Sie sind auf Seite 1von 40

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjuan Pustaka

1. Konsep Lanjut Usia

a. Pengertian Lanjut Usia

Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan

lansia apabila usianya 60 tahun ke atas,baik pria maupun wanita.

Sedangkan Departeman kesehatan RI menyebutkan seseorang

dikatakan berusia lanjut usia dimulai dari usia 55 tahun keatas.

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) usia lanjut dimulai dari

usia 60 tahun ( Kushariyadi, 2010; Indriana, 2012; Wallnce, 2007).

b. Batasan Umur Lanjut Usia

Batasan-batasan umur yang mencakup batasan umur lansia

dari pendapat berbagai ahli yang di kutip dari Nugroho (2008) :

1) Menurut undang-undang nomor 13 tahun 1998 dalam bab I pasal 1

ayat II yang berbunyi “lanjut usia adalah seseorang yang mencapai

usia 60 tahun keatas”

2) Menurut WHO:

a) Usia pertengahan : 45-59 tahun

b) Lanjut usia : 60 – 74 tahun

c) Lanjut usia tua : 75- 90 tahun

8
d) Usia sangat tua : diatas 90 tahun (Kushariyadi, 2010).

c. Perubahan yang terjadi pada lanjut usia

Menurut Mujahidullah (2012) dan Wallace (2007), beberapa

perubahan yang akan terjadi pada lansia diantaranya adalah

perubahan fisik,intlektual, dan keagamaan.

1) Perubahan fisik

a) Sel, saat seseorang memasuki usia lanjut keadaan sel

dalam tubuh akan berubah, seperti jumlahnya yang

menurun, ukuran lebuh besar sehingga mekanisme

perbaikan sel akan terganggu dan proposi protein di otak,

otot, ginjal, darah dan hati beekurang.

b) Sistem persyarafan, keadaan system persyarafan pada

lansia akan mengalami perubahan, seperti mengecilnya

syaraf panca indra. Pada indra pendengaran akan terjadi

gangguan pendengaran seperti hilangnya kemampuan

pendengaran pada telinga. Pada indra penglihatan akan

terjadi seperti kekeruhan pada kornea, hilangnya daya

akomodasi dan menurunnya lapang pandang. Pada indra

peraba akan terjadi seperti respon terhadap nyeri menurun

dan kelenjar keringat berkurang. Pada indra pembau akan

terjadinya seperti menurunnya kekuatan otot pernafasan,

sehingga kemampuan membau juga berkurang.


c) Sistem gastrointestinal, pada lansia akan terjadi menurunya

selara makan , seringnya terjadi konstipasi, menurunya

produksi air liur(Saliva) dan gerak peristaltic usus juga

menurun.

d) Sistem genitourinaria, pada lansia ginjal akan mengalami

pengecilan sehingga aliran darah ke ginjal menurun.

e) Sistem musculoskeletal, pada lansia tulang akan

kehilangan cairan dan makin rapuh, keadaan tubuh akan

lebih pendek, persendian kaku dan tendon mengerut.

f) Sistem Kardiovaskuler, pada lansia jantung akan

mengalami pompa darah yang menurun , ukuran jantung

secara kesuruhan menurun dengan tidaknya penyakit

klinis, denyut jantung menurun , katup jantung pada lansia

akan lebih tebal dan kaku akibat dari akumulasi lipid.

Tekanan darah sistolik meningkat pada lansia kerana

hilangnya distensibility arteri. Tekanan darah diastolic

tetap sama atau meningkat.

2) Perubahan intelektual

Menurut Hochanadel dan Kaplan dalam Mujahidullah (2012),

akibat proses penuaan juga akan terjadi kemunduran pada

kemampuan otak seperti perubahan intelegenita Quantion ( IQ) yaitu

fungsi otak kanan mengalami penurunan sehingga lansia akan


mengalami kesulitan dalam berkomunikasi nonverbal, pemecehan

masalah, konsentrasi dan kesulitan mengenal wajah seseorang.

Perubahan yang lain adalah perubahan ingatan , karena penurunan

kemampuan otak maka seorang lansia akan kesulitan untuk

menerima rangsangan yang diberikan kepadanya sehingga

kemampuan untuk mengingat pada lansia juga menurun.

3) Perubahan keagamaan

Menurut Maslow dalam Mujahidin (2012), pada umumnya

lansia akan semakin teratur dalam kehidupan keagamaannya, hal

tersebut bersangkutan dengan keadaan lansia yang akan

meninggalkan kehidupan dunia.

d. Tugas perkembangan pada lanjut usia

Menurut Havighurst dalam Stanley (2007), tugas

perkembangan adalah tugas yang muncul pada periode tertentu dalam

keidupan suatu individu. Ada beberapa tahapan perkembangan yang

terjadi pada lansia, yaitu

1) Penyesuaikan diri kepada penurunan kesehatan dan kekuatan

fisik.

2) Penyesuaian diri kepada masa pension dan hilangnya

pendapatan.

3) Penyesuaaian diri kepada kematian pasangan dan orang

terdekat lainnya.
4) Pembantukan gabungan (pergelompokan) yang sesuai

denganya.

5) Pemenuhan kewajiban social dan kewarganegaraan.

6) Pembentukan kepuasan pengaturan dalam kehidupan.

2. Konsep Pengetahuan

a. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah

seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan

tahu, atau kenal, sadar, mengerti, pandai. Pengetahuan merupakan

hasil process dari usaha manusia untuk tahu (Bahtiar, 2004)

b. Tingkat pengetahuan

Tingkat pengetahuan menurut Notoatmodjo (2007), sebagai

berikut :

1) Tahu

Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali suatu yang spesifik dari seluruh bahan

yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.


2) Memahami

Memahami merupakan kemampuan menjelaskan secara

benar, tentang objek yang diketahui dan dapat mengiterpretasikan

materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi

Aplikasi merupakan suatu kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya.

4) Analisis

Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi dan suatu objek kedalam komponen – komponen, tetapi

masih didalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya

satu sama lain.

