pada tahun 2014 sebesar Rp. 168.213.848 dan pada tahun 2015 naik hingga senilai

Rp. 396.674.298. Kenaikan modal dari BMT Al Jibaal ini karena adanya modal

penyertaan sebesar Rp. 154.130.000 yang diterima BMT Al Jibaal dari Program

79
Dompetku Indosat. Modal penyertaan ini adalah salah satu komponen penting jika

KSPPS/BMT tidak mampu mengembangkan modal dari anggota koperasi itu

sendiri, karena modal penyertaan ini didapatkan dari pemodal diluar anggota

koperasi. Selain itu sisi simpanan wajib juga mengalami peningkatan yaitu Rp.

59.880.000 pada tahun 2014 menjadi Rp. 115.180.000 pada tahun 2015, hal ini

dikarenakan BMT Al Jibaal mengambil kebijakan untuk menaikkan dana simpanan

wajib anggota dari Rp 15.000/bulan menjadi Rp. 25.000/bulan.

Pada aspek ini BMT Al Fath IKMI mendapatkan skor sebesar 1,25 pada rasio

modal sendiri terhadap total aset yang berarti memiliki predikat tidak sehat dan

pada rasio kecukupan modal (CAR) mendapatkan skor sebesar 5 yang berarti sehat,

sehingga pada aspek permodalan ini BMT Al Fath IKMI mendapatkan skor sebesar

6,25. Dilihat dari Laporan Keuangan BMT Al Fath yang diperoleh dari Dinas

Koperasi dan UKM Kota Tangerang Selatan, permodalan BMT Al Fath IKMI

mengalami peningkatan, yaitu dari Rp. 2.279.520.445 pada tahun 2014 menjadi Rp.

2.622.030.013 pada tahun 2015, begitu pula pada sisi aset juga mengalami

peningkatan, yaitu sebesar Rp. 21.875.834.074 pada tahun 2014 menjadi Rp.

26.833.342.866 pada tahun 2015. Namun peningkatan aset ini tidak sebanding

dengan peningkatan modal, sehingga nilai rasio permodalan pada BMT ini masih

berada pada predikat cukup baik.

BMT Al Bayan mendapatkan skor sebesar 5 untuk kedua rasio pada aspek

permodalan ini, yang berarti mendapatkan predikat sehat untuk kedua rasio

tersebut. Sehingga pada aspek permodalan ini mendapatkan total skor sebesar 10.

Dari Laporan Keuangan yang diperoleh, dapat dilihat sisi permodalan BMT Al

80
Bayan mengalami peningkatan, khususnya di komponen simpanan wajib, cadangan

umum dan SHU tahun berjalan. Simpanan wajib naik sebesar Rp. 3.000.000,

cadangan umum naik sebesar Rp. 26.446.702, dan SHU tahun berjalan naik sebesar

Rp. 24.146.039.

BMT Al Ittihad mendapatkan skor sebesar 3,75 pada rasio modal sendiri

terhadap total aset yang berarti memiliki predikat cukup sehat dan pada rasio

kecukupan modal mendapatkan skor sebesar 5 yang berarti mendapatkan predikat

sehat. Meskipun belum mampu mendapatkan skor maksimal pada rasio modal

sendiri terhadap total aset, namun secara umum pada aspek permodalan ini BMT

Al Ittihad mendapatkan predikat sehat. Dilihat dari laporan keuangan yang

diperoleh dari Dinas Koperasi dan UKM Kota Tangerang Selatan, pertumbuhan

modal BMT Al Ittihad baik, dapat dilihat dari kenaikan modal sendiri yang dimiliki,

yaitu dari Rp. 694.154.613 pada tahun 2014 menjadi Rp. 717.804.353 pada tahun

2015. Namun pada sisi aset, BMT Al Ittihad mengalami penurunan yaitu dari Rp.

5.294.190.920 pada tahun 2014, menjadi Rp. 4.548.595.969.

BMT Al Munawwarah mendapatkan skor 2,5 pada rasio modal sendiri

terhadap total aset, yang berarti pada rasio ini mendapatkan predikat kurang sehat

dan pada rasio kecukupan modal mendapatkan skor sebesar 5, yang berarti

mendapatkan predikat sehat, sehingga secara umum BMT Al Munawwarah

mendapatkan predikat cukup sehat pada aspek permodalan. Dari Laporan

Keuangan yang diperoleh dari Dinas Koperasi dan UKM Kota Tangerang Selatan,

modal BMT Al Munawwarah mengalami penurunan sebesar 4% dari tahun 2014.

Hal ini terjadi dikarenakan menurunnya saldo modal penyertaan. Modal penyertaan

81
ini merupakan salah satu komponen yang berpengaruh dalam permodalan BMT.

Pada BMT Al Munawwarah ini, modal penyertaan turun hingga 47% dari Rp.

573.000.000 pada tahun 2014 menjadi Rp. 302.500.001 pada tahun 2015.

BMT Bumi Syariah, mendapatkan skor sebesar 5 untuk kedua rasio pada

aspek ini, yang berarti mendapatkan predikat sehat untuk kedua rasio tersebut.

Sehingga pada aspek permodalan ini BMT Bumi Syariah mendapatkan skor sebesar

10. Dari laporan keuangan yang diperoleh dari Dinas Koperasi dan UKM Kota

Tangerang Selatan, permodalan BMT Bumi Syariah mengalami penurunan. Pada

tahun 2014 modal BMT Bumi Syariah sebesar Rp. 139.912.000 dan pada tahun

2015 sebesar Rp 79.633.800. Meskipun modal yang dimiliki turun, namun sisi

permodalan BMT Bumi Syariah ini masih baik karena modal yang dimiliki

memiliki nilai yang lebih besar dari piutang macet yang diberikan.

BMT Mekar Da’wah mendapatkan skor sebesar 2,5 pada rasio modal sendiri

terhadap total aset, yang berarti mendapatkan predikat kurang sehat dan

mendapatkan skor sebesar 5 pada rasio kecukupan modal, yang berarti

mendapatkan predikat sehat, sehingga secara umum pada aspek permodalan ini

BMT Mekar Da’wah mendapatkan predikat cukup sehat. Dari data laporan

keuangan yang diperoleh dari Dinas Koperasi dan UKM Kota Tangerang Selatan,

dapat dilihat sisi permodalan BMT Mekar Da’wah cukup memiliki risiko, karena

aktiva produktif yang dimiliki lebih besar bersumber dari kewajiban yang dimiliki,

yaitu simpanan-simpanan yang mungkin berasal dari anggota maupun diluar

anggota koperasi. Meskipun pertumbuhan modal dari tahun 2014 ke tahun 2015

82
cukup baik yaitu naik 17,23%, namun tingkat modal ini harus terus dinaikkan agar

permodalan koperasi ini semakin meningkat.

Hal yang perlu menjadi perhatian pada aspek permodalan ini adalah terdapat

beberapa koperasi yang belum mampu mendapatkan predikat sehat pada rasio

modal sendiri terhadap total aset. Aset yang dimiliki oleh KSPPS/BMT lebih

banyak disokong dari sisi kewajiban dimana dalam hal ini adalah simpanan diluar

simpanan pokok dan simpanan wajib. Hal ini tentunya menjadi sebuah hal yang

memiliki risiko tinggi ketika dana simpanan (kewajiban bagi KSPPS) ditarik oleh

pemilik dana atau nasabah. Pada saat yang sama pembiayaan yang diberikan oleh

KSPPS koperasi sulit untuk ditagih. Dengan demikian disarankan kepada KSPPS

Koperasi/BMT yang memiliki rasio modal sendiri terhadap total aset yang kecil

untuk dapat menambahkan modal sendiri KSPPS Koperasi/BMT untuk

menghindari hal yang tidak diinginkan. Peningkatan modal sendiri ini dapat

dilakukan dengan cara menaikkan jumlah simpanan pokok anggota koperasi,

simpanan wajib anggota koperasi ataupun menyisihkan sebagian besar Selisih Hasil

Usaha (SHU) Koperasi sebagai dana cadangan umum koperasi. Selain dari

menaikkan jumlah simpanan pokok dan simpanan wajib anggota, modal sendiri

juga dapat dinaikkan dengan pencarian modal penyetaraan dari pemodal. Hal ini

dapat dilakukan agar struktur modal dari koperasi semakin kuat sehingga dapat

meningkatkan kegiatan usaha koperasi.

2. Analisis Aspek Kualitas Aktiva Produktif

Penilaian pada aspek kualitas aktiva produktif berdasarkan pada tiga rasio,

yaitu Rasio Tingkat Piutang dan Pembiayaan Bermasalah terhadap Jumlah Piutang

83
dan Pembiayaan, Rasio Portofolio terhadap Piutang dan Pembiayaan Berisiko, dan

Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) terhadap Penyisihan

Penghapusan Aktiva Produktif Yang Wajib Dibentuk (PPAPWD).

Hasil perhitungan rasio-rasio pada kualitas aktiva produktif ini dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 4.5
Hasil Perhitungan Rasio Tingkat Piutang dan Pembiayaan Bermasalah
terhadap Jumlah Piutang dan Pembiayaan, Rasio Portofolio Berisiko dan
Rasio PPAP

Rasio Tingkat Rasio


Rasio
No Entitas Pembiayaan dan Portofolio
PPAP
Piutang Bermasalah Berisiko
1. BMT Syahida Ikaluin 20,00 8,13 5,98
2. BMT Al Jibaal 4,00 0,66 1,10
3. BMT Al Fath IKMI 7,23 1,86 74,21
4. BMT Al Bayan 3,83 4,50 75,00
5. BMT Al Ittihad 10,00 4,25 144,53
6. BMT Al Munawwarah 20,00 8,13 16,17
7. BMT Bumi Syariah 23,60 8,13 9,73
8. BMT Mekar Da’wah 4,00 12,00 7,02

Dari tabel 4.5 di atas, dapat dilihat hasil perhitungan yang didapatkan oleh

setiap KSPPS Koperasi pada aspek kualitas aktiva produktif. BMT Syahida Ikaluin

mendapatkan nilai sebesar 20% pada rasio tingkat pembiayaan dan piutang

bermasalah, 8,13% pada rasio portofolio berisiko dan 5,98% pada rasio penyisihan

penghapusan aktiva produktif (PPAP). Selanjutnya, BMT Al Jibaal mendapatkan

hasil 4% untuk rasio tingkat pembiayaan dan piutang bermasalah, 0,66% untuk

rasio portofolio berisiko, dan 1,10% untuk rasio PPAP. Kemudian, BMT Al Fath

IKMI mendapatkan hasil 7,23% untuk rasio tingkat pembiayaan dan piutang

bermasalah, 1,86% untuk rasio aktiva produktif, dan 74,21% untuk rasio PPAP.

84
Selanjutnya, BMT Al Bayan mendapatkan hasil 3,83% pada rasio tingkat

pembiayaan dan piutang bermasalah, 4,5% pada rasio portofolio berisiko dan 75%

pada rasio PPAP. Selanjutnya, BMT Al Ittihad mendapatkan hasil 10% pada rasio

tingkat pembiayaan dan piutang bermasalah, 4,25% pada rasio portofolio berisiko,

dan 144,53% pada rasio PPAP. Lalu, BMT Al Munawwarah mendapatkan hasil

20% pada rasio tingkat pembiayaan dan piutang bermasalah, 8,13% pada rasio

portofolio berisiko, dan 16,17% untuk rasio PPAP. Selanjutnya, BMT Bumi

Syariah mendapatkan hasil 23,60% pada rasio tingkat pembiayaan dan piutang

bermasalah, 8,13% pada rasio portofolio berisiko dan 9,73% pada rasio PPAP.

Terakhir, BMT Mekar Da’wah memperoleh hasil 4% pada rasio tingkat

pembiayaan dan piutang bermasalah, 12% pada rasio portofolio berisiko dan

7,02% untuk rasio PPAP.

Hasil perhitungan atas setiap rasio dalam aspek kualitas aktiva produktif ini

dilakukan perhitungan kembali untuk dapat diketahui kesehatan KSPPS Koperasi

pada aspek kualitas aktiva produktif. Perhitungan terhadap aspek ini dapat dilihat

pada tabel berikut:

85
Tabel 4.6
Analisis Penilaian Kesehatan KSPPS - Aspek Kualitas Aktiva Produktif

Hasil Nilai
No Nama Entitas Bobot Skor Predikat
Perhitungan Kredit
1. BMT Syahida Ikaluin
a. Rasio tingkat piutang dan pembiayaan bermasalah 20,00 25 10% 2,5 Tidak Lancar
b. Rasio portofolio berisiko 8,13 100 5% 5 Tidak Berisiko
c. Rasio PPAP 5,98 0 5% 0 Macet
Total 7,5
2. BMT Al Jibaal
a. Rasio tingkat piutang dan pembiayaan bermasalah 4,00 100 10% 10 Lancar
b. Rasio portofolio berisiko 0,66 100 5% 5 Tidak Berisiko
c. Rasio PPAP 1,10 0 5% 0 Macet
Total 15
3. BMT Al Fath IKMI
a. Rasio tingkat piutang dan pembiayaan bermasalah 7,23 75 10% 7,5 Lancar
b. Rasio portofolio berisiko 1,86 100 5% 5 Tidak Berisiko
c. Rasio PPAP 74,21 70 5% 3,5 Kurang Lancar
Total 16
4. BMT Al Bayan
a. Rasio tingkat piutang dan pembiayaan bermasalah 3,83 100 10% 10 Lancar
b. Rasio portofolio berisiko 4,50 100 5% 5 Tidak Berisiko
c. Rasio PPAP 75,00 70 5% 3,5 Kurang Lancar
Total 18,5
5. BMT Al Ittihad
a. Rasio tingkat piutang dan pembiayaan bermasalah 10,00 50 10% 5 Cukup Lancar
b. Rasio portofolio berisiko 4,25 100 5% 5 Tidak Berisiko

86
Hasil Nilai
No Nama Entitas Bobot Skor Predikat
Perhitungan Kredit
c. Rasio PPAP 144,53 100 5% 5 Lancar
Total 15
6. BMT Al Munawwarah
a. Rasio tingkat piutang dan pembiayaan bermasalah 20,00 25 10% 2,5 Kurang Lancar
b. Rasio portofolio berisiko 8,13 100 5% 5 Tidak Berisiko
c. Rasio PPAP 16,17 10 5% 0,5 Macet
Total 8
7. BMT Bumi Syariah
a. Rasio tingkat piutang dan pembiayaan bermasalah 23,60 25 10% 2,5 Kurang Lancar
b. Rasio portofolio berisiko 8,13 100 5% 5 Tidak Berisiko
c. Rasio PPAP 9,73 0 5% 0 Macet
Total 7,5
8. BMT Mekar Da’wah
a. Rasio tingkat piutang dan pembiayaan bermasalah 4,00 50 10% 10 Lancar
b. Rasio portofolio berisiko 12,00 100 5% 5 Tidak Berisiko
c. Rasio PPAP 7,02 0 5% 0 Macet
Total 15
Sumber: Data sekunder yang diolah

87
Dari tabel 4.6 dapat dilihat hasil penilaian kesehatan pada hasil perhitungan

setiap rasio dalam aspek kualitas aktiva produktif. Hasil yang didapatkan oleh

setiap KSPPS Koperasi sangat bervariasi. Pada aspek kualitas aktiva produktif ini,

maksimal skor yang bisa diperoleh adalah 20.

BMT Syahida Ikaluin mendapatkan skor 2,5 pada rasio tingkat pembiayaan

dan piutang bermasalah yang berarti tidak lancar, pada rasio portofolio berisiko

mendapatkan skor 5, yang berarti tidak berisiko dan pada rasio PPAP mendapatkan

skor 0, yang berarti macet, sehingga secara keseluruhan pada aspek ini BMT

Syahida Ikaluin memperoleh skor sebesar 7,5. Nilai PPAP BMT Syahida Ikaluin

mengalami peningkatan menjadi Rp. 11.000.000 pada tahun 2015, dimana pada

tahun 2014 belum terdapat nilai PPAP dikarenakan BMT Syahida Ikaluin ini baru

terbentuk. Nilai PPAP ini wajib dibentuk oleh setiap BMT/Koperasi agar dapat

menghindari risiko terjadinya aktiva produktif yang sulit ditagih.

BMT Al Jibaal, pada rasio tingkat piutang dan pembiayaan bermasalah

mendapatkan skor senilai 10 yang berarti lancar, pada rasio portofolio berisiko

mendapatkan skor senilai 5 yang berarti tidak berisiko, dan pada rasio PPAP

mendapatkan skor senilai 0 yang berarti macet. Sehingga secara keseluruhan BMT

Al Jibaal memperoleh skor 15. BMT Al Jibaal memiliki kekurangan pada rasio

PPAP, karena nilai PPAP yang dibentuk oleh BMT Al Jibaal hanya sebesar Rp.

4.169.161. Nilai ini tentunya masih terbilang kecil jika dibandingkan dengan

pembiayaan yang disalurkan, yaitu sebesari Rp. 759.845.091 pada tahun 2015.

