Sie sind auf Seite 1von 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pancasila adalah dasar filsafat negara republik Indonesia yang secara disahkan oleh PPKI
pada tanggal 18 agustus 1945 tepat dimana sehari sesudah indonesia merdeka dan sudah
tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Dalam perjalanannya sejarah eksistensi pancasila
sebagai dasar filsafat negara republik Indonesia mengalami berbagai macam interpretasi dan
manipulasi politik sesuai dengan kepentingan penguasa demi kokoh dan tegaknya kekuasaan
yang berlidung dibalik legitimasi ideologi negara pancasila. Selain sebagai dasar negara dan
sebagai pandangan hidup, pancasila juga memiliki peranan dan fungsi lainnya. Fungsi-fungsi
pancasila menunjukan bahwa pancasila memiliki peranan yang signifikan dalam kehidupan
bangsa. Karena itu ketika semakin banyak warga masyarakat kususnya generasi muda tidak
mengetahui dan memahami nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila maka kondisi ini
sesungguhnya membahayakan bagi kehidupan bangsa ini, mengingat kita sebagai generasi muda
yang dituntut untuk mampu mengembangkan nilai-nilai Pancasila tersebut guna mempertahakan
persatuan dan kesatuan NKRI didunia kedepannya. Dampak yang cukup serius didapatkan oleh
bangsa kita atas manipulasi Pancasila ini oleh para penguasa pada masa lampau.

Dewasa ini banyak kalangan elit politik serta sebagai masyarakat beranggapan bahwa
Pancasila merupakan lebel politik orde baru. Sehingga mengembangkan serta mengkaji
Pancasila dianggap akan mengembalikan kewibawaan orde baru. Hal ini pastinya akan berdapak
bagi bangsa Indonesia yaitu melemahnya kepercayaan rakyat terhadap ideologi negara
kemudian akan mengancam pula bagi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia itu sendiri yang
diamana sudah sejak lama dibina, disegani, dan dihormati oleh rakyatnnya. Selain itu juga
Pancasila banyak mengajarkan kita untuk bisa saling menghargai, menghormati dan menciptakan
sikap demokratis bagi bangsa dan negara jika kita mau memahaminya. Kita sebagai generasi
penerus bangsa hendaknya mampu menuntun diri kita untuk bisa mengembangkan sikap-sikap
patriotisme dimana sikap ini juga bisa kita dapatkan dari sebuah idiologi Pancasila yang
didalamnya terdapat lima unsur yang saling berkaitan satu sama lain. Maka dengan itu dunia
pendidikan tinggi memiliki tugas untuk mampu mengkaji dan memberikan pengetahuan kepada

1
semua mahasiswa untu benar-benar mampu memahami dan mengiplementasikan pendidikan
pancasila secara ilmiah dan objektif.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dapat dirumuskan dalam penulisan makalah ini sebagai berikut:

1. Apa sajakah yang dimaksud dengan nila-nilai pancasila?


2. Bagaimanakah pengaruh nilai-nilai pancasila bagi perkembangan kepribadian generasi
muda?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan.
Jawaban dari pertanyaan tersebut sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa sajakah yang dimkasud dengan nilai-nilai pancasila
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh nilai-nilai pancasila bagi perkembangan
kepribadian generasi muda

1.4 Manfaat Penulisan

1. Mahasiswa dapat memahami yang dimaksud dengan nilai-nilai pancasila


2. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana pengaruh nilai-nilai pancasila bagi
perkembangan kpribadian generasi muda

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pancasila

Kedudukan dan fungsi pancasila secara ilmiah memiliki pengertian yang sangat luas, baik
dalam kedudukannya sebagai dasar negara, sebagi pandangan hidup bangsa, sebagai ideologi
bangsa dan negara sebagai kepribadian bangsa bahkan dalam proses terjadinya terdapat berbagai
macam terminologi yang harus kita deskripsikan secara objektif. Pada waktu zaman orde lama
dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia kita jumpai berbagai macam rumusan pancasila yang
berbeda-beda yaitu secara etimologis, historis dan terminologis yang dimana memiliki maksud
yang berbeda-beda tetapi masih dalam satu inti yang sama.

Pancasila sebagai dasar filsafat serta ideologi bangsa dan negara Indonesia yang bukan
terbentuk secara mendandak serta bukan hanya diciptakan oleh seseorang sebagaimana yang
terjadi pada ideologi-ideologi lain di dunia, namun terbentuknay pancasila melalui proses yang
cukup panjang dalam sejara bangsa Indonesia. Secara kausalitas pancasila sebelum disahkan
menjadi dasar filsafat negara nila-nilainya telah ada dan berasal dari bangsa Indonesia sendiri
yang berupa nilai-nilai adat istiadat, kebudayaan dan nilai-nilai religius. Kemudian nilai-nilai
tersebut dirumuskan secara musyawarah mufakat berdasarkan moral yang luhur. Setelah
kemerdekaan Indonesia sebelum sidang resmi PPKI pancasila sebagai calon dasar filsafat negara
dibahas sertas disempurnakan kembali dan akhirnya pada tanggal 18 agustus 1945 tepat sehari
sesudah Indonesia merdeka pancasila di sahkan oleh PPKI sebagai dasar filsafat negara Republik
Indonesia.

