Sie sind auf Seite 1von 12

Perawatan Luka Pasca Operasi

A. hPengertian.
Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit. Luka adalah kerusakan
kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh lain. Ketika luka timbul,
beberapa efek akan muncul :
1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2. Respon stres simpatis
3. Perdarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel
B. Jenis-Jenis Luka.
Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara mendapatkan luka itu dan
menunjukkan derajat luka.
1. Berdasarkan tingkat kontaminasi
a. Clean Wounds (Luka bersih)
Yaitu luka bedah takterinfeksi yang mana tidak terjadi proses peradangan
(inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan,genital dan urinari tidak
terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan
dimasukkan drainase tertutup.Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% - 5%.
b. Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi)
Merupakan luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau
perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan
timbulnya infeksi luka adalah 3% - 11%.\
c. Contamined Wounds (Luka terkontaminasi)
Termasuk luka terbuka, fresh, luka akibat kecelakaan dan operasi dengan
kerusakan besar dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari saluran cerna; pada
kategori ini juga termasuk insisi akut, inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi
luka 10% - 17%.
d. Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi)
Yaitu terdapatnya mikroorganisme pada luka.
2. Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka
a. Stadium I : Luka Superfisial (“Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang terjadi
pada lapisan epidermis kulit.
b. Stadium II : Luka “Partial Thickness” : yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan
epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda
klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal.
c. Stadium III : Luka “Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi
kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi
tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis,
dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu
lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya.
d. Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan
tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.
3. Berdasarkan waktu penyembuhan luka
a. Luka akut : yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep
penyembuhan yang telah disepakati.
b. Luka kronis yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan,dapat
karena faktor eksogen dan endogen.
C. Mekanisme terjadinya luka.
1. Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam. Misal yang
terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh sutura seterah
seluruh pembuluh darah yang luka diikat (Ligasi) Luka memar (Contusion Wound),
terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera pada
jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.
2. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang
biasanya dengan benda yang tidak tajam.
3. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau
yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
4. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau
oleh kawat.
5. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya
pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya
lukanya akan melebar.
6. Luka Bakar (Combustio)
D. Penyembuhan Luka
Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan memulihkan
dirinya. Peningkatan aliran darah ke daerah yang rusak, membersihkan sel dan benda asing
dan perkembangan awal seluler bagian dari proses penyembuhan. Proses
penyembuhanterjadi secara normal tanpa bantuan, walaupun beberapa bahan perawatan dapat
membantu untuk mendukung proses penyembuhan. Sebagai contoh, melindungi area yang
luka bebas dari kotoran dengan menjaga kebersihan membantu untuk meningkatkan
penyembuhan jaringan.
1. Prinsip Penyembuhan Luka
a. Kemampuan tubuh untuk menangani trauma jaringan dipengaruhi oleh luasnya
kerusakan dan keadaan umum kesehatan tiap orang.
b. Respon tubuh pada luka lebih efektif jika nutrisi yang tepat tetap dijaga.
c. Respon tubuh secara sistemik pada trauma.
d. Aliran darah ke dan dari jaringan yang luka, (5) Keutuhan kulit dan mukosa membran
disiapkan sebagai garis pertama untuk mempertahankan diri dari mikroorganisme.
e. Penyembuhan normal ditingkatkan ketika luka bebas dari benda asing tubuh termasuk
bakteri.
2. Faktor yang Mempengaruhi Luka
a. Usia
Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua. Orang tua
lebih sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat mengganggu
sintesis dari faktor pembekuan darah. Karena fungsi dari tubuh sudah tida maksimal
b. Nutrisi
Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian pada tubuh. Klien