Untuk itu disarankan kepada BMT Al Jibaal untuk meningkatkan nilai PPAPnya.

88
BMT Al Fath IKMI pada rasio tingkat piutang dan pembiayaan bermasalah

mendapatkan skor senilai 7,5 yang berarti lancar, lalu pada rasio portofolio berisiko

mendapatkan skor senilai 5 yang berarti tidak berisiko, dan pada rasio PPAP

mendapatkan skor 3,5 yang berarti kurang lancar. Sehingga total skor yang dapat

diperoleh BMT Al Fath IKMI adalah 16. Kekurangan BMT Al Fath IKMI pada

aspek kualitas aktiva produktif ini terletak pada rasio PPAP. Dana yang

dicadangkan untuk penyisihan penghapusan aktiva produktif ini hanya 3,32%, yaitu

Rp. 610.677.358 dari keseluruhan piutang dan pembiayaan yang disalurkan yaitu

Rp. 18.363.206.259. Untuk itu disarankan kepada BMT Al Fath IKMI untuk

meningkatkan nilai PPAPnya.

BMT Al Bayan, pada rasio tingkat piutang dan pembiayaan bermasalah

mendapatkan skor senilai 10 yang berarti lancar, kemudian pada rasio portofolio

berisiko mendapatkan skor senilai 5 yang berarti tidak berisiko dan pada rasio

PPAP mendapatkan skor senilai 3,5 yang berarti kurang lancar. Sehingga secara

keseluruhan BMT Al Bayan mendapatkan skor sebesar 18,5. Dari 8 koperasi yang

diteliti, BMT Al Bayan memiliki skor paling tinggi diantara semua koperasi pada

aspek kualitas aktiva produktif ini.

BMT Al Ittihad, pada rasio tingkat piutang dan pembiayaan bermasalah

mendapatkan skor senilai 5 yang berarti cukup lancar, kemudian pada rasio

portofolio berisiko mendapatkan skor senilai 5 yang berarti tidak berisiko, dan pada

rasio PPAP mendapatkan skor senilai 5 yang berarti lancar. Sehingga secara

keseluruhan BMT Al Ittihad mendapatkan skor sebesar 15. BMT Al Ittihad

memiliki rasio yang baik pada rasio PPAP. Nilai penyisihan penghapusan aktiva

89
produktif ini dicadangkan dari distribusi SHU setiap tahunnya sebesar 25%.

Sehingga BMT Al Ittihad memiliki cadangan PPAP yang baik. Saldo penyisihan

aktiva produktif BMT Al Ittihad juga meningkat dari tahun 2014. Pada tahun 2014

saldo PPAP sebesar Rp. 161.143.018 dan pada tahun 2015 meningkat menjadi Rp.

204.229.449.

BMT Al Munawwarah, pada rasio tingkat piutang dan pembiayaan

bermasalah mendapatkan skor senilai 2,5 yang berarti kurang lancar, pada rasio

portofolio berisiko mendapatkan skor senilai 5 yang berarti tidak berisiko dan pada

rasio PPAP mendapatkan skor senilai 0,5 yang berarti macet. Sehingga secara

keseluruhan mendapatkan skor sebesar 8. Dilihat dari Laporan Keuangan BMT Al

Munawwarah yang diperoleh dari Dinas Koperasi dan UKM Kota Tangerang

Selatan, piutang dan pembiayaan bermasalah BMT Al Munawwarah meningkat

dari tahun sebelumnya yaitu Rp. 3.227.950.505 pada tahun 2014 menjadi Rp.

3.356.214.174 pada tahun 2015.

BMT Bumi Syariah, pada rasio piutang dan pembiayaan bermasalah

mendapatkan skor senilai 2,5 yang berarti kurang lancar, kemudian pada rasio

portofolio berisiko mendapatkan skor senilai 5 yang berarti tidak berisiko dan pada

rasio PPAP mendapatkan skor senilai 0 yang berarti macet. Sehingga secara

keseluruhan BMT Bumi Syariah mendapatkan skor sebesar 7,5. Dilihat dari laporan

keuangan BMT Bumi Syariah yang diperoleh, piutang dan pembiayaan macet

meningkat yaitu Rp. 32.050.500 pada tahun 2014 menjadi Rp. 57.044.250 pada

tahun 2015, sementara itu nilai penyisihan piutang tak tertagih (PPAP) memiliki

90
nilai yang tetap dari tahun 2014 hingga tahun 2015 yaitu Rp. 5.553.000. Sehingga

pada rasio tingkat piutang bermasalah dan rasio PPAP masih sangat kecil.

BMT Mekar Da’wah, pada rasio tingkat piutang dan pembiayaan bermasalah

mendapatkan skor senilai 10 yang berarti lancar, kemudian pada rasio portofolio

berisiko mendapatkan skor senilai 5 yang berarti tidak berisiko dan pada rasio

PPAP mendapatkan skor senilai 0 yang berati macet. Sehingga secara keseluruhan

BMT Mekar Da’wah mendapatkan skor sebesar 15. Kekurangan BMT Mekar

Da’wah pada aspek ini terletak pada rasio PPAP. Meskipun masih memperoleh skor

yang tidak baik, namun dilihar dari Laporan Keuangan BMT Mekar Da’wah, nilai

PPAP sudah meningkat dari tahun 2014 sebesar Rp. 70.000.000 menjadi Rp.

73.000.000 pada tahun 2015.

Kualitas aktiva produktif merupakan salah satu laporan keuangan yang

memiliki peran sentral dalam keberlangsungan usaha bank. Selain itu, kualitas

aktiva produktif juga merupakan suatu langkah antisipasi bank dalam mengurangi

kerugian yang akan terjadi dengan cara melakukan penyisihan kerugian aktiva

dengan menggunakan dana yang diambil dari bagian keuntungan yang menjadi hak

bank dan tidak diperkenankan dijadikan sebagai pengurang pendapatan dalam

unsur perhitungan distribusi hasil usaha (Hernanto, Fauziyah, & Senjiati, 2016).

Hal yang serupa juga berlaku dalam kegiatan koperasi, koperasi yang ada

hendaknya menjaga aktiva produktifnya agar menghindari kerugian yang tidak

diinginkan. Secara umum KSPPS Koperasi/BMT Kota Tangerang Selatan memiliki

perbedaan pada setiap kualitas aktiva produktifnya, mulai dari kurang lancar, cukup

lancar hingga lancar. Namun yang perlu menjadi fokus perhatian adalah pada Rasio

91
PPAP di mana kebanyakan KSPPS Koperasi mendapatkan predikat macet, yang

berarti nilai penyisihan penghapusan aktiva produktif yang telah disisihkan oleh

setiap koperasi masih kecil jika dibandingkan dengan penyisihan penghapusan

aktiva produktif yang wajib dibentuk. Jika nilai PPAP yang dicadangkan oleh

KSPPS Koperasi terlampau kecil, maka kemungkinan kerugian akan muncul jika

pembiayaan yang disalurkan oleh KSPPS Koperasi sulit untuk ditagih. Untuk itu

disarankan kepada KSPPS Koperasi yang memiliki skor yang kecil pada rasio

PPAP untuk dapat meningkatkan nilai penyisihan penghapusan aktiva produktif,

yang bisa didapatkan dari penyihan atas sisa hasil usaha yang didapatkan oleh

koperasi tersebut. Persentase untuk cadangan penghapusan piutang lebih

ditingkatkan lagi, sehingga menaikkan nilai penyisihan penghapusan aktiva

produktif, yang dapat meminimalisir kerugian yang akan muncul.

3. Analisis Aspek Manajemen

Koperasi mempunyai ciri ganda, yaitu merupakan organisasi ekonomi yang

berwatak sosial, yang berarti koperasi harus bekerja menurut prinsip ekonomi

dengan melandaskan pada asas-asas koperasi yang mengandung unsur-unsur sosial

di dalamnya. Dengan demikian dapat dipahami bagaimana beratnya tugas dan

tanggung jawab dari manajemen terhadap keberhasilan pengelolaan koperasi dan

usahanya karena manajemen harus bekerja dengan mendasarkan pada prinsip

ekonomi dan prinsip koperasi yang mengandung unsur-unsur sosial di dalamnya

(Hendrojogi, 2004).

Pada aspek manajemen ini, penilaian dilakukan meliputi beberapa komponen

manajemen, yaitu 1) Manajemen Umum, 2) Kelembagaan, 3) Manajemen

92
Permodalan, 4) Manajemen Aset dan 5) Manajemen Likuiditas. Penilaian pada

aspek manajemen ini berdasarkan hasil analisis atas poin-poin yang telah disusun

oleh Kementerian Dinas Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. Hasil dari

penilaian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.7: Hasil Perhitungan dan Analisis Penilaian Kesehatan KSPPS -


Aspek Manajemen

Hasil Nilai
No Nama KSPPS Skor Predikat
Perhitungan Kredit
1 BMT Syahida Ikaluin
a. Manajamen Umum 10 2,50 2,50 Baik
b. Kelembagaan 5 2,50 2,50 Baik
c. Manajemen Permodalan 4 2,40 2,40 Baik
d. Manajemen Aset 8 2,40 2,40 Baik
e. Manajemen Likuiditas 3 1,80 1,80 Cukup baik
Total 11,6
2 BMT Al Jibaal
a. Manajamen Umum 11 2,75 2,75 Baik
b. Kelembagaan 5 2,50 2,50 Baik
c. Manajemen Permodalan 4 2,40 2,40 Baik
d. Manajemen Aset 9 2,70 2,70 Baik
e. Manajemen Likuiditas 4 2,40 2,40 Baik
Total 12,8
3 BMT Al Fath IKMI
a. Manajamen Umum 11 2,75 2,75 Baik
b. Kelembagaan 5 2,50 2,50 Baik
c. Manajemen Permodalan 4 2,40 2,40 Baik
d. Manajemen Aset 9 2,70 2,70 Baik
e. Manajemen Likuiditas 4 2,40 2,40 Baik
Total 12,8
4 BMT Al Bayan
a. Manajamen Umum 10 2,50 2,50 Baik
b. Kelembagaan 5 2,50 2,50 Baik
c. Manajemen Permodalan 4 2,40 2,40 Baik
d. Manajemen Aset 8 2,40 2,40 Baik
e. Manajemen Likuiditas 4 2,40 2,40 Baik
Total 12,2
5 BMT Al Ittihad
a. Manajamen Umum 11 2,75 2,75 Baik
b. Kelembagaan 5 2,50 2,50 Baik
c. Manajemen Permodalan 4 2,40 2,40 Baik

93
Hasil Nilai
No Nama KSPPS Skor Predikat
Perhitungan Kredit
d. Manajemen Aset 9 2,70 2,70 Baik
e. Manajemen Likuiditas 4 2,40 2,40 Baik
Total 12,75
6 BMT Al Munawwarah
a. Manajamen Umum 11 2,75 2,75 Baik
b. Kelembagaan 5 2,50 2,50 Baik
c. Manajemen Permodalan 3 1,80 1,80 Baik
d. Manajemen Aset 9 2,70 2,70 Baik
e. Manajemen Likuiditas 5 3,00 3,00 Baik
Total 12,75
7 BMT Bumi Syariah
a. Manajemen Umum 11 2,75 2,75 Baik
b. Kelembagaan 5 2,50 2,50 Baik
c. Manajemen Permodalan 3 1,80 1,80 CukupBaik
d. Manajemen Aset 8 2,40 2,40 Baik
e. Manajemen Likuditias 4 2,40 2,40 Baik
Total 11,85
8 BMT Mekar Da’wah
a. Manajemen Umum 9 2,25 2,25 Cukup Baik
b. Kelembagaan 4 2,00 2,00 Cukup Baik
c. Manajemen Permodalan 2 1,80 1,80 Cukup Baik
d. Manajemen Aset 8 2,40 2,40 Baik
e. Manajemen Likuiditas 3 1,80 1,80 Cukup Baik
Total 10,25
Sumber: Data dari Dinas Koperasi Kota Tangerang Selatan dan Data Sekunder

yang di analisa.

Pada aspek manajemen ini, koperasi/BMT dapat memperoleh skor

maksimal sebesar 15. Secara umum KSPPS Koperasi / BMT Kota Tangerang

Selatan berada pada predikat baik, dengan perolehan skor tertinggi sebesar 12,8.

Dari 8 KSPPS Koperasi, hanya 1 KSPPS yang berada pada predikat cukup baik,

yaitu BMT Mekar Da’wah yang memperoleh skor sebesar 10,25. BMT Mekar

Da’wah mendapatkan predikat cukup baik pada aspek manajemen ini karena

terdapat kekurangan pada beberapa komponen, yaitu manajemen umum,

kelembagaan, manajemen permodalan dan manajemen likuiditas. Tentunya ini

94
menjadi tugas yang banyak bagi tim manajemen BMT Mekar Da’wah dalam

memperbaiki kinerja manajemennya baik itu secara umum hingga manajemen

keuangannya. Untuk meningkatkan manajemen secara umum BMT Mekar Da’wah

harus memiliki perencanaan yang matang sehingga mampu menjalankan

operasionalnya dengan baik. Dari segi manajemen keuangan dalam hal ini

manajemen permodalan, BMT Mekar Da’wah dapat meningkatkan permodalannya

baik itu yang langsung dari anggota koperasi maupun dengan mencari pemodal

untuk melakukan modal penyertaan dan dari segi manajemen likuditas, hendaknya

mampu memiliki hubungan dengan lembaga syariah sehingga dapat menerima

pembiayaan dari lembaga syariah agar semakin memperkuat sisi likuiditas

keuangan BMT Mekar Da’wah.

4. Analisis Aspek Efisiensi

Penilaian efisiensi KSPPS Koperasi didasarkan pada 3 (tiga) rasio yaitu Rasio

Biaya Operasional Terhadap Pelayanan, Rasio Aktiva Tetap Terhadap Total Aset,

Rasio Efisiensi Pelayanan. Rasio-rasio ini menggambarkan seberapa besar KSPPS

Koperasi mampu memberikan pelayanan yang efisien kepada anggotanya dari

penggunaan aset yang dimilikinya. Kualitas pelayanan dapat didefinisikan sebagai

perbedaan antara harapan para pelanggan dan kenyataan yang ada atas pelayanan

yang mereka terima (Guspul & Ahmad, 2014). Dalam hal ini pelanggan yang

dimaksud adalah anggota koperasi.

Dari data-data sekunder yang telah diolah, maka didapatkan hasil dari

rasio-rasio penilaian aspek efisiensi KSPPS Koperasi Kota Tangerang Selatan pada

tabel berikut:

95
Tabel 4.8
Hasil Perhitungan Rasio-Rasio Aspek Efisiensi

Hasil Perhitungan Rasio

Rasio Biaya Rasio aktiva


Rasio
No. Nama KSPPS/BMT Operasional tetap
Efisiensi
terhadap terhadap
Pelayanan
Pelayanan total aset

1. BMT Syahida Ikaluin 24,45 3,82 18,55


2. BMT Al Jibaal 88,15 2,27 21,71
3. BMT Al Fath IKMI 84,15 11,73 17,07
4. BMT Al Bayan 83,47 1,81 16,51
5. BMT Al Ittihad 98,41 1,52 8,80
6. BMT Al Munawwarah 84,44 8,76 11,98
7. BMT Bumi Syariah 96,87 1,94 30,52
8. BMT Mekar Da’wah 146,95 12,53 10,51
Sumber: Data sekunder yang diolah.

