Sie sind auf Seite 1von 16

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perubahan merupakan sesuatu yang harus terjadi pada bidang pendidikan.
Perubahan yang terjadi adalah pergantian kurikulum 2013 dari kurikulum
sebelumnya. Dalam rangka menerapkan pendidikan yang bermutu, pemerintah
telah menetpkan kurikulum tahun 2013 untuk diterapkan di sekolah. Pada setiap
aplikasi kurikulum mempunyai aplikasi pendekatan pembelajaran berbeda-beda,
demikian pada kurikulum sekarang ini. Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach)
adalah pendekatan pembelajaran yang diterpakan pada aplikasi pembelajaran
kurikulum 2013. Pendekatan ini berbeda dari pendekatan pembelajaran kurikulum
sebelumnya.
Proses pembelajaran sepenuhnya diarahkan pada pengembangan ketiga
ranah tersebut secara utuh/holistik, artinya pengembangan ranah yang satu tidak
bisa dipisahkan dengan ranah lainnya. Dengan demikian, proses pembelajaran
secara utuh melahirkan kualitas pribadi yang mencerminkan keutuhan penguasaan
sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terintegrasi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan pendekatan saintifik?
2. Bagaimana karakteristik pendekatan saintifik?
3. Apa tujuan pendekatan saintifik?
4. Bagaimana prinsip-prinsip pendekatan saintifik?
5. Bagaimana pendekatan ilmiah dan non ilmiah dalam pembelajaran?
6. Bagaimana konsep pendekatan ilmiah dalam pembelajaran?
7. Apakah kekurangan dan kelebihan dari pendekatan saintifik?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Menjelaskan yang dimaksud dengan pendekatan saintifik.
2. Menjelaskan karakteristik pendekatan saintifik.
3. Menjelaskan tujuan pendekatan saintifik.

1
2

4. Menjelaskan prinsip-prinsip pendekatan saintifik.


5. Menjelaskan pendekatan ilmiah dan non ilmiah dalam pembelajaran.
6. Menjelaskan konsep pendekatan ilmiah dalam pembelajaran.
7. Menjelaskan kelebihan dan kekurangan pendekatan saintifik.

2
3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendekatan Saintifik


Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang
dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep,
hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi
atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan
hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data,
menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang
“ditemukan” (Kurniasih, 2014:29) . Pendekatan saintifik dimaksudkan
memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami
berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal
dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada infromasi searah guru. Oleh
karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk
mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui
observasi dan bukan hanya diberi tahu.

2.2 Karakteristik Pendekatan Saintifik


Dalam Kurniasih (2014) disebut pembelajaran dengan pendekatan saintifik
memilik karakteristik sebagai berikut.
1. berpusat pada siswa;
2. melibatkan keterampilan proses sains dalam mengkonstruksi konsep, hukum,
dan prinsip;
3. melibatkan proses-prose kognitif yang potensial dalam merangsang
perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa;
4. dapat mengembangkan karakter siswa.

2.3 Tujuan Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik


Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didsarkan pada keunggulan
pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik
adalah sebagai berikut.

3
4

1. Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir


tingkat tinggi siswa;
2. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah
secara sistematik;
3. Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu
merupakan suatu kebutuhan;
4. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi;
5. Untuk melatih siswa dalam mengkomunikasikan ide-ide khususnya dalam
menulis artikel ilmiah;
6. Untuk mengembangkan karakter siswa.

2.4 Prinsip-Prinsip Pendekatan Saintifik


Beberapa prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran adalah
sebagai berikut.
1. Pembelajaran berpusat pada siswa;
2. Pembelajaran membentuk students self concept;
3. Pembelajaran terhindar dari verbalisme;
4. Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan
mengakomodasikan konsep, hukum, dan prisip;
5. Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa;
6. Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar
guru;
7. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam
komunikasi;
8. Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi
siswa dalam struktur kognitifnya.

