Sie sind auf Seite 1von 8

PANAHAN

Panahan terbuka untuk diikuti para atlet dengan keterbatasan fisik namun katagorinya dibagi
menjadi tiga kelas.
ARW 1: Atlet yang menggunakan kursi roda dengan cacat di seluruh keempat tungkai.
ARW 2: Atlet pengguna kursi roda namun kedua tangan masih berfungsi baik.

ARST (berdiri): Para atlet berkompetisi sambil berdiri termasuk mereka yang membutuhkan alat
bantu berdiri karena keseimbangan yang buruk.
ATLETIK
Semua kelompok penyandang cacat bisa mengikuti cabang ini dan untuk membedakan mereka
maka digunakan sistem huruf dan angka.
Huruf F adalah untuk atlet lapangan, T menjadi tanda mereka yang berlomba di lintasan dan nomor
digunakan untuk menunjukkan jenis cacat yang disandang
11-13: Para atlet lapangan dan trek yang memiliki masalah penglihatan. Para atlet tuna netra
berkompetisi di kelas 11, mengenakan penutup mata dan dibantu seorang pemandu.
Para atlet kelas 12, adalah mereka yang juga memiliki masalah penglihatan namun masih bisa
memilih apakah akan menggunakan bantuan pemandu atau tidak.
20: atlet lapangan dan trek yang memiliki keterbatasan berpikir. Di London terdapat tiga nomor yang
dipertandingkan di kelas ini yaitu lari 1500m, lompat jauh, dan tolak peluru.
31-38: katagori khusus untuk para atlet yang menderita kelumpuhan otak atau gangguan lain yang
mengganggu fungsi kordinasi dan kontrol otot.
Atlet yang termasuk katagori 31-34 berkompetisi dengan posisi duduk sedangkan atlet katagori 35-
38 berkompetisi dengan berdiri.
40: Para atlet nomor lapangan dan lintasan yang memiliki kelainan tinggi badan.
42-46: Khusus untuk para atlet yang mengalami amputasi. Dalam kelas 42-44, atlet yang diamputasi
kakinya dan kelas 45-46 adalah untuk mereka yang mengalami amputasi tangan.
T51-54: Adalah katagori atlet nomor lintasan yang menggunakan kursi roda. Atlet di kelas 51-53
menderita cacat baik di tungkai atas atau bawah, sementara atlet-atlet katagori T54 menderita
gangguan fungsi di sebagian kaki dan tubuh.
F51-58: Atlet nomor lapangan yang menggunakan kursi roda. Para atlet di kelas F51-54 memiliki
fungsi bahu, lengan dan tangan yang terbatas serta kaki dan pinggul yang tak berfungsi.
Sementara atlet berkatagori F54 memiliki fungsi tangan dan lengan yang normal, sedangkan di
katagori F55-58 fungsi kaki dan pinggul sedikit lebih baik.
BOCCIA

