Sie sind auf Seite 1von 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut data United Nations Children’s Fund (UNICEF) dan World Health
Organization (WHO) pada 2009, diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita di
dunia, nomor 3 pada bayi, dan nomor 5 bagi segala umur. Data UNICEF memberitakan
bahwa 1,5 juta anak meninggal dunia setiap tahunnya karena diare
Angka tersebut bahkan masih lebih besar dari korban AIDS, malaria, dan cacar jika
digabung. Sayang, di beberapa negara berkembang, hanya 39 persen penderita mendapatkan
penanganan serius.
Di Indonesia sendiri, sekira 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekira 460 balita
setiap harinya akibat diare. Daerah Jawa Barat merupakan salah satu yang tertinggi, di mana
kasus kematian akibat diare banyak menimpa anak berusia di bawah 5 tahun. Umumnya,
kematian disebabkan dehidrasi karena keterlambatan orangtua memberikan perawatan
pertama saat anak terkena diare.
Diare disebabkan faktor cuaca, lingkungan, dan makanan. Perubahan iklim, kondisi
lingkungan kotor, dan kurang memerhatikan kebersihan makanan merupakan faktor
utamanya. Penularan diare umumnya melalui 4F, yaitu Food, Fly , Feces, dan Finger.
Angka kejadian diare di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih tinggi.
Di Indonesia, sekitar 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460 balita setiap
harinya. Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia, diare merupakan
penyebab kematian nomor 2 pada balita dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5 bagi semua
umur. Setiap anak di Indonesia mengalami episode diare sebanyak 1,6 – 2 kali per tahun.

B. Tujuan
 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada anak dengan diare
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998), diare adalah defekasi encer
lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja.

Sedangkan menurut C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu keadaan
terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus.

Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana
terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi
buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.

Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih
dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah
atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus.

B. Etiologi
1. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare,
meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia,
Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll),
infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).
2. Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan
diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
3. Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan
penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi
malabsorbsi lemak dan protein.
4. Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis
makanan tertentu.
5. Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas).
C. Manifestasi klinis
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus,
hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang
berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang
menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik
yang berlanjut. Seseoran yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang,
mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun serta
suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonik.

Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam karbonat


berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat pernapasan sehingga
frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan Kussmaul)

Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan
dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah menurun sampai tidak
terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena
kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.

Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul
oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit nekrosis tubulus
ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.

D. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan tinja.
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila memungkinkan
dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup, bila memungkinkan.
3. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.
4. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara
kuantitatif, terutama dilakukan pada klien diare kronik.
E. Penatalaksanaan
Penanggulangan kekurangan cairan merupakan tindakan pertama dalam mengatasi
pasien diare. Hal sederhana seperti meminumkan banyak air putih atau oral rehidration
solution (ORS) seperti oralit harus cepat dilakukan. Pemberian ini segera apabila gejala diare
sudah mulai timbul dan kita dapat melakukannya sendiri di rumah. Kesalahan yang sering
terjadi adalah pemberian ORS baru dilakukan setelah gejala dehidrasi nampak.

Pada penderita diare yang disertai muntah, pemberian larutan elektrolit secara
intravena merupakan pilihan utama untuk mengganti cairan tubuh, atau dengan kata lain perlu
diinfus. Masalah dapat timbul karena ada sebagian masyarakat yang enggan untuk merawat-
inapkan penderita, dengan berbagai alasan, mulai dari biaya, kesulitam dalam menjaga, takut
bertambah parah setelah masuk rumah sakit, dan lain-lain. Pertimbangan yang banyak ini
menyebabkan respon time untuk mengatasi masalah diare semakin lama, dan semakin cepat
penurunan kondisi pasien kearah yang fatal.

Diare karena virus biasanya tidak memerlukan pengobatan lain selain ORS. Apabila
kondisi stabil, maka pasien dapat sembuh sebab infeksi virus penyebab diare dapat diatasi
sendiri oleh tubuh (self-limited disease).

Diare karena infeksi bakteri dan parasit seperti Salmonella sp, Giardia lamblia,
Entamoeba coli perlu mendapatkan terapi antibiotik yang rasional, artinya antibiotik yang
diberikan dapat membasmi kuman.

Oleh karena penyebab diare terbanyak adalah virus yang tidak memerlukan antibiotik,
maka pengenalan gejala dan pemeriksaan laboratorius perlu dilakukan untuk menentukan
penyebab pasti. Pada kasus diare akut dan parah, pengobatan suportif didahulukan dan
terkadang tidak membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut kalau kondisi sudah membaik.

F. Komplikasi
Menurut Broyles (1997) komplikasi diare ialah: dehidrasi, hipokalemia,
hipokalsemia, disritmia jantung (yang disebabkan oleh hipokalemia dan hipokalsemia),
hiponatremia, dan shock hipovolemik.

