Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
PENDAHULUAN
1
b. Bagaimanakah riwayat kebidanan komunitas di Indonesia dan
beberapa Negara lain?
c. Apakah perbedaan bidan komunitas dengan setting praktik lainnya?
1.3 Tujuan Masalah
a. Untuk mengetahui konsep dasar kebidanan komunitas.
b. Untuk mengetahui riwayat kebidanan komunitas di Indonesia dan
beberapa Negara lain.
c. Untuk mengetahui perbedaan bidan komunitas dengan setting praktik
lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.1 Konsep Dasar Kebidanan Komunitas
3
Ciri Masyarakat[1]
Interaksi diantara sesama anggota masyarakat
Menempati wilayah dengan batas-batas tertentu
Saling tergantung satu sama lain
Memiliki adat istiadat tertentu/kebudayaan
Memiliki identitas Bersama
4
Penurunan angka kesakitan dan kematian dari berbagai sebab dan
penyakit
5
5. Masalah kesehatan lingkungan, meliputi masalah lingkungan fisik
dan biologis yang belum memadai. Dalam hal ini baru sebagian
kecil penduduk yang menikmati air bersih.
Faktor penyebab kondisi diatas, diantaranya factor social, ekonomi,
gaya hidup dan prilaku masyarakat, serta memiliki pelayanan kesehatan.
6
f. Perempuan bertanggung jawab terhdap kesehatannya dan keluarganya.
g. Kemitraan dengan perempuan, bersifat individual, berkesinambungan,
dan tidak otoriter.
h. Perpaduan dari ilmu, dan kiat kebidanan yang bersifat holistik,
berdasarkan atas pemahaman biologis, psikologis, emosional, social,
kultur, spiritual, dan pengalaman fisik perempuan yang didasarkan atas
bukti-bukti terbaik yang ada.
Profesionalisme pelayanan kebidanan memiliki arti sebagai
pemenuhan kontrak social kepada masyarakat untuk menyediakan
pelayanan kepada ibu, anak dan keluarganya secara uptodate, secara
evidence based dan berkualitas sesuai kebutuhan perempuan dan
keluarganya dilandasi etika dan kode etik bidan dengan
mengimplementasikan konsep partnership with womwn, respect,
advocacy, cultural sensitivity, health promotion and prevention.
7
Seorang bidan komunitas mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, khususnya kesehatan perempuan, bayi dan balita di
wilayah kerjanya, sehingga masyarakat dapat mengatasi secara
mandiri mengenai masalah dan kebutuhannya.
Tujuan khusus
- Meningkatkan upaya pemberdayaan perempuan dan masyarakat
- Meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan komunitas sesuai
dengan tanggung jawab bidan
- Meningkatkan mutu pelayanan secara terpadu sesuai ruang
lingkup pelayanan kebidanan
- Meningkatkan deteksi dini kasus risiko dan komplikasi
- Mengatasi keterlambatan pengenalan komplikasi, pengambilan
keputusan, penanganan awal dan rujukan kasus
- Membangun jejaring kerja lintas program dan lintas sector
- Mendukung program-program pemerintah lainnya untuk
meningkatkan status kesehatan ibu dan anak.
8
4. Ukuran keberhasilan bukan hanya mencakup target sasaran
pelayanan, namun perubahan pola piker dan terjalinyya
kemitraan seperti: PKK, kelompok ibu-ibu pengajian, kader
kesehatan.
5. System pelaporan bidan di komunitas, berbeda dengan
kebidanan di klinik. System pelaporan kebidanan komunitas
berhubungan dengan wilayah kerja yang menjadi tanggung
jawabnya.
9
2.1.6 Ruang lingkup pelayanan bidan di komunitas: [1]
a. Peningkatan kesehatan (promotif)
b. Pencegahan (preventif)
c. Deteksi dini komplikasi dan pertolongan kegawatdaruratan
d. Menimalkan kesakitan dan kecacatan.
e. Pemulihan kesehatan (rehabilitasi)
f. Kemitraan dengan LSM setempat, organisasi masyarakat,
organisasi social, kelompok masyarakat yang melakukan
upaya untuk mengembalikan individu ke lingkungan
keluarga dan masyarakat. Terutama pada kondisi dimana
stigma masyarakat perlu dikurangi (TB, kusta, AIDS, KTD,
KDRT, prostitusi, korban perkosaan, IDU).
