Sie sind auf Seite 1von 14

BAB I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang


Di dalam hubungan bisnis perusahaan, perusahaan tidak hanya berurusan dengan
kepentingan pihak internal perusahaan, namun juga pihak eksternal perusahaan. Dalam
hubungan bisnis perusahaan dikenal adanya istilah pemangku kepentingan atau yang dikenal
dengan istilah stakeholders. Pemangku kepentingan (stakeholders) merupakan pihak yang
dipengaruhi dan mempengaruhi oleh kebijakan perusahaan. Stakeholders sendiri dibagi atas 2
macam yaitu internal stakeholder yang terdiri atas karyawan dan manajer, dan eksternal
stakeholder yang terdiri atas market stakeholders seperti pemegang saham (stockholders),
pelanggan, kreditur, supplier, pedagang besar dan pengecer, serta nonmarket stakeholders
seperti pemerintah, komunitas, media, dan kompetitor.
Sebagai bagian dari pemangku kepentingan, pemegang saham (stockholders)
menempati posisi yang sangat penting di perusahaan karena mereka adalah pemilik
perusahaan yang sah dengan membeli saham perusahaan. Sebagai pemilik, mereka mengejar
tujuan finansial dan non finansial, untuk mencapai tujuan-tujuan mereka tersebut, mereka
memiliki hak-hak yang diterima dari perusahaan tempat mereka berinvestasi. Disamping itu,
untuk menjamin hak-hak mereka tersebut terselenggara dengan baik dan dana yang mereka
investasikan tidak sia-sia,tentu saja perlu adanya jaminan perlindungan hukum dari
pemerintah terkait dimana perusahaan itu beroperasi.
Dari sisi perusahaan, untuk memenuhi kepentingan dan tujuan dari pemegang saham
(stockholder), para direksi dan pihak internal perusahaan lainnya tentu harus dapat
menjalankan perusahaan dengan baik, sebab sudah menjadi tanggung jawab mereka
khususnya direksi untuk memastikan perusahaan dapat berjalan dengan baik sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan, dan tentu saja memuaskan para pemegang saham
mereka, dan hal tersebut hanya dapat dicapai dengan menerapkan suatu tata kelola
perusahaan yang baik (good coporate governance).
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut maka rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Siapa yang dimaksud dengan pemegang saham (stockholder)?
2. Bagaimana bentuk hak-hak dan perlindungan hukum yang dimiliki oleh para pemegang
saham (stockholder)?
3. Bagaimana prinsip tata kelola yang baik (good governance)?
1.3. Tujuan
Secara umum tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang hak para
pemegang saham dan prinsip tata kelola perusahaan yang baik. Secara khusus, tujuan dari
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui siapa yang dimaksud dengan pemegang saham (stockholder)
2. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi hak-hak yang dari para pemegang saham
(stockholder) dan bagaimana bentuk perlindungan hukumnya
3. Untuk mengetahui bagaimana prinsip dari tata kelola perusahaan yang baik

1
BAB II
Pembahasan
2.1. Pemegang Saham (Stockholder)
Pemegang saham (stockholders / shareholders) adalah pemilik sah dari perusahaan
bisnis. Dengan membeli saham perusahaan, mereka menjadi pemilik bagian. Untuk alasan
ini, pemegang saham (stockholders) memiliki andil besar dalam seberapa baik kinerja
perusahaan mereka. Mereka dianggap sebagai salah satu pemangku kepentingan
(stakeholders) pasar perusahaan.
Terdapat 2 jenis pemegang saham yang memiliki saham di perusahaan, yaitu:
 Pemegang saham individu (individual stockholders), adalah orang-orang yang secara
langsung memiliki saham yang diterbitkan oleh perusahaan. Saham ini biasanya dibeli
melalui pialang saham (stockbroker) dan dipegang akun pialang. Misalnya, seseorang
mungkin membeli 100 saham Intel Corporation untuk portofolionya. Pemegang
saham seperti itu kadang-kadang disebut investor “main street”, karena mereka
datang dari semua lapisan masyarakat.
 Institusi (institutions), adalah investor yang berupa lembaga institusi yang sudah
berbadan hukum, seperti dana pensiun, reksadana, perusahaan asuransi. Misalnya,
reksadana seperti Fidelity Contrafund dan dana pensiun seperti California Public
Employees Retirement System (CalPERS) yang membeli saham atas nama investor
atau anggotanya. Lembaga-lembaga ini kadang-kadang disebut investor “wall street”.
Untuk alasan yang jelas, lembaga biasanya memiliki lebih banyak uang untuk
berinvestasi dan membeli lebih banyak saham daripada investor perorangan.
2.1.1. Tujuan Kepemilikan Saham
Individu dan institusi memiliki saham perusahaan karena sejumlah alasan, yang
terpenting diantara mereka adalah menghasilkan uang. Orang membeli saham karena
mereka percaya bahwa saham akan menghasilkan laba yang lebih besar daripada yang
dapat mereka terima dari investasi alternatif. Para pemegang saham menghasilkan uang
ketika harga saham naik (ini disebut penghargaan modal) dan ketika mereka menerima
bagian mereka dari pendapatan perusahaan (disebut dividen).
Harga saham naik dan jatuh seiring waktu,dipengaruhi oleh kinerja perusahaan dan
oleh pergerakan keseluruhan pasar saham. Misalnya, pada tahun 2008 dan awal 2009 nilai
saham menurun tajam ketika ekonomi global jatuh ke dalam resesi yang parah, dalam apa
yang disebut bear market. Ini diikuti oleh periode dimana pasar naik lagi di bull market,
yang menghasilkan keuntungan bagi banyak investor. Biasanya, bull market dan bear
market bergantian, didorong oleh kesehatan ekonomi, suku bunga, kejadian dunia, dan
faktor lain yang sulit diprediksi. Meskipun harga saham terkadang bergejolak, saham
secara historis telah menghasilkan pengembalian yang lebih tinggi dalam jangka panjang
daripada investasi dallam obligasi, sertifikat deposito bank, atau pasar uang.
Meskipun motivasi utama kebanyakan pemegang saham adalah menghasilkan uang
dari investasi mereka, beberapa memiliki motivasi lain juga. Beberapa investor
menggunakan kepemilikan saham untuk mencapai tujuan sosial atau etis. Investor juga
dapat membeli saham untuk mengambil kendali perusahaan dalam tawaran
pengambilalihan musuh. Beberapa investor memiliki tujuan yang beragam. Misalnya,

