Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Intisari. Penelitian melalui metode quasi experiment pada siswa TK-LB khususnya
anak-anak yang mengalami gangguan pendengaran ini bertujuan untuk membuktikan
adanya pengaruh pemberian perlakuan atau terapi AVT terhadap penguasaan kosa
kata pada anak-anak yang mengalami gangguan pendengaran. Data dikumpulkan
menggunakan check list atau lembar penilaian hasil belajar yang mengacu pada
kriteria yang ditetapkan dalam kurikulum tahun 2006. Pembuktian hipotesis melalui
uji non parametrik Wilcoxon test diperoleh nilai Z = -3,934; p = 0,000 (p<0,01) yang
berarti ada pengaruh Auditori Verbal Terapy terhadap kemampuan kosa kata pada
anak-anak yang mengalami gangguan pendengaran. Melalui proses terapi AVT dapat
diketahui bahwa kosakata anak sudah mencakup hampir seluruh kelas kata yang ada.
Dari delapan kelas kata yang ada, sebagian besar kosakata anak sudah mencakup
kata benda (nomina), kata kerja (verba), kata sifat (adjektiva), keterangan (adverbia),
kata ganti (pronomina), bilangan (numeralia), kata depan (preposisi), dan kata
hubung (konjungsi).
Kata kunci: Auditori Verbal Terapy (AVT), Penguasaan Kosa Kata, Gangguan-
Pendengaran
77
Hermin Ratih dan Rr Amanda Pasca Rini
78
Pengaruh Auditori Verbal Therapy Terhadap Kemampuan Penguasaan Kosa Kata Pada Anak Yang Mengalami
Gangguan Pendengaran
79
Hermin Ratih dan Rr Amanda Pasca Rini
amplifikasi, serta intervensi segera membantu dukungan bagi staf sekolah untuk memenuhi
untuk mengurangi tingkat keterlambatan kebutuhan pendidikan setiap anak. Hal ini
bahasa umumnya terkait dengan gangguan dapat juga membantu observasi kelas, untuk
pendengaran. merekomendasikan bahasa, modifikasi kuri-
AVT didasarkan pada orang tua kulum, dan demonstrasi sesi pengajaran.
mengajar, selama sesi individu anak mereka
terapi untuk menekankan sisa pendengaran dan Anak-Anak Tuna Rungu
berinteraksi dengan anak mereka menggunakan Anak tunarungu merupakan anak yang
pendekatan auditori-verbal. AVT mendorong mempunyai gangguan pada pendengarannya
anak-anak untuk mendengar dan berinteraksi sehingga tidak dapat mendengar bunyi dengan
dengan normal. Partisipasi dalam kelompok sempurna atau bahkan tidak dapat mendengar
bermain, cerita di dalam perpustakaan, dan sama sekali, tetapi dipercayai bahwa tidak ada
kehadiran di sekolah dan masyarakat dapat satupun manusia yang tidak bisa mendengar
memberikan anak-anak motivasi dengan model sama sekali. Walaupun sangat sedikit, masih
bahasa alami. ada sisa-sisa pendengaran yang masih bisa
AVT mengajarkan anak untuk mengem- dioptimalkan pada anak tunarungu tersebut.
bangkan keterampilan self monitoring. Anak Berkenaan dengan tunarungu, terutama tentang
belajar untuk mendengarkan / suaranya sendiri pengertian tunarungu terdapat beberapa pe-
serta orang lain selama percakapan alami ngertian sesuai dengan pandangan dan
sehingga meningkatkan kualitas suara alam. kepentingan masing-masing.
