Sie sind auf Seite 1von 10

Persona, Jurnal Psikologi Indonesia

Januari 2015, Vol. 4, No. 01, hal 77 - 86

Pengaruh Auditori Verbal Therapy Terhadap Kemampuan Penguasaan Kosa


Kata Pada Anak Yang Mengalami Gangguan Pendengaran

Hermin Ratih H Rr Amanda Pasca Rini


herminratih@gmail.com Amanda.pasca@gmail.com
Fakultas Psikologi Fakultas Psikologi
Universitas 17 Agustus 1945 Universitas 17 Agustus 1945
Surabaya Surabaya

Abstract. Research methods quasi experiment on students TKLB especially children


with hearing loss is aimed to prove the effect of treatment or therapy AVT toward
mastery of vocabulary in children who have a hearing loss. Research data collection
using a check list or learning outcomes assessment sheet that refers to the criteria set
out in the curriculum in 2006. Evidence hypothesis through non-parametric
Wilcoxon test test obtained value Z = -3.934; p = 0.000 (p <0.01), which means no
influence on the ability Auditory Verbal Terapy vocabulary in children who have a
hearing loss.Through the process of AVT therapy can be seen that the vocabulary of
children already covers almost the entire class of existing words. Of the eight classes
of existing words, most of the child's vocabulary already includes a noun, verb (the
verb), adjectives, description (adverb), pronouns, numbers (Numeral), prepositions,
and conjunctions.

Keywords: Auditory Verbal Terapy (AVT), Mastery of Vocabulary, Hearing Loss

Intisari. Penelitian melalui metode quasi experiment pada siswa TK-LB khususnya
anak-anak yang mengalami gangguan pendengaran ini bertujuan untuk membuktikan
adanya pengaruh pemberian perlakuan atau terapi AVT terhadap penguasaan kosa
kata pada anak-anak yang mengalami gangguan pendengaran. Data dikumpulkan
menggunakan check list atau lembar penilaian hasil belajar yang mengacu pada
kriteria yang ditetapkan dalam kurikulum tahun 2006. Pembuktian hipotesis melalui
uji non parametrik Wilcoxon test diperoleh nilai Z = -3,934; p = 0,000 (p<0,01) yang
berarti ada pengaruh Auditori Verbal Terapy terhadap kemampuan kosa kata pada
anak-anak yang mengalami gangguan pendengaran. Melalui proses terapi AVT dapat
diketahui bahwa kosakata anak sudah mencakup hampir seluruh kelas kata yang ada.
Dari delapan kelas kata yang ada, sebagian besar kosakata anak sudah mencakup
kata benda (nomina), kata kerja (verba), kata sifat (adjektiva), keterangan (adverbia),
kata ganti (pronomina), bilangan (numeralia), kata depan (preposisi), dan kata
hubung (konjungsi).

Kata kunci: Auditori Verbal Terapy (AVT), Penguasaan Kosa Kata, Gangguan-
Pendengaran

77
Hermin Ratih dan Rr Amanda Pasca Rini

PENDAHULUAN Mempertimbangkan karakteristik pada


Anak tunarungu adalah anak yang anak-anak tunarungu dan hambatannya dalam
mengalami kehilangan fungsi pendengaran, penguasaan kosa kata sebagai alat
baik sebagian maupun seluruhnya yang berkomunikasi, maka mengacu pada beberapa
berdampak kompleks dalam kehidupannya. hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
Anak tunarungu secara fisik terlihat seperti Istiqomah (2010), Dornan dkk (2009), Aribowo
anak normal, tetapi bila diajak berkomunikasi (2008), dan Miseri (2004), bahwa Auditory-
barulah terlihat bahwa anak mengalami Verbal Therapy(AVT) dipandang cukup efektif.
gangguan pendengaran. Anak tunarungu tidak AVT adalah terapi untuk anak tuli dan sulit
berarti anak itu tunawicara, akan tetapi pada mendengar agar anak-anak dapat tumbuh
umumnya anak tunarungu mengalami ketunaan dalam lingkungan belajar yang teratur,
sekunder yaitu tunawicara. Penyebabnya memungkinkan mereka untuk menjadi mandiri,
adalah anak sangat sedikit memiliki kosakata berpartisipasi, dan memberikan kontribusi
dalam sistem otak dan anak tidak terbiasa warga dalam masyarakat. AVT mengajarkan
berbicara. anak untuk mengembangkan keterampilan self
Anak yang mengalami gangguan monitoring. Anak belajar untuk mendengarkan
pendengaran memiliki tingkat intelegensi suaranya sendiri serta orang lain selama
bervariasi dari yang rendah hingga jenius. percakapan alami sehingga meningkatkan
Anak tunarungu yang memiliki intelegensi kualitas suara alam. Orangtua dalam program
normal pada umumnya tingkat prestasinya di AVT tidak perlu belajar bahasa isyarat, karena
sekolah rendah. Hal ini disebabkan oleh AVT menggunakan dan mendorong peng-
perolehan informasi dan pemahaman bahasa gunaan maksimum dari pendengaran, dan
lebih sedikit bila dibanding dengan anak menekankan mendengarkan daripada me-
mampu dengar. Anak tunarungu mendapatkan nonton. AVT menggunakan pendekatan tim
informasi dari indera yang masih berfungsi, untuk terapi yang memungkinkan untuk
seperti indera penglihatan, perabaan, pe- lingkungan pendidikan yang lebih lengkap.
ngecapan dan penciuman. Anak tunarungu
kurang memiliki pemahaman infomasi verbal. Pengertian Kosa Kata
Hal ini menyebabkan anak sulit menerima Pengertian kosakata yang
materi yang bersifat abstrak, sehingga dikemukakan oleh beberapa ahli bahasa
dibutuhkan media untuk memudahkan misalnya, menurut Mukidi, (1994) kosakata
pemahaman suatu konsep pada anak tunarungu. sama dengan leksikon.Leksikon diartikan
Kemampuan penguasaan kosa kata pada anak- sebagai perbendaharaan kata dalam suatu
anak yang mengalami gangguan pendengaran bahasa.Leksikon merupakan komponen bahasa
jelas berbeda karena keterbatasan fungsi yang memuat semua informasi tentang makna
pendengaran sehingga anak-anak tunarungu dan pemakaian kata dalam suatu bahasa. Dalam
cenderung memiliki hambatan belajar atau Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000)
berkomunikasi pada anak-anak kosakata diartikan sebagai perbendaharaan
tunarungu(Baihaqidan Sugiarmin, 2008). kata. Kridalaksana, (1993) menjelaskan bahwa
Kecenderungan yang umum sebagai kosakata sama dengan leksikon, sedangkan
karakteristik anak tunarungu, yaitu intelegensi yang dimaksud dengan leksikon adalah
anak tunarungu tidak berbeda dengan anak komponen bahasa yang memuat secara
normal yaitu tinggi, rata-rata dan rendah; informatif tentang makna dan pemakaian kata
kemampuan anak tunarungu dalam berbahasa dalam suatu bahasa, kekayaan kosakata yang
dan berbicara berbeda dengan anak normal disusun seseorang pembicara atau penulis, dan
pada umumnya karena kemampuan tersebut daftar kata yang disusun dengan penjelasan
sangat erat kaitannya dengan kemampuan singkat serta praktis.Adiwimanta, (dalam
mendengar, dan ketunarunguan dapat Dipodjojo, 1984) membatasi pengertian
menyebabkan keterasingan dengan lingkungan. kosakata pada semua kata yang terdapat dalam
suatu bahasa, kata-kata yang dikuasai oleh

