Sie sind auf Seite 1von 18

PENGARUH REDESAIN KURSI GAZEBO FIK YANG ERGONOMIS

TERHADAP MUSCULOSKELETAL DISORDERS

JURNAL

OLEH
SILVIA TRIAS PUTRI
NIM 130612607834

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
JULI 2017
PENGARUH REDESAIN KURSI GAZEBO FIK YANG ERGONOMIS
TERHADAP MUSCULOSKELETAL DISORDERS

JURNAL
Diajukan kepada
Universitas Negeri Malang
untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan program Sarjana

Oleh
Silvia Trias Putri
NIM 130612607834

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
JULI 2017
Jurnal oleh Silvia Trias Putri ini
telah diperiksa dan disetujui untuk diunggah.

Malang, 27 Juli 2017


Pembimbing I

(Drs. Solichin, S.T., M.Kes)


NIP. 195507101986011001

Malang, 27 Juli 2017


Pembimbing II

(dr. Erianto Fanani)


NIP. 198308232015041002
PENGARUH REDESAIN KURSI GAZEBO FIK
YANG ERGONOMIS TERHADAP
MUSCULOSKELETAL DISORDERS

Silvia Trias Putri, Solichin, Erianto Fanani


Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Malang
E-mail: silvia.trias916@gmail.com

Abstract: Based on preliminary survey of student in FIK UM who sitting in gazebo


FIK chair, there are 72.7% student that not comfortable while sitting in gazebo FIK,
because of the buttock on the edge of the chair (63.6%), the chair is not high enough
(45.5%), the chair has a long distance with the table (45.5%). Perceived symptoms
such as upper back pain (39.4%), waist pain (36.4%), lower back pain (30.3%), and
buttock pain (33.3%). It is because of the chair design is not appropriate with the
user anthropometry. The purpose of the research is to know the effect of redesigning
ergonomic gazebo FIK’s chair to musculoskeletal disorders of student in FIK UM.
The research is a Pre Experimental with one group pretest and posttest design. The
sample of this research is 49 people, who selected by using purposive sampling.
Based on statistic test, it found that P Value 0.000 < 0.05 which is significant, it
means that there is different of average value before and after redesign. The
conclusion of the research is there is an effect of redesigning ergonomic gazebo FIK
chair to musculoskeletal disorder of student in FIK UM

Keywords: redesign, ergonomic, chair, musculoskeletal disorders.

