Sie sind auf Seite 1von 17

Laporan Kelolaan KMB

ASUHAN KEPERA WAT AN PADA An.N DEN GAN


DISPEPSIA DIRUANG TEUKU CHIT DITIRO
RUMAH SAKIT TK IV IM 07.01
LHOKSEUMA WE

D
I
s
u
s
u
N
OLEH:
Zakaria. S.Kep
NIM : 1807901107

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
MUHAMMADIYAH LHOKSEUMA WE
2018
b. Dispepsia mirip dismotilitas bila gejala dominan adalah kembung, mual,
cepat kenyang.

c. Dispepsia non-spesifik yaitu bila gejalanya tidak sesuai dengan dispepsia


mirip ulkus dan dispepsia mirip dismotilitas.

Peranan pemakaian OAINS clan infeksi H. Pylori sangat besar pada


kasus-kasus dengan kelainan organic (Panchmatia, 2010).

C. Patofisiologi

Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas,
zat-zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres,
pemasukan makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong,
kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan
antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan
peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi asam
pada lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls
muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun cairan

D. Manifestasi Klinik

Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan gejala yang dominan,


membagi dyspepsia menjadi tiga tipe:

a. Dispepsia dengan keluhan seperti ulkus (ulkus, like dyspepsia), dengan


gejala:
1. Nyeri epigastrium terlokalisasi
2. Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antasida
3. Nyeri saat lapar
4. Nyeri episodic
b. Dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas ( dysmotility- like
dysmotility), dengan gejala
1. Mudah kenyang
2. Perut cepat terasa penuh saat makan
3. Mual
4. Muntah
5. Upper abdominal bloating (bengkak perut bagian atas)
6. Rasa tak nyaman bertambah saat makan

c.

E. Komplikasi

Komplikasi dispepsia yaitu Iuka didinding lambung yang dalarn atau

melebar tergantung berapa lama lambung terpapar oleh asam lambung. Bila

keadaan dispepsia ini terus terjadi Iuka akan semakin dalam dan dapat

menimbulkan komplikasi pendarahan saluran cema yang ditandai dengan

terjadinya muntah darah,dimana merupakan pertanda yang timbul belakangan.

Awalnya penderita pasti akan mengalami buang air besar berwarna hitam

terlebih dulu yang artinya sudah ada perdarahan awal. Tapi komplikasi yang

paling
TINJAUAN TIORITIS

I. KONSEP DASAR

A. Pengertian

Dispepsia berasal dari bahasa Yunani (Dys) berarti sulit dan Pepse

berarti pencemaan. Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis

yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap

atau mengalami kekambuhan keluhan refluks gastroesofagus klasik

berupa rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam lambung kini

tidak lagi termasuk dispepsia (Mansjoer A edisi III, 2000 hal: 488).

Dispepsia atau sakit maag adalah sekumpulan gejala (sindrom)

yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual,

muntah, kembung, rasa penuh atau cepat kenyang, dan sering

bersendawa. Biasanya berhubungan dengan pola makan yang tidak

teratur, makanan yang pedas, asam, minuman bersoda, kopi, obat-obatan

tertentu, ataupun kondisi emosional tertentu misalnya stress (Wibawa,

2006).

Dispepsia merupakan kumpulan gejala klinis (sindrom) yang terdiri

dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang dapat pula disertai
dengan keluhan Iain, perasaan panas didada di daerah jantung (heartburn),

regurgitasi, kernbung, perut terasa penuh, cepat kenyang, bersendawa,

anoreksia, mual, muntah, dan beberapa keluhan lainnya. (Warpadji

Sarwono, et all, 1996, hal. 26).

B. Etiologi

Beberapa perubahan dapat terjadi pada saluran cema atas akibat

proses penuaan, terutama pada ketahanan mukosa Jambung (Wibawa,

2006). Kadar lambung lansia biasanya mengalami penurunan hingga

85%. Dispepsia disebabkan karena kelainan organik, yaitu:

a. Gangguan penyakit dalam lumen saluran cema: tukak gaster atau

duodenum, gastritis, tumor, infeksi bakteri Helicobacter pylori.

b. Obat-obatan: anti inflamasi non steroid (OAINS), aspmn, beberapa

Jenis antibiotik, digitalis, teofilin dan sebagainya.

c. Penyakit pada hati, pankreas, maupun pada sistem bilier seperti

hepatitis, pankreatitis, kolesistisis kronik.

d. Penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, penyakit tiroid. penyakit

jantung koroner.