78
Pengaruh Auditori Verbal Therapy Terhadap Kemampuan Penguasaan Kosa Kata Pada Anak Yang Mengalami
Gangguan Pendengaran

seseorang atau dipergunakan oleh sekelompok kosakata adalah kemampuan untuk


orang dalam suatu lingkungan yang sama, kata- mempergunakan secara tepat kata-kata yang
kata yang dipakai dalam suatu bidang ilmu dimiliki, baik secara lisan maupun tertulis.
pengetahuan, seluruh morfem yang ada dalam Sejalan dengan pendapat para ahli dan
suatu bahasa yang disusun secara alfabetis kurikulum Taman Kanak-kanak (2010), serta
disertai dengan batasan dan keterangannya. Dunn (dalam Wulan, 2010), bahwa
Menurut Darmiyati Zuchdi, (1995) kemampuan penguasaan kosa kata dapat
penguasaan kosakata adalah kemampuan disusun berdasarkan PPVT (Peabody Picture
seseorang untuk mengenal, memahami, dan Vocabulary Test) melalui indikator sebagai
menggunakan kata-kata dengan baik dan benar, berikut: Kata benda, seperti perabot, alat
dengan mendengar, berbicara, membaca, dan sekolah, perkakas, mainan, dan benda-benda di
menulis. Mengenal kata adalah memperoleh sekitarnya. Kata kerja, seperti kegiatan ibu
kata-kata baru dari hasil mendengarkan atau sehari-hari, kegiatan anak di rumah, kegiatan
dari hasil membaca. Selanjutnya, hakikat ayah, dan kegiatan di sekolah. Menggabungkan
memahami kata-kata adalah memperoleh 2 kata sifat, seperti teman dekat, mainan di
kosakata baru, mengerti kata dan artinya serta sekolah, dan hal-hal yang tidak disukai, serta
memahami keterkaitan kata dan konsep yang taman di sekolah. Kata keterangan seperti
diawali kata-kata tersebut. Kamus Besar menunjuk tempat, menunjuk waktu, dan
Bahasa Indonesia, (2000) memberikan batasan menunjuk pelaku. Kata ganti, seperti menya-
penguasaan kosakata sebagai pemahaman atau takan milik sendiri, menunjuk milik orang,
kesanggupan untuk menggunakan sesuatu hal menyebut lebih dari 2 orang. Kata bilangan
(sejumlah kekayaan kata yang terdapat dalam seperti menyebut jumlah, menyebut jumlah dan
suatu bahasa). satuan, dan menyebut urutan. Kata depan
Nurgiyantoro, (2001) menyatakan seperti menjelaskan tempat, menjelaskan
bahwa penguasaan kosakata adalah kemam- maksud, menunjuk tempat, dan menunjuk
puan untuk mempergunakan kata-kata. waktu, serta menunjuk maksud. Kata hubung,
Kemampuan untuk memahami diwujudkan seperti menunjuk objek berbeda, menyatakan
dalam kegiatan membaca dan menyimak, dua sifat bertentangan pada suatu objek, dan
sedangkan kemampuan diwujudkan dalam menyatakan sesuatu yang belum ada.
kegiatan menulis dan berbicara. Penguasaan
kosakata merupakan hal yang sangat penting Terapi Auditory Verbal
dalam mencapai penguasaan bahasa, semakin Auditory-Verbal Therapy (AVT) adalah
banyak kosakata yang dimiliki seseorang maka untuk tuli dan sulit mendengar.Terapi ini
semakin banyak pula ide dan gagasan yang membantu anak-anak untuk tumbuh dalam
dikuasai seseorang. Purwo (dalam Yunisah, lingkungan belajar yang teratur, memungkin-
2007), mengemukakan bahwa penguasaan kan mereka untuk menjadi mandiri, ber-
kosakata merupakan ukuran pemahaman partisipasi, dan memberikan kontribusi dalam
seseorang terhadap kosakata suatu bahasa dan masyarakat. AVT adalah pendekatan orang tua
kemampuannya menggunakan kosakata ter- yang berpusat dan mendorong penggunaan
sebut baik secara lisan maupun tertulis. percakapan naturalistik serta penggunaan
Penguasaan kosakata merupakan bagian dari bahasa lisan untuk berkomunikasi. AVT adalah
penguasaan bahasa sebab jika seseorang pendekatan yang menekankan penggunaan sisa
menguasai bahasa berarti orang tersebut pendengaran untuk membantu anak belajar
menguasai kosakata. Penguasaan kosakata mendengarkan, memproses bahasa verbal, dan
yang ada pada diri seseorang dimulai sejak berbicara.
masih bayi dan ketika mampu merespon kata AVT Memaksimalkan penggunaan pen-
yang diucapkan orang lain. dengaran dibantu sisa anak untuk mendeteksi
Berdasarkan pendapat di atas, se- suara. Identifikasi sedini mungkin gangguan
lanjutnya dapat disimpulkan bahwa penguasaan pendengaran dengan fitting langsung dengan