Abstrak: Berdasarkan survei pendahuluan pada mahasiswa Fakultas Ilmu


Keolahragaan Universitas Negeri Malang (FIK UM) yang sedang duduk di gazebo
FIK, sebanyak 72,7% mahasiswa mengeluh tidak nyaman saat duduk di gazebo FIK.
Keluhan tersebut dikarenakan duduk dengan posisi pantat berada diujung kursi
gazebo FIK (63,6%), kursi gazebo FIK kurang tinggi (45,5%), kursi gazebo FIK
memiliki jarak yang terlalu jauh dengan meja (78,7%). Keluhan yang dirasakan
antara lain sakit pada punggung (39,4%), sakit pada pinggang (36,4%), sakit pada
bokong (30,3%), dan sakit pada pantat (33,3%). Keluhan-keluhan tersebut
disebabkan desain kursi yang tidak sesuai dengan antropometri pengguna. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui pengaruh redesain kursi gazebo FIK yang
ergonomis terhadap musculoskeletal disorders pada mahasiswa FIK UM. Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre Eksperimental dengan
rancangan penelitian one group pre test and post test design. Sampel dalam
penelitian ini sebanyak 49 orang, yang dipilih dengan menggunakan teknik
purposive sampling. Hasil analisis perbedaan keluhan muskuloskeletal sebelum dan
sesudah redesain dengan menggunakan uji wilcoxon diperoleh p value 0,000 < 0,05
yang bermakna signifikan, artinya ada perbedaan nilai rata-rata sebelum dan sesudah
redesain kursi gazebo FIK. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada pengaruh
redesain kursi gazebo FIK terhadap musculoskeletal disorders pada mahasiswa FIK
UM.
Kampus merupakan sarana pendidikan (Lisdiana, 2013:3). Musculoskeletal
bagi mahasiswa untuk berkembang disorders adalah suatu kondisi yang
menjadi pribadi yang aktif dan kreatif. mempengaruhi sistem muskuloskeletal
Mahasiswa mempunyai berbagai akti- yang dapat terjadi pada tendon, otot,
vitas, baik itu yang berhubungan dengan sendi, pembuluh darah, dan atau saraf
akademik maupun non akademik, se- pada anggota gerak. Gejala dapat berupa
hingga mahasiswa membutuhkan tempat nyeri dan kebas pada bagian yang
yang cukup dalam memenuhi kegiatan- terlibat dan dapat berbeda derajat
nya untuk berinteraksi satu sama lain keparahannya mulai dari ringan sampai
(Sari, 2013:1). Salah satu tempat yang kondisi berat (HSE, 2012). Prevalensi
dapat digunakan mahasiswa untuk saling kasus musculoskeletal disorders di
berinteraksi di Fakultas Ilmu Keolahra- Inggris Raya pada tahun 2014 mencapai
gaan Universitas Negeri Malang (FIK 553.000 dari 1.243.000 total penyakit
UM) adalah gazebo FIK. Gazebo FIK yang berhubungan dengan pekerjaan,
tersebut di-lengkapi dengan fasilitas atau sebesar 44% (HSE, 2015).
seperti jaringan internet, kursi dan meja, NIOSH menyebutkan bahwa ada
serta memiliki atap pada bangunannya. 5 upaya pengendalian bahaya K3, yaitu
Berdasarkan survei pendahuluan eliminasi, subtitusi, engineering control,
melalui kuesioner pada 33 mahasiswa administrative control, dan penggunaan
FIK UM yang sedang duduk di gazebo APD (NIOSH, 2015). Salah satu penye-
FIK, sebanyak 48,5% mahasiswa duduk lesaian masalah ketidaknyamanan yang
di gazebo FIK selama 15-30 menit disebabkan oleh desain kursi gazebo
sambil melakukan aktivitas seperti FIK yang tidak sesuai dengan antro-
berdiskusi, menggunakan laptop, dan pometri pengguna yaitu engineering
menulis. Sebanyak 72,7% mahasiswa control (perancangan) yang berupa
merasa tidak nyaman saat duduk di modifikasi/perancangan agar tempat
gazebo FIK. Mahasiswa merasa tidak kerja lebih aman (NIOSH, 2015).
nyaman saat duduk di gazebo FIK Berdasarkan uraian masalah
karena duduk dengan posisi pantat diatas, peneliti bermaksud melakukan
berada diujung kursi gazebo FIK 63,6%, penelitian yang bertujuan untuk menge-
kursi gazebo FIK kurang tinggi 45,5%, tahui pengaruh redesain kursi gazebo
kursi gazebo FIK memiliki jarak yang FIK yang ergonomis terhadap musculo-
terlalu jauh dengan meja 78,7%. skeletal disorders pada mahasiswa FIK
Selain itu, berdasarkan survei UM. Pengaruh redesain kursi gazebo
pendahuluan dengan menggunakan FIK yang ergonomis terhadap keluhan
kuesioner Nordic Body Map (NBM), muskuloskeletal dapat diketahui dari
sebanyak 75,8% mahasiswa merasakan adanya perbedaan tingkat kenya-manan
pegal-pegal, dengan keluhan sakit pada dan tingkat keluhan yang dira-sakan
punggung 39,4%, sakit pada pinggang pada saat sebelum dan sesudah duduk di
36,4%, sakit pada bokong 30,3%, dan kursi gazebo FIK yang ergonomis.
sakit pada pantat 33,3%. Keluhan- Ergonomi sendiri merupakan ilmu
keluhan tersebut disebabkan desain kursi yang mempelajari hubungan antara
yang tidak sesuai dengan antropometri peralatan, pekerjaan, sistem, organisasi,
pengguna. Akibat dari penggunaan kursi dan lingkungan dengan kemampuan dan
yang tidak sesuai dengan ukuran tubuh, keterbatasan manusia sehingga tercapai
maka dapat menyebabkan perasaan tidak suatu lingkungan yang harmonis
nyaman, seperti pegal-pegal, nyeri, dan (Iridiastadi, 2014:5). Secara singkat
kesemutan pada bagian tubuh. dapat dikatakan bahwa ergonomi adalah
Secara umum gangguan muskulo- suatu prinsip fitting the job to the man,
skeletal berawal dari ketidaknyamanan. yang artinya pekerjaan harus disesuai-
Ketidaknyamanan ini akan berkembang kan dengan kemampuan dan keterbata-
menjadi musculoskeletal disorders apa- san yang dimiliki oleh manusia. Hal ini
bila tidak diberikan upaya pengendalian menegaskan bahwa suatu jenis pekerja-
an perlu memperhitungkan keterbatasan antropometri yang tepat sangat
manusia sebagai pelaku kerja (Solichin, diperlukan untuk dapat menentukan
2014:155). Menurut Kroemer dalam pengukuran-pengukuran yang tepat
Iridiastadi (2014:5), tujuan penerapan (Panero, 2003:53). Dimensi-dimensi
ergonomi dapat dibuat dalam suatu dasar yang ada pada umumnya dapat
hierarki dengan tujuan yang paling diterima sebagai pedoman perancangan
rendah adalah sistem kerja yang masih tempat meliputi tinggi duduk, lebar
dapat diterima (tolerable) dalam batas- duduk, lebar tempat duduk, tinggi
batas tertentu, asalkan sistem ini tidak sandaran punggung, tinggi sandaran
memiliki potensi bahaya terhadap lengan, dan jarak antar sandaran lengan
kesehatan dan nyawa manusia. (Panero, 2003:55). Adapun faktor-faktor
Dalam hierarchy of control, salah yang mempengaruhi kenyamanan
satu pengendalian bahaya yang ber- penggunaan kursi antara lain
kaitan dengan ergonomi seperti desain karakteristik tempat duduk dan
yang buruk yaitu dengan cara enginee- karakteristik pekerjaan yang meliputi
ring control. Engineering control yang lama duduk dan aktivitas.
dapat dilakukan berupa redesain. Rede- Akibat ketidaknyamanan saat
sain adalah proses perencanaan dan duduk maka dapat menimbulkan
perancangan untuk melakukan suatu keluhan musculoskeletal disorders.
perubahan dengan cara menyesuaikan Musculoskeletal disorders atau
orang yang menggunakannya khususnya gangguan muskuloskeletal adalah suatu
yang menyangkut dimensi ukuran tubuh, kondisi yang mempengaruhi sistem
sehingga user (pengguna) merasa muskuloskeletal yang dapat terjadi pada
nyaman (Wiranata, 2011:8). Redesain tendon, otot, sendi, pembuluh darah, dan
bertujuan untuk melakukan suatu atau saraf pada anggota gerak. Gejala
perubahan pada suatu desain dengan dapat berupa nyeri dan kebas pada
cara menyesuaikan antropometri peng- bagian yang terlibat dan dapat berbeda
guna dengan desain, sehingga user derajat keparahannya mulai dari ringan
(pengguna) akan merasa nyaman saat sampai kondisi berat (HSE, 2012).
menggunakan desain tersebut. Faktor-faktor yang dapat menye-
Antropometri sendiri berasal dari babkan keluhan muskuloskeletal antara
kata antropos yang berarti manusia, dan lain: 1) postur tubuh (Astuti, 2009:20)
metrikos yang berarti pengukuran. berupa; personal factor seperti umur,
Antropometri adalah suatu studi yang antropometri, riwayat penyakit, cedera,
berkaitan dengan pengukuran dimensi task requirements seperti jenis aktivitas,
tubuh manusia (Solichin, 2014:160). waktu istirahat, dan workspace design
Adapun faktor-faktor yang mempenga- seperti dimensi tempat duduk, 2) lama
ruhi antropometri adalah (Iridiastadi, duduk (Sumekar, 2010:126), 3) desain
2014:27): usia, jenis kelamin, ras/etnis, kursi kerja (Panero, 2003:57).
pekerjaan/aktivitas, dan kondisi sosio-
ekonomi. METODE
Suatu perancangan tempat duduk Rancangan penelitian yang
harus diupayakan sedemikian rupa digunakan dalam penelitian ini adalah
sehingga berat badan yang disangga pre-eksperimental dengan desain one
oleh tulang duduk tersebar pada daerah group pretest and posttest design,
yang cukup luas. Bertahan pada posisi karena masih terdapat variabel luar yang
duduk dalam jangka waktu yang lama ikut terhadap terbentuknya variabel
tanpa mengubah-ubah posisinya dapat terikat, jadi hasil eksperimen yang
menyebabkan kurangnya aliran darah merupakan variabel terikat bukan
pada suatu daerah (ischemia), gangguan sepenuhnya dipengaruhi oleh variabel
pada sirkulasi darah dapat menyebabkan bebas (Sugiyono, 2011).
nyeri, sakit, dan rasa kebal (mati rasa). Populasi target dalam penelitian
Sehubungan dengan hal ini, data ini adalah mahasiswa FIK yang duduk di
gazebo FIK. Sedangkan populasi (tidak sakit), skor 2 untuk pilihan
terjangkaunya yaitu kapasitas atau daya jawaban B yang artinya sudah ada risiko
tampung kursi gazebo FIK. Adapun untuk terkena gangguan muskuloskeletal
kapasitas mahasiswa yang dapat duduk (agak sakit), skor 3 untuk pilihan
di gazebo FIK adalah 56 orang. jawaban C yang artinya ada risiko untuk
Berdasarkan perhitungan sampel dengan terkena gangguan muskuloskeletal
menggunakan rumus Isaac dan Michael (sakit), dan skor 4 untuk pilihan jawaban
(Sugiyono, 2011:69), ukuran sampel D yang artinya risiko untuk terkena
minimal dalam penelitian ini adalah 49 gangguan muskuloskeletal sangat tinggi
orang. Teknik pengambilan sampel (sangat sakit), 3) kuesioner Nordic Body
menggunakan purposive sampling, Map (NBM), digunakan untuk
dengan kriteria inklusi sebagai berikut: mengetahui adanya musculoskeletal
1) mahasiswa aktif Fakultas Ilmu disorders sebelum dan sesudah duduk di
Keolahragaan Universitas Negeri kursi gazebo FIK yang ergonomis.
Malang yang duduk di gazebo FIK dan Pengukuran tingkat kesakitan dengan
bersedia menjadi sampel penelitian, 2) cara memberikan tanda centang (√) pada
memilih sampel yang tidak mempunyai kolom 1 jika tidak ada keluhan (tidak
riwayat penyakit yang berkaitan nyeri sakit), kolom 2 jika agak sakit, kolom 3
punggung (rheumatic, osteoporosis, jika merasakan sakit pada bagian tubuh
kifosis, dan lordosis), 3) memilih sampel tertentu, dan kolom 4 jika merasakan
yang tidak memiliki cedera atau patah sangat sakit pada bagian tubuh tertentu.
tulang (fraktur) di bagian tulang Skala pengukuran yang digunakan
punggung. dalam penelitian ini adalah ordinal.
Dalam penelitian ini terdapat 2 Dengan demikian teknik analisis data
variabel yaitu variabel independen dan yang digunakan untuk penelitian ini
variabel dependen. Variabel independen adalah Uji Wilcoxon. Uji Wilcoxon ini
adalah variabel yang mempengaruhi dipergunakan untuk menguji perbedaan
atau yang menjadi sebab perubahannya dua sampel yang berpasangan pada
atau timbulnya variabel dependen skala data ordinal (Suliyanto, 2014). Uji
(Sugiyono, 2011:4). Variabel indepen- statistik penelitian ini dilakukan dengan
den dalam penelitian ini adalah redesain menggunakan software komputer.
kursi gazebo FIK. Variabel dependen
yaitu variabel yang dipengaruhi atau HASIL
yang menjadi akibat karena adanya Kondisi Subjek Penelitian
variabel bebas (Sugiyono, 2011:4). Berdasarkan kuesioner tingkat
Variabel dependen dalam penelitian ini kenyamanan yang telah disebarkan
yaitu musculoskeletal disorders. kepada 49 responden, hasil uji hipotesis
Adapun instrumen penelitian ini untuk perbedaan nilai rata-rata sebelum
yaitu sebagai berikut: 1) meteran, yang dan sesudah redesain kursi gazebo FIK
berfungsi untuk mengukur dimensi kursi pada pertanyaan tentang frekuensi
gazebo FIK dan juga dimensi tubuh duduk, posisi pantat, kecukupan
mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan, ketinggian kursi, perlunya adanya
2) kuesioner tingkat kenyamanan, tambahan tinggi kursi, kecukupan jarak
digunakan untuk mengetahui tingkat kursi dengan meja, perlunya adanya
kenyamanan mahasiswa Fakultas Ilmu tambahan lebar kursi, keluhan pegal-
Keolahragaan saat duduk di gazebo FIK. pegal, nyeri, dan kesemutan, serta
Pengukuran tingkat kenyamanan meng- munculnya keluhan, diperoleh p value
gunakan pertanyaan pilihan ganda dan 0,000 (P ≤ 0,05) yang bermakna
diberikan skor 1 untuk pilihan jawaban signifikan. Berikut adalah distribusi
A yang artinya risiko untuk terkena frekuensi kuesioner tingkat
gangguan muskuloskeletal tidak ada kenyamanan.
Tabel 1. Kuesioner Tingkat Kenyamanan
Pretest Posttest
Distribusi Frekuensi P Value
Mean SD Mean SD
Frekuensi duduk 2,59 0,864 2,59 0,864 0,000
Posisi pantat 3,59 0,61 1,18 0,565 0,000
Kecukupan ketinggian kursi 2,53 0,649 1,20 0,407 0,000
Perlunya adanya tambahan tinggi kursi 2,76 0,855 1,98 3,81 0,000
Kecukupan jarak kursi dengan meja 3,02 0,629 1,31 0,466 0,000
Perlunya adanya tambahan lebar kursi 3,04 0,676 1,84 0,59 0,000
Keluhan pegal-pegal 3,10 0,653 1,41 0,705 0,000
Keluhan nyeri 2,78 0,896 1,37 0,698 0,000
Keluhan kesemutan 2,35 0,991 1,33 0,689 0,000
Munculnya keluhan 2,88 0,971 1,98 1,031 0,000