2
mereka ingin mendapatkan pengembalian yang wajar atas investasi mereka tetapi juga
untuk memajukan tujuan sosial atau etika.
2.2. Hak-Hak dan Perlindungan Hukum Pemegang Saham
Manajer memiliki kewajiban kepada semua pemangku kepentingan, tidak hanya bagi
mereka yang memiliki saham di perusahaan mereka. Namun demikian, di Amerika Serikat
dan sebagian besar negara lain, pemegang saham memiliki hak hukum yang seringkali lebih
luas daripada pemangku kepentingan (stakeholder) lainnya.
Untuk melindungi saham keuangan mereka di perusahaan yang sahamnya mereka
pegang, pemegang saham memiliki hak hukum tertentu, antara lain:
1. Hak untuk menerima dividen.
Para pemegang saham memiliki hak untuk berbagi dalam keuntungan perusahaan jika
para direktur menyatakan dividen.
2. Hak untuk memilih:
 Anggota dewan direksi
Para pemegang saham memiliki hak untuk memilih anggota dewan direksi, biasanya
dengan dengan dasar “satu saham sama dengan satu suara”. Mereka juga memiliki
hak untuk menahan para direktur dan pejabat perusahaan yang bertanggung jawab
atas tindakan mereka, dengan gugatan jika mereka ingin bertindak sejauh itu.
 Merger dan akuisisi besar
Para pemegang saham biasanya memiliki hak untuk memilih pada merger dan
beberapa akuisisi
 Perubahan dalam piagam dan peraturan
 Proposal oleh pemegang saham
3. Hak untuk menerima laporan tahunan (annual reports) tentang kondisi keuangan
perusahaan
Para pemegang saham berhak untuk menerima laporan tahunan (annual reports) atas
pendapatan perusahaan, kegiatan perusahaan, dan untuk memeriksa buku-buku
perusahaan, asalkan mereka memilikii tujuan bisnis yang sah untuk melakukannya dan itu
tidak akan mengganggu operasi bisnis.
4. Hak untuk menjual saham mereka sendiri kepada orang lain.
Banyak dari hak ini dilakukan pada pertemuan pemegang saham tahunan (RUPS),
dimana para direktur dan manajer menyajikan laporan tahunan, dan pemegang saham
memiliki kesempatan untukk menyetujui atau menolak rencana manajemen. Biasanya hanya
sebagian kecil dari para pemegang saham yang memilih secara langsung. Mereka yang tidak
hadir diberi kesempatan untuk memilih dengan suara tidak hadir, yang disebut proxy.
Di Indonesia hak bagi para pemegang saham diatur dalam Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, diantaranya terdapat dalam pasal 43 ayat (1) dan
ayat (2), pasal 52 ayat (1), pasal 61 ayat (1), pasal 62 ayat (1), pasal 79 ayat (2a), pasal 97
ayat (6), pasal 114 ayat (6), pasal 138 ayat (3a), pasal 144 ayat (1).
Bagaimana hak-hak pemegang saham ini dilindungi dengan baik? Dalam perusahaan
yang dimiliki publik, dewan direksi memiliki andil yang besar atas tanggung jawab untuk
memastikan bahwa perusahaan dijalankan dengan kepentingan pemegang saham dalam
pikiran.

3
2.3. Tatakelola Perusahaan (Corporate Governance)
Istilah tata kelola perusahaan mengacu pada proses dimana suatu perusahaan
dikendalikan, atau diatur sama seperti negara-negara yang memiliki pemerintah yang
menanggapi kebutuhan warga negara dan menetapkan kebijakan, begitu juga perusahaan
memiliki sistem pemerintahan internal yang menentukan arah strategis secara keseluruhan
dan keseimbangan kepentingan yang kadang-kadang berbeda. Runtuhnya Lehman Brothers
dan bank investasi lainnya serta pemimpin hipotek selama krisis keuangan tahun 2008-2009
telah memfokuskan pembaharuan pada tata kelola perusahaan, karena kadang-kadang sistem
pengendalian di tempat tidak secara efektif melindungi pemegang saham dan lainnya dengan
saham dalam kinerja perusahaan.
2.3.1. Jajaran Direksi
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
yang dimaksud dengan direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung
jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan
maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik didalam maupun di luar
pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.
Dewan direksi memainkan peran sentral dalam tata kelola perusahaan. Dewan
direksi adalah kelompok individu terpilih yang memiliki kewajiban hukum untuk
menetapkan tujuan perusahaan, mengembangkan kebijakan yang luas, dan memilih
personil tingkat atas untuk melaksanakan tujuan dan kebijakan ini. Dewan juga meninjau
kinerja manajemen untuk memastikan perusahaan dijalankan dengan baik dan kepentingan
pemegang saham dilindungi. Dewan besarnya bertemu dalam sesi penuh sekitar enam kali
setahun.
Dewan perusahaan bervariasi dalam ukuran, komposisi, dan struktur untuk melayani
kepentingan perusahaan dan pemegang saham. Namun, sejumlah pola memang ada.
Menurut survei praktik tata kelola di 100 perusahaan terkemuka di pasar, dewan direksi
perusahaan rata-rata 12 anggota. Biasanya, 10 atau 11 diantaranya adalah direktur luar
(bukan manajer perusahaan, yang dikenal sebagai direktur dalam ketika mereka melayani
di dewan). Anggota dewan dapat mencakup kepala eksekutif perusahaan lain, pemegang
saham utama, bankir, mantan pejabat pemerintah, akademisi, perwakilan komunitas, atau
pensiunan eksekutif dari perusahaan lain.
Struktur dewan di Eropa sangat berbeda dari mitranya di Amerika Serikat. Banyak
dewan di Eropa menggunakan sistem dua tingkat (two-tier system). Ini berarti bahwa alih-
alih satu dewan, seperti yang umum di Amerika Serikat, perusahaan-perusahaan ini
memiliki 2 dewan. Satu, yang disebut dewan pengawas, terdiri dari orang luar dan
memiliki ketua independen. Dewan-dewan ini beroperasi secara otonom, tetapi tentu saja
juga mengkoordinasikan pekerjaan mereka. Sistem ini digunakan di semua perusahaan di
Jerman dan Austria, dan di banyak perusahaan di Denmark, Finlandia, Netherland,
Norwegia, Polandia, dan Swiss. Negara-negara Eropa lainnya sering menggunakan sistem
hybrid, yang memiliki unsur-unsur baik itu sistem kesatuan dan two-tiered.
Para direktur perusahaan biasanya dibayar dengan baik. Kompensasi untuk anggota
dewan terdiri dari campuran kompleks biaya retainer, biaya rapat, hibah saham dan opsi
saham, pensiun, dan berbagai tunjangan. Beberapa kritikus percaya bahwa kompensasi
dewan berlebihan, dan bahwa gaji yang tinggi berkontribusi terhadap rasa puas diri oleh

