Sie sind auf Seite 1von 44

BAB 1 HAKIKAT PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

A. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan kewarganegaraan dibentuk oleh dua kata, yaitu “pendidikan” dan


“kewarganegaraan” dalam UU Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat (1) definisi pendidikan adalah: pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negera.

Secara konseptual istilah kewarganegaraan tidak bisa dilepaskan dengan istilah warga
negara. Selanjutnya ia juga brkaitan dengan istilah pendidikan kewarganegaraan. Pendidikan
kewarga negaraan merupakan terjemahan dari bahasa asing, Civic Education. Kata civic
sendiri berasal dari bahasa yunani yaitu civicus yang diartikan sebagai citizen atau penduduk
suatau kota, (Sri Wuryan dan Syaifullah, 2009:1).

Nu’man Soemantri merumuskan pengertian civics sebagai ilmu kewarganegaraan


yang membicarakan hubungan manusia dengan manusia dalam perkumpulan – perkumpulan
yang terorganisasi ( organisasi social, ekonomi, politik ), individu dengan negara. Jauh
sebelum itu, Edmonson ( 1958 ) menyatakan bahwa makna civics selalu mendefinisikan
sebagai sebuah stu ditentang pemerintahan dan kewarganegaraan yang terkait dengan
kewajiban, hak, dan hak – hak istimewa Negara.Pengertian ini menunjukan bahwa civics
merupakan cabang dari ilmu politik, sebagaimana tertuang dalam Dictionary of Education.

Dapat disimpulkan pengertian pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang


membentuk peserta didik menjadi warga negara yang berkarakter, cerdas, terampil, dan
bertanggung jawab sehingga dapat berperan aktif dalam masyarakat, bangsa, dan negara
sesuai dengan ketentuan pancasila dan UUD 1945

Landasan Ilmiah dan Landasan Hukum Pendidikan Kewarganegaraan

1. Landasan Ilmiah

a. Dasar Pemikiran Pendidikan Kewarganegaraan

Setiap warga negara dituntut untuk dapat hidup berguna dan bermakna bagi negara dan
bangsanya, serta mampu mengantisipasi perkembangan dan perubahan masa depannya.
Untuk itu diperlukan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (Ipteks) yang
berlandaskan nilai-nilai keagamaan, nilai-nilai moral, nilai-nilai kemanusiaan dan nilai-nilai
budaya bangsa. Nilai-nilai dasar tersebut berperan sebagai panduan dan pegangan hidup
setiap warganegara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Bahasan
Pendidikan Kewarganegaraan meliputi hubungan antara warganegara dan negara, serta
pendidikan pendahuluan bela negara yang semua ini berpijak pada nilai-nilai budaya serta
dasar filosofi bangsa. Tujuan utama Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk
menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, serta membentuk sikap dan perilaku cinta
tanah air yang bersendikan kebudayaan dan filsafat bangsa Pancasila

Sebagai suatu perbandingan, di berbagai negara juga dikembangkan materi


Pendidikan Umum (General Education/Humanities) sebagai pembekalan nilai-nilai yang
mendasari sikap dan perilaku warganegaranya.

1. Amerika Serikat : History, Humaity, dan philosophy.


2. Jepang : Japanese History, Ethics, dan Philosopy.
3. Filipina : Philipino, Family Planning, Taxation, and Land Reform, The Philipine New
Constitution, dan Study of Human Right.

Di beberapa negara dikembangkan pula bidang studi yang sejenis dengan Pendidikan
kewarganegaraan, yaitu yang dikenal dengan Civics Education

b. Objek Pembahasan Pendidikan Kewarganegaraan

Setiap Ilmu harus memenuhi syarat-syarat ilmiah, yaitu mempunyai objek, metode, sistem
dan bersifat universal. Objek pembahasan setiap ilmu harus jelas, baik objek material maupun
objek formalnya. Objek material adalah bidang sasaran yang dibahas dan dikaji oleh suatu
bidang atau cabang ilmu. Sedangkan objek formalnya adalah sudut pandang tertentu yang
dipilih untuk membahas objek material tersebut. Adapun objek material dari pendidikan
kewarganegaraan adalah segala hal yang berkaitan dengan warganegara baik yang empirik
maupun yang nonempirik, yang meliputi wawasan, sikap dan perilaku warganegara dalam
kesatuan bangsa dan negara. Sebagai objek formalnya mencakup dua segi, yaitu segi
hubungan antara warganegara dan negara (temasuk hubungan antar warganegara) dan segi
pembelaan negara. Dalam hal ini pembahasan Pendidikan Kewarganegaraan terarah pada
warga negara Indonesia dan pada upaya pembelaan negara Indonesia.

Objek pembahasan Pendidikan Kewarganegaraan menurut Dirjen Pendidikan Tinggi No.


43/DIKTI/KEP/2006 dijabarkan lebih rinci yang meliputi pokok-pokok bahasan sebagai
berikut.

Substansi Kajian Pendidikan Kewarganegaraan mencakup :

1. Filsafat Pancasila
2. Identitas Nasional
3. Negara dan Konstitusi
4. Demokrasi Indonesia
5. Rule Of Law dan Hak Asasi Manusia
6. Hak Kewajiban Warganegara serta Negara
7. Geopolitik Indonesia
8. Geostrategi Indonesia

c. Rumpun keilmuan

Pendidikan Kewarganegaraan dapat disejajarkan dengan Civics Education yang dikenal di


berbagai negara. Sebagai bidang studi ilmiah, Pendidikan Kewarganegaraan bersifat
antardisipliner, karena kumpulan pengetahuan yang membangun ilmu Kewarganegaraan ini
diambil dari berbagai disiplin ilmu yang meliputi ilmu politik, ilmu hukum, ilmu filsafat,
ilmu sosiologi, ilmu administrasi negara, ilmu ekonomi pembangunan, sejarah perjuangan
bangsa dan ilmu budaya.

2. Landasan Hukum
a. UUD 1945
1. Pembukaan UUD 1945, khusus pada alenia kedua dan keempat, yang memuat cita-
cita tujuan dan aspirasi bangsa Indonesia tentang kemerdekaannya.
2. Pasal 27 (1) menyatakan bahwa "Segala warga negara bersamaan kedudukannya di
dalam hukum dan pemerintahan serta wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu
dengan tidak ada kecualinya".
3. Pasal 30 (1) menyatakan bahwa "tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam usaha pembelaan negara".
4. Pasal 31 (1) menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan
pengajaran."
b. Ketetapan MPR No. II/MPR/1999 tentang Garis-garis Besar Halauan Negara.
c. Undang-Undang No. 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertahanan
Keamanan Negara Republik Indonesia (Jo. UU No. 1 Tahun 1988)
1) Dalam pasal 18 (a) disebutkan bahwa hak kewajiban warga negara yang diwujudkan
dengan keikutsertaan dalam upaya bela negara diselenggarakan melalui pendidikan
Pendahuluan Bela Negara sebagai bagian tak terpisahkan dalam sistem Pendidikan
nasional.
2) Dalam pasal 19 (2) disebutkan bahwa Pendidikan Pendahuluan Bela Negara wajib
diikuti oleh setiap warga negara dan dilaksanakan secara bertahap. Tahap awal pada
tingkat pendidikan dasar sampai Pendidikan menengah ada dalam gerakan Pramuka.
Tahap lanjutan pada tingkat perguruan tinggi ada dalam pendidikan
Kewarganegaraan.
d. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Nomor
232/U/2000 tendang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian
Hasil belajar mahasiswa dan Nomor 45/U/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan
Tinggi telah ditetapkan bahwa Pendidikan Agama, Pendidikan Bahasa dan Pendidikan
Kewarganegaraan merupakan kelompok Matakuliah Pengembangan Kepribadian, yang
wajib diberikan dalam kurikulum setiap program studi/kelompok program studi.
e. Adapun pelaksanaannya berdasarkan surat Keputusan Direktur Jendral Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Nomor 43/DIKTI/Kep/2006, yang memuat
rambu-rambu pelaksanaan kelompok Matakuliah Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi.

Tujuan pendidikan kewarga negaraan

Tujuan utama pendidikan kewarganegaraan adalah untuk membangun dan


menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta perilaku yang mencintai tanah
air dan bersendikan kebudayaan bangsa, wawasan nusantara, serta ketahanan nasional dalam
diri para calon-calon penerus bangsa yang sedang dan mengkaji dan akan menguasai ilmu
pengetahuaan dan teknologi serta seni.

Dangan hal berbeda bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia indonesia yang
berbudi luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, profesional, bertanggung jawab, dan
produktif serta sehat jasmani dan rohani.

