Sie sind auf Seite 1von 32

AKU BERLITERASI MAKA AKU KENAL TUHANKU

(Cirebon Bertauhid)

keberhasilan sebuah negara bisa dilihat dari kualitas bangsa nya. Pemuda memiliki peran yang besar
bagi perubahan - perubahan di Indonesia , khususnya mahasiswa. Sehingga mahasiswa dijuluki sebagai
"agent of change".

Sebagai agen perubahan, dengan sikap kritis dan semangat, kita harus memiliki kekuatan untuk
mempengaruhi dan menyadarkan masyarakat untuk melakukan suatu gerakan perubahan. Kita harus
bangga menjadi umat islam, agama islam yang ayat pertama dengan kitab al- qur'an adalah literasi
BISMIROBBIK bacalah dengan menyebut nama tuhanmu, para mahasiswa matilah kita berliterasi
bismirobbik.

"IQRO BISMIROBBIK"

Apa yang harus kita baca di Indonesia?

Bacalah pemerintahannya

Bacalah perekonomiannya

Bacalah peradaban zamannya

Bacalah pola fikir masyarakatnya

Bacalah sistem pendidikannya

Apakah didalamnya berbasis tuhan atau sebaliknya bebas tuhan, jangan pernah pisahkan kehidupan
kita dengan tuhan, jika kehidupan kita dipisahkan dengan sang pencipta maka rusaklah segalanya.
Perkumpulan para pastur pernah mengatakan

" kami sangat iri dengan agama islam , karena hanya agama islamlah satu satunya agama yang
menyuruh umatnya untuk berliterasi , tapi sekarang kami tidak takut karena kebanyakan dari mereka
buta terhadap literasi"

"Jika literasi sudah terkucilkan dari suatu bangsa maka bangsa itu akan hancur dengan sendirinya".

Milan kundera filsuf dari Ceko pernah berkata

" jika ingin menghancurkan suatu bangsa, maka hancurkanlah buku-bukunya"

(Pisahkan bangsa itu dari buku bukunya)

Marilah kita sebagai mahasiswa harus benar benar bisa menjadi agen of change, berliterasi dengan
basis BISMIROBBIK.
"Orang yang memahami dan mengamalkan al-quran lebih ditakuti dari pada orang yang
mengembangkan atom dan nuklir"

Maka marilah kita bersama sama berliterasi islami , memahami dan mengamalkan isi al-quran.

Sekian dan Salam Abah Uje.

ANTARA ADA DAN TIADA HIDAYAH ALLAH SWT

Oleh : Abah Uje

Asosiasi Studi Literasi Islami

Baraya Abah yg di rahmati Allah, kita dihidupkan didunia ini karena kehendak Allah supaya kita bisa
mengabdikanya.

Di dalam pengabdian tentunya kita butuh petunjuk yang benar sesuai dengan yang memeberi hidup dan
kehidupan yaitu hidayah.

Dikarenakan inti dan hakikat hidayah adalah taufik dari Allah Ta’ala, , maka berdoa dan memohon
hidayah kepada Allah Ta’ala, berusaha terus mengejarnya merupakan sebab yang paling utama untuk
mendapatkan hidayah-Nya.

Dalam hadits Qudsi yang shahih, Allah Ta’ala berfirman: “Wahai hamba-hamba-Ku, kalian semua
tersesat kecuali orang yang Aku beri petunjuk, maka mintalah petunjuk kepada-Ku niscaya Aku akan
berikan petunjuk kepada kalian”

Oleh karena itu, Allah Ta’ala yang maha sempurna rahmat dan kebaikannya, memerintahkan kepada
hamba-hamba-Nya untuk selalu berdoa memohon hidayah taufik kepada-Nya, yaitu dalam surah Al
Fatihah:
َ ْ َ َ ‫ُْ ْ َ َ ر‬
{‫الِّصاط اه ِدنا‬ ‫}المست ِقيم‬

“Berikanlah kepada kami hidayah ke jalan yang lurus”.

Baraya abah, tentunya kita sudah biasa bahkan sudah menjadi wajib didalm sholat kita setiap hari,
setiap waktu minimal 17 (wajib) kali sampai 40(+sunat) kali didalam sholat menyatakan doa itu.

Apakah kita sudah betul betul berada dan mengaplikasikan bentuk hidayah Allah , sihingga kita dijamin
aman dan selamat?
َّ ‫ُّ َ ْ َ َ َ ُ َ ر‬ َ ْ ْ
(( ‫والتق ال ُهدى أ ْسألك ِإ ّن الل ُهم‬،َ ‫)) َوال ِغ َن َوال ِعفة‬

“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, penjagaan diri (dari segala keburukan) dan
kekayaan hati (selalu merasa cukup dengan pemberian-Mu)

Hal-hal lain yang menjadi sebab datangnya hidayah Allah Ta’ala selain yang dijelaskan di atas adalah
sebagai berikut:
1. Tidak bersandar kepada diri sendiri dalam melakukan semua kebaikan dan meninggalkan segala
keburukan

Baraya abah, artinya kita harus selalu bergantung dan bersandar kepada Allah Ta’ala dalam segala
sesuatu yang dilakukan atau ditinggalkan oleh seorang hamba, serta tidak bergantung kepada
kemampuan diri sendiri.

Ini merupakan sebab utama untuk meraih taufik (kecocokan) dari Allah Ta’ala yang merupakan hidayah
yang sempurna, bahkan inilah makna taufik yang sesungguhnya sebagaimana yang dijelaskan oleh para
ulama Ahlus sunnah.

Coba renungkan oleh baraya abah semua, pemaparan Imam Ibnul Qayyim berikut ini: “Kunci pokok
segala kebaikan adalah dengan kita mengetahui (meyakini) bahwa apa yang Allah kehendaki (pasti) akan
terjadi dan apa yang Dia tidak kehendaki maka tidak akan terjadi.

Karena pada saat itulah kita yakin bahwa semua kebaikan (amal shaleh yang kita lakukan) adalah
termasuk nikmat Allah (karena Dia-lah yang memberi kemudahan kepada kita untuk bisa melakukannya),
sehingga kita akan selalu mensyukuri nikmat tersebut dan bersungguh-sungguh merendahkan diri serta
memohon kepada Allah agar Dia tidak memutuskan nikmat tersebut dari diri kita.

Sebagaimana (kita yakin) bahwa semua keburukan (amal jelek yang kita lakukan) adalah karena
hukuman dan berpalingnya Allah dari kita.

Oleh karena inilah makna dan hakikat taufik, maka kunci untuk mendapatkannya adalah dengan selalu
bersandar dan bergantung kepada Allah Ta’ala dalam meraihnya dan bukan bersandar kepada
kemampuan diri sendiri.

2. Selalu mengikuti dan berpegang teguh dengan agama Allah Ta’ala secara keseluruhan lahir dan batin

Allah Ta’ala berfirman: surat thoohaa 123


َ ُ ْ ً ُ َ َ ‫َ}ي ْش َق َوال َيض ُّل َفال ُه َد‬
{‫اي ات َب َع ف َمن هدى ِم ر ّن َيأ ِت َينك ْم ف ِإما‬ ِ

“Maka jika datang kepadamu (wahai manuia) petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikuti
petunjuk-Ku, maka dia tidak akan tersesat dan tidak akan sengsara (dalam hidupnya)” .

Ayat yang mulia ini menunjukkan bahwa orang yang mengikuti dan berpegang teguh dengan petunjuk
Allah Ta’ala yang diturunkan-Nya kepada Rasul-Nya Ta’ala, dengan mengikuti semua perintah-Nya dan
menjauhi segala larangan-Nya, maka dia tidak akan tersesat dan sengsara di Dunia dan Akhirat, bahkan
dia selalu mendapat bimbingan petunjuk-Nya, kebahagiaan dan ketentraman di Dunia dan Akhirat.

Dalam ayat lain, Allah Ta’ala berfirman:


َ ‫اه َت َد ْوا َو َّالذ‬
{‫ين‬
ْ ْ ُ َ َ ً ُ ْ ُ َ َ ْ ُ َ َْ
‫}تقواهم وآتاهم هدى زادهم‬
ِ

“Dan orang-orang yang selalu mengikuti petunjuk (agama Allah Ta’ala) maka Allah menambah petunjuk
kepada mereka dan memberikan kepada mereka (balasan) ketaqwaannya” (QS Muhammad: 17).
3. Membaca al-Qur-an dan mengaplikasikan kandunganya

Allah Ta’ala berfirman: al israa 9


َ َ َ ُْ َّ َ ُ َ ْ َ ُ ‫َ ْ َ ُ َ َّ َ ْ ُ ْ َ َ ُ َ ِر‬ َ ْ َُ ْ َ َ
{‫ه ِلل ِ ّن َي ْه ِدي الق ْرآن هذا ِإن‬
ّ ِ ‫ات يعملون ال ِذين المؤ ِم ِني ويبش أقوم‬
َ
ِ ‫}ك ِب ًيا أج ًرا لهم أن الص ِالح‬

“Sesungguhnya al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang paling lurus dan memberi kabar
gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang
besar”.

Baraya abah, maksud dari kaliamt : yang paling lurus dalam tuntunan berkeyakinan, beramal dan
bertingkah laku, maka orang yang selalu membaca dan mengikuti petunjuk al-Qur-an, dialah yang paling
sempurna kebaikannya dan paling lurus petunjuknya dalam semua keadaannya.

4.Mentaati dan meneladani sunnah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam

Allah Ta’ala menamakan wahyu yang diturunkan-Nya kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam
sebagai al-huda (petunjuk) dan dinul haq (agama yang benar) dalam firman-Nya:
ُ َّ َ ُ َ َ ْ ْ َ َ َّ ً َ
{‫اَلل َوكق ال َح رق َو ِدين ِبال ُهدى َر ُسوله أ ْر َس َل ال ِذي ه َو‬
ِ ‫}ش ِهيدا ِب‬

“Dialah (Allah Ta’ala) yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar
dimenangkan-Nya terhadap semua agama, dan cukuplah Allah sebagai saksi” (QS al-Fath: 28).

Al-huda (petunjuk) dalam ayat ini dengan ilmu yang bermanfaat dan dinul haq (agama yang benar)
aturan / syari'ah yg diimplementasikandengan amal jihad.

5. Mengikuti pemahaman dan pengamalan para Shahabat Radhiallahu’anhum dalam beragama

Allah Ta’ala berfirman:


ْ َ َُ ْ َُْ ََ ََْ ْ َّ َ َ ُ َ
{‫آمنوا ف ِإن‬ ‫آمنت ْم َما ِب ِمث ِل‬ ‫}شقاق ِ ّف ه ْم ف ِإن َما ت َول ْوا َوِإن اهتد ْوا فق ِد ِب ِه‬
ِ

“Jika mereka beriman seperti keimanan yang kalian miliki, maka sungguh mereka telah mendapat
petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam perpecahan” (QS al-Baqarah:
137).