Dari tabel 4.8 di atas dapat dilihat hasil dari perhitungan atas setiap rasio

pada aspek efisiensi ini. Dari hasil perhitungan yang telah didapat, maka dapat

dilanjutkan dengan perhitungan penilaian kesehatan KSPPS Koperasi Kota

Tangerang Selatan. Hasil penilaian kesehatan pada aspek efisiensi, dapat dilihat

pada tabel berikut:

96
Tabel 4.9
Analisis Penilaian Kesehatan KSPPS - Aspek Efisiensi

No. Nama KSPPS/BMT Rasio (%) Nilai Kredit Bobot Skor Predikat
1. BMT Syahida Ikaluin
a. Rasio biaya operasional terhadap pelayanan 24,45 100 4% 4 Efisien
b. Rasio aktiva tetap terhadap total aset 3,82 100 4% 4 Baik
c. Rasio Efisiensi pelayanan 18,55 25 2% 0,5 Tidak Baik
Total 8,5
2. BMT Al Jibaal
a. Rasio biaya operasional terhadap pelayanan 88,15 50 4% 2 Kurang Efisien
b. Rasio aktiva tetap terhadap total aset 2,27 100 4% 4 Baik
c. Rasio Efisiensi pelayanan 21,71 25 2% 0,5 Tidak Baik
Total 6,5
3. BMT Al Fath IKMI
a. Rasio biaya operasional terhadap pelayanan 84,15 75 4% 3 Cukup Efisien
b. Rasio aktiva tetap terhadap total aset 11,73 100 4% 4 Baik
c. Rasio efisiensi pelayanan 17,07 25 2% 0,5 Tidak Baik
Total 7,5
4. BMT Al Bayan
a. Rasio biaya operasional terhadap pelayanan 83,46 75 4% 3 Cukup Efisien
b. Rasio aktiva tetap terhadap total aset 1,81 100 4% 4 Baik
c. Rasio efisiensi pelayanan 16,51 25 2% 0,5 Tidak Baik
Total 7,5
5. BMT Al Ittihad
a. Rasio biaya operasional terhadap pelayanan 98,41 50 4% 2 Kurang Baik
b. Rasio aktiva tetap terhadap total aset 1,52 100 4% 4 Baik

97
No. Nama KSPPS/BMT Rasio (%) Nilai Kredit Bobot Skor Predikat
c. Rasio efisiensi pelayanan 8,80 25 2% 0,5 Tidak Baik
Total 6,5
6. BMT Al Munawwarah
a. Rasio biaya operasional terhadap pelayanan 84,44 75 4% 3 Cukup Baik
b. Rasio aktiva tetap terhadap total aset 8,76 100 4% 4 Baik
c. Rasio efisiensi pelayanan 11,98 25 2% 0,5 Tidak Baik
Total 7,5
7. BMT Al Bumi Syariah
a. Rasio biaya operasional terhadap pelayanan 96,87 50 4% 2 Kurang Efisien
b. Rasio aktiva tetap terhadap total aset 1,94 100 4% 4 Baik
c. Rasio efisiensi pelayanan 30,52 25 2% 0,5 Tidak Baik
Total 6,5
8. BMT Mekar Da’wah
a. Rasio biaya operasional terhadap pelayanan 146,95 25 4% 1 Tidak Efisien
b. Rasio aktiva tetap terhadap total aset 12,53 100 4% 4 Baik
c. Rasio efisiensi pelayanan 10,51 25 2% 0,5 Tidak Baik
Total 5,5
Sumber: Data sekuder yang diolah.

98
Analisa dari tabel 4.9 di atas dapat dilihat tingkat kesehatan KSPPS Koperasi

Kota Tangerang Selatan pada aspek efisiensi. Pada aspek efisiensi ini,

koperasi/BMT dapat memperoleh skor maksimal sebesar 10. BMT Syahida Ikaluin

mendapatkan predikat efisien, sedangkan 7 KSPPS Koperasi / BMT lainnya

mendapatkan predikat cukup efisien. BMT Syahida Ikaluin pada rasio biaya

operasional terhadap pelayanan mendapatkan skor senilai 4 yang mendapatkan

predikat efisien, untuk rasio aktiva tetap terhadap total aset mendapatkan skor

senilai 4 yang mendapatkan predikat baik, dan pada rasio efisiensi pelayanan

mendapatkan skor senilai 0,5 sehingga mendapatkan predikat tidak baik. Sehingga

total keseluruhan skor yang didapatkan BMT Syahida Ikaluin adalah 8,5.

Kekurangan BMT Syahida Ikaluin ini terdapat pada rasio efisiensi pelayanan,

dimana untuk menjalankan operasionalnya, BMT Syahida Ikaluin memiliki 5 orang

untuk pengelolaan operasional, sehingga dengan jumlah SDM yang ada dinilai

kurang mampu memberikan pelayanan yang efisien.

BMT Al Jibaal, pada rasio biaya operasional terhadap pelayanan

mendapatkan skor senilai 2, sehingga mendapatkan predikat kurang efisien. Pada

rasio aktiva tetap terhadap total aset mendapatkan skor senilai 4, sehingga

mendapatkan predikat baik dan pada rasio efisiensi pelayanan mendapatkan skor

senilai 0,5 yang berarti mendapatkan predikat tidak baik.Sehingga total keseluruhan

skor yang didaparkan BMT Al Jibaal adalah 6,5. Kekurangan BMT Al Jibaal ini

terdapat pada rasio biaya operasional terhadap pelayanan dan rasio efisiensi

pelayanan. Dalam menjalankan operasional pelayanannya, BMT Al Jibaal memiliki

99
5 orang untuk pengelolaan operasional, sehingga dengan jumlah SDM yang ada

dinilai kurang mampu memberikan pelayanan yang efisien.

BMT Al Fath IKMI, pada rasio biaya operasional terhadap pelayanan

mendapatkan skor senilai 3, yang berarti mendapatkan predikat cukup efisien. Pada

rasio aktiva tetap terhadap total aset mendapatkan skor senilai 4 yang berarti

mendapatkan predikat baik dan pada rasio efisiensi pelayanan mendapatkan skor

senilai 0,5 yang berarti mendapatkan predikat tidak baik. Sehingga total

keseluruhan skor yang didapatkan BMT Al Fath IKMI sebesar 7,5. Dilihat dari

laporan rapat anggota tahunan (RAT) BMT Al Fath IKMI, BMT ini telah

menambah sumber daya manusia (SDM) menjadi 51 orang yang tersebar di BMT

utama dan 3 cabang lainnya. Meskipun sudah memiliki SDM yang terbilang cukup

banyak, namun jumlah SDM ini masih terbilang sedikit jika dibandingkan dengan

piutang dan pembiayaan yang disalurkan yaitu senilai Rp. 18.363.206.259.

Sehingga dengan jumlah SDM yang telah ada, dinilai kurang mampu memberikan

pelayanan dengan efisien.

BMT Al Bayan, pada rasio biaya operasional terhadap pelayanan

mendapatkan skor senilai 3 yang berarti mendapatkan predikat cukup efisien,

kemudian pada rasio aktiva tetap terhadap total aset mendapatkan skor senilai 4

yang berarti mendapatkan skor baik, dan pada rasio efisiensi pelayanan

mendapatkan skor senilai 0,5 yang berarti tidak baik. Sehingga total keseluruhan

skor yang diperoleh BMT Al Bayan adalah 7,5. Kekurangan BMT Al Bayan pada

aspek ini terdapat pada rasio efisiensi pelayanan. Dilihat dari laporan RAT BMT

Al Bayan, BMT ini memiliki SDM untuk mengelola operasionalnya sebanyak 4

100
orang. Dengan SDM yang ada ini, BMT Al Bayan dinilai kurang mampu

memberikan pelayanan yang efisien, sehingga diharapkan mampu meningkatkan

jumlah SDM pada bagian pengelolaan dan operasionalnya.

BMT Al Ittihad, pada rasio biaya operasional terhadap pelayanan

mendapatkan skor senilai 2 yang berarti mendapatkan predikat kurang efisien. Pada

rasio aktiva tetap terhadap total aset mendapatkan skor senilai 4 yang berarti

mendapatkan predikat baik, dan pada rasio efisiensi pelayanan mendapatkan skor

senilai 0,5 yang berarti mendapatkan predikat tidak baik. Sehingga total

keseluruhan skor yang diperoleh BMT Al Ittihad adalah 6,5. Dilihat dari Laporan

Keuangan yang diperoleh dari Dinas Koperasi dan UKM Kota Tangerang Selatan,

BMT Al Ittihad mengalami penurunan pendapatan dari Rp. 985.227.345 pada tahun

2014 menjadi Rp. 759.319.574 pada tahun 2015. Namun juga mengalami

penurunan pada biaya operasional pelayanan yaitu Rp. 778.163.752 pada tahun

2014 menjadi 747247607 pada tahun 2015. Namun penurunan biaya operasional

tidak sebanding dengan penurunan pendapatan yang diperoleh, sehingga pelayanan

yang diberikan dinilai kurang efisien.

BMT Al Munawwarah mendapatkan skor senilai 3 pada rasio biaya

operasional terhadap pelayanan, yang berarti mendapatkan predikat cukup efisien.

Kemudian pada rasio aktiva tetap terhadap total aset mendapatkan skor senilai 4

yang berarti mendapatkan predikat baik dan pada rasio efisiensi pelayanan

mendapatkan skor senilai 0,5 yang berarti mendapatkan predikat tidak baik.

Sehingga secara keseluruhan BMT Al Munawwarah mendapatkan skor sebesar 7,5.

Kekurangan BMT Al Munawwarah terdapat pada rasio efisiensi pelayanan. Hingga

101
akhir tahun 2015, karyawan BMT Al Munawwarah sebanyak 33 orang dimana pada

tahun 2015 ini terdapat 1 karyawan yang keluar. Jumlah karyawan ini tersebar di

BMT Pusat dan 3 Cabang BMT Al Munawwarah. Dengan ukuran koperasi yang

terbilang sudah cukup besar, karena telah memiliki karyawan yang cukup banyak,

dinilai BMT Al Munawwarah belum mampu memberikan pelayanan dengan

efisien, sehingga disarankan BMT Al Munawwarah untuk dapat memperbanyak

jumla karyawan agar pelayanan yang diberikan kepada anggota dan bukan anggota

koperasi semakin efisien.

BMT Bumi Syariah mendapatkan skor senilai 2 untuk rasio biaya operasional

terhadap pelayanan sehingga mendapatkan predikat kurang efisien. Pada rasio

aktiva tetap terhadap total aset mendapatkan skor senilai 4 yang berarti

mendapatkan predikat baik dan pada rasio efisiensi pelayanan mendapatkan skor

senilai 0,5 yang berarti mendapatkan predikat tidak baik. Sehingga total

keseluruhan skor yang didapatkan BMT Bumi Syariah sebesar 6,5. BMT Bumi

Syariah memiliki kekurangan di rasio biaya operasional terhadap pelayanan dan

rasio efisiensi pelayanan. Dilihat dari laporan RAT BMT Bumi Syariah, BMT ini

memiliki SDM sebanyak 5 orang, dimana terdapat beberapa orang yang memiliki

double job. Selain itu pendapatan BMT Bumi Syariah mengalami penurunan dari

tahun 2014 sebesar Rp. 111.071.000 menjadi Rp. 110.852.500 pada tahun 2015,

namun pada sisi biaya yang dikeluarkan mengalami peningkatan dari tahun 2014

sebesar Rp. 78.973.000 menjadi Rp. 107.384.000 pada tahun 2015. Dapat dilihat

ketika pendapatan BMT Bumi Syariah ini menurun, namun sisi pembiayaannya

102
meningkat, sehingga dinilai biaya operasional yang cukup besar ini kurang mampu

memberikan pelayanan yang efisien.

BMT Mekar Da’wah, pada rasio biaya operasional terhadap pelayanan

mendapatkan nilai skor 1, yang berarti mendapatkan predikat tidak efisien. Pada

rasio aktiva tetap terhadap total aset, mendapatkan skor senilai 4 yang berarti

mendapatkan predikat baik dan pada rasio efisiensi pelayanan mendapatkan skor

senilai 0,5 yang berarti mendapatkan predikat tidak baik. Sehingga secara

keseluruhan BMT Mekar Da’wah mendapatkan skor sebesar 5,5. Kekurangan BMT

Mekar Da’wah pada aspek ini, terdapat pada rasio biaya operasional dan rasio

efisiensi pelayanan. Dilihat dari laporan RAT, BMT Mekar Da’wah memiliki SDM

dalam mengelola operasionalnya sebanyak 6 orang. Dari laporan keuangan BMT

Mekar Da’wah yang diperoleh, dapat dilihat pendapatan atas partisipasi bruto naik,

yaitu dari Rp. 288.979.724 pada tahun 2014 menjadi Rp. 316.619.993 pada tahun

2015. Namun dengan beban operasional yang dikeluarkan lebih dari pendapatan

partisipasi bruto yang diperoleh, sehingga pelayanan yang diberikan BMT Mekar

Da’wah belum efisien.

Pada penilaian aspek efisiensi ini, dari 8 KSPPS Kota Tangerang Selatan,

BMT Syahida Ikaluin merupakan KSPPS Koperasi yang memiliki predikat efisien.

Namun dapat dilihat pada Rasio Efisiensi Pelayanan seluruh KSPPS Koperasi /

BMT mendapatkan predikat tidak baik, hal ini dikarenakan seluruh KSPPS

Koperasi / BMT Kota Tangerang Selatan memiliki Rasio Efisiensi Pelayanan di

bawah 50%. Berbeda dari peraturan sebelumnya, salah satu rasio perhitungan pada

aspek efisiensi adalah rasio efieinsi staf yang membandingkan jumlah mitra

103
pembiayaan dengan jumlah staf. Pada peraturan baru, rasio ini diubah menjadi rasio

efisiensi pelayanan yang membandingkan biaya gaji dan honor karyawan dengan

jumlah piutang dan pembiayaan. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa KSPPS

Koperasi / BMT di Kota Tangerang Selatan memiliki SDM yang masih sedikit

sehingga pelayanan yang diberikan kepada nasabah kurang efisien karena

minimnya SDM tersebut. Hal ini perlu menjadi perhatian bagi KSPPS Koperasi /

BMT Kota Tangerang Selatan untuk meningkatkan jumlah SDM yang dimiliki

karena ini akan mempengaruhi pelayanan kepada nasabah dalam hal ini anggota

koperasi maupun mitra koperasi, karena apabila kualitas pelayanan kepada nasabah

semakin baik maka akan meningkatkan kepercayaan nasabah kepada suatu KSPPS

/ BMT. Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Guspul dan

Awaludin Ahmad (2014) mengenai kualitas pelayanan, kepuasan dan kepercayaan

nasabah pada koperasi jasa keuangan syariah di Wonosobo yang menemukan

bahwa kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepercayaan nasabah terhadap

koperasi.

5. Analisis Aspek Likuiditas

Likuiditas adalah kemampuan KSPPS Koperasi dalam memenuhi kewajiban

jangka pendeknya. Kewajiban yang dimiliki oleh KSPPS Koperasi berasal dari

simpanan para nasabah, di antarnya simpanan wadiah, simpanan mudharabah,

simpanan mudharabah berjangka, hutang salam, hutang istishna, pembiayaan yang

diterima dari lembaga keuangan syariah dan kewajiban lainnya.

104
Analisis aspek likuiditas KSPPS Koperasi dilakukan terhadap 2 rasio, yaitu

Rasio Kas dan Rasio Pembiayaan. Hasil dari perhitungan rasio-rasio pada Aspek

Likuiditas ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.10
Hasil Perhitungan Rasio Kas dan Rasio Pembiayaan

Rasio (%)
No. Nama KSPPS/BMT Rasio
Rasio Kas
Pembiayaan
1. BMT Syahida Ikaluin 33,94 125,01
2. BMT Al Jibaal 42,24 69,89
3. BMT Al Fath IKMI 24,60 79,63
4. BMT Al Bayan 20,28 116,23
5. BMT Al Ittihad 17,24 102,52
6. BMT Al Munawwarah 15,27 112,68
7. BMT Bumi Syariah 6,55 97,22
8. BMT Mekar Da’wah 30,84 77,48
Sumber: Data sekunder yang diolah.

Dari tabel 4.10 di atas, dapat dilihat hasil dari perhitungan atas rasio-rasio

yang terdapat pada aspek likuiditas. Hasil perhitungan ini menjadi awal penilaian

kesehatan KSPPS Koperasi. Untuk mengetahui predikat yang didapat oleh setiap

KSPPS Koperasi Kota Tangerang Selatan pada aspek likuiditas ini, dapat dilihat

pada tabel di berikut ini:

105
Tabel 4.11
Analisis Penilaian Kesehatan KSPPS - Aspek Likuiditas

Hasil
No Nama KSPPS Nilai Kredit Bobot Skor Predikat
Perhitungan (%)
1 BMT Syahida Ikaluin
a. Rasio Kas 33,94 100 10% 10 Likuid
b. Rasio Pembiayaan 125,01 100 5% 5 Likuid
Total 15
2 BMT Al Jibaal
a. Rasio Kas 42,24 75 10% 7,5 Cukup Likuid
b. Rasio Pembiayaan 69,89 50 5% 2,5 Kurang Likuid
10
3 BMT Al Fath IKMI
a. Rasio Kas 24,60 75 10% 7,5 Cukup Likuid
b. Rasio Pembiayaan 79,63 75 5% 3,75 Cukup Likuid
Total 11,3
4 BMT Al Bayan
a. Rasio Kas 20,28 50 10% 5 Kurang Likuid
b. Rasio Pembiayaan 116,23 100 5% 5 Likuid
Total 10
5 BMT Al Ittihad
a. Rasio Kas 17,24 50 10% 5 Kurang Likuid
b. Rasio Pembiayaan 102,52 100 5% 5 Likuid
Total 10
6 BMT Al Munawwarah
a. Rasio Kas 15,27 50 10% 5 Kurang Likuid
b. Rasio Pembiayaan 112,68 100 5% 5 Likuid

106
Hasil
No Nama KSPPS Nilai Kredit Bobot Skor Predikat
Perhitungan (%)
Total 10
7 BMT Bumi Syariah
a. Rasio Kas 6,55 25 10% 2,5 Tidak Likuid
b. Rasio Pembiayaan 97,22 75 5% 3,75 Cukup Likuid
Total 6,25
8 BMT Mekar Da’wah
a. Rasio Kas 30,84 100 10% 10 Likuid
b. Rasio Pembiayaan 77,48 75 5% 3,75 Cukup Likuid
Total 13,75
Sumber: Data sekunder yang diolah.

