Sie sind auf Seite 1von 22

KINERJA DAN ETOS KERJA DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Damingun
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Muhammadiyah Samarinda

ABSTRACT

In our daily lives as Muslims and was ordered to serve. Allah ordered to work or effort. Work
is doing an activity in order to achieve the purpose, other than to make a living but also
ambition. In the work required to choose a good and lawful, since not all the work that
pleases God.
In the Qur'an and the Hadith are clear about the good work and how we get things in a way
that pleases God. It is very important debate, because everyone in this world is definitely in
need of food, clothing and housing.
Work is permissible thing to do. But will vary based on the intention of the law that emerged
from the work on the job. Work in earnest was organized devoted to personal Muslims
because Islam should not like people who are lazy and idle.
The work ethic is the spirit of the work. Work itself is making efforts to achieve the goal.
Work ethic required in executing a job because the work ethic, a person would be better off
in work. The work ethic is not only influenced by one factor alone. But many factors that will
determine the work ethic.
Prophet is a person who always do before he ordered his companions to do so. This is in
accordance with his duties as ushwatun hasanah; a good example for all mankind. So when
we talk about the work ethic of Islam, then he was the one who most deserves to be a
reference. And talk about the work ethic synonymous with the Prophet Muhammad spoke of
how he carried out the roles in his life.

Keyword : Performance, The Work Ethic

PENDAHULUAN Di dalam Al-Qur’an dan Hadist


Dalam kehidupan sehari-hari sebagai sudah jelas tentang pekerjaan yang baik dan
umat Islam selain diperintahkan untuk bagaimana kita memperoleh rezeki dengan
beribadah. Allah memerintahkan untuk cara yang diridhai Allah SWT. Hal ini
bekerja (berusaha). Bekerja merupakan sangat penting sekali dibahas, karena semua
melakukan suatu kegiatan demi mencapai orang dunia ini pasti membutuhkan
tujuan, selain mencari rezeki namun juga makanan, sandang maupun papan. Disini
cita-cita. Dalam bekerja diwajibkan memilih pasti manusia berlomba-lomba atau
pekerjaan yang baik dan halal, karena tidak memenuhi kebutuhannya tersebut dengan
semua pekerjaan itu diridhai Allah SWT. bekerja untuk mendapatkan yang diinginkan
sehingga kita juga harus tahu, bahwa semua Russel, kinerja cenderung dilihat sebagai
yang kita dapatkan semuanya dari Allah hasil dari suatu proses pekerjaan yang
SWT dan itu semua hanya titipan Allah pengukurannya dilakukan dalam kurun
SWT semata. Sebagai umatnya diwajibkan waktu tertentu.
mengembangkannya dengan baik dan hati- Pendapat yang lebih komprehensif
hati. Untuk itu diperlukannya etos kerja disampaikan oleh Brumbrach sebagai
dalam setiap kinerja pribadi muslim demi berikut:
kelangsungan umat sehari-hari. “Performance means behaviours and
TINJAUAN PUSTAKA results. Behaviours emanate from the
Definisi Kinerja performer and transform performance from
Pada dasarnya pengertian kinerja abstraction to action. Not just the
dapat dimaknai secara beragam. Dalam instruments for results, behaviours are also
Kamus Besar Indonesia, kerja mempunyai outcomes in their own right – the product of
arti kegiatan melakukan sesuatu. Dalam mental and physical effort applied to tasks –
Oxford Advanced Learner’s Dictionary and can be judged apart from results.”
diterangkan arti lebih detail, kerja Brumbrach, selain menekankan
merupakan penggunaan kekuatan fisik ayau hasil, juga menambahkan perilaku sebagai
daya mental untuk melakukan sesuatu. bagian dari kinerja. Menurut Brumbach,
Dalam Ensiklopedi Indonesia dengan perilaku penting karena akan berpengaruh
konteks ekonomi, kerja diartikan sebagai terhadap hasil kerja seorang pegawai.
pengerahan tenaga (baik pekerjaan jasmani Dari beberapa pengertian tersebut
maupun rohani). Agar terdapat kejelasan dapat ditarik kesimpulan pokok: 1). Kerja
mengenai kinerja, akan disampaikan itu merupakan aktivitas bertujuan, dengan
beberapa pengertian mengenai kinerja. sendirinya dilakukan secara sengaja; 2).
Bernardin and Russel Pengertian kerja dengan konteks ekonomi
mendefinisikan kinerja sebagai berikut: adalah untuk menyelenggarakan proses
“Performance is defined as the record of produksi. Jadi, merupakan upaya
outcomes produced on a specified job memperoleh hasil. Sedangkan pengertian
function or activity during a time period“. kerja di sini mencakup pula konteks
Berdasarkan pendapat Bernardin and keagamaan. Oleh karenanya pengertian
hasil dapat bersifat transenden dan b) Faktor kepemimpinan (leadership
nonmateriil, di samping yang bersifat factors). Faktor kepemimpinan
materiil; dan 3). Kerja itu mencakup kerja berkaitan dengan kualitas
bersifat fisik dan nonfisik atau kerja batin. dukungan dan pengarahan yang
Kerja lahir merupakan aktifitas fisik, diberikan oleh pimpinan, manajer,
anggota badan, termasuk panca indera atau ketua kelompok kerja.
seperti mengajar disekolah, menjalankan c) Faktor kelompok/rekan kerja (team
sholat, dan sebagainya. Sedangkan kerja factors). Faktor kelompok/rekan
batin itu ada dua macam; kerja otak (seperti kerja berkaitan dengan kualitas
belajar) dan kerja qalb (seperti mencintai). dukungan yang diberikan oleh
Dari beberapa pendapat tersebut, rekan kerja.
kinerja dapat dipandang dari perspektif d) Faktor sistem (system factors).
hasil, proses, atau perilaku yang mengarah Faktor sistem berkaitan dengan
pada pencapaian tujuan. Oleh karena itu, sistem/metode kerja yang ada dan
tugas dalam konteks penilaian kinerja, tugas fasilitas yang disediakan oleh
pertama pimpinan organisasi adalah organisasi.
menentukan perspektif kinerja yang mana e) Faktor situasi (contextual/situational
yang akan digunakan dalammemaknai factors). Faktor situasi berkaitan
kinerja dalam organisasi yang dipimpinnya. dengan tekanan dan perubahan
Faktor yang Mempengaruhi Kinerja lingkungan, baik lingkungan
Kinerja tidak terjadi dengan internal maupun eksternal.
sendirinya. Dengan kata lain, terdapat Sistem Pengukuran Kinerja
beberapa faktor yang mempengaruhi Ukuran prestasi yang lebih
kinerja. Adapun faktor-faktor tersebut disederhanakan menjadi tiga kriteria untuk
menurut Armstrong (1998: 16-17) adalah mengukur kinerja, pertama; kuantitas kerja,
sebagai berikut: yaitu jumlah yang harus dikerjakan, kedua,
a) Faktor individu (personal factors). kualitas kerja, yaitu mutu yang dihasilkan,
Faktor individu berkaitan dengan dan ketiga, ketepatan waktu, yaitu
keahlian, motivasi, komitmen, dll. kesesuaiannya dengan waktu yang telah
ditetapkan.