AVT merupakansatu set logis dan kritis Menurut Dwidjosumarto (dalam
terhadap prinsip. Orang tua, terapis, dan anak Somantri, 1996) mengemukakan bahwa sese-
terlibat dalam kegiatan bermain yang orang yang tidak atau kurang mampu
mengajarkan anak untuk belajar auditori-verbal mendengar suara dikatakan tunarungu. Ketuna-
dengan memperkuat sisa pendengaran agar runguan dibedakan menjadi dua kategori, yaitu
seperti anak-anak dengan pendengaran normal. tuli (deaf) atau kurang dengar (hard of
Ketika dibantu dengan benar, anak dengan hearing). Tuli adalah anak yang indera pen-
gangguan pendengaran dapat mendeteksi dengarannya mengalami kerusakan dalam taraf
ucapan meskipun hanya terbatas. Seorang anak berat sehingga pendengarannya tidak berfungsi
yang mengalami gangguan pendengaran secara lagi. Sedangkan kurang dengar adalah anak
otomatis menjadi pembelajar visual (bahasa yang indera pendengarannya mengalami
isyarat). kerusakan, tetapi masih dapat berfungsi untuk
Anak-anak mempelajari bahasa yang mendengar, baik dengan maupun tanpa
efektif melalui konsisten dan terus-menerus, menggunakan alat bantu dengar (hearing aids).
serta interaksi belajar yang berarti dalam Murni Winarsih, (2007) mengemuka-
lingkungan yang mendukung. Orang tua dalam kan bahwa tunarungu adalah suatu istilah
program AVT tidak perlu belajar bahasa isyarat, umum yang menunjukkan kesulitan mendengar
karena AVT menggunakan dan mendorong dari yang ringan sampai berat, digolongkan ke
penggunaan pendengaran yang maksimum, dan dalam tuli dan kurang dengar. Orang tuli
menekankan mendengarkan daripada visual. adalah yang kehilangan kemampuan men-
AVT menggunakan pendekatan tim untuk dengar sehingga menghambat proses informasi
terapi, yang memungkinkan untuk lingkungan bahasa melalui pendengaran, baik memakai
pendidikan yang lebih lengkap.Dibandingkan ataupun tidak memakai alat bantu dengar
dengan komunikasi lainnya dan metode dimana batas pendengaran yang dimilikinya
pengajaran untuk anak-anak tuli, Auditory- cukup memungkinkan keberhasilan proses
Verbal manajemen relatif baru. Banyak guru informasi bahasa melalui pendengaran.
dari tuna rungu dilatih sebelum Auditory- Suharmini, (2009) mengemukakan tuna
Verbal manajemen agar dipahami dan terbiasa rungu dapat diartikan sebagai keadaan dari
dengan itu. Peran penting dari terapi Auditory- seorang individu yang mengalami kerusakan
Verbal adalah untuk menyediakan layanan pada indera pendengaran sehingga menyebab-
80
Pengaruh Auditori Verbal Therapy Terhadap Kemampuan Penguasaan Kosa Kata Pada Anak Yang Mengalami
Gangguan Pendengaran
kan tidak bisa menangkap berbagai rangsang anak tunarungu tidak bisa mendengar
suara, atau rangsang lain melalui pendengaran. bahasa, maka anak tunarungu mengalami
Beberapa pengertian dan definisi hambatan dalam berkomunikasi. Bahasa
tunarungu di atas merupakan definisi yang merupakan alat dan sarana utama seseorang
termasuk kompleks, sehingga dapat disimpul- dalam berkomunikasi. Alat komunikasi
kan bahwa anak tunarungu adalah anak yang terdiri dari membaca, menulis dan
memiliki gangguan dalam pendengarannya, berbicara, sehingga anak tunarungu akan
baik secara keseluruhan ataupun masih tertinggal dalam tiga aspek penting ini.
memiliki sisa pendengaran. Meskipun anak Anak tunarungu memerlukan penanganan
tunarungu sudah diberikan alat bantu dengar, khusus dan lingkungan berbahasa yang
tetap saja anak tunarungu masih memerlukan intensif untuk meningkatkan kemampuan
pelayanan pendidikan khusus. berbahasanya. Kemampuan berbicara anak
Karakteristik anak tunarungu dari segi tunarungu juga dipengaruhi oleh
fisik tidak memiliki karakteristik yang khas, kemampuan berbahasa yang dimiliki oleh
karena secara fisik anak tunarungu tidak anak tunarungu. Kemampuan berbicara
mengalami gangguan yang terlihat. Sebagai pada anak tunarungu akan berkembang
dampak ketunarunguannya, anak tunarungu dengan sendirinya namun memerlukan
memiliki karakteristik yang khas dari segi yang upaya terus menerus serta latihan dan
berbeda. Somad dan Hernawati, (1995) bimbingan secara profesional.