Pendidikan kewarganegaraan yang berhasil akan membuahkan sikap mental yang cerdas,
penuh rasa tanggung jawab dari peserta didik. Sikap ini disertai perilaku yang:

1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha esa serta menghayati nilai-nilai
falsafah bangsa.
2. Berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam masnyarakat berbangsa dan bernegara.
3. Rasional, dinamis, dan sabar akan hak dan kewajiban warga negara.
4. Bersifat profesional yang dijiwai oleh kesadaran bela negara.
5. Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni untuk kepentingan
kemanusiaan, bangsa dan negara.

Menurut keputusan Ditjen Dikti Diknas RI Pasal 3 no 267/DIKTI2000, bahwa PKN


dirancang dengan maksud memberika pengertian kepada mahasiswa tentang pengetahuan dan
kemampuan dasar berkenan dengan hubungan antara warga negara dengan negara serta
pendidikan pendahuluan bekal agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh
bangsa dan negara.
Sedangkan pasal 4 menyebutkan bahwa pendidikan kewrganegaraan bertujuan untuk:

a. Dapat memahami dan mampu melaksanakan hak dan kewajiban secara santun, jujur,
dan demokratis serta ikhlas sebagai warga negara terdidikn dalam kehidupannya
selaku warga negara Republik Indonesia yang bertanggung jawab.
b. Menguasai pengetahuan dan pemahaman tentang beragam masalah dasar kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang hendak diatasi dengan penerapan
pemikiran yang berlandaskan pancasila, wawasan nusantara dan ketahanan nasional
secara kritis dan bertanggung jawab
c. Memupuk sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai – nilai perjuangan serta
patriotisme yang cinta tanah air, rela berkorban bagi nusa dan bangsa.

Searah dengan perubahan pendidikan kemasa depan dan dinamika internal bangsa indonesia,
program pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi harus mampu mencapai tujuan:

a. Mengembangkan sikap dan perilaku kewarganegaraan yang mengapresiasi nilai –


nilai moral-etika dan religius.
b. Menjadi warga negara yang cerdas berkarakter, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
c. Menumbuhkembangkan jiwa dan semangat nasionalisme, dan rasa cinta pada tanah
air.
d. Mengembangkan sikap demokratik berkeadaban dan bertanggungbjawab, serta
mengembangkan kemampuan kompetitif bangsa di era globalisai.
e. Menjunjung tinggi nilai – nilai keadilan.
BAB 2 IDENTITAS NASIONAL
A. Pengertian Identitas Nasional
Dilihat dari segi bahasa bahwa identitas itu berasal dari bahasa inggris yaitu “identity”
yang dapat diartikan sebagai ciri-ciri, tanda-tanda atau jati diri. Ciri-ciri itu adalah suatu yang
menandai suatu benda atau orang. Ada ciri-ciri fisik dan ada ciri-ciri nonfisik. Identity sering
diindonesiakan menjadi identitas atau jati diri. Jadi, identy atau identitas atau jati diri, dapat
memiliki dua arti pertama, identitas atau jati diri yang menunjuk pada ciri-ciri yang melekat
pada diri seseorang atau sebuah benda, dan yang kedua, identitas atau jati diri dapat berupa
surat keterangan yang dapat menjelaskan pribadi seseorang dan riwayat hidup seseorang. Di
samping itu, identitas atau jati diri dapat juga digunakan untuk menggambarkan pengertian
diri sendiri yang menyangkut siapa dia (baik laki-laki maupun perempuan).

Identitas bangsa yang belum demokratis selama ini jelas merupakan hasil dari praktik
monopolistik kekuasaan. Dalam hal ini, identitas tidak muncul dari bawah berdasarkan
energi-energi lokal, atau dari kesadaran dan pengetahuan masyarakat sendiri.

Identitas budaya yang menekankan “kesatuan dan “stabilitas” itu telah melenyapkan
sensitivitas itu lebih dalam lagi sehingga menciptakan kekerasan dan kekejaman di mana
nyawa manusia menjadi tidak berharga lagi (kreativitas destruksi). Dan hingga kini kondisi
ini masih saja berlangsung.

Kultural adalah sebuh karakter, pola piker dan perilaku. Sebuah karakter merupakan hasil
dari proses pembiasaan yang mengkristal yang bisa kita sebut juga sebagai mentalitas.
Kebudayaan merupakan pertemuan antara pengetahuan dan kehendak. Jika kita masih punya
sedikit rasa sensitive terhadap perbedaan, rasa toleran, saling menghargai, sebenarnya kita
tidak perlu lagi konsep-konsep yang kelihatannya demikian agung tetapi arogan seperti itu.

B. Fungsi Identitas Nasional


Menurut Smith (1991) terdapat tiga fungsi dari Identitas Nasional, yaitu:
1. Identitas Nasional memberikan jawaban yang memuaskan terhadap rasa takut akan
kehilangan identitas melalui identifikasi terhadap bangsa.
2. Identitas Nasional menawarkan pembaharuan pribadi dan martabat bagi individu dengan
menjadi bagian dari keluarga besar suatu bangsa
3. Identitas Nasional memungkinkan adanya realisasi dari perasaan persaudaraan, terutama
melalui simbol-simbol dan upacara.

C. Jenis-jenis Identitas Nasional


Berikut ini adalah jenis-jenis identitas nasional:

1.Bahasa Nasional atau Bahasa Persatuan yaitu Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia adalah salah satu identitas nasional Indonesia yang penting. Sekalipun
Indonesia memiliki ribuan bahasa daerah, kedudukan bahasa Indonesia yang digunakan
sebagai bahasa penghubung berbagai kelompok etnis yang mendiami kepulauan Nusantara
memberikan nilai identitas tersendiri bagi bangsa Indonesia.
2.Bendera Negara yaitu Sang Merah Putih

Bendera Negara Republik Indonesia, yang secara singkat disebut Bendera Negara, adalah
Sang Saka Merah Putih, Sang Merah Putih, Merah Putih, atau kadang disebut Sang
Dwiwarna (dua warna). Bendera Negara Sang Merah Putih berbentuk empat persegi panjang
dengan ukuran lebar 2/3 (dua-pertiga) dari panjang serta bagian atas berwarna merah dan
bagian bawah berwarna putih yang kedua bagiannya berukuran sama.

3.Lagu kebangsaan yaitu Indonesia Raya

Indonesia Raya adalah lagu kebangsaan Republik Indonesia. Lagu ini pertama kali
diperkenalkan oleh komponisnya, Wage Rudolf Soepratman, pada tanggal 28
Oktober 1928 pada saat Kongres Pemuda II di Batavia. Lagu ini menandakan kelahiran
pergerakan nasionalisme seluruh nusantara di Indonesia yang mendukung ide satu
“Indonesia” sebagai penerus Hindia Belanda, daripada dipecah menjadi beberapa koloni.

4.Lambang Negara dan Dasar Falsafah Negara yaitu Pancasila


Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata
dari Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan
rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat
Indonesia.Tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila.

5.Semboyan Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika

Bhinneka Tunggal Ika adalah moto atau semboyan Indonesia.Frasa ini berasal dari bahasa
Jawa Kuna dan seringkali diterjemahkan dengan kalimat “Berbeda-beda tetapi tetap satu”.
Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras,
suku bangsa, agama dan kepercayaan.

6.Konstitusi (Hukum Dasar) Negara yaitu UUD 1945

Istilah dalam bahasa inggris constitution atau dalam bahasa belanda constitutie secara
harfiah sering diterjemahkan dalam bahasa indonesia yaitu undang-undang dasar. Ditinjau
dari segi kekuasaan undang-undang dasar dapat dipandang sebagai lembaga atau kumpulan
asas-asas yang menetapkan bagaimana kekuasaan itu dibagi anatara beberapa lembaga
kenegaraan. Mengacu konsep trias politika, kekuasaan dibagi anatar badan eksekutif,
legislatif dan yudikatif.

7.Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yaitu berkedaulatan rakyat

Kedaulatan rakyat mengandung arti kekuasaan tertinggi ada pada rakyat. Dengan
demikian makna kedaulatan rakyat adalah demokrasi, yang berarti pemerintahan yang
kekuasaan tertinggi terletak/bersumber pada rakyat. Sumber ajaran kedaulatan rakyat ialah
ajaran demokrasi yang telah dirintis sejak jaman Yunani oleh Solon.
9. Konsepsi Wawasan Nusantara

Wawasan nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan
bentuk geografinya berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dalam pelaksanannya, wawasan
nusantara mengutamakan kesatuan wilayah dan menghargai kebhinekaan untuk mencapai
tujuan nasional.