Hasil Pengujian Hipotesis Kuesioner kursi gazebo FIK pada Tabel 2 diperoleh
Tingkat Kenyamanan p value 0,000 (P ≤ 0,05) yang bermakna
Berikut adalah hasil pengujian signifikan. Artinya, ada pengaruh
hipotesis kuesioner tingkat kenyamanan redesain kursi gazebo FIK dengan
dengan menggunakan uji wilcoxon. tingkat kenyamanan mahasiswa FIK saat
Hasil uji hipotesis untuk perbedaan nilai duduk di kursi gazebo FIK.
rata-rata sebelum dan sesudah redesain

Tabel 2. Hasil Uji Hipotesis Kuesioner Tingkat Kenyamanan


Variabel N Mean SD P Value
Pretest 49 28,63 3,480 0,000
Posttest 49 16,37 3,365

Hasil Pengukuran Antropometri FIK pada Tabel 3 diperoleh bahwa p


Mahasiswa FIK value tinggi popliteal adalah 0,109 (P ≥
Berdasarkan pengukuran antropo- 0,05) yang artinya data berdistribusi
metri pada 49 mahasiswa FIK diperoleh normal, dan p value panjang popliteal
hasil sebagai berikut. Hasil uji untuk 0,080 (P ≥ 0,05) artinya data
normalitas data antropometri mahasiswa berdistribusi normal.

Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Data Antropomteri Mahasiswa


Variabel Mean SD P Value
Tinggi Popliteal 41,02 2,817 0,109
Panjang Popliteal 42,04 2,426 0,080

Ukuran Kursi Gazebo FIK Sebelum dalam merancang kursi gazebo FIK
dan Sesudah Redesain yang ergonomis. Adapun data untuk
Data antropometri mahasiswa ukuran kursi gazebo FIK yang
pada Tabel 4 digunakan sebagai acuan ergonomis adalah sebagai berikut.

Tabel 4. Data Antropometri Mahasiswa


Persentil (cm)
Dimensi Kursi Dimensi Antropometri
Ke-5 Ke-95
Tinggi kursi Tinggi popliteal 36 45,65
Lebar kursi Panjang popliteal 38 46,04

Berdasarkan pengukuran yang FIK di redesain diperoleh hasil berikut


dilakukan oleh peneliti di kursi gazebo ini.
FIK sebelum dan sesudah kursi gazebo
38.5 cm

40 cm
Gambar 1. Kursi Gazebo FIK Sebelum Redesain

Gambar 4. Desain Kursi Gazebo FIK Setelah Ada Tambahan Kursi Gazebo FIK yang
Ergonomis (Tampak Samping)

Hasil Pengujian Hipotesis Kuesioner terhadap musculoskeletal disorders pada


Nordic Body Map mahasiswa FIK UM.
Hasil uji untuk perbedaan nilai Berdasarkan pengukuran keluhan
sebelum dan sesudah redesain kursi musculoskeletal disorders sebelum dan
gazebo FIK pada Tabel 5 diperoleh sesudah redesain kursi gazebo FIK
bahwa p value adalah 0,000 (P ≤ 0,05) menggunakan kuesioner nordic body
yang bermakna signifikan. Artinya ada map didapatkan hasil sebagai berikut.
pengaruh redesain kursi gazebo FIK