4
beberapa direktur yang tidak ingin membahayakan posisi mereka dengan menentang
kebijakan manajemen.
Kebanyakan dewan perusahaan melakukan pekerjaan mereka melalui komite
maupun dalam sesi-sesi umum. Komite kompensasi (ada dalam 100 persen dewan
perusahaan), biasanya dikelola oleh direktur luar, mengelola dan menyetujui gaji dan
manfaat lain dari manajer tingkat tinggi di perusahaan. Komite nominasi (97 persen)
ditugasi untuk menemukan dan merekomendasikan calon pejabat dan direktur, terutama
yang akan dipilih pada pertemuan pemegang saham tahunan (RUPS). Komite eksekutif
(42 persen) bekerjasama dengan manajer puncak dalam hal bisnis penting. Sejumlah kecil
perusahaan (17 persen) kini memiliki komite khusus yang ditujukan untuk masalah
tanggung jawab perusahaan. Seringkali, komite ini bekerja erat dengan departemen
corporate citizenship.
Salah satu komite terpenting dari dewan adalah komite audit. Hadir hampir di semua
dewan, komite audit diwajibkan oleh Undang-Undang Amerika Serikat untuk seluruhnya
terdiri dari direktur luar dan untuk “melek finansial”. Komite ini meninjau laporan
keuangan perusahaan, merekomendasikan penunjukkan auditor luar (akuntan), dan
mengawasi integritas pengendalian keuangan internal. Di Indonesia ketentuan terkait
komite audit diatur melalui Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 55/POJK.04/2015
Tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit.
Bagaimana direksi dipilih? Anggota dewan dipilih oleh pemegang saham pada
pertemuan tahunan (RUPS), dimana pemilik yang absen dapat memilih melalui proxy,
seperti yang dijelaskan sebelumnya. Dengan demikian, sistem tersebut secara resmi
demokratis. Namun, sebagai masalah praktis, pemegang saham sering memiliki sedikit
pilihan. Biasanya, komite nominasi, bekerja dengan CEO dan ketua, mengembangkan
daftar calon yang memungkinkan dan menyajikan ini kepada dewan untuk
dipertimbangkan. Ketika pilihan akhir dibuat, nama-nama orang ini ditempatkan pada
pemungutan suara proxy. Para pemegang saham dapat memilih untuk menyetujui atau
tidak menyetujui para calon, tetapi karena kandidat alternatif sering tidak disajikan,
pemungutan suara memiliki sedikit arti. Oleh karena itu, proses penyeleksian cenderung
menghasilkan semacam sistem yang melanggengkan diri sendiri. Namun, telah mulai
berubah, karena pemegang saham institusional sekarang dapat menominasikan kandidat
dalam beberapa kondisi, dan beberapa telah menunjukkan kesediaan untuk menahan
dukungan dari calon yang dicalonkan manajemen.
Di Indonesia pengaturan terhadap direksi terdapat dalam Undang-Undang No. 40
Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, dalam Undang-Undang tersebut dijabarkan
fungsi, wewenang, dan tanggung jawab, serta peraturan lainnya terkait direksi. Direksi
diangkat dan diberhentikan dengan persetujuan RUPS yang kemudian dilaporkan kepada
Menteri Hukum dan HAM untuk dicatatkan dalam daftar wajib perusahaan atas pergantian
direktur.
2.3.1. Prinsip Good Governance
Dibangun dari skandal perusahaan awal tahun 2000-an dan krisis keuangan
kemudian dalam dekade ini, banyak yang berusaha untuk mendefinisikan prinsip-prinsip
inti dari tata kelola perusahaan yang baik. Dewan macam apa yang paling efektif? Pada
tahun 2010, konsensus dewan telah muncul diantara lembaga publik, kelompok investor,