Para Shahabat Radhiallahu’anhum adalah yang pertama kali masuk dalam makna ayat ini, karena
merekalah orang-orang yang pertama kali memiliki keimanan yang sempurna setelah Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam

6. Meneladani tingkah laku dan akhlak orang-orang yang shaleh sebelum kita

Allah Ta’ala berfirman:


َ َ ُ َ َّ َ َ ُ َّ ُ ُ َ ُ َ َ ْ
{‫ين أول ِئك‬‫}اقت ِد ِه ف ِبهداهم اَلل هدى ال ِذ‬
“Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka” (QS
al-An’aam: 90).

Baraya abah, dalam ayat ini Allah Ta’ala memerintahkan kepada Nabi Muhammad Ta’ala untuk
meneladani petunjuk para Nabi ‘alaihimussalam yang diutus sebelum beliau Ta’ala, dan ini juga berlaku
bagi umat Nabi Muhammad Ta’ala.

7. Mengimani dan memahami takdir Allah Ta’ala dengan benar


َ ‫اَلل بإ ْذن إال ُمص َيبة م ْن َأ َص‬
{‫اب َما‬
َّ ْ َ َ ْ ْ ُ َّ ْ َ ُ ْ َ ُ َّ َ ُ ْ َِ ‫}عليم‬
َ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫اَلل يؤ ِمن ومن‬ِ ‫شء ِبك رل واَلل قل َبه يه ِد ِب‬
ّ ِ

“Tidak ada sesuatu musibahpun yang menimpa (seseorang) kecuali denga izin Allah; Dan barang siapa
yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk ke (dalam) hatinya. Dan Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu” (QS at-Taghaabun :9).

Imam Ibnu Katsir berkata: “Makna ayat ini: seseorang yang ditimpa musibah dan dia meyakini bahwa
musibah tersebut merupakan ketentuan dan takdir Allah, sehingga dia bersabar dan mengharapkan
(balasan pahala dari Allah Ta’ala), disertai (perasaan) tunduk berserah diri kepada ketentuan Allah
tersebut, maka Allah akan memberikan petunjuk ke (dalam) hatinya dan menggantikan musibah dunia
yang menimpanya dengan petunjuk dan keyakinan yang benar dalam hatinya, bahkan bisa jadi Dia akan
menggantikan apa yang hilang darinya dengan yang lebih baik baginya”.

8. Berlapang dada menerima keindahan Islam serta meyakini kebutuhan manusia lahir dan batin
terhadap petunjuknya yang sempurna

Allah Ta’ala berfirman:


َ ُ َّ ‫ش ْح َيهد َي ُه َأ ْن‬
{‫اَلل ُير ِد ف َم ْن‬ َ ِْ ‫الم َص ْد َر ُه َي‬ ْ ْ َ َ ْ ُ ْ َ ُ َّ ُ ْ َ ْ َ ُ َ ْ َ ً ‫ُ َ َ َ َ َ ً َ ر‬ َ َ َ َ َ ُ َ ْ َ ُ َّ
ِ ِ ‫اَلل يجعل كذ ِلك السم ِاء ِ ّف يصعد كأنما حرجا ضيقا صدره يجعل ي ِضله أن يرد ومن ِلإلس‬
َ ‫الر ْج‬ َ
‫ين َعل ر‬ َّ
َ ‫ون ال الذ‬ َ ُ ُْ
‫س‬ ِ ‫}يؤ ِمن‬

“Barangsiapa yang Allah kehendaki untuk Allah berikan petunjuk kepadanya, niscaya Dia melapangkan
dadanya untuk (menerima agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya
Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki kelangit. Begitulah Allah
menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman” (QS al-An’aam: 125).

Baraya abah, ayat ini menunjukkan bahwa tanda kebaikan dan petunjuk Allah Ta’ala bagi seorang
hamba adalah dengan Allah Ta’ala menjadikan dadanya lapang dan lega menerima Islam, maka hatinya
akan diterangi cahaya iman, hidup dengan sinar keyakinan, sehingga jiwanya akan tentram, hatinya akan
mencintai amal shaleh dan jiwanya akan senang mengamalkan ketaatan, bahkan merasakan
kelezatannya dan tidak merasakannya sebagai beban yang memberatkan.

9. Bersungguh-sungguh dalam menempuh jalan Allah Ta’ala dan selalu berusaha mengamalkan sebab-
sebab yang mendatangkan dan meneguhkan hidayah Allah Ta’ala

Allah Ta’ala berfirman:


َ ‫اه ُدوا َو َّالذ‬
{‫ين‬
َ َ َ ْ ُ َ ْ َ َ َ َ ُ ُ َ َ َّ َ َ َ َ ْ
‫}ال ُم ْح ِس ِني لمع اَلل وِإن سبلنا لنه ِدينهم ِفينا ج‬
ِ

“Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami
tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar bersama orang-orang
yang berbuat kebaikan” (QS al-‘Ankabuut: 69).

Imam Ibnu Qayyimil Jauziyah berkata: “(Dalam ayat ini) Allah Ta’ala menggandengkan hidayah (dari-Nya)
dengan perjuangan dan kesungguhan (manusia), maka orang yang paling sempurna (mendapatkan)
hidayah (dari Allah Ta’ala) adalah orang yang paling besar perjuangan dan kesungguhannya”

Baraya abah semua, demikianlah bagaiman kita jemput hidayah bahkan taufik dari Allah supaya kita
dalam menjalan hidup ini pas dan cocok dengan keinginan Allah SWT.

Dan semoga kita bukan orang yang mengatur hidup kita dengan keinginan diri kita sendiri.

HIDUPLAH DENGAN WAHYU BUKAN RO'YU

Oleh : Abah Uje

Asosiasi Studi Literasi Islami

"Wahyu adalah air hujan samawi yang turun atas karunia Allah dalam gersang hati manusia".

Dengan itu, baraya abah, manusia menggunakan kekuatan, harta benda dan jiwa pemberian Allah, guna
mengabdi pada jalan-Nya.

Allah SWT menjadikan manusia dengan maksud yang luhur, agar manusia memperoleh kebahagiaan
lahir dan batin, dunia dan akhirat.

Q.S.Al-Bayyinah ayat 4 menjelaskan Manusia dijadikan dalam bentuk yang amat baik, diberi panca indra,
anggota badan, akal dan hati yang semuanya menjadi sarana bagi manusia dalam mencapai tujuannya.

Baraya Abah semua, untuk mencapai tujuan yang luhur, manusia memerlukan contoh, kesucian dan
kebijaksanaan.

Baraya abah semua, sehebat apa pun panca indra dan akal manusia, ia menjadi lemah dan tak berdaya
dalam upayanya mencapai tujuan luhur dan ma’rifat kepada Allah.

Baraya abah semua, kita sebagai manusia sering mengalami jalan buntu dan tidak mengerti apa yang
sebenarnya menjadi tujuan luhurnya.

Bahkan mereka menyangka bahwa hidupnya hanya sekarang saja, di dunia, tanpa ada keberlanjutan di
kehidupan lain sesudahnya.

(6:39). Al Maidah ayat 39


" dan orang orang mendustakan ayat ayat kami adalah tuli, bisu dan berada dalam gelap gulita,
barangsiapa yang dikehendaki Allah ( dalam kesesatan) niscaya disesatkanya. Dan barangsiapa yang
dikehendaki Allah ( untuk diberi hidayah) niscaya dia menjadikanya berada diatas jalan yang lurus".

Mereka hanya sibuk dan berlomba-lomba dalam mencari tambahan kekayaan duniawi berupa harta
benda, nama dan kehormatan.

Kecintaan dan ketertarikan manusia akan tumpukan kekayaan duniawi itu melupakan kewajiban,
meninggalkan pertimbangan baik dan buruk.

Perbuatan halal dan haram tak dihiraukan lagi, asal mereka dapat mencapai yang menjadi keinginan.

Tidak aneh jika mereka saling tindas dan tipu menipu satu sama lain.

Atau bisa jadi mereka sudah mengerti apa yang dilarang oleh agama, tetapi mereka tabrak saja asal
keinginan hatinya tercapai.

Jika manusia sudah demikian sifatnya, maka matilah sudah hatinya.

Hati manusia yang sudah mati tidak punya belas kasih kepada sesama dan buta akan kewajiban
hidupnya.

Itulah baraya abah yang perlu dihidupkan kembali oleh Allah dengan perantaraan wahyuNya.

Baraya abah, sekarang kita perlu mawas diri masing-masing. Apakah dalam menjalankan agama kita
telah dapat menghidupkan hati kita?

Apakah hati kita telah bangun? Apakah kita telah merasa memperoleh nikmat bahagia?

Apakah dalam menjalankan shalat kita telah mendapat manisnya?

Apakah kita telah mendudukkan Qur’an Suci di tempat yang paling depan?

Apakah kita sudah dapat menjauhkan diri dari segala perbuatan buruk?

Apakah kecintaan kita kepada Islam sudah betul-betul?

Apakah kita sudah menjadi orang yang berlapang dada?

Apakah kita tak dihinggapi rasa ragu-ragu akan adanya Allah, Akhirat, Malaikat dan sebagainya?

Apakah kita termasuk golongan yang aktif dalam penyiaraan Islam sebagai pengisi hidup kita?

Apakah dalam melayani atau megkhidmati agama kita telah memperoleh ketentraman?

Baraya abah, tentunya dari sekian pertanyaan diatas tentunya kita menyadari masih belum, apakah
sebabnya?
Apakah janji Allah tidak benar? Apakah Qur’an Suci bukan sabda yang berkuasa? Apakah Nabi Suci saw.
bukan Nabi yang sempurna dan penutup segala Nabi? Tidak sama sekali.

Baraya abah semua, dinul Islam telah memberikan bukti bahwa Nabi Muhammad Saw. dan para
sahabatnya telah menjadi guru dan pemimpin jagad yang kejayaanya telah mengherankan dan
menakjubkan bagi kawan dan lawan maupun bagi para ahli sejarah.

Jadi sudah jelas bagi kita bahwa Islam tidak salah, Islam itu benar dan sangat benar sekali

Baraya abah semua mari kita mentafakuri ayat Allah secara kauniyah yang dianugerahkan kepada kita.

Bumi yang hidup mudah sekali menghirup air hujan dan mengeluarkan kekuatan berupa tumbuh-
tumbuhan.

Tetapi batu yang keras akan meleset saja kalau terkena air hujan.

Demikian pula baraya abah dengan wahyu Al-Qur’an akan dapat menghidupkan dan menyegarkan hati
manusia kalau wahyu itu meresap ke lubuk hati.