107
Dari tabel 4.11, dapat dilihat hasil dari penilaian yang dilakukan pada

aspek likuiditas pada setiap KSPPS Koperasi di Kota Tangerang Selatan. Total

maksimal skor yang dapat diperoleh oleh koperasi/BMT pada askep likuiditas ini

adalah 15.

BMT Syahida Ikaluin mendapatkan predikat likuid untuk kedua rasio,

sehingga BMT Syahida Ikaluin mendapatkan predikat likuid pada aspek likuiditas

ini. Dilihat dari Laporan Keuangan BMT Syahida Ikaluin yang didapatkan dari

Dinas Koperasi dan UKM Kota Tangerang Selatan, saldo kas dan bank BMT

Syahida Ikaluin mengalami penurunan yaitu Rp. 92.572.756 pada tahun 2014

menjadi Rp. 45.733.300 pada tahun 2015, sementara itu disisi kewajiban lancar

mengalami peningkatan yaitu Rp. 46.716.250 pada tahun 2014 menjadi Rp.

134.732.550. Namun likuiditas BMT Syahida Ikaluin masih terjaga dengan baik.

Begitu juga pada pembiayaan yang disalurkan mengalami peningkatan dari Rp.

189.109.056 pada tahun 2014 menjadi Rp. 368.024.499 pada tahun 2015, dan dana

yang diterima juga mengalami peningkatan dari Rp, 185.162.900 pada tahun 2014

menjadi Rpm 294.400.216 pada tahun 2015.

BMT Al Jibaal mendapatkan skor senilai 7,5 yang berarti cukup likuid

pada rasio kas dan skor 2,5 yang berarti kurang likuid pada rasio pembiayaan.

Sehingga secara keseluruhan total skor yang diperoleh oleh BMT Al Jibaal adalah

10. Kekurangan BMT Al Jibaal pada aspek likuiditas ini terdapat pada rasio

pembiayaan, dimana total pembiayaan yang disalurkan mengalami penurunan

sementara ini dana yang diterima meningkat. Total pembiayaan yang disalurkan

pada tahun 2014 sebesari Rp. 851.601.559 menurun menjadi Rp. 759.845.091 pada

108
tahun 2015 dan dana yang diterima pada tahun 2014 sebesar Rp. 849.079.673

meningkat menjadi Rp. 1.087.158.288 pada tahun 2015.

BMT Al Fath IKMI, pada rasio kas mendapatkan skor senilai 7,5 yang

berarti mendapatkan predikat cukup likuid dan pada rasio pembiayaan

mendapatkan skor 3,75 yang berarti mendapatkan skor cukup likuid juga. Sehingga

secara keseluruhan BMT Al Fath IKMI memperoleh skor sebesar 11,3. Dari laporan

keuangan BMT Al Fath IKMI, dapar dilihat bahwa nilai saldo kas, bank, kewajiban

lancar, total pembiayaan dan dana yang diterima mengalami peningkatan dari tahun

2014 ke tahun 2015. Namun peningkatan yang ada belum mampu meningkatkan

aspek likuiditas BMT Al Fath IKMI.

BMT AL Bayan mendapatkan skor senilai 5 pada rasio kas, sehingga

mendapatkan predikat kurang likuid dan pada rasio pembiayaan mendapatkan skor

senilai 5 yang berarti mendapatkan predikat likuid. Sehingga keseluruhan BMT Al

Bayan mendapatkan skor sebesar 10. Kekurangan BMT Al Bayan terdapat pada

rasio kas, dimana saldo dana BMT Al Bayan yang ditempatkan di bank mengalami

penurunan dari Rp. 757.900.803 pada tahun 2014 menjadi Rp. 291.106.820 pada

tahun 2015, dan kewajiban lancar BMT Al Bayan mengalami penurunan dari Rp

1.855.247.213 pada tahun 2014 menjadi Rp. 1.764.406.907 pada tahun 2015.

BMT Al Ittihad, pada rasio kas mendapatkan skor senilai 5 yang berarti

mendapatkan predikat kurang likuid dan pada rasio pembiayaan mendapatkan skor

senilai 5 yang berarti mendapatkan predikat likuid. Sehingga secara keseluruhan

BMT Al Ittihad mendapatkan skor sebesar 10. Kekurangan BMT Al Ittihad terdapat

pada rasio kas, dimana saldo kas yang dimiliki oleh BMT Al Ittihad menurun dari

109
Rp. 1.520.042.878 pada tahun 2014 menjadi Rp. 214.613.600 pada tahun 2015.

Namun kewajiban lancar yang dimiliki BMT Al Ittihad juga mengalami penurunan

dari Rp. 4.169.930.368 pada tahun 2014 menjadi Rp. 3.651.481.040, yang berarti

bahwa kas yang dimiliki oleh BMT Al Ittihad ini digunakan untuk membayar

kewajiban lancarnya.

BMT Al Munawwarah mendapatkan skor senilai 5 pada rasio kas sehingga

mendapatkan predikat kurang likuid dan pada rasio pembiayaan mendapatkan skor

senilai 5 yang berarti mendapatkan predikat likuid. Sehingga secara keseluruhan

BMT Al Munawwarah mendapatkan skor sebesar 10. Kekurangan BMT Al

Munawwarah pada aspek ini terdapat pada rasio kas, dimana dana BMT Al

Munawwarah yang terdapat pada bank mengalami penurunan dari Rp.

2.418.690.275 pada tahun 2014 menjadi Rp. 2.091.620.882 pada tahun 2015.

Namun disisi lain kewajiban mengalami peningkatan dari Rp. 15.872.208.845 pada

tahun 2014 menjadi Rp. 17.362.642.650 pada tahun 2015.

BMT Bumi Syariah, mendapatkan skor senilai 2,5 pada rasio kas yang

berarti mendapatkan predikat tidak likuid dan pada rasio pembiayaan mendapatkan

skor senilai 3,75 yang berarti cukup likuid. Sehingga secara keseluruhan BMT

Bumi Syariah mendapatkan skor sebesar 6,25. Kekurangan BMT Bumi Syariah

terdapat pada kedua rasio. Dilihat dari laporan keuangan BMT Bumi Syariah, saldo

dana BMT Bumi Syariah mengalami penurunan dari Rp. 33.620.000 pada tahun

2014 menjadi Rp. 0 pada tahun 2015, namun disisi lain kewajiban lancar BMT

Bumi Syariah meningkat, yaitu dari Rp. 110.095.000 pada tahun 2014 menjadi Rp.

189.977.500 pada tahun 2015.

110
BMT Mekar Da’wah mendapatkan skor senilai 10 untuk rasio kas yang

berarti mendapatkan predikat likuid dan pada rasio pembiayaan mendapatkan skor

senilai 3,75 yang berarti mendapatkan predikat cukup likuid. Sehingga secara

keseluruhan BMT Mekar Da’wah mendapatkan skor sebesar 13,75. Dilihat dari

laporan keuangan BMT Mekar Da’wah, dapat dilihat bahwa pembiayaan yang

disalurkan oleh BMT Mekar Da’wah mengalami peningkatan yaitu dari Rp.

1.944.965.554 pada tahun 2014 menjadi Rp. 2.080.806.478 pada tahun 2015,

namun jumlah dana yang diterima mengalami penurunan dari Rp. 2.723.077.529

pada tahun 2014 menjadi Rp. 2.685.537.254 pada tahun 2015.

Likuiditas sebuah koperasi mempengaruhi kesehatan koperasi tersebut.

Sebuah koperasi secara tidak langsung dituntut untuk selalu menjaga tingkat

likuiditasnya agar terus mempertahankan eksistensi koperasi tersebut ditengah

pertumbuhan koperasi lainnya dan tentunya persaingan yang sangat ketat. Ketika

sebuah koperasi memiliki nilai likuiditas yang baik, maka dapat dipastikan bahwa

koperasi tersebut dapat membayar kewajiban jangka pendeknya, baik itu penarikan

dana simpanan oleh para nasabah atau kewajiban jangka pendek lainnya. Dalam

beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya seperti oleh I Wayan

Sudarma dan IGW Murjana Yasa (2013) menemukan bahwa likuiditas menjadi

salah satu faktor yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesehatan

Koperasi Simpan Pinjam di Kabupaten Gianyar.

Secara umum KSPPS Koperasi / Baitul Maal wat Tamwil Kota Tangerang

Selatan berada pada predikat cukup likuid. Dari 8 koperasi, terdapat 3 KSPSS

Koperasi / BMT yang mendapatkan predikat likuid, yaitu BMT Syahida Ikaluin,

111
BMT Al Fath IKMI dan BMT Mekar Da’wah. Sementara itu terdapat 1 KSPPS

Koperasi / BMT yang mendapatkan predikat kurang likuid, yaitu BMT Bumi

Syariah. KSPPS Koperasi/BMT Kota Tangerang Selatan dianjurkan untuk

meminimalisir kewajiban jangka pendek yang dimiliki agar likuiditas KSPPS

Koperasi tetap terjaga dengan baik. Selain itu, peningkatan likuiditas sangat

ditentukan oleh kinerja sistem yang diterapkan dalam koperasi. Seperti yang

ditemukan oleh Muhammad Arif Dani (2015) pada penelitian “Upaya

Meningkatkan Likuiditas Lembaga Keuangan Mikro Syariah Melalui Sistem

Pengoperasian Jasa dan Sistem Penyampaian Jasa” menemukan bahwa rangkaian

sistem yang optimal, mampu membuat BMT UGT Sidogiri Capem Bulak dapat

memproyeksikan dan mengendalikan tren pertumbuhan likuiditas yang positif.

Seperti pada sistem pengoperasian jasa, upaya yang dilakukan oleh BMT UGT

Sidogiri Capem Bulak adalah dengan melakukan inovasi produk, perbaikan kualitas

sumber daya manusia, dan mematuhi prosedur yang dijalankan. Sedangakan pada

Sistem Penyampaian Jasa, BMT mengoptimalkan pelayanan yang diberikan kepada

anggota, menjalin komunikasi dengan anggota dan menyediakan sarana dan

prasarana pendukung bagi anggota. Dengan demikian disarankan juga kepada

Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) Kota Tangerang

Selatan untuk dapat mengaplikasikan suatu sistem yang tepat guna, agar mampu

membantu koperasi dalam menjaga tingkat likuiditasnya.

112
6. Analisis Aspek Jati Diri Koperasi

Penilaian pada aspek jati diri koperasi ini menggunakan dua rasio, yaitu Rasio

Promosi Ekonomi Anggota (PEA) dan Rasio Partisipasi Bruto. Penilaian ini untuk

mengukur keberhasilan koperasi dalam mencapai tujuannya yaitu mempromosikan

ekonomi anggota. Hasil perhitungan dari rasio-rasio ini dapat dilihat pada tabel

dibawah ini:

Tabel 4.12
Hasil Perhitungan Rasio Promosi Ekonomi Anggota (PEA) dan Rasio
Partisipasi Bruto

Rasio (%)
Rasio Rasio Promosi
No Nama KSPPS
Partisipasi Ekonomi Anggota
Bruto (PEA)
1. BMT Syahida Ikaluin 62,60 1,27
2. BMT Al Jibaal 98,78 16,72
3. BMT Al Fath IKMI 96,78 72,68
4. BMT Al Bayan 98,64 30,85
5. BMT Al Ittihad 92,97 9,16
6. BMT Al Munawwarah 89,03 28,76
7. BMT Bumi Syariah 100,00 8,80
8. BMT Mekar Da’wah 47,62 14,56
Sumber: Data sekunder yang diolah.

Dari tabel 4.12 di atas, dapat dilihat hasil perhitungan atas rasio partisipasi

bruto dan rasio promosi ekonomi anggota. Rasio partisipasi bruto digunakan untuk

mengukur kemampuan koperasi dalam melayani anggotanya. Semakin besar/tinggi

presentasi yang dihasilkan, maka semakin baik. Secara umum persentase rasio

partisipasi bruto KSPPS Koperasi Kota Tangerang Selatan terlihat baik, karena nilai

yang dihasilkan lebih dari 75%. Namun dari 8 KSPPS Koperasi, 2 di antaranya

memiliki nilai persentase di bawah 75%, yaitu BMT Syahida Ikaluin dan BMT

Mekar Da’wah.

113
Rasio Promosi Ekonomi anggota digunakan untuk mengukur kemampuan

koperasi dalam memberikan manfaat efisiensi partisipasi dan manfaat efisiensi

biaya koperasi dengan simpanan pokok dan simpanan wajib. Semakin tinggi nilai

persentasenya maka semakin baik. Secara umum, KSPPS Koperasi Kota Tangerang

Selatan memiliki nilai persentase yang tinggi yaitu di atas 12%, namun dari 8

koperasi yang ada, terdapat 3 koperasi yang memiliki persentase di bawah 12%,

yaitu BMT Syahida Ikaluin, BMT Al Ittihad, dan BMT Bumi Syariah.

Hasil perhitungan rasio-rasio ini digunakan untuk memberikan penilaian

kepada KSPPS Koperasi atas kesehatannya pada aspek jati diri koperasi, yang dapat

dilihat pada tabel berikut:

114
Tabel 4.13
Analisis Penilaian Kesehatan KSPPS - Aspek Jati Diri Koperasi

No. Nama KSPPS Hasil Perhitungan (%) Nilai Kredit Bobot Skor Predikat
1. BMT Syahida Ikaluin
a. Rasio Partisipasi Bruto 62,60 75 5% 3,75 Cukup
b. Rasio PEA 1,27 25 5% 1,25 Tidak Bermanfaat
Total 5
2. BMT Al Jibaal
a. Rasio Partisipasi Bruto 98,78 100 5% 5 Tinggi
b. Rasio PEA 16,72 100 5% 5 Bermanfaat
Total 10
3. BMT Al Fath IKMI
a. Rasio Partisipasi Bruto 96,78 100 5% 5 Tinggi
b. Rasio PEA 72,68 100 5% 5 Bermanfaat
Total 10
4. BMT Al Bayan
a. Rasio Partisipasi Bruto 98,64 100 5% 5 Tinggi
b. Rasio PEA 30,85 100 5% 5 Bermanfaat
Total 10
5. BMT Al Ittihad
a. Rasio Partisipasi Bruto 92,97 100 5% 5 Tinggi
b. Rasio PEA 9,16 75 5% 3,75 Cukup Bermanfaat
Total 8,75
6. BMT Al Munawwarah
a. Rasio Partisipasi Bruto 89,03 100 5% 5 Tingii
b. Rasio PEA 28,76 100 5% 5 Bermanfaat
Total 10

115
No. Nama KSPPS Hasil Perhitungan (%) Nilai Kredit Bobot Skor Predikat
7. BMT Bumi Syariah
a. Rasio Partisipasi Bruto 100 100 5% 5 Tinggi
b. Rasio PEA 8,80 50 5% 2,5 Kurang Berhasil
Total 7,5
8. BMT Mekar Da’wah
a. Rastio Partisipasi Bruto 47,62 50 5% 2,5 Kurang
b. Rasio PEA 14,56 100 5% 5 Bermanfaat
Total 7,5
Sumber: Data Sekunder yang diolah.

116
Berdasarkan tabel 4.13 dapat dilihat koperasi yang berhasil mencapai

tujuannya dalam mempromosikan ekonomi anggota. Skor maksimal yang dapat

diperoleh oleh koperasi/BMT dari Aspek Jati Diri Koperasi ini adalah 10. Dari 8

KSPPS Koperasi, 5 di antaranya berhasil dalam mencapai tujuannya dalam

mempromosikan ekonomi anggotanya yaitu, BMT Al Jibaal, BMT Al Fath IKMI,

BMT Al Bayan, BMT Al Ittihad, dan BMT Al Munawwarah. 2 KSPPS Koperasi

dinilai cukup berhasil dalam mempromosikan ekonomi anggota yaitu BMT Bumi

Syariah dan BMT Mekar Da’wah. Sementara itu, BMT Syahida Ikaluin dinilai

kurang berhasil dalam mempromosikan ekonomi anggotanya.

Kurang berhasilnya BMT Syahida Ikaluin dalam mempromosikan ekonomi

anggotanya dapat dilihat dari nilai SHU bagian anggota yang terbilang masih kecil

jika dibandingkan dengan simpanan pokok dan simpanan wajib yang diberikan oleh

anggota koperasi. SHU yang diperoleh oleh BMT Syahida Ikaluin pada tahun 2015

sebesar Rp. 18.936.388. Hal ini tentunya dapat dikatakan baik, karena pada tahun

2014, nilai SHU BMT Syahida Ikaluin memperoleh nilai minus, yaitu minus Rp.

3.351.474).

Terbilang sebagai koperasi yang masih muda, dapat menjadi salah satu faktor

yang membuat kurang berhasilnya koperasi ini dalam mempromosikan ekonomi

anggotanya. Untuk itu, disarankan kepada BMT Syahida Ikaluin untuk

meningkatkan pendapatan operasionalnya dan menekan biaya-biaya operasional,

agar Selisih Hasil Usaha (SHU) yang dimiliki semakin tinggi dan Selisih Hasil

Usaha (SHU) bagian anggota semakin meningkat.