5
dan bursa saham tentang beberapa fitur utama dewan yang efektif. Hal tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Pilih direktur luar untuk mengisi sebagian besar posisi
Biasanya, tidak lebih dari dua atau tiga anggota dewan harus menjadi manajer saat
ini. Selain itu, anggota luar harus benar-benar independen, yaitu seharusnya tidak
memiliki hubungan dengan perusahaan selain melayani sebagai direktur. Komite
audit, kompensasi, dan nominasi harus terdiri hanya dari pihak luar. Pada tahun
2010, hampir semua perusahaan besar mengikuti praktik ini.
b. Mengadakan pemilihan terbuka untuk anggota dewan
Beberapa pemegang saham berpendapat bahwa kandidat harus mendapatkan
setidaknya 50% suara untuk dipilih. Beberapa orang berpikir bahwa para direktur
harus berdiri untuk pemilihan setiap tahun (sebuah praktik yang disebut
deklasifikasi dewan). Yang lain berpendapat bahwa istilah mengatur bergiliran
adalah gagasan yang lebih baik (misalnya, dewan ada 9 orang, 3 individu akan
mencalonkan diri untuk pemilihan setiap tahun selama tiga tahun jangka waktu).
Bagaimanapun juga, idenya adalah memberi para pemegang saham lebih banyak
kendali atas pemilihan para direksi.
c. Menunjuk seorang direktur utama independen (yang disebut juga ketua non
eksekutif dewan)
Banyak ahli dalam tata kelola perusahaan juga percaya bahwa dewan harus
memisahkan tugas kepala eksekutif dan ketua dewan, daripada menggabungkan
keduanya dalam satu orang seperti yang dilakukan di banyak perusahaan,
terutama di Amerika Serikat. Direktur utama independen dapat mengadakan
pertemuan tanpa kehadiran manajemen, meningkatkan peluang dewan untuk
memiliki diskusi yang benar-benar terbuka tentang urusan perusahaan. Dari 100
perusahaan terbesar Amerika Serikat, pada tahun 2010 hanya 31 yang telah
memisahkan posisi CEO dan ketua dewan, dan hanya 11 yang memiliki direktur
utama independen.
d. Menyelaraskan kompensasi direktur dengan kinerja perusahaan
Seperti eksekutif puncak, direktur harus dibayar berdasarkan, setidaknya sebagian,
pada seberapa baik perusahaan. Misalnya, Coca-Cola mengumumkan pada 2007
bahwa akan mengubah cara para direkturnya mendapatkan kompensasi. Anggota
dewan akan dibayar hanya jika perusahaan memenuhi target laba per sahamnya
minimal 8 persen pertumbuhan tahunan majemuk selama periode tiga tahun. Jika
tidak, direktur tidak akan mendapatkan apa-apa. Di Jepang, kompensasi direksi
secara tradisional didasarkan pada senioritas, tetapi dalam beberapa tahun terakhir
beberapa perusahaan telah memperkenalkan pembayaran berbasis kinerja.
e. Mengevaluasi kinerja dewan sendiri secara teratur
Direksi sendiri harus dinilai seberapa kompeten mereka dan seberapa rajin mereka
menjalankan tugasnya. Biasanya, ini akan menjadi tanggung jawab komite tata
kelola dewan. Setelah skandal perusahaan diawal 2000-an, banyak perusahaan
melakukan perbaikan dramatis di bidang ini, dan hampir semua perusahaan
sekarang mengevaluasi kinerja direktur. Sebagai contoh, dewan direksi Becton,
Dickinson, perusahaan teknologi medis, mesponsori evaluasi tahunan atas kinerja

6
dan keefektifannya sendiri, memeriksa peran, organisasi, dan pertemuannya. Di
Eropa, tiga perempat perusahaan publik sekarang melakukan evaluasi dewan
reguler.
The Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), yang
mewakili 34 negara, mengeluarkan serangkaian prinsip yang direvisi dari tata kelola
perusahaan pada tahun 2004 untuk menjadi patokan bagi perusahaan dan pembuat
kebijakan di seluruh dunia. Pada tahun 2009, OECD mengeluarkan laporan yang
menyimpulkan bahwa krisis keuangan yang mempengaruhi banyak negara anggotanya
telah disebabkan, sampai tingkat tertentu, oleh kegagalan tata kelola perusahaan. Untuk
bagiannya, Uni Eropa telah bekerja keras untuk memodernisasi praktik tata kelola
perusahaan dan menyelaraskannya di negara-negara anggotanya. Reformasi tata kelola
perusahaan juga telah dilakukan di Afrika Selatan, India, dan banyak negara lainnya. Akan
tetapi, kemajuan yang lambat terjadi di banyak negara berkembang.
2.4. Aktivisme Pemegang Saham
Pemegang saham tidak harus bergantung secara eksklusif pada dewan direksi. Banyak
Pemilik, baik individu maupun intitusional, juga telah mengambil tindakan lansung untuk
melidungi kepentingan mereka sendiri. Bagian ini akan menggambarkan peningkatan
aktivisme dari tiga kelompok pemegang saham : lembaga besar, investor sosial, dan pemilik
yang mencari ganti rugi melalui pengadilan.
2.4.1. Bangkitnya Investor Institusional
Seperti yang ditunjukkan sebelumnya, investor institusi - pensiun, reksadana, dana
abadi, dan sejenisnya - telah memperbesar kepemilikan saham mereka secara signifikan
selama dua dekade terakhir dan menjadi lebih tegas dalam mempromosikan kepentingan
anggotanya.
Salah satu alasan mengapa Institusi menjadi lebih aktif adalah karena sulit bagi
mereka menjual kepemilikan mereka jika mereka tidak puas dengan kinerja manajemen.
Intitusi besar memiliki fleksibilitas yang kurang daripada pemegang saham individu,
karena menjual saham yang besar dapat menekan harga dan karena itu merupakan nilai
dari kepemilikan institusi. Dengan demikian, investor institusional memiliki insentif yang
kuat untuk memegang saham dan mengaturnya untuk mengubah kebijakan manajemen.
Aktivisme investor institusional telah mulai menyebar ke negara lain. Dalam berbagai
kasus, di Amerika Serikat – perusahaan berbasis dana pensiun dan reksadana memiliki
saham besar di luar negeri. Pada tahun 2012, investor AS memiliki lebih dari $5 triliun
sekuritas asing. Untuk melindungi investasi global mereka, manajer investasi telah
menjadi aktif dalam pertempuran proksi di Jepang, Inggris, Hong Kong, dan banyak
negara-negara lainnya. Selain itu, dana kekayaan pemerintah yang dioperasikan oleh
pemerintah Singapura, Abu Dhabi, dan Cina baru-baru ini menjadi lebih aktif sebagai
investor institusional.
2.4.2. Investasi Sosial
Gerakan lain yang semakin penting di antara pemegang saham adalah investasi
sosial , kadang-kadang juga disebut investasi tanggung jawab sosial (social responsibility
investment). Ini mengacu pada penggunaan kepemilikan saham sebagai strategi untuk
mempromosikan tujuan sosial. Ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu melalui