Tabel 5. Hasil Pengujian Hipotesis Kuesioner Nordic Body Map


Variabel N Mean SD P Value
Pretest 49 46,29 13,123 0,000
Posttest 49 32,76 32,76

Hasil Persentase Keluhan Pada Setiap mengalami penurunan mencapai 25,52%


Bagian Otot Skeletal menjadi 34,69%, keluhan sakit pada
Sebelum adanya redesain kursi bagian punggung berkurang sebanyak
gazebo FIK, 61,22% mengeluhkan sakit 26,02% menjadi 33,67%, dan keluhan
pada bagian bokong, 60,2% sakit pada bagian leher berkurang
mengeluhkan sakit pada bagian 19,39% menjadi 29,08%.
pinggang, 59,69% mengeluhkan sakit Berikut adalah persentase keluhan
pada bagian punggung, dan 48,47% pada bagian otot skeletal yang paling
mengeluhkan sakit pada bagian leher. banyak dirasakan oleh mahasiswa pada
Keluhan sakit pada bagian bokong saat sebelum dan sesudah redesain kursi
menurun sebesar 26,02%, menjadi gazebo FIK.
35,2%, keluhan pada bagian pinggang
Tabel 6. Persentase Keluhan Pada Bagian Otot Skeletal Mahasiswa FIK Sebelum dan
Sesudah Redesain Kursi Gazebo FIK
Jenis Keluhan Sebelum (%) Sesudah (%) Beda
Bokong 61,22 35,2 26,02
Pinggang 60,2 34,69 25,51
Punggung 59,69 33,67 26,02
Pantat 59,18 33,67 25,51