Sehingga orangnya bangkit menuju hidup baru, dan akan terus selaras hidup dan kehidupannya dengan
apa yang diinginkan Allah bukan keinginannya yg menjadi kendali.

Tetapi sebaliknya baraya kalau wahyu itu tidak dapat meresap, karena hati sudah membatu, kita tak
bisa memperoleh bahagia.

Bukan salah Al-Qur’an dan hadist yang dianggap tidak sesuai zaman, karena banyak penutup yang
menyebabkan qalbu kita membatu.

Baraya abah semua, untuk meresapi air ruhani dari wahyu Ilahi ke dalam hati kita, perlulah penutup-
penutup itu kita ambil dan kita singkirkan jauh-jauh.

Baraya abah kita sadari masih banyak penutup penutup yang ada pada diri kita diantaranya ada 4:

1. Kekurangan ilmu, karena tidak memperoleh pelajaran, tak pernah menghadiri pengajian, atau karena
taqlidul a’ma (ikut-ikutan secara membabi buta) sehingga tidak mengerti apa sebenarnya Islam, dan apa
pangkal ujungnya Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah.

2. Segala amalan dilakukan hanya karena mengikuti orang banyak saja.

Karena kekotoran batin, sampah-sampah dalam hati menebal akibat perbuatan masa lalu, tak bertaubat
sungguh-sungguh.

3. Keliru dalam tindakan, agama Islam yang tidak sempurna difahami,

Merasa sudah cukup, agama hanya dianggap sebagai upacara. Perasaan sudah cukup itulah yang
menghalang-halangi meresapnya wahyu.
4. Kurang kesungguhan, shalatnya tidak khusyu, kikirnya tak berubah, sempitnya masih, besar marahnya,
mudah naik darah, tak berniat memperbaiki kelakuan dan tak menginginkan tambahan kekuatan ruhani,
karena dari tipisnya iman dan karena tidak pernah menerima ajaran yang menyegarkan jiwa, bahkan
memusuhi orang-orang yang saleh.

Oleh karena itu baraya abah semua, kalau kita ingin menghidupkan hati dan jiwa kita, hendaklah kita
kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad saw, dengan menyingkirkan jauh-jauh segala
penuutup yang menghambat meresapnya wahyu.

Meniru perjalanan Nabi Muhammad saw., semasa hidupnya dengan rendah hati, berbudi lemah lembut,
sopan santun tidak suka menyusahkan orang lain dengan jalan apa pun juga.

Tetap teguh mengabdi kepada Allah dalam keadaan yang bagaimana pun juga, tidak berpaling pada-Nya
dalam keadaan suka dan duka, lapang dan sempit, sehat dan sakit dan sebagainya.

Baraya abah semau, sebagai pengisi hidup, kita hendaknya selalu menjunjung dan mentablighkan agama
Islam dengan harta, benda, lisan dan tulisan ( berliterasi islami dengan basis bismirobbik).

Memperbanyak pujian (tahmid), dzikir, shalat lima waktu dan shalat tahajjud.

Jangan lupa juga Berdo’a senantiasa kepada Allah tanpa mengenal jemu, bosan, payah, putus asa, dan
sebagainya.

Semoga baraya abah semua kita selalu siap untuk hidup dan menghidupkan wahyu ilahi.

MENGEJAR KEHIDUPAN SEBENARNYA

Oleh :Abah Uje

Asosiasi Studi Literasi Islami

“Kesungguhanmu mengejar apa yang sudah dijamin untukmu dan kelalaianmu melaksanakan apa yang
dituntut darimu, adalah bukti dari rabunnya mata hatimu”

Baraya, apakah Allah Maha Mengetahui? Ya

Kalau begitu Allah tahu apa yang terjadi esok? Ya

Baraya, apakah Allah tahu kapan kita meninggal? Ya, Dia yang menentukan ajal

Baraya, apakah Allah tahu bagaiman rezeki kita selama hidup? Ya, Dia yang menentukan rezeki

Bataya, apakah Allah tahu suatu saat nanti kita akan menjadi kaya, miskin, punya jabatan tinggi atau
nggak, dsb? Ya

Baraya, apakah Allah tahu segala apa yang terjadi di dunia dari awal hingga akhir nanti? Ya, Dia yang
memprogram takdir dengan sempurna. Allah Maha Mengetahui segalanya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya yang pertama kali diciptakan Allah
adalah qalam (pena). Allah berfirman kepada qalam tersebut, “Tulislah”. Kemudian qalam berkata,
“Wahai Rabbku, apa yang akan aku tulis?” Allah berfirman, “Tulislah takdir segala sesuatu yang terjadi
hingga hari kiamat.” (HR. Abu Daud. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Shohih wa Dho’if
Sunan Abi Daud).

Baraya abah, Allah Subahanhu wa Ta’ala telah mentakdirkan nasib manusia sejak di alam rahim. Pada
hakikatnya, Allah telah mentakdirkan segala sesuatu sejak 50.000 tahun sebelum diciptakannya langit
dan bumi.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Allah telah mencatat seluruh takdir makhluk lima puluh ribu tahun sebelum Allah menciptakan langit
dan bumi” [HR Muslim].

Takdir telah ditetapkan (takdir berbeda dengan nasib. Nasib bisa beruba. Kalau semua telah ditetapkan
lalu kenapa kita susah-susah berikhtiar hanya untuk mengejar keduniaan yang sebenarnya telah Allah
tetapkan?

Memang benar sekali baraya abah, dalam mencari rizki seseorang hendaknya berikhtiar (usaha) terlebih
dahulu, kemudian bertawakkal (menggantungkan harapan) hanya kepada Allah, sebagaimana yg
diperintahkan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam:

“Seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dg sungguh-sungguh, maka sungguh kalian akan diberikan
rizki oleh Allah sebagaimana Dia memberikan kepada burung. Pagi hari burung itu keluar dalam keadaan
kosong perutnya, kemudian pulang di sore hari dalam keadaan kenyang.”

Baraya abah, namun perlu juga diketahui, Rizki akan mengejar manusia, seperti maut yang mengejarnya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda:

“Sesungguhnya rizki akan mengejar seorang hamba seperti ajal mengejarnya“.[HR Ibnu Hibban]

Ibnu Athaillah dalam bukunya Al-Hikam mengatakan

“Kesungguhanmu mengejar apa yang sudah dijamin untukmu dan kelalaianmu melaksanakan apa yang
dituntut darimu, adalah bukti dari rabunnya mata hatimu”

Baraya abah kita mesti sadar bahwa hidup ini rumit. Takdir-Nya juga rumit jika dipikirkan. Kalau hidup
tidak ingin rumit, berfikirlah simple. Cukuplah fokus apa yang seharusnya dilakukan dan biarlah takdir
adalah urusan Allah

Tuntutan ayat pun memang sangat jelas "Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah
Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya (tulus ikhlas) dalam (menjalankan) agama dengan lurus,
dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang
lurus." (Al-Bayyinah:5)
Baraya abah, kita dituntut dalam menjalani hidup didunia ini Fokusnya cuma beribadah/berikhtiar
karena dan dengan cara perintah Allah. Berikhtiar tulus ikhlas agar dicintai Allah.

Rasulullah SAW bersabda, ”Barangsiapa yang menjadikan akhirat sebagai tujuannya, maka Allah akan
memberikan kekayaan kepada hatinya, memudahkan urusannya dan dunia (yang hina ini) akan datang
kepadanya (dengan sendirinya), dan barangsiapa yang menjadikan dunia sebagai tujuannya, maka Allah
akan memberikan (rasa) fakir kepadanya, mempersulit urusannya dan dunia tidak akan mendatanginya
kecuali apa yang sudah ditetapkan baginya.” (HR At-Tirmidzi).

Didalam hadist lain Dari Ibnu ‘Abbas RA., dia berkata, “Suatu hari aku berada di belakang Nabi SAW.,
lalu beliau bersabda, ‘Wahai Ghulam, sesungguhnya ku ingin mengajarkanmu beberapa kalimat
(nasehat-nasehat), ‘Jagalah Allah, pasti Allah menjagamu, jagalah Allah, pasti kamu mendapatinya di
hadapanmu, bila kamu meminta, maka mintalah kepada Allah dan bila kamu minta tolong, maka minta
tolonglah kepada Allah.

Baraya abah sebenarnya tidak ada paksaan untuk melarang manusia mengejar dunia. Ada dua pilihan,
mau pusing dan susah-susah mengejar dunia yang sebenarnya telah ditetapkan, atau mengejar akhirat
(pengen ketemu Allah, berjumpa dengan Allah Yang Maha Indah) dan Allah akan menundukkan dunia
(mencukupkan keperluan) untuk kita. Ini dikembalikan pada pilihan masing-masing.

Namun baraya semua, sudah pasti salah jika hidup mengharapkan dunia. Karena Allah mengatakan
barang siapa yang ingin dunia Allah kasih dan di akhirat tidak ada bagian, dan barang siapa yang ingin
akhirat Allah beri dunia.

Maksud dari ingin akhirat adalah mengikuti Rasullullah SAW dan para sahabat yaitu menyampaikan
rahmat keseluruh alam untuk investasi akhirat, ”

”Barang siapa menghendaki kehidupan sekarang (Duniawi), maka kami segerakan baginya di (dunia) ini
apa yang kami kehendaki. Kemudian kami sediakan baginya (di akhirat) neraka jahanam; dia akan
memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir.” (al-isro:18).

Baraya abah semua, semoga ini menjadi motivasi untuk kita semua agar dapat menentukan dari
sekarang akan tujuan hidup dan kehidupan sebenarnya, yaitu Ridho Allah dan akhirat yang mulia(surga).

Demikian dari Abah, dan semoga menjadi bermanfaat untuk kita wujudkan di kehidupan hari ini.

TUJUH INDIKATOR KEBAHAGIAAN DI DUNIA SAMPAI AKHIRAT

Oleh : Abah Uje

Asosiasi Studi Literasi Islami

Bismillahirrahmanirrahim
Baraya Abah , berbicara kebahagiaan tentunya kita semua sangat mengharapkannya bahkan berusaha
semaksimal mungkin untuk mencapai kebahagiaan, dan tak tanggung-tanggung bukan hanya
kebahagiaan dunia tapi kebahagian akhiratpun menjadi tujuan.