5) Sintesis

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis merupakan suatu

kemampuan untuk menyusun formasi baru dari formasi yang ada.

6) Evaluasi

Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek, untuk

memperoleh data atau informasi tentang pengetahuan cukup


dilakukan dengan wawancara baik wawancara mendalam atau

terstruktur dengan kuisioner dan Focus Group Discussion (FGD).

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Mubarak, (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi

informasi tentang diit hipertensi adalah :

1) Tingkat pendidikan

Pendidikan merupakan cara untuk memberikan sebuah

pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang

meningkat.

2) Budaya

Merupakan pikiran atau akal. Kebiasaan atau tingkah laku

manusia dalam mengetahui kebutuhan yang memiliki sikap atau

kepercayyan.

3) Informasi

Seseorang dengan sumber informasi yang lebih banyak akan

memiliki pengetahuan yang lebih luas.

4) Social ekonomi

Tingkat kemampuan seseorang melalui pengetahuan untuk

memenuhi kebutuhan hidup.

5) Pengalaman

Semakin banyak pengalaman yang dimiliki seseorang maka

semakin banyak pula pengetahuan yang diperoleh.


3. Konsep Hipertensi pada Lansia

a. Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan systole dan

diastole mengalami kenaikan yang melebihi batas normal yaitu

tekanan darah systole > 140mmHg dan diatole . 90 mmHg.

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu penyakit salah

satu resiko tinggi yang bisa menjadi penyakit jantung, stroke dan

gagal ginjal ( Muwarni, 2011 ;Zhao, 2013).

Kaplan memberikan batasan hipertensi dengan

memperhatikan usia dan jenis kelamin ( Soeparman dalam buku

Udjianti, 2010).

1) Pria berusia lebih dari 45 tahun, dikatakan hipertensi bila

tekanan darah pada waktu berbaring lebih dari 120/90 mmHg

2) Pria berusia 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan darahnya

lebih dari 145/95 mmHg.

3) Wanita, hipertensi bila tekanan darah lebih dari 150/95 mmHg


b. Klasifikasi Hipertensi

Berikut adalah klasifikasi hipertensi:

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi

Batasan Tekanan Darah (mmHg) Kategori


Diastolik
< 80 Tekanan darah normal
80-89 Prehipertensi
90-99 Hipertensi stage 1
≥ 100 Hipertensi stage 2
Sistolik
≤ 120 Tekanan darah normal
120-139 Prehipertensi
140-159 Hipertensi stage 1
≥ 160 Hipertensi stage 2

Sumber: Fundamental Of Nursing (Potter dan Perry, 2009)

c. Macam-macam Hipertensi

Hipertensi dapat terbagi menjadi dua golongan

1) Hipertensi Esensial atau Hipertensi Primer

Sekitar 95% kasus hipertensi primer atau esensial merupakan

hipertensi yang sampai saat ini masih belum diketahui

penyebabnya secara pasti ( Rudianto, 2013).

2) Hipertensi Sekunder

Pada sekitar 5% kasus hipertensi sekunder adalah hipertensi

yang disebabkan oleh penyakit lain seperti diabetes, kerusakan

vaskuler, kerusakan ginjal dan lain-lain (Rudianto, 2013).


d. Tanda dan Gejala Hipertensi

Menurut Udjianti (2010) tanda dan gejala hipertensi yang

sering terjadi adalah:

1) Sakit kepala( rasa berat di tengkuk)

2) Kelelahan

3) Keringat berlebihan

4) Tremor otot

5) Mual, muntah

Adapun menurut Sustrani,et al (2004), bahawa tanda dan

gejala hipertensi antara lain:

1) Sakit kepala

2) Jantung berdebar-debar

3) Sulit bernafas setelah bekerja keras

4) Mudah lelah

5) Penglihatan kabur

6) Dunia terasa berputar (vertigo)

7) Hidung berdarah

8) Wajah memarah

e. faktor penyebab mempengaruhi hipertensi

1) diit

2) merokok
3) kegiatan fisik (gaya hidup)

4) obesitas

5) stress

f. Faktor Yang Mempengaruhi Kekambuhan Hipertensi

1) Gaya hidup

Kebiasaan mengkonsumsi makanan dengan kandungan garam

yang tinggi memicu naiknya tekanan darah (Martuti, 2009).

2) Stress

Realitas kehidupan setiap hari yang tidak bisa dihindari,

stress atau ketegaan emosional dapat mempengaruhi system

kardiovaskuler, khusus hipertensi, stress dianggap sebagai faktor

psikologis yang dapat meningkatkan tekanan darah (Marliani,

2007)

3) Merokok

Pada sistem kardiovaskuler, rokok menyebabkan

peningkatan tekanan darah. Merokok juga mengakibatkan dinding

pembuluh darah menebal secara bertahap yang dapat menyulitkan

jantung untuk memompa darah. Kerja jantung yamg lebih berat

tentu dapat meningkatkan tekanan darah (Marliani, 2007).


g. Pencegahan Hipertensi

Menurut Febry, et al (2013), pencegahan terjadi hipertensi

meliputi :

1) Mengurangi konsumsi garam . kebutuhan garam per hari yaitu 5 gr

( 1 dst).

2) Mencegah kegemukan

3) Membatsi konsumsi lemak

4) Olah raga teratur

5) Makan buah dan sayuran segar

6) Hindari merokok dan tidak minum alcohol

7) Latihan relaksasi/ meditasi

8) Berusaha membina hidup yang positif

h. Pengobatan Hipertensi

Menurut Rudianto (2013) pengobatan hipertensi dibagi

menjadi 2 jenis yaitu :

1) Pengobatan Non Farmakologi diantaranya:

a) Diit rendah garam/ kolesteral/ lemak jenuh

b) Mengurangi asupan garam kedalam tubuh

c) Ciptakan keadaan rileks


d) Melakukan olah raga seperti senam aerobic atau jalan cepat

selama 30-45 sebanyak 3-4 kali seminggu.