PEMBAHASAN kursi gazebo FIK dengan frekuensi yang


Kondisi Subjek Penelitian semakin sering maka dapat menyebab-
1. Frekuensi Duduk kan risiko terkena gangguan muskulo-
Bertahan pada posisi duduk dalam skeletal lebih besar.
jangka waktu yang lama tanpa
mengubah-ubah posisinya dapat 2. Posisi Pantat Saat Duduk
menyebabkan kurangnya aliran darah Tempat duduk harus dapat
pada suatu daerah (ischemia) (Panero, memberikan kenyamanan bagi
2003:53). Gangguan pada sirkulasi pemakainya sehingga dapat mengurangi
darah dapat menyebabkan nyeri, sakit, kelelahan orang yang duduk pada saat
dan rasa kebal (mati rasa). Berdasarkan orang tersebut bekerja. Tempat duduk
kuesioner tingkat kenyamanan yang yang tidak nyaman dapat menyebabkan
telah disebarkan kepada 49 responden, cedera punggung para pekerja. Lebar
sebanyak 3 mahasiswa (6,12%) dari alas duduk yang tidak sesuai dengan
seluruh sampel, yang duduk di gazebo antropometri pengguna dapat
FIK 1 kali dalam seminggu. Sebagian menyebabkan posisi pantat yang tidak
besar sampel, 23 mahasiswa (46,94%) pas dengan alas duduk, sehingga dapat
dari seluruh sampel, duduk di gazebo menyebabkan postur tubuh saat duduk
FIK 2-3 kali dalam seminggu. menjadi tidak ergonomis dan dapat
Sedangkan yang duduk di gazebo FIK menyebabkan gangguan muskuloskele-
selama 3-4 kali seminggu terdapat 14 tal. Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan
mahasiswa (28,57%). Dan mahasiswa bahwa nilai rata-rata sebelum redesain
yang duduk di gazebo FIK lebih dari 4 sebesar 3,59 ± 0,61 dan setelah redesain
kali seminggu ada sebanyak 9 sebesar 1,18 ± 0,565, dan diperoleh p
mahasiswa (18,37%). value 0,000 (P ≤ 0,05) yang bermakna
Apabila mahasiswa duduk dengan siginifikan.
posisi yang statis selama ±30 menit Duduk di kursi yang memiliki
tanpa beristirahat maka dapat lebar tempat duduk yang lebih pendek
menyebabkan keluhan nyeri punggung daripada panjang pantat popliteal
(Sumekar, 2010:126). Dalam penelitian menyebabkan penopangan pada bagian
yang dilakukan oleh Sumekar paha tidak stabil, sehingga dapat
(2010:123) diperoleh hasil bahwa lama menimbulkan ketidaknyamanan berupa
duduk berpengaruh terhadap nyeri perasaan terjungkal dari kursi. Apabila
punggung (P=0,006), dan lama duduk lebar tempat duduk lebih panjang
mempunyai risiko 18.497 kali lebih daripada panjang pantat popliteal
besar untuk terjadinya nyeri punggung. menyebabkan ujung kursi menekan
Dalam Jurnal Kedokteran Trisakti, daerah tepat di belakang lutut, sehingga
Diana Samara (2004:67) juga dapat mengganggu proses peredarah
menyimpulkan bahwa duduk lama darah (Panero, 2003:69). Lebih dari
terutama lebih dari 4 jam dengan sikap setengah sampel duduk dengan posisi
duduk membungkuk dapat pantat di ujung kursi, sehingga risiko
menyebabkan nyeri punggung bawah. yang dapat terjadi adalah terjatuh atau
Sebagian besar mahasiswa duduk terjungkal dari kursi. Oleh karena itu,
di kursi gazebo FIK 2-3 kali dalam untuk mengurangi risiko terjatuh saat
seminggu. apabila mahasiswa duduk di duduk di kursi gazebo FIK, dapat
dilakukan penambahan lebar pada kursi diperoleh p value 0,000 (P ≤ 0,05) yang
gazebo FIK. bermakna siginifikan.
Jarak yang terlalu jauh antara
3. Kecukupan Ketinggian Kursi kursi dengan meja membuat mahasiswa
Tinggi tempat duduk yang tidak memposisikan duduknya lebih maju
sesuai dengan antropometri pengguna mendekati meja, sehingga posisi pantat
dapat menyebabkan kaki menggantung saat duduk akan berada di ujung kursi.
ataupun kaki ditekuk akibat kursi yang Posisi duduk yang demikian dapat
terlalu pendek. Posisi tersebut menyebabkan penopangan pada bagian
merupakan posisi duduk yang tidak paha tidak stabil, sehingga dapat
ergonomis dan dapat menyebabkan menimbulkan ketidaknyamanan berupa
gangguan muskuloskeletal. Berdasarkan perasaan terjungkal dari kursi (Panero,
Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai rata- 2003:69). Apabila mahasiswa
rata sebelum redesain sebesar 2,53 ± memaksakan posisi duduknya untuk
0,649 dan setelah redesain sebesar 1,20 tidak mendekati meja maka posisi duduk
± 0,407, dan diperoleh p value 0,000 (P yang terjadi adalah mahasiswa duduk
≤ 0,05) yang bermakna siginifikan. dengan sikap membungkuk. Sikap
Duduk di kursi yang terlalu punggung membungkuk akibat desain
rendah dapat menyebabkan kaki akan kursi yang tidak ergonomis, berisiko
memanjang ke depan. Posisi kaki yang menyebabkan kesakitan pada punggung
memanjang ke depan dapat dan gangguan muskuloskeletal lainnya
menyebabkan tubuh menjadi tidak stabil (Laura, 2005; Swinkels, 2006; Hurwitz,
(Panero, 2003:55). Sedangkan apabila 2005; Koesyanto, 2013:10). Dalam
duduk di kursi yang terlalu tinggi dapat penelitian yang dilakukan oleh
menyebabkan bagian bawah paha Wardaningsih (2010:57), terdapat
menjadi tertekan sehingga dapat pengaruh sikap duduk pada kursi kerja
menyebabkan gangguan peredaran darah yang tidak ergonomis terhadap
dari tungkai bawah. Hal ini dapat gangguan muskuloskeletal bagi pekerja
menyebabkan ketidaknyamanan atau wanita bagian mesin cucuk di PT.
rasa ketidaknyamanan di paha, lutut, dan Iskandar Indah Printing Textile
kaki (Dutta, 2012:1). Dalam penelitian Surakarta. Demikian juga penelitian
yang dilakukan oleh Setyaningsih yang dilakukan oleh Aditya (2012:13)
(2002:1), didapatkan kesimpulan bahwa menyebutkan bahwa sebagian besar
ada hubungan positif bermakna antara pekerja bagian pelintingan rokok di PT.
tinggi alas duduk dengan tingkat nyeri Djitoe Indonesia Tobacco mengalami
pinggang, dengan P=0,018 dan R=0,417. keluhan nyeri punggung akibat sikap
duduk yang tidak ergonomis. Dalam
4. Kecukupan Jarak Antara Kursi penelitian yang dilakukan oleh
dengan Meja Martomijoyo (2016:68), disebutkan
Kursi yang digunakan dengan bahwa ada hubungan antara sikap kerja
meja secara bersamaan, selain dengan keluhan nyeri punggung bawah
memperhatikan tinggi dan alas duduk pada pengrajin batik di PT. Paoman Art
kursi juga perlu diperhatikan jarak Kelurahan Paoman Kabupaten
antara kursi dengan meja. Jarak antara Indramayu. Oleh karena itu, untuk
kursi dengan meja yang terlalu jauh mengurangi jarak antara kursi gazebo
menyebabkan posisi duduk menjadi FIK dengan meja dapat dilakukan
membungkuk atau menyebabkan posisi penambahan lebar pada kursi gazebo
pantat berada di ujung kursi. FIK.
Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan
bahwa nilai rata-rata sebelum redesain 5. Keluhan yang Dirasakan Saat
sebesar 3,02 ± 0,629 dan setelah Duduk
redesain sebesar 1,31 ± 0,466, dan MSDs pada awalnya
menyebabkan rasa sakit, nyeri, mati
rasa, kesemutan, bengkak, kekakuan, menyebabkan sakit punggung dan
gemetar, dan rasa terbakar. Salah satu masalah tulang belakang. Desain kursi
faktor risiko yang dapat menyebabkan yang tepat ditandai dengan perasaan