Pada kesempatan ini Abah ingin berbagi bagaimana kebahagiaan yang dicita citakan dicapai oleh kita
semua, inilah indikator- indikatornya :

1. QALBUN SYAKIRUN

Qolbun syakirun (hati yg selalu bersyukur). Artinya selalu menerima apa adanya (qana'ah), sehingga
tidak ada ambisi yg berlebihan, tidak ada stress, inilah nikmat bagi hati yg selalu bersyukur atas karunia
ilahi. (QS 13:28, 2:152, 16:18, 34:14, 55:13, 14:7)

2. AL-AZWAJU SHALIHAH

Al-azwaju shalihah (pasangan hidup yg shaleh/shalehah). Pasangan hidup yg shaleh/shalehah akan


menciptakan, suasana rumah & keluarga yg shaleh pula, terciptanya fatner yang hebat dalam ibadah,
politis, dan berekonomi syari'ah. (QS 51:49, 17:32, 24:32, 24:26)

3. AL-AULADUL ABRAR

Al-auladul abror (anak yg shaleh/sholehah). Do'a anak yg shaleh untuk orang tuanya dijamin dikabulkan
Allah Ta'ala, sehingga berbahagialah orang tua yg memiliki anak2 shaleh/shalehah yang kesolehanya
hasil peranan orangtuanya. (QS 17:23, 31:14, 46:15, 29:8, 25:74)

4. AL-BAIATU SHALIHAH

Al-baiatusholihah (lingkungan yg kondusif untuk iman kita). Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
menganjurkan kita untuk bergaul dengan orang-orang yang shaleh, yg selalu mengajak kepada kebaikan
& mengingatkan bila kita salah/keliru akan selalu mengingatkan . (QS 4:69, 51:55, 26:214, 5:2)

5. AL-MALUL HALAL

Al-malul halal (harta yg halal). Bukan banyaknya harta tetapi halalnya harta yg dimiliki. Harta yg halal
akan menjauhkan setan dari hati kita. Hati menjadi bersih, suci & kokoh, sehingga memberi ketenangan
dalam hidup. Berbahagialah orang yg selalu teliti menjaga kehalalan hartanya dengan cara selalu
mengeluarkan kewajiban dari hartanya dengan zakat, infaq shodaqoh. (QS 2:267, 43:36-37, 2:269, 2:155)

6. TAFAKUH FID-DIEN

Tafakuh fiddien (semangat untuk memahami agama). Dg belajar ilmu agama, akan semakin cinta kepada
agama & semakin tinggi cintanya kpd Allah Subhanahu wata'ala & Rasul-Nya. Cinta inilah yg akan
memberi cahaya bagi hatinya. (QS 45:20, 3:138, 5:16, 4:174, 2:269)

7. UMUR YANG BARAKAH.


Umur yang barokah artinya umur yg semakin tua semakin shaleh/shalehah, setiap detiknya diisi dg amal
ibadah. Semakin tua semakin rindu untuk bertemu dengan Sang Pencipta. Inilah semangat hidup orang2
yg umurnya barokah. (QS 2:96, 35:37, 36:68, 225).

Baraya semua semoga kita semua memperoleh anugrah dapat mencapai ke-7 hal tsb di atas, dg
memperoleh akhir hidup yg Husnul Khotimah, serta sepanjang masa penantian di alam kubur tersirami
oleh doa2 anak-cucu kita yg shaleh-shalehah, serta amal dari harta dan ilmu kita.

Aamiin ya rabbal alamiiin.

TERUS BERJUANG UNTUK MAU DAN MAMPU

Oleh : Abah Uje

Asosiasi Studi Literasi Islami

Bismillahirrahmanirrahim

"Kegagalan adalah sesuatu yang bisa kita hindari dengan tidak mengatakan apa-apa, tidak melakukan
apa-apa dan tidak menjadi apa-apa." (Denis Waitly)

Baraya Abah, Jika kamu mau berusaha mungkin kamu akan gagal, tapi jika kamu tidak mau berusaha
sudah pasti kamu akan gagal. Lebih rendah dan nol besar karena melangkahpun tidak mau atau tidak
berani.

Penakut menghadapi bayangan kekalahan atau halangan hasil ilustrasi otaknya sendiri.

Apa bedanya orang gagal dan orang malas? Orang gagal adalah mereka yang belum menyelesaikan
sebuah pekerjaan, sementara pemalas adalah mereka yang tidak mengerjakan apa-apa.

Mereka yang gagal lebih layak dihargai, sementara pemalas harus ditinggalkan. Meski sama-sama belum
menghasilkan apapun, tapi mereka yang gagal sudah berusaha. Para pemalas, mereka tidak
mengerjakan apapun! Nol besar

Lalu mengapa ada orang yang tidak mau mengerjakan apapun?

Apakah karena tidak mampu?Bukan...

Apakah karena tidak sempat?Bukan....

Tapi karena mereka memang TIDAK MAU

Di dunia para pemalas, kemauan adalah barang mahal. Ketika mereka merasa diri mereka tidak mampu,
biasanya sih mereka otomatis tidak mau melakukan apapun. Targetan, PR terbengkalai, belajarpun lesu,
shalat lalai, puasa menjadi tak bersemangat bahkan ngaji pun tidak mau. Cukup banyak orang-orang
yang berfikiran seperti ini.
Baraya Abah, macam-macam alasan yang muncul di benak mereka; takut gagal, takut malu, takut
merusak, dll. Bahkan ada berdalil, "al imanu yazid wayanqusu" dan sekarang kebetulan imanku sedang
turun dan lemah.

DUA TIPE MANUSIA

Baraya Abah, di dunia ini ada dua tipe orang.

Pertama, mereka yang tidak mau mencoba apapun merasa lemah dan tidak bisa hingga akhirnya mereka
memang tidak bisa mengerjakan apapun.

Kedua, mereka yang punya kemauan terkadang tanpa kemampuan dan keahlian. Mereka berusaha dan
akhirnya berhasil.

Baraya Abah percayalah, kemauan jauh lebih berharga ketimbang kemampuan. Karena, tidak ada orang
yang mendadak pintar kecuali diawali dengan kemauan berusaha.

Baraya, banyak orang yang semula tidak mampu namun menjadi seorang jawara,juara dan sang
pemenang karena kuatnya kemauan. Sebaliknya baraya abah banyak juga orang yang sebenarnya punya
talenta bagus, bahkan dijuluki multi talenan yang punya kemampuan hebat, tapi tidak berdaya karena
lemahnya kemauan dan keinginan.

Baraya Abah padahal didalam. Islam diajarkan " man Jada wajada" bahkan dikuatkan oleh seorang bijak
pernah berkata “Siapa yang berusaha, ia akan mendapatkannya”

Where is the will, there is the way…

Dimana ada kemauan disana ada jalan…

Percayalah baraya abah, sebenarnya sejak lahir Allah SWT sudah mengaruniakan kemauan kuat yang
alamaiah. Ia disebut gharizatul baqa’ , naluri mempertahankan diri bahkan dilengkapi dengan thabi'iyyah
naluri untuk mengikuti/ belajar.

Baraya abah kita bisa tafakuri pada seorang bayi yang akan lahir meronta-ronta dalam rahim ibunya.

Ia punya keinginan untuk keluar dan hidup, karena bila tidak keluar ia akan mati, walaupun Allahlah
yang mengeluarkannya q.s an-nahl 78.

Begitu kuatnya perjuangan sang bayi sampai membuat ibunya mengalami kontraksi yang hebat, dan
subhanallah.. persalinan pun berjalan sempurna. Berkat kemauan alamiahnya untuk hidup sang bayi
bisa merasakan dunia luar, berkumpul bersama kedua orangtua.

Ketika sudah berada diluar, ia pun terus berusaha dengan kuat dan bertahan hidup. Ia belajar mencari
dan menghisap ASI, mengunyah dan menelan makanan. Bayi juga belajar merangkak, berjalan sampai
akhirnya mampu berlari. Semuanya berawal dari kemauan alamiah untuk bertahan hidup.
Baraya abah ternyata tanpa kemauan yang kuat, pasukan Islam tidak akan mampu mengalahkan Persia
yang enam kali lebih banyak dalam perang Qadasiyah. Hanya orang munafik yang kemudian gentar dan
‘menggembosi’ saudara-saudaranya yang sedang berjuang. Dan hidup di dasar neraka adalah akhir
hidup mereka.

Tanpa kemauan yang kuat panglima Islam Thariq bin Ziyad tidak akan mampu menaklukan spanyol.
Walau secara teori matematis, tidak masuk akal.

Rosulullah bersama para sahabat melakukan perjuangan melawan para pembangkang dan pata penolak
aturan Allah dan Rosul kurang lebih 70 kali peperangan seringkali tidak berimbang kekuatan secara pisik
dan materialnay tapi karena kemauan yamg kuat akan karunia dan Rahmat serta nilai syahid yang di cita
citakanya Allah pun memberi kemenangan .

Subhanallah Allah Maha Penolong kepada hamba yang ikhlas dan berkemauan kuat.

Nah, jika bayi yang lemah saja memiliki kemauan yang kuat bagaimana dengan kita???

Baraya Abah, Allah sudah memberimu akal dan raga dan dayapun lengkap baik daya fikir (kecerdasan)
maupun daya dzikir(modal keimanan) yang sempurna.

Baraya abah seharusnya lebih hebat dari seorang bayi. Karena masa bayi sudah lewat dan sekarang
sudah lebih dari seorang bayi. Maka, peluangmu untuk menjadi orang yang lebih baik juga lebih besar.

Baraya abah mari kita menjadi lebih baik; Soal Kemauan

Untuk menjadi manusia yang lebih baik membutuhkan kemauan untuk berbagi, mau bersabar, mau
belajar dari kesusahan, mau memahami taqdir dan menerima takdir Allah apa adanya, mau bersyukur,
dan mau meniti langkah untuk mencapainya. Dan itu membutuhkan kemauan selain juga usaha.

Baraya abah saat kita merasa pernah mengerjakan sesuatu yang keliru, kita harus mau mengambil
kesempatan untuk mengubahnya. Bertobat dan memperbaiki kesalahan-kesalahan kita, dan jangan
pernah ngotot dalam kesalahan dan dosa. Kita pun musti percaya bahwa Allah Maha Pengampun. Dan
itulah pelajaran emas yang harus diingat dan tidak terulang kembali.

Maka, baraya abah jangan matikan semua kebaikanmu, talentamu dan masa depanmu dengan
memadamkan kemauanmu, menjadi seorang pemalas.

Ingat baraya abah, kebaikan dan kebahagiaan bukanlah milik seorang pemalas. Bahkan, sedemikian
malasnya seorang pemalas sampai-sampai merasa malas meski hanya untuk memiliki sebuah kemauan.
Na’udzubillahi mindzalik...

Baraya abah,mari kita telaah sebuah hadist, "barangsiapa menyenangi amalan kebaikannya dan
menyedihkan (bersedih dengan) keburukannya maka dia adalah seorang mukmin." (HR. Al Hakim)

"Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai Allah daripada seorang mukmin yang lemah
dalam segala kebaikan."
Baraya abah, peliharalah apa-apa yang menguntungkan kamu dan mohonlah pertolongan Allah, dan
jangan lemah semangat (patah hati). Jika ditimpa suatu musibah janganlah berkata, “Oh andaikata aku
tadinya melakukan itu tentu berakibat begini dan begitu”, tetapi katakanlah, “Ini takdir Allah dan apa
yang dikehendaki Allah pasti dikerjakan-Nya.”