1. Konsep Asuhan Keperawatan


1. 1. Pengkajian
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan penentuan masalah.
Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi, observasi, pemeriksaan fisik. Pengkaji data
menurut Cyndi Smith Greenberg, 1992 adalah :

1. Identitas klien.
2. Riwayat keperawatan.
· Awalan serangan : Awalnya anak cengeng,gelisah,suhu tubuh meningkat,anoreksia kemudian
timbul diare.

· Keluhan utama : Faeces semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi
gejala dehidrasi,berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit
berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan
konsistensi encer.

1. Riwayat kesehatan masa lalu.


Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi.

1. Riwayat psikososial keluarga.


Hospitalisasi akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarga, kecemasan
meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan pengobatan anak, setelah menyadari
penyakit anaknya, mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa bersalah.

1. Kebutuhan dasar.
o Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari, BAK sedikit atau
jarang.
o Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anopreksia, menyebabkan penurunan berat badan
pasien.
o Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan menimbulkan
rasa tidak nyaman.
o Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.
o Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri akibat distensi
abdomen.
6. Pemerikasaan fisik.

a. Pemeriksaan psikologis :

keadaan umum tampak lemah, kesadaran

composmentis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah, pernapasan agak cepat.

b. Pemeriksaan sistematik :

· Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir kering, berat badan
menurun, anus kemerahan.

· Perkusi : adanya distensi abdomen.

· Palpasi : Turgor kulit kurang elastis


· Auskultasi : terdengarnya bising usus.

c. Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang.

d. Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi sehingga berat badan
menurun.

e. Pemeriksaan penunjang.

f.Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan duodenum intubation yaitu untuk mengetahui penyebab
secara kuantitatip dan kualitatif.

1. 2. Diagnosa yang Mungkin Muncul

a. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta intake
terbatas (mual).

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan
peristaltik usus.

c. Nyeri (akut) b.d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.

d. Kecemasan keluarga b.d perubahan status kesehatan anaknya

e. Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b.d pemaparan
informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif.

f. Kecemasan anak b.d perpisahan dengan orang tua, lingkungan yang baru

1. 3. Intervensi dan Rasional

Dx.1 Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta
intake terbatas (mual)
Tujuan : Kebutuhan cairan akan terpenuhi dengan kriteria tidak ada tanda-tanda dehidrasi

o Berikan cairan oral dan parenteral sesuai dengan program rehidrasi


Sebagai upaya rehidrasi untuk mengganti cairan

o Pantau intake dan output. yang keluar bersama feses.


o Memberikan informasi status keseimbangan cairan untuk menetapkan kebutuhan cairan
pengganti.
o Kaji tanda vital, tanda/gejala dehidrasi dan hasil pemeriksaan laboratorium Menilai status
hidrasi, elektrolit dan keseimbangan asam basa
o Kolaborasi pelaksanaan terapi definitif
o Pemberian obat-obatan secara kausal penting setelah penyebab diare diketahui

Dx.2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien dan
peningkatan peristaltik usus.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria terjadi peningkatan berat badan

o Pertahankan tirah baring dan pembatasan aktivitas selama fase akut.


Menurunkan kebutuhan metabolic
o Pertahankan status puasa selama fase akut (sesuai program terapi) dan segera mulai pemberian
makanan per oral setelah kondisi klien mengizinkan Pembatasan diet per oral mungkin
ditetapkan selama fase akut untuk menurunkan peristaltik sehingga terjadi kekurangan nutrisi.
Pemberian makanan sesegera mungkin penting setelah keadaan klinis klien memungkinkan.
o Bantu pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan program diet Memenuhi kebutuhan nutrisi
klien
o Kolaborasi pemberian nutrisi parenteral sesuai indikasi Mengistirahatkan kerja gastrointestinal
dan mengatasi/mencegah kekurangan nutrisi lebih lanju

Dx.3 : Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.


Tujuan : Nyeri berkurang dengan kriteria tidak terdapat lecet pada perirektal

o Atur posisi yang nyaman bagi klien, misalnya dengan lutut fleksi.
Menurunkan tegangan permukaan abdomen dan mengurangi nyeri

o Lakukan aktivitas pengalihan untuk memberikan rasa nyaman seperti masase punggung dan
kompres hangat abdomen
o Meningkatkan relaksasi, mengalihkan fokus perhatian klien dan meningkatkan kemampuan
koping
o Bersihkan area anorektal dengan sabun ringan dan airsetelah defekasi dan berikan perawatan
kulit
o Melindungi kulit dari keasaman feses, mencegah iritasi
o Kolaborasi pemberian obat analgetika dan atau antikolinergik sesuai indikasi
o Analgetik sebagai agen anti nyeri dan antikolinergik untuk menurunkan spasme traktus GI dapat
diberikan sesuai indikasi klinis
o Kaji keluhan nyeri dengan Visual Analog Scale (skala 1-5), perubahan karakteristik nyeri,
petunjuk verbal dan non verbal
o Mengevaluasi perkembangan nyeri untuk menetapkan intervensi selanjutnya

Dx.4 : Kecemasan keluarga b/d perubahan status kesehatan anaknya.