117
7. Analisis Aspek Kemandirian dan Pertumbuhan

Penilaian pada aspek kemandirian dan pertumbuhan didasarkan pada tiga

rasio yaitu Rasio Rentabilitas Aset, Rasio Rentabilitas Ekuitas dan Rasio

Kemandirian Operasional. Hasil dari perhitungan atas ketiga rasio tersebut dari

KSPPS Koperasi Kota Tangerang Selatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.14
Hasil Perhitungan Rasio Rentabilitas Aset, Rasio Rentabilitas Ekuitas dan
Rasio Kemandirian Operasional

Rasio (%)

No Nama KSPPS/BMT Rentabilitas Rentabilita Kemandirian


Aset s Ekuitas Operasional

1. BMT Syahida Ikaluin 4,20 1,12 408,97


2. BMT Al Jibaal 2,91 5,66 113,45
3. BMT Al Fath IKMI 2,62 4,60 118,83
4. BMT Al Bayan 3,14 3,25 119,80
5. BMT Al Ittihad 1,53 1,64 123,46
6. BMT Al Munawwarah 3,04 12,52 175,07
7. BMT Bumi Syariah 1,29 1,29 103,23
8. BMT Mekar Da’wah 4,37 5,29 142,92
Sumber: Data sekunder yang diolah.

Dari tabel 4.14 di atas dapat dilihat hasil perhitungan atas rasio-rasio pada

aspek kemandirian dan pertumbuhan koperasi. Pada rasio rentabilitas aset, semakin

tinggi nilai rasio yang dihasilkan maka semakin baik. Jika persentase yang

dihasilkan di atas 10% maka kemampuan koperasi dalam memanfaatkan asetnya

untuk menghasilkan SHU semakin baik. Namun KSPPS Koperasi Kota Tangerang

Selatan pada rasio ini belum menunjukkan nilai yang tinggi/baik, dikarenakan nilai

persentase pada rasio ini masih di bawah 10%.

118
Rasio rentabilitas ekuitas untuk melihat kemampuan koperasi dalam

memanfaatkan modalnya untuk menghasilkan SHU. Sama seperti rasio rentabilitas

aset, semakin tinggi persentase yang dihasilkan, maka akan semakin baik. Jika

persentase yang dihasilkan diatas 10%, maka kemampuan koperasi dalam

memanfaatkan modal untuk mencapai SHU dinilai tinggi. Dari 8 KSPPS Koperasi,

hanya 1 koperasi yang memiliki persentase diatas 10%, yaitu BMT Al

Munawwarah.

Rasio kemandirian operasional dinilai dengan membandingkan pendapatan

usaha dengan biaya usaha. Semakin besar persentase yang dihasilkan, maka

semakin tinggi. Jika persentase yang dihasilkan diatas 150% maka koperasi tersebut

memiliki kemandirian operasional yang tinggi. Dari 8 KSPPS Koperasi, 2 di

antarnya memiliki persentase di atas 150%, yaitu BMT Syahida Ikaluin dan BMT

Al Munawwarah.

Hasil perhitungan rasio-rasio ini, digunakan dalam melakukan penilaian atas

aspek kemandirian dan pertumbuhan koperasi, yang dapat dilihat pada tabel

berikut:

119
Tabel 4.15
Analisis Penilaian Kesehatan KSPPS - Aspek Kemandirian dan Pertumbuhan

No. Nama KSPPS Hasil Perhitungan (%) Nilai Kredit Bobot Skor Predikat
1. BMT Syahida Ikaluin
a. Rasio Rentabilitas Aset 4,20 25 3% 0,75 Rendah
b. Rasio Rentabilitas Ekuitas 1,12 25 3% 0,75 Rendah
c. Rasio Kemandirian Operasional 408,97 100 4% 4 Tinggi
Total 5,5
2. BMT Al Jibaal
a. Rasio Rentabilitas Aset 2,91 25 3% 0,75 Rendah
b. Rasio Rentabilitas Ekuitas 5,66 50 3% 1,5 Kurang
c. Rasio Kemandirian Operasional 113,45 50 4% 2 Kurang
Total 4,25
3. BMT Al Fath IKMI
a. Rasio Rentabilitas Aset 2,62 25 3% 0,75 Rendah
b. Rasio Rentabilitas Ekuitas 4,60 25 3% 0,75 Rendah
c. Rasio Kemandirian Operasional 118,83 50 4% 2 Kurang
Total 3,5
4. BMT Al Bayan
a. Rasio Rentabilitas Aset 3,14 25 3% 0,75 Rendah
b. Rasio Rentabilitas Ekuitas 3,25 25 3% 0,75 Rendah
c. Rasio Kemandirian Operasional 119,80 50 4% 2 Kurang
Total 3,5
5. BMT Al Ittihad
a. Rasio Rentabilitas Aset 1,53 25 3% 0,75 Rendah
b. Rasio Rentabilitas Ekuitas 1,64 25 3% 0,75 Rendah

120
No. Nama KSPPS Hasil Perhitungan (%) Nilai Kredit Bobot Skor Predikat
c. Rasio Kemandirian Operasional 123,46 50 4% 2 Kurang
Total 3,5
6. BMT Al Munawwarah
a. Rasio Rentabilitas Aset 3,04 25 3% 0,75 Rendah
b. Rasio Rentabilitas Ekuitas 12,52 100 3% 3 Tinggi
c. Rasio Kemandirian Operasional 175,07 100 4% 4 Tinggi
Total 7,75
7. BMT Bumi Syariah
a. Rasio Rentabilitas Aset 1,29 25 3% 0,75 Rendah
b. Rasio Rentabilitas Ekuitas 1,29 25 3% 0,75 Rendah
c. Rasio Kemandirian Operasional 103,23 50 4% 2 Kurang
Total 3,5
8. BMT Mekar Da’wah
a. Rasio Rentabilitas Aset 4,37 25 3% 0,75 Rendah
b. Rasio Rentabilitas Ekuitas 5,19 50 3% 1,5 Kurang
c. Rasio Kemandirian Operasional 142,92 75 4% 3 Cukup
Total 5,25
Sumber: Data sekunder yang diolah.

121
Dari tabel 4.15 dapat dilihat hasil yang didapatkan oleh setiap koperasi pada

aspek kemandirian dan operasional ini. Dari 8 KSPPS Koperasi yang dinilai, hanya

1 koperasi yang mendapatkan predikat kemandirian dan pertumbuhan yang tinggi,

yaitu BMT Al Munawwarah. Kekurangan BMT Al Munawwarah pada aspek

kemandirian ini terdapat pada rasio rentabilitas aset. Dilihat dari laporan keuangan

BMT Al Munawwarah, SHU bruto yang diperoleh mengalami peningkatan yaitu

dari Rp. 560.784.615 pada tahun 2014 menjadi Rp. 645.096.438 pada tahun 2015.

Namun disisi aset juga mengalami peningkatan sebesar 1,62%, yaitu dari Rp.

20.856.636.413 pada tahun 2014 menjadi Rp. 21.192.857.868 pada tahun 2015.

Peningkatan aset BMT Al Munawwarah tidak sebanding dengan peningkatan SHU

brutonya, sehingga dinilai BMT Al Munawwah kurang mampu untuk

meningkatkan SHUnya dengan aset yang dimiliki.

Selain itu, terdapat 2 koperasi yang mendapatkan predikat cukup pada

kemandirian dan pertumbuhan koperasi, yaitu BMT Syahida Ikaluin dan BMT

Mekar Da’wah. Pertumbuhan koperasi BMT Syahida Ikaluin cukup baik, hal ini

dapat dilihat dari laporan keuangan BMT Syahida Ikaluin, yang menunjukkan

adanya peningkatan SHU yang diperoleh dibandingkan tahun 2014. Pada tahun

2015 BMT Syahida Ikaluin memperoleh SHU sebesar Rp. 18.936.388, sementara

itu pada tahun 2014, SHU BMT Syahida Ikaluin mengalami kondisi minus, yaitu

Rp. 3.351.474. Begitu juga pertumbuhan BMT Mekar Da’wah, dengan aset yang

dimilikinya, BMT Mekar Da’wah mampu meningkatkan SHU bruto yang

diperoleh, yaitu dari Rp. 108.170.128 pada tahun 2014, menjadi Rp. 151.716.783

pada tahun 2015. Namun hal ini masih terbilang cukup rendah, oleh karena itu

122
diharapkan BMT Syahida Ikaluin dan BMT Mekar Da’wah untuk dapat

mengoptimalkan aset yang dimiliki untuk memperoleh SHU yang akan diterima

nantinya.

Selebihnya, KSPPS Koperasi mendapatkan predikat kurang dalam

kemandirian dan pertumbuhan koperasinya, yang berarti kemampuan koperasi

tersebut dalam memanfaatkan aset atau modal yang dimiliki kurang optimal. Selain

itu juga, tingginya beban operasional yang dimiliki dianggap menghalangi

kemandirian operasional koperasi tersebut. Untuk itu, diharapkan KSPPS Koperasi

yang mendapatkan predikat kurang dalam aspek ini untuk dapat lebih

mengoptimalkan aset dan ekuitas yang dimiliki, sehingga mampu meningkatkan

SHU yang akan dibagikan ke anggotnya. Sehingga juga akan meningkatkan

promosi ekonomi anggotanya (aspek jati diri koperasi).

8. Analisis Aspek Kepatuhan Prinsip Syariah

Penilaian pada aspek kepatuhan syariah ini dilakukan dengan perhitungan

nilai kredit yang didasari pada hasil penilaian atas jawaban pertanyaan sebanyak 10

buah pertanyaan dengan masing-masing bobot 10% perpertanyaan yang berarti

untuk setiap jawaban positif 1 memperoleh nilai kredit bobot 1. Dari pertanyaan-

pertanyaan pada aspek kepatuhan syariah ini, didapat nilai dari setiap KSPPS

Koperasi yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

123
Tabel 4.16
Hasil Penilaian Aspek Kepatuhan Syariah

No. Nama KSPPS Tahun Nilai Kredit Bobot Kriteria


1. BMT Syahida Ikaluin 8 8 Patuh
2. BMT Al Jibaal 10 10 Patuh
3. BMT Al Fath IKMI 10 10 Patuh
4. BMT Al Bayan 10 10 Patuh
5. BMT Al Ittihad 10 10 Patuh
6. BMT Al Munawwarah 10 10 Patuh
7. BMT Bumi Syariah 10 10 Patuh
8. BMT Mekar Da’wah 10 10 Patuh
Sumber: Analisis data sekunder

Secara umum KSPPS Koperasi Kota Tangerang Selatan telah mematuhi

seluruh aspek kepatuhan syariah. Namun BMT Syahida Ikaluin belum dapat

memberikan nilai positif atas seluruh poin pertanyaan. BMT Syahida Ikaluin belum

memiliki modal penyertaan dan pembiayaan yang berasal dari lembaga keuangan

syariah dan juga manajemen koperasi belum memiliki sertifikat pendidikan

pengelolaan lembaga keuangan syariah yang dikeluarkan dari pihak yang

kompeten. Untuk itu disarankan kepada BMT Syahida Ikaluin untuk dapat mencari

lembaga keuangan syariah untuk dapat mencari modal penyertaan, agar dapat

meningkatkan permodalan yang dimiliki dan juga dapat menjadi likuiditas

koperasi. Selain itu, SDM BMT Syahida Ikaluin dapat mengikuti pendidikan dalan

pengelolaan lembaga keuangan syariah agar manajemen pengelolaan koperasi

semakin baik.

124
9. Hasil Penilaian Tingkat Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan

Pembiayaan Syariah Kota Tangerang Selatan

Berdasarkan hasil perhitungan terhadap 8 aspek penilaian tingkat kesehatan

koperasi simpan pinjam dan pembiayaan syariah pada koperasi syariah / baitul maal

wat tamwil Kota Tangerang Selatan tahun 2015, yaitu aspek permodalan, kualitas

aktiva produktif, manajemen, efisiensi, likuiditas, jati diri koperasi, kemandirian

dan pertumbuhan dan kepatuhan prinsip syariah, maka diperoleh skor secara

keseluruhan mengenai tingkat kesehatan KSPPS Koperasi yang dibagi dalam 4

(empat) golongan, yaitu sehat, cukup sehat, dalam pengawasan dan dalam

pengawasan khusus. Dapat disimpulkan peringkat kesehatan koperasi-koperasi

syariah Kota Tangerang Selatan yang dapat dilihat pada tabel berikut:

125
Tabel 4.17
Peringkat Kesehatan KSPPS Kota Tangerang Selatan

Aspek Penilaian
No Nama KSPPS Total Predikat
MDL KAP MNJ EFI LIK JDK KP KPS
1 BMT Syahida Ikaluin 10 7,5 11,6 8,5 15 5 5,5 8 71,1 Cukup Sehat
2 BMT Al Jibaal 10 15 12,8 6,5 10 10 4,25 10 78,5 Cukup Sehat
3 BMT Al Fath IKMI 6,25 16 12,8 7,5 11,3 10 3,5 10 77,3 Cukup Sehat
4 BMT Al Bayan 10 18,5 12,2 7,5 10 10 3,5 10 81,7 Sehat
5 BMT Al Ittihad 8,75 15 12,75 6,5 10 8,75 3,5 10 75,25 Cukup Sehat
6 BMT Al Munawwarah 7,5 8 12,75 7,5 10 10 7,75 10 73,5 Cukup Sehat
7 BMT Bumi Syariah 10 7,5 11,85 6,5 6,25 7,5 3,5 10 63,1 Dalam Pengawasan
8 BMT Mekar Da’wah 7,5 15 10,25 5,5 13,75 7,5 5,25 10 74,75 Cukup Sehat
Sumber: Data sekunder yang diolah.

126
Setelah melakukan perhitungan terhadap 8 aspek penilaian, didapatkan hasil

mengenai tingkat kesehatan KSPPS Koperasi Kota Tangerang Selatan pada tahun

2015. Dari 8 KSPPS yang dinilai, 1 diantaranya berada pada golongan sehat yaitu

BMT Al Bayan, 6 KSPPS/BMT berada pada golongan cukup sehat, yaitu BMT

Syahida Ikaluin, BMT Al Jibaal, BMT Al Fath IKMI, BMT Al Iittihad, BMT Al

Munawwarah, dan BMT Mekar Da’wah. BMT Bumi Syariah berada pada golongan

dalam pengawasan.

Dapat dilihat pada tabel 4.17, BMT Al Bayan berada pada golongan sehat

memiliki nilai yang cukup tinggi pada aspek kualitas aktiva produktif. Selain dari

aspek kualitas aktiva produktif, pada aspek permodalan juga BMT Al Bayan

memiliki nilai maksimal. Hal ini dapat dilihat dari laporan keuangan yang tersedia

bahwa permodalan BMT Al Bayan tumbuh sebesar 8,15% dimana pertumbuhan ini

meningkat dari sisi simpanan wajib anggota. Pertumuhan modal ini dikarenakan

banyaknya jumlah anggota baru yang masuk pada BMT Al Bayan, yaitu 196 orang,

sehingga total anggota BMT Al Bayan hingga tahun 2015 adalah 1.353 orang. Dari

sisi lain, perkembangan dana cadangan yang ditahan dari Sisa Hasil Usaha (SHU)

yang dimiliki oleh BMT Al Bayan meningkat sebesar Rp. 26.446.702, sehingga

dengan adanya peningkatan dana cadangan ini, memungkinkan BMT Al Bayan

untuk dapat menghindari kerugian yang diperoleh dari kolektabilitas pembiayaan

yang kurang lancar bahkan macet.

Dapat dilihat dari tabel 4.17, BMT Bumi Syariah berada pada golongan

kesehatan dalam pengawasan. Hal ini dapat terjadi karena beberapa aspek penilaian

BMT Bumi Syariah memiliki nilai yang kurang baik. Sebagai salah satu BMT yang

127
baru didirikan, yaitu pada tahun 2013, kemandirian dan pertumbuhan BMT Bumi

Syariah kurang baik, hal ini dapat dilihat pada hasil akhir nilai pada aspek penilaian

kemandirian dan pertumbuhan. BMT Bumi Syariah belum mampu

mengoptimalkan ekuitas yang mereka miliki dan hanya mampu menghasilkan sisa

hasil usaha (SHU) yang cukup kecil. Selain itu biaya atau beban yang dikeluarkan

oleh BMT Bumi Syariah cukup besar, yaitu 97% dari pendapatan yang mereka

miliki. Di mana dilain sisi, permodalan yang BMT Bumi Syariah miliki sangat

menurun, yaitu menurun sebesar 57% atau senilai Rp. 60.278.200. Penurunan dari

segi permodalan ini diakibatkan menurunnya jumlah simpanan pokok yang dimiliki

oleh BMT Bumi Syariah, yaitu turun sebesar Rp. 32.575.000, hal ini dapat terjadi

dikarenakan anggota dari sebuah koperasi keluar dari koperasi tersebut, sehingga

mengakibatkan jumlah simpanan pokok menurun. Selain itu pada sisi permodalan,

BMT Bumi Syariah belum memiliki dana cadangan dan nilai penyisihan untuk

piutang tak tertagih terbilang kecil dari piutang macet yang dimiliki BMT Bumi

Syariah. BMT Bumi Syariah memiliki nilai penyisihan piutang tak tertagih (PPAP)

sebesar Rp. 5.553.000, sementara piutang macet yang dimiliki BMT Bumi Syariah

sebesar Rp. 57.044.250 sehingga BMT Bumi Syariah akan sulit menghindari risiko

yang terjadi dari piutang macet yang sulit ditagih tersebut dengan nilai penyisihan

yang cukup kecil.