Ketahuilah, sesungguhnya ucapan: “andaikata” dan “jikalau” membuka peluang bagi (masuknya) karya
(kerjaan) setan.” (HR. Muslim)

Aku mengagumi seorang mukmin. Bila memperoleh kebaikan dia memuji Allah dan bersyukur. Bila
ditimpa musibah dia memuji Allah dan bersabar. Seorang mukmin diberi pahala dalam segala hal
walaupun dalam sesuap makanan yang diangkatnya ke mulut isterinya. (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Demikianlah baraya abah rahimakumullah. Semoga kita terus bertekad untuk kuat dan siap.

Baraya dijauhkanlah dari sifat sombong dan takabur karena, kita mampu dimampukan , kita bisa
dibisakan, kita pintar dipintarkan, semua atas karunia dan kasih sayang Allahlah kita ada dan hadir
didunia ini untuk mengabdikan secara totalitas

Amin ya robbal'alamin

MILITANSI LITERASI DAKWAH ISLAM

Oleh: Abah Uje

Asosiasi Study Literasi Islami

Baraya semua mari kita telaah Konstelasi politik dunia sekarang mengarah kepada kejatuhan ideologi
Kapitalisme-liberal. Hal ini membuka peluang bangkitnya Islam sebagai peradaban terbesar di abad ini.

Namun baraya semua, kebangkitan Islam memerlukan sumberdaya manusia yang sangat tangguh,
bertanggungjawab dan bertanggung resiko dalam memperjuangkanya.

Kenapa baraya semua, Karena kaum muslimin tidak sekedar dituntut membawa umat manusia untuk
bangkit, tetapi juga agar tetap tegak berdiri menopang kekokohan peradaban. Generasi demi generasi
muslim berikutnya akan silih berganti membangun peradaban umat manusia.

Baraya semua lihatlah generasi kita saat ini memiliki tanggung jawab mengentaskan diri dari
keterpurukan. Generasi berikutnya bangkit berdiri memimpin umat untuk bergerak.

Demikian baraya semua generasi seterusnya harus senantiasa bergerak menuju ketinggian, dari
ketinggian menuju yang lebih tinggi lagi.

Baraya, inilah pencapaian muslim untuk mewujudkan secara nyata “Islam Rahmatan lil ‘Alamiin” dan
melihat dalam wujud sebuah peradaban ” al Islamu Ya’luu wa laa Yu’laa alaih“.

Militansi Dakwah dalam Meraih Tujuan


Istilah militansi sering dimaksudkan sebagai kesungguhan, kerja keras dan mengerahkan segenap
kesanggupan untuk meraih tujuan yang diinginkan.

Baraya, dalam konteks militansi meraih tujuan ini, seseorang rela berpayah-payah, bekerja keras, tidak
berleha-leha bahkan menanggung derita agar bisa meraih sesuatu yang dipandangnya sebagai
kebenaran. Sesuatu yang dimaksud ini adalah hal berharga dalam hidupnya.

Baraya, sebenarnya setiap manusia memiliki potensi eksistensi diri. Berbagai cara dilakukan untuk
mewujudkan eksistensi ini.

Potensi yang merupakan bagian dari naluri ini menjadi modal awal untuk manusia bisa bertahan hidup
(survive) di tengah komunitasnya. Naluri ini juga menjadi potensi awal untuk melakukan pencapaian-
pencapaian nilai dalam hidupnya.

Baraya semua,di dalam alquran sudah jelas dasar militansi seseorang hamba allah Q. S. Asshof ayat 4

"Sesungguhnya Allah sangat Cinta kepada orang orang yang berjuang bersungguh sungguh dijalan fie
sabilillah dengan benar tertib disiplin, seperti sebuah bangunan yng berdiri kokoh".

Baraya, ketahuilah bahwa seseorang yang mengganggap pencapaian tertinggi dalam hidupnya adalah
meraih prestasi dan prestise di hadapan manusia, akan sanggup berpayah-payah untuk mewujudkan
prestasi dan prestise tersebut. Ia akan bisa bekerja keras siang dan malam serta mengorbankan
kekayaannya untuk peraihan prestasi dan prestise.

Namun baraya sebelum mewujudkan keinginannya, tentu ia harus mengukur terlebih dahulu apa
prestasi yang bisa meninggikan prestise di mata masyarakat.

Inilah baraya sebabnya mengapa ada yang sanggup membeli gelar sarjana, master, doktoral dengan
hartanya. Atau seseorang yang bisa dengan gigihnya mengumpulkan kekayaan tanpa memandang halal
dan haram agar bisa terpandang di mata manusia.

Baraya mari kita lihat, Ukuran prestasi dan prestise pun bisa bermacam-macam sesuai dengan tolok
ukur yang saat itu menjadi budaya di tengah masyarakat. Karena sesuai dengan selera masyarakat, maka
akan terjadi perubahan dari satu tempat ke tempat lain dan dari satu zaman ke zaman lain.

Baraya, Itulah sebabnya mengapa di masyarakat Jawa dulu dikenal istilah priyayi dan wong Ndeso. Ada
ningrat dan rakyat kebanyakan.

Ada kebanggaan tersendiri menyandang predikat priyayi dan ningrat. Seperti juga dalam masyarakat
India atau Bali yang mengenal istilah kasta Brahmana, Satriya, waisya dan Sudra. Ada kerendah dirian
dalam diri kasta sudra.

Atau pandangan masyarakat umumnya terhadap istilah majikan, orang merdeka, mantan budak (maula)
dan budak. Masing-masing memiliki nilai dan rasa prestise tersendiri.
Prestasi dan prestise pada masyarakat kapitalis terukur dari seberapa banyak materi yang dimiliki.
Biasanya dilihat dari mobil apa yang dikendarai, baju desainer mana yang dikenakan, sepatu dan tas
merk apa yang dipakai dan berlian yang menghiasinya.

Baraya semua, Istilah sosialita juga menunjukkan level kelas tersendiri dalam komunitas pergaulan,
tentu dalam ukuran para kapitalis.

Pencapaian-pencapaian nilai inilah yang akan mendorong manusia untuk bersungguh-sungguh


melakukan perbuatan. Semakin bernilai tujuan tersebut di hadapannya, maka militansinya dalam meraih
nilai tersebut semakin besar.

Bayangkanlah baraya semua, seseorang yang menyebarkan uang receh seratusan rupiah di tengah
kerumunan banyak orang dengan seseorang yang menyebarkan lembaran-lembaran uang seratusan
ribu rupiah. Yang menyebarkan seratus rupiah hanya akan dilirik, sementara yang seratus ribuan akan
dikerubuti.

Maka baraya semua, nilai yang tinggi dan Tidak akan ada yang bisa membendung pergerakan besar
dalam skala jumlah manusia yang besar ini. Inilah militansi ideologi.

Militansi Harus Berbasis Ideologi Islam yang Sempurna

Baraya semua, perjuangan manusia untuk meraih harapan dan cita-citanya memiliki dorongan dan
motivasi tersendiri.

Perjuangan meraih kemerdekaan dan mempertahankan negeri ini didorong oleh keinginan untuk bebas
dari belenggu penjajahan yang telah menumpuk penderitaan. Penjajahan Belanda di Indonesia yang
telah berlangsung berabad-abad memunculkan penderitaan dan kesengsaraan tersendiri bagi bangsa ini.

Keinginan untuk bangkit dan bebas dari belenggu penjajahan mencapai titik tolak yang menggerakkan
ketika muncul kesadaran di kalangan generasi berpendidikan bahwa penjajahan bersifat menindas dan
kemerdekaan yang sejati adalah cita-cita yang luhur.

Namun yang tak pernah terungkap secara jujur oleh tokoh-tokoh nasionalis adalah bahwa sesungguhnya
kemerdekaan di Indonesia berhutang banyak pada motivasi ideologi yang tertanam dalam jiwa para
pejuang islam.

Keberanian para pejuang islam dalam membela tanah air ini dimotivasi oleh jihad fii sabiilillah yang telah
menetapkan nilai ruhiyah (kesadaran hubungan hamba dengan Allah SWT) bahwa tujuan tertinggi
hanyalah “hidup mulia –dalam konteks merdeka—atau mati syahid”.

Militansi para pejuang islam yang juga dilandasi dengan ayat Allah Q. S. Attaubah 111.

Namun motivasi ideologi tidak akan langgeng tanpa kekuatan dan kemurnian ideologi tersebut.

Baraya semua kita juga tahu tidak sedikit tokoh-tokoh yang berkompromi. Mereka beranggapan bahwa
sedikit kompromi hanyalah untuk menyelamatkan situasi.
Selanjutnya akan ada perbaikan menuju kesempurnaan. Padahal yang terjadi adalah sekali kompromi
maka akan selalu terjebak pada situasi kompromi.

Mengkompromikan ideologi yang satu dengan ideologi yang lain, tidak akan menguatkan ideologi
manapun. Dan kenyataannya ideologi Islam yang benar, tak mengenal kompromi.

Islam sebagai sebuah ideologi, memiliki pemikiran dasar bahwa tidak ada Tuhan selain Allah SWT dan
Nabi Muhammad SAW adalah utusanNya. Pemikiran dasar ini menjadi asas berbagai pemikiran tentang
kehidupan.

Baraya semua, hal ini juga menjadi dasar keyakinan bahwa Allah SWT menurunkan aturan (hukum) yang
menjadi rambu-rambu bagi manusia dalam menjalani hidupnya, mengatur tata cara beribadah, tata
cara memenuhi seluruh kebutuhan dan naluri, tata cara saling berinteraksi, tatac ara mengelola
lingkungan, wilayah, negara bahkan semesta.

Baraya semua, Aturan ini termaktub dalam Al Qur’anul Karim, Kitab Suci yang diturunkan Allah SWT
kepada RasulNya dan seluruh sabda serta perilaku Rasulullah Saw yang dimaksudkan sebagai
penjelasan al Wahyu.

Allah SWT berfirman: “Apakah hukum jahiliyyah yang mereka kehendaki? Adakah yang lebih baik
daripada hukum Allah bagi kaum yang meyakini?” (T

Q.S al Maidah: 50)

Islam sebagai ideologi memunculkan komitmen bahwa setiap muslim harus berpegang teguh kepada
risalah Allah SAW.

Risalah Allah SWT sebagai petunjuk hidup, pedoman prilaku, koridor menyelesaikan masalah dan
rambu-rambu meniti jalan menuju kebangkitan.