memerlukan diit kaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A, dan mineral
seperti Fe, Zn. Klien kurang nutrisi memerlukan waktu untuk memperbaiki status
nutrisi mereka setelah pembedahan jika mungkin. Klien yang gemuk meningkatkan
resiko infeksi luka dan penyembuhan lama karena supply darah jaringan adipose
tidak adekuat.
c. Infeksi
Infeksi luka menghambat penyembuhan. Bakteri sumber penyebab infeksi.
d. Sirkulasi (hipovolemia) dan Oksigenasi
Sejumlah kondisi fisik dapat mempengaruhi penyembuhan luka. Adanya sejumlah
besar lemak subkutan dan jaringan lemak (yang memiliki sedikit pembuluh darah).
Pada orang-orang yang gemuk penyembuhan luka lambat karena jaringan lemak lebih
sulit menyatu, lebih mudah infeksi, dan lama untuk sembuh. Aliran darah dapat
terganggu pada orang dewasa dan pada orang yang menderita gangguan pembuluh
darah perifer, hipertensi atau diabetes millitus. Oksigenasi jaringan menurun pada
orang yang menderita anemia atau gangguan pernapasan kronik pada perokok.
Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan menurunnya
ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.
e. Hematoma
Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara bertahap
diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan yang
besar hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga
menghambat proses penyembuhan luka.
f. Benda asing
Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan terbentuknya
suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari serum,
fibrin,jaringan sel mati dan lekosit (sel darah merah), yang membentuk suatu cairan
yang kental yang disebut dengan nanah (“Pus”).
g. Iskemia
Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah pada
bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat dari
balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu adanya
obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.
h. Diabetes
Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula
darah,nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi
penurunan protein-kalori tubuh.
i. Keadaan Luka
Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas penyembuhan
luka. Beberapa luka dapat gagal untuk menyatu.
j. Obat
Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti neoplasmik
mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik yang lama dapat membuat
seseorang rentan terhadap infeksi luka.
a. Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap cedera
b. Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan
c. Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri penyebab
kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan tertutup, tidak
akan efektif akibat koagulasi intravaskular.
3. Komplikasi Penyembuhan Luka
Komplikasi penyembuhan luka meliputi infeksi, perdarahan, dehiscence dan eviscerasi.
a. Infeksi
Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama pembedahan atau
setelah pembedahan. Gejala dari infeksi sering muncul dalam 2 – 7 hari setelah
pembedahan. Gejalanya berupa infeksi termasuk adanya purulent, peningkatan
drainase, nyeri, kemerahan dan bengkak di sekeliling luka, peningkatan suhu, dan
peningkatan jumlah sel darah putih.
b. Perdarahan
Perdarahan dapat menunjukkan suatu pelepasan jahitan, sulit membeku pada garis
jahitan, infeksi, atau erosi dari pembuluh darah oleh benda asing (seperti
drain).Hipovolemia mungkin tidak cepat ada tanda. Sehingga balutan (dan luka di
bawahbalutan) jika mungkin harus sering dilihat selama 48 jam pertama setelah
pembedahan dan tiap 8 jam setelah itu.Jika perdarahan berlebihan terjadi,
penambahan tekanan balutan luka steril mungkin diperlukan. Pemberian cairan dan
intervensi pembedahan mungkin diperlukan.
4. Perkembangan Perawatan Luka
Profesional perawat percaya bahwa penyembuhan luka yang terbaik adalah
dengan membuat lingkungan luka tetap kering (Potter.P, 1998). Perkembangan perawatan
luka sejak tahun 1940 hingga tahun 1970, tiga peneliti telah memulai tentang perawatan
luka. Hasilnya menunjukkan bahwa lingkungan yang lembab lebih baik daripada
lingkungan kering. Winter (1962) mengatakan bahwa laju epitelisasi luka yang ditutup
poly-etylen dua kali lebih cepat daripada luka yang dibiarkan kering. Hasil penelitian ini
menyimpulkan bahwa migrasi epidermal pada luka superficial lebih cepat pada suasana
lembab daripada kering, dan ini merangsang perkembangan balutan luka modern ( Potter.
P, 1998). Perawatan luka lembab tidak meningkatkan infeksi. Pada kenyataannya tingkat
infeksi pada semua jenis balutan le:mbab adalah 2,5 %, lebih baik dibanding 9 % pada
balutan kering (Thompson. J, 2000).Rowel (1970) menunjukkan bahwa lingkungan
lembab meningkatkan migrasi sel epitel ke pusat luka dan melapisinya sehingga luka
lebih cepat sembuh. Konsep penyembuhan luka dengan teknik lembab ini merubah
penatalaksanaan luka dan memberikan rangsangan bagi perkembangan balutan lembab (