Pancasila sebagai dasar filsafat negara, pandangan hidup bangsa serta ideologi bangsa
dan negara, bukanlah hanya merupakan rangkaian kata-kata yang indah namun harus diwujudkan
dan diaktualisasikan dalam betbagai bidang dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan
bernegara. Pancasila tidak lain diangkat dari pandangan hidup masyarakat Indonesia sendiri,
sehingga bangsa ini merupakan kausa materialis (asal bahan) pancasila. Dengan demikian
pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia berakar pada pandangan hidup dan
budaya bangsa, dan bukannya mengangkat atau mengambil ideologi dari bangsa lain. Selain itu
pancasila juga bukan hanya merupkan ide-ide atau perenungan dari seorang saja, yang hanya

3
memeperjuangkan suatu kelompok atau golongan tertentu, melainkan pancasila berasal dari
nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa sehingga pancasila pada hakikatnya untuk seluruh lapisan
serta unsur-unsur bangsa secara komperhensif. Oleh karena ciri khas pancasila itu maka
memiliki kesesuaian dengan bangsa Indonesia yang memiliki aspek yang berbeda beda,
walaupun hakikat dan sumbernya sama. Pancasila sebagai dasar negara memiliki pengertian
yang berbeda dengan fungsi pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia. Demikian
pula berkaitan dengan kedudukan dan fungsi pancasila yang lainnya. (Kaelan. 2011)

Berdasarkan pengertian tersebut maka pada hakikatnya bangsa Indonesia ber-pancasila


dalam tiga asas atau Tri Prakara yaitu:

1. Bahwa unsur-unsur pancasila sebelum disahkan menjadi dasar filsafat negara secara
yuridis sudah dimiliki oleh bangsa indonesia sebagai asas-asas dalam adat-istiadat dan
kebudayaan dalam arti luas (pancasila asas kebudayaan)
2. Demikian juga unsur-unsur pancasila telah terdapat pada bangsa indonesia sebagai asas-
asas dalam agama-agama (nilai-nilai religius) (pancasila asas religius)
3. Unsur-unsur tadi kemudian diolah, dibahas dan dirumuskan secara seksama oleh para
pendiri negara dalam sidang-sidang BPUPKI, panitia 'sembilan'. Setelah bangsa
Indonesia merdeka rumusan pancasila calon dasar filsafat negara Indonesia dan
terwujudlah pancasila sebagai asas kenegaraan (pancasila asas kenegaraan)
Oleh karena itu pancasila terwujus dalam tiga asas tersebut atau Tri Prakara yaitu pancasila asas
kebudayaan,religius serta sebagai asas kenegaraan dalam kenyataanya tidak dapat
dipertentangkan karena ketiganya terjalin dalam suatu proses kausalitas, sehingga ketiga hak
tersebut pada hakikatnya merupakan unsur- unsur yang membentuk pancasila (notonagoro, 1975
: 16,17)

2.2 Nilai-nilai yang terdapat pada Pancasila


Sebagai suatu dasar filsafat negara maka sila-sila pancasila merupakan suatu sistem nilai-
, oleh karena itu sila-sila pancasila itu pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan yang saling
berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Meskipun dalam setiap sila terkandung nilai-nilai yang
memiliki perbedaan antara satu sila dengan sila yang lainnya namun kesemuanya itu tidak lain

4
merupakan suatu kesatuan yang sistematis. Terdapat 45 butir pengamalan nilai-nilai Pancasila
diantaranya :

I. Ketuhanan Yang Maha Esa

1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya


terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2. Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradap.
3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasaama antara
pemeluk agama dengan pengenut kepercayaan yang berbeda-beda
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah
yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha
Esa.
6. Mengembangkan sikapsaling menghormati kebebasan menjalankan ibadah
sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa kepada orang lain.

II. Kemanusian Yang Adil dan Beradap

1. Mengakui dan memberlakukan manusia sesuai dengan harkat dan


martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap
manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan,
jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.

5
4. Mengembangkan sikap tenggang rasa dan tepa selira.
5. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
6. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8. Berani membela kebenaran dan keadilan.
9. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat
manusia.
10. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan kerjasama dengan
bangsa lain.

III. Persatuan Indonesia

1. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan


keselamatan bangsa dan Negara sebagai kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
2. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan Negara dan bangsa apabila
diperlukan.
3. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4. Mengembangkan rasa kebanggan berkebangsaan dan bertanah air
Indonesia.
5. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
dunia dan keadilan sosial.
6. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhineka Tunggal Ika.
7. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

IV. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan /


Perwakilan

1. Sebagai warga Negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia


mempunyai kedudukan hak dan kewajiban yang sama.
2. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.

6
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
4. Musyawarah untuk mencapai mufakatdiliputi semangat kekeluargaan.
5. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapaisebagai
hasil musyawarah.
6. Dengan I’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan
melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
7. Didalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
8. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani
yang luhur.
9. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral
kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan
kesatuan demi kepentingan bersama.
10. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk
melaksanakan permusyawaratan.

V. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

1. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan


suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
2. Mengembankan sikap adil terhadap sesame.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban
4. Menghormati hak orang lain.
5. Suka member pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
6. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan
terhadap orang lain.
7. Tidak menggunakan hak milik untuk hal- hal yang bersifat pemborosan
dan gaya hidup mewah.
8. Tidak menggunakan hak milikuntuk bertentangan dengan atau merugikan
kepentingan umum.

7
9. Suka bekerja keras.
10. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan
dan kesejahteraan bersama.
11. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang
meratadan berkeadilan sosial.

Selain dari ke45 butir yang terdapat pada nilai-nilai pancasila tersebut Adapun nilai-nilai
lainnya yang terkandung dalam setiap sila adalah sebagai berikut:

I. Ketuhanan Yang Maha Esa


Sila pertama ini nilai-nilainya meliputi dan menjiwai keempat sila lainnya. dalam
sila ini terkandung nilai bahwa negara ynag didirikan adalah sebagai pengejawantahan
tujuan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu segala hal yang
berkaitan dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan negara bahkan moral negara, moral
penyelengaraan negara, polotik negara, pemerintah negara, hukum dan peraturan
perundang-undangan negara, kebebasab dan hak asasi warga negara harus dijiwai nilai-
nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Sila ini merupakan sila yang sendirinya sila pertama
yang mendasari dan menjiwai keempat sila lainnya. Selain itu sila ini juga yang berarti
kita sebagai manusia ciptaanya diwajibkan untuk bisa terus bertakwa dan percaya dengan
adanya agama maupun kepercayaan masing-masing yang telah kita bawa sejak lahir. Kita
juga diajarkan untuk bisa saling menghormati dan mengharagai sesama ciptaanNya.
Yang dimana dasar dari terbentuknya pancasila sendiri yaitu yang berupa nilai-nilai adat
istiadat, kebudayaan dan nilai-nilai religius dari bangsa Indonesia.(Kaelan.2010.79)

