Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
40
IV.2 Hasil Penelitian
IV.2.1 Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk menganalisis data yang telah
dikumpulkan secara deskriptif dan mendeskripsikan masing-masing variabel yang
digunakan dalam penelitian dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi sperti
yang terdapat pada Tabel 3.
Tabel 3 Karakateristik Subjek Penelitian
Variabel Frekuensi (N=60) Persentase%
Jenis Kelamin
Laki-Laki 40 66,7%
Perempuan 20 33,3%
Pendidikan
SMA 39 65%
Perguruan Tinggi 21 35%
Umur
Dewasa 57 95%
Lansia 3 5%
Pekerjaan
Pegawai Negeri 14 23,3%
Pegawai Swasta 24 40%
Wiraswasta 11 18,3%
Petani/Buruh 6 10%
Lain lain 5 8,3%
AHI
Ringan 12 20%
Sedang 23 38,3%
Berat 25 41,7%
Fungsi Kognitif
Terganggu 45 75%
Tidak Terganggu 15 25%
41
Pada Tebel 3 dengan jumlah 60 responden, menunjukan bahwa sebagian
besar responden lebih banyak berjenis kelamin laki-laki dibandingkan perempuan
dengan jumlah 40 (66,7%). Tingkat Pendidikan pada penelitian ini di dominasi oleh
tingkat Pendidikan SMA dengan jumlah 39 responden (65%). Pada umur
didapatkan dewasa sebanyak 57 responden (95%) dan lansia 3 responden (5%)
Pekerjaan responden pada penelitian ini lebih banyak bekerja sebagai pegawai
swasta sebanyak 24 (40%), pegawai negri 14 (23,3), serta wiraswasta 11 (18,3)
Distribusi subjek berdasarkan AHI diketahui responden dengan AHI derajat
berat berjumlah 25 (41,7%), angka ini lebih banyak dibandingkan dengan
responden AHI derajat sedang 23 (38,3%), serta AHI derajat ringan sebanyak 12
(20%). Berdasarkan hasil tes menggunakan Moca-ina, responden yang mengalami
OSA di RSAL Dr. Mintohardjo, didapatkan hasil yang mengalami gangguan fungsi
kognitif berjumlah 45 (75%) dan responden yang tidak mengalami gangguan
kognitif sebanyak 15 (25%).
42
IV.2.2.1 Hubungan Derajat OSA dengan Gangguan Fungsi Kognitif
Hasil analisis dari derajat OSA dengan gangguan fungsi kognitif dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Hubungan Derajat OSA dengan Gangguan Fungsi Kognitif
Fungsi Kognitif P
Total
Derajat OSA Terganggu Tidak Terganggu value
N % N % N %
Berat 25 41,7% 0 0% 25 41,7%
Sedang 20 33,3% 3 5% 23 38,3%
0,000
Ringan 0 0% 12 20% 12 20%
IV.3 Pembahasan
IV.3.1 Pembahasan Univariat
IV.3.1.1 Gambaran Jenis Kelamin Responden
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis
kelamin laki-laki, yaitu sebanyak 40 responden (66,7%) sedangkan yang berjenis
kelamin perempuan, yaitu sebanyak 20 responden (33,3%). Hasil ini sejalan
43
dengan teori Lindberg (2010, hlm. 51-68) dimana didapatkan laki-laki lebih banyak
mengalami OSA.
Hal ini dikarenakan adanya hubungan jenis kelamin dengan timbulnya OSA
antara lain karena efek hormonal yang dapat mempengaruhi muskulatur saluran
napas bagian atas, perbedaan distribusi lemak dan perbedaan struktur dan fungsi
faring (Lindberg 2010, hlm. 51-68).
IV.3.1.2 Gambaran Tingkat Pendidikan Responden
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki
pendidikan SMA yaitu sebanyak 39 responden (65%), sedangkan yang
berpendidikan perguruan tinggi sebanyak 21 responden (35%). Penelitian ini
berbanding terbalik dengan penelitian Wiadnyana dkk (2010, hlm. 8) dimana dalam
penelitian tersebut didapatkan yang berpendidikan tinggi lebih banyak berisiko
OSA dibandingkan yang berpendidikan rendah.
IV.3.1.3 Gambaran Status Pekerjaan Responden
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden bekerja
sebagai pegawai swasta sebanyak 24 responden (40%), pegawai negri 14 (23,3%),
wiraswasta 11 responden (18,3%), petani/buruh 6 (10%), serta lain-lain 5 (8,3%).
IV.3.1.4 Gambaran AHI Responden
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar yang menderita OSA
derajat ringan sebanyak 12 responden (20%), sedangkan OSA derajat sedang 23
responden (38,3%) dan OSA derajat berat 25 responden (41,7%). Hal ini sesuai
dengan teori Andreou dkk (2014, hlm. 1-18) dimana penurunan saturasi oksigen
yang sangat rendah berkaitan dengan buruknya tampilan motorik dan rendahnya
processing speed. Didapatkan hubungan signifikan antara waktu yang dibutuhkan
saturasi oksigen <90% dengan deficit pada phonemic fluency pada penderita OSA
derajat berat.
IV.3.1.5 Gambaran Fungsi Kognitif Responden
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar dengan hasil skor
kognitif terganggu yaitu sebanyak 45 responden (75%) dan dengan hasil skor
kognitif normal sebanyak 15 responden (25%).
Penelitian kohort serupa oleh Danis Monica dkk menunjukkan bahwa AHI
>5 berhubungan dengan masalah konsentrasi self-assessed tetapi tidak dengan
44
gangguan memori. Hubungan antara sleep fragmentation dan hipoksemia nokturnal
merupakan faktor kunci utama yang mempengaruhi fungsi kognitif pada OSA.
Penelitian menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara gangguan kognitif dan
daytime sleepiness terkait sleep defragmentation menghasilkan frequent apnea.
Penurunan fungsi kognitif seperti gangguan memori dan perhatian, motorik dan
bahasa disebabkan oleh hipoksemia. Hipoksemia memiliki hubungan dengan
gangguan kecepatan psikomotorik (Sforza dkk 2012, hlm. 1-7).
45
stroke dan penyalahgunaan obat psikoaktif. Pada tingkat seluler OSA menyebabkan
kelainan kognitif disebabkan hipoksia intermiten, keseimbangan hormonal,
inflamasi iskemik menyebabkan disfungsi endotel. Excessive daytime sleepiness
merupakan salah satu penurunan fungsi kognitif pada OSA. Gambar 5
menunjukkan patofisiologi penurunan kognitif pada OSA (Lal C dkk, 2012, hlm.
1601-1610).
46