mendeskripsikan karakteristik ketunarunguan c. Karakteristik dari segi emosi dan sosial.
dilihat dari segi intelegensi, bahasa dan bicara, Ketunarunguan dapat menyebabkan ke-
emosi, dan sosial. terasingan dengan lingkungan. Keter-
a. Karakteristik dari segi intelegensi, asingan tersebut akan menimbulkan
Intelegensi anak tunarungu tidak berbeda beberapa efek negatif seperti egosentrisme
dengan anak normal yaitu tinggi, rata-rata yang melebihi anak normal, mempunyai
dan rendah. Pada umumnya anak tunarungu perasaan takut akan lingkungan yang lebih
memiliki inteligensi normal dan rata-rata. luas, ketergantungan terhadap orang lain,
Prestasi anak tunarungu seringkali lebih perhatian mereka lebih sukar dialihkan,
rendah daripada prestasi anak normal umumnya memiliki sifat yang polos dan
karena dipengaruhi oleh kemampuan anak tanpa banyak masalah, dan lebih mudah
tunarungu dalam mengerti pelajaran yang marah serta cepat tersinggung.
diverbalkan. Namun untuk pelajaran yang
tidak diverbalkan, anak tunarungu memiliki HIPOTESIS
perkembangan yang sama cepatnya dengan Berdasarkan permasalahan yang telah
anak normal. Prestasi anak tunarungu yang dikemukakan dan teori yang dipaparkan, maka
rendah bukan disebabkan karena hipotesis yang diajukan adalah, “Ada pengaruh
intelegensinya rendah namun karena anak terapi Auditori Verbal terhadap kemampuan
tunarungu tidak dapat memaksimalkan penguasaan kosa kata pada anak-anak yang
intelegensi yang dimiliki. Aspek intelegensi mengalami gangguan pendengaran”.
yang bersumber pada verbal seringkali
rendah, namun aspek intelegensi yang METODE
bersumber pada penglihatan dan motorik Desain eksperimen yang digunakan
akan berkembang dengan cepat. dalam penelitian ini adalah One – Group
b. Karakteristik dari segi bahasa dan bicara. Pretest-Posttest Design, yaitu eksperimen yang
Kemampuan anak tunarungu dalam dilaksanakan pada satu kelompok saja tanpa
berbahasa dan berbicara berbeda dengan kelompok pembanding.
anak normal pada umumnya karena Dalam penelitian ini subjek yang
kemampuan tersebut sangat erat kaitannya diberikan perlakuan adalah anak-anak usia
dengan kemampuan mendengar. Karena antara 5-7 tahun yang mengikuti program terapi
81
Hermin Ratih dan Rr Amanda Pasca Rini
wicara dan pendengaran di SLB Karya Mulya tersebut sesuai dengan beberapa penelitian
Surabaya. sebelumnya yang dilakukan Wagino dan
Rafikayati (2013), serta Dornan (2009) yang
Tabel 1. Rancangan Desain Pelatihan menyimpulkan bahwa terapi AVT memiliki
kemampuan efektif atau berpengaruh terhadap
Pre test Perlakuan Pos test penguasaan kosa kata pada anak-anak yang
Y1 X Y2 mengalami gangguan pendengaran, sehingga
Keterangan : anak-anak dalam waktu yang relatif lebih cepat
X : Pemberian perlakuan (terapi AVT) mampu berkomunikasi dengan lingkungannya.
