Sie sind auf Seite 1von 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Korban kecelakaan lalu lintas masih merupakan angka yang cukup

tinggi kejadiannya khususnya di Indonesia. Kecerobohan dalam

memperlengkapi alat pengaman dan tidak memperhatikan rambu-rambu

lalu lintas merupakan salah satu penyebab terjadinya kecelakaan.

Kecelakaan menimbulkan trauma baik secara fisik maupun secara

psikologis, fraktur adalah satu bentuk trauma fisik yang perlu di tangani

dengan cepat dan tepat agar tidak menimbulkan kerusakan yang lebih

parah. Kecelakaan merupakan pembunuh nomor 3 di Indonesia (Dephub,

2010). Selain kematian kecelakaan dapat menimbulkan dampak lain yaitu

fraktur yang dapat menjadikan kecacatan.

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan di tentukan sesuai

dengan jenisnya dan luasnya. Sebagian besar fraktur dapat disebabkan

oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan, yang dapat berupa

pemukulan, penghancuran penekukan, pemuntiran, dan penarikan (Wijaya

and Putri, 2013).

World Health Organization (WHO) mencatat di tahun 2011 terdapat

lebih dari 5,6 juta orang meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan

sekitar 1,3 juta orang mengalami kecacatan fisik. Kecelakaan memiliki

1
2

prevalensi cukup tinggi yaitu insiden fraktur ekstremitas bawah sekitar

40% (Depkes RI, 2011).

Fraktur di Indonesia menjadi penyebab kematian terbesar ketiga di

bawah penyakit jantung koroner dan tuberculosis. Menurut Riset

Kesehatan Dasar (Rikesdas) tahun 2011, di Indonesia terjadi fraktur yang

disebabkan oleh cidera seperti terjatuh, kecelakaan lalu lintas dan trauma

tajam/ tumpul. Riset Kesehatan Dasar (2011) menemukan ada sebanyak

45.987 peristiwa terjatuh yang mengalami fraktur sebanyak 1.775 orang

(3,8 %). Kasus kecelakaan lalu lintas sebanyak 20.829 kasus, dan yang

mengalami fraktur sebanyak 1.770 orang (8,5 %), dari 14.127 trauma

benda tajam atau tumpul, yang mengalami fraktur sebanyak 236 orang (1,7

%) (Nurchairiah, Hasneli and Indriati, 2012).

Berdasarkan hasil penelitian Rahmawati (2015) tentang analisis

kejadian fraktur terbanyak pada korban kecelakaan lalu lintas serta faktor-

faktor yang mempengaruhi angka kejadian fraktur terbanyak pertama pada

kecelakaan lalu lintas di Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan

angka kejadian 54 kasus dari 300 kasus dan persentase sebesar 18%.

Angka kejadian fraktur cruris dengan angka kejadian 44 kasus dari 300

kasus dan persentase sebesar 15%.

Resiko yang lebih fatal dari trauma musculoskeletal (fraktur) yang

perlu diketahui perawat adalah kematian, peristiwa yang sering terjadi

pada pasien terbagi dalam beberapa periode, yaitu : kematian dalam menit

pertama sampai beberapa jam yang disebabkan oleh fraktur panggul dan
3

multiple fraktur dengan resiko besar akibat peradarahan yang massif.

Kematian setelah beberapa minggu setelah trauma atau fraktur biasanya

disebabkan oleh kegagalan beberapa organ dan sepsis. Resiko tersebut

dapat dikurangi oleh peran perawat secara signifikan dengan asuhan

keperawatan yang komprehensif.

Salah satu penatalaksanaan fraktur adalah pembedahan yang terdiri

dari Open Reduksi Internal Fiksasi (ORIF), setelah dilakukan operasi akan

merasakan nyeri terutama saat bergerak, nyeri biasanya dirasakan paling

hebat pada 12 jam hingga 36 jam setelah pembedahan dan menurun pada

hari kedua atau ketiga (kozier, 2010). Pendapat ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Sommer, dkk (2008) pada pasien rawat

inap bedah didapatkan hasil bahwa prevalensi nyeri sedang dan berat

dilaporkan oleh 41 % pasien pada hari ke 0. Sedangkan hari pertama

sejumlah 30%, hari ke dua 19% dan hari ke empat 14%. Keluhan nyeri

sedang atau berat ditemukan pada hari pertama sampai keempat pada

kelompok bedah ekstremitas yaitu sebesar 20% sampai 71% (Ismonah,

Cahyaningrum and Arif, 2016)

Peran perawat dalam hal ini dibutuhkan untuk mengatasi nyeri yaitu

dapat dilakukan tindakan pengobatan (Farmakologis) dan tanpa

pengobatan (Non Farmakologis). Tindakan farmakologis yaitu dengan

memberikan obat-obatan seperti obat analgesik, analgesik non-narkotika

dan obat anti inflamasi non steroid (NSAID) (Potter&Perry, 2006). Secara

non farmakologis salah satu tehnik penatalaksanaan nyeri adalah dengan


4

teknik relaksasi napas dalam. Hasil penelitian yang dilakukan oleh

(Nurdin, Killing and Rottie 2013) terhadap 20 responden setelah

dilakukan teknik relaksasi terjadi perubahan intensitas nyeri. Hal ini dapat

diketahui dari 11 orang (55,5%) dengan intensitas nyeri hebat terkontrol

berkurang menjadi 10 orang dengan intensitas nyeri sedang dan 1 orang

(5%) dengan intensitas tidak nyeri. Hal yang sama juga terjadi pada 8

orang (40,0) dengan intensitas nyeri sedang berkurang menjadi intensitas

nyeri ringan. Intensitas nyeri ringan 1 orang (5%) berkurang menjadi tidak

nyeri.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Purnamasari, Ismonah and