e) Berhenti merokok dan Alkohol

2) Pengobatan dalam Farmakologi

Terdapat banyak jenis obat antihipertensi saat ini. Untuk pemilihan

obat yang tepat diharapkan menghubungi dokter diantaranya:

a) Deuretik

Bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh( lewat kencing)

sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan

daya pompa jantung lebih ringan . contoh: Hidroklorotiazid

b) Penghambat simpatetik

Bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis ( saraf yang

bekerja pada saat kita beraktivitas).Contoh: Metildopa, Klonidin

dan resepin.

c) Betabloker

Mekanisme kerja obat antihipertensi ini adalah melalui

penurunan daya pompa jantung dan tidak dianjurkan pada

penderita yang mengidap gangguan pernapasan eperti asma

bronchial. Pada orang tua terdapat gejala bronkospame(

penyempitan saluran pernapasan), sehingga pemberian obat harus

berhati-hati. Contoh: Metoprolol, propanplol dan atenolol


d) Antagonis kalsium

Menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat

kontraksi jantung (kontraktilitis)Contoh: nifedipin, Diltiasem dan

Verapamil

i. Diit hipertensi

Diit hipertensi adalah cara untuk mencegah terjadinya

hipertensi tanpa efek samping, karena menggunakan bahan makanan

yang lebih alami dari pada menggunakan obat penurunan tekanan darah

(Sustrani, 2005).

Diit hipertensi menurut Sustrani et al (2005) diantaranya adalah:

1) Mengurangi asupan garam

Mengurangi garam sering juga diimbangi dengan asupan

lebih banyak kalsium, magnesium, dan kalium( bila diperlukan untuk

kasus tertentu.) Puasa garam untuk kasus tertentu dapat menurunkan

tekanan darah secara nyata , mengkonsumsi garam dalam seharian

pagi penderita hipertensi tidak boleh lebih dari 4 gram / hari bagi

hipertensi ringan,jika hipertensi berat hanya 2 gram / hari (Febry,

2013).

Tujuan dari diit rendah garam adalah membantu

menghilangkan retensi garam atau air dalam jaringan tubuh dan

menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Syarat diit


rendah garam adalah cukup energy. Protein, mineral dan

vitamin. (Almatsier, 2006)

2) Memperbanyakan serat

Mengkonsumsi lebih banyak atau makanan rumahan yang

mengandung banyak serat memperlancar buang air besar dan

menahan sebagian asupan natrium. Sebaiknya penderita hipertensi

menghindari makanan kalengan dan makanan siap saji dari restoran,

yang dikuatirkan mengandung banyak pengawet dan kurang serat.

3) Menghentikan kebiasaan buruk

Menghentikan rokok, kopi dan alcohol dapat mengurangi

beban jantung, sehingga jantung dapat bekerja dengan baik. Rokok

dapat meningkatkan resiko kerusakan pembuluh darah yang

mengedap kolestrol pada pembuluh darah koroner, sehingga jantung

bekerja lebih keras.

4) Memperbanyakan asupan kalium

Diketahui bahwa dengan mengkonsumsi 3.500 miligram

kalium dapat membantu mengatasi kelebihan natrium, sehingga

dengan volume darah yang ideal dapat dicapai kembali tekanan darah

yang normal. Kalium bekerja mengusir natirum dari senyawanya,

sehingga lebih mudah dikeluarkan. Makanan yang kaya kalium

adalah pisang, sari jeruk, jagung, kubis dan brokoli.


5) Memenuhi kebutuhan magnesium

Kebutuhan magnesium menurut kecukupan gizi yang

dianjurkan atau RDA ( Recommended dietary Allowance) adalah

sekitar 350 miligram . kekurangan asupan magnesium terjadi dengan

semakin banyaknya makanan olahan yang dikonsumsi.

Sumber makanan yang kaya mahnesium antara lain

kacang tanah, bayam, kacang polong dan makanan laut. Tetapi

berhati-hati agar jangan mengkonsumsi terlalu banyak suplemen

magnesium karena dapat menyebabkan diare.

6) Melengkapi kebutuhan kalsium

Walaupun masih menjadi perdebatan mengenai ada atau

tidaknya pengaruh kalsium dengan penurunan tekanan darah, tetapi

untuk menjaga dari resiko lain< 800 miligram kalsium per hati

(setara dengan 3 gelas susu) sudah lebih dari cukup. Sumber lain

yang kaya kalsium adalah keju rendah lemak dan ikan, seperti

salmon.

7) Mengetahui sayuran dan bumbu dapur yang ber manfaat untuk

tekanan darah.

Sayuran dan bumbu dapur yang bermanfaat untuk

pengontrolan tekanan darah adalah:

a) Tomat

b) Wortel
c) Seledri, sedikitnya 4 batang per hari dalam sup/ masakan lain

d) Bawang putih, sedikitnya satu siung per hari. Bisa juga

digunakan bawang merah dan bawang bombai

e) Kunyit

f) Bumbu lain adalah lada hitam, adas, kemangi, dan rempah

lainnya.

j. Contoh Bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan bagi

penderita hipertensi:

Table . Contoh Bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan

Bahan makanan dianjurkan Tidak dianjurkan


Sumber Beras, Roti, biskut dan kue-kue
karbohidrat kentang,singkong,terigu, yang dimasak dengan
makanan yang diolah garam dapur/ baking
bahan makanan tersebut pouder dan soda
diatas tanpa garam dapur
dan soda seperti:
makroni, mi, bihun, roti,
biskut ,kue kering
Sumber protein Daging dan ikan Otak, ginjal,
hewani maksimal 100 gram lidah,sardine, daging,
sehari, telur maksimal 1 ikan ,susu,dan telur yang
butir/ hari diawet dengan garam
dapur seperti daging
asap, ham, bacon,
dendeng,abon,keju,ikan
asin, ikan kaleng,
koenet, udang
kering,telur asin, dan
telur pindang.
Sumber protein Semua kacang-kacangan Keju, kacang tanah dan
nabati dan hasilnya yang diolah semua kacang-kacangan
dan dimasak tanpa garam yang hasilnya dimasak
dapur dengan garam dapur dan
ikatan natrium
Sayuran Semua sayuran segar, Sayuran yang dimasak
sayuran yang diawet dan diawet dengan
tanpa garam dapur dan garam dapur seperti
natrium benzoat sayuran dalam
kaleng,sawi asin, asinan
dan acar
Buah-buahan Semua buah-buahan Buah-buahan yang
segar, buah yang diawet diawet dengan garam
tanpa garam dapur dan dapur dan lain ikatan
natrium banzoat natrium seperti buah
dalam kaleng
Lemak Minyak goreng, margain, Margain dan mentaga
dan mentaga tanpa garam biasa
Minuman teh Minuman ringan, kopi

Sumber : Penuntun diit (Almatsier, 2004).