Sementara itu, koperasi-koperasi yang berada pada golongan kesehatan

cukup sehat, secara umum memiliki nilai yang kurang baik pada aspek kualitas

aktiva produktif, aspek likuditas dan aspek kemandirian dan pertumbuhan. Pada

perhitungan yang telah dilakukan dan dilihat dari laporan keuangan, secara umum

128
koperasi-koperasi di Kota Tangerang Selatan ini belum mencadangkan dana yang

cukup besar untuk pencadangan penghapusan aktiva produktif (PPAP) untuk

menghindari risiko yang akan terjadi atas pembiayaan atau piutang yang sulit

tertagih. Untuk itu disarankan kepada koperasi-koperasi yang masih mencadangkan

dana yang cukup kecil untuk PPAP, agar meningkatkan dana untuk penyisihan

penghapusan piutang aktiva produktif dalam kisaran 60-80% dari total piutang atau

pembiayaan kurang lancar atau macet, agar mampu menghindari risiko yang tidak

diinginkan saat piutang atau pembiayaan yang sulit tertagih. Pada aspek likuiditas

menunjukkan nilai yang kurang baik dikarenakan dana yang diterima oleh koperasi-

koperasi ini masih terbilang kecil untuk dapat memberikan pembiayaan kepada

anggota atau kepada masyarakat umum. Sehingga disarankan untuk dapat

meningkatkan dana yang diterima oleh koperasi dengan cara melakukan promosi

agar anggota koperasi bertambah sehingga dana yang diterima oleh koperasi juga

meningkat. Sedangkan pada aspek kemandirian dan pertumbuhan, secara umum

koperasi-koperasi yang berada pada predikat cukup sehat belum mampu

mengoptimalkan aset dan ekuitas yang dimiliki untuk menghasilkan SHU yang

cukup besar. Karena ketika sebuah koperasi memiliki SHU yang cukup besar,

sehingga koperasi tersebut mampu untuk menyisihkan dana dari SHU untuk

membentuk cadangan-cadangan yang lebih besar atau menyisihkan untuk biaya

pertumbuhan dari koperasi, agar koperasi semakin baik.

Penilaian kesehatan ini penting dilakukan agar dapat mengetahui posisi

kesehatan setiap koperasi atas kegiatan operasional, kinerja kuangan, dan kinerja

manajemennya. Atas hasil penilaian kesehatan ini diharapkan Dinas Koperasi dan

129
UKM Kota Tangerang Selatan untuk dapat membuat kebijakan-kebijakan yang

baik untuk meningkatkan kesehatan koperasi-koperasi di wilayah Kota Tangerang

Selatan. Kebijakan yang dilakukan diantaranya dapat memberikan pelatihan

akuntansi kepada para pengurus koperasi agar dapat membuat laporan keuangan

BMT/Koperasi Syariah sesuai dengan pedoman Permen KUKM Nomor 14 tahun

2015, dimana item laporan keuangan yang disajikan oleh BMT/Koperasi Syariah

dalam laporan RAT tahun buku 2015 belum sesuai dan masih terdapat banyak

kekurangan.

Selain itu, untuk koperasi/BMT yang telah dilakukan penilaian kesehatan

agar dapat membuat program-program dan kebijakan internal yang baik untuk

dapat meningkatkan tingkat kesehatan koperasinya, baik itu dari segi kinerja

keuangan maupun kinerja manajemennya. Karena ketika sebuah koperasi tersebut

sehat, maka akan meningkatkan brand koperasi tersebut dimata masyarakat luas,

sehingga meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk dapat menyimpan dananya

pada koperasi yang telah memiliki predikat kesehatan yang tinggi. Yang pada

akhirnya mampu meningkatkan perkembangan koperasi itu sendiri, dan membuat

koperasi terus going concern untuk dapat mensejahterakan anggota koperasi

tersebut pada khususnya dan masyarakat sekitar yang terkena dampak dari adanya

koperasi tersebut secara umum.

130
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kesehatan

Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) di Kota Tangerang

Selatan pada tahun 2015. Penelitian ini dimaksudkan untuk membantu kalangan

Dinas Koperasi Kota Tangerang Selatan untuk mengetahui keadaan kesehatan

koperasi di wilayah Kota Tangerang Selatan maupun pihak KSPPS Koperasi /

Baitul Maal wat Tamwil untuk mengetahui kesehatan koperasi yang dikelola.

Jumlah KSPPS Koperasi / Baitul Maal wat Tamwil yang menjadi objek penelitian

adalah sebanyak 8 KSPPS Koperasi, yaitu BMT Syahida Ikaluin, BMT Al Jibaal,

BMT Al Fath IKMI, BMT Al Bayan, BMT Al Ittihad, BMT Al Munawwarah, BMT

Bumi Syariah dan BMT Mekar Da’wah.

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka penelitian ini

memperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Pada aspek permodalan, yang dihitung menggunakan rasio modal sendiri

terhadap total aset dan rasio kecukupan modal, dari 8 KSPPS Koperasi

terdapat 2 KSPPS Koperasi / BMT yang berada pada prediakt cukup sehat,

yaitu BMT Al Fath IKMI dan BMT Mekar Da’wah. Selebihnya KSPPS

Koperasi / BMT berada pada predikat sehat.

2. Pada aspek kualitas aktiva produktif, yang dihitung menggunakan 3 (tiga)

rasio, yaitu Rasio Tingkat Piutang dan Pembiayaan Bermasalah terhadap

131
Jumlah Piutang dan Pembiayaan, Rasio Portofolio terhadap Piutang dan

Pembiayaan Berisiko, dan Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif

(PPAP) terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Yang Wajib

Dibentuk (PPAPWD), dari 8 KSPPS Koperasi / BMT terdapat 2 koperasi

yang berada pada predikat lancar yaitu BMT Al Fath IKMI dan BMT Al

Bayan. 3 koperasi /BMT berada pada prediakt cukup lancar, yaitu BMT Al

Jibaal, BMT Al Ittihad, dan BMT Mekar Da’wah, dan 3 koperasi / BMT yang

berada pada prediakt kurang lancar, yaitu BMT Syahida Ikaluin, BMT Al

Munawwarah dan BMT Bumi Syariah

3. Pada aspek manajemen yang dinilai dari beberapa komponen, yaitu

manajemen umum, kelembagaan, manajemen permodalan, manajemen aset

dan manajemen likuiditas terdapat 1 KSPPS / BMT yang mendapatkan

predikat cukup baik, yaitu BMT Mekar Da’wah. Selebihnya KSPPS Koperasi

/ BMT berada pada predikat baik.

4. Pada aspek efisiensi yang dihitung menggunakan 3 rasio, yaitu Rasio Biaya

Operasional Terhadap Pelayanan, Rasio Aktiva Tetap Terhadap Total Aset,

Rasio Efisiensi Pelayanan. Dari 8 KSPPS Koperasi / BMT, 1 di antarnya

mendapatkan predikat efisien yaitu BMT Syahida Ikaluin dan selebihnya

mendapatkan predikat cukup efisien.

5. Pada aspek likuiditas dihitung dengan menggunakan 2 rasio yaitu rasi kas dan

rasio pembiayaan. Dari 8 KSPPS Koperasi / BMT, 3 koperasi berada pada

predikat likuid, yaitu BMT Syahida Ikaluin, BMT Al Fath IKMI, dan BMT

132
Mekar Da’wah. 1 koperasi berada pada predikat kurang likuid, yaitu BMT

Bumi Syariah. 4 koperasi lainnya berada pada predikat cukup likuid.

6. Pada aspek jati diri koperasi dihitung dengan menggunakan 2 rasio, yaitu

rasio partisipasi bruto dan rasio promosi ekonomi anggota (PEA). Dari 8

KSPPS Koperasi / BMT, 1 koperasi berada pada predikat kurang berhasil

yaitu BMT Syahida Ikaluin, 2 koperasi berada pada predikat cukup berhasil

yaitu BMT Bumi Syariah dan BMT Mekar Da’wah, dan 5 koperasi lainnya

berada pada predikat berhasil dalam mempromosikan ekonomi anggotanya.

7. Pada aspek kemandirian dan pertumbuhan, dihitung dengan menggunakan 3

rasio, yaitu rasio rentabilitas aset, rasio rentabilitas ekuitas, dan rasio

kemandirian operasional. Dari 8 KSPPS koperasi / BMT, 1 koperasi berada

pada predikat tinggi, yaitu BMT Al Munawwarah, 2 BMT berada pada

predikat cukup yaitu BMT Syahida Ikaluin dan BMT Mekar Da’wah, dan 5

koperasi berada pada predikat kurang baik.

8. Pada aspek kepatuhan syariah yang dinilai berdasarkan analisa pada 10 poin

penyataan, keseluruhan koperasi di Kota Tangerang Selatan berada pada

predikat patuh pada prinsip syariah.

9. Setelah dilakukan perhitungan terhadap 8 aspek yaitu aspek permodalan,

kualitas aktiva produktif, manajemen, efisiensi, likuiditas, jati diri koperasi,

kemandirian dan pertumbuhan dan kepatuhan prinsip syariah didapatkan

hasil kesehatan koperasi syariah Kota Tangerang Selatan. Dari 8 KSPPS

Koperasi, 1 koperasi berada pada golongan “sehat” yaitu BMT Al Bayan, 6

133
diantaranya berada pada golongan “cukup sehat” dan 1 koperasi berada pada

golongan “dalam pengawasan” yaitu BMT Bumi Syariah.

B. Implikasi dan Saran

Disamping cakupan periode waktu yang dianalisis hanya 1 tahun,

keterbatasan dari penelitian ini adalah karena hanya terbatas pada analisis deskriptif

saja, sehingga tidak dapat diketahui fakto-faktor apa saja yang mempengaruhi

kesehatan KSPPS Koperasi / Baitul Maal wat Tamwil Kota Tangerang Selatan.

Untuk itu, beberapa saran yang diajukan untuk penelitian selanjutnya, yaitu:

1. Memperpanjang periode analisis terhadap koperasi di Kota Tangerang

Selatan, sehingga mampu dapat mengetahui tren perubahan tingkat kesehatan

koperasi.

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan koperasi syariah,

agar dapat diketahui faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan koperasi

tersebut.

3. Penelitian selanjutnya dapat melakukan komparasi atau perbandingan antara

koperasi syariah dan koperasi konvensional, baik di wilayah Kota Tangerang

Selatan maupun di wilayah lainnya, agar dapat dilihat perbedaan kesehatan

antara koperasi syariah dan koperasi konvensional di wiliayah tersebut.

4. Melakukan komparasi kesehatan koperasi antar wilayah, agar dapat

mengetahui tingkat kesehatan koperasi disuatu wilayah, hingga dapat menjadi

role model dalam pembinaan koperasi di wilayah lain jika terdapat koperasi

yang masih dalam golongan kesehatan yang kurang baik.

134
Selain itu, disarankan juga kepada Dinas Koperasi dan UKM Kota Tangerang

Selatan untuk dapat melakukan pembinaan dan pelatihan kepada SDM pengelola

koperasi syariah di Kota Tangerang Selatan, karena kebanyakan komponen laporan

keuangan yang disajikan belum sesuai peraturan menteri koperasi dan usaha kecil

dan menengah No 14/Per/M.KUKM/IX/2015 tentang pedoman akuntasi usaha

simpan pinjam dan pembiayaan syariah oleh koperasi.

135
DAFTAR PUSTAKA

Afif, M. R. (2014). Analisis Penilaian Kesehatan Pada Koperasi Jasa Keuangan


Syariah di Kota Bandar Lampung Tahun 2010 - 2012. Bandar Lampung:
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

Alliance, I. C.-o. (2005-2015). What is a co-operative? Dipetik Desember 12, 2016,


dari International Co-operative Alliance - Cooperative enterprises build a
better world: http://ica.coop/en/what-co-operative

Dani, Muhammad Arif. (2015). Upaya Meningkatkan Likuiditas Lembaga


Keuangan Mikro Syariah Melalui Sistem Pengoperasian Jasa dan Sistem
Penyamoaian Jasa (Studi Kasus Pada BMT Ugt Sidogiri Cabang Pembantu
Bulak Surabaya). El-Qist: Journal of Islamic Economic and Business. Vol 4,
No 01, 2015 P. 283-308
Fathimah, S. (2016). Sistem Informasi Analisis Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam
Pada Dinas Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Kota Banjarbaru.
Indonesian Journal on Networking and Security, 65-75.

Ganitri, P. T., Suwendra, I. W., & Yulianthini, N. N. (2014). Pengaruh Modal


Sendiri, Modal Pinjaman, dan Volume Usaha Terhadap Selisih Hasil Usaha
(SHU) Pada Koperasi Simpan Pinjam. e-Journal Bisma Universitas
Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 2).
Guspul, Ahmad dan Awaludin Ahmad. (2014). Kualitas Pelayanan, Kepuasan dan
Kepercayaan Nasabah Pada Koperasi Jasa Keuangan Syariah di Wonosobo.
Jurnal PPKM III, 156-170.
Hatta, D. M. (2015). Membangun Koperasi dan Koperasi Membangun. Jakarta: PT
Kompas Media Nusantara.
Hendar. (2010). Manajemen Perusahaan Koperasi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Hendrojogi. (2004). Koperasi: Asas-asas, Teori dan Praktik. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Hernanto, A., Fauziyah, N., & Senjiati, I. H. (2016). Analisis Perbandingan Kualit
as Aktiva Produktif Sebelum dan Sesudah Pemberlakukan Peraturan Otorit
as Jasa Keuangan No.16/POJK.03/2014 (Studi pada Laporan Keuangan
Kuartal Bank Umum Syariah Periode 2013-2106). (pp. 717-724). Bandung:

136
Prodi Keuangan dan Perbankan Syariah, Fakultas Syariah, Universitas Islam
Bandung.

Hosen, M. N., & Sa'roni, L. S. (2012). Determinant Factors of the Successful of


Baitul Maal Wat Tamwil (BMT). International Journal of Academic
Research in Economics and Management Sciences, 36 - 55.

Jamaludin, N. (2015, April 23). Koperasi dan Pertumbuhan Ekonomi Tangsel.


Retrieved from Kompasiana: http://www.kompasiana.com/bang-
jamal/koperasi-dan-pertumbuhan-ekonomi tangsel_5538599e6ea834ec60da
42ce
Melani, A. (2016). Pemerintah Dorong Reformasi Koperasi. Brebes:
Liputan6.com.
Mulyaningrum. (2009). Baitul Maal wat Tamwil (BMT): Peluang dan Tantangan
dalam Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro Syariah. Seminar on
Islamic Finance: Opportunity and Challenge on Islamic Finance. Jakarta:
Bakrie School of Management.

Norita, L. M. (2012). Analisis Tingkat Kesehatan Lembaga Keuangan Syariah:


Studi pada BMT Bina Ihsanul Fikri Tahun 200 - 2011. Yogyakarta: Fakultas
Syari'ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga.
Nurmayanti. (2016). Membawa Koperasi RI Kembali Jadi Soko Guru Ekonomi.
Jakarta: Liputan6.com.
Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah Republik Indonesia No 07/Per/Dep.6/IV/2016 tentang Pedoman
Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah dan
Unit Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah
Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah Republik Indonesia No 09/Per/Dep.6/IV/2016 tentang Petunjuk
Teknis Pemeriksaan Usaha Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan
Syariah dan Unit Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Koperasi
Qomarudin, A. M., & Barlinti, Y. S. (2015). Struktur Permodalan Koperasi
Syariah: Analisis Penggunaan Zakat, Infak, Sedekah Sebagai Modal
Koperasi Syariah. Depok: Fakultas Hukum, Universitas Indonesia.
Rahman, A.R. (2010). Islamic Microfinance: An Ethical Alternative to Poverty
Alleviation. Humanomics, Vol 6 284-295.
Rosyada, A. (2015). Pengaruh Kualitas Aktiva Produktif dan Non Performing
Financing Terhadap Return On Asset Perbankan Syariah. Jakarta: Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah.

137
Sari, A. R., & Susanti, B. (2012). Pengaruh Modal Sendiri, Modal Luar, dan
Volume Usaha Pada Sisa Hasil Usaha Koperasi di Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Diambil kembali dari eprints.unisbank.ac.id/169/1/artikel-9.pdf
Sarwono, Jonathan. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyak
arta: Graha Ilmu
Sekaran, U. (2014). Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
Sudarma, I. W., & Yasa, I. M. (2013). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Tingkat Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam di Kabupaten Gianyar. E-
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
Suharsimi, A. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Supardi. (2005). Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: UII
Press.
Taufiqurrohman. (2016). Menko Puan: Pemerintah Mendorong Masyarakat Lebih
Produktif. Jakarta: Liputan6.com.