Dispepsia fungsional dibagi menjadi 3. yaitu:


a. Dispepsia mirip ulkus bila gejala yang dominan adalah nyeri ulu

hati. dikhawatirkan adalah terjadinya kangker lambung yang

mengharuskan penderitanya melakukan operasi.

F. Pemeriksaan penujang

1. Pemeriksaan laboratorium biasanya meliputi hitung jenis sel darah

yang lengkap dan pemeriksaan darah dalam tinja dan urine. Dari

hasil pemeriksaan darah bila ditemukan lekositosis berarti ada

tanda-tanda infeksi. pada pemeriksaan tinja, jika tampak cair

berlendir atau banyak mengandung lemak berarti kemungkinan

menderta malabsorbsi. Seseorang diduga menderita dispepsia tukak,

sebaiknya diperiksa asam lambung (Hadi, 2002). Pada karsinoma

saluran pencemaan perlu diperiksa pertanda tumor, misalnya

dugaan karsinoma kolon perlu diperiksa CEA, dugaan karsinoma

pankreas perlu diperiksa CA 19-9 (Vilano et al, cit Hadi, 2002).

2. Barium enema untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau usus

halus dapat dilakukan pada orang yang mengalami kesulitan

menelan atau muntah, penurunan berat badan atau mengalami nyeri

yang membaik atau memburuk bila penderita makan (Mansjoer,

2007).

3. Endoskopi bisa digunakan untuk memeriksa kerongkongan,

lambung atau usus kecil untuk mendapatkan contoh jaringan untuk


biopsy dari lapisan lambung. Contoh tersebut kemudian diperiksa

dibawah mikroskop untuk mengetahui apakah lambung terinfeksi

oleh Helicobacter pylori. Endoskopi merupakan pemeriksaan batu

emas, selain sebagai diagnostic sekaligus terapeutik. Pemeriksaan

yang dapat dilakukan dengan endoskopi adalah:

Pada tukak baik dilambung, maupun di duodenum akan

terlihat gambar yang disebut niche, yaitu suatu kawah dari tukak

yang terisi kontras media. Bentuk niche dari tukak yang jinak

umumnya regular, semisirkuler, dengan dasar licin. Kangker

dilambung secara radiologis, akan tampak massa yang ireguler tidak

terlihat peristaltik di daerah kangker, bentuk dari lambung berubah.

Pankreatitis akut perlu dibuat foto polos abdomen, yang akan

terlihat tanda seperti terpotongnya usus besar (colon cuf off sign),

atau tampak dilatasi dari intestine terutama di jejunum yang disebut

sentinel loops.

Kadang dilakukan pemeriksaan lain, seperti pengukuran kontraksi

kerongkongan atau respon kerongkongan terhadap asam.

G. penatalaksanaan Medik

Berdasarkan konsensus nasional penanggulangan

Helicobacter pylori l 996, ditetapkan skema penatalaksanaan dispepsia,


yang dibedakan bagi sentra kesehatan dengan tenaga ahli (gastroenterolog

atau intemis) yang disertai fasilitas endoskopi dengan penatalaksanaan

dispepsia di masyarakat.

Pengobatan dispepsia mengenal beberapa golongan obat. yaitu:

1. Antasid 20-150 ml/ hari

Golongan obat ini rnudah didapat dan murah. Antasid akan rnenertalisir

sekresi asarn lambung. Antasid biasanya rnengandung Na bikarbonat, Al

(OH)3, Mg(OH)2, dan MG trisiklat. Pernberian antasid jangan terus-

rnenerus, sifatnya hanya simtomatis, untuk mengurangi rasa nyeri. Mg

trisiklat dapat dipakai dalam waktu lebih lama, juga berkhasiat sebagai

adsorben sehingga bersifat non toksik, namun dalam dosis besar akan

menyebabkan diare karena terbentuk senyawa Mg cl 2.

2. Antikolenergik

Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak

selektif yaitu pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang

dapat mensenkresi asarn lam bung sekitar 28-43%. Pirenzepin juga

memiliki efek sitoprotektif.

3. Antagonis reseptor H2
Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik

atau esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan

antagonis reseptor H2 antara lain simetidin, roksatidin, ranitidin, dan

famotidin.

II. KONSEP ASUHAN KEPERA W ATAN

A. Pengkajian

a. Identitas

1. ldentitas pasien: nama, umur, jems kelamin, suku/ bangsa,

agama, pekerjaan, pendidikan, alamat.

2. Identitas penanggung jawab: nama, umur, jenis kelamin,

agama, pekerjaan, hubungan dengan pasien, alamat.