II. Kemanusian yang Adil dan Beradab


Sila ini secara sistematis didasari dan dijiwai oeleh sila pertama yaitu sila
Ketuhanan Yang Maha Esa, serta mendasari dan menjiwai sila ketiga berikut. Sila ini
sebagai dasar fundamental dalam kehidupan kenegaraan, kebangsaan dan
kemasyarakatan . Nilai kemanusiaan ini bersumber pada dasar filosofi antropologis
bahwa hakikat manusia adalah susunan kodrat rohani (jiwa) dan raga, sifat kodrat

8
individu dan makhluk sosial , kedudukan kodrat makhluk pribadi berdiri sendiri dan
sebagai makhluk dari ciptaan-Nya.
Dalam sila initerkandung nilai-nilai bahwa negara harus menjunjung tinggi harkat
dan martabat manusia sebagai makhluk yang beradab. oleh karena itu dalam kehidupan
kenegaraan terutama dalam peraturan perundang-undangan negara harus mewujudkan
tercapainnya tujuan ketinggian harkat dan martabat manusia terutama hak-hak kodrat
manusia sebagai dasar (hak asasi) harus dijamin dalam peraturan perundang-undangan
negara. Kemanusia yang adil dan beradab adalah mengandung nilai suatu kesadaran
sikap moral dan tinggkah laku manusia ynag didasarkan pada potensi budi nurani
manusia dalam hubungan norma-norma kebudayaan pada umumnya baik terhadap diri
sendiri, terhadap sesama maupun terhadap ciptaan-Nya yang lain. Sila ini adalah nilai
kemanusiaan sebagai makhluk yang bebudaya bermoral dan beragama. Dalam kehidupan
bernegara harus senantiasa dilandasi dengan moral lemanusiaan anatara laian dalam
kehidupan pemeritah negara, poltik, ekonomi, hukum,sosial budaya, pertahan dan
keamanan serta serta dalam kehidupan beragama. Oleh karena itu dalam kehidupan
bersama dalam negara harus dijiwai oleh moral kemanusiaan untuk saling menghormati,
menyayangi, menghargai dan mengasihi sekali pun terdapat perbedaan hars tetapa bisa
mejaga kodrat manusia untuk saling melengkapi. (Kaelan.2010.80)
Hal ini mengandung suatu pengertian bahwa hakikat manusia harus adil dalam
hubungan dengan diri sendiri, adil terhadap manusia lainnya, adil terhadap masyrakat
bangsa dan negara, adil terhadap lingkungnnya. Konsekuensinya adalah menjunjung
tinggi harkat an martabat manusia sebagai makhluk citaan-Nya , menjunjung tinggi hak-
hak asasi manusia, mengharagau atas kesamaan hak dan derajat tanpa membedakan
suku,ras, keturuana, satatus sosial maupun yang erpenting yaitu agama,mengembangkan
sikap saling mencintai, tenggang rasa, tidak semena-mena dan menjunjung tinggi niali-
niali kemanusiaan (Darmodihardjo, 1996).

III. Persatuan dan Kesatuan


Nilai yang terkandung dalam sila ketiga ini juga merupakan sila ynag tidak dapat
dipisahkan dengan sila ynag lainnya karena keseluruhan sila merupakan suatu kesatuan
yang bersifat sistematis. Dalam sila ini terkandung nilai bahwa negara adalah sebagai

9
penjelmaan sifat kodrat manusia monodualis yaitu sebgai makhluk individu dan makhluk
sosial. Negara adalah suatu persekutuan hiduo bersama di antara elemen-elemen yang
membentuk negara yang berupa suku, ras, kelompok, golongan maupun kelompok
agama. Oleh karena itu perbedaan adalah bawaan kodrat manusia dan juga merupkan ciri
khas elemen-elemen yang membentuk negara. Konsekuensinya negara adalah beraneka
ragam tetapi satu, mengikatkan diri dalam suatu persatuan yang dilukiskan dalam suatu
seloka Bhineka Tunggal Ika. Negara mengatasi segala paham golongan, etnis, suku, ras,
individu maupun golongan agama. mengatasi dalam arti memeberikan wahana atas
tercapainya harkat dan martabat seluruh warganya. oleh karena itu tujuan dari negara
dirumuskan untuk melindungi segenap warganya dan seluruh tumpah darahnya,
mewujudkan kesejahteraan umum (kesejahteraan setiap warganya) mencerdaskan
kehidupan warganya serta dalam kaitannya dengan pergaulannya dengan bangsa-bangsa
lainnya untun mewujudkan suatau ketertiban dunia berdasarkan perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
Sila in didasari dan dijiwai oleh sila pertama hal ini terkandung nilai bahwa
nasionalisme Indonesia adalah nasinalisme religius yaitu yang bermoral Ketuhanan Yang
Maha Esa yang menjunjung tingginharkat dan martabat manusia sebagai makhluk
ciptaan-Nya. Oleh karena itu nilai-nilai nasionalisme ini harus tercemin dalam segala
aspek penyelenggaraan negara termasuk dalam era reformasi dewasa ini. Proses
reformasi tanpa mendasarkan pada moral ketuhanan, kemanusiaan dan memegang teguh
persatuan dan kesatuan, maka bukan tidak mungkin akan membawa kehancuran bagi
bangsa Indonesia.
Dalam sila ini kita juga diharapkan mampu untuk bisa menempatkan sebuah
kesatuan, persatuan dan kepentingan bangsa dan negara kita sendiri yaitu negara
Indonesia untuk menjadi negara yang memiliki nilai nasionalisme yang tinggi, selain itu
kita juga dituntun untuk rela berkorban demi sebuah persatuan dan kesatuan Indonesia,
yang dimaksud disini adaah kita sebagai rakyat Indonesia harus brani menjunjung tinggi
harga sebuah persatuan dna kesatuan untuk berani mebela negara Indonesia dimasa yang
akan datang dimana pada masa tersebut akan banyak mendatangkan sebuah pengaruh
baru bagi setiap generasinya. (Kaelan. 2010.82)