Demikianlah baraya semua, semoga kita yang diberi amanah tugas hidup didunia ini benar benar
memiliki dasar yang kuat , beridiologi yang benar, bersikap yang sesuai quran dan sunnah.

Semoga pula Allah melimpahkan tolong dan karunianya kepada kita sebagai pengemban amanah
terutama sebagai penyampai pesan Allah dan Rosul agar kita memiliki sifat dan karakter militansi, serta
Allah anugerahkan rizqi faham dan risqi sadar kepada kita .

Salam literasi dakwah

HAKIKAT SABAR ADALAH KUAT BERKUALITAS TINGGI

Seseorang terkadang hanya mengartikan sabar itu adalah siap untuk menunggu , mampu meredam
emosi saat marah,bertahan ketika menghadapi kesulitan .

Apa saja sih yang disebut sabar yg hakiki yang akan mampu menghantarkan kita kepada kualitas yang
tinggi sebagai hamba Allah?
Mari kita fahami dan sadari bersama diantaranya :

1. Sabar adalah Kerja Keras

Apa sih maksud dari arti sabar adalah kerja keras , mugkin kita bisa contohkan dalam kita melakukan
sebuah tugas membuat perubahan melalui penyadaran penghantaran kesadaran akan tugas dan
tanggungjawab hidup di dunia melalui syiar dakwah baik melalui langsung ataupun melalui media sosial
tapi tidak afa seorang pun yang merespon bahkan sepi sekali dan dianggap kohal, lalu kita diam dan
menunggu bahkan merasa bosan sampai semangat pun redup maka tindakan ini adalah salah.

Namun kita harus terus berusaha dan bekerja keras dalam mengembangkan usaha dakwah yang kita
jalani bukannya pasrah , sehingga jika seseorang bilang dia sabar namun tidak berusaha untuk berubah
dan bekerja keras maka itu hanyalah sebuah kata-kata yang tidak bisa di pertanggung jawabkan karena
sabar itu adalah mereka yang mau bekerja keras dan tidak pasrah menunggu hasil.

2. Sabar Aktif dan Sabar Pasif

Orang sabar itu bukanlah orang yang diam saja pasrah akan hasil melainkan orang sabar itu harus aktif
dimana sabar aktif adalah sabar yang selalu diikuti oleh sebuah proses , semisalkan kita ada masalah kita
bukan hanya sekedar sabar menerima namun kita harus sabar dan mencari solusi.

Janganlah kita menjadi sabar pasif dimana sabar pasif hanya sabar dan tidak melakukan apa-apa ,
semisalkan nilai persentasi dan usaha kita jelek maka kita hanya sabar dan menerima , dan tidak
berusaha memperbaiki.

Oleh karena itu perlu ditekankan bahwa sanya sabar itu haruslah diterapkan dalam semua hal dalam
kehidupan kita termasuk berusaha,belajar,menghadapi masalah , menyelesaikan masalah hingga dalam
ibadah pun kita harus bersabar.

Karena sebenar benarnya wajib kita fahami bahwa Semakin tinggi kualitas kesabaran kita , maka
semakin tinggi tingkat keimanan kita.

3. Sabar Adalah Bahan Bakar Bukan Tindakan

Banyak dari kita berpikir bahwa sabar adalah sebuah tindakan sehingga kita bersabar hanya menunggu
bukan malah menyelesaikan , sabar itu merupaan sebuah bahan bakar untuk kita menyelesaikan sebuah
masalah dan sebagainya.

Saat kita bersabar maka kita tidak melakukan sesuatu maka kita hanyalah orang sabar pasif , namun saat
kita bersabar itu hanyalah sebuah awal untuk kita bergerak dalam melakukan sesuatu seperti halnya
sebuah kendaraan yang membutuhkan bahan bakar untuk bergerak.

Dengan kita bersabar maka semua tindakan yang kita lakukan akan menjadi berkualitas dan membuat
kita mejadi tangguh, Seperti halnya saat kita menginjak sesuatu yang tajam maka kita tidak akan bilang
"Aduh".
Kesabaran Tidak Terbatas

Kesabaran itu tidak lah terbatas , hanya saja kita sendiri yang membatasinya.

Sehingga ada yang sering berkata "Sabar itu ada batasnya" maka secara tidak langsung dia membatasi
kesabarannya sendiri ,karena kata-kata adalah do'a.

Terkadang saat seseorang menahan amarah bukan lagi sebuah bentuk kesabaran melainkan bentuk dari
sebuah kepasrahan karena sabar itu merupakan sebuah kerja keras yang dimana sabar itu aktif dalam
melakukan sesuatu , karena sabar itu adalah bahan bakar.

terkdang kita boleh marah asalkan itu demi sebuah kebaikan dan untuk meningkatkan kualitas serta
bentuk motivasi dan kadeudeuh bukan dari sebuah kebencian.

Seperti misalkan keluarga kita ada yang melakukan tindakan yang tidak benar maka kita harus bisa
memarahi dia dengan cara menasehatai yang benar seperti apa.

Karena marah untuk hal yang baik itu adalah bentuk dari kesabaran.

4. Sabar Bukan Berarti Tidak Berdaya

Orang sabar bukan orang lemah dan melenoy, melainkan orang yang kuat dan mampu bertahan dalam
segalanya.

Orang yang sabar bukanlah mereka yang tidak memiliki kekuatan untuk menghadapi kerasnya hidup.

Tapi orang sabar adalah para ksatria hebat yang memiliki kekuatan dan ketangguhan untuk bertahan
dan menyerang.

Mereka bertahan ketika menghadapi berbagai tantangan uang membutuhkan pertahanan seperti
menahan emosi, menghadapi klient, musibah atau menunggu sesuatu.

Sedangkan mereka akan menyerang ketika emghafapi beberapa hal yang harus dituntaskan, seperti
menyelesaikan tantangan , targetan, maka kesabaran dapat menunjukan tingkat ketangguhan
seseorang.

5. Sabar Adalah Berjuang Pantang Menyerah

Ketiak anda ditugaskan untuk sabar menunggu bukan berarti harus bertahan menunggu hingga selesai,
tapi aryi dari kesabaran ini adalah anda harus berjuang pantang menyerah untuk melawan keinginan
berhenti menunggu.

Ketiak ada cercaan dari orang lain bersabarlah. Maksudnya terus berjuang pantang menyerah untuk
menahan diri dari emosi negatif yang mungkin bisa memperburuk suasana, dan sabar adalah kunci
untuk bisa menahan emosi.
Apapun yang ditugaskan baik lagi lapang, sempit, cape bahkan yang enak pun tetap maju kedepan
dengan bertanggung jawab dan tanggung resiko menghadapinya tanpa ada kata menyerah.

Semoga menjadikan kita lebih berkualitas dengan tetap sebagai orang yang sabar berkualitas. Amin.

SUKSES ITU SHOBAR KUNCINYA

Apa yang menyebabakan seseorang tidak bisa mencapai apa yang mereka inginkan meskipun telah
melakukan kerja keras dan upaya yang dibutuhkan untuk sukses?

Sahabat sekalian satu hal yang pasti adalah sikap tergesa-gesa atau ketidaksabaran yang kita tidak
sadari. Kita terlalu berharap untuk melihat hasil nyata dari usaha kita. Kita tidak tahu bahwa segala
sesuatunya membutuhkan proses.

Dalam menggapai cita-cita tidak seperti membalikkan telapak tangan. Dibutuhkan waktu dan
kesabaran agar mendapatkan hasil yang baik dimata Allah seperti yang diinginkan kita sejak awal.

Menikmati proses adalah cara termudah untuk mencapai kesuksesan. Mungkin kita akan
menanyakan, bagaimana kita bisa menikmati proses? Kesabaran dan tawakal adalah kuncinya. Inilah
yang kita perlu ketahui sebuah bentuk dalam diri kita.

Kesabaran memberi pemahaman bahwa, apapun yang kita lakukan membutuhkan satu upaya dan
usaha maksimal tanpa mengharapkan hasil langsung. Artinya kita tidak terbelenggu oleh keinginan kita
sendiri, kita mengendalikan impian bukan impian yang mengendalikan diri kita sendiri.

Sahatku sekalian orang sabar adalah mereka yang istiqomah dan mampu melawan sifat malas dan
selalu memohon kepada Allah agar dijauhkan dari ketidaksabaran yang ada dalam diri kita. Artinya sabar
itu bukan diam dan pasrah begitu saja atau terbelenggu dengan keadaan. Terus lakukan usaha
smaksimal mungkin agar kita mendapatkan hasil yang baik.

Nah dalam proses inilah seharusnya dari kita memasrahkan segala bentuk upaya yang kita lakukan
kepada Allah agar senantiasa diberikan petunjuk dalam mencapai kesuksesan yang kita impikan.

Kesuksesan hanyalah sebuah hadiah atau hasil dari upaya yang dilakukan secara konsisten yang
dibina melalui kesabaran. Sabar merupakan kunci segala-galanya. Sabar adalah kunci kesuksesan. Sabar
adalah kunci kebahagiaan. Sabar adalah inti dan esensi menikmati hidup ini.

Semoga kita semua senantiasa dibimbing dan diarahkan oleh Allah SWT dalam mencpai segala
sesuatu yang kita harapakan.

Aamiin Ya Allah ya rabba'alamiin

MEMBANGUN KESOLEHAN SECARA TOTAL

Sering kita dengar dari kalangan Muslim, orang yang mempertentangkan antara kesalehan individual
dan kesalehan sosial. Mereka memisahkan secara dikotomis antara dua bentuk kesalehan ini. Seolah-
olah dalam Islam memang ada dua macam kesalehan: “kesalehan individual/ ritual” dan “kesalehan
sosial”.

Dalam kenyataannya, kita juga melihat masih terdapat ketimpangan yang tajam antara kesalehan
individual dan kesalehan sosial. Banyak orang yang saleh secara individual, namun tidak atau kurang
saleh secara sosial.

Kesalehan individual kadang disebut juga dengan kesalehan ritual, kenapa? Karena lebih menekankan
dan mementingkan pelaksanaan ibadah ritual, seperti shalat, puasa, zakat, haji, zikir, dst. Disebut
kesalehan individual karena hanya mementingkan ibadah yang semata-mata berhubungan dengan
Tuhan dan kepentingan diri sendiri. Sementara pada saat yang sama mereka tidak memiliki kepekaan
sosial, dan kurang menerapkan nilai-nilai islami dalam kehidupan bermasyarakat. Pendek kata,
kesalehan jenis ini ditentukan berdasarkan ukuran serba formal, yang hanya hanya mementingkan
hablum minallah, tidak disertai hablum minan nas.

Sedangkan “Kesalehan Sosial” menunjuk pada perilaku orang-orang yang sangat peduli dengan nilai-nilai
islami, yang bersifat sosial. Bersikap santun pada orang lain, suka menolong, sangat concern terhadap
masalah-masalah ummat, memperhatikan dan menghargai hak sesama; mampu berpikir berdasarkan
perspektif orang lain, mampu berempati, artinya mampu merasakan apa yang dirasakan orang lain, dan
seterusnya.