3. Alasan utarna datang ke rumah sakit

4. Keluhan utama (saat pengkajian)

5. Riwayat kesehatan :

6. Riwayat kesehatan sekarang

7. Riwayat kesehatan dahulu

8. Riwayat kesehatan keluarga

9. Riwayat pengobatan dan alergi

10. Pengkajian Fisik


b. Keadaan umum: sakit/nyeri. status gizi, sikap, personal hygiene dan

lain- lain. Data sistemik

1. Sistern persepsi season: pendengaran, penglihatan,

pengecap/penghidu. peraba, dan lain-lain

2. Sistem penglihatan: nyeri tekan, lapang pandang, kesimetrisan

mata, alis, kelopak mata, konjungtiva, sklera, komea, reflek,

pupil, respon cahaya, dan lain-lain.

3. Sistem pemapasan: frekuensi, batuk, bunyi napas, sumbatan

jalan napas, dan lain-lain.

4. Sistem kardiovaskular: tekanan darah, denyut nadi, bunyi

jantung, kekuatan, pengisian kapiler, edema, dan lain-lain.

5. Sistem saraf pusat: kesadaran, bicara, pupil, orientasi waktu,

orientasi tempat, orientasi orang, dan lain-lain.

6. Sistem gastrointestinal: nafsu makan, diet, porsi makan,

keluhan, bibir, mual dan tenggorokan, kemampuan

mengunyah, kemampuan menelan, perut, kolon dan rektum,

rectal toucher, dan lain-lain.

7. Sistem muskuloskeletal: rentang gerak, keseimbangan dan

cara jalan, kemarnpuan memenuhi aktifitas sehari-hari,

genggarnan tangan, otot kaki, akral, fraktur, dan lain-lain.

c. Data penunjang

1. Terapi yang diberikan


2. Pengkajian masalah psiko-sosial-budaya-dan spiritual

3. Psikologi

4. Perasaan klien setelah mengalarni masalah ini

5. Cara mengatasi perasaan tersebut

6. Rencana klien setelah masalahnya terselesaikan

7. Jika rencana ini tidak terselesaikan

d. Sosial

1. Aktivitas atau peran klien di masyarakat

2. Kebiasaan lingkungan yang tidak disukai

3. Cara mengatasinya

4. Pandangan klien tentang aktivitas sosial di lingkungannya

e. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa

lambung.

2. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan disfagia, esofagitis dan anorexia.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik

f. Rencana Keperawatan

Ox I : Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa

lambung.

Tujuan: Terjadinya penurunan atau hilangnya rasa nyeri,


Kriteria hasil: klien melaporkan terjadinya penurunan atau

hilangnya rasa nyeri

Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat nyen, beratnya (skala 1. Kefektifan obat, kemajuan
O - 10) penyembuhan
2. Berikan istirahat dengan posisi 2. Dengan posisi semi-fowler apat
semi fowler menghilangkan tegangan abdomen
3. Anjurkan klien untuk yang bertambah dengan posisi
menghindari makanan yang dapat telentang
meningkatkan kerja asam 3. Dapat Akut hebat dan menurunkan
lambung. aktivitas nyeri menghilangkan dapat
4. Anjurkan klien tap mengatur peristaltic
waktu makannya. 4. Mencegah terjadinya perih pada
5. Observasi TTY uluhati/epigastrium
6. Diskusikan dan ajarkan teknik 5. Sebagai indicator untuk
relaksasi melanjutkan intervensi berikutnya.
7. Kolaborasi dengan pemberian 6. Mengurangi rasa nyeri atau dapat
obat analgesik terkontrol.
7. Menghilangkan rasa nyeri dan
mempermudah kerjasama dengan
terapi intervensi lain.

Dx 2 : Pernenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan disfagia.

esofagitis dan anorexia.

Tujuan: Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang yang diharapkan individu

Kriteria hasil: klien menyatakan pernahaman kcbutuhan nutrisi


Intervensi asional
1. Pantau dan dokumentasikan dan 1. Untuk mengidentifikasi indikasi/
haluaran tiap jam secara adekuat perkembangan dari hasil yang
diharapkan
2. Timbang BB klien
2. Membantu menentukan
keseimbangan cairan yang tepat
3. Berikan makanan sedikit tapi
3. Meminimalkan anoreksia, dan
sering mengurangi iritasi gaster
4. Catat status nutrisi paasien: turgor 4. Berguna dalam mendefinisikan
kulit, timbang berat badan, derajat masalah dan intervensi
integritas mukosa mulut, yang tepat Berguna dalam
kemampuan menelan, adanya pengawasan kefektifan obat
bising usus, riwayat mual/rnuntah kemajuan penyembuhan.
atau di are.