LINGKARAN DALAM
Aktualisasi penghargaan hak-hak perempuan sebagai hak asasi
manusia dan memandang hak-hak reproduksi sebagai hak-hak perempuan
oleh bidan yang sensitive gender.
10
Hak-hak perempuan yang berhubungan dengan upaya kesehatan perempuan
dapat dikelompokkan menjadi:
1. Hak untuk hidup, kebebasan dan keamanan sebagai individu. Pemerintah
harus menjamin bahwa setiap perempuan memiliki akses terhadap
pemenuhan pelayanan kesehatan selama hamil jumlah anak yang
diinginkan, bersalin (perempuan berhak memutuskan kapan dan dimana
akan bersalin), nifas, perencanaan keluarga.
2. Hak yang berhubuungan dengan dasar-dasar keluarga dan kehidupan
keluarga. [emerintah harus menjamin akses terhadap pelayanan kesehatan
yang dibutuhkan perempuan untuk menikmati kehidupan berkeluarga.
3. Hak yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan dan kemajuan ilmu
pengetahuan termasuk pendidikan dan informasi kesehatan.
4. Hak untuk mendapatkan kesamaan dan tidak diskriminatif terhadap akses
pelayanan.
LINGKARAN TENGAH
Bidan dengan kacamata/sensitive gender
1. Melihat hak-hak perempuan sebagai hak asasi manusia dan memandang
hak-hak reproduksi sebagai hak-hak perempuan.
2. Melihat perempuan sebagai individu yang unik.
3. Melihat perempuan dalam konteks kehidupan sosialnya di masyarakat.
4. Melihat hubungan kekuasaan antara laki-laki dan perempuan .
5. Bidan yang sensitive gender tidak hanya menangani masalah fisik
pasiennya saja, tetapi juga memperhatikan masalah secara holistic.
6. Seorang bidan harus meyakini bahwa isu gender merupakan kunci dalam
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan perempuan, dan secara tidak
langsung akan berdampak pada kualitas kesehatan laki-laki, keluarga dan
masyarakat.
7. Bidan yang sensitive gender harus tumbuh dari hati dan tercermin dalam
sikap dan perilaku.
11
LINGKARAN LUAR
Dalam memberikan pelayanan kepada perempuan, bidan mempertimbangkan
pluralitas, etnis, usia, dan sebagainya. Toleransi dan sifat sensitive terhadap
elemen nilai-nilai merupakan kunci keberhasilan program kesehatan.
12
non-kesehatan. Salah satunya analisis yang melatarbelakangi keadaan tersebut
adalah tidah adanya atau kurangnya tenaga kesehatan yang ada didekat
masyarakat terutama daerah pedesaan.
Ada sepuluh layanan kesehatan komunitas yang sangat penting dan dapat
digunakan untukmenjalin praktik kebidanan komunitas yang komprehensif :
13
2. Mendiagnosa dan menyelidiki masalah kesehatan komunitas dan hal hal
yang dapat membahayakan kesehatan komunitas, contohnya pengawasan
melekat di komunitas.
10. Melakukan riset atau penelitian untuk mendapatkan wawasan baru dan
solusi terhadap masalah kesehatan masyarakat.
14
2.3 Perbedaan Bidan Komunitas Dengan Setting Praktik Lainnya
- Keterampilan dasar
1. Melakukan pengelolaan pelayanan ibu hamil, nifas, laktasi,
bayi balita, dan KB masyarakat.
2. Mengidentifikasi status kesehatan ibu dan anak.
3. Melakukan pertolongan persalinan dirumah dan polindes
4. Mengelola polindes
5. Melaksanakan kunjungan rumah pada ibu hamil, nifas dan
laktasi, bayi dan balita
6. Melakukan penggerakan dan pembinaan peran serta
masyarakat untuk mendukung upaya-upaya kesehatan ibu
dan anak.
- Keterampilan tambahan
1. Melakukan pemantauan KIA dengan menggunakan
pemantauan wilayah sekitar (PWS) KIA.
2. Melaksanakan pelatihan dan pembinaan dukun bayi.
3. Mengelola dan memberi obat-obatan sesuai dengan
kewenangannya.
4. Menggunakan teknologi kebidanan yang tepat guna.
15
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
17
DAFTAR PUSAKA
18
Pembahasan Jurnal Kompetensi Asuhan Kebidanan Komunitas
Berhubungan Dengan Kemampuan Bidan Melaksanakan Perawatan
Kesehatan Masyarakat Pedesaan
Oleh: Yeyen Putriana. Jurnal STIKES. Volume 5, no.2, desember 2012
19