7
pemilihan saham menurut berbagai kriteria sosial, dan dengan menggunakan proses tata
kelola perusahaan untuk mengangkat masalah yang menjadi perhatian.
a. Screening Saham (Stock Screening)
Pemegang saham yang ingin memilih saham berdasarkan kriteria sosial, lingkungan,
atau tata kelola sering beralih ke dana yang disaring. Semakin banyak dana reksadana
dan dana pensiun menggunakan media sosial untuk memilih perusahaan tempat
berinvestasi, menyiangi orang-orang yang mencemari lingkungan, membayar lebih
besar eksekutif mereka, mendiskriminasi karyawan, membuat produk berbahaya seperti
tembakau atau senjata, atau melakukan bisnis di negara-negara dengan catatan hak
asasi manusia yang buruk. Pada tahun 2010, menurut The Social Investment Forum
Foundation, $3,1 triliun di Amerika Serikat diinvestasikan dalam reksa dana atau
pensiun menggunakan tanggung jawab sosial sebagai kriteria investasi, terhitung
sekitar satu dari setiap delapan investasi dolar. Antara Tahun 2005 dan 2010, investasi
yang bertanggung jawab secara sosial tumbuh lebih dari 34 persen, sementara semua
aset di bawah manajemen profesional hanya tumbuh 3 persen.
Dalam beberapa tahun terakhir, investasi yang bertanggung jawab secara sosial juga
telah berkembang pesat di Eropa dan luar. Di Eropa, $7,2 triliun hampir dua kali lipat
jumlahnya hanya dua tahun sebelumnya - dulu diinvestasikan menggunakan kriteria
sosial, menurut Forum Investasi Sosial Eropa. Pertumbuhan telah didorong, sebagian,
oleh peraturan pemerintah yang membutuhkan dana pensiun untuk mengungkapkan
sejauh mana mereka menggunakan kriteria sosial, lingkungan, atau etika dalam
memilih investasi. Ini juga dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan oleh investor
yang ingin menyelaraskan pilihan investasi mereka dengan nilai-nilai mereka. Sebagian
besar bukti menunjukkan bahwa portofolio yang disaring secara sosial memberikan
hasil yang kompetitif dengan pasar yang luas.
Kriteria sosial juga dapat digunakan saat menjual saham. Sebagai contoh, beberapa
di berbagai waktu menyerukan divestasi (penjualan saham) dari perusahaan yang
beroperasi di China, dimana beberapa produk dibuat dengan kerja paksa, dan di
Nigeria, Myanmar (Burma), dan Sudan, dimana rezim represif telah dituduh melakukan
pelanggaran hak asasi manusia.
b. Resolusi Pemegang Saham Tanggung Jawab Sosial
Cara penting lannya di mana para pemegang saham telah aktif adalah dengan
mensponsori resolusi pemegang saham tanggung jawab sosial. Ini adalah resolusi
tentang masalah tanggung jawab sosial perusahaan yang ditempatkan sebelum
pemegang saham untuk pemungutan suara pada rapat tahunan perusahaan.
Securities and Exchange Commission (SEC), memungkinkan pemegang saham
untuk menempatkan resolusi tentang masalah sosial yang tepat, seperti tanggung jawab
lingkungan atau iklan alkohol dan tembakau, dalam pernyataan proxy yang dikirim
oleh perusahaan. SEC telah berusaha meminimalkan gangguan dengan meminta
resolusi untuk menerima dukungan minimum agar dapat dikirim ulang— 3 persen suara
diberikan pertama kali, 6 persen untuk kedua kalinya, dan 10 persen ketiga kalinya
disampaikan dalam periode lima tahun. Resolusi tidak dapat menangani bisnis biasa
perusahaan, seperti upah karyawan atau konten iklan, karena itu merupakan gangguan
yang tidak dapat dibenarkan dengan keputusan manajemen.