79
Hermin Ratih dan Rr Amanda Pasca Rini

amplifikasi, serta intervensi segera membantu dukungan bagi staf sekolah untuk memenuhi
untuk mengurangi tingkat keterlambatan kebutuhan pendidikan setiap anak. Hal ini
bahasa umumnya terkait dengan gangguan dapat juga membantu observasi kelas, untuk
pendengaran. merekomendasikan bahasa, modifikasi kuri-
AVT didasarkan pada orang tua kulum, dan demonstrasi sesi pengajaran.
mengajar, selama sesi individu anak mereka
terapi untuk menekankan sisa pendengaran dan Anak-Anak Tuna Rungu
berinteraksi dengan anak mereka menggunakan Anak tunarungu merupakan anak yang
pendekatan auditori-verbal. AVT mendorong mempunyai gangguan pada pendengarannya
anak-anak untuk mendengar dan berinteraksi sehingga tidak dapat mendengar bunyi dengan
dengan normal. Partisipasi dalam kelompok sempurna atau bahkan tidak dapat mendengar
bermain, cerita di dalam perpustakaan, dan sama sekali, tetapi dipercayai bahwa tidak ada
kehadiran di sekolah dan masyarakat dapat satupun manusia yang tidak bisa mendengar
memberikan anak-anak motivasi dengan model sama sekali. Walaupun sangat sedikit, masih
bahasa alami. ada sisa-sisa pendengaran yang masih bisa
AVT mengajarkan anak untuk mengem- dioptimalkan pada anak tunarungu tersebut.
bangkan keterampilan self monitoring. Anak Berkenaan dengan tunarungu, terutama tentang
belajar untuk mendengarkan / suaranya sendiri pengertian tunarungu terdapat beberapa pe-
serta orang lain selama percakapan alami ngertian sesuai dengan pandangan dan
sehingga meningkatkan kualitas suara alam. kepentingan masing-masing.
AVT merupakansatu set logis dan kritis Menurut Dwidjosumarto (dalam
terhadap prinsip. Orang tua, terapis, dan anak Somantri, 1996) mengemukakan bahwa sese-
terlibat dalam kegiatan bermain yang orang yang tidak atau kurang mampu
mengajarkan anak untuk belajar auditori-verbal mendengar suara dikatakan tunarungu. Ketuna-
dengan memperkuat sisa pendengaran agar runguan dibedakan menjadi dua kategori, yaitu
seperti anak-anak dengan pendengaran normal. tuli (deaf) atau kurang dengar (hard of
Ketika dibantu dengan benar, anak dengan hearing). Tuli adalah anak yang indera pen-
gangguan pendengaran dapat mendeteksi dengarannya mengalami kerusakan dalam taraf
ucapan meskipun hanya terbatas. Seorang anak berat sehingga pendengarannya tidak berfungsi
yang mengalami gangguan pendengaran secara lagi. Sedangkan kurang dengar adalah anak
otomatis menjadi pembelajar visual (bahasa yang indera pendengarannya mengalami
isyarat). kerusakan, tetapi masih dapat berfungsi untuk
Anak-anak mempelajari bahasa yang mendengar, baik dengan maupun tanpa
efektif melalui konsisten dan terus-menerus, menggunakan alat bantu dengar (hearing aids).
serta interaksi belajar yang berarti dalam Murni Winarsih, (2007) mengemuka-
lingkungan yang mendukung. Orang tua dalam kan bahwa tunarungu adalah suatu istilah
program AVT tidak perlu belajar bahasa isyarat, umum yang menunjukkan kesulitan mendengar
karena AVT menggunakan dan mendorong dari yang ringan sampai berat, digolongkan ke
penggunaan pendengaran yang maksimum, dan dalam tuli dan kurang dengar. Orang tuli
menekankan mendengarkan daripada visual. adalah yang kehilangan kemampuan men-
AVT menggunakan pendekatan tim untuk dengar sehingga menghambat proses informasi
terapi, yang memungkinkan untuk lingkungan bahasa melalui pendengaran, baik memakai
pendidikan yang lebih lengkap.Dibandingkan ataupun tidak memakai alat bantu dengar
dengan komunikasi lainnya dan metode dimana batas pendengaran yang dimilikinya
pengajaran untuk anak-anak tuli, Auditory- cukup memungkinkan keberhasilan proses
Verbal manajemen relatif baru. Banyak guru informasi bahasa melalui pendengaran.
dari tuna rungu dilatih sebelum Auditory- Suharmini, (2009) mengemukakan tuna
Verbal manajemen agar dipahami dan terbiasa rungu dapat diartikan sebagai keadaan dari
dengan itu. Peran penting dari terapi Auditory- seorang individu yang mengalami kerusakan
Verbal adalah untuk menyediakan layanan pada indera pendengaran sehingga menyebab-