Y1 : Pre Test
Y2 : Post Test
Diterimanya hipotesis tersebut selain
ditunjang dengan penelitian sebelumnya juga
.
proses terapi serta alat yang dupergunakan,
Pengambilan sampel dilakukan melalui
yaitu implan sebagai alat bantu pendengaran
teknik purposive sampling, yaitu mengambil
(ABD). Namun demikian faktor lingkungan
sejumlah sampel yang dibutuhkan berdasarkan
keluarga juga berperan dalam perkembangan
syarat-syarat yang sesuai dengan tujuan
bahasa anak. Santrock (2007) menyatakan
penelitian, yaitu anak-anak berusia antara 5-7
bahwa kuantitas percakapan orangtua kepada
tahun dan terindikasi memiliki hambatan
anak berhubungan langsung dengan partum-
pendengaran. Subjek yang diambil dalam
buhan kosakata anak dan kuantitas bicara juga
penelitian ini adalah siswa TK-B sebanyak 10
dihubungkan dengan status sosial ekonomi
siswa.
keluarga. Pada penelitian ini, peneliti meman-
faatkan data-data yang ada di buku induk
HASIL
sekolah untuk dapat dijadikan gambaran
Analisis data dalam penelitian ini
mengenai kondisi keluarga dari anak-anak yang
menggunakan teknik analisis non parametrik
diteliti. Berdasarkan data yang diperoleh
Wilcoxon. Uji Wilcoxon Rank Sum Test
diketahui bahwa anak-anak yang kedua
adalah uji komparatif 2 sampel bebas apabila
orangtuanya bekerja memiliki kosakata yang
skala data ordinal, interval atau rasio tetapi
tidak sebanyak anak-anak lain yang ibunya
tidak berdistribusi normal. Uji komparatif yang
tidak bekerja. Oleh karena itu, muncul sebuah
dimaksud adalah uji untuk mengetahui
dugaan bahwa orangtua khususnya ibu yang
perbedaan jumlah peringkat antara 2 kelompok,
berbicara lebih sering kepada anak-anaknya
dalam tiap kelompok jumlah observasi atau
akan berpengaruh dalam jumlah kosakata yang
sampel boleh beda (Hadi, 2000; dan Santoso,
dikuasai anak.
2005).
Kemudian dari sisi bahasa pengantar
Berdasarkan data hasil pengujian
sehari-hari yang digunakan anak dan orangtua
hipotesis tersebut dapat diketahui bahwa nilai Z
di rumah, pada dasarnya turut memberikan
= -3,934 dengan nilai probabilitas sebesar
pengaruh terhadap kuantitas ragam kosakata
0,000 (p<0,01) yang berarti terdapat perubahan
yang dikuasai anak. Anak-anak yang terbiasa
yang sangat signifikan. Hal tersebut menunjuk-
menggunakan bahasa Indonesia dan Jawa
kan bahwa hipotesis yang menyatakan ada
untuk berinteraksi dengan orangtua, mayoritas
pengaruh Auditori Verbal Terapy terhadap
kuantitas ragam kosakata bahasa Indonesia
kemampuan kosa kata pada anak-anak yang
yang dikuasai lebih banyak daripada anak-anak
mengalami gangguan pendengaran dapat
yang hanya terbiasa menggunakan bahasa Jawa
diterima.
sebagai sarana berinteraksi dengan orangtua.
Hal itu tentunya juga didukung dengan
DISKUSI
hubungan komunikasi yang baik antara
Berdasarkan analisis uji hipotesis dapat
orangtua dan anak sehingga berdampak pada
diketahui bahwa hasil terapi AVT terhadap
kuantitas ragam kosakata bahasa Indonesia
kemampuan atau penguasaan kosa kata pada
yang dikuasai anak.
anak-anak yang mengalami gangguan pen-
dengaran dapat diterima. Terbuktinya hipotesis
82
Pengaruh Auditori Verbal Therapy Terhadap Kemampuan Penguasaan Kosa Kata Pada Anak Yang Mengalami
Gangguan Pendengaran
Meskipun demikian, baik anak yang pistolan termasuk kategori nomina hasil dari
mempunyai kuantitas ragam kosakata bahasa proses reduplikasi. Kosakata robot-robotan,
Indonesia yang banyak maupun sedikit dalam buah-buahan, rumah-rumahan, dan pistol-
penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pistolan merupakan perulangan yang disertai
kedua, sedikit banyak masih tercampuri dengan afiksasi-an dan memiliki makna
kosakata Jawa sebagai bahasa pertama anak. kemiripan rupa. Kemudian anak-anak dan
Hal ini karena anak-anak tinggal dalam barang-barang merupakan jenis perulangan
lingkungan yang sebagian besar masyarakatnya murni sedangkan alun-alun dan kura-kura
menggunakan bahasa Jawa sebagai sarana merupakan jenis perulangan semu.