8
Pada tahun 2011, aktivis pemegang saham mensponsori sekitar 400 resolusi yang
berurusan dengan masalah sosial utama. Pendukung termasuk kelompok gereja,
pemegang saham individu, serikat pekerja, kelompok lingkungan, reksadana yang
bertanggung jawab secara sosial, dan dana pensiun publik. Banyak dari kelompok-
kelompok ini adalah anggota koalisi, Interfaith Center on Corporate Responsibility
(ICCR), yang mengkoordinasikan kegiatan gerakan pemegang saham tanggung jawab
sosial. Dalam musim proxy 2012, beberapa masalah yang paling sering diangkat dalam
resolusi ini disertakan pengungkapan pembelanjaan politik, praktik ekstraksi energi,
pelaporan keberlanjutan, antibodi kebijakan, dan keselamatan pekerja.
Meskipun sebagian besar tanggung jawab pemegang saham tanggung jawab sosial
gagal, seperti yang mereka lakukan di Walmart, mereka menjadi lebih berpengaruh
seiring waktu. Pada tahun 2011, resolusi seperti itu rata-rata mengumpulkan, 21 persen
suara, tertinggi sepanjang masa. Hampir sepertiga didukung oleh 30 persen atau lebih,
ambang di mana banyak dewan memberi perhatian serius. Selain itu, angka-angka ini
tidak menangkap pengaruh penuh dari proposal ini. Dalam beberapa tahun terakhir,
para manajer telah sering mengadakan dialog dengan aktivis pemegang saham dan
bertindak pada masalah sebelum pemilihan sehingga resolusi akan ditarik. Misalnya,
Chesapeake Energy dihilangkan beberapa aditif beracun dalam cairan rekah hidrolik
setelah mendiskusikan masalah dengan investor yang bersangkutan. Menurut sebuah
penelitian, 20 persen perusahaan selalu bekerja dengan pemegang saham untuk
menyelesaikan masalah mereka, dan 59 persen kadang-kadang melakukannya.
Perusahaan yang peringkat tinggi pada berbagai ukuran tanggung jawab sosial
perusahaan, tidak mengherankan, lebih mungkin untuk mencoba mengatasi
kekhawatiran pemegang saham daripada yang tidak.
2.4.3. Tuntutan hukum pemegang saham
Cara lain di mana pemegang saham dapat berusaha untuk memajukan kepentingan
mereka adalah dengan menggugat perusahaan. Jika pemilik berpikir bahwa mereka atau
perusahaan mereka telah dirusak oleh tindakan petugas atau direktur perusahaan, mereka
memiliki hak untuk mengajukan tuntutan hukum di pengadilan, baik di nama diri mereka
sendiri atau atas nama perusahaan (yang disebut terakhir adalah gugatan derivative).
Tuntutan hukum pemegang saham dapat dimulai untuk memeriksa banyak pelanggaran,
termasuk perdagangan orang dalam (insider trading), sebuah harga yang tidak memadai
yang diperoleh untuk saham perusahaan dalam pembelian (atau harga yang baik ditolak),
atau kegagalan untuk mengungkapkan informasi material secara tepat waktu. Hasilnya
bisa sangat mahal untuk perusahaan, seperti yang digambarkan oleh contoh berikut.
Beberapa pemegang saham institusional menggugat Bank of America, mengatakan
bahwa bank dan eksekutif puncaknya gagal mengungkapkan apa yang mereka
ketahui tentang miliaran dolar kerugian yang diderita oleh Merrill Lynch di minggu-
minggu menjelang akuisisi oleh bank pada awal 2009. Pemegang saham telah
memilih untuk menyetujui pembelian, hanya untuk mempelajari Kerugian besar
Merrill dua minggu kemudian. Ketika berita itu pecah, Bank of America stok segera
turun hingga 60 persen. Pemegang saham menuntut $50 miliar - perkiraan kerugian
pasar yang dialami oleh investor pada saat itu. Gugatan itu diselesaikan pada tahun
2012 sebelum ke pengadilan, dilaporkan sekitar $ 20 juta, jauh lebih sedikit dari apa

9
yang dituntut pemegang saham. Beberapa penggugat mengatakan penyelesaian itu
tidak adil dan bersumpah akan terus bertempur di pengadilan.
Dalam banyak hal — apakah melalui organisasi kolektif mereka, pemilihan saham,
proses resolusi pemegang saham, atau pengadilan — aktivis pemegang saham dapat dan
memang melindungi hak ekonomi dan sosial mereka.
2.5. Perlindungan Pemerintah atas Kepentingan Pemegang Saham
2.5.1. Securities and Exchange Commission
Lembaga pemerintah utama yang melindungi kepentingan pemegang saham adalah
Securities and Exchange Commission (SEC). Didirikan pada 1934 setelah jatuhnya pasar
saham dan Depresi Besar, misinya adalah melindungi hak-hak pemegang saham dengan
memastikan pasar saham berjalan dengan adil dan informasi investasi sepenuhnya
diungkapkan. Badan, tidak seperti kebanyakan di pemerintahan, menghasilkan pendapatan
untuk membiayai operasinya sendiri. (Pendapatannya berasal dari biaya yang dibayarkan
oleh perusahaan yang terdaftar di bursa saham utama.)
Peraturan pemerintah diperlukan karena pemegang saham dapat dirusak oleh
kekerasan praktik. Dua bidang menyerukan perhatian regulasi melindungi pemegang
saham dari akuntansi keuangan curang dan dari perdagangan yang tidak adil oleh orang
dalam.
2.5.2. Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Jika di Amerika Serikat ada Securities and Exchange Comission (SEC) sebagai
lembaga yang melindungi kepentingan pemegang saham. Maka, di Indonesia ada Otoritas
Jasa Keuangan (OJK). OJK dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun
2011, berdasarkan Undang-Undang tersebut yang dimaksud dengan OJK adalah lembaga
yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas,
dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan. OJK didirikan
untuk menggantikan peran Bapepam-LK dalam pengaturan dan pengawasan pasar modal
dan lembaga keuangan, serta menggantikan peran Bank Indonesia dalam pengaturan dan
pengawasan bank, serta untuk melindungi industri jasa keuangan.
Bentuk perlindungan hukum yang dilakukan OJK terhadap konsumen pasar modal
(investor) bersifat pencegahan atau preventif dan pemberian sanksi atau represif,
mengingat bahwa tugas OJK adalah menjalankan fungsi pengaturan dan pengawasan
sektor jasa keuangan. Pasal 28 UU OJK memberikan perlindungan hukum bersifat
pencegahan kerugian konsumen dan masyarakat yang dilakukan oleh OJK adalah: 1).
Memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat atas karakteristik sektor jasa
keuangan, layanan, dan produknya; 2). Meminta lembaga jasa keuangan untuk
menghentikan kegiatannya apabila kegiatan tersebut berpotensi merugikan masyarakat; 3).
Tindakan lain yang dianggap perlu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di sektor jasa keuangan.
Bentuk perlindungan hukum lainnya yang bersifat represif adalah jika terjadi
sengketa antara konsumen (investor) dengan perusahaan industri jasa keuangan, maka
OJK berwenang melakukan pembelaan hukum demi kepentingan konsumen dan
masyarakat. Pembelaan hukum tersebut meliputi memerintahkan perusahaan jasa
keuangan untuk menyelesaikan pengaduan yang dilakukan oleh konsumen yang merasa
dirugikan melalui cara; a). Memerintahkan atau melakukan tindakan tertentu kepada