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Identitas Nasional


Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan Identitas Nasional bangsa Indonesia,
meliputi primordial, sakral, tokoh, bhineka tunggal ika, konsep sejarah, perkembangan
ekonomi, dan kelembagaan (Surbakti, 1999).

1. Primordial

Ikatan kekerabatan (darah dan keluarga) dan kesamaan suku bangsa, daerah, bahasa, dan
adat-istiadat merupakan faktor-faktor primordial yang dapat membentuk negara-bangsa.
Primordialisme tidak hanya menimbulkan pola perilaku yang sama, tetapi juga melahirkan
persepsi yang sama tentang masyarakat negara yang dicita-citakan. Walaupun ikatan
kekerabatan dan kesamaan budaya itu tidak menjamin terbentuknya suatu bangsa (karena
mungkin ada faktor yang lain yang lebih menonjol), namun kemajemukan secara budaya
mempersulit pembentukan satu nasionalitas baru (negara bangsa) karena perbedaan ini akan
melahirkan konflik nilai.

2. Sakral

Kesamaan agama yang dianut oleh suatu masyarakat, atau ikatan ideologi yang kuat
dalam masyarakat, juga merupakan faktor yang dapat membentuk negara-bangsa.

3. Tokoh

Kepemimpinan dari seorang tokoh yang disegani dan dihormati secara luas oleh
masyarakat dapat menjadi faktor yang menyatukan suatu bangsa-negara. Pemimpin ini
menjadi panutan sebab warga masyarakat mengidentifikasikan diri kepada sang pemimpin,
dan ia dianggap sebagai “penyambung lidah” masyarakat.

4.Sejarah

Persepsi yang sama tentang asal-usul (nenek moyang) dan tentang pengalaman masa lalu,
seperti penderitaan yang sama akibat dari penjajahan tidak hanya melahirkan solidaritas
(sependeritaan dan sepenanggungan), tetapi juga tekad dan tujuan yang sama antar kelompok
suku bangsa. Solidaritas, tekad, dan tujuan yang sama itu dapat menjadi identitas yang
menyatukan mereka sebagai bangsa, sebab dengan membentuk konsep ke-kita-an dalam
masyarakat.
5.Bhinneka Tunggal Ika

Prinsip bersatu dalam perbedaan (unity in diversity) merupakan salah satu faktor yang
dapat membentuk bangsa-negara.Bersatu dalam perbedaan artinya kesediaan warga
masyarakat untuk bersama dalam suatu lembaga yang disebut Negara, atau pemerintahan
walaupun mereka memiliki suku bangsa, adat-istiadat, ras atau agama yang berbeda.

6. Perkembangan Ekonomi

Perkembangan ekonomi (industrialisasi) akan melahirkan spesialisasi pekerjaan yang


beraneka ragam sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Semakin tinggi mutu dan semakin
bervarariasi kebutuhan masyarakat, semakin tinggi pula tingkat saling bergantung di antara
berbagai jenis pekerjaan. Setiap orang bergantung pada pihak lain dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Semakin kuat suasana saling bergantung antar anggota masyarakat
karena perkembangan ekonomi, maka semakin besar pula solidaritas dan persatuan dalam
masyarakat.

7. Kelembagaan

Proses pembentukan bangsa berupa lembaga-lembaga pemerintahan dan politik,


seperti birokrasi, angkatan bersenjata, dan partai politik. Setidak-tidaknya terdapat dua
sumbangan birokrasi pemerintahan (pegawai negeri) bagi proses pembentukan bangsa, yakni
mempertemukan berbagai kepentingan dalam instansi pemerintah dengan berbagai
kepentingan di kalangan penduduk sehingga tersusun suatu kepentingan nasional, watak
kerja, dan pelayanannya yang bersifat impersonal; tidak saling membedakan untuk melayani
warga negara.

E. Unsur-Unsur Pembentuk Identitas Nasional


Berikut ini adalah unsur-unsur pembentuk identitas nasional:

1. Suku bangsa

Suku bangsa adalah golongan sosial yang khusus, yang askriptif (ada sejak kelahiran),
yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. Kekhususan dari suku bangsa
dari sebuah golongan sosial ditandai oleh ciri-cirinya, yaitu: diperoleh secara askriptif atau
didapat begitu saja bersama dengan kelahirannya, muncul dalam interaksi berdasarkan atas
adanya pengakuan oleh warga suku bangsa yang bersangkutan dan diakui oleh sukubangsa
lainnya.
Di Indonesia terdapat banyak sekali suku bangsa atau kelompok etnis yang menggunakan
tidak kurang dari 300 dialek. Karena Indonesia dikatakan sebagai nrgara yang memiliki
banyak suku bangsa, maka Indonesia dianggap sebagai negara yang rawan konflik.
2.Agama

Selain isu suku yang disebutkan diatas, ada isu lain dalam politik Indonesia: yaitu dimensi
agama yang dihubungkan dengan kesukuan. Agama-agama yang ada di Indonesia: Islam,
Kristen, Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Buddha Dan Kong Hu Cu. Agama Kong Hu Cu
pada zaman Orde Baru tidak diakui sebagai agama resmi di Indonesia, sedangkan kelima
agama lainnya diakui secara resmi oleh pemerintahan Orde Baru. Pada zaman pemerintahan
Gus Dur, istilah agama resmi dan tidak resmi dihapuskan. Menurut Gus Dur yang
mengetahui apakah suatu agama dapat dikatakan sebuah agama atau bukan, bukanlah negara
tapi adalah penganutnya sendiri (kompas, 18 dan 19 maret 2000).

Salah satu jalan yang dapat mengurangi resiko konflik antar agama adalah perlunya
diciptakan tradisi saling menghormati antara agama-agama yang ada (Franz Magniz Suseno,
1995: 174). Menghormati berarti mengakui secara positif dalam agama dan kepercayaan
orang lain. Berarti mampu juga belajar satu sama lain.

Sikap saling menghormati dan menghargai, dapat memungkinkan orang dari agama-
agama yang berbeda bersama-sama berjuang demi pembangunan yang sesuai dengan
martabat yang diterima manusia dari Tuhan. Solidaritas dengan orang-orang kecil, miskin,
lemah dan menderita, keadilan sosial, pembebasan dari penindasan, perkosaan dan
perwujudan kehidupan yang lebih demokratis, adalah hal-hal yang dapat dilakukan oleh
agama-agama secara bersama-sama, untuk tujuan pembangunan bangsa.

3.Kebudayaan

Kebudayaan adalah pengetahuan manusia sebagai makhluk sosisal yang isinya adalah
perangkat-perangkat, model-model pengetahuan, yang secara kolektif digunakan oleh
pendukung-pendukungnya untuk menginterprestasi dan memahami lingkungan yang dihadapi
dan digunakan sebagai referensi atau pedoman untuk bertindak (dalam bentuk kelakuan dan
benda-benda kebudayaan) sesuai dengan lingkungan yang dihadapi (Suparlan, 1986: 1).

Menurut E.K.M. Masinambow (1999) yang dimaksud “budaya” adalah nilai-nilai dan
adat kebiasaan, sedangkan kebudayaan adalah suatu kompleks gejala termasuk nilai-nilai dan
adat kebiasaan yang memperlihatkan kesatuan sistemik. Jika kita katakana bahwa di
Indonesia terdapat tidak kurang dari 500 suku bangsa, maka dapat kita katakan bahwa
kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia itu bermacam-macam.

4.Bahasa

Kebijakan bahasa nasional sangat penting dalam menciptakan kesatuan Indonesia dan
identitas nasional Indonesia. Di Asia Tenggara mungkin hanya Indonesia satu-satunya
Negara yang menggunakan bahasa minoritas yang berasal dari Palembang (Sumatera) dan
Bangka pada abad ke-7.
Bahasa Indonesia dipopulerkan pertama kali dalam pers kaum nasionalis ketika
munculnya Negara kemerdekaan Indonesia, kemudian bahasa tersebut menyebar dan
berkembang selama pendudukan Jepang. Semua surat kabar terkemuka, siaran radio dan
siaran TV menggunakan bahasa Indonesia. Setelah kemerdekaan semua sekolah di Indonesia
menggunakan bahasa nasional, tetapi bahasa etnis tetap dapat diajarkan di sekolah setempat
sampai kelas, setelah itu semua pendidikan harus berbahasa Indonesia. Seorang ahli sejarah
terkemuka mengatakan : “Menggunakan universal bahasa ini secara internasional dalam
sebuah masyarakat yang sangat besar, telah ‘mensionalisasikan’ generasi yang sedang
bersekolah, kebudayaan dan bahasa lokal mereka sendiri terus disampaikan kepada mereka,
tetap kini prosesnya berlangsung dalam kerangka sebuah kebudayaan nasional” (David,
1971:403).