4. Konsep keluarga

a. Pengertian keluarga

Menurut Friedman 2012 dalam buku keperawatan keluarga.

mengatakan keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang

hidup bersama dengan keterikatan aturan , emotional dan individu

mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari

keluarga .

Sayekti mengatakan keluarga adalah suatu ikatan

/perseketuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang

berlainan jenis yang hidup bersama.

Menurut UU No. 10 tahun 1992 tentang berkembangan

kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera, keluarga adalah


unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-isteri,atau suami-

isteri dan anaknya,atau ayah dan anaknya,atau ibu dan anaknya

(Suprajitno, 2012).

b. Tipe keluarga

Secara trandisional keluarga dikelompokkan menjadi dua,

yaitu

1) Keluarga inti ( nuclear family) adalah keluarga yang hanya

terdiri ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau

adopsi atau keduanya

2) Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah

anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah

(Suprajitno, 2012)

c. Fungsi keluarga

Secara umum fungsi keluarga adalah sebagai berikut

1) Fungsi afektif( the affective function) adalah gambaran diri

anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam

keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga dan

bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.

Semakin mempercepat kesembuhan dari penyaitnya. Fungsi ini

berkaitan dengan persepsi keluarga terhadap kebutuhan ini tidak

terpenuhi akan mengakibatkan ketidakseimbangan keluarga

dalam mengenal tanda-tanda gangguan kesehatan selanjutnya.


2) Fungsi sosialisasi ( socialization function). Status social

ekonomi keluarga dapat dilihat dari pendapatan kepala keluarga

maupun dari anggota keluarga lainnya dan juga kebutuhan-

kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga .pada pengkajian

status social ekonomi diketahui bahwa tingkat status social

ekonomi berpengaruh pada tingkat kesehatan seseorang. Dampak

dari ketidak mampuan keluarga membuat seseorang enggan

memeriksakan diri ke dokter dan fasilitas kesehatan yang lain.

3) Fungsi ekonomi ( the economic function), status ekonomi

keluarga sangat mendukung terhadao kesembuhan penyakit.

Biasanya karena faktor ekonomi orang segan untuk mencari

pertolongan dokter ataupun petugas kesehatan lainnya.

4) Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan (the health care

function),

a) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah

kesehatan sejauh mana keluarga mengetahui fakta-fakta dari

masalah kesehatan yang meliputi pegertian, faktor

penyebab,tanda dan gejala serta yang mempengaruhi

keluarga terhadap masalah, kemampuan keluagra dapat

mengenal masalah,tindakan yang


dilakukan oleh keluarga akan sesuai

dengan tindakan keperawatan.

b) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil

keputusan mengenai tindakan kesehatan tang tepat.

c) Untuk mengetahui sejauh mana keluarga merawat anggota

keluarga yang sakit. Yang perlu dikaji sejauh mana

keluarga mengetahui keadaan penyakitnya dan cara merawat

anggota yang sakit.

d) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga

memelihara lingkungan rumah yang sehat. Bagaimana

keluarga mengetahui keuntungan atua manfaat pemeliharaan

lingkungan kemampuan keluarga untuk memodifikasi

lingkungan akan dapat mencegah kekambuhan dari

penyakit.

e) Untuk mgetahui sejauhmana kemampuan keluarga


mengggunakan fasilitas kesehatan yang mana akan
mendukung terhadap kesehatan seseorang (Harmoko, 2012).
B. Kerangka Teori

Penyebab hipertensi : Faktor yang

1. stress Mempengaruhi

2. obesitas kekambuhan hipertensi

3. Diit 1. Gaya hidup

4. Gaya hidup 2. Stress

5. merokok 3. merokok

Kekambuhan
hipertensi pada
hipertensi

Faktor yang mempengaruhi


pengetahuan : Pengetahuan keluarga
tentang diit hipertensi
1. Tingkat pendidikan
2. Budaya
3. Informasi
4. Social ekonomi
5. pengalaman

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber: Marliani (2007), Radyanto (2013), Suprajitno (2012), Udjianti (2010)