10
lembaga jasa keuangan dimaksud; b). Mengajukan gugatan untuk memperoleh kembali
harta kekayaan milik pihak yang dirugikan dari pihak yang menyebabkan kerugian, baik
yang berada dibawah penguasaan pihak yang menyebabkan kerugian dimaksud maupun
dibawah penguasaan pihak lain dengan itikad tidak baik; dan/atau untukmemperoleh ganti
kerugian dari pihak yang menyebabkan kerugian pada konsumen dan/atau lembaga jasa
keuangan sebagai akibat dari pelanggaran atas peraturan perundang-undangan di sektor
jasa keuangan.
2.5.3. Keterbukaan Informasi dan Pengungkapan Informasi
Memberi pemegang saham informasi perusahaan yang lebih banyak dan lebih baik
adalah salah satu cara terbaik untuk menjaga kepentingan mereka, dan ini adalah misi
utama dari SEC. Pemegang saham seharusnya diinformasikan sepenuh mungkin untuk
membuat investasi yang sehat. Secara hukum, pemegang saham memiliki hak untuk
mengetahui tentang urusan perusahaan di mana mereka memegang kepemilikan saham.
Mereka yang menghadiri pertemuan tahunan belajar tentang kinerja masa lalu dan tujuan
masa depan melalui pidato yang dibuat oleh pejabat perusahaan dan dokumen seperti
laporan tahunan perusahaan. Mereka yang tidak menghadiri pertemuan harus sangat
bergantung pada laporan tahunan yang dikeluarkan oleh perusahaan dan pendapat para
analis keuangan independen.
Dalam beberapa tahun terakhir, manajemen cenderung mengungkapkan lebih
banyak informasi daripada sebelumnya kepada pemegang saham dan orang lain yang
tertarik. Diminta oleh SEC, kelompok akuntansi profesional, dan investor individu,
perusahaan sekarang mengungkapkan banyak hal tentang keuangan mereka, dengan
banyak informasi yang tersedia di bagian hubungan investor di halaman web perusahaan.
Pemegang saham dapat belajar tentang penjualan dan pendapatan, aset, pengeluaran modal
dan penyusutan oleh lini bisnis, rincian operasi asing, dan banyak masalah keuangan
lainnya. Perusahaan juga diminta untuk mengungkapkan informasi yang rinci tentang
direksi dan eksekutif puncak dan kompensasi mereka. Selain itu, banyak perusahaan telah
mulai melaporkan informasi rinci tentang sosial dan lingkungan, serta keuangan, dan
kinerja. Meskipun tren keseluruhan telah menuju transparansi yang lebih besar, beberapa
pengamat merasa bahwa kurangnya pengungkapan tentang instrumen keuangan yang
rumit, seperti hipotek yang didukung sekuritas, yang menjadi umum pada pertengahan
tahun 2000-an, yang mungkin telah menyebabkan investor meremehkan resiko mereka.
Di Indonesia sendiri peraturan tentang pelaporan dan keterbukaan informasi telah
diatur dalam UU No 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal dan peraturan OJK Nomor
31/POJK.04/2015 Tentang Keterbukaan Atas Informasi Atau Fakta Material Oleh Emiten
Atas Perusahaan Publik.
2.5.4. Perdagangan Orang Dalam (Insider Trading)
Berdasarkan Undang-Undang No 8 Tahun 1995, yang dimaksud dengan insider
yaitu orang yang bekerja di emiten atau perusahaan publik dan mengetahui informasi yang
tidak diketahui publik. Perdagangan orang dalam terjadi ketika seseorang memperoleh
akses ke informasi rahasia tentang kondisi keuangan perusahaan dan kemudian
menggunakan informasi itu, sebelum menjadi pengetahuan umum, untuk membeli atau
menjual saham perusahaan. Karena orang lain tidak tahu apa yang dilakukan oleh
pedagang di dalam, orang dalam itu memiliki keuntungan yang tidak adil.

11
Perdagangan orang dalam adalah tindakan ilegal berdasarkan Securities and Exchange
Act tahun 1934, yang dianggap melanggar hukum "Perangkat manipulatif atau menipu."
Pengadilan pada umumnya menafsirkan ini berarti bahwa itu melanggar hukum untuk:
 Menyalahgunakan (mencuri) informasi non-publik dan menggunakannya untuk
memperdagangkan saham.
 Memperdagangkan saham berdasarkan tip dari seseorang yang berkewajiban untuk
tetap diam (misalnya, seorang pria akan bersalah atas perdagangan orang dalam jika
dia membeli saham setelah saudara perempuannya, yang berada di dewan direksi,
memberi tahu dia tentang penawaran yang tertunda untuk membeli perusahaan).
 Memberikan informasi kepada orang lain dengan harapan memperoleh keuntungan
langsung atau tidak langsung, bahkan jika individu tersebut tidak memperdagangkan
saham tersebut untuk akunnya sendiri.
Dalam kasus hukum yang penting, A.S. vs. O’Hagen, Mahkamah Agung
mengklarifikasi hukum perdagangan orang dalam. Pengadilan memutuskan bahwa
seseorang yang berdagang atas dasar informasi orang dalam ketika dia tahu informasi
yang seharusnya dirahasiakan itu bersalah karena penyelewengan, apakah pedagang secara
langsung terhubung ke perusahaan yang sahamnya dibeli. Berdasarkan penafsiran
pengadilan baru, aturan perdagangan orang dalam akan mencakup berbagai macam orang
— dari pengacara, sekretaris, hingga pencetak — yang belajar dan memperdagangkan
informasi yang mereka tahu adalah rahasia. Namun, mereka tidak akan mencakup orang-
orang yang menemukan informasi secara kebetulan, misalnya, dengan mendengar
percakapan di bar.
Jenis insider trading yang paling terkenal terjadi ketika orang-orang secara tidak
benar mendapatkan kerahasiaan informasi tentang merger yang akan datang dari
perusahaan besar untuk membeli dan menjual saham sebelum merger diumumkan kepada
publik. Baru-baru ini, jenis lain dari perdagangan orang dalam, yang disebut front-
running, telah menjadi lebih umum. Front-runners membeli dan menjual pesanan untuk
saham sebelum bergerak dari investor institusional besar, seperti reksadana, berdasarkan
tip dari informan. Bentuk perdagangan orang dalam ini seringkali lebih sulit bagi regulator
untuk mendeteksi dan mengadili. Pada tahun 2012, Kongres mengeluarkan undang-
undang yang memperluas orang dalam aturan perdagangan untuk anggotanya sendiri
(yang sebelumnya telah dibebaskan), sehingga mereka tidak bisa mendapat keuntungan
dari informasi rahasia yang diperoleh sebagai pembuat undang-undang
Perdagangan orang dalam bertentangan dengan logika yang mendasari pasar saham:
Semua pemegang saham harus memiliki akses ke informasi yang sama tentang
perusahaan. Hukum perdagangan orang dalam adalah penting bagi investor untuk
memiliki kepercayaan penuh pada keadilan mendasar dari pasar saham.
Penegakan huku insider trading di Indonesia mencakup tiga hal, yaitu penegakan
secara adminnistratif, perdata, dan pidana. Pada dasarnya UU Pasar Modal telah
meletakkan landasan bagi penegakan hukum sebagai bentuk perlindungan untuk setiap
pelanggaran terhadap kegiatan pasar modal, yakni adanya sanksi administratif (Pasal 102
UUPM), sanksi pidana (pasal 103-110 UUPM), tuntutan ganti kerugian secara perdata
(Pasal 111 UUPM).