80
Pengaruh Auditori Verbal Therapy Terhadap Kemampuan Penguasaan Kosa Kata Pada Anak Yang Mengalami
Gangguan Pendengaran

kan tidak bisa menangkap berbagai rangsang anak tunarungu tidak bisa mendengar
suara, atau rangsang lain melalui pendengaran. bahasa, maka anak tunarungu mengalami
Beberapa pengertian dan definisi hambatan dalam berkomunikasi. Bahasa
tunarungu di atas merupakan definisi yang merupakan alat dan sarana utama seseorang
termasuk kompleks, sehingga dapat disimpul- dalam berkomunikasi. Alat komunikasi
kan bahwa anak tunarungu adalah anak yang terdiri dari membaca, menulis dan
memiliki gangguan dalam pendengarannya, berbicara, sehingga anak tunarungu akan
baik secara keseluruhan ataupun masih tertinggal dalam tiga aspek penting ini.
memiliki sisa pendengaran. Meskipun anak Anak tunarungu memerlukan penanganan
tunarungu sudah diberikan alat bantu dengar, khusus dan lingkungan berbahasa yang
tetap saja anak tunarungu masih memerlukan intensif untuk meningkatkan kemampuan
pelayanan pendidikan khusus. berbahasanya. Kemampuan berbicara anak
Karakteristik anak tunarungu dari segi tunarungu juga dipengaruhi oleh
fisik tidak memiliki karakteristik yang khas, kemampuan berbahasa yang dimiliki oleh
karena secara fisik anak tunarungu tidak anak tunarungu. Kemampuan berbicara
mengalami gangguan yang terlihat. Sebagai pada anak tunarungu akan berkembang
dampak ketunarunguannya, anak tunarungu dengan sendirinya namun memerlukan
memiliki karakteristik yang khas dari segi yang upaya terus menerus serta latihan dan
berbeda. Somad dan Hernawati, (1995) bimbingan secara profesional.
mendeskripsikan karakteristik ketunarunguan c. Karakteristik dari segi emosi dan sosial.
dilihat dari segi intelegensi, bahasa dan bicara, Ketunarunguan dapat menyebabkan ke-
emosi, dan sosial. terasingan dengan lingkungan. Keter-
a. Karakteristik dari segi intelegensi, asingan tersebut akan menimbulkan
Intelegensi anak tunarungu tidak berbeda beberapa efek negatif seperti egosentrisme
dengan anak normal yaitu tinggi, rata-rata yang melebihi anak normal, mempunyai
dan rendah. Pada umumnya anak tunarungu perasaan takut akan lingkungan yang lebih
memiliki inteligensi normal dan rata-rata. luas, ketergantungan terhadap orang lain,
Prestasi anak tunarungu seringkali lebih perhatian mereka lebih sukar dialihkan,
rendah daripada prestasi anak normal umumnya memiliki sifat yang polos dan
karena dipengaruhi oleh kemampuan anak tanpa banyak masalah, dan lebih mudah
tunarungu dalam mengerti pelajaran yang marah serta cepat tersinggung.
diverbalkan. Namun untuk pelajaran yang
tidak diverbalkan, anak tunarungu memiliki HIPOTESIS
perkembangan yang sama cepatnya dengan Berdasarkan permasalahan yang telah
anak normal. Prestasi anak tunarungu yang dikemukakan dan teori yang dipaparkan, maka
rendah bukan disebabkan karena hipotesis yang diajukan adalah, “Ada pengaruh
intelegensinya rendah namun karena anak terapi Auditori Verbal terhadap kemampuan
tunarungu tidak dapat memaksimalkan penguasaan kosa kata pada anak-anak yang
intelegensi yang dimiliki. Aspek intelegensi mengalami gangguan pendengaran”.
yang bersumber pada verbal seringkali
rendah, namun aspek intelegensi yang METODE
bersumber pada penglihatan dan motorik Desain eksperimen yang digunakan
akan berkembang dengan cepat. dalam penelitian ini adalah One – Group
b. Karakteristik dari segi bahasa dan bicara. Pretest-Posttest Design, yaitu eksperimen yang
Kemampuan anak tunarungu dalam dilaksanakan pada satu kelompok saja tanpa
berbahasa dan berbicara berbeda dengan kelompok pembanding.
anak normal pada umumnya karena Dalam penelitian ini subjek yang
kemampuan tersebut sangat erat kaitannya diberikan perlakuan adalah anak-anak usia
dengan kemampuan mendengar. Karena antara 5-7 tahun yang mengikuti program terapi