komunikasi sehari-hari. Pada penelitian ini, mayoritas kata kerja
Dalam penelitian ini kelas kata nomina yang dikuasai anak TK-LB berhubungan
menempati jumlah terbanyak yang dikuasai dengan aktivitas atau tindakan sehari-hari yang
anak. Hal ini sesuai dengan penelitian Gentner dilakukan anak. Kosakata tersebut di antaranya
yang menyatakan bahwa anak menguasai adalah nyapu dan masak (menyapu dan
nomina dengan jumlah yang paling banyak memasak : bahasa jawa), senang (gembira), ke
daripada kelas kata lainnya (Dardjowidjojo, pasar, makan, dan mainan. Kosakata tersebut
2010). Hasil yang sama juga ditunjukkan termasuk kategori verba bentuk dasar. Verba
Dardjowidjojo (2010), Yosinta,(2009) yang bentuk dasar memiliki makna yang mandiri
selama lima tahun meneliti pemerolehan meskipun tidak dibubuhi dengan afiks. Selain
bahasa cucunya. Dari penelitian tersebut itu, verba dasar memiliki potensi untuk
diketahui bahwa nomina menduduki posisi membentuk verbal lain dengan menambahkan
paling atas. Selain itu Kata benda atau nomina afiksasi pada verbal dasar. Misalnya dari
dari segi semantis adalah kata yang mengacu kosakata bangun, baca, dan masak dapat
pada manusia, binatang, benda, dan konsep dibentuk menjadi membangunkan, membaca,
atau pengertian (Alwi dkk, 2010). Dari dan memasak.
penelitian ini, diketahui bahwa anak usia Sementara itu, kosakata mengeja,
prasekolah mayoritas mengetahui nama dilombakan, dipanggil, menemukan, menye-
berbagai benda yang ada di sekitarnya. Benda- berang, berdoa, ditakuti, memeriksa termasuk
benda yang diketahui oleh anak pada umumnya dalam verbal turunan hasil dari proses
bersifat konkret atau nyata. Di samping itu, pengafiksasian. Kosakata jalan-jalan, masak-
benda-benda tersebut sering ditemukan dalam masak, pindah-pindah, bergerak-gerak, dan
kehidupan sehari-hari anak sehingga anak lebih meloncat-loncat termasuk dalam verbal turunan
mudah untuk mengingat nama benda-benda hasil dari proses reduplikasi sedangkan jalan
tersebut. Oleh karena itu, kategori nomina kaki adalah bentuk verbal turunan hasil proses
banyak dikuasai anak-anak. pemajemukan. Pemajemukan adalah pengga-
Berdasarkan segi bentuk, nomina bungan atau pemaduan dua dasar atau lebih
dibedakan ke dalam nomina dasar dan nomina sehingga menjadi satu satuan makna (Alwi
turunan. Pembentukan nomina turunan dkk, 2010).
dilakukan dengan (a) afiksasi, (b) pengulangan, Penguasaan kosa kata yang mencakup
atau (c) pemajemukan. Kosakata seperti kata sifat, yaitu kosakata yang berkaitan
gambar, ibu, adik, melati, buku, rumput, dengan kategori adjektiva dalam tuturan anak
serigala, capung, apel, manggis, pilot, sungai, di antaranya adalah cantik, sakit, jahat, nakal,
mobil, bapak, dan kambing termasuk kategori lupa, jauh, dekat, kaget, sehat, pintar, takut,
nomina bentuk dasar. Kosakata mainan, baik, lurus, kecil-kecil dan lain sebagainya.
ayunan, makanan dan minuman termasuk Dalam penelitian ini kosa kata yang dipakai
kategori nomina turunan hasil proses afiksasi. adalah menangis, sedih, gembira, dan semangat
Sementara itu, kosakata robot-robotan, anak- yang tergolong bentuk-bentuk adjektiva dasar.