Tujuan : Keluarga mengungkapkan kecemasan berkurang.

o Dorong keluarga klien untuk membicarakan kecemasan dan berikan umpan balik tentang
mekanisme koping yang tepat.
o Membantu mengidentifikasi penyebab kecemasan dan alternatif pemecahan masalah
o Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah yang umum terjadi pada orang tua klien yang
anaknya mengalami masalah yang sama
o Membantu menurunkan stres dengan mengetahui bahwa klien bukan satu-satunya orang yang
mengalami masalah yang demikian

o Ciptakan lingkungan yang tenang, tunjukkan sikap ramah tamah dan tulus dalam membantu
klien.
o Mengurangi rangsang eksternal yang dapat memicu peningkatan kecemasan
Dx.5 : Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d
pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif.
Tujuan : Keluarga akan mengerti tentang penyakit dan pengobatan anaknya, serta mampu
mendemonstrasikan perawatan anak di rumah.

o Kaji kesiapan keluarga klien mengikuti pembelajaran, termasuk pengetahuan tentang penyakit
dan perawatan anaknya.
o Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental serta latar belakang
pengetahuan sebelumnya.
o Jelaskan tentang proses penyakit anaknya, penyebab dan akibatnya terhadap gangguan
pemenuhan kebutuhan sehari-hari aktivitas sehari-hari.
o Pemahaman tentang masalah ini penting untuk meningkatkan partisipasi keluarga klien dan
keluarga dalam proses perawatan klien
Jelaskan tentang tujuan pemberian obat, dosis, frekuensi dan cara pemberian serta efek samping
yang mungkin timbul
o Meningkatkan pemahaman dan partisipasi keluarga klien dalam pengobatan.
o Jelaskan dan tunjukkan cara perawatan perineal setelah defekasi
o Meningkatkan kemandirian dan kontrol keluarga klien terhadap kebutuhan perawatan diri
anaknya

Dx. 6 : Kecemasan anak b.d Perpisahan dengan orang tua, lingkugan yang baru
Tujuan : Kecemasan anak berkurang dengan kriteria memperlihatkan tanda-tanda kenyamanan

o Anjurkan pada keluarga untuk selalu mengunjungi klien dan berpartisipasi dalam perawatn yang
dilakukan
o Mencegah stres yang berhubungan dengan perpisahan
o Berikan sentuhan dan berbicara pada anak sesering mungkin
o Memberikan rasa nyaman dan mengurangi stress
o Lakukan stimulasi sensory atau terapi bermain sesuai dengan ingkat perkembangan klien
o Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan secara optimum

1. 4. Implementasi

Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang telah direncanakan
sebelumnya.

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan sejauhmana tujuan tersebut tercapai. Bila ada yang
belum tercapai maka dilakukan pengkajian ulang, kemudian disusun rencana, kemudian
dilaksanakan dalam implementasi keperawatan lalau dievaluasi, bila dalam evaluasi belum
teratasi maka dilakukan langkah awal lagi dan seterusnya sampai tujuan tercapai.

BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Anak Arya

Umur : 4 bulan

Jenis kelamin : laki-laki

Alamat : Kulim Jalan Harapan Raya

Tanggal Masuk: 23 oktober 2010

Diagnosa medis: gastroenteritis


Nama Ayah : Tuan Endang

Umur :35 tahun

Pekerjaan : wiraswasta

Pendidikan : SMA

Suku bangsa : sunda

Alamat : Kulim Jalan Harapan Raya

Nama Ayah : Bu Novi

Umur : 31 tahun

Pekerjaan : wiraswasta

Pendidikan : SMA

Suku bangsa : sunda

Alamat : Kulim Jalan Harapan Raya

1. Keluhan Utama
Alas an masuk dengan keluhan BAB berlendir dan berdarah sudah 4 hari yang lalu. BAB yang
sedikit tapi sering sekitar 7-8 kali perhari.ps. masuk via IGD Rujukan dr. Arya Bunda.
3. Keadaan Umum
Tingkat kesadaran compos mentis, panjang badan 65 cm, BB 6 kg, LILA 35 cm, lingkar
kepala 18 cm, TTV: Suhu: 36,6 C, Nadi 140 x/menit, RR 46 x/menit, keluhan lain BAB
berlendir dan berdarah serta encer.

4. Riwayat kesehatan
keluhan utama BAB encer, berlendir dan berdarah,sehari bias 7-8 kali. Keluhan sudah
ada 4 hari sebelum pasien masuk RS, factor pencetus adalah alergi susu sapi. Pada riwayat
kesehatan dahulu tidak ada penyakit berat dan tidak ada dioperasi, keluarga tidak ada penyakit
menular atau keturunan.