Tyas, A. R. (2014). Analisis Tingkat Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam Mukti


Bina Usaha Kelurahan Muktisari Kota Banjar Jawa Barat Tahun 2011-2013.
Yogyakarta, DI Yogyakarta, Indonesia: Fakultas Ekonomi UNY.

UKM, H. K. (2016, Oktober 29). Kinerja Koperasi Syariah di Indonesia Sangat


Baik. Retrieved from Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Republik Indonesia: http://www.depkop.go.id/content/read/kinerja-koperasi-
syariah-di-indonesia-sangat-baik/

Yusuf, B. (2016). Analisis Tingkat Kesehatan Koperasi Syariah. ESENSI, 101-112.

138
LAMPIRAN

139
Lampiran I. Perhitungan atas setiap rasio-rasio dalam aspek penilaian

1. Perhitungan Aspek Permodalan

Aspek Penilaian
Permodalan
No Entitas
Rasio Modal Sendiri Terhadap Total Aset Rasio Kecukupan Modal (Car)
Modal Sendiri Total Aset Hasil Modal Tertimbang ATMR Hasil
1 BMT Syahida Rp. 153.706.388 Rp. 451.111.195 34,07 Rp. 144.238.194 Rp. 396.589.010 36,37
2 BMT Al-Jibaal Rp. 396.674.298 Rp. 1.877.378.972 21,13 Rp. 292.262.573 Rp. 897.166.903 32,58
3 BMT Al Fath IKMI Rp. 2.622.030.014 Rp. 26.833.342.866 9,77 Rp. 1.867.908.841 Rp. 21.889.414.687 8,53
4 BMT Al Bayan Rp. 657.529.173 Rp. 2.723.698.494 24,14 Rp. 602.828.053 Rp. 2.320.484.873 25,98
5 BMT Al Ittihad Rp. 717.804.353 Rp. 4.548.595.969 15,78 Rp. 585.573.959 Rp. 3.970.620.577 14,75
6 BMT Al Munawwarah Rp. 2.446.323.612 Rp. 21.192.857.868 11,54 Rp. 1.994.429.469 Rp. 19.188.424.432 10,39
7 BMT Bumi Syariah Rp. 79.633.800 Rp. 269.611.300 29,54 Rp. 77.916.900 Rp. 253.275.675 30,76
8 BMT Mekar Da’wah Rp. 272.724.621 Rp. 3.470.088.899 7,86 Rp. 207.618.258 Rp. 2.589.065.715 8,02

140
a. Perhitungan modal tertimbang

Modal Inti dan modal pelengkap


Bobot
Modal Yang
Komponen Modal Nilai (Rp) Pengakuan
diakui (Rp)
(%)
Modal anggota
a. Simpanan Pokok 125.200.000 100% 125.200.000
b. Simpanan Wajib 9.570.000 100% 9.570.000
BMT
Modal penyetaraan - 100% -
Syahida
Modal penyertaan - 50% -
Cadangan Umum - 100% -
Cadangan Tujuan risiko - 50% -
Modal Sumbangan - 100% -
SHU belum dibagi 18.936.388 50% 9.468.194
JUMLAH 144.238.194

Modal Inti dan modal pelengkap


Bobot
Modal Yang
Komponen Modal Nilai (Rp) Pengakuan
diakui (Rp)
(%)
Modal anggota
a. Simpanan Pokok 19.050.000 100% 19.050.000
b. Simpanan Wajib 115.180.000 100% 115.180.000
BMT Al Modal penyetaraan - 100% -
Jibaal
Modal penyertaan 154.130.000 50% 77.065.000
Cadangan Umum 40.620.848 100% 40.620.848
Cadangan Tujuan risiko - 50% -
Modal Sumbangan 13.000.000 100% 13.000.000
SHU belum dibagi 54.693.450 50% 27.346.725
JUMLAH 292.262.573

Modal Inti dan modal pelengkap


Bobot
Modal Yang
Komponen Modal Nilai (Rp) Pengakuan
diakui (Rp)
(%)
Modal anggota
BMT Al Fath a. Simpanan Pokok 122.125.000 100% 122.125.000
IKMI b. Simpanan Wajib 43.790.000 100% 43.790.000
Modal penyetaraan - 100% -
Modal penyertaan - 50% -
Cadangan Umum 1.185.722.668 100% 1.185.722.668
Cadangan Tujuan risiko 205.816.641 50% 102.908.321

141
Modal Sumbangan 104.150.000 100% 104.150.000
SHU belum dibagi 618.425.705 50% 309.212.852
JUMLAH 1.867.908.841

Modal Inti dan modal pelengkap


Bobot
Modal Yang
Komponen Modal Nilai (Rp) Pengakuan
diakui (Rp)
(%)
Modal anggota
a. Simpanan Pokok 20.000.000 100% 20.000.000
b. Simpanan Wajib 49.289.000 100% 49.289.000
BMT Al
Modal penyetaraan - 100% -
Bayan
Modal penyertaan - 50% -
Cadangan Umum 465.837.932 100% 465.837.932
Cadangan Tujuan risiko - 50% -
Modal Sumbangan 13.000.000 100% 13.000.000
SHU belum dibagi 109.402.241 50% 54.701.121
JUMLAH 602.828.053

Modal Inti dan modal pelengkap


Bobot
Modal Yang
Komponen Modal Nilai (Rp) Pengakuan
diakui (Rp)
(%)
Modal anggota
a. Simpanan Pokok 71.780.000 100% 71.780.000
b. Simpanan Wajib 56.447.300 100% 56.447.300
BMT Al
Modal penyetaraan - 100% -
Ittihad
Modal penyertaan - 50% -
Cadangan Umum 325.116.264 100% 325.116.264
Cadangan Tujuan risiko 204.229.449 50% 102.114.725
Modal Sumbangan 100% -
SHU belum dibagi 60.231.341 50% 30.115.671
JUMLAH 585.573.959

Modal Inti dan modal pelengkap


Bobot
Modal Yang
Komponen Modal Nilai (Rp) Pengakuan
diakui (Rp)
(%)
BMT Al
Modal anggota
Munawwarah
a. Simpanan Pokok 1.027.525.385 100% 1.027.525.385
b. Simpanan Wajib 37.388.257 100% 37.388.257
Modal penyetaraan - 100% -

142
Modal penyertaan 302.500.001 50% 151.250.001
Cadangan Umum 402.247.583 100% 402.247.583
Cadangan Tujuan risiko - 50% -
Modal Sumbangan 75.374.100 100% 75.374.100
SHU belum dibagi 601.288.286 50% 300.644.143
JUMLAH 1.994.429.469

Modal Inti dan modal pelengkap


Bobot Modal
Komponen Modal Nilai (Rp) Pengakuan Yang diakui
(%) (Rp)
Modal anggota
a. Simpanan Pokok 8.770.000 100% 8.770.000
b. Simpanan Wajib 2.930.000 100% 2.930.000
BMT Bumi Modal penyetaraan - 100 -
Syariah Modal penyertaan - 50% -
Cadangan Umum - 100 -
Cadangan Tujuan
- 50% -
risiko
Modal Sumbangan 64.500.000 100% 64.500.000
SHU belum dibagi 3.433.800 50% 1.716.900
JUMLAH 77.916.900

Modal Inti dan modal pelengkap


Bobot Modal
Komponen Modal Nilai (Rp) Pengakuan Yang diakui
(%) (Rp)
Modal anggota
a. Simpanan Pokok 90.000.000 100% 90.000.000
b. Simpanan Wajib 7.200.000 100% 7.200.000
BMT Mekar Modal penyetaraan - 100% -
Da'wah Modal penyertaan 12.800.000 50% 6.400.000
Cadangan Umum 13.879.660 100% 13.879.660
Cadangan Tujuan
50%
risiko - -
Modal Sumbangan 17.552.576 100% 17.552.576
SHU belum dibagi 145.172.044 50% 72.586.022
JUMLAH 207.618.258

143
b. Perhitungan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko

Modal
Bobot
Komponen Aktiva Nilai (Rp) tertimbang
Risiko (%)
(Rp)
Kas 4.164.506 0% -
Simpanan / rekening di
12.085.666 2.417.133
bank syariah 20%
Simpanan / rekening di
BMT - -
KSPPS/USPPS lain 50%
Syahida
Pembiayaan 368.024.499 100% 368.024.499
Penyertaan pada
koperasi, anggota dan - -
pihak lain 50%
Aktiva tetap dan
17.249.987 12.074.991
inventaris 70%
Aktiva lain-lain 20.103.409 70% 14.072.386
Jumlah 396.589.010

Modal
Bobot
Komponen Aktiva Nilai (Rp) tertimbang
Risiko (%)
(Rp)
Kas 43.474.560 0% -
Simpanan / rekening di
383.756.479 76.751.296
bank syariah 20%
Simpanan / rekening di
67.400.000 33.700.000
BMT Al KSPPS/USPPS lain 50%
Jibaal Pembiayaan 756.825.091 100% 756.825.091
Penyertaan pada
koperasi, anggota dan - -
pihak lain 50%
Aktiva tetap dan
42.700.738 29.890.517
inventaris 70%
Aktiva lain-lain - 70% -
Jumlah 897.166.903

Modal
Bobot
Komponen Aktiva Nilai (Rp) tertimbang
Risiko (%)
(Rp)
BMT Al Fath Kas 382.344.600 0% -
IKMI Simpanan / rekening
5.269.148.736 1.053.829.747
di bank syariah 20%
Simpanan / rekening
4.802.172 2.401.086
di KSPPS/USPPS lain 50%

144
Pembiayaan 18.363.206.259 100% 18.363.206.259
Penyertaan pada
koperasi, anggota dan 14.717.354 7.358.677
pihak lain 50%
Aktiva tetap dan
3.147.917.628 2.203.542.340
inventaris 70%
Aktiva lain-lain 370.109.397 70% 259.076.578
Jumlah 21.889.414.687

Modal
Bobot
Komponen Aktiva Nilai (Rp) tertimbang
Risiko (%)
(Rp)
Kas 66.790.900 0%
Simpanan / rekening
291.106.820 58.221.364
di bank syariah 20%
Simpanan / rekening
di KSPPS/USPPS - -
BMT Al lain 50%
Bayan
Pembiayaan 2.052.840.170 100% 2.052.840.170
Penyertaan pada
koperasi, anggota dan - -
pihak lain 50%
Aktiva tetap dan
49.176.198 34.423.339
inventaris 70%
Aktiva lain-lain 250.000.000 70% 175.000.000
Jumlah 2.320.484.873

Modal
Bobot tertimbang
Komponen Aktiva Nilai (Rp) Risiko (%) (Rp)
Kas 214.613.600 0% -
Simpanan / rekening
415.063.321 20% 83.012.664
di bank syariah
Simpanan / rekening
di KSPPS/USPPS - 50%
BMT Al lain
Ittihad
Pembiayaan 3.814.548.598 100% 3.814.548.598
Penyertaan pada
koperasi, anggota - 50% -
dan pihak lain
Aktiva tetap dan
68.937.129 70% 48.255.990
inventaris
Aktiva lain-lain 35.433.320 70% 24.803.324
Jumlah 3.970.620.577

145
Modal
Bobot
Komponen Aktiva Nilai (Rp) tertimbang
Risiko (%)
(Rp)
Kas 559.632.750 0%
Simpanan / rekening
866.199.684 173.239.937
di bank syariah 20%
Simpanan / rekening
di KSPPS/USPPS 496.069.592 248.034.796
BMT Al lain 50%
Munawwarah
Pembiayaan 16.781.070.871 100% 16.781.070.871
Penyertaan pada
koperasi, anggota 496.069.592 248.034.796
dan pihak lain 50%
Aktiva tetap dan
1.856.433.756 1.299.503.629
inventaris 70%
Aktiva lain-lain 626.486.290 70% 438.540.403
Jumlah 19.188.424.432

Modal
Bobot
Komponen Aktiva Nilai (Rp) tertimbang
Risiko (%)
(Rp)
Kas 12.440.500 0% -
Simpanan / rekening
- -
di bank syariah 20%
Simpanan / rekening
di KSPPS/USPPS 15.762.300 7.881.150
BMT Bumi lain 50%
Syariah
Pembiayaan 241.738.250 100% 241.738.250
Penyertaan pada
koperasi, anggota -
dan pihak lain 50%
Aktiva tetap dan
5.223.250 3.656.275
inventaris 70%
Aktiva lain-lain 70%
Jumlah 253.275.675

Modal
Bobot
Komponen Aktiva Nilai (Rp) tertimbang
Risiko (%)
BMT Mekar (Rp)
Da'wah Kas 79.925.919 0% -
Simpanan / rekening
734.458.534 20% 146.891.707
di bank syariah

146
Simpanan / rekening
114.225.062 50% 57.112.531
di KSPPS/USPPS lain
Pembiayaan 2.080.806.478 100% 2.080.806.478
Penyertaan pada
koperasi, anggota dan - 50% -
pihak lain
Aktiva tetap dan
434.650.000 70% 304.255.000
inventaris
Aktiva lain-lain - 70% -
Jumlah 2.589.065.715

147
2. Perhitungan Aspek Kualitas Aktiva Produktif
a. Rasio Tingkat Pembiayaan dan Piutang Bermasalah terhadap Jumlah
Piutang dan Pembiayaan

Rasio Tkt Pembiayaan & Piutang Bermasalah


Trhdp Jlh Piutan & Pembiayaan
Jlh Pembiayaan Jumlah Piutang
No Nama KSPPS
Dan Piutang Dan Hasil
Bermasalah Pembiayaan
(a) (b) (a/b) x 100
1 BMT Syahida 73.604.900 368.024.499 20,00
2 BMT Al Jibaal 30.393.804 759.845.091 4,00

3 BMT Al Fath IKMI 1.327.525.420 18.363.206.259 7,23


4 BMT Al Bayan 78.690.000 2.052.840.170 3,83
5 BMT Al Ittihad 381.454.860 3.814.548.598 10,00
6 BMT Al Munawwarah 3.356.214.174 16.781.070.871 20,00
7 BMT Bumi Syariah 57.044.250 241.738.250 23,60
8 BMT Mekar Da'wah 83.232.259 2.080.806.478 4,00

b. Rasio Portofolio Berisiko

Rasio Portofolio Berisiko


No Nama KSPPS Jumlah
Jumlah Piutang
Portofolio Hasil
dan Pembiayaan
Berisiko
(a) (b) (a/b) x 100
1 BMT Syahida 29.920.392 368.024.499 8,13
2 BMT Al Jibaal 5.043.997 759.845.091 0,66
3 BMT Al Fath IKMI 342.000.000 18.363.206.259 1,86
4 BMT Al Bayan 92.377.808 2.052.840.170 4,50
5 BMT Al Ittihad 162.299.092 3.814.548.598 4,25
6 BMT AlMunawwarah 1.364.301.062 16.781.070.871 8,13
Rp
7 Bmt Bumi Syariah 19.653.320 241.738.250 8,13
Rp Rp
8 Bmt Mekar Da'wah 249.696.777 2.080.806.478 12,00

148
c. Rasio PPAP

RASIO PPAP

PPAP PPAPWD TOTAL


No Nama KSPPS

(a) (b) (a/b)x100

1 BMT Syahida 11.000.000 184.012.250 5,98


2 BMT Al Jibaal 4.169.161 379.922.546 1,10
3 BMT Al Fath IKMI 718.903.280 968.765.069 74,21
4 BMT Al Bayan 60.000.000 80.000.000 75,00
5 BMT Al Ittihad 204.229.449 141.309.167 144,53
6 BMT AlMunawwarah 1.356.939.656 8.390.535.436 16,17
7 BMT Bumi Syariah 5.553.000 57.044.250 9,73
8 BMT Mekar Da'wah 73.000.000 1.040.403.239 7,02

149
3. Perhitungan Aspek Manajemen

DAFTAR PERTANYAAN ASPEK MANAJEMEN


BMT
BMT BMT BMT BMT BMT BMT
BMT Al Al
No Aspek/Pertanyaan Syahida Al Fath Al Al Bumi Mekar
Jibaal Munaw
Ikaluin IKMI Bayan Ittihad Syariah Da'wah
warah
MANAJEMEN UMUM 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015
Apakah KSPPS/USPPS Koperasi memiliki visi,
1 1 1 1 1 1 1 1 1
misi dan tujuan yang jelas
Apakah KSPPS/USPPS Koperasi telah memiliki
rencana kerja jangkapanjang minimal untuk 3
2 tahun ke depan 1 1 1 1 1 1 1
dan dijadikan sebagai acuan KSPPS / USPPS
Koperasi dalam menjalan usahanya
Apakah KSPPS/USPPS Koperasi memiliki kerja
1 3 tahunan yang digunakan sebagai dasar acuan 1 1 1 1 1 1 1 1
kegiatan usaha selama 1 tahun
Adakah kesesuaian antara rencana kerja jangka
4 0 1 1 0 1 1 0
pendek dengan rencana kerja jangka panjang
Apakah visi, misi, tujuan dan rencana kerja
5 diketahui dan dipahami oleh pengurus, 1 1 1 1 1 1 1 1
pengawas, pengelola dan seluruh karyawan
Pengambilan keputusan yang bersifat
6 operasional dilakukan oleh pengelola secara 1 1 1 1 1 1 1 1
independen sesuai kewenangannya

