Sie sind auf Seite 1von 9

ASUHAN KEPERAWATAN PSIKOLOGIS : GANGGUAN KONSEP DIRI DAN MEKANISME

KOPING

1. Pengertian Konsep diri


Konsep diri adalah pengetahuan individu tentang diri, misalnya “saya pintar
dalam matematika” (Wigfield & Karpathian 1991). Konsep diri adalah citra subjektif dari
diri dan pencampuran yang kompleks dari perasaan, sikap, dan persepsi bawah sadar
maupun sadar. Konsep diri memberikan kita kerangka acuan yang mempengaruhi
manajemen kita terhadap situasi dan hubungan kita dengan orang lain. Kita mulai
membentuk konsep diri saat usia muda. Masa remaja adalah waktu yang kritis ketika
banyak hal secara kontinu memepengaruhi konsep diri. Jika seseorang mempunyai masa
kanak-kanan yang aman dan stabil, maka konsep diri masa remaja anak tersebut secara
mengejutkan akan sangat stabil (Marsh 1990). Ketidaksesuaian antara aspek tertentu dari
kepribadian dan konsep diri dapat menjadi sumber stress atau konflik.
Konsep diri dan persepsi tentang kesehatan sangat berkaitan erat satu sama
lain. Klien yang mempunyai keyakinan tentang kesehatan yang baik akan dapat
meningkatkan konsep diri.
2. Komponen Konsep Diri
Komponen konsep diri terdiri dari :
a. Identitas
Identitas mencakup rasa internal tentang individual, keutuhan dan
konsistensi dari seseorang sepanjang waktu dan dalam berbagai situasi. Karenanya konsep
tentang identitas mencakup kontansi dan kontinuitas. Identitas menunjukkan menjadi lain
dan terpilih dari orang lain namun menjadi diri sendiri yang utuh dan unik. Anak belajar
tentang nilai, prilaku, dan peran yang diterima sesuai kultur. Anak mengidentifikasi
pertama kali dengan orang tua, kemudian dengan guru, teman seusia dan pahlawan
pujaan. Untuk membentuk identitas, anak harus mampu untuk membawa semua prilaku
yang dipelajari ke dalam keutuhan yang koheren, konsisten dan unik (Erikson, 1993). Rasa
identitas ini secara kontinu timbul dan dipengaruhi oleh situasi sepanjang hidup.
b. Citra tubuh
Membentuk persepsi seorang tentang tubuh, baik secara internal maupun
eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang ditunjukkan pada tubuh. Citra
tubuh dipengaruhi oleh pandangan pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik dan
oleh persepsi dari pandangan orang lain.
Citra tubuh dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik.
Perubahan perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan penuaan mempunyai
efek penampakan yang lebih besar pada tubuh dibandingkan dengan aspek lainnya dari
konsep diri. Citra tubuh anak usia sekolah berbeda dengan citra tubuh seorang bayi.
Salah satu perbedaan yang menyolok adalah kemampuan untuk berjalan.
Perubahan ini bergantung pada kematangan fisik. Perubahan hormonal terjadi selama
masa remaja dan pada tahun ahir kehidupan juga mempengaruhi citra tubuh.
c. Ideal Diri
Adalah persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya bertingkah laku
berdasarkan standar pribadi. Standar dapat berhubungan dengan tipe orang yang
diinginkan atau disukainya atau sejumlah aspirasi, tujuan, nilai yang ingin diraih. Ideal diri,
akan mewujudkan cita-cita atau penghargaan diri berdasarkan norma-norma sosial
dimasyarakat tempat individu tersebut melahirkan penyesuaian diri.
Pembentukan ideal diri dimulai pada masa kanak-kanak dipengaruhi oleh
orang yang penting pada dirinya yang memberikan harapan atau tuntutan tertentu. Seiring
dengan berjalannya waktu individu menginternalisasikan harapan tersebut dan akan
membentuk dasar dari ideal diri. Pada usia remaja ideal diri akan terbentuk melalui
identifikasi pada orang tua, guru, dan teman. Pada usia yang lebih tua dilakukan
penyesuaian yang merefleksikan berkurangnya kekuatan fisik dan perubahan peran serta
tanggung jawab.
d. Harga Diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisi seberapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya. Harga diri
diperoleh dari diri sendiri dan orang lain yang dicintai, dihormati, dan dihargai. Individu
akan merasa harga dirinya tinggi bila sering mengalami keberhasilan, sebaliknya individu
akan merasa harga dirinya rendah bila sering mengalami kegagalan, tidak dicintai atau
tidak diterima di lingkungan.
Harga diri dibentuk sejak kecil dari adanya penerimaan dan perhatian. Harga
diri akan meningkat sesuai dengan meningkatnya usia. Untuk meningkatkan harga diri anak
diberi kesempatan untuk sukses, tanamkan “ideal” atau harapan jangan terlalu tinggi dan
sesuaikan dengan budaya, berikan dorongan untuk aspirasi atau cita-citanya dan bantu
membentuk pertahanan diri untuk hal-hal yang mengganggu persepsinya.
Harga diri sangat mengancam pada masa pubertas karena pada saat ini
harga diri mengalami perubahan, karena banyak keputusan yang harus dibuat menyangkut
diri sendiri. Remaja dituntut untuk menentukan pilihan, posisi peran dan memutuskan
apakah ia mampu maaf meraih sukses dari suatu bidang tertentu, apakah ia dapat
berpartisipasi atau diterima berbagai macam aktifitas sosial.
e. Peran
Peran adalah serangkaian pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang
diharapkan oleh masyarakat dihubungkan dengan fungsi individu di dalam kelompok
sosialnya. Peran memberikan sarana untuk berperan serta dalam kehidupan sosial dan
merupakan cara untuk menguji identitas dengan memvalidasi pada orang yang berarti.
Setiap orang disibukkan oleh beberapa peran yang berhubungan dengan posisi pada tiap
waktu sepanjang daur kehidupan.
Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi
kebutuhan dan cocok dengan ideal diri.
3. Asuhan Keperawatan Psikososial dengan gangguan konsep diri
A. Pengkajian
1) Faktor predisposisi
a. faktor predisposisi gangguan citra tubuh :
- kehilangan atau kerusakan bagian tubuh (anatomi dan fungsi)
- perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh ( akibat pertumbuhan dan
perkembangan atau penyakit)
- proses patologis penyakit dan dampak terhadap stuktur maupun fungsi tubuh
- prosedur pengobatan seperti radiasi, kemoterapi dan transplantasi