Boccia atau semacam permainan bowling juga terbuka untuk atlet dengan kelumpuhan otak serta
gangguan fisik berat lainnya yang bertanding menggunakan kursi roda dengan empat klasifikasi.
BC1: Para pemain dengan kerusakan otak yang mampu menggunakan tangan atau kaki untuk
secara konsisten menggerakkan bola dalam permainan. Para atlet katagori ini didampingi pemandu
untuk memberikan bola sebelum mereka melakukan lemparan.
BC2: Para atlet dengan kelumpuhan otak namun mampu menggunakan tangan dan kaki jauh lebih
baik dibanding atlet katagori BC1.
BC3: Para atlet dengan kelumpuhan otak atau disfungsi gerak lain di keempat tungkai yang tak
mampu melempar atau menendang bola dalam permainan sehingga diperbolehkan menggunakan
alat bantu untuk menggerakkab bola di dalam permainan dan dibantu seorang asisten yang
bertugas menyusun jalur lemparan bola.
BC4: Para atlet yang tak memiliki masalah kelumpuhan otak namun memiliki gangguan fungsi gerak
lain di keempat tungkai dan memiliki kemampuan fungsional seperti atlet BCS. Kondisi seperti
distrofi otot, kelainan spina bfida (tulang belakang terbuka), tetraplegia, berada dalam katagori ini.
BALAP SEPEDA
Cabang balap sepeda terbuka untuk para atlet yang mengalami amputasi, para les autres (atlet
yang tak bisa dimasukkan katagori lain), atlet dengan kelumpuhan otak dan gangguan penglihatan.
Mereka akan berlaga baik di nomor jalan raya dan nomor lintasan.
Para atlet dengan gangguan fisik berlomba dengan sepeda (jalan raya dan lintasan), sepeda tangan
dan sepeda roda tiga (hanya untuk nomor jalan raya). Sementara atlet dengan masalah penglihatan
turun di cabang tandem dengan didampingi seorang pemandu.
Sepeda tangan kelas H1-4: Para atlet di kelas H1-3 berlomba dengan posisi berbaring. Atlet H1
adalah mereka yang tak memiliki fungsi pinggang dan kaki yang hanya mengandalkan fungsi
tangan.
Sementara katagori H3 tidak memiliki kaki namun memiliki fungsi pinggul dan lengan yang baik.
Sedangkan atlet H4 duduk di atas lutut mereka dan menggunakan lengan serta pinggulnya.
Sepeda roda tiga T1-2: Balapan bagi atlet yang tak mampu menaiki sepeda karena kondisi yang
mempengaruhi keseimbangan dan kordinasi mereka.
Para atlet di katagori T1 memiliki masalah kordinasi yang lebih serius dibanding para atlet katagori
T2.
Nomor sepeda C1-5: Diikuti para atlet yang menderita kelumpuhan otak atau mengalami amputasi.
Para atlet C1 memiliki keterbatasan yang lebih banyak sementara atlet C5 hanya memenuhi kriteria
cacat yang sangat minim.
BERKUDA
Semua atlet penyandang cacat bisa ambil bagian dalam nomor berkuda yang dibagi dalam lima
tingkatan.
Tingkat Ia: Para atlet yang menyandang gangguan berat pada tungkai dan kontrol pinggang yang
buruk. Mereka biasanya menggunakan kursi roda dalam kehidupan sehari-hari.
Tingkat Ib: Para atlet berkuda yang fungsi kontrol pinggangnya mulai menurun dan kondisi tungkai
atas yang sangat minim serta kondisi tungkai bawah yang buruk. Beberapa dari atlet ini
menggunakan kursi roda.
Tingkat II: Atlet dalam katagori ini memiliki fungsi kedua tungkai bawah yang buruk namun memiliki
keseimbangan pinggang yang baik. Kondisi lain adalah fungsi tungkai atas dan bawah yang sedikit
terganggu. Beberapa dari mereka sehari-hari menggunakan kursi roda.
Tingkat III: Di katagori ini para atlet bisa berjalan tanpa bantuan namun memiliki gangguan di kedua
tangan atau tak memiliki tangan. Atlet yang memiliki gangguan di keempat tungkainya juga masuk
bersama para atlet berkuda tuna netra dan atlet yang memiliki masalah tinggi badan.
Tingkat IV: Para atlet yang mampu berjalan sendiri namun memiliki masalah penglihatan,
berkurangnya kemampuan gerak atau menurunnya kekuatan otot serta fungsi tangan dan kaki yang
terganggu.
SEPAKBOLA
Cabang sepakbola dimainkan dengan lima atlet yang memiliki gangguan penglihatan di setiap
timnya. Sementara itu sepakbola dengan tujuh pemain di masing-masing tim diperuntukkan bagi
para atlet dengan gangguan saraf motorik yang menghambat koordinias gerakan atau celebral
palsy.
Dalam tim berisi lima pemain, mereka harus mengenakan penutup mata kecuali penjaga gawang.
Namun penjaga gawang tidak boleh meninggalkan daerahnya. Aturan offside juga ditiadakan.
Bola yang digunakan dalam pertandingan dilengkapi peralatan khusus untuk menghasilkan
bebunyian saat bola bergerak.
Sedangkan dalam cabang sepakbola dengan tujuh pemain, terdiri dari para atlet katagori C5, C6,
C7, dan C8. Penentuan pemain sangat tergantung kemampuan mengontrol bola dan masalah
kordinasi tubuh saat berlari.
Semua katagori cabang sepakbola terdiri atas para atlet yang mampu berdiri sendiri. Sementara di
nomor lima pemain diisi para atlet yang setidaknya secara fisik mampu bermain.
Dalam setiap pertandingan setidaknya ada satu atlet katagori C5 atau C5 dan setiap tim tak
diperkenankan menggunakan lebih dari dua pemain katagori C8 di lapangan.
BOLA GAWANG
Permainan ini dirancang untuk para atlet tuna netra dan dengan aturan khusus maka cabang ini tak
memerlukan klasifikasi.
Para pemain mengenakan penutup mata untuk memastikan apakah seseorang terganggu
penglihatan atau buta total supaya bisa berkompetisi secara adil. Penutup mata akan diperiksa
selama pertandingan berlangsung.
Bola yang digunakan dilengkapi lonceng di dalamnya untuk mengarahkan para pemain dan sebagai
akibatnya maka permainan ini dimainkan dalam keheningan.
JUDO
Cabang judo hanya diikuti para atlet yang memiliki keterbatasan penglihatan. Tak ada kategorisasi
karena peserta dipisahkan menurut berat badan.
Bedanya adalah para pejudo ini memulai pertandingan dengan saling 'mencengkeram' dan tidak
berdiri terpisah seperti judo pada umumnya.
ANGKAT BESI