A. KONSEP MEDIK
1. Definisi
Demensia adalah gangguan fungsi intelektual tanpa gangguan fungsi
atau keadaan yang terjadi. Memori, pengetahuan umum, pikiran abstrak,
penilaian, dan interpretasi atas komunikasi tertulis dan lisan dapat
terganggu.
Demensia merupakan
sindrom yang ditandai oleh
berbagai gangguan fungsi
kognitif antara lain
intelegensi, belajar dan daya
ingat, bahasa, pemecahan
masalah, orientasi, persepsi,
perhatian dan konsentrasi, penyesuaian dan kemampuan bersosialisasi
(Corwin, 2009).
2. Etiologi
Penyebab demensia menurut Nugroho (2008) dapat digolongkan
menjadi 3 golongan besar yaitu :
a. Sindroma demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak
dikenal kelainan yaitu : terdapat pada tingkat subseluler atau secara
biokimiawi pada system enzim, atau pada metabolism
b. Sindroma demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum dapat
diobati, penyebab utama dalam golongan ini diantaranya :
1. Penyakit degenerasi spino - serebelar
2. Subakut leuko-esefalitis sklerotik fan bogaert
3. Khorea Hungtington
c. Sindrome demensia dengan etiologi penyakit yang dapat diobati,
dalam golongan ini diantranya :
1. Penyakit cerrebro kardiovaskuler
2. penyakit
3. Klasifikasi
Klasifikasi demensia antara lain :
1. Demensia karena kerusakan struktur otak
Demensia ini ditandai dengan gejala :
1. Penurunan fungsi kognitif dengan onset bertahap dan progresif,
2. Daya ingat terganggu, ditemukan adanya : afasia, apraksia,
agnosia, gangguan fungsi eksekutif.
3. Tidak mampu mempelajari / mengingat informasi baru,
4. Perubahan kepribadian (depresi, obsesitive, kecurigaan),
5. Kehilangan inisiatif.
2. Demensia Vascular
Demensia tipe vascular disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah di
otak dan setiap penyebab atau faktor resiko stroke dapat berakibat
terjadinya demensia. Depresi bisa disebabkan karena lesi tertentu di
otak akibat gangguan sirkulasi darah otak, sehingga depresi dapat
diduga sebagai demensia vascular.
Tanda-tanda neurologis fokal seperti :
1. Peningkatan reflek tendon dalam
2. Kelainan gaya berjalan
3. Kelemahan anggota gerak
3. Demensia menurut umur:
1. Demensia senilis ( usia > 65 tahun)
2. Demensia prasenilis (usia < 65 tahun)
4. Demensia menurut perjalanan penyakit :
1. Reversibel (mengalami perbaikan)
2. Ireversibel (Normal pressure hydrocephalus, subdural hematoma,
vit.B, Defisiensi, Hipotiroidisma, intoxikasi Pb)
Pada demensia tipe ini terdapat pembesaran vertrikel dengan
meningkatnya cairan serebrospinalis, hal ini menyebabkan adanya
:
1. Gangguan gaya jalan (tidak stabil, menyeret).
2. Inkontinensia urin
3. Demensia.
5. Menurut menurut sifat klinis:
1. Demensia proprius
2. Pseudo-demensia
4. Patofisiologi
Proses menua tidak dengan sendirinya menyebabkan terjadinya
demensia. Penuaan menyebabkan terjadinya perubahan anatomi dan
biokimiawi di susunan saraf pusat yaitu berat otak akan menurun sebanyak
sekitar 10 % pada penuaan antara umur 30 sampai 70 tahun. Berbagai faktor
etiologi yang telah disebutkan di atas merupakan kondisi-kondisi yang dapat
mempengaruhi sel-sel neuron korteks serebri.
Penyakit degeneratif pada otak, gangguan vaskular dan penyakit
lainnya, serta gangguan nutrisi, metabolik dan toksisitas secara langsung
maupun tak langsung dapat menyebabkan sel neuron mengalami kerusakan
melalui mekanisme iskemia, infark, inflamasi, deposisi protein abnormal
sehingga jumlah neuron menurun dan mengganggu fungsi dari area kortikal
ataupun subkortikal.
Di samping itu, kadar neurotransmiter di otak yang diperlukan untuk
proses konduksi saraf juga akan berkurang. Hal ini akan menimbulkan
gangguan fungsi kognitif (daya ingat, daya pikir dan belajar), gangguan
sensorium (perhatian, kesadaran), persepsi, isi pikir, emosi dan mood.
Fungsi yang mengalami gangguan tergantung lokasi area yang terkena
(kortikal atau subkortikal) atau penyebabnya, karena manifestasinya dapat
berbeda. Keadaan patologis dari hal tersebut akan memicu keadaan konfusio
akut demensia (Boedhi-Darmojo, 2009).
5. Menifestasi Klinik
Gejala klinis demensia berlangsung lama dan bertahap sehingga
pasien dengan keluarga tidak menyadari secara pasti kapan timbulnya
penyakit. Gejala klinik dari dEmensia Nugroho (2009) menyatakan jika
dilihat secara umum tanda dan gejala demensia adalah :
1. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, lupa
menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas.
2. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu,
bulan, tahun, tempat penderita demensia berada.
3. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang
benar, menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi,
mengulang kata atau cerita yang sama berkali-kali.
4. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat
sebuah drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan
orang lain, rasa takut dan gugup yang tak beralasan. Penderita demensia
kadang tidak mengerti mengapa perasaan-perasaan tersebut muncul.
5. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan
gelisah.
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien dengan demensia antara lain sebagai
berikut :
1. Farmakoterapi
Sebagian besar kasus demensia tidak dapat disembuhkan.
a. Untuk mengobati demensia alzheimer digunakan obat - obatan
antikoliesterase seperti Donepezil , Rivastigmine , Galantamine ,
Memantine
b. Dementia vaskuler membutuhkan obat -obatan anti platelet seperti
Aspirin , Ticlopidine , Clopidogrel untuk melancarkan aliran darah
ke otak sehingga memperbaiki gangguan kognitif.
c. Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati,
tetapi perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan dihentikan
dengan mengobati tekanan darah tinggi atau kencing manis yang
berhubungan dengan stroke.
d. Jika hilangnya ingatan disebabakan oleh depresi, diberikan obat
anti-depresi seperti Sertraline dan Citalopram.
e. Untuk mengendalikan agitasi dan perilaku yang meledak-ledak,
yang bisa menyertai demensia stadium lanjut, sering
digunakanobat anti-psikotik (misalnya Haloperidol , Quetiapine
dan Risperidone)
2. Dukungan atau Peran Keluarga
Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu penderita
tetap memiliki orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang terang, jam
dinding dengan angka-angka yang
3. Terapi Simtomatik
Pada penderita penyakit demensia dapat diberikan terapi simtomatik,
meliputi :
a. Diet
b. Latihan fisik yang sesuai
c. Terapi rekreasional dan aktifitas
d. Penanganan terhadap masalah-masalah
4. Pencegahan dan perawatan demensia
Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya
demensia diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan
senantiasa mengoptimalkan fungsi otak, seperti :
1. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak
seperti alkohol dan zat adiktif yang berlebihan.
2. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya
dilakukan setiap hari.
3. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan
aktif : Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.
4. Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman
yang memiliki persamaan minat atau hobi
5. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks
dalam kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.
7. Pemeriksaan Diagnostik
Beberapa pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada pasien dengan
demensia antara lain :
1. Pemeriksaan laboratorium rutin
2. Imaging : Computed Tomography (CT) scan dan MRI (Magnetic
Resonance Imaging)
3. Pemeriksaan EEG
4. Pemeriksaan cairan otak
5. Pemeriksaan genetika
6. Pemeriksaan neuropsikologis
8. Komplikasi
Kushariyadi (2010) menyatakan koplikasi yang sering terjadi pada
demensia adalah:
1) Peningkatan resiko infeksi di seluruh bagian tubuh.
a) Ulkus diabetikus
b) Infeksi saluran kencing
c) Pneumonia
2) Thromboemboli, infarkmiokardium
3) Kejang
4) Kontraktur sendi
5) Kehilangan kemampuan untuk merawat diri
6) Malnutrisi dan dehidrasi akibat nafsu makan dan kesulitan
menggunakan peralatan.
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Data subyektif :
1. Pasien mengatakan mudah lupa akan peristiwa yang baru saja
terjadi.
2. Pasien mengatakan tidak mampu mengenali orang, tempat dan
waktu
. Data obyektif :
1. Pasien kehilangan kemampuannya untuk mengenali wajah, tempat
dan objek yang sudah dikenalnya dan kehilangan suasana
kekeluargaannya.
2. Pasien sering mengulang-ngulang cerita yang sama karena lupa
telah menceritakannya.
3. Terjadi perubahan ringan dalam pola berbicara; penderita
menggunakan kata-kata yang lebih sederhana, menggunakan kata-
kata yang tidak tepat atau tidak mampu menemukan kata-kata yang
tepat.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan Memori (00131)
2. Resiko Jatuh (00155)
3. Defisit Perawatan Diri
4. Hambatan Komunikasi Verbal ( 00051)
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteri Hasil (NOC) Intervensi (NIC)