Menurut Cascio (2003: 336-337), dapat diterima oleh pihak-pihak
kriteria sistem pengukuran kinerja adalah yang menggunakannya.
sebagai berikut ; e) Praktis (practicality). Praktis berarti
bahwa instrumen penilaian yang
a) Relevan (relevance). Relevan
disepakati mudah dimenegerti oleh
mempunyai makna (1) terdapat
pihak-pihak yang terkait dalam
kaitan yang erat antara standar
proses penilaian tersebut.
untuk pelerjaan tertentu dengan
Pendapat senada dikemukakan oleh
tujuan organisasi, dan (2) terdapat
Noe et al, bahwa kriteria sistem pengukuran
keterkaitan yang jelas antara
kinerja yang efektif terdiri dari beberapa
elemen-elemen kritis suatu
aspek sebagai berikut:
pekerjaan yang telah diidentifikasi
a) Mempunyai Keterkaitan yang
melalui analisis jabatan dengan
Strategis (strategic congruence).
dimensi-dimensi yang akan dinilai
Suatu pengukuran kinerja
dalam form penilaian.
dikatakan mempunyai keterkaitan
b) Sensitivitas (sensitivity). Sensitivitas
yang strategis jika sistem
berarti adanya kemampuan sistem
pengukuran kinerjanya
penilaian kinerja dalam
menggambarkan atau berkaitan
membedakan pegawai yang efektif
dengan tujuan-tujuan organisasi.
dan pegawai yang tidak efektif.
b) Validitas (validity). Suatu
c) Reliabilitas (reliability). Reliabilitas
pengukuran kinerja dikatakan valid
dalam konteks ini berarti
apabila hanya mengukur dan
konsistensi penilaian. Dengan kata
menilai aspek-aspek yang relevan
lain sekalipun instrumen tersebut
dengan kinerja yang diharapkan.
digunakan oleh dua orang yang
c) Reliabilitas (reliability).
berbeda dalam menilai seorang
Reliabilitas berkaitan dengan
pegawai, hasil penilaiannya akan
konsistensi pengukuran kinerja
cenderung sama.
yang digunakan. Salah satu cara
d) Akseptabilitas (acceptability).
untuk menilai reliabilitas suatu
Akseptabilitas berarti bahwa
pengukuran kinerja adalah dengan
pengukuran kinerja yang dirancang
membandingkan dua penilai yang prestasi dan terciptanya suatu prestasi
menilai kinerja seorang pegawai. organisasi mempunyai kaitan yang sangat
d) Akseptabilitas (acceptability). erat dengan prestasi individual para
Akseptabilitas berarti bahwa pegawai. Oleh karena itu dapat dikatakan
pengukuran kinerja yang dirancang bahwa prestasi kerja organisasi merupakan
dapat diterima oleh pihak-pihak hasil dari kerjasama antara pegawai yang
yang menggunakannya. bersangkutan dengan organisasi dimana
e) Spesifisitas (specificity). pegawai tersebut bekerja. Selain itu sisi
Spesifisitas adalah batasan-batasan motivasi menjadi aspek yang terlibat dalam
dimana pengukuran kinerja yang peningkatan prestasi kerja.
diharapkan disampaikan kepada Mondy & Noe (2002: 382)
para pegawai sehingga para mendefinisikan penilaian prestasi kerja
pegawai memahami apa yang sebagai: “Suatu sistem yang bersifat formal
diharapkan dari mereka dan yang dilakukan secara periodik untuk
bagaimana cara untuk mencapai mereview dan mengevaluasi kinerja
kinerja tersebut. pegawai”.
Dari pendapat Cascio dan Noe, Sementara itu Wirawan (2008 : 171)
ternyata suatu instrumen penilaian kinerja mengatakan bahwa “Penilaian unjuk kerja
harus didisain sedemikian rupa. Instrumen adalah uraian sistematik tentang
penilaian kinerja, berdasarkan konsep kekuatan/kelebihan dan kelemahan yang
Cascio dan Noe, terutama harus berkaitan berkaitan dengan pekerjaan seseorang atau
dengan apa yang dikerjakan oleh pegawai. sebuah kelompok”.
Mengingat jenis dan fungsi pegawai dalam Lebih lanjut Wirawan (2008)
suatu organisasi tidak sama, maka mengemukakan bahwa sasaran proses
nampaknya, tidak ada instrumen yang sama sebagai berikut: ”Sasaran proses penilaian
untuk menilai seluruh pegawai dengan prestasi kerja adalah untuk membuat
berbagai pekerjaan yang berbeda. karyawan memandang diri mereka sendiri
Penilai Kinerja seperti apa adanya, mengenali kebutuhan
Setiap organisasi pada dasarnya perbaikan kinerja kerja, dan untuk berperan
telah mengidentifikasi bahwa perencanaan serta dalam membuat rencana perbaikan
kinerja”. Sedangkan tujuan umum penilaian mengatasinya, j) suatu
kinerja adalah mengevaluasi dan pemahaman jelas dari apa yang
memberikan umpan balik konstruktif diharapkan dan apa yang perlu
kepada para pegawai yang pada akhirnya untuk dilaksanakan untuk
mencapai efektivitas organisasi. mencapai harapan tersebut.