10
IV. Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksaan dalam Permusyawaratan/
Perwakilan
Nilai filosofis yang terkandung di dalamnya adalah bahwa hakikat negara dalaha
sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan sosial. Hakiakat
rakyat adalah merupakan sekelompok manusian sebagai makhluk ciptaan-Nya yang
bersatu yang bertujuan mewujudkan harkat dan martabat manusia dalaam suatu wilayah
negara. Dalam sila kerakyatan terkadung nilai demokrasi yang secara mutlak harus
dilaksanakan dalam hidup bernegara. Maka nilai-niali demokrasi yang terkandung dalam
sila ini adalah, adanya kebebasan yang harus disertai dengan tanggung jawab baik
terhadap masyarakat bangsa maupun secara moral terhadap tuhan yang maha esa,
menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, menjamin dan memperkokoh persatuan
dan kesatuan dalam hidup bersama atau erkelompok, mengakui atas perbedaan individu,
kelompok, ras, suku, agama karen aperbedaad adalah suatu bawaan kodrat manusia,
mengakui adanya persamaan hak yang melekat pada setiap individu, kelompok, ras, suku
maupun agama, egarahkan perbedaan dalam satu kerja sama kemanusiaan yang beradab,
menjunjung tinggi asas musyawarah sebagai moral kemanusiaan, serta mewujudkan dan
mendasarkan suatau keadilan dalam kehidupan sosial agar tercapainya tujuan bersama.
Selain nilai-nilai tersebut kita sebagai masyarakat Indonesia harus mengutamakan
kepentingan bersama bukan hanya kepentingan pribadi saja, kita juga di ajarakan untuk
tidak memaksakan kehedak pribadi yang dimana kita harus mengutamakan musyawarah
untuk mencapai sebuah tujuan bersama. Maka seterusnya nilai-nilai tersebut
dikongkritisasikan dalam kehidupan bersama yaitu kehidupan kenegaraan baik
menyangkut aspek moralitas kenegaraan aspek polotik, maupun aspek aspek hukum dan
oerundang-undangan. (Kaelan. 2010.83)

V. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Dalam sila kelima ini terkandung nilai-nilai yang merupakan tujuan negara
sebagai tujuan sebagai tujuan dalam hidup bersama. Maka dalam sila kelima ini
terkandung nilai keadalina ynag harus terwujud dalam kehidupan bersama (kehidupan
sosial). Keadilan tersebut didasri dan dijiwai oleh hakikat keadilan kemanusiaan yaitu
keadilan dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri, manusia dngan manusia lain

11
manusia dengan masyarakat, bangsa dan negaranya serta hubungan manusia dengan
Tuhannya.
Disini sudah sangat jelas diartikan bahwa kita sebagi rakyat indonesia mampu
untuk bisa bersikap adil, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban kita sebagai
rakyat indonesia dari sila kelima ini juga kita mendapakan sebuah pembelajaran yaitu kita
tidak bisa melakukan sebuah tindakan yang dapat merugikan pihak mana pun maka dari
itu kita sebagai rakyat indonesia harus terus menjunjung sebuah tali persaudaraan dengan
cara tidak membeda-bedakan setiap kepercayaan, suku adat dan yang lainnya. (Kaelan.
2010.84)

2.3 Tujuan dari Pendidikan Pancasila


Dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dan juga termuat dalam
SK Dirjen Dikti. No. 43/DIKTI/KEP/2006, dijelaskan bahwa tujuan materi Pancasila dalam
rambu-rambu pendidikan kepribadian mengaruhkan pada moral yang diharapkan terwujud dalam
kehidupan sehrai-hari, yaitu prilaku yang memancarkan iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri atas berbagai golongan agama, kebudayaan dan
beraneka ragam kepentingan, memantapakan kepribadian mahasiswa agar secara konsisten
mampu mewujudkan nilai-nilai dasar Pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam
menguasai, menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dengan
penuh rasa tanggung jawab dan bermoral.
Tujuan pendidikan diartikan sebagai seperangkat tindakan intelektual penuh tanggung
jawab yang berorientasi pada kompetensi mahasiswa pada bidang profesi masing-masing. Sifat
intelektual tersebut tercemin pada kemahiran, ketepatan dan keberhasilan bertindak , sedangkan
sifat penuh tanggung jawab diperlihatkan sebagai kebenaran tindakan ditilik dari aspek iptek,
etika ataupun kepatutan agama serta budaya.
Pendidikan Pancasila bertujuan untuk menghasilakan peserta didik yang berprilaku:
1. Memiliki kemampuan untuk mengambil sikap yang bertanggung jawab sesuai dengan
hati nuraninya
2. Memiliki kemampuan untuk mengenali masalah hidupnndan kesejahteraan serta cara-
cara pemecahannya

12
3. Menegnali perubahan-perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
buadaya
4. Memiliki kemampuan untuk memaknai peristiwa sejarah dan nilai-nilai budaya bangsa
untuk menggalang persatuan Indonesia.
Melalui pendidikan Pancasila, warga negara Republik Indonesia diharapkan mampu
memahami, menganalisis dan menjawab masalah-masalah yang dihadapi oleh setiap masyarakat
bangsa secara berkesinambungan dan konsisten berdasarkan cita-cita dan tujuan bangsa
Indonesia. Selain itu juga diharapakan agar mahasiswa bisa menjadi intelektual yang memliki
suatu pemikiran untuk bangsa indonesia, dan juga dimana masyarakat diharapkan agara lebih
bisa menerapakan atau mengimplementasikannya ditahun-tahun kedepan dimana Indonesia akan
semakin digoncang dan akan mengakibatkan suatu pondasi yang akan roboh karena bangsanya
tidak dapat menerapkan nilai-nilai dari Pancasila itu sendiri dimana Pancasila sendiri merupakan
suatu pondasi atau dasar dari sebuah negara Indonesia. (Kaelan, 2010, 15)