Kesalehan sosial dengan demikian adalah suatu bentuk kesalehan yang tak cuma ditandai oleh rukuk
dan sujud, puasa, haji melainkan juga ditandai oleh seberapa besar seseorang memiliki kepekaan sosial
dan berbuat kebaikan untuk orang-orang di sekitarnya. Sehingga orang merasa nyaman, damai, dan
tentram berinteraksi dan bekerjasama dan bergaul dengannya.

Dalam Islam, sebenarnya kedua corak kesalehan itu merupakan suatu kemestian yang tak usah ditawar.
Keduanya harus dimiliki seorang Muslim, baik kesalehan individual maupun kesalehan sosial.

Agama mengajarkan “Udkhuluu fis silmi kaffah !” ( Q. S. Al-baqoroh 208 ) bahwa kesalehan dalam Islam
mestilah secara total !”. Ya shaleh secara individual/ritual juga saleh secara sosial.

Karena ibadah ritual selain bertujuan pengabdian diri pada Allah juga bertujuan membentuk ke
kepribadian yang islami sehingga punya dampak positif terhadap kehidupan sosial, atau hubungan
sesama manusia.

DAKWAH ITU MENYAMBUNGKAN BUKAN MENYOMBONGKAN

Sahabat Kang Asmud, jika saja umat islam tidak berdakwah maka kita akan tergilas oleh dakwahnya iblis
dan para pengikutnya. Kita tahu bahwa iblis tidak akan pernah diam. Mereka selalu bergerak dari
berbagai arah (QS. 7:17). Maka pilihannya "Go or Die" ?

Didalam kehidupan ini kita sadar bahwa kita adalah makhluk sosial yang satu sama lain saling
membutuhkan. Tidak bisa hidup sendirian. Sendiri itu berat. Kamu gak bakalan kuat.
Kang Asmud bisa bilang bahwa jihad hari ini adalah dakwah. "Ta'muruuna bil ma'ruf wa tanhauna anil
munkar". Menyuruh kepada yang baik dan melarang kepada keburukan.

Ketika kita diseru untuk berjihad atau kalau bahasa gaulnya adalah berperang di jalan Allah untuk
menumpas program syetan.

Allah SWT berfirman:

"Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa apabila dikatakan kepada kamu, Berangkatlah (untuk
berperang) di jalan Allah, kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu lebih
menyenangi kehidupan di dunia daripada kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini
(dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit." (QS. 9:38)

Ayat diatas memerintahkan kepada kita untuk berdakwah. Kebanyakan orang yang beriman hari ini
merasa berat apabila diseru untuk berdakwah. Mungkin lagi musimnya Dilan. Jadi agak berat kalau
diajak urusan akhirat.

Sahabat Kang Asmud, dakwah itu berbeda dengan ceramah. Dakwah itu sebuah gerakan nyata (The Real
Action) untuk menyelamatkan manusia dari api neraka. Maka bersyukurlah jika ada yang datang
kepadamu dan memberitahumu akan sebuah esensi hidup dan esensi keimanan.

Maka bagi setiap umat yang beriman akan dipinta pertanggungjawaban nanti di akhirat sana. Jika
selama di dunianya terus berdakwah maka selamatlah ia. Namun jika sebaliknya, ia akan celaka.

Allah SWT berfirman:

"Maka, pasti akan Kami tanyakan kepada umat yang telah mendapat seruan (dari rasul-rasul) dan Kami
akan tanyai (pula) para rasul," (QS. 7:6)

Sampai kapan kita berhenti berdakwah ? Teruslah berdakwah sampai Allah katakan "kamu sudah
saatnya pulang." Jangan pernah putus asa dan jangan pernah takut. Berhenti berdakwah berarti matilah
kita. Terus perbaiki diri kita juga sehingga Allah mudahkan kita untuk bisa mengajak orang lain.

Kemudian ketika berdakwah jangan pernah membedakan jenis manusia. Mau dia muda atau tua, baik
atau buruk, gelandangan, preman, pokoknya semua orang yang teresesat, mereka berhak mendapat
hidayah-Nya.

Allah SWT berfirman:

"Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata, Mengapa kamu menasihati kaum yang akan
dibinasakan atau diazab Allah dengan azab yang sangat keras? Mereka menjawab, Agar kami
mempunyai alasan (lepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu, dan agar mereka bertakwa." (QS. 7:164).

Itulah mengapa kita tidak boleh pilih pilih dalam berdakwah. Semuanya berhak mendapat cahaya.
Semua berhak mendapat kebenaran. Jangan mengklaim hidup mereka sudah buruk, justru kita sedang
mengklaim hidup kita buruk. Orang yang membicarakan keburukan orang lain, sesungguhnya ia sedang
memperlihatkan keburukannya.

Kalau menurut Kang Asmud, dakwah itu menyambungkan kepada tauhid. Silaturahmi yang mewujudkan
satu kesatuan, satu kekuatan, satu ikatan, satu visi dan misi untuk meruntuhkan program Iblis yang jauh
jauh hari sudah dideklarasikan.

Kalau kata Gus Mus, dakwah itu mengajak bukan mengejek. Dakwah itu merangkul bukan memukul.
Dakwah itu mencintai bukan memusuhi. Dakwah itu memberi arti bukan mencari maki. Dakwah itu
keindahan bukan kerusakan.

Terakhir dari Kang Asmud, dakwah itu mentauhidkan Allah bukan malah memecah belah.

Saya cinta Indonesia, mari kita kerja sama dan sama sama kerja untuk membangun Indonesia yang
berperadaban Islami.

BERANI JUJUR DIDALAM KEHIDUPAN MELALUI KESADARAN AKAN PENGAWASAN ALLAH SWT

Oleh : Abah Uje

Baraya semua, mari kita sadari bahwa kita sebagai seorang hamba, mu'min tentunya harus menyadari
akan pengawasan ALLAH SWT, baik yang nyata ataupun yang tersembunyi, lahir ataupun batin.

Tiada yang terlepas dari pengawasan ALLAH semuanya diketahui bahkan dari lubuk hati, lintasan hati,
kedipan mata yang menyeleweng q.s.40: 19

Baraya semua, kita ada dalam system ALLAH yang sangat canggih selainya tidak akan ada yang pernah
menyainginya q.s.50 : 16-18

1. Allah yang menciptakan manusia

2. Allah yang mengetahui bisikan hati

3. Allah lebih dekat daripada urat leher

4. Allah menempatkan dua malaikat di kanan dan di kiri manusia yg ditugaskan mencatat segala amalnya.

Tidak Ada yang Luput

Di alam ini semua tidak ada yang dapat luput dari pengawasan Allah.

Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau mendzahirkanya pastilah Allah maha
mengetahui q.s.ali imran :29.

Allah SWT mengetahui yang rahasia dan yang lebih tersembunyi q.s. thaha :7 dan banyak pula ayat-ayat
yang lainya yang serupa mengenai pengwasan ALLAH.

AYAT yang BERAT


Baraya apa yang kita lakukan baik yang langsung dinyatakan ataupun yang tidak langsung dinyatakan
semua didalam pengawasanaya dan pada akhirnya semuanya akan dihadapkan kedalam konsekwensi
penghisaban duhadapan ALLAH.

Mari kita telaah dalm surat 2 ayat 284 ketika ayat ini diturunkan bahwa Allah akan menghisab baik yang
dinyatakan maupun yang disembunyikan.

Pada waktu itu para sahabat merasa berat sekali, mereka datang menghadap baginda Rasulullah SAW
dan bersideku diatas lutut mereka seraya berkata

"Wahai Rasulullah, kami telah dibebani amal-amal yang memberatkan kami, yaitu shalat, saum, jihad
dan sedekah (zakat),sedangkan telah diturunkan kepadamu ayat ini dan kami tidak kuat
menyanggahnya."

Begitu Rasulullah SAW mendengar keberatan para sahabat dengan tuntutan kejujuran dalam
menjalankan tugas dan amanah hidupnya maka beliau menjawab :

‫صير قالُوا سمعنا و اطعنا‬ِ ‫فرانَكَ ربنا َ َواِليكَ ال َم‬


َ ‫غ‬ُ َ ‫صينا َ بَل قولوا سمعنا و اَطعنا‬ َ ‫سمِ عنا َ َو‬
َ ‫ع‬ ِ َ‫اَتُريدُونَ اَن تَقُولُوا كَما َ قَال اَه ُل الكتاب‬
َ ‫ين من قبلكم‬
‫غفرانك ربّنا و اِليك المصير‬

" Apakah kalian ingin mengatakan seerti yang dikatakan dua ahli kitab sebelum kalian, 'kami dengar
kami menyalahinya' (mereka berdoa) " ampunilah kamibya tuhan kami dan kepada engkaulah tempat
kembali". merka mengatakan "kami dengar dan kami ta'at" (mereka berdoa) "ampunilah kami ya tuhan
kami dan engkaulah tempat kembali".

Rasulullah SAW menggambarkan jawaban pernyataan dan keluhan yang pernah dinyatakan para ahli
kitab waktu dulu ketika ada tugas dan amanah mereka menyatakan kami mendengar dan kami berpaling
tidak merealisasikanya.

Padahal seharusnya bagi seorang yang telah memperoses dirinya dalam keimanan ketika ada tugas dan
amanah dalam hidup kita segera "kami memperhatikan/ mendengar dan kami siap melaksanakan
keta'atan"

Selanjutnya setelah melaksanakan amanah tersebut seorang yang beriman dituntut untuk melakukan
evaluasi( intropeksi) beristighfar kepada Allah jikalau yang dilaksanakan banyak salahnya, atau kurang
sesuai dengan prosedur dan mekanisme yang di ajarkan oleh syari'at.

Baraya semua ternyata tidak cukup sampai disitu Rasulullah mengarahkan para sahabatnya untuk
menyeimbangkan supaya tidak terjadi kesombongan diantara para sahabat yng menjalankan tugasnya
untukbmengembalikan segala sesuatunya kepada Allah.

Semua dituntut jujur bahwa ALLAH maha mengawasi dan semuanya sudah menjadi kehendakNya. Kita
hanya menjalankan secara teknis adaun prinsifnya dari Allah dan strategisnya dari Rasulullah.

Pujian dan Penghapusan


Ucapan yang dilontarkan oleh mereka ahli kitab kemudian diabadikan oleh Allah dalam ayat yang
selanjutnya (2:285)

Ayat itu sebagai pujian dari Allah SWT dan hukum ayat sebelumnya (2:284) selanjutnya dihapus dengan
ayat (2:286).