Sedangkan Rivai ( 2004 ; 55) (2) Penilai (atasan, supervisor,
mengatakan bahwa “manfaat penilaian pimpinan, manager, konsultan)
kinerja bagi semua pihak adalah agar bagi danPerusahaan.
mereka mengetahui manfaat yang dapat a) Kesempatan untuk mengukur dan
mereka harapkan”. mengidentifikasikan
Manfaat penilaian kinerja bagi kecenderungan kinerja karyawan
semua pihak adalah agar bagi mereka untuk perbaikan manajeman
mengetahui manfaat yang dapat mereka selanjutnya; b) kesempatan untuk
harapkan. Pihak-pihak yang berkepentingan mengembangkan suatu pandangan
dalam penilaian adalah: umum tentang pekerjaan individu
(1) Orang yang dinilai (karyawan) dan departemen yang lengkap ; c)
a) meningkatkan motivasi, b) memberikan peluang untuk
meningkatkan kepuasan hidup, c) mengembangkan sistem
adanya kejelasan standar hasil pengawasan baik untuk pekerjaan
yang diterapkan mereka, d) umpan manajer sendiri, maupun pekerjaan
balik dari kinerja lalu yang kurang dari bawahannya; d) identifikasi
akurat dan konstruktif, e) gagasan untuk peningkatan tentang
pengetahuan tentang kekuatan dan nilai pribadi; e) peningkatan
kelemahan menjadi lebih besar, f) kepuasan kerja; f) meningkatkan
adanya kesempatan untuk rasa harga diri yang kuat diantara
berkomunikasi ke atas, h) manajer dan juga para karyawan,
peningkatan pengertian tentang karena telah berhasil mendekatkan
nilai pribadi, i) Kesempatan untuk ide dari karyawan dengan ide para
mendiskusikan permasalahan manajer, g) sebagai media untuk
pekerjaan dan bagaimana mereka mengurangi kesenjangan antara
sasaran individu dengan sasaran menjadi mapan; h) karyawan yang
kelompok atau sasaran departemen potensial dan memungkinkan
SDM atau sasaran perusahaan; h) untuk menjadi pimpinan
kesempatan bagi para manajer perusahaan atau sedikitnya yang
untuk menjelaskan pada karyawan dapat dipromosikan menjadi lebih
apa yang sebenarnya diinginkan mudah terlihat; i) penilaian kinerja
oleh perusahaan dari para akan menjadi salah satu sarana
karyawan; i) merupakan yang paling utama dalam
kesempatan berharga bagi manajer meningkatkan kinerja perusahaan.
agar dapat menilai kembali apa Dari uraian sebelumnya, terlihat bahwa
yang telah dilakukan sehingga ada tujuan penilian kinerja ini pada
kemungkinan merevisi target atau akhirnya akan memberikan manfaat,
menyusun prioritas kembali. tidak hanya untuk pegawai yang
(3) Manfaat bagi karyawan yang dinilai : bersangkutan, akan tetapi juga untuk
a) Meningkatkan pandangan secara organisasi. Oleh karena itu, salah satu
luas menyangkut tugas yang aspek penting dalam penilaian kinerja
dilakukan oleh masing-masing adalah adanya apresiasi yang
karyawan; b) meningkatkan proporsional dan program
kualitaskomunikasi; pengembangan SDM yang tepat.
c) meningkatkan motivasi Konsep Kerja dalam Islam
karyawan secara keseluruhan; d) Manusia diciptakan untuk bekerja.
peningkatan segi pengawasan Kerjanya adalah ibadahnya. Terhadap
melekat dari setiap kegiatan yang mereka yang enggan bekerja tidak mungkin
dilakukan oleh setiap karyawan; e) menjadi muslim yang baik. Apalagi kalau
untuk mengenali lebih jelas dikaitkan dengan iman, perbuatan atau kerja
pelatihan dan pengembangan yang islami justeru merupakan manifestasi dan
dibutuhkan; f) sebagai sarana bagian daripadanya.
penyampaian pesan bahwa Sistem keimanan yang membangun
karyawan itu dihargai oleh aqidah dan melahirkan amal-amal islami,
perusahaan; g) budaya perusahaan baik yang berkenaan dengan
hablumminallah maupun hablumminannas menyukai orang-orang yang berbuat
termasuk pelaksanaan tugas menjadi kerusakan”.
khalifah Allah di muka bumi oleh manusia, Dari surah di atas dapat diketahui
semestinya bersumber dari ajaran-ajaran bahwa islam tidak hanya mengajarkan
wahyu (Al-Qura’an dan Al-Hadits). aqidah saja, tetapi mengajarkan syari’ah
Amal dan kerja islami ternyata sebagai tata menjalani kehidupan sesuai
menjadi muara sekaligus pernyataan dari dengan Al-Qur’an dan Al-Hadits.
seluruh tujuan hidup orang islam. Ternyata Pengertian kerja dalam keterangan di atas,
islam tidak merekomendasikan kehidupan dalam Islam amatlah luas, mencakup
yang hanya mengejar “hasanah” di akhirat seluruh pengerahan potensi manusia.
dengan cara mengabaikan “hasanah” di Adapun pengertian kerja secara khusus
dunia. Bahkan ajaran islam menegaskan adalah setiap potensi yang dikeluarkan
bahwa mengabaikan keduniaan serta manusia untuk memenuhi tuntutan hidupnya
menganggap remeh urusannya adalah sikap berupa makanan, pakaian, tempat tinggal,
negatif, tercela dan keluar dari garis fitrah dan peningkatan taraf hidup.Inilah
serta jalur as-sirat al-mustaqim. Oleh karena pengertian kerja yang bisa dipakai dalam
itu, Rasul melarang cara berpikir anti dunia dunia ketenaga-kerjaan dewasa ini,
karena senang pada akhirat. sedangkan bekerja dalam lingkup
Allah juga berfirman dalam Q.S Al-Qasas pengertian ini adalah orang yang bekerja
(28) :77 dengan menerima upah baik bekerja harian,
“dan carilah pada apa yang telah maupun bulanan dan sebagainya.
dianugerahkan Allah kepadamu Pada hakikatnya, pengertian kerja
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan semacam ini telah muncul secara jelas,
janganlah kamu melupakan bahagianmu praktek mu’amalah umat Islam sejak
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat berabad-abad, dalam pengertian ini
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana memperhatikan empat macam pekerja :
Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan 1) al-Hirafiyyin; mereka yang mempunyai
janganlah kamu berbuat kerusakan di lapangan kerja, seperti penjahit, tukang
(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak kayu, dan para pemilik restoran. Dewasa
ini pengertiannya menjadi lebih luas,
seperti mereka yang bekerja dalam jasa : “Barangsiapa yang pada malam hari
angkutan dan kuli. merasakan kelelahan dari upaya
2) al-Muwadzofin: mereka yang secara legal keterampilan kedua tangannya pada siang
mendapatkan gaji tetap seperti para hari maka pada malam itu ia diampuni”.
pegawai dari suatu perusahaan dan Demikian halnya terdapat hadits berikutnya
pegawai negeri. yang diriwayatkan oleh imam Abu Nu’aim
3) al-Kasbah: para pekerja yang menutupi bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda : “
kebutuhan makanan sehari-hari dengan Sesungguhnya diantara perbuatan dosa ada
cara jual beli seperti pedagang keliling. dosa yang tidak bisa terhapus (ditebus) oleh
4) al-Muzarri’un: para petani. (pahala) shaum dan sholat. “Ditanyakan
Pengertian tersebut tentunya pada Beliau, Apakah yang dapat
berdasarkan teks hukum Islam, diantaranya menghapuskanya, ya Rasulullah?” Jawab
hadis Rasulullah SAW dari Abdullah bin Rasul Saw: “Kesusahan (bekerja) dalam
Umar bahwa Nabi SAW bersabda, mencari nafkah kehidupan”.