anak, barang-barang, buah-buahan, rumah- Sesuai dengan karakteristik adjektiva, kosakata
rumahan, alun-alun, kura-kura, dan pistol- tersebut berpotensi untuk bergabung dengan
83
Hermin Ratih dan Rr Amanda Pasca Rini
partikel tidak, lebih, atau sangat. Sementara berinteraksi di lapangan.Oleh karena itu, dapat
itu, kosakata kecil-kecil termasuk dalam disimpulkan bahwa ruang lingkup kosakata
kategori adjektiva turunan hasil dari proses. anak selain berhubungan dengan segala sesuatu
Dalam penelitian ini terdapat beberapa yang bersifat konkret juga berhubungan dengan
kata ganti atau pronomina yang digunakan segala sesuatu yang dapat dirasakan dan
anak dalam berkomunikasi, di antaranya adalah dialami sendiri oleh anak-anak. Hal ini sejalan
pronomina posesiva seperti pada kata dengan pendapat Dale yang menyatakan bahwa
“mainanku” dan “mainannya”. Menurut Keraf kosakata anak-anak hanya dibatasi oleh
(1982), pronomina posesiva adalah segala kata pengalaman-pengalaman mereka dan oleh
yang menggantikan kata ganti orang dalam model-model yang tersedia (Tarigan, 1993).
kedudukannya sebagai pemilik. Jadi, bentuk - Hal tersebut dapat dikatakan bahwa
ku, -mu, -nya adalah bentuk-bentuk ringkas jika lingkungan mampu memberikan banyak
yang diletakkan di belakang sebuah kata yang pengalaman kepada anak-anak dimungkinkan
biasa disebut dengan enklitis. ruang lingkup kosakata anak akan lebih luas
Selain itu kosa kata yang dikuasai anak lagi. Hal ini karena anak-anak menginter-
TK-LB dalam penelitian ini adalah penggunaan pretasikan kata-kata berdasarkan pengalaman-
kata hubung. Anak TK-LB sudah menguasai nya pada masa lalu. Segala sesuatu yang
dengan baik beberapa konjungsi dalam sebuah dilihat, didengar, dirasakan, dan dilakukan
tuturannya. Pada tuturan anak, kosakata yang anak pada masa lalu akan memperkaya ruang
berkaitan dengan kategori konjungsi adalah lingkup kosakata anak-anak.
dan, kalau, tapi. kosakata tapi, kalau, dan Berdasarkan hasil analisis penelitian
adalah bentuk kategori konjungsi intrakalimat. dapat disimpulkan bahwa kosakata anak sudah
Konjungsi intra-kalimat adalah konjungsi yang mencakup hampir seluruh kelas kata yang ada.
menghubungkan satuan-satuan kata dengan Dari delapan kelas kata yang ada, sebagian
kata, frase dengan frase, atau klausa dengan besar kosakata anak sudah mencakup nomina,
klausa, seperti kata “dan” serta kata “dari”. verba, adjektiva, adverbia, pronomina, nu-
Pada anak usia prasekolah, terutama meralia, preposisi, konjungsi, dan interjeksi.
pada siswa TK-LB ruang lingkup kosakata Berdasarkan hasil penelitian ini, kelas
bahasa Indonesia yang dikuasai sebagian besar kata nomina menempati posisi terbanyak yang
masih berada dalam tataran benda, aktivitas, dikuasai anak. Hal itu berbanding terbalik
keadaan, dan hal-hal lain yang bersifat konkret. dengan kelas kata artikulasi yang tidak
Kosakata yang berkaitan dengan aktivitas ditemukan sama sekali dalam tuturan anak-
sehari-hari seperti makan, minum, tidur, mandi, anak yang diteliti.
belajar, bermain dan sebagainya adalah salah
satu contoh gagasan-gagasan konkret yang KESIMPULAN
sering keluar dari tuturan anak-anak. Begitu Berdasarkan hasil analisisuji hipotesis
juga dengan nama-nama dalam lingkup dan pembahasan yang telah dipaparkan, maka
kekerabatan seperti bapak atau ayah, ibu,
dapat disimpulkan adanya pengaruh yang
kakak, adik, dan sebagainya. Walaupun
demikian, tidak berarti anak belum menguasai signifikan penerapan terapi AVT terhadap
gagasan-gagasan abstrak sepenuhnya. Anak kemamuan penguasaan kosakata pada pada
sudah menguasai gagasan-gagasan abstrak anak-anak yang mengalami gangguan pen-
seperti susah, senang, sayang dan sebagainya dengaran.