b. faktor predisposisi gangguan identitas diri :


- ketidakpercayaan orang tua terhadap anak
- tekanan dari teman sebaya
- perubahan struktur sosial

c. faktor predisposisi gangguan harga diri :


- penolakan dari orang lain
- kurang penghargaan
- pola asuh yang salah ; terlalu dilarang, terlalu dikontrol, terlalu dituruti, terlalu
dituntut dan tidak konsisten
- persaingan antar saudara
- kesalahan dan kegagalan yang berulang
- tidak mampu mencapai standar yang ditentukan

d. faktor predisposisi gangguan peran :


- transisi peran yang sering terjadi pada proses perkembangan, perubahan situasi
dan keadaan sehat-sakit
- ketegangan peran ketika individu menghadapi dua harapan yang bertentangan
secara terus menerus yang tidak terpenuhi
- keraguan peran, ketika individu kurang pengetahuan tentang harapan peran yang
spesifik dan bingung tentang tingkah laku yang spesifik dan bingung tentang peran yang
sesuai
- peran yang terlalu banyak

2) Faktor presipitasi
a. trauma
masalah spesifik sehubungan dengan konsep diri adalah situasi yang
membuat individu sulit untuk menyesuaikan diri atau tidak dapat menerima khususnya
trauma emosi seperti penganiayaan fisik, seksual, dan psikologis pada masa anak-anak atau
merasa terancam kehidupannya/ menyaksikan kejadian berupa tindak kejahatan.