“berikanlah upah pekerja sebelum kering Aspek Pekerjaan Dalam Islam
keringat-keringatnya”. (HR. Ibn Majah, 1. Memenuhi Kebutuhan Diri
Abu Hurairah, dan Thabrani). Sendiri
Pendapat atau kaidah hukum yang Islam sangat menekankan
menyatakan : “Besar gaji disesuaikan kemandirian bagi pengikutnya.
dengan hasil kerja”.Pendapat atau kaidah Seorang muslim harus mampu hidup
tersebut menuntun kita dalam mengupah dari hasil keringatnya sendiri, tidak
orang lain disesuaikan dengan porsi kerja bergantung pada orang lain. Hal ini
yang dilakukan seseorang, sehingga dapat diantaranya tercermin dalam hadist
memuaskan kedua belah pihak. berikut :
Disamping kewajiban bekerja akan Dari Abu Abdillah yaitu az-Zubair
mendapatkan pahala, juga Allah SWT bin al-Awwam r.a., katanya:
menjanjikan akan mengampuni dosa- “Rasulullah s.a.w. bersabda:
dosanya kaum muslimin. Dalam hal ini “Niscayalah jikalau seseorang dari
terdapat hadits yang diriwayatkan oleh engkau semua itu mengambil tali-
imam Ahmad sebagai berikut talinya – untuk mengikat – lalu ia
datang di gunung, kemudian ia berdosa jika ia menelantarkan
datang kembali – di negerinya – orang-orang yang menjadi tanggung
dengan membawa sebongkokan kayu jawabnya”. (HR. Ahmad, Abu Daud
bakar di atas punggungnya, lalu dan Al-Hakim)
menjualnya,kemudian dengan cara 3. Kepentingan Seluruh Mahluk
sedemikian itu Allah menahan Pekerjaan yang dilakukan seseorang
wajahnya – yakni dicukupi bisa menjadi sebuah amal jariyah
kebutuhannya, maka hal yang baginya, sebagaimana disebutkan
semacam itu adalah lebih baik dalam hadist berikut :
baginya daripada meminta-minta Dari Anas, Rasulullah saw bersabda,
sesuatu pada orang-orang, baik “Tidaklah seorang mukmin
mereka itu suka memberinya atau menanam tanaman, atau menabur
menolaknya.” (HR. Bukhari) benih, lalu burung atau manusia
Rasullullah memberikan contoh atau hewan pun makan darinya
kemandirian yang luar biasa, sebagai kecuali pasti bernilai sedekah
pemimpin nabi dan pimpinan umat baginya”. (HR Bukhari)
Islam beliau tak segan menjahit Dalam era modern ini banyak sekali
bajunya sendiri, beliau juga pekerjaan yang bisa bernilai sebagai
seringkali turun langsung ke medan amal jariyah. Misalnya kita
jihad, mengangkat batu, membuat membuat aplikasi atau tekhnologi
parit, dan melakukan pekerjaan- yang berguna bagi umat manusia.
pekerjaan lainnya. Karenanya umat Islam harus cerdas
2. Memenuhi Kebutuhan Keluarga agar bisa menghasilkan pekerjaan-
Bekerja untuk memenuhi kebutuhan pekerjaan yang bernilai amal jariyah.
keluarga yang menjadi 4. Bekerja sebagai Wujud
tanggungannya adalah kewajian bagi Penghargaan Terhadap Pekerjaan
seorang muslim, hal ini bisa dilihat itu Sendiri
dari hadist berikut : Islam sangat menghargai pekerjaan,
Rasulullah SAW bersabada, bahkan seandainya kiamat sudah
“Cukuplah seseorang dianggap dekat dan kita yakin tidak akan
pernah menikmati hasil dari baik, yaitu; 1) kerja yang
pekerjaan kita, kita tetap dilandasi taqwa; 2) iklim dan
diperintahkan untuk bekerja sebagai suasana kerja yang tenang dan
wujud penghargaan terhadap kondusif; 3) didukung oleh ilmu
pekerjaan itu sendiri. Hal ini bisa pengetahuan terkait dengan
dilihat dari hadist berikut : bidang pekerjaan, dan
Dari Anas RA, dari Rasulullah saw, bersangkutan selalu berusaha
beliau bersabda, “Jika hari kiamat menambah ilmunya
terjadi, sedang di tanganmu Terdapat sejumlah firman
terdapat bibit tanaman, jika ia bisa Allah yang berkaitan dengan
duduk hingga dapat menanamnya, perintah bekerja kepada orang-
maka tanamlah “ (HR Bukhari dan orang yang beriman, antara lain,
Muslim). “Dia yang menjadikan bumi
1. Posisi Kerja mudah bagimu, maka
Menurut pandangan islam, kerja berjalanlah ke berbagai penjuru
merupakan sesuatu yang bumi dan makanlah sebagian
digariskan bagi manusia. Dengan dari rizki Allah...” (QS. Al-
bekerja manusia mampu Mulk/67:15). Ayat ini
memperoleh kebahagiaan di mengandung perintah langsung
dunia dan akhiratnya. Amat jelas agar manusia giat bekerja dan
bahwa kerja mempunyai makna menghindari bermalas-malasan.
eksistensial dalam menunjukkan Bekerja untuk memperoleh rizki
kehidupan orang islam. Karena guna menunaikan nafkah
berhasil/gagalnya dan keluarga adalah sebuah amanah
tinggi/rendahnya kualitas hidup yang harus ditunaikan.
seseorang ditentukan oleh amal 2. Fungsi Kerja
dan kerjanya. Islam menjadikan kerja sebagai
Menurut Isa ‘Abduh dan Ahmad sumber nilai insan dan ukuran
Isma’il Yahya, ada tiga cara yang tanggungjawab berbeda.