1. Kerusakan Memori (00131) NOC NIC


1. Orientasi Kognitif Memori Taining (Pelatihan Memori)
Domain 5 ; Persepsi/Kognisi 1. Stimulasi memory dengan
Kelas 4 ; Kognisi Kriteria Hasil; mengulangi pembicaraan secara
Setelah dilakukan tindakan jelas di akhir pertemuan dengan
Definisi : keperawatan selama 3 x 24 jam, pasien.
kesadaran klien terhadap identitas 2. Mengenang pengalaman masa
Ketidakmampuan mengingat beberapa
personal, waktu dan tempat lalu dengan pasien.
informasi atau keterampilan perilaku.
meningkat/baik, dengan indikator/kriteria 3. Menyediakan gambar untuk
Batasan Karakteristik : hasil : mengenal ingatannya kembali
1. Mengenal kapan klien lahir 4. Monitor perilaku pasien selama
- Ketidakmampuan melakukan 2. Mengenal orang atau hal penting terapi
keterampilan yang telah dipelajari 3. Mengenal hari, bulan, dan tahun 5. Monitor daya ingat klien.
sebelumnya dengan benar 6. Kaji kemampuan klien dalam
- Ketidakmampuan mempelajari 4. Klien mampu memperhatikan dan mengingat sesuatu.
informasi baru mendengarkan dengan baik 7. Ingatkan kembali pengalaman
- Ketidakmampuan mempelajari 5. Klien mampu melaksanakan masa lalu klien
keterampilan baru instruksi sederhana yang 8. Implementasikan teknik
- Ketidakmampuan mengingat diberikan. mengingat dengan cara yang tepat
informasi aktual 6. Klien dapat menjawab pertanyaan 9. Latih orientasi klien
- Keidakmampuan mengingat yang diberikan dengan tepat. 10. Beri kesempatan kepada klien
perilaku tertentu yang pernah 7. Klien mampu mengenal identitas untuk melatih, konsentrasinya
dilakukan dirinya dengan baik. Stimulasi Kognitif (Cognitive
- Ketidakmampuan mengingat 8. Klien mengenal identitas orang Stimulation)
peristiwa disekitarnya dengan tepat/baik. 1. Monitor interpretasi klien
- Ketidakmampuan menyimpan 9. Klien mampu terhadap lingkungan
informasi baru mengidentifikasikan tempat 2. Tempatkan objek/hal-hal yang
- Lupa melakukan perilaku pada dengan benar. familiar di lingkungan/di kamar
waktu yang telah dijadwalkan 10. Klien mampu mengidentifikasi klien
- Mudah lupa waktu dengan benar. 3. Observasi kemampuan klien
Faktor Yang Berhubungan ; berkonsentrasi.
- Anemia 4. Kaji kemampuan klien memahami
- Distraksi lingkungan dan memproses informasi
- Gangguan neurologis 5. Berikan instruksi setelah klien
- Hipoksia menunjukkan kesiapan untuk
- Gangguan volume cairan belajar atau menerima informasi.
- Ketidakseimbangan elektrolit 6. Atur instruksi sesuai tingkat
- Penurunan curah jantung pemahaman klien
7. Gunakan bahasa yang familiar
dan mudah dipahami
8. Dorong klien menjawab
pertanyaan dengan singkat dan
jelas.
9. Koreksi interpretasi yang salah
10. Beri reinforcement pada setiap
kemajuan klien
2. Resiko Jatuh (00055) NOC NIC