b. ketegangan peran
ketegangan peran adalah perasaan frustasi ketika individu tidak merasa
adekuat melakukan peran/melakukan peran yang bertentangan dengan hatinya/tidak
merasa cocok melakukan perannya.
3) Perubahan perilaku
a. perubahan perilaku pada gangguan citra tubuh :
- menolak menyentuh atau melihat bagian tubuh tertentu
- menolak bercermin
- menolak usaha rehabilitasi
- menyangkal cacat tubuh
- usaha pengobatan mandiri yang tidak tepat
b. perubahan perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah :
· Mengkritik diri sendiri
· Merasa bersalah dan khawatir
· Merasa tidak mampu
· Menunda keputusan
· Gangguan berhubungan

c. Perubahan perilaku yang berhubungan dengan keracunan identitas :


Ø Kepribadian yang bertentangan
Ø Perasaan hampa
Ø Kekacauan identitas seksual
Ø Kecemasan yang tinggi

d. Perubahan perilaku yang berhubungan dengan depersonalisasi :


1. Afektif
· Kehilangan identitas diri
· Merasa asing dengan diri sendiri
· Perasaan tidak nyata
· Merasa sangan terisolasi
2. Persepsi
· Halusinasi pendengaran
· Kekacauan identitas seksual
· Gangguan citra tubuh
3. Kognitif
· Bingung
· Diserpentasi waktu
· Gangguan berpikir
4. Perilaku
· Pasif
· Kurang spontanitas
· Kurang pengendalian diri
4) Mekanisme Koping
Klien gangguan konsep diri menggunakan mekanisme koping yang dapat
dikategorikan menjadi 2, yaitu :
a) Koping jangka pendek, Karakteristik koping jangka pendek:
1. Aktifitas yang dapat member kesempatan lari sementara dari kritis
2. Aktifitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara.
b) Koping jangka panjang dikategorikan dalam penutupan identitas dan
identitas negative
1. Penutupan identitas, adopsi identitas premature yang diinginkan oleh orang
yang penting bagi individu tanpa mempertahankan keinginan.
2. identitas negative, asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh
nilai-nilai dan harapan masyarakat.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin ditemukan pada klien dengan gangguan
konsep diri adalah :
a. Gangguan konsep diri : citra tubuh yang berhubungan dengan kekhawatiran
menjadi gemuk
b. Gangguan konsep diri rendah
c. Ketidak efektifan penampilan peran yang berhubungan dengan ketidak cocokan
dengan penerimaan peran baru.
d. gangguan identitas diri yang berhubungan dengan harapan orang tua yang tidak
realistik