150
Pengurus dan atau pengelola KSPPS/USPPS
Koperasi memiliki komitmen untuk menangani
7 1 1 1 1 1 1 1 1
permasalah yang dihadapi serta melakukan
tindakan perbaikan yang diperlukan
KSPPS/USPPS koperasi memiliki tata tertib
kerja SDM, yang meliputi disiplin kerja, serta
8 1 1 1 1 1 1 1 0
didukung sarana kerja yang memadai dalam
melaksanakan pekerjaan
Pengurus KSPPS/USPPS koperasi yang
mengangkat pengelola, tidak mencampuri
kegiatan operasional sehari-hari yang cenderung
9 1 1 1 1 1 1 1 1
menguntungkan kepentingan sendiri, keluarga
atau kelompoknya, sehingga dapat merugikan
KSPPS/USPPS Koperasi
Anggota KSPPS/USPPS Koperasi sebagai
pemilik mempunyai kernampuan untuk
10 0 1 1 1 1 1 1 0
meningkatkan perModalan KSPPS/ USPPS
Koperasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Pengurus, Pengawas, dan Pengelola
KSPPS/USPPS Koperasi di dalarn melaksanakan
kegiatan operasional tidak melakukan hal-hal
11 1 1 1 1 1 1 1 1
yang cenderung menguntungkan diri sendiri,
keluarga dan kelompoknya, atau berpotensi
merugikan KSPPS/USPPS Koperasi
Pengurus melaksanakan fungsi pengawasan
12 terhadap pelaksanaan tugas bengelola sesuai 1 0 0 1 1 0 0 1
dengan tugas dan wewenangnya secara efektif
Jumlah MANAGEMEN UMUM 10 11 11 10 11 11 11 9

151
KELEMBAGAAN
Bagan Organisasi yang ada telah mencerminkan
seluruh kegiatan KSPPS/USPPS Koperasi dan
1 1 1 1 0 1 1 0 1
tidak terdapat jabatan kosong atau perangkapan
jabatan
KSPPS/USPPS Koperasi memiliki rincian tugas
2 1 1 1 1 1 1 1 1
yang jelas untuk masing-masing karyawannya
Di dalam struktur kelembagaan KSPPS/USPPS
3 Koperasi terdapat struktur yang melakukan 1 1 1 1 1 1 1 1
fungsi sebagai dewan pengawas syariah
KSPPS / USPPS Koperasi terbukti mempunyai
4 standar Operasional dan Manejemen (SOM) dan 1 1 1 1 1 1 1 1
Standar Operasional Prosedur (SOP)
KSPPS/USPPS Koperasi telah menjalankan
5 kegiatannya sesuai SOM dan SOP 1 1 1 1 1 1 1 0
KSPPS/USPPS Koperasi
KSPPS/USPPS Koperasi mempunyai sistem
6 pengamanan yang baik terhadap semua dokumen 0 0 0 1 0 0 1 0
penting
2 Jumlah KELEMBAGAAN 5 5 5 5 5 5 5 4
PERMODALAN
Tingkat pertumbuhan modal sendiri sama atau
1 0 1 0 1 1 0 0 0
lebih besar dari tingkat pertumbuhan aset
Tingkat pertumbuhan modal sendiri yang berasal
2 dari anggota sekurang kurangnya sebesar 10% 1 1 1 1 1 0 0 1
dibandingkan tahun sebelumnya

152
Penyisihan cadangan dari SHU sama atau lebih
3 besar dari seperempat bagian SHU tahun 1 0 1 1 1 1 1 1
berjalan
Simpanan wadi'ah, simpanan mudharabah,
4 simpanan mudharabah berjangka koperasi 1 1 1 0 0 1 1 1
meningkat minimal 10% dari tahun sebelumnya
Investasi harta tetap dari inventaris serta
5 pendanaan ekspansi perkantoran dibiayai dengan 1 1 1 1 1 1 1 0
modal sendiri
Jumlah PERMODALAN 4 4 4 4 4 3 3 3
AKTIVA
Pembiayaan dengan kolektibilitas lancar minimal
1 1 1 0 1 0 1 1
sebesar 90% dari pembiayaan yang diberikan
Setiap pembiayaan yang diberikan didukung
dengan agunan yang nilainya sama atau lebih
2 besar dari pembiayaan yang diberikan, kecuali 1 1 1 1 1 1 1 1
pembiayaan bagi anggota sampai dengan 1 juta
rupiah
Dana cadangan penghapusan pembiayaan sama
3 atau lebih besar dari jumlah pembiayaan macet 0 0 1 1 0 1 0 0
tahunan
Pembiayaan macet tahun lalu dapat ditagih
4 1 1 1 1 1 0 0
sekurang-kurangnya sepertiganya
KSPPS/USPPS Koperasi menerapkan prosedur
5 1 1 1 1 1 1 1 1
pembiayaan dilaksanakan dengan efektif
Memiliki kebijakan cadangan penghapusan
6 0 1 1 1 1 1 1 1
pembiayaan dan piutang bermasalah

153
Dalam memberikan pembiayaan KSPPS/USPPS
7 Koperasi mengambil keputusan berdasarkan 1 1 1 1 1 1 1 1
prinsip kehati-hatian
Keputusan pemberian pembiayaan dan atau
8 1 1 1 1 1 1 1 1
penempatan dana dilakukan melalui komite
Setelah pembiayaan diberikan, KSPPS/USPPS
Koperasi melakukan pemantauan terhadap
9 penggunaan pembiayaan serta kemampuan dan 1 1 1 1 1 1 1 1
kepatuhan mudharib dalam memenuhi
kewajibannya
KSPPS/USPPS Koperasi melakukan peninjauan,
10 1 1 1 1 1 1 1 1
penilaian dan pengikatan terhadap agunannya
Jumlah AKTIVA 8 9 9 8 9 9 8 8
LIKUIDITAS
Memiliki kebijakan tertulis mengenai
1 0 1 1 0 1 1 1 0
pengendalian likuiditas
Memiliki fasilitas pembiayaan yang akan
2 diterima dari lembaga syariah lain untuk 0 1 1 1 1 1 0 1
menjaga likuiditasnya
Memiliki pedoman administrasi yang efektif
3 1 1 1 1 1 1 1 1
untuk memantau kewajiban yang jatuh tempo
Memiliki kebijakan pembiayaan dan piutang
4 sesuai dengan kondisi keuangan KSPPS/USPPS 1 1 1 1 1 1 1 1
Koperasi
Memiliki sistem informasi manajemen yang
5 1 0 0 1 0 1 1 0
memadai untuk pemantauan likuiditas
Jumlah LIKUIDITAS 3 4 4 4 4 5 4 3

154
4. Perhitungan Aspek Efisiensi
a. Rasio Biaya Operasional Pelayanan terhadap Partisipasi Bruto

Biaya Operasional Partisipasi


No. Nama KSPPS Hasil
Pelayanan Bruto
1 Bmt Syahida 26.733.500 109.331.950 24,45
2 Bmt Al Jibaal 368.316.722 417.846.996 88,15
3 Bmt Al Fath Ikmi 4.516.407.774 5.366.838.371 84,15
4 Bmt Al Bayan 454.864.621 544.932.163 83,47
5 Bmt Al Ittihad 747.247.607 759.319.574 98,41
6 Bmt Al Munawwarah 2.730.009.274 3.233.229.235 84,44
7 Bmt Bumi Syariah 107.384.000 110.852.500 96,87
8 Bmt Mekar Da'wah 465.281.434 316.619.993 146,95

b. Rasio Aktiva Tetap Terhadap Total Aset

No. Nama KSPPS Aktiva Tetap Total Aset Jumlah


1 Bmt Syahida 17.249.987 451.111.195 3,82
2 Bmt Al Jibaal 42.700.738 1.877.378.972 2,27
3 Bmt Al Fath Ikmi 3.147.917.628 26.833.342.866 11,73
4 Bmt Al Bayan 49.176.198 2.723.698.494 1,81
5 Bmt Al Ittihad 68.937.129 4.548.595.969 1,52
6 Bmt Al Munawwarah 1.856.433.756 21.192.857.868 8,76
7 Bmt Bumi Syariah 5.223.250 269.611.300 1,94
8 Bmt Mekar Da'wah 434.650.000 3.470.088.899 12,53

c. Rasio Efisiensi Pelayanan

Jumlah
Biaya Gaji Dan
No. Entitas Piutang Dan Jumlah
Honor Karyawan
Pembiayaan
1 Bmt Syahida 68.264.000 368.024.499 18,55
2 Bmt Al Jibaal 164.947.410 759.845.091 21,71
3 Bmt Al Fath Ikmi 3.135.465.129 18.363.206.259 17,07
4 Bmt Al Bayan 338.844.450 2.052.840.170 16,51
5 Bmt Al Ittihad 335.615.200 3.814.548.598 8,80
6 Bmt Al Munawwarah 1.841.496.128 15.370.593.782 11,98
7 Bmt Bumi Syariah 73.785.500 241.738.250 30,52
8 Bmt Mekar Da'wah 218.620.000 2.080.806.478 10,51

155
5. Perhitungan Aspek Likuiditas
a. Rasio Kas

Cash Ratio
No. Nama KSPPS Kewajiban
Kas Bank Lancar Jumlah
1 Bmt Syahida 4.164.506 41.568.794 134.732.550 33,94
2 Bmt Al Jibaal 43.474.560 383.756.479 1.011.360.439 42,24
3 Bmt Al Fath Ikmi 382.344.600 5.269.148.736 22.978.104.035 24,60
4 Bmt Al Bayan 66.790.900 291.106.820 1.764.406.907 20,28
5 Bmt Al Ittihad 214.613.600 415.063.321 3.651.481.040 17,24
6 Bmt Al Munawwarah 559.632.750 2.091.620.882 17.362.642.650 15,27
7 Bmt Bumi Syariah 12.440.500 - 189.977.500 6,55
8 Bmt Mekar Da'wah 79.925.919 747.949.480 2.684.850.500 30,84

b. Rasio Pembiayaan Terhadap Dana Yang Diterima

Dana Yang
No. Nama KSPPS Total Pembiayaan Jumlah
Diterima
1 Bmt Syahida 368.024.499 294.400.216 125,01
2 Bmt Al Jibaal 759.845.091 1.087.158.288 69,89
3 Bmt Al Fath Ikmi 18.363.206.259 23.060.366.022 79,63
4 Bmt Al Bayan 2.052.840.170 1.766.169.321 116,23
5 Bmt Al Ittihad 3.814.548.598 3.720.872.252 102,52
6 Bmt Al Munawwarah 16.781.070.871 14.892.062.390 112,68
7 Bmt Bumi Syariah 184.694.000 189.977.500 97,22
8 Bmt Mekar Da'wah 2.080.806.478 2.685.537.254 77,48

6. Perhitungan Aspek Jati Diri Koperasi


a. Rasio Partisipasi Bruto

Jumlah Jumlah Transaksi


No Nama KSPPS Partisipasi Partisipasi Non Jumlah
Bruto Bruto Anggota
1 Bmt Syahida 109.331.950 109.331.950 65.317.382 62,60
2 Al Jibaal 417.846.996 417.846.996 5.163.176 98,78
3 Bmt Al Fath Ikmi 5.366.838.371 5.366.838.371 178.734.154 96,78
4 Bmt Al Bayan 544.932.163 544.932.163 7.493.399 98,64
5 Bmt Al Ittihad 759.319.574 759.319.574 57.385.070 92,97
6 Bmt Al Munawwarah 3.233.229.235 3.233.229.235 398.589.389 89,03
7 Bmt Bumi Syariah 110.852.500 110.852.500 0 100,00
8 Bmt Mekar Da'wah 316.619.993 316.619.993 348.337.717 47,62

156
b. Rasio Promosi Ekonomi Anggita (PEA)

Total
Shu Bagian Simpanan
No Nama KSPPS Simpanan Jumlah
Anggota Wajib
Pokok
1 Bmt Syahida 1.716.900 125.200.000 9.570.000 1,27
2 Al Jibaal 22.437.000 19.050.000 115.180.000 16,72
3 Bmt Al Fath Ikmi 120.580.000 122.125.000 43.790.000 72,68
4 Bmt Al Bayan 21.375.560 20.000.000 49.289.000 30,85
5 Bmt Al Ittihad 11.745.112 71.780.000 56.447.300 9,16
6 Bmt Al Munawwarah 306.288.286 1.027.525.385 37.388.257 28,76
7 Bmt Bumi Syariah 1.030.140 8.770.000 2.930.000 8,80
8 Bmt Mekar Da'wah 14.154.000 90.000.000 7.200.000 14,56

7. Perhitungan Aspek Kemandirian dan Pertumbuhan


a. Rasio Rentabilitas Aset

Shu Sebelum
No. Nama KSPPS Nisbah, Zakat Dan Total Aset Jumlah
Pajak
1 Bmt Syahida 18.936.388 451.111.195 4,20
2 Al Jibaal 54.693.450 1.877.378.972 2,91
3 Bmt Al Fath Ikmi 703.482.197 26.833.342.866 2,62
4 Bmt Al Bayan 85.502.241 2.723.698.494 3,14
5 Bmt Al Ittihad 69.457.037 4.548.595.969 1,53
6 Bmt Al Munawwarah 645.096.438 21.192.857.868 3,04
7 Bmt Bumi Syariah 3.468.500 269.611.300 1,29
8 Bmt Mekar Da'wah 151.716.783 3.470.088.899 4,37

b. Rasio Rentabilitas Ekuitas

Shu Bagian
No. Nama KSPPS Total Ekuitas Jumlah
Anggota

1 Bmt Syahida 1.716.900 153.706.388 1,12


2 Al Jibaal 22.437.000 396.674.298 5,66
3 Bmt Al Fath Ikmi 120.580.000 2.622.030.014 4,60
4 Bmt Al Bayan 21.375.560 657.529.173 3,25
5 Bmt Al Ittihad 11.745.112 717.804.353 1,64
6 Bmt Al Munawwarah 306.288.286 2.446.323.612 12,52
7 Bmt Bumi Syariah 1.030.140 79.633.800 1,29
8 Bmt Mekar Da'wah 14.154.000 272.724.621 5,19

157
c. Rasio Kemandirian Operasional Pelayanan

Biaya
Pendapatan
No, Nama KSPPS Operasional Jumlah
Usaha
Pelayanan
1 Bmt Syahida 109.331.950 26.733.500 408,97
2 Al Jibaal 417.846.996 368.316.722 113,45
3 Bmt Al Fath Ikmi 5.366.838.371 4.516.407.774 118,83
4 Bmt Al Bayan 544.932.163 454.864.621 119,80
5 Bmt Al Ittihad 922.569.574 747.247.607 123,46
6 Bmt Al Munawwarah 4.779.404.565 2.730.009.274 175,07
7 Bmt Bumi Syariah 110.852.500 107.384.000 103,23
8 Bmt Mekar Da'wah 664.957.710 465.281.434 142,92

158
8. Perhitungan Aspek Kepatuhan Prinsip Syariah

ENTITAS

No Bmt Al Bmt Bmt Bmt Al Bmt Bmt


Pertanyaan Bmt Bmt Al
. Fath Al Al Munaw Bumi Mekar
Syahida Jibaal
Ikmi Bayan Ittihad warah Syariah Da'wah

Akad dilaksanakan sesuai tata cara


1 1 1 1 1 1 1 1 1
syariah
2 Penempatan dana pada bank syariah 1 1 1 1 1 1 1 1
3 Adanya Dewan Pengawas Syariah 1 1 1 1 1 1 1 1
Komposisi modal penyertaan dan
4 pembiayaan berasal dari lembaga 0 1 1 1 1 1 1 1
keuangan syariah
Pertemuan kelompok yang dihadiri
Pengurus, Pengawas, Dewan Pengawas
5 Syariah, Pengelola, Karyawan, Pendiri 1 1 1 1 1 1 1 1
dan Anggota yang diselenggarakan
secara berkala
Manajemen KSPPS/USPPS Koperasi
memiliki sertifikat pendidikan
6 pengelolaan lembaga keuangan syariah 0 1 1 1 1 1 1 1
yang dikeluarkan oleh pihak yang
kompeten
Frekuensi rapat Dewan Pengawas
7 1 1 1 1 1 1 1 1
Syariah untuk membicarakan ketepatan

159
pola pembiayaan yang dijalankan
pengelola dalam 1 tahun
Dalam mengatasi pembiayaan
8 bermasalah digunakan pendekatan 1 1 1 1 1 1 1 1
syariah
9 Meningkatnya titipan ZIS dari anggota 1 1 1 1 1 1 1 1
Meningkatnya pemahaman anggota
10 terhadap keunggulan sistem syariah dari 1 1 1 1 1 1 1 1
waktu ke waktu
8 10 10 10 10 10 10 10

160

Das könnte Ihnen auch gefallen