81
Hermin Ratih dan Rr Amanda Pasca Rini

wicara dan pendengaran di SLB Karya Mulya tersebut sesuai dengan beberapa penelitian
Surabaya. sebelumnya yang dilakukan Wagino dan
Rafikayati (2013), serta Dornan (2009) yang
Tabel 1. Rancangan Desain Pelatihan menyimpulkan bahwa terapi AVT memiliki
kemampuan efektif atau berpengaruh terhadap
Pre test Perlakuan Pos test penguasaan kosa kata pada anak-anak yang
Y1 X Y2 mengalami gangguan pendengaran, sehingga
Keterangan : anak-anak dalam waktu yang relatif lebih cepat
X : Pemberian perlakuan (terapi AVT) mampu berkomunikasi dengan lingkungannya.
Y1 : Pre Test
Y2 : Post Test
Diterimanya hipotesis tersebut selain
ditunjang dengan penelitian sebelumnya juga
.
proses terapi serta alat yang dupergunakan,
Pengambilan sampel dilakukan melalui
yaitu implan sebagai alat bantu pendengaran
teknik purposive sampling, yaitu mengambil
(ABD). Namun demikian faktor lingkungan
sejumlah sampel yang dibutuhkan berdasarkan
keluarga juga berperan dalam perkembangan
syarat-syarat yang sesuai dengan tujuan
bahasa anak. Santrock (2007) menyatakan
penelitian, yaitu anak-anak berusia antara 5-7
bahwa kuantitas percakapan orangtua kepada
tahun dan terindikasi memiliki hambatan
anak berhubungan langsung dengan partum-
pendengaran. Subjek yang diambil dalam
buhan kosakata anak dan kuantitas bicara juga
penelitian ini adalah siswa TK-B sebanyak 10
dihubungkan dengan status sosial ekonomi
siswa.
keluarga. Pada penelitian ini, peneliti meman-
faatkan data-data yang ada di buku induk
HASIL
sekolah untuk dapat dijadikan gambaran
Analisis data dalam penelitian ini
mengenai kondisi keluarga dari anak-anak yang
menggunakan teknik analisis non parametrik
diteliti. Berdasarkan data yang diperoleh
Wilcoxon. Uji Wilcoxon Rank Sum Test
diketahui bahwa anak-anak yang kedua
adalah uji komparatif 2 sampel bebas apabila
orangtuanya bekerja memiliki kosakata yang
skala data ordinal, interval atau rasio tetapi
tidak sebanyak anak-anak lain yang ibunya
tidak berdistribusi normal. Uji komparatif yang
tidak bekerja. Oleh karena itu, muncul sebuah
dimaksud adalah uji untuk mengetahui
dugaan bahwa orangtua khususnya ibu yang
perbedaan jumlah peringkat antara 2 kelompok,
berbicara lebih sering kepada anak-anaknya
dalam tiap kelompok jumlah observasi atau
akan berpengaruh dalam jumlah kosakata yang
sampel boleh beda (Hadi, 2000; dan Santoso,
dikuasai anak.
2005).
Kemudian dari sisi bahasa pengantar
Berdasarkan data hasil pengujian
sehari-hari yang digunakan anak dan orangtua
hipotesis tersebut dapat diketahui bahwa nilai Z
di rumah, pada dasarnya turut memberikan
= -3,934 dengan nilai probabilitas sebesar
pengaruh terhadap kuantitas ragam kosakata
0,000 (p<0,01) yang berarti terdapat perubahan
yang dikuasai anak. Anak-anak yang terbiasa
yang sangat signifikan. Hal tersebut menunjuk-
menggunakan bahasa Indonesia dan Jawa
kan bahwa hipotesis yang menyatakan ada
untuk berinteraksi dengan orangtua, mayoritas
pengaruh Auditori Verbal Terapy terhadap
kuantitas ragam kosakata bahasa Indonesia
kemampuan kosa kata pada anak-anak yang
yang dikuasai lebih banyak daripada anak-anak
mengalami gangguan pendengaran dapat
yang hanya terbiasa menggunakan bahasa Jawa
diterima.
sebagai sarana berinteraksi dengan orangtua.
Hal itu tentunya juga didukung dengan
DISKUSI
hubungan komunikasi yang baik antara
Berdasarkan analisis uji hipotesis dapat
orangtua dan anak sehingga berdampak pada
diketahui bahwa hasil terapi AVT terhadap
kuantitas ragam kosakata bahasa Indonesia
kemampuan atau penguasaan kosa kata pada
yang dikuasai anak.
anak-anak yang mengalami gangguan pen-
dengaran dapat diterima. Terbuktinya hipotesis

82
Pengaruh Auditori Verbal Therapy Terhadap Kemampuan Penguasaan Kosa Kata Pada Anak Yang Mengalami
Gangguan Pendengaran