Cabang ini terbuka untuk semua atlet dengan keterbatasan fisik dan dibagi menurut berat badan
peserta.
Para atlet yang berkompetisi adalah mereka yang memiliki keterbatasan di tungkai bawah atau
pinggang, termasuk mereka yang lumpuh, mengalami kerusakan saraf otak dan amputasi.
Baik atlet putra dan putri akan berkompetisi dalam 10 kelas yang berbeda.
DAYUNG
Cabang dayung dibagi ke dalam empat kelas perahu.
AM1x: Perahu dayung satu kursi untuk putra. Atlet bisa menggerakkan lengannya secara maksimal.
AWIx: Perahu dayung satu kursi untuk putri. Atlet hanya bisa menggunakan lengannya secara
maksimal.
TA2x: Dua atlet campuran dengan kemampuan lengan dan pinggang.
LTA4+: Perahu berisi dua atlet putra dan dua atlet putri ditambah seorang pengemudi di atas tempat
duduk geser. Nomor ini terbuka bagi para atlet yang memiliki keterbatasan penglihatan namun
memiliki pergerakan kaki, pinggang, dan lengan. Di atas setiap perahu hanya dimungkinkan dua
atlet yang memiliki keterbatasan penglihatan dan selalu mengenakan penutup mata selama latihan
dan kompetisi.
LAYAR
Cabang layar bisa diikuti atlet dengan berbagai keterbatasan mulai dari mereka yang diamputasi,
kerusakan saraf otak, keterbatasan penglihatan, menggunakan kursi roda dan kelompok lain yang
tidak bisa dimasukkan ke dalam katagori manapun.
Terdapat tiga kelas yang dipertandingkan yaitu: kelas sonar dengan tiga awak, Skud-18 dengan dua
atlet, dan 2,4mR yang hanya membutuhkan satu awak.
Peringkat peserta didasarkan sistem angka satu hingga tujuh dengan angka terendah diberikan
untuk atlet yang memiliki keterbatasan fisik tinggi sedang angka tertinggi untuk atlet yang tingkat
keterbatasan fisiknya rendah.
Dalam kelas dengan tiga orang awak maka maksimum nilai untuk ketiganya adalah 14.
Dalam katagori Skud-18. satu awak memiliki tingkat keterbatasan sangat buruk (sama dengan kelas
satu atau dua) sementara kru lainnya harus memiliki level keterbatasan yang lebih rendah demi
menjaga keadilan dalam berkompetisi.
Dalam kelas satu orang kru, maka pesertanya harus memiliki level keterbatasan fisik yang sama.
MENEMBAK
Para atlet menembak akan dibagi dalam kelas kursi roda dan kelas berdiri.

Kedua kelas ini kemudian dibagi dalam enam sub kelas yang masing-masing kelas dibedakan
dengan alat bantu gerak yang boleh digunakan para atlet.
SH1: Untuk nomor pistol dan senapan yang tak membutuhkan alat bantu berdiri khusus.
SH2: Untuk para atlet yang memiliki gangguan tungkai bagian atas dan membutuhkan alat bantu
berdiri.
RENANG
Renang adalah satu-satunya olahraga yang menggabungkan antara kondisi tak memiliki tungkai,
keterbatasan kordinasi dan gerakan tubuh, serta berbagai jenis kelumpuhan dan keterbatasan fisik
lainnya.
1-10: Diperuntukan bagi atlet dengan satu keterbatasan fisik. Semakin rendah nomor yang
digunakan semakin kompleks pula keterbatasan fisik atlet itu.
11-13: Untuk atlet dengan gangguan penglihatan.
14: Ditujukan untuk para atlet yang memiliki keterbatasan intelektual.
Akhiran S menunjukkan kelas gaya bebas, gaya punggung, dan kupu-kupu. SB untuk gaya dada
dan SM untuk gaya ganti perseorangan.
Awalan dan nomor digunakan untuk membedakan klasifikasi. Perenang dengan multi keterbatasan
fisik (S1, SB1, SM1) serta bagi atlet dengan keterbatasan fisik minim menggunakan S10, SB9,
SM10.
Dalam setiap kelas, perenang mungkin start dengan melompat atau sudah berada di dalam kolam,
yang dipertimbangkan saat pengelompokan para atlet.
Para perenang mungkin memiliki penggolongan yang beragam sesuai dengan nomor yang mereka
ikuti -misalnya satu perenang masuk penggolongan yang berbeda untuk gaya dada, gaya
punggung.
Kelas 14 kembali dipertandingkan di Paralimpiade London setelah sempat dicabut di Athena dan
Beijing.
TENIS MEJA