2.4 Perkembangan Nilai-nilai Pancasila bagi Generasi Muda


Pancasila sejak masa Orde Baru runtuh sampai sekarang ini dianggap sebelah mata oleh
masyarakat. Hal ini disebabkan karena penyimpangan yang dilakukan oleh pemerintah dan telah
melanggar nilai-nilai dari Pancasila. Penyimpangan terbesar dan yang paling sulit untuk dibasmi
adalah masalah KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme), masalah yang seolah-olah sudah
menjadi penyakit mendarah daging di Indonesia ini. Pancasila yang sejak dahulu diciptakan
sebagai dasar negara dan sudah sejak nenek moyang kita digunakan sebagai pandangan hidup
sudah seharusnya dijadikan pedoman bagi bangsa Indonesia dalam kehidupan bernegara,
berbangsa dan bermasyarakat. Demikian juga bagi generasi muda, Pancasila yang mulai
kehilangan pamornya di kalangan generasi muda diharapkan akan muncul kembali kejayaannya
jika generasi muda mulai sadar dan memahami fungsi Pancasila serta melaksanakan dalam
kehidupan sehari-hari. Akhir-akhir ini mulai banyak dibicarakan atau dipertanyakan tentang
wawasan kebangsaan generasi muda. Banyak momentum dilakukan Semua momentum tersebut
selalu melibatkan generasi muda sebagi subyek pengembang nilai-nilai Pancasila yang
diharapkan dapat memberikan peran dan kontribusinya bukan hanya sekarang tapi juga yang
akan datang menjadi aktor dan pelaku dalam pembangunan nasional. Menurut Rajasa (2007),
generasi muda mengembangkan karakter nasionalisme melalui tiga proses yaitu:

13
1. Pembangun Karakter , yaitu generasi muda berperan membangun karakter positifr
bangasa melalui kemauan keras, untuk menjunjung nilai-nilai moral serta
menginternalisasikannya pada kehidupan nyata.
2. Pemberdaya Karakter , generasi muda menjadi role model dari pengembangan karakter
bangsa yang positif, dengan berinisiatif membangun kesadaran kolektif denhgan
kohesivitas tinggi, misalnya menyerukan penyelesaian konflik.
3. Perekayasa karakter yaitu generasi muda berperan dan berprestasi dalam ilmu
pengetahuan dan kebudayaan, serta terlibat dalam proses pembelajaran dalam
pengembangan karakter positif banmgsa sesuai dengan perkembangan zaman.
Dari konsep Rajasa tersebut dapat dianalisa bahwa generasi muda sebagai pilar bangsa memiliki
peran yang sangat penting. Masa depan bangsa tergantung dari para generasi muda dalam
bersikap dan bertindak. Menjunjung nilai-nilai moral yang baik berdasarkan nilai-nilai Pancasila
dan melaksanakan dalam kehidupan sehari-hari sangat penting dilakukan. Rasa nasionalisme
yang harus ditumbuhkan di kalangan generasi muda bukan nasionalisme yang sempit, akan tetapi
nasionalisme yang menjunjung tinggi bangsa dan negara sendiri akan tetapi masih menghargai
bangsa lain. Pembangunan karakter suatu bangsa tidak cukup dalam esensi pembangunan fisik
saja tetapi dibutuhkan suatu orientasi yang lebih kuat yaitu suatu landasan dasar atau pondasi
pembangunan karakter bangsa tersebut. Sehingga esensi fisik dari pembangunan berawal pada
internalisasi nilai-nilai untuk menuju pada pembangunan tata nilai atau sebaliknya pembangunan
yang berorientasi pada tatanan fisik tersebut dijiwai oleh semangat peningkatan tata nilai sosio-
kemasyarakatan dan budaya. Dalam hal ini Indonesia memiliki landasan pancasila sebagai dasar
untuk melakukan pembangunan karakter bangsa Indonesia. (Surono, ed. 2010)
Salah satu bapak pendiri bangsa, presiden pertama Republik Indonesia, Bung Karno,
bahkan menegaskan: “Bangsa ini harus dibangun dengan mendahulukan pembangunan
karakter" (character building) karena character building inilah yang akan membuat Indonesia
menjadi bangsa yang besar, maju, serta bermatabat. Kalau character building ini tidak dilakukan,
maka bangsa Indonesia akan menjadi bangsa kuli. Sejalan dengan kerinduan terhadap Pancasila,
dunia pendidikan hari ini pun sedang merindukan dan mengelu-elukan pendidikan karakter.
Pemerintah melalui kementerian pendidikan nasional, sedang mencanangkan program
pendidikan karakter secara besar-besaran. Pendidikan karakter dianggap sebagai solusi terbaik
terhadap berbagai bencana moral yang melilit bangsa ini, yakni: hilangnya nilai-nilai Ketuhanan

14
Yang Maha Esa, lemahnya nilai-nilai peri-kemanusiaan yang adil dan beradab, lunturnya
persatuan dan lemahnya prinsip musyawarah untuk mufakat, serta semakin terpinggirkannya
nilai-nilai keadilan. Dalam kebijakan nasional ditegaskan, antara lain bahwa pembangunan
karakter bangsa merupakan kebutuhan asasi dalam proses berbangsa dan bernegara. Sejak awal
kemerdekaan, bangsa Indonesia sudah bertekad untuk menjadikan pembangunan karakter bangsa
sebagai bahan penting dan tidak dipisahkan dari pembangunan nasional.
Potensi generasi muda yang akan dikembangkan seperti beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab pada hakikatnya dekat dengan makna
karakter. Senada dengan sembilan pilar pendidikan karakter yang telah dilansir oleh Kementrian
Pendidikan Nasional antara lain:
1. Cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya
2. Kemandirian dan Tanggung jawab
3. Kejujuran dan Diplomatis
4. Hormat dan Santun
5. Dermawan, Suka tolong menolong, dan Gotong royong
6. Percaya diri dan Kerja keras
7. Kepemimpinan dan Keadilan
8. Baik dan Rendah hati
9. Toleransi, Perdamaian, dan Kesatuan.
Tidak dapat disangkal bahwa, sekolah memiliki dampak dan pengaruh terhadap karakter bangsa,
baik disengaja maupun tidak. Kenyataan ini menjadi entry point untuk menyatakan bahwa
sekolah mempunyai tugas dan tanggugjawab untuk melakukan pendidikan moral dan
pembentukan karakter. Tidak perlu disangsikan lagi, bahwa pendidikan karakter merupakan
upaya yang harus melibatkan semua pihak baik rumah tangga, sekolah dan lingkungan sekolah,
masyarakat luas. Oleh karena itu, pendidikan harus terus didorong untuk mengembangkan
karakter bangsa Indonesia menjadi bangsa yang kuat sehingga pada gilirannya bangsa Indonesia
akan mampu membangun peradaban yang lebih maju dan modern.
Kita sebagai generasi penerus bangsa perlu menelusuri sejarah perkembangan nilai-nilai
sosial budaya agara kita dapat memahami dan menghayati latar belakang dan sebab musabab
Pancasila dipilih sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia dan dasar Negara Kesatuan