Meskipun demikian, baik anak yang pistolan termasuk kategori nomina hasil dari
mempunyai kuantitas ragam kosakata bahasa proses reduplikasi. Kosakata robot-robotan,
Indonesia yang banyak maupun sedikit dalam buah-buahan, rumah-rumahan, dan pistol-
penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pistolan merupakan perulangan yang disertai
kedua, sedikit banyak masih tercampuri dengan afiksasi-an dan memiliki makna
kosakata Jawa sebagai bahasa pertama anak. kemiripan rupa. Kemudian anak-anak dan
Hal ini karena anak-anak tinggal dalam barang-barang merupakan jenis perulangan
lingkungan yang sebagian besar masyarakatnya murni sedangkan alun-alun dan kura-kura
menggunakan bahasa Jawa sebagai sarana merupakan jenis perulangan semu.
komunikasi sehari-hari. Pada penelitian ini, mayoritas kata kerja
Dalam penelitian ini kelas kata nomina yang dikuasai anak TK-LB berhubungan
menempati jumlah terbanyak yang dikuasai dengan aktivitas atau tindakan sehari-hari yang
anak. Hal ini sesuai dengan penelitian Gentner dilakukan anak. Kosakata tersebut di antaranya
yang menyatakan bahwa anak menguasai adalah nyapu dan masak (menyapu dan
nomina dengan jumlah yang paling banyak memasak : bahasa jawa), senang (gembira), ke
daripada kelas kata lainnya (Dardjowidjojo, pasar, makan, dan mainan. Kosakata tersebut
2010). Hasil yang sama juga ditunjukkan termasuk kategori verba bentuk dasar. Verba
Dardjowidjojo (2010), Yosinta,(2009) yang bentuk dasar memiliki makna yang mandiri
selama lima tahun meneliti pemerolehan meskipun tidak dibubuhi dengan afiks. Selain
bahasa cucunya. Dari penelitian tersebut itu, verba dasar memiliki potensi untuk
diketahui bahwa nomina menduduki posisi membentuk verbal lain dengan menambahkan
paling atas. Selain itu Kata benda atau nomina afiksasi pada verbal dasar. Misalnya dari
dari segi semantis adalah kata yang mengacu kosakata bangun, baca, dan masak dapat
pada manusia, binatang, benda, dan konsep dibentuk menjadi membangunkan, membaca,
atau pengertian (Alwi dkk, 2010). Dari dan memasak.
penelitian ini, diketahui bahwa anak usia Sementara itu, kosakata mengeja,
prasekolah mayoritas mengetahui nama dilombakan, dipanggil, menemukan, menye-
berbagai benda yang ada di sekitarnya. Benda- berang, berdoa, ditakuti, memeriksa termasuk
benda yang diketahui oleh anak pada umumnya dalam verbal turunan hasil dari proses
bersifat konkret atau nyata. Di samping itu, pengafiksasian. Kosakata jalan-jalan, masak-
benda-benda tersebut sering ditemukan dalam masak, pindah-pindah, bergerak-gerak, dan
kehidupan sehari-hari anak sehingga anak lebih meloncat-loncat termasuk dalam verbal turunan
mudah untuk mengingat nama benda-benda hasil dari proses reduplikasi sedangkan jalan
tersebut. Oleh karena itu, kategori nomina kaki adalah bentuk verbal turunan hasil proses
banyak dikuasai anak-anak. pemajemukan. Pemajemukan adalah pengga-
Berdasarkan segi bentuk, nomina bungan atau pemaduan dua dasar atau lebih
dibedakan ke dalam nomina dasar dan nomina sehingga menjadi satu satuan makna (Alwi
turunan. Pembentukan nomina turunan dkk, 2010).
dilakukan dengan (a) afiksasi, (b) pengulangan, Penguasaan kosa kata yang mencakup
atau (c) pemajemukan. Kosakata seperti kata sifat, yaitu kosakata yang berkaitan
gambar, ibu, adik, melati, buku, rumput, dengan kategori adjektiva dalam tuturan anak
serigala, capung, apel, manggis, pilot, sungai, di antaranya adalah cantik, sakit, jahat, nakal,
mobil, bapak, dan kambing termasuk kategori lupa, jauh, dekat, kaget, sehat, pintar, takut,
nomina bentuk dasar. Kosakata mainan, baik, lurus, kecil-kecil dan lain sebagainya.
ayunan, makanan dan minuman termasuk Dalam penelitian ini kosa kata yang dipakai
kategori nomina turunan hasil proses afiksasi. adalah menangis, sedih, gembira, dan semangat
Sementara itu, kosakata robot-robotan, anak- yang tergolong bentuk-bentuk adjektiva dasar.
anak, barang-barang, buah-buahan, rumah- Sesuai dengan karakteristik adjektiva, kosakata
rumahan, alun-alun, kura-kura, dan pistol- tersebut berpotensi untuk bergabung dengan