Tidak Perlu Banyak POLISI

Baraya semua ketika semua menyadari akan kejujuran terhadap pengawasan ALLAH terhadap semua
makhluk trrutama manusia khusunya umat islam, yang begitu sangat ketat pengawasanya tentunya
tidak perlu banyak polisi.

Karena seorang yang beriman dan berislam masing-masing sudah mengawasi diri mereka sendiri. Dan
tidak akan pernah melakukan sebuah pengkhianatan akan tugas dan tanggungjawab didalam
kehidupanya dimanapun dan kapanpun berada.

Baraya semua, bukankah ketika banyaknya polisi karena makin banyak tindakan kejahatan,
pengruksakan, pengkhianatan dan kedzholiman diantara sesama makhluk?

kalau demikian jadinya berarti masyarakat akan tambah ruksak dan berkhianat.

Oleh sebab itulah, mari kita tambah kesadaran dan pengetahuan kita akan eksistensi Allah yang ada
pada diri kita dan yang ada di alam ini. Agar semuanya aman sejahtera , tentram dan damai dalam
melaksanaian tugas suci pengabdian kepada Allah SWT.

Wallahu 'alam bishowab.

MENCINTAI DALAM ASMA ALLAH SWT

Oleh : ABAH UJE

‫اَل َم َحب ُۃ‬

Cinta adalah karunia ALLAH yang diberikan kepada makhlukNya dan cinta merupakan kata yang paling
banyak dibicarakan bahkan cinta adalah sebuah hiasan bagi manusia

Q.s.Ali Imran 14

‫ت‬ ّ ‫اس حُبُّ ال‬


ِ ‫ش َه َو‬ ِ ‫ُز ِّينَ لِلن‬

Dijadikan indah pada pandanagan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini

Apa Yang Dicintai Manusia...?

Didalam kehiduan manusia tidak lepas dari aspek aspek yang bisa menjadikan kecintaan diantaranya:

1.Wanita
2.Anak-anak

3.Harta yang berlimpah

4.Kendaraan yang mewah

5.Perusahaan yang maju

6.Tanah yang banyak

Itu semua merupakan kesenangan kehidupan dunia.

ISLAM telah mengatur tentang Cinta menjadi dua bentuk

1. Cinta yang Syar'i

2. Cinta yang bukan Syar'i

Cinta yang syari ialah cinta yang dilandasi oleh iman.

contoh cinta kepada wanita yang dilandasi iman, menikahinya karena untuk memelihara kehormatanya
dan memperbanyak keturunanya, karena memahami bahwa wanita solihah adalah satu bagian dari
perhiasan dunia yang terbaik sehingga wajiblah dicintai dengan asma Allah.

Contoh kedua ialah mencintai anak yang dilandasi iman, dimana anak adalah anugerah dan amanah
yang mesti dicintai diurus sesuai dengan ajaran islam.

Begitupun cinta kepada harta dalam rangka infak di jalan jalan yang mendekatkan diri kepad Allah dan
silaturrahmi serta amal amal kebajikan dan ketaatan.

Cinta yang bukan syar'i adalah cinta yang dilandasi oleh syahwat (nafsu) saja, sehingga kepada laki laki
ketika cintanya kepada wanita maka ia terpitnah olehnya.

Harta yang berlimpah, kendaraan yang mewah, perusahaan membuatnya menyombongkan diri dan
berbangga bangga, takabur dengan orang miskin, menggunakanya untuk memusuhi umat islam dan
tidak menunaikan hak hak Allah (zakat).

Tanda-tanda Cinta

Sudah barang tentu cinta itu memiliki tanda tandanya dan ini akan sangat terlihat pada orang yang
sedang "jatuh cinta"

Jikalau tanda-tandanya tidak ada berarti cintanya palsu atau bisa jadi ia ingin mempermainkan cinta
orang lain saja dengan tujuan tertentu.

Baik kita lihat apa saja tanda tandanya :

1. selalu mengingat-ingat
Kalau orang sedang mencintai sesuatu, biasanya ia selalu ingat kepada sesuatu yang dicintainya itu,
dimana saja dan kapan saja yang diingat ingat "itu" saja, perhatianya trtkuras kepadanya, rasanya manis
kalau.menyebut namanya, rasanya ingin menceritakanya kepada siapapun, surat atau pesan yang
datang farinya berkali-kali ia baca tanpa merasakan bosan, ia akan berlama-lama bersamanya baik
dengan bertemu atau berbicara via telepon,chating, atau vc.

DZIKRULLAH yang banyak

Begitu pula semestinya bila kita mrncintai ALLAH.

Lidahnya selalu basah dengan dzikir kepadaNya

makin banyak menyebutnya. maka makin berkembang cinta kita kepadaNya.

Apalagi, alllah menilai banyak mengingatnya itu adalah bagian dari ibadah yang akan mendapatkan
pahala dan merupakan jalan.menuju kesuksesan.

Maka perbanyaklah dzikrullah agar kita betul betul menjadi orang yang beruntung q.s.33:41-42, 8:45,
62:10

َ‫واذكروهللا كثيرا لعلكم تُف ِلحُون‬

)dan ingatlah allah banyak banyak supaya kamu beruntung(

TILAWAH Qur'an

ALLAH SWT, kekasih kita telah mengirim pesan/surat kepada kita dengan 114 surat dalam 6236 ayatnya.

Berapakah kadar tilawah kita ?

Ini merupakan jadi ukuran kadar cinta kita kepada Allah.

2. Mengagumi

Tanda cinta yang kedua adalah mengagumi, orang yang cinta biasanya selalu mengungkapkan rasa
kekagumanya

menceritakan yang baik baiknya saja dan melupakan keburuk- keburukanya,pokoknya dimatanya dialah
yang paling top

Ia akan mencari kekurngan yang lain dalam rangka mengukuhkan kehebatan yang dicintainya ketika
sedikit saja ada cela di yang lain nampak demikian besar.

Mengagumi ALLAH SWT

Bagaiman dengan kekaguman kita kepada allah?

ALLAH tidak memiliki cela sedikitpun. Subhanallah


Tidak ada yang lebih hebat dariNya.allahu akbar

Semua kehebatan allah itu tertuang dalam ASMA wa SIFAT Allah.

tapi kenapa kita dalam realisasinya kurang mengaguminya?

3. Ridho

Tanda cinta yang ketiga adalah ridho

Ketika cinta, maka apa saja yang diperbuat oleh kekasihnya akn diterima dengan penuh lapang dada

Ia menyerahkan segala pilihan kepada kekasihnya seakan ia tidak memiliki pilihan.

Ia senang sekali apabila diberi hadiah oleh kekasihnya, meskipun hadiahnya remeh temeh ia tidak
mampu mencelanya

Apabial diminta tolong, ia menyambutnya dengan penuh suka cita.

Ridho Kepada Allah

Kalau.kita mencintai Allah, tentulah kita ridho segalanya terhada apa yang diperbuat allah terhadap
dirinya terhadap alam ini dan apapun yang menjadi kewajiban dan tuntutan yang diminta oleh allah dari
kita selalu siap.

Ketentuan taqdir allah terhadap kita mesti diterima dengan penuh ridho

bukan.malah protes dan menuduh allah tidak adil dan dzalim seperti halnya munafikun, naudzubillah.

4. Pengorbanan

Tanda cinta yang ke empat adalah pengorbanan maka orang yang cinta akan selalu rela berkorban apa
saja demi kekasihnya, baik harta, ikiran, waktu, perasaan bahkan nyawa pun rela dikorbankan demi
cintanya

Pengorbananya pun bukan karena terpaksa, tapi karena cinta, penuh suka cita, makin diminta untuk
berkorban sesuatu, makin senang hatinya, karena dengan demikian dapat menyenangkan sang kekasih.

5. Takut

Tanda cinta yang ke lima adalah takut, ada perasaan takut kalau ditinggal kekasihnya itulah cinta.

Ketakutan inilah yang membuatnya menjaga diri dari apa-apa yang tidak disukai oleh sang kekasih

Menjaga lisanya dari mengatakan sesuatau yang dapat menyakitinya

Hati-hati dalam berbuat kepadanya atai melayaninya sehingga ia akan selalu berbuat yang terbaik.

6. Harap
Tanda cinta yang ke enam adalah harap, kenapa orang melakukan apa saja untuk kekasihnya? Karena ia
mengharakan balasan cinta darinya.

Segala pujian ia sampaikan kepadanya karena memiliki harapan, untaian puisi indah pun keluar tiba-tiba
karena cintanya.

Mengharap Allah SWT

sifat orang orang beriman mencari jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah, mengjarapkan
rahmatnya dan takut akan siksanya.

Ia kan selalu beribadah kepada allah tanpa syirik dengan apapun, dengan dilandasi keimana. berhijrah
dan berjuang dijalan allah dengan harta dan jiwanya.

Sehingga akan timbul perbedaan antara perjuangan orang yang beriman dan orang yang tidak beriman
hanyalah pada masalah harapan (pahala) dari allah yang tidak pernah diharapkan oleh orang kapir

Orang yang selalu dapat meneladani Rasul adalah orang mengharapkan hari akhirat dan selalu setiap
waktu yang dimilikinya tidak lepas berdzikir kepada Allah SWT.

7. Ta'at

apa yang diperintahkan oleh kekasihnya tidak akan ditolak, ia akan menurut saja, kalauun.keinginan
sang kekasih ditulis dalam kertas yang lecek, tulisanya jelek, kurang terbaca pun akan berusaha sekuat
tenaga untuk dapat membacanya, memahaminya dan menghormatinya kemudian melakdanakan
keinginan sang kekadih dengan sebaik-baiknya

Bahkan perintah yang musykil pun akan diturutinya.

Taatlah hanya kepada ALLAH SWT

Taat karena cinta akan berbeda dengan taat karena terpaksa.

Apa yang kita rasakan ketika melaksanakan perintah ALLAH?

Apa masih dirasa berat?

Apa sudah merasa senang hati?

INI MASALAH CINTA

CINTA kepada allah dan karenaNya

Semua tanda tanda cinta itu akan nampak trtlihat jelas apabila seseorang memiliki rasa cinta, cinta
kepada Allah dan selainya karena Allah.

Hanya saja cinta kepada selain allah belum tentu trtbalas(bertepuk sebelah tangan)
Sedangkan cinta kepada allah pasti terbalas Q.s.3:31

‫قُل اِن ُكنتُم تُ ِِبّ ِّ ونَ ه‬


‫ّٰللاَ فَات ّ ِبعُني يبكم هللا ويغفرلكم ذنوبكم واهللا غفور َرحِ ِيم‬

INGAT...!!! Q.s.5:54

Generasi engganti pun ciri-cirinya " ALLAH mencintai mereka dan mereka pun mencintai ALLAH"

Das könnte Ihnen auch gefallen