musculoskeletal disorders adalah postur nyaman apabila individu duduk di kursi
kerja. Postur kerja yang tidak ergonomis itu dalam jangka waktu yang lama
dapat menyebabkan keluhan gangguan (Puswiartika, 2008:49). Oleh karena itu,
muskuloskeletal. dalam mendesain kursi yang ergonomis
Sikap kerja duduk yang tidak harus disesuaikan dengan antropometri
ergonomis akan menyebabkan gangguan pengguna, sehingga dapat mengurangi
tulang belakang. Hal tersebut risiko terkena gangguan
disebabkan adanya tekanan pada tulang muskuloskeletal.
belakang yang meningkat pada saat Berdasarkan hasil kuesioner
duduk jika dibandingkan dengan saat tingkat kenyamanan sebelum redesain
berdiri (Purwanto, 2004; Nurjanah, kursi gazebo FIK diperoleh rerata (X) ±
2012:25). Sikap duduk yang dipaksakan, SD yaitu 28,63 ± 3,480, dan hasil
seperti duduk dengan pantat diujung kuesioner tingkat kenyamanan sesudah
kursi atau duduk dengan sikap redesain kursi gazebo FIK diperoleh
membungkuk, merupakan salah satu rerata (X) ± SD yaitu 16,37 ± 3,365.
penyebab umum gangguan Hasil uji untuk perbedaan nilai pretest
muskuloskeletal (Nurjanah, 2012:25). dan posttest sebelum dan sesudah
Apabila seseorang duduk dengan posisi redesain kursi Gazebo FIK dengan
yang tidak ergonomis maka akan merasa menggunakan uji Wilcoxon diperoleh
cepat mengalami kelelahan. Selain itu bahwa P Value adalah 0,000 (P ≤ 0,05)
juga akan dirasakan keluhan seperti yang bermakna signifikan. Artinya ada
nyeri pada leher, kesemutan, pegal-pegal pengaruh redesain kursi Gazebo FIK
di lengan, dan anggota tubuh yang lain terhadap musculoskeletal disorders pada
(Suryana, 2001; Nurjanah, 2012:45). mahasiswa FIK UM.
Rasa nyeri pada otot terjadi akibat
adanya suplai oksigen ke otot yang Analisis Antropometri Mahasiswa
menurun, sehingga proses metabolisme dengan Kursi Gazebo FIK
karbohidrat menjadi terhambat dan Berdasarkan data antropometri
sebagai akibatnya terjadi penimbunan mahasiswa FIK dan ukuran atau dimensi
asam laktat yang menyebabkan kursi gazebo FIK, maka dapat dianalisis
timbulnya rasa nyeri otot tersebut ada atau tidaknya kesesuaian antara
(Anies, 2005; Nurjanah, 2012:45). dimensi kursi gazebo dengan dimensi
tubuh mahasiswa FIK sebagai pengguna
Analisis Kondisi Subjek Penelitian beserta persentil yang akan digunakan
Sebelum dan Sesudah Redesain Kursi dalam perancangan desain kursi gazebo
Gazebo FIK Berdasarkan Kuesioner FIK yang ergonomis.
Tingkat Kenyamanan 1. Tinggi Tempat Duduk
Perencanaan desain kursi harus Tinggi tempat duduk harus
disesuaiakan dengan jenis pekerjaan, memiliki panjang yang lebih pendek dari
postur yang diakibatkan, gaya yang panjang tekuk lutut sampai telapak kaki.
dibutuhkan, arah visual, dan kebutuhan Secara antropometrik, tinggi tempat
akan perlunya merubah posisi duduk dapat diukur dengan mengukur
(Nurmianto, 1996; Astutik, 2015:66). tinggi lipatan dalam lutut atau yang
Alas yang tepat pada landasan tempat disebut dengan tinggi popliteal. Tinggi
duduk dapat memenuhi kebutuhan popliteal dapat diukur secara vertikal
tersebut dan juga harus diupayakan dari permukaan lantai sampai dengan
duduk dapat mengubah posisinya atau bagian bawah paha tepat dibagian
postur tubuhnya untuk mengurangi rasa belakang lutut (Panero, 2003:58).
ketidaknyamanannya (Astutik, 2015:66). Persentil yang digunakan untuk tinggi
Desain kursi yang tidak tepat akan tempat duduk adalah persentil ke-5,
yang artinya 5% dari populasi berada duduk yang tidak ergonomis pula,
sama atau lebih rendah dari persentil ke- seperti berikut ini.
5. Penggunaan persentil ke-5 akan a. Akibat kursi terlalu pendek
menciptakan kondisi tinggi kursi yang menyebabkan kaki selonjor
dapat diakomodasi bagi mahasiswa memanjang ke depan. Posisi tersebut
dengan ukuran tinggi popliteal yang dapat menimbulkan kestabilan tubuh
paling pendek. Selain itu juga dapat menjadi berkurang (Panero,
diakomodasi bagi mahasiswa dengan 2003:58).
ukuran tinggi popliteal yang lebih tinggi. b. Selain itu, akibat kursi yang terlalu
Tinggi kursi gazebo FIK sebelum pendek, juga dapat menyebabkan
redesain 38,5 cm dan untuk tinggi kaki ditekuk. Ketika kaki ditekuk
popliteal pada persentil ke-5 sebesar maka dapat menghentikan aliran
36,39 cm. Dengan demikian tinggi kursi darah dan menyebabkan kesemutan
gazebo FIK sebelum redesain lebih (Wardaningsih, 2010:56).
tinggi daripada tinggi popliteal c. Akibat kursi yang terlalu tinggi akan
mahasiswa FIK pada persentil ke-5 menyebabkan kaki menggantung dan
(38,5 cm > 36,39 cm) sehingga dapat dapat menyebabkan paha tertekan
dikatakan bahwa tinggi kursi gazebo sehingga peredaran darah menjadi
FIK yang digunakan tidak ergonomis. terhambat (Panero, 2003:55). Posisi
Namun, lebih dari 60% demikian dapat menimbulkan
mahasiswa merasa perlu penambahan keluhan berupa nyeri dan pegal-pegal
tinggi kursi gazebo FIK. Hal ini dapat pada kaki (Wardaningsih, 2010:56).
dikarenakan dalam penentuan ukuran
tinggi kursi, selain mempertimbangkan 2. Lebar Tempat Duduk
dimensi tinggi popliteal, juga perlu Lebar tempat duduk harus lebih
diperhatikan alas kaki yang digunakan. pendek dari lipatan dalam lutut sampai
Dalam buku Dimensi Manusia & Ruang dengan garis punggung. Secara
Interior (Panero, 2003:58) disebutkan antropometrik, lebar tempat duduk dapat
bahwa tambahan tinggi popliteal dapat diukur dengan mengukur jarak dari
ditambahkan ukuran sebesar 1,5 inci pantat ke lipatan dalam lutut atau
atau 3,8 cm menjadi 40,2 cm. Selain itu, panjang popliteal. Panjang popliteal
apabila kursi digunakan bersamaan dapat diukur dari bagian depan sampai
dengan meja, maka ukuran tinggi kursi bagian belakang sebuah tempat duduk
juga harus mempertimbangkan tinggi atau jarak horizontal dari permukaan
meja yang digunakan. Tinggi meja paling belakang pantat hingga bagian
gazebo FIK sebesar 77 cm, sehingga belakang dari kaki bagian bawah
alas duduk dengan alas meja memiliki (Panero, 2003:59). Persentil yang
jarak sebesar 38,5 cm. jarak antara alas digunakan untuk lebar tempat duduk
duduk dengan meja dapat ditentukan adalah persentil ke-5, yang artinya 5%
melalui tinggi siku pada posisi istirahat. dari populasi berada sama atau lebih
Jarak maksimal antara alas duduk rendah dari persentil ke-5. Penggunaan
dengan meja yang diperkenankan dalam persentil ke-5 akan menciptakan kondisi
buku Dimensi Manusia & Ruang lebar kursi yang dapat diakomodasi bagi
Interior sebesar 28 cm. Artinya, jarak mahasiswa dengan ukuran panjang
yang antara alas duduk dengan meja saat popliteal yang paling pendek. Selain itu
ini mencapai 10,6 cm. Dengan berbagai juga dapat diakomodasi bagi mahasiswa
pertimbangan tersebut, maka redesain dengan ukuran panjang popliteal yang
untuk ketinggian kursi gazebo FIK dapat lebih lebar.
dilakukan dengan penambahan tinggi Lebar kursi gazebo FIK sebelum