Domain : 11 Kemanan 1. Trauma risk for 1. Mengidentifikasi defisit kognitif


2. Injury risk for atau fisik yang dapat
Kelas : 2 Cedera Fisik meningkatkan potensi jatuh dalam
Definisi lingkungan tertentu
Kriteria hasil : 2. Mengidentifikasi perilaku dan
Peningkatan kerentanan untuk jatuh yang Setelah dilakukan tindakan keperawatan faktor yang mempengaruhi resiko
dapat menyebabkan bahaya fisik selama 3x 24 jam di harapkan klien jatuh
Faktor Resiko mampu untuk : 3. Mengidentifikasi karakteristik
lingkungan yang dapat
1. Dewasa 1. Keseimbangan: kemampuan
meningkatkan potensi untuk jatuh
 Usia 65 tahun atau lebih untuk mempertahankan
( misalnya : lantai yang licin dan
 Riwayat jatuh ekuilibrium
tangga terbuka )
 Tinggal sendiri 2. Gerakan terkoordinasi :
4. Mendorong pasien untuk
 Prosthesis eksremitas bawah kemampuan otot untuk bekerja
menggunakan tongkat atau alat
 Penggunaan alat bantu sama secara volunter untuk
pembantu berjalan
( misalnya : walker,tongkat ) melakukan gerakan yang
5. Kunci roda dari kursi roda,tempat
 Penggunaan kursi roda bertujuan
tidur,atau brankar selama transfer
1. Anak 3. Perilaku pencegahan jatuh :
pasien
 Usia dua tahun atau kurang tindakan individu atau pemberi
6. Tempat artikel mudah dijangkau
 Tempat tidur yang terletak asuhan untuk meminimalkan dari pasien
didekat jendela faktor resiko yang dapat memicu 7. Ajarkan pasien bagaimana jatuh
 Kurangnya penahan / jatuh dilingkungan individu untuk meminimalkan cedera
pengekang kereta dorong 4. Kejadian jatuh : tidak ada
8. Menyediakan toilet ditinggikan
 Kurangnya/longgarnya pagar kejadian jatuh
untuk memudahkan transfer
pada tangga 5. Pengetahuan : pemahaman
9. Membantu ke toilet
 Kurangnya penghalang atau pencegahan jatuh pengetahuan : seringkali,interval dijadwalkan
tali pada jendela keselamatan anak fisik,
10. Sarankan alas kaki yang aman
 Kurang pengawasan orang tua 6. Pengetahuan : keamanan pribadi
11. Mengembangkan cara untuk
 Jenis kelamin laki-laki yang 7. Pelanggaran perlindungan tingkat
pasien untuk berpartisipasi
berusia < 1 tahun kebingungan akut
keselamatan dalam kegiatan
 Bayi yang tidak diawasi saat 8. Tingkat agitasi
rekreasi
berada dipermukaan yang 9. Komunitas pengendalian resiko :
12. Lembaga program latihan rutin
tinggi ( misalnya: tempat 10. Gerakan terkoordinasi
fisik yang meliputi berjalan
tidur/meja)
13. Tanda-tanda posting untuk
2. Kognitif
mengingatkan staf bahwa pasien
 Penurunan status mental
yang beresiko tinggi untuk jatuh

Asuhan Keperawatan Demensia 10


3. Lingkungan
 Lingkungan yang tidak
terorganisasi
Ruang yang memiliki
pencahayaan yang redup
 Tidak ada meteri yang antislip
di tempat mandi pancuran
 Pengekangan
 Karpet yang tidak rata/terlipat
 Ruang yang tidak di kenal
 Kondisi cuaca ( misalnya :
lantai basah,es)
4. Medifikasi
 Penggunaan alcohol
 Inhibitor enzyme pengubah
angiotensin
 Agen anti ansietas
 Agen anti hipertensi
 Deuretik
 Hipnotik
 Narkotik/opiate
 Obat penenang
 Antidepresan trisiklik
5. Fisiologis
 Sakit akut
 Anemia
 Arthritis
 Penurunan kekuatan
ekstremitas bawah
 Diare
 Kesulitan gaya berjalan
 Vertigo saat mengekstensikan
leher
 Masaalah kaki
 Kesulitan mendengar
 Gangguan keseimbangan
 Gangguan mobilitas fisik
 Inkontinensia
 Neoplasma ( misalnya :
letih,mobilitas terbatas )
 Neuropati
 Hipotensi ortostatisk
 Kondisi postoperative
 Perubahan gula darah
postprandial
 Deficit proprioseptif
 Ngantuk
 Berkemih yang mendesak
 Penyakit vaskuler
 Kesulitan melihat
3. Defisit Perawatan Diri NOC : NIC

Domain : 4 : Aktivitas/Istrahat 1. Self care : Activity of Daily Self Care assistane : ADLs

Kelas : Kelas 5 Perawatan Diri 2. Living (ADLs) 1. Monitor kemempuan klien untuk
perawatan diri yang mandiri.
Definisi Kriteria Hasil : 2. Monitor kebutuhan klien untuk
Hambatan kemampuan untuk melakukan Setelah dilakukan tindakan keperawatan alat-alat bantu untuk kebersihan
diri, berpakaian, berhias, toileting
atvitas atau menyelesaikan aktivitas selama 3 x 24 jam Defisit perawatan diri dan makan.
berpakaian sendiri, eliminasi sendiri dan teratas dengan kriteria hasil: 3. Sediakan bantuan sampai klien
makan sedndiri mampu secara utuh untuk
- Klien dapat berdandan eliminasi melakukan self-care.
Batasan Kharateristik dan makan dengan mandiri 4. Dorong klien untuk melakukan
- Menyatakan kenyamanan aktivitas sehari-hari yang normal
- Ketidakmampuan mengacingkan terhadap kemampuan untuk sesuai kemampuan yang dimiliki.
pakaian melakukan ADLs 5. Dorong untuk melakukan secara
- Hambatan mengambil pakaian - Dapat melakukan ADLS dengan
- Hambatan mengenakan pakaian mandiri, tapi beri bantuan ketika
bantuan klien tidak mampu
- Ketidakmampuan menggunakan
higene eliminasi tepat melakukannya.
- Ketidakmampuan naik toilet 6. Ajarkan klien/ keluarga untuk
- Ketidakmampuan memanipulasi Mendorong kemandirian, untuk
pakaian untuk eliminasi. Memberikan bantuan hanya jika
- Ketidakmampuan untuk berdiri pasien tidak mampu untuk
dan duduk di toilet melakukannya.
- Ketidakmampuan mengambil 7. Berikan aktivitas rutin sehari- hari
makanan dan memasukannya ke sesuai kemampuan.
mulut 8. Pertimbangkan usia klien jika
- Ketidakmampuan mengunyah mendorong pelaksanaan aktivitas
makanan sehari-hari.
- Ketidakmampuan menghabiskan
makanan
- Ketidakmampuan makan
makanan dalam jumlah memadai
- Ketidakmampuan memanipulasi
makanan dalam mulut
- Ketidakmampuan menyapakna
makanan untuk di makan
- Ketidakmampuan untuk menelan