15
Republik Indonesia. Bung karno menyatakan telah melakukan kajian sosiologis masyarakat
Indonesia dari zaman dulu samapai zaman sekarang (alam, 2001: 144). Jadi nilai-nilai Pancasila
itu sudah ada sebelum Indonesia merdeka. Inilah yang disebut dengan Indonesia berPancasila
dalam arti kultural dan religius (notonagoro, 1971: 45). Hal ini sekaligus merupakan bukti bahwa
nilai-nilai Pancasila sudah lama tertanam dibumi persada Indonesia dan bukan ciptaan seseorang.
Penerimaan nilai-nilai Pancasila secara aktif tentu akan tahan lama dan kokoh karena didasarkan
atas pemahan yang mendalam dan alur berpikir yang logis sehingga timbul kesadaran dan
motivasi bagi generasi muda untuk bisa melaksakannya. Nilai-nilai itu akan membentuk
kepribadian dan watak, yang selanjutnya akan mewujud dalam berbagai jenis keputusan atau
tindakan yang konsisten.
Implementasi sila ketiga pancasila yaitu persatuan indonesia mengamanatkan pentingnya
menjaga kerukunan antar komponen anak bangsa dengan mengembangkan wawasan kebangsaan
yang selalu mengedepankan kerukunan dan memandang serba nusantara secara kedalaman dan
luar. Wawasan kebangsaan ini menjadi sangat penting untuk merespon fenomena global yang
cenderung berubah secara cepat dan tidak dapat diprediksi kemana akan tertuju. Untuk dapat
menerapakan nilai-nilai Pancasila peran keluarga, masyarakat dan lingkungan sangat menjadi
sangat penting guna menembangkan kualitas kepribadian bangsa. Mengembangkan nilai arif dan
bijaksana, keuletan, keteguhan, produktif menjadi sangat penting pula dalam kehidupan
bermasyarakat dan berbangsa dalam kehidupan bangsa prihal persoalaan meninggkatkan kualitas
dari kepribadian bangsa.
Perhatian terhadap Pancasila tampakanya mengalami kemunduran dari waktu kewaktu.
Kemunduran ini terjadi pada hampir semua kompenen bangsa, termasuk kepada kita generasi
muda didalam dunia pendidikan. Salah satu indikasinya adalah semakin berkurangnya jumlah
itelektual yang memiliki perhatain terhadap nilai-nilai Pancasila ini. Selain itu semangat
mempelajari dan mensosialisasikan Pancasila di berbagai bidang maupun profesi juga relatif
menurun. Hal itu dapat dicermati dari fakta dimana tidak banyak dari generasi muda tidak hafal
terhadapat nilai-nilai yang terkandung pada sila-sila Pancasila. Fenomena semakin teragisnya
Pancasila dari kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia sesungguhnya merupakan ironi. Pancasila
merupakan dasar negara. Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan dasar berdirinya NKRI.
Pancasila adalah dasar dalam mengatur penyelenggaraan negara, selain itu Pancasila juga

16
merupakan pandangan hidup bangsa, sebagai pandangan hidup bangsa maka Pancasila menjadi
titik orientasi seluruh kehidupan masyarakat Indonesia.
Selain sebagai dasar negara dan sebagai pandangan hidup, Pancasila juga memiliki
peranan dan fungsi lainnya. Fungsi-fungsi Pancasila menunjukan bahwa Pancasila memiliki
peranan yang signifikan dalam kehidupan bangsa. Karena itu ketika semakin banyak warga
masyarakat kususnya generasi muda tidak mengetahui dan memahami nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila maka kondisi ini sesungguhnya membahayakan bagi kehidupan
bangsa ini, mengingat kita sebagai generasi muda yang dituntut untuk mampu mengembangkan
nilai-nilai Pancasila tersebut guna mempertahakan persatuan dan kesatuan NKRI didunia
kedepannya. Pada kondisi semacam ini diperlukan berbagai upaya untuk menjadikan Pancasila
kembali menjadi ideologi yang menguatkan eksistensi bangsa ini. Sejauh ini sudah ada usaha
cerdas dan kreatif untuk melakukan penafsiran Pancasila dalam konteks kehidupan sekarang ini
salah satu contohnya intelektual muda ikut serta dalam mengebangkan nilai-nilai Pancasila
dengan cara ikhtiar interpretasi dan kontekstualisasi Pancasila walaaupun masih sedikit dari kita
generasi muda yang melakukan kegiatan tersebut. Ikhtiar interpretasi dan kontekstualisasi
Pancasila harus dilakukan secara terus menerus ditengah kondisi semacam ini, diperlukan
berbagai upaya serius dari pihak manapun untuk mengaktualisasikan Pancasila. Masing-masing
usaha saling melengkapi agar Pancasila semakin kokoh perannya dan fungsinya. Diantara
berbagai cara yang penting dilakukan adalah mengidentifikasi pemikiran para intelektual
generasi muda yang mampu mengiplemenatsikan nilai-nilai Pancasila. Pemikiran tersebut
kemudian dikopilasi, diteliti, dan direkonstruksi agar sesuai dengan dinamika pekembangan
zaman sekarang ini. (Pandji Setijo. 2006. )