12
2.6. Pemegang Saham dan Perusahaan
Pemegang saham telah menjadi kelompok pemangku kepentingan yang semakin kuat
dan vokal di perusahaan. Dewan direksi, di bawah pengawasan ketat setelah baru-baru ini ada
skandal dan kegagalan bisnis, sangat memperhatikan tugas mereka untuk melindungi
kepentingan pemilik. Reformasi dalam proses tata kelola perusahaan sedang berjalan yang
akan mewujudkannya lebih mudah bagi mereka untuk melakukannya. Pemilik sendiri,
terutama investor institusional menekan direktur dan manajemen lebih kuat untuk melayani
kepentingan pemegang saham. Itu pemerintah, melalui Securities and Exchange Commission,
telah menjadi penting langkah-langkah baru untuk melindungi investor dan mempromosikan
keadilan dan transparansi dalam pasar keuangan.
Jelas, pemegang saham adalah kelompok pemangku kepentingan yang sangat penting.
Dengan menyediakan modal, memantau kinerja perusahaan, memastikan operasi pasar saham
yang efektif, dan membawa masalah baru ke perhatian manajemen, pemegang saham
memainkan peranan yang sangat penting peran dalam membuat sistem kerja bisnis.
Pemimpin perusahaan memiliki kewajiban untuk mengelola perusahaan mereka dengan cara
berusaha menyelaraskan kepentingan pemegang saham dengan karyawan, pelanggan,
komunitas, dan lainnya. Menyeimbangkan berbagai kepentingan merupakan syarat utama
manajemen modern. Sedangkan pemegang saham tidak lagi dianggap sebagai satu-satunya
kelompok pemangku kepentingan yang penting, kepentingan dan kebutuhan mereka tetap
pada pusat keberhasilan operasi bisnis perusahaan.

13
BAB III
Penutup

3.1. Kesimpulan
Pemegang saham (stockholder / shareholder) adalah pemilik sah dari perusahaan
bisnis. Dengan membeli saham perusahaan, mereka menjadi pemilik bagian. Untuk alasan
ini, pemegang saham (stockholders) memiliki andil besar dalam seberapa baik kinerja
perusahaan mereka. Mereka dianggap sebagai salah satu pemangku kepentingan
(stakeholders) pasar perusahaan. Terdapat 2 jenis pemegang saham (stockholders) di
perusahaan yaitu pemegang saham individu dan pemegang saham institusi.
Meskipun motivasi utama kebanyakan pemegang saham adalah menghasilkan uang dari
investasi mereka, beberapa memiliki motivasi lain juga. Beberapa investor menggunakan
kepemilikan saham untuk mencapai tujuan sosial atau etis. Investor juga dapat membeli
saham untuk mengambil kendali perusahaan dalam tawaran pengambilalihan musuh.
Sebagai pemilik perusahaan, para pemegang saham (stockholders) memiliki beberapa
hak dalam perusahaan tempat mereka berinvestasi, adapun hak-hak mereka antara lain:
 Hak untuk memperoleh dividen
 Hak untuk memilih anggota dewan direksi, merger dan akuisisi besar, perubahan
dalam piagam dan peraturan, serta proposal oleh pemegang saham.
 Hak untuk menerima laporan tahunan (annual reports) tentang kondisi keuangan
perusahaan
 Hak untuk menjual saham mereka sendiri kepada orang lain.
Selain memperoleh hak atas perusahaan, para pemegang saham tersebut juga
memperoleh jaminan perlindungan hukum dari pemerintah terkait, perlindungan hukum
diperlukan untuk melindungi para pemegang saham dari tindakan-tindakan yang dapat
merugikan mereka, misalnya pada tindakan insider trading. Untuk memastikan hak dan
perlindungan hukum para pemegang saham berjalan dengan baik dibentuk suatu badan
pengawas, di Indonesia badan yang bertanggung jawab untuk mengawasi dan menjamin
perlindungan hukum para pemegang saham adalah Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
3.2. Saran
Tindakan insider trading disebut-sebut merupakan salah satu kejahatan pasar modal
yang sulit untuk dideteksi, pengembangan dan pelatihan terhadap cara pendeteksian tindakan
ini mungkin perlu diperluas lagi. Disamping itu, berbagai kritikan tentang jaminan
perlindungan hukum para investor terhadap kejahatan di pasar modal khususnya insider
trading yang tertuang dalam UU Pasar Modal banyak bermunculan, beberapa beranggapan
bahwa UU tersebut belum cukup memberikan sanksi hukum bagi para pelakunya. Mungkin
adanya peninjauan kembali bagi UU perlindungan investor terhadap kejahatan-kejahatan di
pasar modal perlu dilakukan.

14

Das könnte Ihnen auch gefallen