Para atlet yang memiliki keterbatasan fisik dan intelektual boleh mengikuti cabang ini, yang dibagi
dalam 11 kelas.
1-5: Atlet yang bertanding dengan kursi roda, kelas satu dengan kondisi terburuk dan lima yang
paling kurang cacat.
6-10: Para atlet yang bisa bergerak dengan kelas enam yang menderita keterbatasan paling buruk.
11: Untuk para atlet yang menderita keterbatasan intelektual.
BOLA VOLLEY DUDUK
Bola Volley duduk dipertandingkan oleh para atlet yang memiliki keterbatasan fisik dengan dua
kelas Penyandang Cacat Minimal (MD) dan Penyandang Cacat (D). Setiap tim hanya memiliki satu
MD di lapangan dan lima pemain lain harus dari kelas D.
BOLA BASKET KURSI RODA
Bola basket terbuka untuk para atlet dengan kursi roda yang menderita amputasi di bawah paha,
saraf motorik, maupun polio.
Atlet digolongkan berdasarkan dengan kemampuan fisik dan mendapat satu peringkat poin antara
satu dan 4,5. Satu dengan cacata yang amat buruk dan 4,5 yang paling kurang.
Setiap tim terdiri dari lima pemain namun jumlah poin dari satu tim maksimal 14 dalam satu
kesempatan.
ANGGAR KURSI RODA

Anggar terbuka untuk atlet yang menggunakan kursi roda yang kondisinya tidak memungkinkan
mereka untuk bertandang dengan atlet dengan kemampuan fisik penuh.
Kategori A: Atlet dengan kemampuan keseimbangan yang baik dan pergerakan tubuh yang utuh.
Kategori B: Atlet dengan keseimbangan yang buruk namun kemampuan penuh untuk satu atau
kedua tungkai atas.
RUGBY KURSI RODA
Atlet rugby kursi roda digolongkan berdasarkan sistem poin, yang paling buruk 0,5 poin dan yang
paling mampu 3,5 poin.
Setiap tim terdiri dari empat pemain dan nilai total poin bisa sampai delapan.
TENIS KURSI RODA
Tenis dimainkan oleh atlet kursi roda dengan dua kelas: terbuka dan kuad (ketidakmampuan di tiga
tungkai atau lebih)
Dalam kompetisi tenis kursi roda, para pemain dibolehkan mementalkan bola dual dengan pentalan
perada berada di dalam lapangan.

Kategori cacat[sunting | sunting sumber]


 Amputasi: Atlet yang kehilangan sebagian atau seluruhnya dari salah satu anggota badannya.
 Cerebral Palsy: Orang yang menderita kerusakan otak non-progresif, misalnya cerebral
palsy, kerusakan otak traumatis, stroke atau masalah serupa yang memengaruhi kontrol
ototnya, keseimbangannya atau koordinasinya.
 Cacat intelektual: Atlet yang mengalami cacat yang signifikan dalam fungsi intelektualnya
sehubungan dengan perilaku adaptifnya. Saat ini kategori ini dibekukan.
 Kursi roda: Bagi semua atlet yang mengalami cacat saraf tulang belakang dan cacat lainnya
yang mengharuskan mereka bertanding dengan menggunakan kursi roda. Para atlet ini
sekurang-kurangnya harus kehilangan 10 persen dari fungsi kaki mereka.
 Cacat penglihatan: Para atlet yang mengalami cacat penglihatan dari penglihatan yang
sebagian (cukup untuk dinilai buta secara hukum) hingga buta total.
 Les Autres: bahasa Perancis untuk lain-lain dan mencakup para peserta yang mengalami cacat
mobilitas atau kehilangan fungsi fisik lainnya yang tidak tergolong pada salah satu dari kelima
kategori lainnya: hambatan pertumbuhan, sklerosis berganda atau cacat sejak lahir pada
anggota badannya seperti yang disebabkan oleh thalidomide adalah contoh-contohnya.

Das könnte Ihnen auch gefallen