2.5 Pengaruh Nilai-nilai Pancasila bagi Perkembangan Kepribadian Generasi Muda


Generasi muda yang lahir pada era orde baru dan reformasi tentu memiliki sisi historis
yang berbeda. Pada tiap zaman yang ditapaki oleh generasi muda tentu memiliki tantangan yang
berbeda pula. Tapi nilai-nilai dalam Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara perlu
untuk dijadikan sumber keteladan bagi pada generasi muda guna menghadapi tantang dimasa
datang. Pentingnya menjadikan Pancasila didalamnya menjadi bahan inspirasi yang sangat
essensial, karena di era modern ini informasi dan komunikasi berlangsung tanapa batsan waktu.
Sehingga generasi muda cenderung mudah untuk mendepatkan pengaruh dari luar, baik yang

17
positif maupun yang negatif. Pancasila disini bisa dijadikan sebagai filter dalam menyarik
pengaruh asing yang sesuai dengan nilai-nilai luhur salah satunya dengan kita mengamalkan
setiap pokok pikiran dari sila-sila pancasila.
Kesadaran terhadap generasi muda tentang nilai-nilai dasar yang berkaitan dengan
Pancasila sangatlah dibutuhkan mengingat ancaman bagi bangsa Indonesia kedepannya yang
dapat saja terjadi sewaktu-waktu tanpa kita sadari. Pada era modern ini memang benar bangsa
Indonesia memerlukan gnerasi-genrasi yang memiliki pola pikir yang itelektual dalam
mengembangkan setiap tugasnya namun jika tidak didasari oleh nilai-nilai Pancasila ini maka
semuanya akan sia-sia karena Pancasila merupakan dasar dari negara bangsa Indonesia.
Landasan karakter para generasi muda harus tergali dan terinspirasi dari sistem nilai Pancasila
maka dengan itu para generasi muda mungkin bisa mewujudkan suatu kesatuan yang dapat
mengutaman kesatuan dan persatuan dari bangsa Indonesia.
Degradasi moral dapat terjadi karena suatu bangsa kehilangan jati dirinya. Kita tidak
dapat mempertahankan apa yang sudah menjadi identitasnya selama ini Karena kita terlalu
terlena dan kurang dapat menyaring budaya yang masuk ke Indonesia. Padaha sebenarnya,
bangsa ini memiliki Pancasila yang merupakan karakteristik yang kini mulai luntur kesadarnnya
untuk menghayatinya bahkan untuk mengiplementasikannya. Mulai dari sila pertama hingga sila
kelima semuanya masih tercakup dalam kehidupan kita sehari-harinya dimana setiap silany
masih saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu kita sebagai generasi muda
harus mampu untuk bisa mengembalika suatu identitas yang sudah mulai luntur ini.
Aktualisasi Pancasila harus mulai dikembangkan kembali dari berbagai lingkungan
pendidikan maupun lingkungan keluarga dan sekitarnya kesemua ranah tersebut harus tetap
melekat dengan nilai-nilai Pancasila. Dalam nilai-nilai Pancasila kita pastinya akan mendapatkan
dampak postifnya maupun negatif, positif bila mampu memanfaatkannya untuk meningkatkan
taraf hidup dan negatif bila terpedaya dengan pemanfaatan untuk kepentinga yang negatif. Hal
ini berati dampak teknologi informasi berimplikasi secara langsung pada perubahan berbagai
aspek kehidpan termasuk terhadap karakter generasi muda.Untuk mewujudkan suatu karakter
bangsa maka diperlukan pemahaman mengenai niai-nilai Pancasila yang berpengaruh sangat
penting bagi generasi muda Indonesia agar dapat terbetuknya karakter yang unggul dan
berakhlak mulia. Sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan dan santun dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Karena karakter merupakan nilai-nilai prilaku manusia

18
yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan
kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perhatian dan perbuatan berdasarakan
nilai-nilai luhur bangsa.

2.5.1 Contoh Kasus


Dibalik pesatnya peningkatan masuknya budaya asing ke Indonesia masih ada generasi
muda yang mau untuk mengimplementasikan nilai-nilai dari Pancasila contohnya
mengimplementasikan sila pertama yang dimana dalam sila ini berisikan tentang sebuah
kebudayaan yang hingga saat ini masih sering kita jumpai di masyarkat namun seiring
berkembangnya zaman, mulai banyak menimbulkan perubahan pola hidup dan pola pikir
masyarakat Indonesia yang lebih modern. Di tengah maraknya arus globalisasi yang masuk ke
Indonesia, melalui cara-cara tertentu membuat dampak positif dan dampak negatifnya
sendiri bagi Bangsa Indonesia terutama bagi kalangan generasi muda di Indonesia. Karena
semakin terkikisnya nilai – nilai Pancasila kita oleh pengaruh budaya asing yang masuk
ke negara dan sudah mulai menghilang sedikit demi sedikit tanpa kita sadari. Budaya asing yang
masuk ke Indonesia membawa pengaruh besar bagi cara pikir generasi muda dizaman yang
sekrang ini dimana pada zaman ini banyak generasi muda yang lebih memilih hal-hal yang lebih
praktis tanpa berpikir dampak dari perbutan tersebut.

Salah satu contoh yang dapat dilihat dari kebudayaan asing yang datang ke Indonesia
adalah gaya hidup orang asing, mulai dari cara berpakaian kurang sopan yang seharusnya tidak
digunakan sampai dengan cara bergaul mereka. Selain itu munculnya sikap individualisme
dimana masyarakat indonesia lebih memilih untuk mementingkan diri mereka sendiri, termasuk
juga pada kalangan generasi muda yang sudah banyak menonjolkan sikap tersebut. Dulunya
dalam budaya kita sangatlah mementingkan tata cara berpakaian yang sopan dan tertutup. Akan
tetapi akibat masuknya budaya luar mengakibatkan budaya tersebut berubah. Sekarang
berpakaian yang membuka aurat serasa sudah menjadi kebiasaan yang sudah melekat erat
didalam masyarakat kita yang dimana hal tersebut sudah banyak kita temui ditempat umum
maupun kusus sekalipun. Sehingga melupakan cara berpakaian yang seharusnya dipakai oleh
bangsa Indonesia.