Potter. P, 1998).
Penggantian balutan dilakukan sesuai kebutuhan tidak hanya berdasarkan
kebiasaan,melainkan disesuaikan terlebih dahulu dengan tipe dan jenis luka. Penggunaan
antiseptikhanya untuk yang memerlukan saja karena efek toksinnya terhadap sel sehat.
Untuk membersihkan luka hanya memakai normal saline (Dewi, 1999). Citotoxic agent
seperti povidine iodine, asam asetat, seharusnya tidak secara sering digunakan untuk
membersihkan luka karena dapat menghambat penyembuhan dan mencegah reepitelisasi.
Luka dengan sedikit debris dipermukaannya dapat dibersihkan dengan kassa yang
dibasahi dengan sodium klorida dan tidak terlalu banyak manipulasi gerakan. (Walker. D,
1996) Tepi luka seharusnya bersih, berdekatan dengan lapisan sepanjang tepi luka. Tepi
luka ditandai dengan kemerahan dan sedikit bengkak dan hilang kira-kira satu minggu.
Kulit menjadi tertutup hingga normal dan tepi luka menyatu.
Perawat dapat menduga tanda dari penyembuhan luka bedah insisi :
a. Tidak ada perdarahan dan munculnya tepi bekuan di tepi luka.
b. Tepi luka akan didekatkan dan dijepit oleh fibrin dalam bekuan selama satu atau
beberapa jam setelah pembedahan ditutup.
c. Inflamasi (kemerahan dan bengkak) pada tepi luka selama 1 – 3 hari.
d. Penurunan inflamasi ketika bekuan mengecil.
e.
f. Jaringan granulasi mulai mempertemukan daerah luka. Luka bertemu dan menutup
selama 7 – 10 hari. Peningkatan inflamasi digabungkan dengan panas dan drainase
mengindikasikan infeksi luka. Tepi luka tampak meradang dan bengkak.
g. Pembentukan bekas luka
h. Pembentukan kollagen mulai 4 hari setelah perlukan dan berlanjut sampai 6 bulan
atau lebih.
i. Pengecilan ukuran bekas luka lebih satu periode atau setahun. Peningkatan ukuran
bekas luka menunjukkan pembentukan kelloid.
5. Tujuan Perawatan Luka
a. Memberikan lingkungan yang memadai untuk penyembuhan luka
b. Absorbsi drainase
c. Menekan dan imobilisasi luka
d. Mencegah luka dan jaringan epitel baru dari cedera mekanis
e. Mencegah luka dari kontaminasi bakteri
f. Meningkatkan hemostasis dengan menekan dressing
g. Memberikan rasa nyaman mental dan fisik pada pasien
6. Bahan yang Digunakan dalam Perawatan Luka
a. Sodium Klorida 0,9 %
Sodium klorida adalah larutan fisiologis yang ada di seluruh tubuh karena alasan
ini tidak ada reaksi hipersensitivitas dari sodium klorida. Normal saline aman
digunakan untuk kondisi apapun (Lilley & Aucker, 1999). Sodium klorida atau
natrium klorida mempunyai Na dan Cl yang sama seperti plasma. Larutan ini tidak
mempengaruhi sel darah merah (Handerson, 1992). Sodium klorida tersedia dalam
beberapa konsentrasi,yang paling sering adalah sodium klorida 0,9 %. Ini adalah
konsentrasi normal dari sodium klorida dan untuk alasan ini sodium klorida disebut
juga normal saline (Lilley &Aucker, 1999). Merupakan larutan isotonis aman untuk
tubuh, tidak iritan, melindungi granulasi jaringan dari kondisi kering, menjaga
kelembaban sekitar luka dan membantu luka menjalani proses penyembuhan serta
mudah didapat dan harga relatif lebih murah
b. Larutan povodine-iodine.
Iodine adalah element non metalik yang tersedia dalam bentuk garam yang
dikombinasi dengan bahan lain Walaupun iodine bahan non metalik iodine berwarna
hitam kebiru-biruan, kilau metalik dan bau yang khas. Iodine hanya larut sedikit di
air,tetapi dapat larut secara keseluruhan dalam alkohol dan larutan sodium iodide
encer.Iodide tinture dan solution keduanya aktif melawan spora tergantung
konsentrasi dan waktu pelaksanaan (Lilley & Aucker, 1999). Larutan ini akan
melepaskan iodium anorganik bila kontak dengan kulit atau selaput lendir sehingga
cocok untuk luka kotor dan terinfeksi bakteri gram positif dan negatif, spora, jamur,
dan protozoa. Bahan ini agak iritan dan alergen serta meninggalkan residu (Sodikin,
2002). Studi menunjukan bahwa antiseptik seperti povodine iodine toxic terhadap sel
(Thompson. J, 2000). Iodine dengan konsentrasi > 3 % dapat memberi rasa panas
pada kulit. Rasa terbakar akannampak dengan iodine ketika daerah yang dirawat
ditutup dengan balutan oklusif kulit dapat ternoda dan menyebabkan iritasi dan nyeri
pada sisi luka. (Lilley & Aucker, 1999).
E. Manfaat balutan modern
Berbicara mengenai penyembuhan luka, balutan luka menentukan lama tidaknya proses
penyembuhan luka, jumlah biaya perawatan yang dibayarkan serta jumlah kunjungan ke
klinik. Semakin tepat balutan luka modern, penyembuhan dan penghematan biaya perawatan
akan bisa dipangkas.
F. Jenis balutan modern.
Balutan luka modern menyesuaikan dengan kondisi terkini pada luka. Oleh karena itu
balutan luka modern ini bervariatif bentuk, manfaat dan tujuan diberikannya.
a. Hydrocolloid
Hydrocolloid merupakan balutan yang dapat diaplikasikan pada luka bakar, nekrotik,
venus ulcer dll. Balutan ini dapat membuat kondisi disekitar luka tetap lembab, mencegah
infeksi serta mudah dalam penggunannya.
Hydrocolloid