5. Kaji pola diet klien yang 5. Membantu intervensi kebutuhan


disukai/tidak disukai. yang spesifik, meningkatkan
intake diet klien.
6. Monitor intake dan output secara
periodik. 6. Mengukur keefektifan nutrisi dan
cairan.
7. Catat adanya anoreksia, mual,
muntah, dan tetapkan jika ada 7. Dapat menentukan jenis diet dan
hubungannya dengan medikasi. mengidentifikasi pemecahan
Awasi frekuensi, volume, rnasalah untuk meningkatkan
konsistensi Buang Air Besar intake nutrisi.
(BAB). ,
Dx 3 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik

Tujuan: menunjukkan kemampuan beraktivitas

kriteria hasil: klien menyatakan mampu menggerakkan tubuh

Intervensi Rasional

 kaji kemarnpuan klien untuk  Untuk melakukan intervensi


melakukan aktivitas dan catat selanjutnya
laporan kelelahan.  Untuk mengetahui kondisi klien
 Awasi vital sign: TD. nadi,  Menjaga keamanan klien dan
pernapasan sebelum dan sesudah menghemat energi klien
aktivitas.
 beri bantuan dalam rnelakukan
aktivitas

D. Implementasi

Pelaksanaan tindakan atau implementasi adalah pemberian tindakan keperawatan

yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan rencan tindakan yang telah disusun setiap

tindakan keperawatan yang dilakukan dan dicatat dalam pencatatan keperawatan agar

tindakan keperawatan terhadap klien berlanjut. Prinsip dalam melaksanakan tindakan

keperawatan yaitu cara pendekatan kepada klien efektif, teknik komunikasi terapi

serta penjelasan untuk setiap tindakan yang diberikan

kepada klien.

Dalam melakukan tindakan keperawatan menggunakan tiga tahap yaitu independen,

dependen, interdependen. Tindakan keperawatan secara independen adalah suatu


tindakan yang dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dokter atau tenaga

kesehatan lainnya, dependen adalah tindakan yang sehubungan dengan tindakan

pelaksanaan rencana tindakan medis dan interdependen adalah tindakan keperwatan

yang menjelaskan suatu kegiatan yang memerlukan suatu kerjasama dengan tenaga

kesehatan lainnya, misalnya tenaga sosial, ahli gizi dan dokter, keterampilan yang

harus perawat punya dalam melaksanakan tindakan keperawatan yaitu kongnitif dan

sifat psikomotor.

E. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang

menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan

pelaksanaannya sudah berhasil dicapai kemungkinan terjadi pada tahap evaluasi

adalah masalah dapat diatasi, masalah teratasi sebagian, masalah belum teratasi atau

timbul masalah yang baru. Evaluasi dilakukan yaituevaluasi proses dan evaluasi hasil.

Evaluasi proses adalah yang dilaksanakan untuk membantu keefektifan terhadap

tindakan. Sedangkan. evaluasi hasil adalah evaluasi yang dilakukan pada akhir

tindakan keperawatan secara keseluruhan sesuai dengan waktu yang ada pada tujuan.
DAFT AR PUST AKA

Doengoes, Marilyn E., (2002), Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk

Perencanaan dan pendokumentasian Tujuan Perawatan Pasien, Edisi III,

EGC, Jakarta.

Evelyn C., Pearce, (2002), Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, Grarnedia

Pustaka Utama, Jakarta.

Grimes, E.D, Grimes, R.M, and Hamelik, M, 1991, Infectious Diseases, Mosby Year

Book, Toronto.

Hendarwanto. 1996.Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi Ketiga. FKUI : Jakarta.

Kuzemko, Jan, 1995, Pemeriksaan Klinis Anak, alih bahasa Petrus Andrianto,

cetakan III, EGC, Jakarta.

Lyke, Merchant Evelyn, 1992, Assesing for Nursing Diagnosis ; A Human Needs

Approach,J.B. Lippincott Company, London.

Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3, jilid I. Media Aesculapius

Jakarta. 1999.

Nursalam, (2001 ), Proses Dokumentasi Keperawatan, Edisi I, Salemba

Medika,Jakarta.

Rampengan dan Laurentz, 1995, Penyakit Jnfeksi Tropik Pada Anak, cetakan

kedua,EGC,Jakarta.
11kllg,t�il·c,L �ti, erosi
pada
lambung akibat gesekan
antara dinding-dinding
larnbung. kondisi demikian
dapat mcngakibatkan
peningkatan produksi HCL
yang akan merangsang

I pada iarnbung

Das könnte Ihnen auch gefallen