Faktor Yang Berhubungan

- Gangguan kognitif
- Penurunan motivasi
- Ketidaknyamanan
- Kendala lingkungan
- Keletihan
- Gangguan musculoskeletal
- Gangguan neuromuscular
- Nyeri
- Gangguan persepsi
- Ansietas berat

4. Hambatan Komunikasi Verbal (00051) NOC NIC

Domain : 5 Persepsi Kognisi 1. Ansiety Communication Enhancement :


Speech Deficit
Kelas : 5 Komunikasi 2. Coping
1. Gunakan penerjemah jika
Definisi 3. Sensori Funtion : hearing dan diperlukan
Penurunan, keterlambatan atau ketiadaan vision 2. Beri satu kalimat simple setiap
kemampuan untuk menerima proses bertemu jika di perlukan
mengirim dan atau menggunaka sistem 4. Fear self control 3. Konsultasikan dengan dokter
symbol kebutuhan terapi wicara
Kriteria Hasil
4. Dorong pasien untuk
Batasan Kharateristik Setelah dilakukan tindakan keperawatan berkomunikasi secara perlahan
selama 3 x 24 jam klien mampu : dan untuk mengulangi permintaan
- Tidak ada Kontak Mata
5. Dengarkan dengan penuh
- Tidak Dapat Bicara 1. Berkomunikasi : penerimaan perhatian berdiri di depan pasien
- Kesulitan mengekspresikan interpretasi dan ekspresi pesan ketika berbicara.
fikiran secara verbal 2. Lisan, tulisan dan non verbal 6. Gunakan kertu baca, kertas,
- Kesulitan menyusn kalinat meningkat. pensil, bahasa tubuh, gambar,
- Kesulitan menyusun kata-kata 3. Komunikasi ekspresif : (kesulitan daftar kosa kata, bahasa asing,
- Kesuliatan memahami pola berbicara ekspresi pesan verbal computer, dan lain-lain. Untuk
komunikasi yang biasa atau non verbal yang bermakna) memfasilitasi komunikasi dua
- Kesulitan dalam kehadiran 4. Komunikasi reseptif (kesulitan arah yang optimal
tertentu mendengar) : penerimaan 7. Ajarkan bicara dari esophagus
- Kesulitan menggunakan ekspresi komunikasi dan interprestasi jika diperlukan
wajah pesan verbal atau non verbal 8. Beri anjuran kepada pasien dan
- Disorientasi orang, ruang dan 5. Gerakan terkoordinasi : mampu keluarga tentang penggunaan alat
waktu. mengkoordinasi gerakan dalam bantu bicara misalnya prostesi,
- Tidak bicara menggunakan isyarat. trakheoesofagus dan laring buatan
- Dismpena ketidakmampuan 6. Pengolahan informasi : klien 9. Berikan pujian positif jika
dalam bahasa pemberi asuhan mampu untuk memperoleh, diperlukan
- Ketidakmampuan menggunakan mengatur, dan menggunakan 10. Anjurkan pada pertemuan
ekspresi tubuh informasi kelompok
- Ketidak mampuan menggunakan 7. Mampu mengontrol respon 11. Anjurkan kunjungan keluarga
ekspresi wajah ketakutan dan kecemasan secara teratur untuk member
- Ketidaktepatan verbalisasi terhadap ketidak mampuan stimulus komunikasi.
- Defisit visual parsial berbicara 12. Anjurkan ekspresi diri dengan
- Pello 8. Mampu memanajemen cara lain dalam menyampaikna
- Sulit bicara kemampuan fisik yang di miliki informasi misalnya bahasa
- Gagap 9. Mampu mengkomunikasikan isyarat.
- Defisit penglihatan total kebutuhan dengan lingkungan
- Bicara dengan kesulitan sosial
- Menolak bicara
Faktor Yang Berhubungan

- Ketiadaan Orang terdekat


- Perubahan Konsep Diri
- Perubahan sistem syaraf pusat
- Defek anatomis
- Tumor otak
- HDR kronik
- Perubahan harga diri
- Perbedaan Budaya
- Penurunan Sirkulasi ke otak
- Perbedaan yang berhubungan
dengan usia perkembangan
- Gangguan emosi
- Kurang informasi
- Hambatan fisik
- Kondisi psikologi
- HDR situasional
- Stress kendala lingkungan
- Efek samping obat jelemahan
sistem musculoskeletal
PATHWAY “DEMENSIA”

Faktor predisposisi : virus lambat, proses autoimun, keracunan alumunium dan genetic

Penurunan metabolism dan alran darah di korteks parietalis superior

Degenerasi neuron kolinergik

Kesulitan neurofibrilar Hilangnya serat saraf kolinergik di


yang difus korteks serebrum

Terjadi plak senilis Kelainan neurotransmiter Penurunan sel neuron kolinergik


yang berproyeksi ke hipokampus
dan amigdala

Asetilkolin menurun pada otak

DEMENSIA

Perubahan kemampuan merawat Kehilangan kemampuan Tingkah laku aneh dan kacau
diri sendiri menyelesaikan masalah dan cenderung mengembara

defisit perawatan diri Perubahan mengawasi keadaan


kompleks dan berfikir abstrak

Emosi, labil, pelupa, apatis

Loos deep memory

Perubahan proses fikir


DAFTAR PUSTAKA

Boedhi – Darmojo. 2009. Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Edisi 4. Jakarta:
FKUI.
Elizabeth.J.Corwin. 2009. Buku Saku : Patofisiologi. Ed.3. Jakarta : EGC

Kushariyadi.2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba Medika

Nugroho, W.2009. Keperawatan Gerontik & Geriatric Edisi 3.Jakarta : EGC

Das könnte Ihnen auch gefallen