5.Kasta dan kelas

Kasta adalah pembagian sosial atas dasar agama. Dalam agama Hindu, para penganutnya
dikelompokkan ke dalam beberapa kasta. Kasta yang tertinggi adalah kasta Brahmana
(kelompok rohaniawan) dan kasta yang terendah adalah kasta Sudra (orang biasa atau
masyarakat biasa). Kasta yang rendah biasanya tidak bisa kawin dengan kasta yang lebih
tinggi dan begitu juga sebaliknya.

Kelas menurut Weber ialah suatu kelompok orang-orang dalam situasi kelas yang sama,
yaitu kesempatan untuk memperoleh barang-barang dan untuk dapat menentukan sendiri
keadaan kehidupan ekstern dan nasib pribadi, sejauh kesempatan ini tergantung dari dipunyai
atau tidak dipunyai milik yang dapat dimanfaatkan dipasaran barang-barang atau pasaran
kerja.
BAB 3 INTEGRASI NASIONAL

A.pengertian integrasi nasional


integrasi nasional adalah menggabungkan seluruh bagian menjadi sebuah keseluruhan
& tiap-tiap bagian tersebut diberi tempat, sehingga akan dapat membentuk kesatuan yang
harmonis didalam kesatuan Negara , dalam hal ini Negara Republik Indonesia (NKRI) yang
bersemboyang “Bhineka Tunggal Ika”.

Faktor-faktor pendorong integrasi nasional antara lain ialah sebagai berikut:

1. Faktor sejarah ialah yang menimbulkan rasa senasib &seperjuangan.


2. Keinginan untuk dapat bersatu di semua kalangan bangsa Indonesia sebagaimana
dinyatakan didalam Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.
3. Rasa cinta tanah air di semua kalangan bangsa Indonesia, sebagaimana yang
dibuktikan pada masa perjuangan merebut, menegakkan, serta mengisi kemerdekaan.
4. Rasa rela berkorban untuk kepentingan bangsa & Negara, sebagaimana yang
dibuktikan oleh banyak pahlawan bangsa yang gugur di medan perjuangan.

Faktor-faktor penghambat integrasi nasional sebagai berikut:

1. Masyarakat Indonesia yang heterogen (beraneka ragam) dalam hal kesukubangsaan ,


agama , bahasa daerah , dan lain sebagainya dapat menghambat perkembangan
Integrasi Nasional .
2. Negara Indonesia yang begitu luas, terdiri dari ribuan kepulauan yang dikelilingi oleh
lautan yang luas.
3. Besarnya kemungkinan pada suatuancaman, tantangan, hambatan serta gangguan
yang merongrong keutuhan, kesatuan dan juga persatuan bangsa, baik itu yang berasal
dari dalam ataupun luar negeri.
4. Masih besarnya ketimpangan serta ketidakmerataan pembangunan serta hasil-hasil
pembangunan yang menimbulkan berbagai rasa yang tidak puas serta keputusasaan
pada masalah SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar-golongan), gerakan separatisme
dan juga kedaerahan, demonstrasi dan unjuk rasa.

Beberapa hal yang bisa menjadi ancaman didalam membangun serta memelihara integrasi
nasional di Indonesia antara lain ialah sebagai berikut :

1. intervensi dalam berbagai bidang oleh Negara asing


2. eksploitasi sumber daya alam dan sumber daya manusia,
3. pencurian kekayaan sumber daya,
4. kondisi sosial ekonomi masyarakat Indonesia beragam,
B. Problematika integrasi nasional

Sejak awal abad ke-20, struktur masyarakat Indonesia yang masih ke sukuan mulai
tergugat karena munculnya ide nasionalisme dan integrasi dari sekelompok elit Nusantara
(Marzali, 2009). Wacana tentang perwujudan integrasi nasional di Indonesia telah banyak
dibahas dan dicanangkan oleh berbagai pihak termasuk pemerintah dan institusi-institusi
yang terkait.
Masalah-masalah etnik yang masih banyak terjadi di Indonesia ini menjadi tantangan
dan ancaman tersendiri bagi terciptanya integrasi nasional bangsa ini. Berdasarkan gambaran
dari J.S Furnival (dalam Suparlan, 2005), masyarakat majemuk Indonesia cenderung tidak
menjadi satu dan tidak merasa satu, mereka memiliki tradisi kultural sendiri dan memiliki
interaksi yang sangat terbatas dengan kelompok suku lain.

C. Contoh kasus yang mengancam keutuhan negara Indonesia


berikut adalah contoh kasus ancaman yang pernah mengancam keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI):
1. Contoh ancaman Fisik

Dari luar negeri


 Penembakan kapal patroli Indonesia oleh Malaysia
 Agresi militer Belanda di Indonesia
 Penjajahan bangsa eropa di Indonesia
Dari dalam negeriTeror bom di Solo
 Penyerangan antar suku dipapua

2. Contoh ancaman Ideologi

Dari luar negeri

 Maraknya berbagai kebudayaan dan paham baru dari luar negeri


 Adanya campur tangan politik dari badan-badan asing didalam negeri

Dari dalam negeri

 Munculnya paham-paham radikal dan ekstremis dalam negeri



 Munculnya berbagai aliran sesat diIndonesia

 Sikap apatis terhadap pemerintah

 Sikap mau menang sendiri dalam masyarakat suatu negara

 Kurangnya kecintaan terhadap produk dalam negeri
 Pemberontakan PKI
 Gerakan separatis GAM diaceh, RMS dimaluku dan OPM di papua.
Bab 4 NEGARA DAN KONSTITUSI
A. Konsep Negara
Secara etimologi, kata negara berasal dari kata staat (Belandan dan Jerman), stage
(Inggris), etat (Prancis), status atau statum (Latin), yang artinya meletakkan dalam keadaan
berdiri, menempatkan atau membuat berdiri.

Menurut Roger H. Soltau negara adalah alat (agency) atau wewenang (authority) yang
mengatur dan mengendalikan persoalan-persoalan bersama atas nama masyarakat. Menurut
Harold J. Lasky, negara adalah suatu masyarakat yang diintegrasikan karena mempunyai
wewenang yang bersifat memaksa dan yang secara sah lebih agung daripada individu atau
kelompok yang merupakan bagian dari masyarakat.

Dari pengertian negara yang dikemukakan oleh para ahli tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa negara adalah suatu organisasi tertinggi yang mempunyai wewenang
untuk mengatur bahkan dapat memaksa perihal yang menyangkut kepentingan orang banyak
serta mempunyai kewajiban-kewajiban untuk melindungi dan mensejahterakan masyarakat.

B. Unsur-unsur Terbentuknya Negara


Suatu negara harus mempunyai unsur-unsur terbentuknya suatu negara, unsur negara
dapat dibedakan menjadi unsur konstitutif dan unsur deklaratif. Unsur konstitutif adalah
unsur pembentuk yang harus dipenuhi agar terbentuknya suatu negara. Unsur ini terdiri dari
rakyat, wilayah dan pemerintah yang berdaulat. Unsur deklaratif adalah unsur yang sifatnya
menyatakan, bukan mutlak harus dipenuhi. Unsur ini terdiri dari tujuan negara, UUD dan
pengakuan dari negara lain.

C. Sifat-sifat Negara
Secara umum, setiap negara memiliki sifat memaksa, memonopoli, dan sikap
mencakup semua.

1. Sifat Memaksa

Sifat memaksa artinya bahwa negara mempunyai kekuatan fisik secara legal agar
tercapai ketertiban dalam masyarakat dan mencegah timbulnya anarki. Dengan ditaatinya
peraturan perundangan-undang, penertiban dalam kehidupan dapat tercapai serta dapat dapat
pula mencegah terjadinya anarki.

2. Sifat Memonopoli

Monopoli berasal dari kata mono yang artinya satu dan poli yang artinya penguasa,
jika sifat monopoli dikaitkan dengan negara adalah suatu hak tunggal yang dilakukan oleh
negara untuk berbuat dan menguasai sesuatu untuk keperluan dan tujuan bersama.

3. Sikap Mencakup Semua

Sifat mencakup semua peraturan perundangan-undangna yang berlaku (misalnya


keharusan membayar pajak) adalah untuk semua orang tanpa kecuali.

D. Tujuan dan Fungsi Negara

Mengenai tujuan negara ini beberapa ahli telah mengemukakan pendapat yang
beragam, antara lain :

1.Roger H. Soltau, menyatakan bahwa tujuan negara adalah memungkinkan rakyatnya


berkembang serta menyelenggarakan daya ciptanya sebebas mungkin.