untuk mewujudkan kinerja yang Firman Allah; "Dan bahawa
sesungguhnya tidak ada balasan Firman-Nya bermaksud:"Dan
bagi seseorang itu melainkan sesungguhnya Kami telah
balasan apa yang diusahakan". menetapkan kamu (dan memberi
(An -Najm: 39) kuasa) di bumi dan Kami jadikan
Firman-Nya lagi ; untuk kamu padanya (berbagai-
"Dan bagi tiap-tiap seseorang bagai jalan) penghidupan." (Al-
beberapa derajat tingkatan A'raf: 168)
balasan disebabkan amal yang Sabda Nabi (s.a.w)
mereka kerjakan dan ingatlah ;"Mencari kerja halal itu wajib
Tuhan itu tidak lalai dari apa atas setiap orang Islam."
yang mereka lakukan". (al- Kerja Sebagai Asas Kemajuan Ummat
An'am: 132) Islam mewajibkan kerja untuk tujuan
Kerja sebagai sumber nilai mendapatkan mata pencarian hidup dan
manusia berarti manusia itu secara langsung mendorong kepada
sendiri menentukan nilai atau kemajuan sosioekonomi. Dalam hadist
harga ke atas sesuatu perkara Rasulullah SAW sangat jelas dorongan ke
itu. Kerja juga merupakan arah kemajuan ekonomi di sektor tersebut,
sumber yang objektif bagi sebagai contoh:
penilai prestasi manusia 1. Di bidang Pertanian
berasaskan segi kelayakan. Sabda Rasulullah s.a.w ; "Tidaklah
3. Kerja Sebagai Sumber seseorang mukmin itu menyemai
Pencarian akan semaian atau menanam
Islam mewajibkan setiap tanaman lalu dimakan oleh burung
umatnya bekerja untuk mencari atau manusia melainkan ianya
rezeki dan pendapatan adalah menjadi sedekah".
bagihidupnya. Islam memberi 2. Di bidang Perusahaan
berbagai kemudahan hidup dan Sabda Rasulullah s.a.w. :"Sebaik
jalan-jalan mendapatkan rezeki usaha ialah usaha seorang
di bumi Allah yang penuh pengusaha apabila ia bersifat jujur
dengan segala nikmat ini. dan nasihat- menasihati.
3. Di bidang Perniagaan Kode etik inilah kemudian menjelma
Rasulullah SAW pernah meletakkan menjadi etika kerja, etika profesi, atau kerja
para peniaga yang jujur dan amanah sebagai kearifan sikap dalam bekerja.
kepada kedudukan yang sejajar Etos Kerja dalam Perspektif Islam
dengan para wali, orang-orang yang Dalam al-Qur’an dikenal kata itqon
benar, para syuhada' dan orang- yang berarti proses pekerjaan yang
orang soleh dengan sabda :"Peniaga sungguh-sungguh, akurat dan sempurna.
yang jujur adalah bersama para (An-Naml : 88). Sedangkan dalam hadits,
wali, orang-orang siddiqin, para Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya
syuhada' dan orang-orang soleh". Allah mencintai salah seorang diantara
Etos Kerja Secara Umum kamu yang melakukan pekerjaan dengan
Dalam Webster World University itqon (tekun, rapi dan teliti).” (HR.
Dictionary dijelaskan etos ialah sifat dasar Baihaki).
atau karakter yang merupakan kebiasaan Etos kerja seorang muslim adalah
dan watak bangsa atau ras. Etos berasal dari semangat untuk menapaki jalan lurus, dalam
kata Yunani, ethos, artinya ciri, sifat, atau hal mengambil keputusan pun, para
kebiasaan, adat istiadat, atau juga pemimpin harus memegang amanah
kecenderungan moral, pandangan hidup terutama para hakim. Hakim berlandaskan
yang dimiliki seseorang, suatu kelompok pada etos jalan lurus tersebut sebagaimana
orang atau bangsa. Dawud ketika ia diminta untuk memutuskan
Etos kerja, menurut Mochtar perkara yang adil dan harus didasarkan pada
Buchori dapat diartikan sebagai sikap dan nilai-nilai kebenaran, maka berilah
pandangan terhadap kerja, kebiasaan kerja; keputusan (hukumlah) di antara kami
ciri-ciri atau sifat-sifat mengenai cara kerja dengan adil dan janganlah kamu
yang dimilki seseorang, suatu kelompok menyimpang dari kebenaran dan tunjuklah
manusia atau suatu bangsa. Adapun etos (pimpinlah) kami ke jalan yang lurus (QS.
kerja menurut arti yang bertolak belakang Ash Shaad : 22).
dari etika, yaitu moralitas dan kebajikan Berdasarkan Hadits Bukhori, Nabi
dalam bekerja, ia dapat dijabarkan dalam Muhammad bersabda: “Tangan di atas
bentuk kode etik sebagai code of conduct. lebih baik dari pada tangan di bawah,
mulailah orang yang wajib kamu nafkahi, Dengan mencermati pembahasan
sebaik-baik sedekah dari orang yang tidak sebelum dan sesudahnya, dapat disimpulkan
mampu (di luar kecukupan), barang siapa adanya persamaan dan perbedaan mendasar
yang memeliharanya, barang siapa yang antara etos kerja non agama dan etos kerja
mencari kecukupan maka akan dicukupi islami yaitu :
oleh Allah.” Persamaan :
Maksud hadits tersebut tidak berarti bahwa  Etos kerja non agama dan etos kerja
memperbolehkan meminta-minta, tetapi kerja islami sama-sama berupa karakter
memotivasi agar seorang muslim mau dan kebiasaan berkenaan dengan kerja
berusaha dengan keras agar dapat menjadi yang terpancar dari sikap hidup manusia
tangan di atas, yaitu orang yang mampu yang mendasar terhadapnya
membantu dan memberi sesuatu pada orang  Keduanya sama-sama timbul karena
lain dari hasil jerih payahnya. Seseorang motivasi.
akan mendapat penghasilan lebih jika  Motivasi keduanya sama-sama didorong
berusaha keras dan baik. Seorang muslim dan dipengaruhi oleh sikap hidup yang
harus dapat memanfaatkan karunia yang mendasar terhadap kerja.
diberikan Allah yang berupa kekuatan dan  Keduanya sama-sama dipengaruhi secara
kemampuan diri untuk bekal hidup layak dinamis dan manusiawi oleh berbagai
di dunia-akhirat. Etos kerja yang tinggi faktor intern dan ekstern yang bersifat
merupakan cerminan diri seorang muslim. kompleks.