Supriyadi 2014) mengatakan dengan pemberian kompres dingin pada

pasien fraktur menunjukan bahwa dari 21 responden, 19 (90,55) responden

mengalami nyeri ringan (skala 1-3). Penurunan intensitas nyeri pada

pasien fraktur tersebut disebabkan setelah pemberian kompres dingin.

Penggunaan air es dengan 150 C dilakukan selama 10 menit memberikan

pengaruh terhadap perubahan tingkat skala nyeri dari nyeri sedang (skala

4-6) menjadi nyeri ringan (skala1-3).

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka Peneliti tertarik untuk

menyusun Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Gambaran Asuhan

Keperawatan Pada Tn.N Dengan Post Op ORIF Fraktur Femur Sinistra

Dalam Masalah Kenyamanan Nyeri Akut Di Ruang Esti RSU Anton

Soejarwo Pontianak”.
5

B. Rumusan Masalah

Salah satu masalah utama yang dialami yang dialami pasien Post

Operasi ORIF atas indikasi Fraktur Femur yaitu nyeri. Nyeri apabila tidak

ditangani dapat menekan atau menyebabkan stress dan dapat mengubah

gaya hidup dan kesejahteraan psikologi individu. Nyeri dapat

menyebabkan penderitaan, kehilangan kontrol dan mengganggu kualitas

kehidupan seseorang, karena itu nyeri merupakan masalah prioritas yang

harus segera ditangani.

Berdasarkan fenomena di atas, maka muncul rumusan masalah

sebagai berikut: “Gambaran Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Post

Operasi ORIF Atas Indikasi Fraktur Femur Sinistra Dalam Pemenuhan

Kebutuhan Masalah Kenyamanan: Nyeri Akut Di Ruang Esti RS Anton

Soedjarwo Pontianak”.

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Menggambarkan Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Post Operasi

ORIF Atas Indikasi Fraktur Femur Sinistra Dalam Pemenuhan

Kebutuhan Kenyamanan: Nyeri Akut Di Ruang Esti RS Anton

Soedjarwo Pontianak”.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian Pada Tn. N Dengan Post Operasi

ORIF Atas Indikasi Fraktur Femur Sinistra Dalam Pemenuhan


6

Kebutuhan Masalah Kenyamanan Nyeri Akut Di Ruang Esti RS

Anton Soedjarwo Pontianak”.

b. Mampu merumuskan diagnosa Pada Tn. N Dengan Post Operasi

ORIF Atas Indikasi Fraktur Femur Sinistra Dalam Pemenuhan

Kebutuhan Kenyamanan Nyeri Akut Di Ruang Esti RS Anton

Soedjarwo Pontianak”.

c. Mampu menyusun intervensi keperawatan Pada Tn. N Dengan

Post Operasi ORIF Atas Indikasi Fraktur Femur Sinistra Dalam

Pemenuhan Kebutuhan Kenyamanan Nyeri Akut Di Ruang Esti

RS Anton Soedjarwo Pontianak”.

d. Mampu melakukan implementasi keperawatan Pada Tn. N

Dengan Post Operasi ORIF Atas Indikasi Fraktur Femur Sinistra

Dalam Pemenuhan Kebutuhan Kenyamanan Nyeri Akut Di Ruang

Esti RS Anton Soedjarwo Pontianak”.

e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan Pada Tn. N Dengan

Post Operasi ORIF Atas Indikasi Fraktur Femur Sinistra Dalam

Pemenuhan Kebutuhan Kenyamanan Nyeri Akut Di Ruang Esti

RS Anton Soedjarwo Pontianak”.

D. Manfaat Studi Kasus

Manfaat penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagi Klien dan Keluarga

a. Klien dan keluarga dapat melakukan salah satu penatalaksanaan

mandiri dengan teknik relaksasi nafas dalam dan perawatan luka.


7

b. Klien dan keluarga mampu melakukan manajemen nyeri secara

mandiri.

2. Bagi Peneliti

Mampu menerapkan teori asuhan keperawatan dengan masalah

kenyamanan nyeri akut pada klien dengan fraktur femur sinistra.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat digunakan sebagai bahan pembanding atau rujukan yaitu

asuhan keperawatan dengan masalah kenyamanan nyeri akut pada

klien dengan fraktur femur.

4. Bagi Pendidikan

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan bagi Civitas

Akademika- Akademi Keperawatan Dharma Insan Pontianak terkait

dengan berbagai hal temuan pada penerapan asuhan keperawatan

dengan pemenuhan kebutuhan kenyamanan nyeri akut pada klien

dengan fraktur femur di ruang Esti RS Anton Soejarwo Pontianak.

Das könnte Ihnen auch gefallen