sebesar 7 cm. redesain 40 cm dan untuk panjang
Tinggi tempat duduk yang tidak popliteal pada persentil ke-5 sebesar 38
ergonomis akan menimbulkan sikap cm. Dengan demikian lebar kursi gazebo
FIK sebelum redesain lebih lebar
daripada panjang popliteal mahasiswa tegak saat duduk dapat terjadi akibat
FIK pada persentil ke-5 (40 cm > 38 cm) desain kursi yang tidak sesuai dengan
sehingga dapat dikatakan bahwa lebar antropometri mahasiswa.
kursi gazebo FIK yang digunakan tidak Sebelum adanya redesain kursi
ergonomis. gazebo FIK, 61,22% mengeluhkan sakit
Namun, lebih dari 80% pada bagian bokong, 60,2%
mahasiswa merasa perlu penambahan mengeluhkan sakit pada bagian
lebar kursi gazebo FIK. Hal ini dapat pinggang, 59,69% mengeluhkan sakit
dikarenakan dalam penentuan ukuran pada bagian punggung, dan 48,47%
lebar kursi, selain mempertimbangkan mengeluhkan sakit pada bagian leher.
dimensi panjang popliteal, juga perlu Akibat posisi pantat berada di ujung
diperhatikan jarak antara kursi dengan kursi pada saat duduk di kursi gazebo
meja yang digunakan. Jarak antara kursi FIK maka mahasiswa mengeluhkan
dengan meja sebesar 32 cm. Seharusnya sakit pada bagian bokong dan juga
tidak ada jarak antara kursi dengan meja. pinggang. Tidak adanya sandaran kursi
Dengan berbagai pertimbangan tersebut, dapat menyebabkan munculnya keluhan
maka redesain untuk lebar kursi gazebo nyeri punggung (Dutta, 2012:1). Pada
FIK dapat dilakukan dengan penelitian yang dilakukan oleh Samara
penambahan lebar sebesar 32 cm. (2007:137) dapat disimpulkan bahwa
Lebar tempat duduk yang tidak nyeri leher yang dirasakan oleh pekerja
ergonomis akan menimbulkan sikap terjadi akibat adanya ketegangan dan
duduk yang tidak ergonomis pula, peregangan otot disekitar leher. Salah
seperti: satu jenis pekerjaan yang dapat memicu
a. Akibat lebar kursi terlalu pendek terjadinya nyeri leher antara lain bekerja
menyebabkan kurangnya penopang didepan meja dengan posisi
pada bagian bawah paha. Posisi membungkuk. Gejala nyeri leher antara
tersebut dapat menimbulkan perasaan lain terasa sakit dan kaku di daerah
terjatuh atau terjungkal dari kursi leher, nyeri pada otot-otot leher, sakit
(Panero, 2003:59). kepala, dan migraine. Nyeri bisa
b. Selain itu, akibat lebar kursi yang menjalar ke bahu, lengan, dan tangan
terlalu pendek, juga dapat disertai keluhan terasa baal atau seperti
menyebabkan posisi paha yang ditusuk jarum.
seharusnya lurus menjadi cenderung Selain itu, adanya ketidaksesuaian
miring ke bawah dan kaki menjadi antara dimensi tubuh mahasiswa FIK
tumpuan. Hal ini dapat menyebabkan dengan dimensi kursi gazebo FIK dapat
keluhan di bagian bokong, pantat, menyebabkan ketidaknyamanan tubuh
dan juga paha (Wardaningsih, mahasiswa saat duduk di kursi gazebo
2010:56). FIK, sehingga mahasiswa harus sering
c. Akibat kursi yang terlalu lebar akan mengubah posisi duduknya (Dutta,
menyebabkan bagian ujung dari kursi 2012:1). Hal tersebut dilakukan untuk
menekan daerah di belakang lutut menciptakan kondisi yang lebih nyaman.
sehingga peredaran darah menjadi
terhambat (Panero, 2003:55). 2. Setelah Redesain Kursi Gazebo
FIK
Analisis Keluhan Pada Masing- Menurut OSHA (2000), gangguan
Masing Bagian Otot muskuloskeletal dapat terjadi ketika
1. Sebelum Redesain Kursi Gazebo kemampuan fisik seseorang tidak
FIK sebanding dengan pekerjaan yang
Posisi tubuh yang salah dan dilakukan. Postur yang tidak ergonomis
duduk terlalu lama saat kuliah dan (awkward postures) dapat menekan
belajar merupakan salah satu faktor syaraf dan mengiritasi tendon. Selain itu
risiko gangguan muskuloskeletal. Posisi postur statis, seperti duduk dengan
tubuh yang membungkuk atau tidak posisi yang tetap selama beberapa menit
dapat mengganggu aliran darah dan Analisis Keluhan Musculoskeletal
merusak otot (OSHA, 2000). Gangguan Disorders Sebelum dan Sesudah
muskuloskeletal salah satunya dapat Redesain Kursi Gazebo FIK
dicegah dengan cara engineering Berdasarkan Kuesioner Nordic Body
control, yakni menggunakan peralatan Map
dan stasiun kerja yang sesuai dengan Desain kursi yang tidak tepat akan
antropometri pengguna (OSHA, 2000). dapat menyebabkan sakit punggung dan
Oleh karena itu, setelah adanya masalah tulang belakang. Akibat desain
redesain kursi gazebo FIK, berupa kursi yang tidak sesuai dengan
penambahan ketinggian kursi dan lebar antropometri pengguna, maka dapat
kursi sesuai dengan antropometri menimbulkan sikap duduk yang salah.
mahasiswa, maka keluhan gangguan Posisi tubuh yang salah selama duduk
muskuloskeletal mahasiswa FIK membuat tekanan abnormal dari
mengalami penurunan. Keluhan sakit jaringan sehingga menyebabkan rasa
pada bagian bokong menurun sebesar sakit (Astutik, 2015:66).
26,02%, dari 61,22% menjadi 35,2%, Berdasarkan hasil kuesioner
keluhan pada bagian pinggang Nordic Body Map sebelum redesain
mengalami penurunan mencapai 25,52% kursi gazebo FIK diperoleh rerata (X) ±
menjadi 34,69%, keluhan sakit pada SD yaitu 46,29 ± 13,123, dan hasil
bagian punggung berkurang sebanyak kuesioner Nordic Body Map sesudah
26,02% menjadi 33,67%, dan keluhan redesain kursi gazebo FIK diperoleh
sakit pada bagian leher berkurang rerata (X) ± SD yaitu 32,76 ± 32,76.
19,39% menjadi 29,08%. Hasil uji untuk perbedaan nilai pretest
Hal ini didukung oleh penelitian dan posttest sebelum dan sesudah
yang telah dilakukan oleh Pratomo perlakuan dengan menggunakan uji
(2007:44) yang meneliti tentang Wilcoxon diperoleh bahwa P Value
“Hubungan Antara Kursi Kerja dengan adalah 0,000 (P ≤ 0,05) yang artinya
Timbulnya Keluhan Nyeri Pinggang signifikan. Maka dapat disimpulkan
Pada Pekerja Tenun Kain Sarung di Java bahwa terdapat pengaruh redesain kursi
ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) Desa gazebo FIK terhadap keluhan
Kebunan Kecamatan Taman Kabupaten musculoskeletal disorders pada
Pemalang”. Hasil analisis uji statistik mahasiswa FIK UM.
menunjukkan nilai p = 0,02 yang artinya Hal ini dapat terjadi karena
ada hubungan antara kursi kerja dengan redesain kursi telah disesuaikan dengan
timbulnya keluhan nyeri pinggang pada antropometri mahasiswa FIK sebagai
pekerja tenun kain sarung. Hasil pengguna. Penelitian sejenis dilakukan
penelitian ini juga mendukung penelitian oleh Wulandari (2016:23) dengan judul
sebelumnya yang dilakukan oleh “Pengaruh redesain kursi kerja terhadap
Subagya (2010:67) tentang “Pengaruh keluhan musculoskeletal pada pekerjaan
Ergonomis Stasiun kerja terhadap menjahit di desa X”. Hasil penelitian ini
Keluhan otot-otot skeletal Pekerja laki- menunjukkan bahwa ada pengaruh
laki Kantor Administrasi Dokumen redesain kursi kerja terhadap keluhan
Building PT Krakatau Steel Cilegon”, muskuloskeletal pada pekerjaan
dengan hasil uji statistik nilai p = 0,000 menjahit di desa X dengan nilai P Value