2.Lord Shang, mengemukakan bahwa didalam setiap negara terdapat subyek yang selalu
berhadapan dan bertantangan, yaitu pemerintah dan rakyat. Pemerintah harus selalu berusaha
lebih kuat daripada rakyat agar tidak terjadi kekacauan dan anarki.

3.Imanuel Kant, menyatakan bahwa tujuan negara adalah untuk menegakkan hak-hak dan
kebebasan-kebebasan warganya.

Sebagaimana dikemukakan diatas, tujuan menunjukkan pada ide-ide, cita-cita sedang


fungsi menunjukkan pada pelaksanaan dari cita-cita dalam kenyataan. Fungsi yang secara
umum pasti dimiliki oleh setiap negara dewasa ini, sebagaimana dekemukakan oleh Mariam
Budiarjo adalah:

1.Melaksanakan penertiban

2.Mengusahakan kesejahteraan dan kemekmuran rakyat


3.Pertahanan

4.Menegakkan keadilan

Jacobsen dan Lipman mengemukakan bahwa fungsi negara dibedakan dalam :

1.Fungsi esensial, yaitu fungsi yang diperlukan demi kelanjutan negara dan meliputi
pemeliharaan angkatan kepolisian untuk menanggulangi kejahatan.

2.Fungsi jasa, ialah seluruh aktivitas yang mungkin tidak akan ada apabila tidak
diselenggarakan oleh negara. Misalnya pemeliharaan fakir miskin, pembangunan jalan-jalan,
jembatan dan lainnya.

3.Fungsi perniagaan adalah fungsi yang dapat diselenggarakan oleh individu dengan motif
untuk memperoleh laba apabila fungsi ini tidak dilaksanakan sendiri oleh negara. Contohnya
jaminan sosial, pencegah pengangguran dan sebagainya.

Lloyd Vernon Ballard mengemukakan bahwa fungsi negara ialah menciptakan syarat-
syarat dan perhubungan-perhubungan yang memuaskan dan konstruktif bagi semua
warganya.

Oleh karenanya secara sosiologis, fungsi negara itu ada empet golongan besar, yaitu :

a.Fungsi social conservation dari nilai-nilai sosial yang sangat penting bagi suatu tertip
politik dan social, seperti misalnya.

b.Fungsi social control, yaitu mendamaikan, menyesuaikan dan mengkoordinir sikap-sikap


kelompok yang berselisih atau bersaing.

E. Pengertian Konstitusi

Konstitusi merupakan hukum dasar suatu negara. Istilah konstitusi berasal dari
Bahasa Prancis (Constituer) yang berarti membentuk, yaitu pembentukan suatu negara atau
menyusun dan menyatakan aturan suatu negara (Srijanti, dkk, 2008).
Konstitusi dapat disamakan dengan Undang-undang Dasar. Undang-undang Dasar
merupakan hukum dasar yang tertulis, dalam Bahasa Belanda istilah konstitusi dikenal
dengan istilah “ground wet” yang diterjemahkan sebagai Undang-undang Dasar.

Menurut Jimly Asshiddiqie (2005) menjelaskan bahwa kedalam konsep konstitusi itu
tercakup juga pengertian peraturan tertulis, kebiasaan dan konvensi-konvensi kenegaraan
(ketatanegaraan) yang menentukan susunan dan kedudukan organ-organ negara itu dan
mengatur hubungan organ-organ negara tersebut dengan warga negara.

F. Tujuan dan Fungsi Konstitusi


Menurut Miriam budiharjo,(Nuruddin Hady, 2010)menjelaskan setiap undang-undang
dasar memuat ketentuan-ketentuan mengenai hal-hal sebagai berikut :

1. Organisasi negara, misalnya pembagian kekuasaan antara badan legislative, eksekutif, dan
yudikatif, pembagian kekuasaan antara pemerintah federal dan pemerintah negara bagian,
prosedur menyelesaikan masalah pelanggaran yurisdiksi oleh salah satu badan pemerintah
dan sebagainya.
2. Hak-hak asasi manusia
3. Prosedur mengubah Undang-undang dasar
4. Ada kalanya memuat larangan untuk mengubah sifat-sifat tertentu dari Undang-undang
Dasar.
Kedudukan konstitusi di beberapa negara formal sama, yaitu:

1. Konstitusi sebagai hukum dasar karena berisi tentang hal-hal yang mendasar dalam
kehiupan suatu negara.
2. Konstitusi sebagai hukum tertinggi, artinya bahwa aturan-aturan yang terdapat dalam
kosntitusi secara hakiki mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari aturan lainnya.
Dikalangan para ahli hukum, pada umumnya hukum mempunyai 3 tujuan pokok, yaitu:

a) Keadilan (justice), sepadan dengan keseimbangan (blance) dan kepatutan (equity),


serta kewajaran (proportionality).
b) Kepastian (certainity), terkait dengan ketertiban dan ketentraman.
c) Kebergunaan (utility), menjamin bahwa bahwa semua nilai-nilai tersebut akan
mewujudkan kedamaian hidup bersama (DIkdik B. Arif 2014:103).
G. UUD 1945 Sebagai Konstitusi Indonesia

Pada tanggal 7 September 1944, perdana menteri Koiso berjani memberikan


kemerdekaan kepada Rakyat Indonesia, maka dibentuklah Badan Penyelidik Usaha-usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada tanggal 29 April 1945 yang diketuai oleh
Dr. Radjiman Wedyodiningrat dan Ketua muda R.P. Soeroso,yang bertugas menyusun dasar
Indonesia Merdeka (Undang-undang Dasar).

Para anggota BPUPKI dilantik tanggal 28 Mei 1945 melakukan persidang dengan tahap

a. Pertama, tanggal 29 Mei- 1 Juni 1945 menetapkan dasar negara dan merumuskan
Pancasila dengan dasarnya pada tanggal 1 Juni 1945 yang mana Ir. Seokarno saat itu
sedang berpidato.
b. Kedua, tanggal 10-17 juli 1945 membuat Undang-undang Dasar.
Pada akhir persidangan pertama, ketua siding membentuk sebuah panitia yang terdiri
atas 8 orang yang diketuai oleh Ir. Soekarno yang disebut dengan pantita delapan. Tanggal 22
Juni diadakan pertemuan antara gabungan paham kebangsaan dan golongan agama yang
mempersoalkan hubungan antara agama dengan negara. Dalam rapat tersebut, dibentuk
panitia Sembilan berhasil membuat rancangan Preambule hukum dasar, yang oleh Mr. Moh.
Yamin disebut dengan istilah piagam Jakarta (Jakatra Charter).

Dalam sejarahnya, sejak Proklamasi 17 Agustus 1945 hingga sekarang di Indonesia


telah berlaku 3 macam undang-undang dasar dalam 4 periode, yaitu:

a. Periode 18 Agustus 1945-27 Desember 1949 berlaku UUD 1945. UUD 1945 terdiri
dari bagian pembukaan, batang tubuh (16 bab), pasal 37, pasal 4 aturan peralihan, ayat
2 aturan tambahan dan bagian penjelasan.
b. Periode 27 Desember 1949-17 Agustus 1950berlaku UUD RIS. UUD RIS terdiri atas 6
bab, pasal 197 dan beberapa bagian.
c. Periode 17 Agustus 1950-5 Juli 1959 berlaku UUDS 1950 yang terdiri atas 6 bab, pasal
146 dan beberapa pasal bagian.
d. Periode 5 Juli 1959-sekarang kembali berlaku UUD 1945.
Khusus periode keempat berlaku UUD 1945 dengan pembagian berikut:

a. UUD 1945 yang belum diamendemen


b. UUD 1945 yang sudah diamandemen (tahun 1999, tahun 2000, tahun 2001,dan tahun
2002) (Winarn,2008).

1. UUD 1945 berlaku 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949

Undang-undang dasaryang berlaku dari tanggal 18 Agustus 1945 samapi 27 Desember


1949 memuat ketentuan-ketentuan UUD sistem pemerintahan Indonesia yang bersifat
presidensial, artinya paramentri tidak bertanggungjawab kepada badan legislatif, tetapi hanya
bertindak sebagai pembantu presiden. Berdasarkan maklumat Wakil Presiden No. X tanggal
16 Oktober 1945, dan lain sebagainya berisi “tanggung jawab politik terletak ditangan para
menteri”.

2. Konstitusi RIS berlaku 27 Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950


Konstitusi RIS tidak dapat berlangsung dalam waktu yang cukup lama, melainkan
kurang dari 8 bulan saja. Hal ini terjadi karena adanya tuntutan dari masyarakat untuk
kembali ke bentuk negara kesatuan dan meningglkan bentuk negara RIS, maka tanggal 17
Agustus 1950 negara RIS resmi kembali bergabung dengan NKRI.