2.5 Pendekatan Ilmiah dan Non-Ilmiah Dalam Pembelajaran


Apabila di cermati, pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah itu lebih
efektif hasilnya dibandingkan dengan pembelajaran tradisional. Hasil penelitian
membuktikan bahwa pada pembelajaran tradisional, retensi informasi dari guru

4
5

sebesar 10 persen setelah 15 menit dan perolehan pemahaman konstektual sebesar


25 persen. Pada pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, retensi informasi dari
guru sebesar lebih dari 90 persen setelah dua hari dan perolehan pemahaman
konstektual sebesar 50-70 persen.
Proses pembelajaran dengan berbasis pendekatan ilmiah harus dipandu
dengan kaidah-kaidah pendekatan ilmiah. Pendekatan ini bercirikan penonjolan
dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang
suatu kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan
dengan dipandu nilai-nilai, prinsi-prinsip, atau kriteria ilmiah. Proses
pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kritria seperti berikut ini.
a. Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang
dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira,
khayalan, legenda, atau dongeng semata.
b. Penjelasan guru, respons pesesrta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta
didik terbebas dari prasangka yang serta merta, pemikiran subjektif, atau
penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
c. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analitis, dan
tepat dalam mengidentifikasi subtansi atau materi pembelajaran.
d. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir berdasarkan
hipotesis dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu dengan yang lain
dari substansi atau materi pembelajaran.
e. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memhami, menerapkan,
dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam
merespons substansi atau materi pembelajaran.
f. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung
jawabkan.
g. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan menarik sistem
penyajiannya.
Proses pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai non-ilmiah
yang meliputi intuisi, akal sehat, prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan
berpikir kritis.

5
6

1. Intuisi
Intuisi sering dimaknai sebagai kecakapan praktis yang kemunculannya
bersifat irasional dan individual. Intuisi juga bermakna kemampuan tingkat
tinggi yang dimiliki oleh seseorang atas dasar pengalaman dan kecakapannya.
Istilah ini sering juga dipahami sebagai penilaian terhadap sikap, pengetahuan,
dan keterampilan secara cepat dan berjalan dengan sendirinya. Kemampuan
intuitif itu biasanya didapat secara cepat tanpa melalui proses panjang dan
tanpa disadari. Namun demikian, intuisi sama sekali menafikan dimensi alur
pikir yang sistematik.
2. Akal sehat
Guru dan peserta didik harus menggunakan akal sehat selama proses
pembelajaran karena memang hal itu dapat menunjukkan ranah sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang benar. Namun demikian, jika guru dan
peserta didik hanya semata-mata menggunakan akal sehat dapat pula
menyesatkan mereka dalam proses dan pencapaian tujuan pembelajaran.
3. Prasangka
Sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang diperoleh semata-mata atas dasar
akal sehat (common sense) umumnya sangat kuat dipandu kepentingan
seseorang (guru, peserta didik, dan sejenisnya) yang menjadi pelakunya. Ketika
akal sehat terlalu kuat didomplengi kepentingan pelakunya, seringkali mereka
menngeneralisasi hal-hal khusus menjadi terlalu luas.
Hal inilah yang menyebabkan penggunaan akal sehat berubah menjadi
prasangka atau pemikiran skeptis. Berpikir skeptis atau prasangka itu memang
penting jika diolah secara baik. Sebaliknya, akan berubah menjadi prasangka
buruk atau sikap tidak percaya jika diwarnai oleh kepentingan subjektif guru
dan peserta didik.
4. Penemuan coba-coba
Tindakan atau aksi coba-coba sering kali melahirkan wujud atau temuan yang
bermakna. Namun demikian, keterampilan dan pegetahuan yang ditemukan
dengan cara coba-coba selalu bersifat tidak terkontrol, tidak memiliki
kepastian, dan tidak bersistematika baku. Tentu saja, tindakan coba-coba itu
ada manfaatnya bahkan mampu mendorong kreativitas. Oleh karena itu,