b. Hydrogel
Hydrogel dapat digunakan pada luka yang tidak ada cairannya, luka nyeri, luka
tekan, donor, ataupun luka bakar derajat kedua. Balutan luka modern ini di desain untuk
mengurangi infeksi, mengurangi nyeri, serta mempercepat proses penyembuhan luka.

Hydrogel
c. Alginate
Alginate dapat diaplikasikan pada luka dengan cairan yang banyak. Balutan luka
modern ini menyerap cairan yang ada pada luka. Balutan ini dapat diganti setiap 2 hari
sekali. Apabila justeru terlalu sering mengganti balutan luka, luka akan menjadi kering
dan bakteri akan lebih mudah menginvasi luka.
d. Collagen
Balutan luka modern ini dapat diberikan pada luka seperti luka dekubitus, luka
kronik, ulkus dll. Balutan ini memacu sel agar lebih cepat proses pembentukannya serta
memiliki peranan memacu tumbuhnya pembuluh darah pada sekitar luka. Dengan begitu,
peyembuhan luka bisa lebih cepat.
e. Foam
Foam dapat digunakan pada luka dengan tingkat keparahan yang lebih luas atau
berbahaya bagi penderitanya. Foam dapat menyerap cairan, nanah yang bercampur
bakteri serta menjaga kelembapan luka agar lebih cepat dalam penyembuhan luka.
f. Transparant Dressing
Balutan luka modern yang digunakan agar luka dapat terlihat dan di monitor.
Balutan ini juga sebagai pencegah infeksi. Biasanya digunakan pada luka pasca operasi,
operasi sesaria, atau luka bakar.
g. Cloth
Cloth merupakan balutan yang paling umum digunakan. Balutan ini dapat
digunakan pada luka tergores, lecet atau cidera minor. Balutan ini dapat dihemat dan
dibentuk/dipotong sesuai dengan ukuran atau kebutuhan luka.