5. Riwayat Imunisasi
imunisasi belum lengkap, imunisasi yang didapat adalah BCG, DPT, Polio, imunisasi yang
belum didapat adalah Campak, waktu imunisasi adalah sebelum dirawat di RS.

6. Psikososial
hubungan dengan anggota keluarga anak sangat dekat dengan ayah dan ibunya. ps tidak ada
teman sebaya. karakter periang.

7. Riwayat Tumbuh Kembang


motorik halus, motorik kasar, kognitif dan bahasa berkembang dengan baik.

8. Jenis Kebutuhan
a. makanan, pada kondisi sehat nakan teratur, makanan air tajin, 3x/ hari

selama sakit ps tidak diperbolehkan minum susu sapi oleh dokter, intake inadekuat, mengisap
putting susu lemah, ASI diberikan tidak adekuat, ibu jarang menyusui bayinya.

b. cairan, selama sehat ps minum susu teratur, selama sakit masukan oral sebayak 300cc
dan pemasukan parenteral sebanyak 250cc total 550 cc.

c. eliminasi, selama sehat frekuensi BAK 5-6 kali perhari, warna kuning bening bau
khas, jumlah 350- 400 cc/ hari. selama sakit frekuensi 6-7 kali perhari, warna kuning, bau khas,
tidak terpasang kateter, ada tahana waktu BAK, ps tampak mengedan saat BAK. BAB selama
sehat 1 x / hari, konsistensi lembek, mengikuti bentuk kolon. warna dan bau tidak terkaji. waktu
sakit BAB 7-8 x / hari dengan konsistensi encer, tidak mengikuti bentuk kolon, warna kuning
kemerahan, bau amis, jumlah tidak terkaji, ada lendir dan darah, ps tampak mengedan saat BAB
dan meringis, tidak ada pemakaian laksatif.

d. tidur, selama sehat pola tidur teratur, malam 9-10 jam, siang 1,5 jam, jumlah jam tidur
11,5 jam. waktu sakit, pola teratur, malam 9-10 jam, siang 11,5 jam,

e. kebutuha bermain, waktu sehat, jenis permainan tepuk tangan frekuensi sering jika ps
tidak bisa tidur, 16 menit tiap bermain, teman bermain ibu pasien. waktu sakit permainan sama.

9. Pemeriksaan Fisik
a. kepala :

lingkar kepala 37 cm, distribusi rambut hanya dibagian atas saja tekstur rambut halus, warna
hitam, tidak ada lesi, wajah agak pucat.

b. Mata :

mata simetris, palpebra tidak ada pembengkakan, konjungtiva agak pucat, sclera putih,m
ukuran pupil 2 cm, reaksi pupil +/+ kiri dan kanan..

c. Hidung :

hidung simetris, warna sama dengan kulit sekitar, bersih, septumdan konka hidung tidak ada
kelainan, tidak ada sekret dan polip.

d. Telinga:

posis sejajar kiri dan kana, tidak ada secret, membne timpani

tidak ada peradangan, ketajaman penuh. Tidak ada nyri aurikel dan mastoid.

e. Mulut :

simetris, bersih, bibir normal, gigi belum lengkap, tonsil normal.

f. Thorak / dada paru :

bentuk normal chest, simetris, pernafasan dada, gerakan paru simetris, ekspansi dada simetris,
taktil fremitus teraba, sura paru sonor, suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan.

g. Jantung:

iktus kordis tidak terlihat, precordial fraction rub tidak terlihat, iktus kordis teraba, batas
jantung jelas dan tidak ada pembesaran, suara organ jantung pekak, bunyi jantung S1 dan S2
terdengar, intensitas S1>S2 dan bunyi reguler.Tidak ada bunyi jantung tambahan.
h. Abdomen dan anus :

abdomen bentuk soepel, simetris, warna sama dengan kulit sekitar, tidak ada lesi dan asites.
Bising usus 38 x / menit, bunyi bruit tidak terdengar. Suara abdomen tympani, tidak terdapat
massa dan pembesaran, titik mc burney tidak ada nyeri, tanda peritonitis tidak ada. Palpasi dalam
pada hepar dan limpa tidak terdapat pembesaran dan nyeri. Warna anus merah muda / kemerah-
merahan. terdapat lesi, tidak ada fistula dan hemoroid.

i. Genitalia :

simetris, tidak terpasang kateter dan tidak ada kelainan.

j. Ektremitas dan punggung :


punggung tidak ada lesi, tidak ada nyeri dan kelainan tulang belakang. Ekstremitas simetris,
tidak ada edema dan deformitas tulang. Palpasi tulang dan sendi normal. Kekuatan otot 5. Tidak
ada keterbatasan gerak.

k. Kulit :

lesi tidak ada, kulit lembab, turgor elastisitas, tekstur elastic, tidak ada kemerah merah.