83
Hermin Ratih dan Rr Amanda Pasca Rini

partikel tidak, lebih, atau sangat. Sementara berinteraksi di lapangan.Oleh karena itu, dapat
itu, kosakata kecil-kecil termasuk dalam disimpulkan bahwa ruang lingkup kosakata
kategori adjektiva turunan hasil dari proses. anak selain berhubungan dengan segala sesuatu
Dalam penelitian ini terdapat beberapa yang bersifat konkret juga berhubungan dengan
kata ganti atau pronomina yang digunakan segala sesuatu yang dapat dirasakan dan
anak dalam berkomunikasi, di antaranya adalah dialami sendiri oleh anak-anak. Hal ini sejalan
pronomina posesiva seperti pada kata dengan pendapat Dale yang menyatakan bahwa
“mainanku” dan “mainannya”. Menurut Keraf kosakata anak-anak hanya dibatasi oleh
(1982), pronomina posesiva adalah segala kata pengalaman-pengalaman mereka dan oleh
yang menggantikan kata ganti orang dalam model-model yang tersedia (Tarigan, 1993).
kedudukannya sebagai pemilik. Jadi, bentuk - Hal tersebut dapat dikatakan bahwa
ku, -mu, -nya adalah bentuk-bentuk ringkas jika lingkungan mampu memberikan banyak
yang diletakkan di belakang sebuah kata yang pengalaman kepada anak-anak dimungkinkan
biasa disebut dengan enklitis. ruang lingkup kosakata anak akan lebih luas
Selain itu kosa kata yang dikuasai anak lagi. Hal ini karena anak-anak menginter-
TK-LB dalam penelitian ini adalah penggunaan pretasikan kata-kata berdasarkan pengalaman-
kata hubung. Anak TK-LB sudah menguasai nya pada masa lalu. Segala sesuatu yang
dengan baik beberapa konjungsi dalam sebuah dilihat, didengar, dirasakan, dan dilakukan
tuturannya. Pada tuturan anak, kosakata yang anak pada masa lalu akan memperkaya ruang
berkaitan dengan kategori konjungsi adalah lingkup kosakata anak-anak.
dan, kalau, tapi. kosakata tapi, kalau, dan Berdasarkan hasil analisis penelitian
adalah bentuk kategori konjungsi intrakalimat. dapat disimpulkan bahwa kosakata anak sudah
Konjungsi intra-kalimat adalah konjungsi yang mencakup hampir seluruh kelas kata yang ada.
menghubungkan satuan-satuan kata dengan Dari delapan kelas kata yang ada, sebagian
kata, frase dengan frase, atau klausa dengan besar kosakata anak sudah mencakup nomina,
klausa, seperti kata “dan” serta kata “dari”. verba, adjektiva, adverbia, pronomina, nu-
Pada anak usia prasekolah, terutama meralia, preposisi, konjungsi, dan interjeksi.
pada siswa TK-LB ruang lingkup kosakata Berdasarkan hasil penelitian ini, kelas
bahasa Indonesia yang dikuasai sebagian besar kata nomina menempati posisi terbanyak yang
masih berada dalam tataran benda, aktivitas, dikuasai anak. Hal itu berbanding terbalik
keadaan, dan hal-hal lain yang bersifat konkret. dengan kelas kata artikulasi yang tidak
Kosakata yang berkaitan dengan aktivitas ditemukan sama sekali dalam tuturan anak-
sehari-hari seperti makan, minum, tidur, mandi, anak yang diteliti.
belajar, bermain dan sebagainya adalah salah
satu contoh gagasan-gagasan konkret yang KESIMPULAN
sering keluar dari tuturan anak-anak. Begitu Berdasarkan hasil analisisuji hipotesis
juga dengan nama-nama dalam lingkup dan pembahasan yang telah dipaparkan, maka
kekerabatan seperti bapak atau ayah, ibu,
dapat disimpulkan adanya pengaruh yang
kakak, adik, dan sebagainya. Walaupun
demikian, tidak berarti anak belum menguasai signifikan penerapan terapi AVT terhadap
gagasan-gagasan abstrak sepenuhnya. Anak kemamuan penguasaan kosakata pada pada
sudah menguasai gagasan-gagasan abstrak anak-anak yang mengalami gangguan pen-
seperti susah, senang, sayang dan sebagainya dengaran.
yang berada dalam ruang lingkup keadaan, Digunakanannya terapi AVT sebagai
hanya saja untuk konsep kosakata abstrak yang media belajar pada anak-anak tunarungu,
lebih tinggi, anak-anak belum mampu terutama yang sedang mengikuti proses belajar
memahaminya dengan baik. Hal itu dapat pra sekolah (TK-LB) dengan memper-
diketahui ketika terdapat anak yang me- timbangkan adanya hambatan belajar atau
nanyakan konsep sebuah kata “sopan”, berkomunikasi yang disebabkan oleh kecen-
“ibadah”, dan “kuyup” kepada peneliti ketika derungan yang umum sebagai karakteristik

84
Pengaruh Auditori Verbal Therapy Terhadap Kemampuan Penguasaan Kosa Kata Pada Anak Yang Mengalami
Gangguan Pendengaran

anak tunarungu, terutamamasalah kemampuan (adjektiva), keterangan (adverbia), kata ganti


dalam berbahasa dan berbicara yang sangat erat (pronomina), bilangan (numeralia), kata depan
kaitannya dengan kemampuan mendengar dan (preposisi),dan kata hubung (konjungsi).Hasil
ketunarunguan. penelitian ini, telah membuktikan bahwa kelas
Melalui proses terapi AVT dapat kata nomina menempati posisi terbanyak yang
diketahui bahwa kosakata anak sudah dikuasai anak. Hal itu berbanding terbalik
mencakup hampir seluruh kelas kata yang ada. dengan kelas kata artikulasi yang tidak
Dari delapan kelas kata yang ada, sebagian ditemukan sama sekali dalam tuturan anak-
besar kosakata anak sudah mencakup kata anak yang diteliti.
benda (nomina), kata kerja (verba), kata sifat