6
7

apabila tindakan coba-coba ini akan dilakukan, harus disertai dengan


pencatatan atas setiap tindakan, sampai dengan menemukan kepastian jawaban.
5. Berpikir kritis
Kemampuan berpikir kritis itu ada pada semua orang, khususnya mereka yang
normal hingga jenius. Secara akademik diyakini bahwa pemikiran kritis itu
umumnya dimiliki oleh orang yang berpendidikan tiggi. Orang seperti ini
biasanya pemikirannya dipercaya benar oleh banyak orang. Tentu saja hasil
pemikirannya itu tidak semuanya benar karena bukan berdasarkan hasil
eksperimen yang valid dan reliable. Pendapatnya itu hanya didasari atas pikiran
yang logis semata.

2.6 Konsep Pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran


Pendekatan ilmiah dalam pembelajaran dikemukakan Kemendikbud
(2013b) sebagai asumsi atau aksioma ilmiah yang melandasi peoses pembelajaran.
Abidin (2013:132) menjelaskan secara komprehensif dan terperinci, keterampilan-
keterampilan belajar yang membangun pendekatan ilmiah dalam belajar sebagai
berikut.
1. Mengamati
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran
(meaningful learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti
menyajikan media objek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan
mudah pelaksanaannya. Kegiatan mengamati dalam rangka pembelajaran
biasanya memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan
tenaga relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkan makna serta
tujuan pembelajaran.

Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu


peserta didik, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang
tinggi. Dengan metode observasi pada peserta didik menemukan fakta bahwa
ada hubungan antara objek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang
digunakan oleh guru.

7
8

Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh


langkah-langkah berikut.

a. Menentukan objek apa yang diobservasi.


b. Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan
diobservasi.
c. Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer
maupun sekunder.
d. Menentukan dimana tempat objek yang akan diobservasi
e. Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk
mengumpulkan data agar berjalan dengan mudah dan lancar.
f. Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi, seperti
menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan
alat-alat tulis lainnya.

Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan guru dan peserta didik selama


observasi pembelajaran adalah sebagai berikut.

a. Cermat, objektif, jujur dan serta terfokus pada objek yang di observasi untuk
kepentingan pembelajaran.
b. Banyak atau sedikit serta homogenitas atau heterogenitas subjek, objek, atau
situasi yang diobservasi.
c. Guru dan peserta didik perlu memahami apa yang hendak dicatat, direkam,
dan sejenisnya, serta bagaimana membuat catatan atas perolehan observasi.
2. Menanya
Guru harus mampu menginspirasi peserta didik untuk mengingatkan dan
mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat
guru bertanya, pada saat itu pula membimbing atau memadu peserta didiknya
belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika
itu guru mendorong peseta didik untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang
baik. Aktivitas bertanya memiliki fungsi sebagai berikut.
a) Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang
suatu tema atau topik pembelajaran.

8
9

b) Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta


mengembangkan pertanyaan untuk dirinya sendiri.
c) Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan
rancangan untuk mencari solusinya.
d) Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas
substansi pembelajaran yang diberikan.
e) Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan
pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan
menggunakan bahasa yang baik dan benar.

Dalam membina siswa agar terampil bertanya, perlu diketahui kriteria


pertanyaan yang baik. Kriteria yang baik tersebut sebagai berikut.

a. Singkat dan jelas


b. Menginspirasi jawaban
c. Memiliki fokus
d. Bersifat probing atau divergen
e. Bersifat validatif atau penguatan
f. Memberi kesempatan peserta didik untuk berpikir ulang
g. Merangsang proses interaksi

Pertanyaan guru yang baik dan benar menginspirasi peserta didik untuk
memberikan jawaban yang baik dan benar pula. Guru harus memahami
kualitas kognitif seperti apa yang akan disentuh, mulai dari yang lebih rendah
hingga yang lebih tinggi. Bobot pertanyaan yang menggambarkan tingkatan
kognitif yang lebih rendah hingga yang lebih tinggi disajikan berikut ini.