yang berada dalam ruang lingkup keadaan, Digunakanannya terapi AVT sebagai
hanya saja untuk konsep kosakata abstrak yang media belajar pada anak-anak tunarungu,
lebih tinggi, anak-anak belum mampu terutama yang sedang mengikuti proses belajar
memahaminya dengan baik. Hal itu dapat pra sekolah (TK-LB) dengan memper-
diketahui ketika terdapat anak yang me- timbangkan adanya hambatan belajar atau
nanyakan konsep sebuah kata “sopan”, berkomunikasi yang disebabkan oleh kecen-
“ibadah”, dan “kuyup” kepada peneliti ketika derungan yang umum sebagai karakteristik
84
Pengaruh Auditori Verbal Therapy Terhadap Kemampuan Penguasaan Kosa Kata Pada Anak Yang Mengalami
Gangguan Pendengaran
85
Hermin Ratih dan Rr Amanda Pasca Rini
Manaf, Ngusman. (2008). Semantik Teori dan Jurnal Penelitian dan Evaluasi
Terapannya dalam Bahasa Indo-nesia. Pendidikan, Tahun 14, Nomor 2, hal: 166-
Padang: UNP Press. 185
Miseri. (2004). Pelaksanaan Metode Auditory Smart, Aqila. (2010). Anak Cacat Bukan
Verbal Therapy dalam Me-ngembangkan Kiamat. Yogyakarta: Kata Hati.
Kemampuan Berbahasa Anak Tunarungu Sudjana dan Rivai. A. (200)2. Media
di Klinik AVT Parents Support Group Pengajaran. Bandung. Sinar Baru
Surabaya. Skripsi tidak diterbitkan. Algensido.
Surabaya : JPLB FIP Unesa Sujarwanto. (2005). Terapi Okupasi Untuk
Mulyono, Abdurrahman (1996). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta :
Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta. Depdiknas
Departemen Pendidikan dan Kebuda-yaan Wagino & Rafikayati, Ana (2013). Pelak-
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. sanaan auditory verbal therapy (AVT)
Proyek Pendidikan Guru. dalam mengembangkan keterampilan
Musyarofah (2009). Upaya meningkatkan berbahasa anak tunarungu. Jurnal Pendi-
perbendaharaan kata pada anak tunarungu dikan Luar Biasa, April 2013, Volume 9,
melalui media variasi gambar pada Kelas I Nomor.1
/ B Semester II SDLBN Cilacap Tahun Widia Yuanita Ayu (2010), Pemerolehan
Pelajaran 2008 / 2009. Thesis kosakata anak tunarungu berdasarkan
pascasarjana, tidak diterbitkan, Program kelas kata bahasa indonesia di SDLB
Studi Pendidikan Luar Biasa Fakultas Karya Mulia II surabaya: kajian
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan psikolinguistik. Skriptorium, Vol. 1, No. 2,
Universitas Sebelas Maret Surakarta hal: 129-142
Rahmawati, Dyah., Sunaryo, H.S., dan Yosinta. Desy, (2009). Pemerolehan Bahasa
Widodo, HS (2011), Penguasaan kosakata Indonesia Anak Tunarungu Usia 7-10
bahasa indonesia pada anak usia Tahun (Studi Kasus Pada Tina dan Viki).
prasekolah. Jurnal Penelitian PAUDIA, Skripsi pada Jurusan Pendidikan Bahasa,
Volume 1 No. 1, hal: 1-12 Sastra Indonesia, dan Daerah, Fakultas
Ratna, Wulan (2010). Peranan inteligensi, Keguruan dan Ilmu
penguasaan kosakata, sikap, dan minat Pendidikan,Universitas Muhammadiyah
terhadap kemampuan membaca pada anak. Surakarta, Surakarta.
86