(p < 0,05), maka hasil uji dinyatakan 0,001 yang artinya ada beda yang sangat
signifikan, yang artinya ada beda rata- signifikan. Penelitian sejenis juga
rata antara skor keluhan dilakukan oleh Pratomo (2007:44)
muskuloskleletal sebelum bekerja dengan judul “Hubungan Antara Kursi
dengan setelah bekerja. Kerja dengan Timbulnya Keluhan Nyeri
Pinggang Pada Pekerja Tenun Kain
Sarung di Java ATBM (Alat Tenun
Bukan Mesin) Desan Kebunan
Kecamatan Taman Kabupaten
Pemalang”. Hasil penelitian ini Universitas Muhammadiyah
menunjukkan bahwa ada hubungan Surakarta.
antara kursi kerja dengan timbulnya Astuti. 2009. Gambaran Faktor Risiko
keluhan nyeri pinggang pada pekerja Pekerjaan dan Keluhan Gejala
tenun kain sarung dengan hasil analisis Musculoskeletal Disorders pada
uji statistik p sebesar 0,02. Tubuh Bagian Atas Pekerja di
Sektor Informal Butik Lamode,
PENUTUP Depok Lama, Tahun 2009.
Berdasarkan hasil penelitian dan Skripsi. Jakarta: Universitas
analisis data pada kuesioner Indonesia.
kenyamanan penggunaan kursi gazebo Astutik., Sugiharto. 2015. Hubungan
FIK dan kuesioner nordic body map antara Desain Kursi Kerja dengan
sebelum dan sesudah redesain dapat Keluhan Nyeri Punggung Bawah
disimpulkan bahwa ada pengaruh Pada Pekerja Bagian Penenunan
redesain kursi gazebo FIK terhadap di CV. Pirsa Art Pekalongan.
keluhan musculoskeletal disorders pada Unnes Journal of Public Health, 4
mahasiswa FIK UM. (1): 61-68.
Adapun berikut merupakan saran Dutta S, Dhara PC. 2012. Evaluation of
yang dapat disampaikan. Different Sitting Postures of Rural
Primary School Boys in the
1. Bagi Fakultas Ilmu Keolahragaan Classroom. Journal of
Penggunaan kursi gazebo FIK Ergonomics, 2: 105. doi:
yang ergonomis dalam penelitian ini 10.4172/2165-7556.1000105.
terbukti dapat menurunkan skor Health and Safety Executive. 2012.
ketidaknyamanan, sehingga bagi Musculoskeletal Disorder.
Fakultas Ilmu Keolahragaan dapat (Online),
memperbaiki atau menambahkan kursi (http://www.hse.gov.uk/offshore/
sesuai dengan desain yang ada pada musculoskeletal.htm), diakses 13
penelitian ini. Juni 2017.
Health and Safety Executive. 2015.
2. Bagi Mahasiswa Fakultas Ilmu Work Related Musculoskeletal
Keolahragaan Disorder Statistics (WRMSDs) in
Hendaknya bagi para mahasiswa Great Britain 2015. (Online),
menggunakan kursi yang ergonomis saat (http://www.hse.
duduk di gazebo FIK disertai dengan gov.uk/statistics/causdis/musculos
menerapkan posisi duduk yang benar. keletal/index.htm), diakses 2
November 2016.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya Iridiastadi, Hardianto. Yassierli. 2014.
Bagi peneliti selanjutnya, hendak- Ergonomi Suatu Pengantar.
nya dapat menambahkan variabel lain Bandung: Rosda Jaya Putra.
seperti sandaran, pijakan kaki, dan juga Koesyanto. 2013. Masa Kerja Dan Sikap
pemberian busa pada alas duduk. Kerja Duduk Terhadap Nyeri
Tujuannya agar dapat meminimalisasi Punggung. Jurnal Kemas, 9 (1):
ketidaknyamanan yang lebih baik lagi. 9-14.
Lisdiana, S. 2013. Pengaruh
DAFTAR PUSTAKA Penggunaan Kursi Ergonomis
Aditya. 2012. Pengaruh Sikap Kerja Terhadap Kenyama-nan Posisi
Duduk Terhadap Keluhan Nyeri Duduk Pada Ibu Menyusui Bayi
Punggung Bawah Pada Pekerja Sampai Usia Enam Bulan di
Bagian Pelintingan Rokok Di Pt. Kelurahan Pisangan Kecamatan
Djitoe Indonesia Tobacco. Ciputat Timur Kota Tangerang
Naskah Publikasi. Surakarta: Selatan Tahun 2013. Skripsi.
Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
Martomijoyo. 2016. Hubungan Sikap Yang Statis. Jurnal Universa
Kerja Dengan Keluhan Nyeri Medicina, 26 (3): 137-142.
Punggung Bawah Pada Pengrajin Setyaningsih. 2002. Hubungan Sikap
Batik PT Paoman Art Di Kerja Duduk Dengan Tingkat
Kelurahan Paoman Kabupaten Nyeri Pinggang Pada Pekerja
Indramayu. Jurnal Universitas Laki-Laki Bagian Produksi
Wiralodra, 7 (4): 68-71. Perusahaan Keramik (Studi
NIOSH. 2015. Hierarchy Of Control. Kasus Pada Industri Kerajinan
(Online), Keramik di Kecamatan Purwareja
(https://www.cdc.gov/niosh/ Klampok Kabupaten
topics/ hierarchy/), diakses 13 Banjarnegara Tahun 2001).
Oktober 2016. Skripsi. Semarang: Universitas
Nurjanah. 2012. Hubungan Sikap Kerja Diponegoro.
Duduk dengan Keluhan Sari, Retna. 2013. Studi Aktivitas
Musculoskeletal Pada Pekerja Pengguna Gazebo Fakultas
Bagian Reaching PT. Delta Pendidikan Teknologi Dan
Merlin Dunia Textile Kejuruan. Skripsi. Jakarta:
Kebakkramat Karanganyar. Universitas Pendidikan Indonesia.
Skripsi. Surakarta: Universitas Solichin., Kustono, Djoko.,
Sebelas Maret. Martiningsih, Anny. 2014. Dasar-
Occupational Safety and Health Dasar Keselamatan dan
Administration. 2000. Ergonomic: Kesehatan Kerja. Malang:
The Study of Work. (Online), Universitas Negeri Malang.
(https://www.osha.gov/Publicatio Subagya, Anang. 2010. Pengaruh
ns/osha3125.pdf), diakses 15 Juni Stasiun Kerja Terhadap Keluhan
2017. Otot-Otot Skeletal Pekerja Laki-
Panero, Julius., Zelnik, Martin. 2003. Laki Pada Kantor Administrasi
Dimensi Manusia dan Ruang Dokumen Building PT. Krakatau
Interior. Erlangga: Jakarta. Steel Cilegon. Skripsi. Surakarta:
Pratomo. 2007. Hubungan Antara Kursi Universitas Sebelas Maret.
Kerja Dengan Timbulnya Sugiyono. 2011. Metode Penelitian
Keluhan Nyeri Pinggang Pada Kuantitatif dan Kualitatif.
Pekerja Tenun Kain Sarung Di Bandung: CV. Alfabeta.
Java Atbm (Alat Tenun Bukan Suliyanto. 2014. Statistik Non
Mesin) Desa Kebunan Parametrik dalam Apilkasi
Kecamatan Taman Kabupaten Penelitian. Yogyakarta: ANDI.
Pemalang Tahun 2006. Skripsi. Sumekar, D. & Natalia, D. 2010. Nyeri
Semarang: Universitas Negeri Punggung pada Operator
Semarang Komputer Akibat Posisi dan
Puswiartika, D. 2008. Peran Ergonomi Lama Duduk. Bandung Medical
dalam Meningkatkan Journal, 42 (3): 123-127.
Produktivitas Kerja. Ragam Tim Penyusun Pedoman Karya Tulis
Jurnal Pengembangan Ilmiah. 2010. Pedoman Karya
Humaniora, 8 (1). Tulis Ilmiah. Malang: UM
Samara, Diana. 2004. Lama Dan Sikap PRESS.
Duduk Sebagai Faktor Risiko Wiranata. 2011. Redesain Kursi Kuliah
Terjadinya Nyeri Pinggang Ergonomis dengan Pendekatan
Bawah. Jurnal Kedokteran Anthropometri. Skripsi. Surakarta:
Trisakti, 23 (2): 63-67. Universitas Sebelas Maret.
Samara, Diana. 2007. Nyeri Wardaningsih. 2010. Pengaruh Sikap
Muskuloskeletal Pada Leher Kerja Duduk Pada Kursi Kerja
Pekerja Dengan Posisi Pekerjaan Yang Tidak Ergonomis Terhadap
Keluhan Otot-Otot Skeletal Bagi
Pekerja Wanita Bagian Mesin
Cucuk Di PT Iskandar Indah
Printing Textile Surakarta.
Skripsi. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret.
Wulandari., Rosanti. 2016. Pengaruh
Redesain Kursi Kerja Terhadap
Keluhan Muskuloskeletal Pada
Pekerjaan Menjahit Di Desa X.
Journal of Industrial Hygiene and
Occupational Health, 1 (1): 23-
39.

Das könnte Ihnen auch gefallen