Perbedaan :
Etos Kerja Non-Agama Etos Kerja Islami

Sikap hidup mendasar terhadap kerja di sini Sikap individu mendasar terhadap kerja di
timbul dari hasil kerja akal dan/pandangan sini identik dengan sistem keimanan/aqidah
hidup/nilai-nilai yang dianut (tidak bertolak islam berkenaan dengan kerja atas dasar
dari iman keagamaan tertentu) pemahaman bersumber dari wahyu dan akal
yang saling bekerja secara proporsional.
Akal berfungsi sebagai alat pemaham
wahyu.

Tidak ada iman Iman eksis dan terbentuk sebagai buah


pemahaman akal terhadap wahyu. Akal di
sini berfungsi sebagai sumber selain alat.
Motivasi muncul dari akal dan pandangan Motivasi berangkat dari niat beribadah
hidup/nilai-nilai kehidupan yang dianut. kepada Allah dan iman terhadap adanya
kehidupan ukhrowi.
Etika kerja berdasarkan akal dan/pandangan Etika kerja berdasarkan keimanan terhadap
hidup/nilai-nilai yang dianut. ajaran wahyu berkenaan dengan etika kerja
dan hasil pemahaman akal berbentuk
aqidah islam sehubungan dengan kerja.

Karakteristik Etos Kerja Islam munculnya orang non islam yang


Dari konsep iman, ilmu, dan amal mempunyai etos kerja yang baik. Cukup
saleh, dapat digali dan dirumuskan jelas kiranya bahwa etos kerja tinggi
karakteristik-karakteristik etos kerja islami seseorang memerlukan kesadaran
sebagaimana berikut: bersangkut paut dengan pandangan
Kerja Merupakan Penjabaran Aqidah hidupnya secara lebih menyeluruh.
Manusia adalah makhluk yang Sejarah telah membuktkan bahwa
dikendalikan oleh sesuatu yang bersifat aqidah islam berpotensi besar untuk menjadi
batin dalam dirinya, bukan oleh fisik yang motivasi yang mampu mengubah serta
tampak. Faktor agama memang tidak membangun sikap hidup mendasar,
menjadi syarat timbulnya etos kerja kerja karakter, serta kebiasaan perilaku manusia
tinggi seseorang. Hal ini terbukti dengan dalam arti amat positif. Aqidah yang
berhasil ditanamkan Rasulullah SAW
kepada para pengikutnya ketika Beliau
terbukti menimbulkan kemajuan yang luar
biasa dalam kalangan kaum muhajirin, Kerja dengan Meneladani Sifat-Sifat
ansor dan bahkan kaum kafir. Illahi serta Mengerti Petunjuk-
Sehubungan dengan salah satu petunjukNya
bentuk penjabaran motivasi amal saleh dan Menurut Hasan Langgulung,
kerja islami, Rasulullah SAW berdasarkan Al-Quran surat Al-Hijr ayat 29,
mengemukakan, “sesungguhnya semua dapat dikembangakan penafsiran yang
pekerjaan tergantung pada niatnya”. menunjukkan adanya hubungan antara
Berkenaan dengan niat tersebut, seorang potensi-potensi manusia yang dikaruniakan
muslim hendaknya melandasi niat dari Tuhan dengan sifat-sifat-Nya. Bentuk dan
setiap amalnya dengan berharap kualitas dari sifat-sifat tersebut bersifat
mendapatkan ridho dari Allah. Kerja terbatas dan berbeda dengan sifat haqiqi
berlandaskan niat beribadah hanya kepada Allah. Etos kerja islami sebagaimana etos
Allah adalah salah satu karakteristik penting kerja umumya tidak dapat terwujud tanpa
etos kerja islami yang tergali dan timbul didukung oleh sifat giat dan aktif manusia
dari aqidah. bersangkutan dalam memanfaatkan potensi
Kerja Dilandasi Ilmu yang ada padanya. Keistimewaan orang
Pengertian akal umumnya mencakup beretos kerja islami aktivitasnya dijiwai
kerja otak dan kerja qalb dalam rangka oleh dinamika aqidah dan motivasi ibadah.
memahami sesuatu. Akal diciptakan dengan Orang beretos kerja islami menyadari
tujuan sebagai alat pemaham manusia. bahwa potensi yang dikaruniakan dan dapat
Dengan kepahaman yang dimiliki, manusia dihubungkan dengan sifat-sifat Ilahi yang
akan mampu mewujudkan kehidupan yang pada dasarnya merupakan amanah yang
benar di dunia ini.Manusia menjadi lain harus ditunaikan dengan bertanggung jawab
daripada yang lain karena ia mempunyai sesuai dengan syari’at islam.
akal dan kehendak bebas. Dengan potensi Indikasi Orang Beretos Kerja Islami
akal, ilmu pengetahuan dan nafsu yang Tinggi
dikaruniakan Tuhan, manusia memang Dan dalam batas-batas tertentu, ciri-
menjadi lebih potensial untuk menunaikan ciri etos kerja islami dan ciri-ciri etos kerja
tugasnya sebagai khalifah Allah di bumi. tinggi pada umumnya banyak
keserupaannya, utamanya pada dataran atau dalam Islam disebut dengan amanah.
lahiriahnya. Ciri-ciri tersebut antara lain : Sikap bertanggungjawab terhadap amanah
 Baik dan Bermanfaat untuk semua merupakan salah satu bentuk akhlaq
 Kemantapan atau perfectness bermasyarakat secara umum, dalam konteks
Kualitas kerja yang mantap atau perfect mer ini adalah dunia kerja.
upakan sifat pekerjaan Tuhan (baca:  Konsisten dan Istiqamah
Rabbani), kemudian menjadi kualitas Istiqamah dalam kebaikan
pekerjaan yang islami yang berarti ditampilkan dalam keteguhan dan kesabaran
pekerjaan mencapai standar ideal secara sehingga menghasilkan sesuatu yang
teknis. Untuk itu, diperlukan dukungan maksimal. Istiqamah merupakan hasil dari
pengetahuan dan skill yang optimal. suatu proses yang dilakukan secara terus-
Kerja Keras, Tekun dan Kreatif. menerus. Proses itu akan menumbuh-
Kerja keras, yang dalam Islam diistilahkan kembangkan suatu sistem yang baik, jujur
dengan mujahadah dalam maknanya yang dan terbuka, dan sebaliknya keburukan dan
luas seperti yang didefinisikan oleh Ulama ketidakjujuran akan tereduksi secara nyata.