Tingkatan Subtingkatan Kata-kata kunci


pertanyaan
Kognitif tingkat lebih Pengetahuan Apa ...
rendah (knowledge) Siapa ...
Dimana ...
Sebutkan ...

9
10

Tingkatan Subtingkatan Kata-kata kunci


pertanyaan
Golongkan ...
Berilah nama ...
Pemahaman Terangkanlah ...
(comprehension) Bedakanlah ...
Terjemahkanlah ...
Simpulkanlah ...
Bandingkanlah ...
Ubahlah ...
Penerapan Gunakanlah ...
(application) Tunjukanlah ...
Buatlah ...
Demonstrasikanlah ...
Carilah hubungan ...
Tulislah contoh ...
Siapkanlah ...
Klarifikasikanlah ...

3. Menalar
Menalar adalah salah satu istilah dalam kerangka proses pembelajaran
dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk
menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik
tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif
daripada guru. Penalaranan adalah proses berpikir yang logis dan sistematis
atas fakta yang diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, walaupun penalaran
nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.
Istilah menalar disini merupakan padanan dari associating; bukan
merupakan terjemahan dri reasoning, meski istilah ini juga bermakna menalar
atau penalaran. Oleh karena itu, istilah aktivitas menalar dalam konteks
pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk

10
11

pad teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam
pembelajaran merujuk pada kemampuan mengelompokkan beragam ide dan
mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukkannya menjadi
penggalan memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak,
pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-
pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi
dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. Proses itu dikenal
sebagai asosiasi atau menalar. Dari persepektif psikologi, asosiasi merujuk
pada koneksi antara entitas konseptual atau mental sebagai hasil dari kesamaan
antara pikiran atau kedekatan dalam ruang dan waktu.
Aplikasi pengembangan aktivitas pembelajaran untuk meningkatkan
daya menalar peserta didik dapat dilakukan dengan cara berikut.
a. Guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap dengan
tuntutan kurikulum.
b. Guru tidak banyak menerapkan metode ceramah. Tugas utama guru adalah
memberi intruksi singkat tapi jelas disertai dengan contoh.
c. Bahan pembelajaran disusun secara berjenjang atau hierarkis, dimulai dari
yang lebih sederhana, sampai kompleks.
d. Kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan
diamati.
e. Setiap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki.
f. Perlu dilakukan pengulangan dan latihan agar perilaku yang diinginkan
dapat menjadi kebiasaan atau pelaziman.
g. Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang nyata atau otentik.
h. Guru mencatat semua kemajuan peserta didik untuk kemungkinan
memberikan tindakan pembelajaran perbaikan (Kemendikbud, 2013b).
4. Mencoba
Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik
harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau
substansi yang sesuai. Pada mata pelajaran IPA misalnya peserta didik harus
memahami konsep-konsep IPA dan kaitannnya dengan kehidupan sehari-hari.
Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan

11
12

pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah


dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya
sehari-hari.

Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk


mengembangkan berbagi ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan
pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah :

1. Menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut


tuntutan kurikulum,
2. Mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus
disediakan,
3. Mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen
sebelumnya,
4. Melakukan dan mengamati percobaan,
5. Mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis dan menyajikan data,
6. Menarik simpulan atas hasil percobaan,
7. Membuat laporan dan mengomunikasikan hasil percobaan.

Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar maka :

1. Guru hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan


siswa.
2. Guru bersama siswa mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan.
3. Perlu memperhitungkan tempat dan waktu.
4. Guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan siswa.
5. Guru membicarakan masalah yang akan dijadikan eksperimen.
6. Membagi kertas kerja kepada siswa.
7. Siswa melakukan eksperimen dengan bimbingan guru
8. Guru mengumpulkan hasil kerja siswa dan mengevaluasinya, jika dianggap
perlu didiskusikan secara klasikal.
9. Menganalisis data dan menyimpulkan

Kemampuan menganalisis data adalah kemampuan mengkaji data yang


telah dihasilkan. Selanjutnya, data tersebut dimaknai. Proses pemaknaan data

12
13

ini melibatkan penggunaan sumber-sumber penelitian lain atau pengetahuan


yang sudah ada. Kemampuan menyimpulkan merupakan kemampuan membuat
intisari seluruh proses kegiatan penelitian yang telah dilaksanakan. Simpulan
biasanya harus menjawab rumusan masalah yang diajukan sebelumnya.