C. Pelaksanaan dan Tindakan Keperawatan


1. Membangun keterbukaan dan hubungan saling percaya, dengan cara :
a. Tawarkan penerimaan tak bersyarat atau tidak kaku
b. Dengarkan klien
c. Dorong klien untuk mendiskusikan pikiran dan perasaan
d. Berespons pada klien dengan tidak menghakimi
e. Tunjukkan pada klien bahwa ia adalah individu yang berharga yang
bertanggung jawab terhadap dirinya dan dapat membantu diri sendiri
2. Bekerja pada klien pada tingkat kemampuan yang dimilikinya, dengan cara :
a. Identifikasi kemampuan yang dimiliki klien
b. Pedoman asuhan untuk klien yang kemampuannya terbatas
c. Mulai dengan penegasan identitasnya
d. Memberikan tindakan yang mendukung untuk menurunkan tingkat
kecemasannya
e. Dekati klien dengan cara tanpa diminta
f. Terima dan usahakan klasifikasi komunikasi verbal dan non-verbal
g. Cegah klien untuk mengisolasi diri
h. Ciptakan kegiatan rutin yang sederhana pada klien
i. Buat batasan pada perilaku yang tidak sesuai
j. Orientasikan klien ke realita
k. Dorong untuk melakukan perilaku yang tepat dan beri pujian dan
pengakuan
l. Bantu dalam melakukan kebersihan perseorangan dan penampilan diri
m. Dorong klien untuk merawat diri sendiri
3. Memaksimalkan peran serta klien dalam hubungan terapeutik dengan cara :
a. Tingkatkan secara bertahap partisipasi klien dalam mengambil keputusan
yang berhubungan dengan asuhan keperawatannya
b. Tunjukkan bahwa klien adalah orang yang bertanggung jawab
4. Membantu klien untuk menerima pikiran dan perasaannya :
a. Mengekspresikan emosi, keyakinan, perilaku dan pikiran secara verbal
dan non-verbal. Gunakan ketrampilan komunikasi terapeutik dan respons empati
b. Observasi dan catat pikiran yang logis dan tidak logis serta respons
emosionalnya
5. Membantu pasien mengklasifikasikan konsep dirinya dan hubungannya dengan
orang lain melalui keterbukaan
a. Dapatkah persepsinya tentang kekuatan dan kelemahannya
b. Bantu klien untuk menggambarkan ideal dirinya
c. Identifikasi kritik tentang dirinya
d. Bantu klien untuk menggambarkan hubungannya dengan orang lain
6. Menyadari dan memiliki kendali terhadap perasaan anda (perawat) :
a. Terbuka pada perasaan dengan klien
b. Gunakan diri secara terapeutik
· Berbagi perasaan dengan klien
· Verbalisasi bagaimana perasaan orang lain
· Bercermin pada persepsi dan perasaan klien
7. Berespons empati bukan simpati dan tekankah bahwa kekuatan untuk berubah
ada pada klien :
a. Gunakan respons empati, evaluasi diri tentang simpati
b. Mengutatkan klien bahwa ia mempunyai kekuatan dalam memecahkan
masalahnya
c. Beritahukan pada klien bahwa ia bertanggung jawab terhadap perilakunya
termasuk respons koping adaptif dan maldaptif
d. Diskusikan cakupan pilihan, area kekuatan dan sumber-sumber koping yang
tersedia untuk klien.
e. Gunakan sistem pendukung dari keluarga dan kelompok untuk memfasilitasi
penyediaan dari klien
f. Bantu klien untuk mengenali sifat dari konflik dan cara maldaptif yang dilakukan
klien untuk mengatasinya
8. Bantu klien untuk mengidentifikasi alternatif pemecahan :
a. Bantu klien memahami bahwa hanya dia yang dapat mengubah dirinya bukan
orang lain
b. Jika klien mempunyai persepsi yang tidak konsisten, bantu dia melihat bahwa ia
dapat berubah, sebagai berikut :
· Keyakinan dan idealnya dapat membawa ia pada kenyataannya
· Lingkungan untuk membuat konsisten dengan keyakinannya
c. Jika konsep diri tidak konsiten dengan perilakuny, ia dapat berubah
· Perilakunya disesuaikan dengan konsep dirinya
· Keyakinan yang mendasari konsep dirinya disesuaikan pada perilaku
· Ideal dirinya. Bersama-sama mengulas bagaimana sumber koping dapat lebih
baik digunakan klien
9. Bantu klien mengembangkan tujuan yang realistis
a. Dorong klien untuk merumuskan tujuan sendiri (bukan tujuan perawat)
b. Bersama-sama mendiskusikan konsekuensi emosi, praktiknya dan berdasarkan
realitas dari setiap tujuan.
c. Bantu klien untuk menetapkan perubahan konkret yang diharapkan
d. Dorong klien untuk memulai pengalaman baru untuk berkembang secara
potensial
e. Gunakan bermain peran, model peran dan visualisasi, bila perlu

D. Evaluasi Keperawatan
Pasien yang akan mencapai tingkat aktualisasi diri yang maksimal untuk
menyadari potensi dirinya.
DAFTAR PUSTAKA

Susilawati, dkk, 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC
Stuart, Gail W. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa 5. Jakarta: EGC

Das könnte Ihnen auch gefallen