19
Disini sudah sangat terlihat jelas bahwa pasalnya kebudayaan asing membawa dampak
yang besar bagi pada generasi muda salah satu faktor pendorong keragaman budaya Indonesia
adalah karena kontak langsung dengan kebudayaan asing yang menyebabkan mudah masuknya
kebudayaan asing dan mengakibatkan lunturnya kebudayaan negara Indonesia. Kita bisa lihat
juga dampak lainnya yaitu sebuah pergaulan yang semakin hari semakin membuat kita tergeleng-
geleng melihat para penerus bangsa yang tampa ia sadari sudah mulai melunturkan nilai-nilai
Pancasila dimana pergaulan zaman sekarang sudah sangat mengecewakan salah satunya dengan
kita lihat anak dibawah umur 16th kebawah sudah bisa menerapkan cara berpacaran yang
berlebihan yang dimana kita sendiri saja pada saat itu belum bisa mengenal yang dikatakan
berpacaran, selain itu juga cara mereka bergaul dengan anak yang jauh diatas mereka yang
membuat pola pikir mereka pun tidak bisa dikatakan baik. Hal tersebut diakibatakan kurangnya
rasa kesadaran dari diri sendiri dimana dalam hal ini perlu ditingkatkan dan perlu ditekankan
nilai-nilai pancasila yang didalam masing-masing silanya memiliki arti yang sangat penting jika
kita sebagai generasi muda mampu untuk mengimplementasikannya didalam masyarakat.

2.5.2 Solusi

Disini para generasi muda memiliki kedudukan dan peranan penting dalam pelestarian
seni dan budaya daerah masing-masing. Hal ini didasari oleh asumsi bahwa para generasi muda
merupakan anak bangsa yang menjadi penerus kelangsungan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara di Indonesia. Sebagai intelektual muda yang kelak menjadi pemimpin-
pemimpin bangsa, mereka harus memiliki suatu kesadaran kultural sehingga keberlanjutan
negara bangsa Indonesia dapat dipertahankan. Dengan cara kita sebagai para generasi muda
mampu untuk mengembangkan suatu kebudayaan yang dimana kebudayaan tersebut semakin
hari semakin menghilang padahal sesungguhnya Budaya Lokal yang kita miliki ini dapat
menjadikan kita lebih bernilai dibandingkan bangsa lain karena betapa berharganya nilai – nilai
kebudaayaan yang ada di negara Indonesia. Untuk itu seharusnya kita bisa lebih tanggap dan
peduli lagi terhadap semua kebudayaan yang ada di indonesia ini, agar budaya kita tetap terjaga
dan tidak diambil oleh bangsa lain dengan cara terus menrepakan ajaran dari nilai-nilai pancasila.
Selain itu juga kita sebagai generasi muda mampu atau wajib untuk bisa menyaring
gaya hidup bangsa lain yang masuk dan mempengaruhi bangsa kita, yang tidak sesuai dengan

20
budaya Indonesia sendiri. Oleh sebab itu, kita sebagai generasi muda yang merupakan pewaris
budaya bangsa hendaknya memelihara dan terus mengembangkan seni budaya kita demi sebuah
harga persatuan dan kesatuan yang telah dijunjung tinggi dari zaman nenek moyang kita hingga
zaman sekarang ini.

21
BAB III
PENUTUP

3.1 SIMPULAN
Pancasila sebagai dasar negara adalah suatau nilai kerohanian yang masuk dalam
katagori filsafa itu sendiri adalah pengetahuan. . Terdapat lima sendi atau sila utama penyusun
pancasila yang berpengaruh besar dalam potesensi kepribadian bagi para generasi muda. Dalam
perkembangan nilai-nilai pancasila untuk mencapai daya saing yang kuat dibutuhkan upaya
besar dan peran aktif seluruh komponen bangsa Indonesia. Salah satu komponen yang berperan
penting dalam upaya besar tersebut adalah pembinaan karakter generasi muda bangsa Indonesia
sesuai dengan pancasila, khususnya karakter positif bangsa yang harus terus ditumbuh-
kembangkan untuk memperkuat kemampuan adaptif dari daya saing bangsa sehingga dapat
menjadi bangsa yang mandiri di era globalisasi. Dalam upaya untuk mengaktualisasikan
kemandirian tersebut, maka dituntut peran penting dari generasi muda Indonesia. untuk
menjalankan peran tersebut, generasi muda masih membutuhkan dukungan serta bantuan dari
seluruh elemen bangsa.

3.2 SARAN
Demikian penulisan makalah yang dapat saya selesaikan, saran yang dapaat saya
sampaikan adalah kita sebagi generasi muda yaitu generasi penerus bangsa harus bisa merubah
pola pikir kita agar dapat menjadi genarasi yang memiliki pemikilran dengan sudut pandang
intelektual yang tinggi dengan mengamalkan setiap nilai-nilai yang terkadung dalam Pancasila.
Kita sebagai masyarakat kususnya untuk kaum muda generasi penerus bangsa agar tidak mudah
terjerumus oleh hal-hal yang dapat merusak kedamaian bangsa kita dengan tetap menjaga
kesatuan dan persatuan bangsa.

22
DAFTAR PUSTAKA

Kaelan. 2010. Pendidikan Pancasila. Sleman Yogyakarta: Paradigma


Kaelan. 2011. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Sleman Yogyakarta: Paradigma
Surono, ed. 2010. Nasionalisme dan Pembangunan Karakter Bangsa. Yogyakarta: Pusat Studi
Pancasila Press.
Samani, Muchlas; Hariyanto. 2014. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Ketut Rindjin. 2012. Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama
Winarno,. 2016. Paradigma Baru Pendidikan Pancasila. Jakarta: Bumi Medika
Pandji Setijo. 2006. Pendidikan Pancasila Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa. Jakarta:
Gramedia Widiasarana Indonesia
Arloka. 2012. Undang-Undang Dasar 1945. Surabaya: Arloka
Diakses melalui kompasiana.com/yetti05/pengaruh-budaya-asing-terhadap-remaja-indonesia_
Pada tanggal 1 april 2018

23

Das könnte Ihnen auch gefallen