10. Pemeriksaan Neurologis

Reflek fisiologis: babynski +, rooting +, soaking lemah, bayi malas mengisap putting susu
ibunya, reflek meningeal: kejang + tiap sebentar,sekitar 5 detik.

11. Hasil Pemeriksaan Diagnostic


– Pemeriksaan Hb = 9,8 gr% ( 04 Nov. 2010)

– Pemeriksaan Hb = 10,2 gr% ( 05 Nov. 2010)

– Pemeriksaan Hb = 10,7 gr% ( 06 Nov. 2010)

12. Terapi Yang Diberikan


o 02-11-2010 :
Luminal 2 x 15 mg

Oralit 50 mg tiap mencret

Diit ML 700 kkal

IVFD Kaen IIIB 28 tts / i

o 03-11-2010 :
Luminal 2 x 15 mg

Oralit 50 mg tiap mencret

Diit ML 700 kkal

IVFD Kaen IIIB 28 tts / i


o 02-11-2010 :
Luminal 2 x 15 mg

Oralit 50 mg tiap mencret

Diit ML 700 kkal

IVFD Kaen IIIB 28 tts / i

B. Analisa Data
No. Data Fokus Penyebab Masalah

DO:

o BAB encer, berlendir serta berdarah


o KU ps. Lemah
o Bising usus 38x/menit
o BAB 7-8 Perhari
o TTV: Suhu: 36,6 C, Nadi 140
x/menit, RR 46 x/menit
DS:
Alergi susu
1. o Keluaga mengatakan BAB encer sapi Diare
sudah 4 hari, jumlah sedikit.

DO:

o Warna anus kemerahan


o Terdapat lesi disekitar anus
o Frekuensi diare 7-8 x/ hari
o Daerah sekitar anus lembab
DS: Kerusakan
ekskresi/BAB integritas
2. o Keluarga mengatakan lesi dibagian sering kulit
anus sudah 2 hari.

Do:

o Bayi tampak malas menyusu kepada


ibunya
o Reflek menyusu lemah Kelemahan Menyusui
o BB turun = 6,5 kg – 6 kg dalam 3 reflek tidak
3. hari menyusui efektif
o KU lemah
o Ps. Hanya minum susu ASI
o Hb: 9,8 gr%
o Wajah bayi agak pucat

DS:

o Ibunya mengataka bahwa jarang


menyusui anaknya
o Ibunya mengatakan mrnyusui
anaknya tidak teratur

C. Diagnosa Keperawatan
o Diare b.d Alergi susu sapi
o kerusakan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering
o Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui

D. Intervensi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

No Diagnosa keperawatan (NOC) (NIC)

Fluid management

o Timbang popok/pembalut
jika diperlukan
Setelah dilakukan tidakan
o Pertahankan catatan intake
Diare b.d Alergi susu keperawatan dalam 5 x 24
sapi dan output yang akurat
jam eliminasi BAB dan
o Monitor status hidrasi
status hidrasi efektif.
Ditandai dengan : (kelembaban membran
mukosa, nadi adekuat,
o Keluaga mengatakan tekanan darah ortostatik),
BAB encer sudah 4 hari, Kriteria hasil: jika diperlukan
jumlah sedikit. o Monitor vital sign
o BAB encer, berlendiro Tidak ada diare o Monitor masukan
serta berdarah o Konsistensi tidak cair makanan / cairan dan
o KU ps. Lemah o Ada ampas hitung intake kalori harian
o Bising usus 38x/menit o Tidak ada tanda-tandao Kolaborasikan pemberian
o BAB 7-8 Perhari dehidrasi cairan intravena IV
o TTV: Suhu: 36,6 C, Nadio TTV dalam batas normal o Monitor status nutrisi
1 140 x/menit, RR 46o Bising usus dalam bataso Dorong masukan oral
x/menit normal o Kontrol bising usus
o Dorong keluarga untuk
membantu pasien minum
susu
o Kolaborasi dokter jika
tanda cairan berlebih
muncul meburuk
o Berikan oralit sesuai
indikasi

Setelah dilakukan tidakan


keperawatan dalam 5 x 24
jam membrane mukosa dan Skin care
kulit kembali efektif § Hindari kerutan padaa
tempat tidur

§ Jaga kebersihan kulit


Kriteria Hasil : agar tetap bersih dan
kering
v Integritas kulit yang baik
bisa dipertahankan (sensasi, § Mobilisasi pasien (ubah
elastisitas, temperatur, posisi pasien) setiap dua
kerusakan integritas kulit hidrasi, pigmentasi) jam sekali
b/d ekskresi/BAB sering
v Tidak ada luka/lesi pada § Monitor kulit akan
DO: kulit adanya kemerahan
o Warna anus kemerahan v Perfusi jaringan baik § Oleskan lotion atau
o Terdapat lesi disekitar minyak/baby oil pada
anus v Menunjukkan derah yang tertekan
o Frekuensi diare 7-8 x/ pemahaman dalam proses
hari perbaikan kulit dan § Monitor status nutrisi
o Daerah sekitar anus mencegah terjadinya sedera pasien
lembab berulang
DS: § Memandikan pasien
v Mampu melindungi kulit dengan sabun dan air
Keluarga mengatakan lesi dan mempertahankan hangat
dibagian anus sudah 2 kelembaban kulit dan
2 hari. perawatan alami § Jaga kulit tetap kering