3. UUDS 1950 berlaku 17 Agustus 1950 sampai 15 Juli 1959


Menurut UUDS sistem pemerintahan yang digunakan ialah parlementer dan bukan
sistem pemerintahan presidensial lagi seperti dalam UUD 1945. Menurut sistem
pemerintahan ini, Presiden dan Wakil Presiden adalah kepala pemerintahan dan tidak dapat
diganggu gugat karena bertanggung jawab adalah para menteri kepada parlemen (DPR).
Dalam pelaksanaannya yang diambil oleh UUDS menyebabkan tidak tercapainya
stabilitas politik dan pemerintahan, karena sering berganti kabinet yang berdasarkan
dukungan di parlemen. Dengan kondisi politik yang demikian membuat presiden Soekarno
mengeluarkan Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959 yang isinya kita kembali ke UUD 1945.

4. UUD 1945 berlaku 5 Juli 1959 sampai 1966


Dengan dikeluarkannya dekrit presiden tanggal 5 Juli 1959 yang isinya sebagai
berikut:

a. Menetapkan pembubaran konstituante


b. Menetapkan berlakunya UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi UUD 1950
c. Pembentukan MPRS dan DPAS
Maka,pada kurun waktu 1959-1966 biasa dikenal dengan istilah Orde Lama (ORLA)
yang dipimpin oleh presiden Soekarno. Pelaksanaan UUD 1945 yang dipimpin oleh Presiden
Soekarno mempunyai beberapa hal mengenai penyimpangan konstitusi UUD 1945 yaitu:

a. Presiden merangkap kepala negara dan kepala pemerintahan


b. Mengeluarkan UU dalam bentuk penempatan presiden tanpa persetujuan DPR
c. MPRS mengangkat presiden seumur hidup
d. Hak budget DPR tidak berjalan, karena setelah tahun 1960 pemerintah tidak
mengajukan RUU APBN untuk mendapat persetujuan DPR.
e. Pimpinan lembaga tinggi dan tertinggi negara diangkat menjadi menteri-menteri negara
dan presiden menjadi ketua DPA.

5. UUD 1945 pada tahun 1966-1999


Pemerintahan ini dapat disebut juga dengan pemerintahan Orde baru, yaitu
pemerintahan yang menjalankan tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara menurut
Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.

6. UUD 1945 Amandemen 1999, berlaku pada tahun 1999 sampai sekarang
Pada masa reformasi ini, UUD 1945 mengalami proses amandemen sesudah
berakhirnya masa Pemerintahan Presiden Soeharto. Dalam penerapan konstitusi UUD 1945
amandemen, sistem pemerintahan mengalami perubahan sangat signifikan dengan penerapan
sistem pemerintahan pada konstitusi UUD 1945 pra amandemen.

H. Amandemen atau Perubahan UUD 1945


Amandemen dalam bahasa inggris amandement artinya perubahan. Mengamandemen
artinya mengubah atau mengadakan perubahan yang mana menjadi hak parlemen untuk
mengubah atau mengusulkan perubahan rancangan UUD.
Dasar pemikiran dilakukannya perubahan UUD 1945 antara lain karena :

A.Pertama, UUD 1945 membentuk struktur kenegaraan yang bertumpu pada kekuasaan
tertinggi ditangan MPR yang sepenuhnya melaksanakan kedaulatan rakyat. Kekuasaan
tertinggi di tangan MPR menyebabkan kekuasaan pemerintah negara seakan-akan tidak
memiliki hubungan dengan rakyat.

B.Kedua, UUD 1945 memberikan kekuasaan yang sangat besar kepada pemegang
kekuasaan tertinggi eksekutif (presiden).

C.Ketiga, UUD 1945 mengandung pasal-pasal yang terlalu “luwes” sehingga dapat
menimbulkan lebih dari satau tafsiran (multitafsir).

D.Keempat, UUD 1945 terlalu banyak memberikan kewenangan kepada kekuasaan


presiden untuk mengatur hal-hal penting dengan undang-undang.

Perubahan atau amandemen UUD 1945 dilakukan pertama kali oleh MPR pada siding
umum MPR tahun 1999 dan mulai berlaku sejak tanggal 19 oktober 1999. Amandemen atas
UUD 1945 dilakukan sebanyak 4 kali (1999-2000).

1. Amandemen pertama terjadi pada siding umum MPR pada tahun 1999 dan disahkan pada
tanggal 19 oktober 1999.

2. Amandemen kedua terjadi pada sidang tahunan MPR dan disahkan pada taggal 18 agustus
2000.

3. Amandemen ketiga terjadi pada sidang tahunan MPR dan disahkan pada tanggal 10
november 2001.

4. Amandemen keempat terjadi pada siding tahunan MPR dan disahkan pada tanggal 10
agustus 2002

Bab 5 hak negara dan warga negara

Warga Negara merupaka salah satu unsure pokok dalam suatu Negara, selain adanya
wilayag dan pemerintahan yang berdaulat. Semua orang yang berada di suatu Negara tentu
perlu mengerti tentang status atau kedudukannya baik menyangkut hak dan kewajibannya
sebagai anggita dari sebuah Negara. Setiap warga Negara mempunyai hak dan kewajiban
terhadap negaranya. Sebaliknya, Negara mempunyai kewajiban memberikan perlindungan
dan kesejatraan terhadap warga negaranya.

A. Konsep Warga Negara


Warga Negara dalam bahasa Indonesia disebut citizen, dalam bahasa Yunani
civics(asal katanya civicus) yang berarti penduduk sipil(citizen). Merujuk kepada bahasa
Yunani Kuno polites atau Latin civis, yang didefenisikan sebagai anggota dari polis(kota)
Yunani Kuno atau res publika(perkumpulan orang orang atau masyarakat) Romawi bagi
persekutuan orang orang di Mediterania kuno, yang selanjutnya kepada peradaban Eropa dan
Barat (Kalidjernih, 2007).

B. Warga Negara Indonesia


Secara teoritis, upaya mendefenisikan warga Negara dan siapa yang menjadi warga
Negara untuk suatu Negara tidak mudah. Aristoteles (Barker, 199584-85) pernah
mengantisipasi bahwa “The definition of a citizen is a question which is often disputed; there
is no general agreement on who is a citizen”.

Konstitusi adalah hukum dasar bagi suatu Negara. Ada konstusi tertulis (written
constitution) dan ada yang tidak tertulis (unwritten constitution). Ada beberapa UUD yang
pernah berlaku di Indonesia dan mengatur tentang kewarganegaraan UUD 1945 sebagai
konstusi tertulis di Indonesia pasal 26 menyatakan sebagai berikut:

1. Yang menjadi warga Negara ialah orang orang bangsa Indonesia asli dan orang orang
bangsa lain yang disahkan dengan undang undang sebagai warga Negara.
2. Penduduk ialah warga Negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia
3. Hal hal mengenai warga Negara dan penduduk diatur dengan undang undang.

Ketentuan Pasal 5 ayat 1 yang dimaksud adalah ketentuan dalam UU No 3 1946 yang
berbunyi: “Kewarganegaraan Indonesia dengan cara naturalisasi diperoleh dengan berlakunya
undang undang yang memberiikan naturalisasi ini.
A.Pertama, orang yang menurut persetujuan Perihal pembagian warga Negara(PPPWN)
KMB (Lembaran Negara No 2 Tahun 1950) memperoleh kewarganegaraan Indonesia.

B.Kedua, orang yang berdasarkan atas PPPWN KMB memperoleh kewarganegaraan


Indonesia. Kesempatan ini diberika kepada mereka karena mereka mereka dilahirkan
diwilayan Indonesia atau pada saat penyerahan kedaulatan tanggal 27 desember 1949
bertempat tinggal diwilayah Republik Indonesia sekurang kurangnya 6 bulan(pasal 3
PPPWN).
C.Ketiga, orang yang kewarganegaraannya tidak ditetapkan oleh PPPWN KMB sudah
menjadi warga Negara Indonesia menurut undang undang Republik Indonesia.