DAFTAR PUSTAKA Dardjowidjojo, S. (2010). Psikolinguistik


Prasetyo, A., Yulianti, Fitri., Kenfitria, DW, Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia.
dan Octavia N.I (2011), Analisis Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Kemampuan Penguasaan Kosa Kata Baru Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Pada Anak Pos Paud Mutiara Semarang Dirjen Managemen Pendidikan Dasar dan
Melalui Metode Glenn Doman. Jurnal Menengah Direktorat Pembinaan SDLB
Penelitian PAUDIA, Volume 1 No. , hal: (2006). Standar Kompetensi Dasar
106-124 SMPLB Tunarungu.
Alwi, H., Lapoliwa, H., Dardjowidjojo, S., Diaz Hasan Hutomo (2012). Pengaruh
Moeliono, A.M. (2010). Tata Bahasa penguasaan kosakata terhadap keteram-
Baku Bahasa Indonesia (edisi ketiga). pilan membaca pemahaman siswa kelas
Jakarta: Balai Pustaka. IV SD Negeri se-Kelurahan Mino-martani,
Aribowo, Luita. (2008). Pemerolehan Fonem Ngaglik, Sleman tahun pela-jaran
Anak usia 1-6 tahun di Taman Penitipan 2011/2012. Skirpsi tidak diterbit-kan.
Anak Rumah Sakit Katolik St. Vicentius Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
A Paulo. Tesis. Linguistik, Program Pasca Negeri Yogyakarta
Sarjana, Universitas Gadjah Mada, Dornan dkk, (2009). Longitudinal Study of
Yogyakarta. Speech Perception, Speech, and Language
Baihaqi, Cipta dan Sugiarmin. (2008). or Children with Hearing Loss in an
Memahami dan Membantu Anak ADHD. Auditory Verbal Therapy Program
Bandung : Refika Aditama (online), Vol 109 (2-3). Diambil dari
Bunawan, L dan Yuwati, C.S (2000), http://ebookbrowse.com
Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu. Istiqomah, Mirza. (2010). Pemerolehan
Jakarta. Yayasan Santri Rama. Kosakata Anak Usia 5 dan 6 Tahun di TK
Bunawan, Lani dan Yuwati, CS. (2000). Kurnia Bibis Manukan Wetan-Tandes
Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu. Surabaya. Skripsi. Jurusan Sastra
Jakarta:Yayasan Santi Rama Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya,
Chaer, A. (2007). Leksikologi dan Universitas Airlangga, Surabaya.
Leksikografi Indonesia. Jakarta: Rineka Kurnaeni. (2007). Metode Pengajaran Bahasa
Cipta. Bagi Anak Tunarungu, artikel (online),
Chaer, A. (2003). Psikolinguistik Kajian diambil dari : http://dtarsidi.blogspot. com
Teoretik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. diakses 8 Maret 2011

85
Hermin Ratih dan Rr Amanda Pasca Rini

Manaf, Ngusman. (2008). Semantik Teori dan Jurnal Penelitian dan Evaluasi
Terapannya dalam Bahasa Indo-nesia. Pendidikan, Tahun 14, Nomor 2, hal: 166-
Padang: UNP Press. 185
Miseri. (2004). Pelaksanaan Metode Auditory Smart, Aqila. (2010). Anak Cacat Bukan
Verbal Therapy dalam Me-ngembangkan Kiamat. Yogyakarta: Kata Hati.
Kemampuan Berbahasa Anak Tunarungu Sudjana dan Rivai. A. (200)2. Media
di Klinik AVT Parents Support Group Pengajaran. Bandung. Sinar Baru
Surabaya. Skripsi tidak diterbitkan. Algensido.
Surabaya : JPLB FIP Unesa Sujarwanto. (2005). Terapi Okupasi Untuk
Mulyono, Abdurrahman (1996). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta :
Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta. Depdiknas
Departemen Pendidikan dan Kebuda-yaan Wagino & Rafikayati, Ana (2013). Pelak-
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. sanaan auditory verbal therapy (AVT)
Proyek Pendidikan Guru. dalam mengembangkan keterampilan
Musyarofah (2009). Upaya meningkatkan berbahasa anak tunarungu. Jurnal Pendi-
perbendaharaan kata pada anak tunarungu dikan Luar Biasa, April 2013, Volume 9,
melalui media variasi gambar pada Kelas I Nomor.1
/ B Semester II SDLBN Cilacap Tahun Widia Yuanita Ayu (2010), Pemerolehan
Pelajaran 2008 / 2009. Thesis kosakata anak tunarungu berdasarkan
pascasarjana, tidak diterbitkan, Program kelas kata bahasa indonesia di SDLB
Studi Pendidikan Luar Biasa Fakultas Karya Mulia II surabaya: kajian
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan psikolinguistik. Skriptorium, Vol. 1, No. 2,
Universitas Sebelas Maret Surakarta hal: 129-142
Rahmawati, Dyah., Sunaryo, H.S., dan Yosinta. Desy, (2009). Pemerolehan Bahasa
Widodo, HS (2011), Penguasaan kosakata Indonesia Anak Tunarungu Usia 7-10
bahasa indonesia pada anak usia Tahun (Studi Kasus Pada Tina dan Viki).
prasekolah. Jurnal Penelitian PAUDIA, Skripsi pada Jurusan Pendidikan Bahasa,
Volume 1 No. 1, hal: 1-12 Sastra Indonesia, dan Daerah, Fakultas
Ratna, Wulan (2010). Peranan inteligensi, Keguruan dan Ilmu
penguasaan kosakata, sikap, dan minat Pendidikan,Universitas Muhammadiyah
terhadap kemampuan membaca pada anak. Surakarta, Surakarta.

86

Das könnte Ihnen auch gefallen