Menyusui tidak Setelah dilakukan tidakan Nutrition Management


efektif b.d Kelemahan keperawatan dalam 7 x 24 § Kaji BB setiap hari
reflek menyusui d.d: jam status nutrisi dan
menyusui efektif. § Kaji adanya kelemahan
Do: dan kelasan bayi dalam
3 Kriteria Hasil : menyusui
o Bayi tampak malas
menyusu kepada ibunya o Adanya peningkatan berat § Kaji kadar Hb
o Reflek menyusu lemah badan sesuai dengan tujuan
o BB turun = 6,5 kg – 6 kgo malnutrisi § Ajarkan ibu pentingnya
dalam 3 hari o Tidak terjadi penurunan memberi susu secara
o KU lemah berat badan yang berarti teratur
o Ps. Hanya minum susuo Ibu mau menyusui anaknya
ASI dengan teratur § Kaji adanya pucat
o Hb: 9,8 gr% o Reflek menyusui anak baik
§ Beritahu ibu pentingnya
o Wajah bayi agak pucat o Hb dalam batas normal
ASI bagi bayi
o Bayi tidak lagi malas
mengisap putting susu
DS: o Bayi tidak lagi pucat
o Ibunya mengatakan
bahwa jarang menyusui
anaknya
o Ibunya mengatakan
mrnyusui anaknya tidak
teratur

E. Implementasi dan Evaluasi


Tanggal
No.
/ hari Jam Dx Implementasi Evaluasi Paraf

S: –
09.00
O:
09.10
– berat
10.00 o Mengukur TTV popok 500 gr
o Mengkaji keadaan
04 – TTV: S:
umum ps
36,6 C
o Memberikan
Nov. 12.00 cairan lewat infus N:
o Mengukur balance
2010 12.30 140x/menit
cairan
o Mengkaji BAB RR:46
12.45
o Menimbang popok X/menit
Kamis 13.00 I o Mengukur bising TTD
usus – IVFD=RL
20 tts /
menit mikro.

– Balance
cairan +150 ml

– KU ps
lemah

– BAB
encer,
berlendir, dan
berdarah

– Bisisng
usus = 38 x /
menit

A: Diare b.d
Alergi susu sapi
belum teratasi

P: Intervensi
dilanjutkan

S:


keluaga
mengatakan ada
lesi dibagian
anus
09.00
O:
09.10
o Mengkaji adnya

lesi
frekuensi
o Mengkaji
04 19.15 diare 7-8 x/ hari
frekuensi diare
setiap 24 jam – terdapat
Nov. o Mengobservasi kemerahan
tanda – tanda disekitar anus
2010
kerusakan
10.00 integritas kulit –
o Memandikan ps verbeden
Kamis 12.00 o Melakukan setiap hari
II verbeden TTD
– ps.
Tamapk tenag
setelah
dimandikan dan
diberi lotion

A: kerusakan
integritas kulit
b/d
ekskresi/BAB
sering belum
teratasi

P: Intervensi
dilanjutkan

S:-
O:
– Ps. Alergi
susu sapi

– Diit
diberikan sesuai
Mengkaji konsultasi ahli
kekuatan menusui gizi
pada bayi
– BB: 6 kg
§ Menimbang
BB – Turgor
10.00 kulit jelek
§ Mengkaji
turgor kulit –
Lingkungan
12.00 nyaman selama
§ Mengkaji
adanya alergi pemberian diit
12.10
§ Mengkaji – Tidak ada
04 12.15
tingkat kerajinan perubahan
Nov. 12.30 ibu dalam pigmen kulit
menyusui bayinya.
2010 – Hb 9,8
Memberiakn diit gr%
sesuai indikasi
A: Menyusui
Kamis 12.45 § Mengukur Hb tidak
III efektif b.d TTD
Kelemahan
reflek menyusui
belum teratasi

P : intervensi
dilanjutkan

Tanggal
No.
/ hari Jam Dx Implementasi Evaluasi Paraf

S: –

O:

– berat popok
400 gr

– TTV: S:
36,8 C

N: 148
x /menit

RR:50
x /menit
09.00 – IVFD=RL
20 tts /
09.10
menit mikro.
10.00 o Mengukur TTV
– Balance
o Mengkaji keadaan
06 cairan +170 ml
umum ps
o Memberikan
Nov. 12.00 – KU ps
cairan lewat infus lemah
o Mengukur balance
2010 12.30
cairan – BAB encer,
o Mengkaji BAB berlendir, dan
12.45
o Menimbang popok berdarah
Sabtu 13.00 I o Mengukur bising TTD
usus – Bisisng
usus = 36 x /
menit

A: Diare b.d
Alergi susu sapi
belum teratasi

P=Intervensi
dilanjutkan

S:

– keluaga
mengatakan
masih ada lesi
dibagian anus

O:


frekuensi
diare 6-7 x / hari

– terdapat
kemerahan
disekitar anus


verbeden
setiap hari

– ps.
09.00 Tampak tenag
setelah
09.10 dimandikan dan
o Mengkaji adnya
diberi lotion
lesi
o Mengkaji A: kerusakan
06 19.15 frekuensi diare integritas kulit
setiap 24 jam b/d
Nov. o Mengobservasi ekskresi/BAB
tanda – tanda sering belum
2010
kerusakan teratasi
10.00 integritas kulit
o Memandikan ps P: Intervensi
Sabtu 12.00 o Melakukan dilanjutkan
II verbeden TTD
S:-
O:
– Ps. Alergi
susu sapi

– Diit
diberikan sesuai
konsultasi ahli
gizi

– BB: 6,1 kg

– Turgor
§ mengkaji kulit jelek
10.00 kekuatan menusui
pada bayi – Lingkungan
nyaman selama
§ menimbang BB pemberian diit
12.00
§ Mengkaji turgor – Tidak ada
12.10 perubahan
kulit
pigmen kulit
12.15
§ Mengkaji
adanya alergi – Hb 10,2
12.30
gr%
06 § Mengkaji
tingkat kerajinan A: Menyusui
Nov. ibu dalam tidak efektif b.d
menyusui bayinya. Kelemahan
2010 12.45 reflek menyusui
§ Memberiakn diit belum teratasi
sesuai indikasi
P : intervensi
Sabtu 13.00 § Mengukur Hb dilanjutkan
III TTD

Tanggal
No.
/ hari Jam Dx Implementasi Evaluasi Paraf

S: –
o Mengukur TTV
05 09.00
o Mengkaji keadaan O:
Nov. 09.10 I umum ps TTD
o Memberikan – berat popok
2010 10.00 cairan lewat infus 350 gr
o Mengukur balance
cairan – TTV: S:
o Mengkaji BAB 36,5 C
Jumat 12.00 o Menimbang popok
o Mengukur bising N: 140
12.30 x /menit
usus
12.45 RR: 46
x /menit
13.00
– IVFD=RL
20 tts /
menit mikro.

– Balance
cairan +170 ml

– KU ps
lemah

– BAB encer,
berlendir, dan
berdarah

– Bising usus
= 32 x / menit

A: Diare b.d
Alergi susu sapi
belum teratasi

P=Intervensi
dilanjutkan

09.00 o Mengkaji adnya


S:
lesi
05 09.10 o Mengkaji – keluaga
frekuensi diare mengatakan
Nov. setiap 24 jam masih ada lesi
o Mengobservasi
2010 19.15 dibagian anus
tanda – tanda
kerusakan O:
integritas kulit
Jumat o Memandikan ps –
II o Melakukan frekuensi TTD
10.00 verbeden diare 5 x / hari

12.00 – terdapat
kemerahan
disekitar anus


verbeden
setiap hari

– ps.
Tampak tenag
setelah
dimandikan dan
diberi lotion

A: kerusakan
integritas kulit
b/d
ekskresi/BAB
sering belum
teratasi

P: Intervensi
dilanjutkan

§ mengkaji S:-
10.00 kekuatan menusui O:
pada bayi – Ps. Alergi
susu sapi
§ menimbang BB
12.00 – Diit
§ Mengkaji turgor diberikan sesuai
12.10
kulit konsultasi ahli
12.15 gizi
§ Mengkaji
05 12.30 adanya alergi – BB: 6,3 kg

Nov. § Mengkaji – Turgor


tingkat kerajinan kulit jelek
2010 ibu dalam
menyusui bayinya. – Lingkungan
12.45 nyaman selama
§ Memberiakn diit pemberian diit
Jumat sesuai indikasi
III – Tidak ada TTD
13.00 § Mengukur Hb perubahan
pigmen kulit

– Hb 10,7
gr%

A: Menyusui
tidak efektif b.d
Kelemahan
reflek menyusui
belum teratasi

P : intervensi
dilanjutkan

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Sesuai dengan pengkajian teoritis dibandingkan dengan Pengkajian pada Anak Arya dengan
Gastroenteritis maka didapatkan data senajng sebagai berikut :

No. Data Senjang Penyebab Masalah

DO:

o BAB encer, berlendir serta berdarah


o KU ps. Lemah
o Bising usus 38x/menit
o BAB 7-8 Perhari
o TTV: Suhu: 36,6 C, Nadi 140
x/menit, RR 46 x/menit
DS:
Alergi susu
1. o Keluaga mengatakan BAB encer sapi Diare
sudah 4 hari, jumlah sedikit.