Menurut Guatama (1970), setelah terbitnya pasal 144 UUDS maka ketentuan yang
dimaksudkan dalam UU No 3 1946 tentang status kawula Negara Belanda tidak berlaku lagi.
UU No 3 Tahun 1946 mengatur tentang kewarganegaraan dan kepedudukan Republik
Indonesia yang melalui UU No 6 Tahun 1947 dinyatakan berlaku surut sejak 17agustus 1945.
Pasal 1 menetapkan bahwa wara Negara Indonesia ialah:
1. Orang yang asli dalam daerah Indonesia
2. Orang yang tidak masuk dalam golongan itu yang lahir dan bertempat kedudukann dan
kediaman di dalam daerah Negara Indonesia, dan orang bukan turunan seorang dari
golongan termaksud, yang lahir dan bertempat dudukan dan kediaman selama
sedikitnya 5 tahun berturut turut yang paling akhir didalam daerah Negara Indonesia,
yang telah berumur 21 tahun, atau lebih atau telah kawin, kecuali jika ia menyatakan
keberatan menjadi warga Negara Indonesia karena ia adalah warga Negara lain.
3. Orang yang mendapat kewarganegaraan Negara Indonesia dengan cara naturalisasi

Tentang siapa warga Negara Indonesia, dinyatakan pada Pasal 4 UU No 12 Tahun 2006,
yaitu:
1.orang orang bangsa indonesia dan orang orang bangsa lain yang disahkan dengan
undang undang sebagai warga negara.
2. Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang undangan dan atau berdasarkan
perjanjian pemerintah RI dengan negara lain sebelum UU ini berlaku sudah menjadi
warga negara Indonesia.
3.Anak yang lahir dari perkawinan sah dari ayah warga negara indonesia dan ibu warga
negara indonesia
4. Anak yang lahir dari perkawinan sah dari ayah warga negara indonesia dan ibu asing
5. Anak yang lahir dari perkawinan sah dari ayah asing dan ibu warga negara indonesia
6. Anak yang lahir di luar perkawinan sah dari seorang ibu warga negara indonesia dan
ayah tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum warga negara asal ayahnya tidak
memberikan kewarganegaraan kepada anak itu.

C. Asas-asas kewarganegaraan
Seseorang dinyatkan warga negara apabila memenuhi syarat dari negara
tersebut,setiap negara mempunyai hak untuk menentukan asas kewarganegaraan.ada 2 asas
pedoman untuk menetukan kewarganegaraan
1. Asas kewarganegaraan berdasarkan perkawinan
2. Asas kewarganegaraan berdasarkan kelahiran
Namun di dalam literatur hukum dan dalam praktek ada tiga asas kewarganegaraan
1. Ius soli
Asas kedaerahan,berasal dari bahasa latin ;ius yang berarti hukum dan pedoman,sedangkan
soli berasal dari kata solum yang berarti negeri,tanah,atau daerah,jadi ios soli adalah
penentuan status kewarganegaraan berdasarkan tempat dan daerah atau kelahiran
seseorang.seseorang di anggap warga negara karena ia dilahirkan di negara tersebut.
2. Ius sanguinis
Asas darah atau asas keturunan .asas ini menetapkan seseorang mendapat warga negara jika
orangtuanya adalah warga negara suatu negara.
3. Asas campuran
Namun demikian dalam praktik ada negara yang menganut keduanya,misalnya india dan
pakistan termasuk negara sangat menikmati kebijakan yang mereka terapkan dengan sistem
dwi kewarganegaraan

Sedangkan asas kewarganegaraan khusus ialah asas asas yang terdiri atas beberapa
macam asas atau pedoman kewarganegaraan.
a) Asas kepentingan nasional
Mempertahankan kepentingan nasional dan mempertahankan kedaulatan.
b) Asas perlindungan maksimum
Memberikan perlindungan kepada setiap warga negara
c) Asas persamaan di dalam hukum dan pemerintah
Warga negara memiliki kesamaan hukum
d) Asas kebenaran substansif
`prosedur kewarganegaraan tidak hanya bersifat administratif,tetapi juga bersifat
substansi

e) Asas Non-diskriminatif
Tidak membedakan suku,ras,dan warna kulit atau Dll.
f) Asas pengakuan dan permohonan terhadap HAM
Menjamin dan melindungi warga negara dan memulikan nya pada persamaan HAM

D. Cara memperoleh dan kehilangan kewarganegaraan iondesia


Biasa nya cara memperoleh status kewarganegaraan ada dua cara,yaitu status
kewarganegaraan dengan kelahiran di di wilayah hukum indonesia dan dengan cara
pewarganegaraan (naturalization)
Adapun 5 metode perolehan status kewarganegaraan yang dikenal dalam praktik tersebut
1.Citizenship by birth
Cara memperoleh kewarganegaraan dengan berdasarkan kelahiran
2.Citizenship by descent
Cara peroleh kewarganegaraan berdasarkan faktor keturunan
3.Citizenship by naturalization
Pewarganegaraan orang asing melalui permohonan menjadi warganegara setelah
memenuhi persyaratan.

Adapun syarat pemohon untuk menjadi warga negara


a) Telah berusia 18 tahun atau sudah menikah
b) Pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah
iondonesia palingsingkat 5 tahun
c) Sehat jamani rohani
d) Dapat berbahasa indoneisa serta mengakui dasar negara yaitu pancasila dan
undang undang dasar 1945
e) Tidak pernah dijatuhi tindak pidana dengan tindak pidana penjara 1 tahun
f) Tidak menjadi berkewarganegaraan ganda

Proses pewarganegraan karena terjadinya perluasan wilayah Terdapat 3 kemungkinan


kehilangan kewarganegaraan
1. Renunciation
Tindakan sukarela untuk meninggalkan salah satu status kewarganegaraan nya
2. Termination
Penghentian statuys kewarganegaraan karena tindakan hukum
3. Deprivation

Penghentian secara paksa,atas perintah pejabat yang berwenang


UU No 12 Tahun 2006 mengatur pula bagaimana cara kehilangan kewarganegaraan
1. Memperoleh kewarganegaraan lain dengan kemauan sendiri
2. Tidak menolak atau tidak melepaskan kewarganegaraan lain
3. Dinyatakan hilang kewarga negaraan oleh presiden atas permohonan sendiri
4. Masuk dinas ke tentara asing tanpa izin terlebih dahulu

cara memperoleh status kewarganegaraan melalui prosedur pewarganegaraan sebagaimana


dimagsud dalam pasal 18 dan pasal 22.pasal 32 mengatakan
1. mengajukan permohonan tertulis melauli proeedur yang di maksud pasal 9 sampai
dengan pasal 17
2. apabila tinggal di luar wilayah nkri,permohonan di sampaikan melalui perwakilan
repuiblik indonesia yang wilayah kerjanya meliputi permohonoan
3. permohonan boleh di ajukan laki laki maupun perempuan yang kehilangan
kewarganegaraan nya yang diu magsud pasal 26 ayat 1
meneruskan permohonan tersebut kepada mentri dalam kurun waktu paling lama 14 hari

E. Konsep Dasar HAM


(HAM Menurut UU No 39 Tahun 1999)Pengertian HAM ~ Menurut undang-undang
ini, inti pengertian hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada diri manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat dipahami bahwa hak asasi manusia
merupakan hak universal yang dimiliki oleh setiap manusia sebagai anugerah Tuhan dan
dibawa sejak lahir. Secara lebih khusus, hak asasi manusia ini dapat dilihat dari dua makna.
1. HAM merupakan hak alami yang melekat dalam diri setiap manusia sejak ia
dilahirkan ke dunia. Oleh karena itu, tidak ada seorang pun yang diperkenankan
merampas hak tersebut dari tangan pemiliknya.
2. HAM merupakan instrumen untuk menjaga harkat dan martabat manusia sesuai
dengan kodrat kemanusiaannya yang luhur. Tanpa adanya hak asasi, manusia tidak
akan dapat hidup sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaannya sebagai
makhluk Tuhan yang paling mulia.

D.Sejarah HAM
Pada masa kenabian , di kota madinah disusun sebuah piagam madinah (shahifatul
madinah atau mitsaaqu al madinah). Piagam ini merupakan dokumen kesepakatan
masyarakat madinah untuk melindungi dan menjamin hak –hak sesame warga masyarakat
tanpa memandang latar belakang ,suku, dan agama. Piagam madinah bersifat revolusioner,
karena menentang tradisi kesukuan orang – orang arab pada saat itu. Tidak ada satu pun
yangmemiliki keistimewaan atau kelebihan di bandingkan dengan suku lain . piagam ini
dideklarasikan di madinah pada 622 M ( Didik B. arif, 2014: 134-135) menurut musthafa
kamal pasha (pasha,2002: 126) . terdapat 2 landasan pokok bagi kehidupan bermasyarakat
yang diatur dalam piagam madinah yaitu

1. Semua pemeluk islam adalah umat walaupun mereka beda suku dan bangsa.
2. Hubungan Antara komunitas muslim dan non muslim didasarkan pada prinsip-
prinsip:
a. Berinteraksi secara baik dengan sesame tetangga.
b. Saling membantu dalam menghadapi musuh bersama.
c. Saling menasehati.
d. Menghormati kebebasan beragama.
Di kawasan eropa, pada tahun 1215 lahir Magna Charta,piagam ini merupakan perjanjian
Antara raja dan bangsawan melalui piagam ini
Konsep HAM bukan hanya ada di Indonesia saja, melainkan di seluruh dunia. Hal ini karena
pada hakikatnya konsep HAM berasal dari dunia Barat. Sejarah perkembangan HAM
ditandai dengan tiga peristiwa penting berikut ini.