adalah ”istifragh ma fil wus’i”, yakni  Percaya diri dan Kemandirian
mengerahkan segenap daya dan kemampuan Sesungguhnya daya inovasi dan
yang ada dalam merealisasikan setiap kreativitas hanyalah terdapat pada jiwa yang
pekerjaan yang baik. merdeka, karena jiwa yang terjajah akan
 Berkompetisi dan Tolong-menolong terpuruk dalam penjara nafsunya sendiri,
Pesan persaingan ini kita dapati dalam sehingga dia tidak pernah mampu
beberapa ungkapan Qur’ani yang bersifat mengaktualisasikan asset dan kemampuan
“amar” atau perintah, seperti “fastabiqul serta potensi illahiyah yang ia miliki yang
khairat” (maka, berlomba-lombalah kamu sungguh sangat besar nilainya. Semangat
sekalian dalam kebaikan). berusaha dengan jerih payah diri sendiri
 Objektif (Jujur) merupakan hal sangat mulia posisi
 Disiplin atau Konsekuen keberhasilannya dalam usaha pekerjaan.
Selanjutnya sehubungan dengan ciri-ciri  Efisien dan Hemat
etos kerja tinggi yang berhubungan dengan Agama Islam sangat menghargai
sikap moral yaitu disiplin dan konsekuen, harta dan kekayaan. Jika orang mengatakan
bahwa agama Islam membenci harta, adalah iman dan barometer bagi pahala dan siksa.
tidak benar. Yang dibenci itu ialah Hendaknya setiap pekerjaan disamping
mempergunakan harta atau mencari harta mempunyai tujuan akhir berupa upah atau
dan mengumpulkannya untuk jalan yang imbalan, namun harus mempunyai tujuan
tidak mendatangkan maslahat, atau tidak utama, yaitu memperoleh keridhaan Allah
pada tempatnya, serta tidak sesuai dengan SWT.
ketentuan agama, akal yang sehat dan ‘urf Adapun hal-hal yang penting tentang
(kebiasaan yang baik). Demi kemaslahatan etika kerja yang harus diperhatikan adalah;
harta tersebut, maka sangat dianjurkan 1) ikhlas Menerima Takdir; 2) menegakkan
untuk berperilaku hemat dan efisien dalam Proporsionalitas; dan 3) sadar Menaati
pemanfaatannya, agar hasil yang dicapai Norma.
juga maksimal. Etos Kerja Rasulullah Sebagai Uswah
Etika Kerja dalam Islam (Contoh)
Pada hakikatnya etika kerja islami Rasulullah SAW menjadikan kerja
merupakan pancaran nilai yang ikut sebagai aktualisasi keimanan dan
membentuk corak khusus karakteristik etos ketakwaan. Suatu hari Rasulullah SAW
kerja islami.Dalam memilih seseorang berjumpa dengan Sa’ad bin Mu’adz Al-
ketika akan diserahkan tugas, rasulullah Anshari. Ketika itu Rasul melihat tangan
melakukannya dengan selektif. Diantaranya Sa’ad melepuh, kulitnya gosong kehitam-
dilihat dari segi keahlian, keutamaan (iman) hitaman seperti terpanggang matahari.
dan kedalaman ilmunya. Beliau senantiasa “Kenapa tanganmu?,” tanya Rasul kepada
mengajak mereka agar itqon dalam bekerja. Sa’ad. “Wahai Rasulullah,” jawab Sa’ad,
Dalam sebuah hadits diriwayatkan oleh “Tanganku seperti ini karena aku mengolah
Bukhari dan Muslim, Rasulullah bersabda tanah dengan cangkul itu untuk mencari
bahwa “sesungguhnya (nilai) pekerjaan itu nafkah keluarga yang menjadi
tergantung pada apa yang diniatkan.” (HR. tanggunganku”. Seketika itu beliau
Bukhari dan Muslim). mengambil tangan Sa’ad dan menciumnya
Kerja mempunyai etika yang harus seraya berkata, “Inilah tangan yang tidak
selalu diikut sertakan didalamnya, oleh akan pernah disentuh api neraka”.
karenanya kerja merupakan bukti adanya
Kisah di atas menggambarkan pembunuhan sampai
betapa besarnya penghargaan Rasulullah perceraian.Kedua,Sebagai kepala negara
SAW terhadap kerja. Kerja apapun itu dan pemimpin sebuah masyarakat
selama tidak menyimpang dari aturan yang heterogen. Tatkala memegang posisi ini
ditetapkan agama. Demikian besarnya Rasulullah SAW harus menerima
penghargaan beliau, sampai-sampai dalam kunjungan diplomatik “negara-negara
kisah pertama, manusia teragung ini “rela” sahabat”. Rasul pun harus menata dan
mencium tangan Sa’ad bin Mu’adz Al- menciptakan sistem hukum yang mampu
Anshari yang melepuh lagi gosong. menyatukan kaum Muslimin, Nasrani, dan
Rasulullah SAW, dalam kisah tersebut, Yahudi, mengatur perekonomian, dan
memberikan motivasi pada umatnya bahwa setumpuk masalah lainnya.Ketiga,Sebagai
bekerja adalah perbuatan mulia dan panglima perang. Selama hidup tak kurang
termasuk bagian dari jihad. dari 28 kali Rasul memimpin pertempuran
Rasulullah SAW adalah sosok yang melawan kafir Quraisy. Sebagai panglima
selalu berbuat sebelum beliau perang beliau harus mengorganisasi lebih
memerintahkan para sahabat untuk dari 53 pasukan kaveleri bersenjata. Harus
melakukannya. Maka saat kita berbicara memikirkan strategi perang, persediaan
tentang etos kerja islami, maka beliaulah logistik, keamanan, transportasi, kesehatan,
orang yang paling pantas menjadi rujukan. dan lainnya.