2. DO:
ekskresi/BAB Kerusakan
o Warna anus kemerahan sering integritas
o Terdapat lesi disekitar anus kulit
o Frekuensi diare 7-8 x/ hari
o Daerah sekitar anus lembab
DS:

o Keluarga mengatakan lesi dibagian


anus sudah 2 hari.

Do:

o Bayi tampak malas menyusu kepada


ibunya
o Reflek menyusu lemah
o BB turun = 6,5 kg – 6 kg dalam 3
hari
o KU lemah
o Ps. Hanya minum susu ASI
o Hb: 9,8 gr%
o Wajah bayi agak pucat

DS:

o Ibunya mengatakan bahwa jarang Kelemahan Menyusui


menyusui anaknya reflek tidak
3. o Ibunya mengatakan mrnyusui menyusui efektif
anaknya tidak teratur

Data senjang diatas sesuai dengan pengkajian teoritis yang telah dibuat.

B. Diagnosa Keperawatan
Secara teoritis diagnosa keperawatan yang berkemungkinan muncul pada diare ada 6 diagnosa.
Dari 6 diagnosa keperawatan tersebut, hanya 3 diagnosa yang kelompok temukan pada kasus ini.
Adapun diagnosa yang muncul pada anak Arya Yaitu:

1. Diare b.d Alergi susu sapi


Diagnosa ini diangkat karena bayi tersebut diare disebabkan oleh alergi susu sapi.

2. kerusakan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering


Diagnosa ini diangkat karena pada anus pasien sudah terdapat lesi dan warnanya merah muda

3. Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui


Diagnosa ini diangkat karena bayi tampak malas menyusui dan menyusui tidak teratur
C. Perencanaan
1. Intervensi Fluid management diangkat diharapkan eliminasi BAB dan status hidrasi
bias efektif

1. Intervensi Skin care diangkat diharapkan membrane mukosa dan kulit kembali efektif
3. Intervensi Nutrition Management diangkat diharapkan status nutrisi dan menyusui efektif.

1. Implementasi
1. Diare b.d Alergi susu sapi
1. Mengukur TTV

2. Mengkaji keadaan umum ps

3. Memberikan cairan lewat infus

4. Mengukur balance cairan

5. Mengkaji BAB

6. Menimbang popok

7. Mengukur bising usus

2. kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB sering


1. Mengkaji adnya lesi

2. Mengkaji frekuensi diare setiap 24 jam

3. Mengobservasi tanda – tanda kerusakan integritas kulit

4. Memandikan ps

5. Melakukan verbeden

3. Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui


1. mengkaji kekuatan menusui pada bayi

2. menimbang BB

3. Mengkaji turgor kulit

4. Mengkaji adanya alergi

5. Mengkaji tingkat kerajinan ibu dalam menyusui bayinya.

6. Memberiakan diit sesuai indikasi

7. Mengukur Hb
Dalam asuhan keperawatn hanya implementasi diatas saja yang dilaksanakan, ada beberapa
intervensi yang tidak dilakukan karena keterbatasan waktu bagi kelompok untuk mengelola
pasien.

E. Evaluasi
Dalam evaluasi ini tidak semua criteria hasil dapat tercapai karena keterbatasan waktu dari
kelompok untuk mengelola asuhan keperawatan pada anak Arya.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil penerapan proses keperawatan yang kelompok lakukan pada An. A dengan
Gastroenteritis diruangan Merak I RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dapat ditemukan 3 diagnosa
keperawatan yang muncul yaitu:

o Diare b.d Alergi susu sapi


o kerusakan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering
o Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui
Setelah Perencanaan keperawatan disusun, dalam pelaksanaan keperawatan, kelompok dapat
melaksanakan semua rencana keperawatan yang telah disusun Dalam melaksanakan tindakan
keperawatan kelompok bekerjasama dengan klien, keluarga, dan perawat ruangan. Selain itu,
implementasi keperawatan tersebut disesuaikan dengan kondisi dan fasilitas ruangan perawatan
klien.

B. Saran
à Bagi Institusi

Diharapkan dapat menambah koleksi bacaan di perpustakaan sehingga mudah dalam pembuatan
tugas.

à Bagi Rumah Sakit

Diharapkan data ini dapat menjadi referensi dalam pembuatan asuhan keperawatan yang
mengacu pada standar SNL (Standard Nursing Language) yang dianjurkan oleh NANDA.
DAFTAR PUSTAKA
https://sianturimerlina.wordpress.com/2013/01/28/makalah-asuhan-keperawatan-anak-dengan-
diare/

Das könnte Ihnen auch gefallen