MANAJEMEN LUKA

A. Konsep perawatan luka modern


mempertimbangkan penampilan luka, bukan penyebab luka. Penampilan luka berbeda,
penanganan berbeda Paling penting dalam manajemen perawatan luka
adalah ”preparasi luka” (persiapan penampilan dasar luka). Untuk itu diperlukan
pengetahuan dasar tentang penampilan luka. Pada konsep perawatan luka modern,
manajemen perawatan luka akut dan kronis adalah dengan menggunakan metode 3 M, yaitu :
1. Mencuci luka
2. Membuang jaringan mati (nekrotik)
3. Memilih balutan yang tepat
Namun semuanya tetap harus melalui proses keperawatan yang komprehensif meliputi
pengkajian, perencanaan, implementasi, evaluasi, dan yang tidak kalah penting adalah
dokumentasi.
1. Pengkajian
a. Kondisi luka
1) Warna dasar luka
a) Slough (yellow)
b) Necrotic tissue (black)
c) Infected tissue (green)
d) Granulating tissue (red)
e) Epithelialising (pink)
2) Lokasi, ukuran (panjang, lebar, diameter) dan kedalaman luka
3) Eksudat
4) Odor
5) Tanda-tanda infeksi
6) Keadaan kulit sekitar luka : warna dan kelembaban
b. Hasil pemeriksaan laboratorium yang mendukung
c. Pengkajian Status nutrisi klien : BMI, kadar albumin
d. Pengkajian Status vascular : Hb, TcO2
e. Pengkajian Status imunitas: terapi kortikosteroid atau obat-obatan immunosupresan
yang lain
f. Penyakit yang mendasari : diabetes atau kelainan vaskularisasi lainnya
2. Perencanaan
Langkah pertama dalam melakukan perencanaan perawatan luka adalah dengan
menggunakan TIME Manajemen yang terdiri dari :
a. Tissue management (manajemen jaringan dasar luka),
b. Inflamation control (control inflamasi),
c. Moisture balance (kelembaban seimbang), dan
d. Epitelial edge (pembentukan epitel tepi luka) .
Tujuan dari perencanaan perawatan luka dengan menggunakan TIME Management
ini adalah menyiapkan dasar luka (Wound Bed Preparation) agar luka dapat sembuh secara
optimal sesuai dengan prinsip perawatan luka yang lembab.
B. Pemilihan Balutan Luka
Balutan luka (wound dressings) secara khusus telah mengalami perkembangan yang
sangat pesat selama hampir dua dekade ini. Revolusi dalam perawatan luka ini dimulai
dengan adanya hasil penelitian yang dilakukan oleh Professor G.D Winter (bapak perawatan
luka lembab) pada tahun 1962 yang dipublikasikan dalam jurnal Nature tentang keadaan
lingkungan yang optimal untuk penyembuhan luka. Menurut Gitarja (2002), adapun alasan
dari teori perawatan luka dengan suasana lembab ini antara lain:
1) Mempercepat fibrinolysis
Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan lebih cepat oleh netrofil dan sel
endotel dalam suasana lembab.
2) Mempercepat angiogenesis
Dalam keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan merangsang lebih
pembentukan pembuluh darah dengan lebih cepat.
3) Menurunkan resiko infeksi
Kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan perawatan
kering
4) Mempercepat pembentukan Growth factor
Growth factor berperan pada proses penyembuhan luka untuk membentuk stratum
corneum dan angiogenesis, dimana produksi komponen tersebut lebih cepat terbentuk
dalam lingkungan yang lembab.
5) Mempercepat terjadinya pembentukan sel aktif
Pada keadaan lembab, invasi netrofil yang diikuti oleh makrofag, monosit dan
limfosit ke daerah luka berfungsi lebih dini.
Pada dasarnya prinsip pemilihan balutan yang akan digunakan untuk membalut luka
harus memenuhi kaidah-kaidah berikut ini:
1) Kapasitas balutan untuk dapat menyerap cairan yang dikeluarkan oleh luka (absorbing)
2) Kemampuan balutan untuk mengangkat jaringan nekrotik dan mengurangi resiko
terjadinya kontaminasi mikroorganisme (non viable tissue removal)
3) Meningkatkan kemampuan rehidrasi luka (wound rehydration)
4) Melindungi dari kehilangan panas tubuh akibat penguapan