Ada lima peran penting yang diemban Keempat, sebagai kepala
Rasulullah SAW, yaitu : rumahtangga. Dalam posisi ini Rasul harus
Pertama,Sebagai Rasul. Peran ini beliau mendidik, membahagiakan, dan memenuhi
jalani selama 23 tahun. Dalam kurun waktu tanggung jawab-lahir batin-terhadap para
tersebut beliau harus berdakwah istri beliau, tujuh anak, dan beberapa orang
menyebarkan Islam; menerima, menghapal, cucu. Beliau dikenal sebagai sosok yang
menyampaikan, dan menjelaskan tak kurang sangat perhatian terhadap keluarganya. Di
dari 6666 ayat Alquran; menjadi guru tengah kesibukannya Rasul pun masih
(pembimbing) bagi para sahabat; dan sempat bercanda dan menjahit sendiri
menjadi hakim yang memutuskan berbagai bajunya.
pelik permasalahan umat-dari mulai
Kelima, Sebagai seorang pebisnis. kualitasnya”.Kedua,dalambekerjaRasulmel
Sejak usia 12 tahun pamannya Abu Thalib akukannyadenganmanajemenyang baik,
sudah mengajaknya melakukan perjalanan perencanaanyangjelas, pentahapan
bisnis ke Syam, negeri yang saat ini aksi,danadanyapenetapanskalaprioritas.Keti
meliputi Syria, Jordan, dan Lebanon. Dari ga,Rasul tidak pernahmenyia-
usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa nyiakankesempatansekecilapapun.“Barang
tersulit dalam perjalanan bisnis Rasul siapa yang dibukakan pintu kebaikan,
karena beliau harus mandiri dan bersaing hendaknya dia mampu memanfaatkannya,
dengan pemain-pemain senior dalam karena ia tidak tahu kapan kebaikan
perdagangan regional. Usia 20 hingga 25 ditutup darinya”. Demikian Beliau
tahun merupakan titik keemasan bersabda.Keempat, dalam bekerja Rasul
entrepreneurship Rasulullah SAW terbukti selalu memperhitungkan masa depan.
dengan “terpikatnya” konglomerat Mekah, Beliau adalah sosok yang visioner,
Khadijah binti Khuwailid, yang kemudian sehinggasegalaaktivitasnyabenar-
melamarnya menjadi suami. Sejarah benarterarahdanterfokus.Kelima,Rasultidak
mencatat bahwa Rasulullah sering terlibat pernahmenangguhkanpekerjaan.Beliaubeker
dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri jasecaratuntasdanberkualitas.
seperti Yaman, Oman, dan Bahrain. Adalah Keenam,Rasulbekerjasecaraberjamaahdeng
kenyataan bila Rasulullah SAW mampu an mempersiapkan (membentuk) tim yang
menjalankan kelima perannya tersebut solid yang percaya pada cita-cita
dengan sempurna, bahkan menjadi yang bersama.Ketujuh,Rasuladalahpribadiyangsa
terbaik. ngatmenghargaiwaktu.Kedelapan, tentunya
RahasiaKesuksesanKarierdanPekerjaan ada nilaitambahbagidiridanummatnya.
RasulullahSAW Kesembilan, Rasulullah SAWmenjadikan
Pertama, Rasulullah SAW selalu bekerja kerjasebagai aktualisasi keimanandan
dengan baik, profesional, dan tidak asal- ketakwaan.Rasulbekerjabukanuntukmenum
asalan. Beliau bersabda, “Sesungguhnya pukkekayaanduniawi.Beliaubekerjauntukme
Allah menginginkan jika salah seorang raih
darimu bekerja, maka hendaklah keridhaanAllahSWT.Inilahkunciterpenting.
meningkatkan
KESIMPULAN Casio, Waynw F. 1992. Managing Human
Resource: Productivity, Quality of
Kerja merupakan perkara yang
Work Life, Profit. Singapore:
mubah untuk dilakukan. Namun akan McGraw-Hill International Editors
berbeda-beda hukum yang muncul Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Kamus Besar Bahasa Indonesia :
berdasrkan niat dari mengerjakan pekerjaan Jakarta,Balai Pustaka
tersebut. Bekerja dengan sungguh-sungguh Hornby, A.S., Oxford Advanced Learner’s
adalah anjuran yang ditujukan untuk pribadi Dictionary of Current English, Five Edition
muslim karena seyogyanya islam tidak Ilfi, Nur Diana. 2008. Hadis-Hadis
Ekonomi. Malang, UIN - Malang Press
menyukai umat yang bermalas-malasan dan (Anggota IKAPI)
menganggur. Iman Az-Zabidi. 2001.Hadits Shahih Al
Etos kerja merupakan semangat Bukhari. Jakarta: Pustaka Amani

untuk bekerja. Bekerja itu sendiri Iman Al-Mundziri. 2000. Hadits Shahih
Muslim. Jakarta: Pustaka Amani
merupakan melakukan usaha kegiatan untuk
Isa Abduh dan Isma’il Yahya.Al-‘Amal, h.
mencapai tujuan. Etos kerja diperlukan 44-45
dalam melaksanakan suatu pekerjaan karena Hasan Langgulung, 1991, Kreativitas Dan
pendidikan Islam, Jakarta, Pustaka Al-
dengan etos kerja, seseorang akan lebih baik
Husna
dalam bekerjanya. Etos kerja tidak hanya
KH. Toto Tasmara, Membudayakan Etos
dipengaruhi oleh satu faktor saja. Namun Kerja, Jakarta, Gema Insani.
banyak faktor yang menjadi penentu etos Lewis Mulford Adams, et.. al, Webster
World University Dictionary,
dalam bekerja. (Washington DC: Publishers
DAFTAR PUSTAKA Company Inc., 1965,
Al Qur’an Digital Mahmud Abus-Sa’ud, 1398 H/1978 M, Al-
Fikrul-Islamy al-Mu’asir
Armstrong, M. 1995. Performance
Madmunuhu wa
Management. London: Kogan Page Limited
Mustaqbaluh,Bairut, al-Kuwait
Asifudin, A. Janan. 2004. Etos Kerja Islami.
Mochtar Buchori, Penelitian Pendidikan dan
Surakarta, Muhammadiyah University
PendidikanIslam di Indonesia,
Press.
Jakarta: IKIP Muhammadiyah Press,
Asnan Syafi’I Wagino, 2003, Menabur 1994)
Mutiara Hikmah, Jakarta, Mizan
Mondy, R.W., R.M. Noe, 2002. Human
Bernardin, H.J. dan Russel, 1998, Human Resources Management. Upper
Resuorce Management, An Saddle River, New Jersey: Printice
Experential Approch, Ney York: Hall.
McGraw-Hill
Rivai, Viethzal, 2005. Performance
Appraisal, Jakarta: Raja Gafindo
Persada
Wirawan, 2008. Evaluasi Kinerja Sumber
Daya Manusia. Jakarta: Salemba
Empat
Quraish Shihab, 1998, Wawasan al-Qur’an,
Jakarta: Mizan.

Das könnte Ihnen auch gefallen