5. Mengomunikasikan
Kemampuan ini adalah kemampuan menyampaikan hasil kegiatan yang
telah dilaksanakan baik secara lisan maupun tulisan. Kegiatan
mengomunikasikan ini dapat diberikan klarifikasi oleh guru agar peserta didik
mengetahui secara benar apakah jawaban yang telah dikerjakan sudah benar
atau ada yang harus diperbaiki. Hal ini dapat diarahkan pada kegiatan
konfirmasi.

2.7 Kelebihan dan kelemahan pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik memiliki beberapa kelebihan dan juga kelemahan yaitu


sebagai berikut.

1. Kelebihan
a. Proses pembelajaran lebih terpusat pada siswa sehingga memungkinkan
siswa aktif dan kreatif dalam pembelajaran.
b. Langkah-langkah pembelajarannya sistematis sehingga memudahkan guru
untuk memanajemen pelaksanaan pembelajaran.
c. Member peluang guru untuk lebih kreatif dan mengajak siswa untuk aktif
dengan berbagai sumber belajar.
d. Langkah-langkah pembelajaran melibatkan keterampilan proses sains
dalam mengkonstruksi konsep, hukum, atau prinsip.
e. Proses pembelajarannya melibatkan proses-proses kognitif yang potensial
dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir
tingkat tinggi siswa.
f. Dapat mengembangkan karakter siswa.
g. Penilaiananya mencakup semua aspek.

13
14

2. Kelemahan
a. Dibutuhkan kreativitas tinggi dari guru menciptakan lingkungan belajar
dengan menggunakan pendekatan saintifik sehingga apabila guru tidak mau
kreatif, maka pembelajaran tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
b. Guru jarang menjelaskan materi pelajaran, karena guru banyak
beranggapan bahwa dengan kurikulum terbaru ini guru tidak perlu untuk
menjelaskan materinya.

14
15

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik dimaksudkan


untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami
berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal
dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh
karena itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk
mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber observasi,
bukan diberi tahu.

Proses pembelajaran dengan berbasis pendekatan ilmiah harus dipandu


dengan kaidah-kaidah pendekatan ilmiah sehingga proses pembelajaran harus
dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsi-prinsip, atau kriteria ilmiah.
Proses pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai non-ilmiah
yang meliputi intuisi, akal sehat, prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan
asal berpikir kritis.

Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan ilmiah dapat dilakukan


dengan cara mengamati dan menanya. Dalam menanya harus ada beberapa hal
yang haris diperhatikan diantaranya fungsi bertanya, kriteria pertanyaan yang
baik, tingkat pertanyaan, menalar, mengolah, menyimpulkan, menyajikan, serta
mengomunikasikan.

3.2 Saran
Bagi pengajar yang terpenting adalah mengubah mindset dan memahami serta
mampu menerapkan pendekatan dan model pembelajaran yang diterpkan pada
Kurikulum 2013 ini dengan baik, sesuai dengan standar proses yang
dipersyaratkan sesuai dengan peraturan yang diberlakukan oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.

15
16

DAFTAR RUJUKAN

Abidin, Yunus. 2013. Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum


2013. Bandung: Refika Aditama.

Kurniasih, Imas & Sani, Berlin. (2014). Implementasi Kurikulum 2013 Konsep &
Penerapan. Surabaya: Kata Pena.

Kemendikbud. 2013b. Implementasi Kurikulum 2013: Penyusunan Rencana


Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) SD/SMP/SMA/SMK. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

16

Das könnte Ihnen auch gefallen