5) Kemampuan atau potensi sebagai sarana pengangkut atau pendistribusian antibiotic ke
seluruh bagian luka (Hartmann, 1999; Ovington, 1999)
C. Jenis-jenis balutan dan terapi alternative lainnya
a. Film Dressing
a) Semi-permeable primary atau secondary dressings
b) Clear polyurethane yang disertai perekat adhesive
c) Conformable, anti robek atau tergores
d) Tidak menyerap eksudat
e) Indikasi : luka dgn epitelisasi, low exudate, luka insisi
f) Kontraindikasi : luka terinfeksi, eksudat banyak
g) Contoh: Tegaderm, Op-site, Mefilm
b. Hydrocolloid
a) Pectin, gelatin, carboxymethylcellulose dan elastomers
b) Support autolysis untuk mengangkat jaringan nekrotik atau slough
c) Occlusive –> hypoxic environment untuk mensupport angiogenesis
d) Waterproof
e) Indikasi : luka dengan epitelisasi, eksudat minimal
f) Kontraindikasi : luka yang terinfeksi atau luka grade III-IV
g) Contoh: Duoderm extra thin, Hydrocoll, Comfeel
c. Alginate
a) Terbuat dari rumput laut
b) Membentuk gel diatas permukaan luka
c) Mudah diangkat dan dibersihkan
d) Bisa menyebabkan nyeri
e) Membantu untuk mengangkat jaringan mati
f) Tersedia dalam bentuk lembaran dan pita
g) Indikasi : luka dengan eksudat sedang s.d berat
h) Kontraindikasi : luka dengan jaringan nekrotik dan kering
i) Contoh : Kaltostat, Sorbalgon, Sorbsan
d. Foam Dressings
a) Polyurethane
b) Non-adherent wound contact layer
c) Highly absorptive
d) Semi-permeable
e) Jenis bervariasi
f) Adhesive dan non-adhesive
g) Indikasi : eksudat sedang s.d berat
h) Kontraindikasi : luka dengan eksudat minimal, jaringan nekrotik hitam
i) Contoh : Cutinova, Lyofoam, Tielle, Allevyn, Versiva
e. Terapi alternative
a) Zinc Oxide (ZnO cream)
b) Madu (Honey)
c) Sugar paste (gula)
d) Larvae therapy/Maggot Therapy
e) Vacuum Assisted Closure
f) Hyperbaric Oxygen
D. Implementasi
a. Luka dengan eksudat & jaringan nekrotik (sloughy wound) – warna dasar luka kuning
(yellow)
1) Bertujuan untuk melunakkan dan mengangkat jaringan mati (slough tissue)
2) Sel-sel mati terakumulasi dalam eksudat
3) Untuk merangsang granulasi
4) Mengkaji kedalaman luka dan jumlah eksudat
5) Balutan yang dipakai antara lain: hydrogels, hydrocolloids, alginates dan hydrofibre
dressings
b. Luka Nekrotik – warna dasar luka hitam (black)
1) Bertujuan untuk melunakan dan mengangkat jaringan nekrotik (eschar)
2) Berikan lingkungan yg kondusif u/autolysis
3) Kaji kedalaman luka dan jumlah eksudat
4) Hydrogels, hydrocolloid dressings
c. Luka terinfeksi – warna dasar luka hijau (green)
1) Bertujuan untuk mengurangi eksudat, bau dan mempercepat penyembuhan luka
2) Identifikasi tanda-tanda klinis dari infeksi pada luka
3) Wound culture – systemic antibiotics
4) Kontrol eksudat dan bau
5) Ganti balutan tiap hari
6) Hydrogel, hydrofibre, alginate, metronidazole gel (0,75%), carbon dressings, silver
dressings
d. Luka Granulasi – warna dasar luka merah (red)
1) Bertujuan untuk meningkatkan proses granulasi, melindungi jaringan yang baru, jaga
kelembaban luka
2) Kaji kedalaman luka dan jumlah eksudat
3) Moist wound surface – non-adherent dressing
4) Treatment overgranulasi
5) Hydrocolloids, foams, alginates
e. Luka epitelisasi – warna dasar luka pink
1) Bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif untuk “re-surfacing”
2) Transparent films, hydrocolloids
3) Balutan tidak terlalu sering diganti
E. Balutan kombinasi

Tujuan Tindakan

Hydrogel + film
Rehidrasi atau hanya hydrocolloid

Hydrogel + film/foam
Atau hanya hydrocolloid
Atau alginate + film/foam
Debridement (deslough) Atau hydrofibre + film/foam

Extra absorbent foam


Atau extra absorbent alginate + foam
Manage eksudat sedang Atau hydrofibre + foam
s.d berat Atau cavity filler plus foam

Das könnte Ihnen auch gefallen