1.Magna Charta
Magna Charta (1215) merupakan piagam kesepakatan antara para bangsawan dengan
Raja John di Inggris. Kesepakatan ini menyatakan bahwa raja memberi jaminan beberapa hak
untuk para bangsawan dan keturunannya. Hak tersebut di antaranya adalah hak untuk tidak
dipenjara tanpa proses pemeriksaan pengadilan. Hak tersebut menjadi bagian dari sistem
konstitusional Inggris sejak saat itu.
2.Revolusi Amerika
Revolusi Amerika merupakan peristiwa perjuangan rakyat Amerika Serikat dalam
melawan Inggris sebagai penjajah kala itu. Hasil dari peristiwa ini adalah Declaration of
Independence dan Amerika Serikat merdeka pada 4 Juli 1776.
3.Revolusi Perancis
Revolusi Prancis (1789) merupakan peristiwa pemberontakan rakyat Perancis
terhadap rajanya sendiri karena dianggap telah bertindak absolut dan sewenang-wenang.
Peristiwa ini menghasilkan Pernyataan Hak-hak Manusia dan Warga Negara yang memuat
tentang hak kebebasan, kesamaan, dan persaudaraan.
HAM mencakup berbagai bidang dalam kehidupan manusia dan bukan hanya milik negara-
negara Barat. HAM bersifat universal dan telah diakui secara internasional.

F. prinsip- prinsip pokok HAM


Ada beberapa prinsip pokok yang terkait dengan penghormatan
pemerintah,pemenuhan,pemajuan,dan perlindungan HAM. Prinsip – prinsip tersebut adalah :
1. prinsip universal, bahwa HAM itu berlaku bagi semua orang, apa pun jenis
kelaminannya ,statusnya,agama,suku bangsa atau kebangsaannya.
2. Prinsip tidak dapat dilepaskan (inalienable), yaitu siapapun, dengan alasan apapun,
tidak dapat dan tidak boleh mencerubut atau mengambil hak asasi seseorang.
Seseorang tetap mempunyai hak asasinya kendati hokum di Negaranya tidak
mengakui dan menghormati hak asasi orang itu atau bahkan melanggar hak asasi
tersebut
3. Prinsip tidak dapat dipisahkan (indivisible) artinya bahwa hak- hak ekonomi, social
dan budaya serta hak pembangunan
4. Prinsip saling tergantung (inter dependent) yaitu bahwa di samping tidak dapat
dipisahkan, hak- hak asasi itu saling tergantung satu sma lain
G. HAM dalam UUD 1945
Hak-hak asasi manusia sebenarnya tidak dapat dipisahkan dengan pandangan filosofis
tentang manusia yang melatarbelakanginya. Menurut Pancasila sebagai dasar dari bangsa
Indonesia hakikat manusia adalah tersusun atas jiwa dan raga, kedudukan kodrat sebagai
makhluk Tuhan dan makhluk pribadi, adapun sifat kodratnya sebagai mahluk individu dan
makhluk sosial. Dalam pengertian inilah maka hak-hak asasi manusia tidak dapat dipisahkan
dengan hakikat kodrat manusia tersebut. Konseksuensinya dalam realisasinya maka hak asasi
manusia senantiasa memilik hubungan yang korelatif dengan wajib asasi manusia karena sifat
kodrat manusia sebaga individu dan mahluk sosial.

Deklarasi PBB pada tahun 1948. Hal itu merupakan fakta pada dunia bahwa bangsa
Indonesia sebelum tercapainya pernyataan hak-hak asasi manusia sedunia oleh PBB, telah
mengangkat hak-hak asasi manusia dan melindunginya dalam kehidupan bernegara yang
tertuang dalam UUD 1945. Hal ini juga telah ditekankan oleh para pendiri negara, misalnya
pernyataan Moh. Hatta dalam sidang BPUPKI sebagai berikut :
“Walaupun yang dibentuk itu Negara kekeluargaan, tetapi masih perlu ditetapkan beberapa
hak dari warga Negara agar jangan sampai timbul negara kekuasaan (Machsstaat atau negara
penindas)”.

Dasar filosofi hak-hak asasi manusia tersebut bukanlah kebebasan individualis,


malainkan menempatkan manusia dalam hubungannya dengan bangsa (makhluk sosial)
sehingga hak asasi manusia tidak dapat dipisahkan dengan kewajiban asasi manusia .Kata-
kata berikutnya adalah pada alinea ketiga Pembukaan UUD 1945, sebagai berikut :
“Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan yang
luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan
dengan ini kemerdekaannya”.
Penyataan tentang “ atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa…” mengandung arti
bahwa dalam deklarasi bangsa Indonesia terkandung pengakuan manusia yang berketuhanan
Yang Maha Esa, dan diteruskan dengan kata “…supaya berkehidupan kebangsaan yang
bebas…” dalam pengertian bangsa maka bangsa Indonesia mengakui hak-hak asasi manusia
untuk memeluk agama sebagaimana tercantum dalam Deklarasi Universal Hak-hak Asasi
Manusia PBB pasal 18, dan dalam pasal UUD 1945 dijabarkan dalam pasal 29 ayat (2) yaitu
negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing
dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
Melalui Pembukaan UUD 1945 dinyatakan dalam alinea empat bahwa Negara Indonesia
sebagai suatu persekutuan bersama bertujuan untuk melindungi warganya terutama dalam
kaitannya dengan perlindungan hak-hak asasinya. Adapun tujuan negara yang merupakan
tujuan yang tidak pernah berakhir (never ending goal) adalah sebagai berikut :
 Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.

 Untuk memajukan kesejahteraan umum.


 Mencerdaskan kehidupan bangsa.
 Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial.

Tujuan Negara Indonesia sebagai negara hukum yang bersifat formal maupun material
tersebut mengandung konsekuensi bahwa negara berkewajiban untuk melindungi seluruh
warganya dengan suatu undang-undang terutama untuk melindungi hak-hak asasi manusia
demi untuk kesejahteraan hidup bersama.

Berdasarkan pada tujuan Negara sebagai terkandung dalam Pembukaan UUD 1945
tersebut, Negara Indonesia menjamin dan melindungi hak-hak asasi manusia pada warganya
terutama dalam kaitannya dengan kesejahteraan hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah,
antaralain berkaitan dengan hak-hak asasi di bidang politik, ekonomi, sosial, kebudayaan,
pendidikan, dan agama.

BAB VI DEMOKRASI

A.Pengertian Demokrasi
Kata demokrasi sudah biasa terdengar di kalangan masyarakat umum. Dalam berbagai
peristiwa dan konteks. Kita sering menyebutkan kata demokrasi. Demikian pula dalam
bentuk sifatnya, yaitu demokratis kita gunakan untuk berbagai tingkatan, mulai individu,
masyarakat, bangsa maupun negara. Walaupun demikian, kata demokrasi ataupun sifat
demokrasi tidak jarang dipakai dalam konteks yang justru bertentangan dengan makna
demokrasi itu sendiri. .

Demokrasi merujuk kepada konsep kehidupan negara atau masyarakat dimana warga
negara dewasa turut berpartisipasi dalam pemerintahan melalui wakilnya yang dipilih,
pemerintahan mendorong dan menjamin kemerdekaan berbicara, beragama, berpendapat,
berserikat, menegakkan rule of law, adanya pemerintahan mayoritas yang menghormati hak
– hak kelompok minoritas, dan masyarakat yang warga negaranya saling memberi peluang
yang sama untuk mendapatkan kehidupan yang layak.

1.Dari Demokrasi Langsung ke Demokrasi Perwakilan

Istilah demokrasi, pertama kali dipakai di kota athena pada abad ke-6 sampai abad ke-
3 SM untuk menunjukan sistem pemerintahan yang berlaku di sana. Karena rakyat ikut serta
secara langsung, pemerintahan itu disebut pemerintahan demokrasi langsung (direct
democracy).

2.Karakteristik Sistem Politik Demokrasi

Sebagai suatu sistem kenegaraan, United States Information Agencies (1999:5)


mengintisarikan demokrasi sebagai sistem yang memiliki 11 pilar atau soko guru, yakni:

1. Kedaulatan rakyat
2. Pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah
3. Kekuasaan mayoritas
4. Hak-hak minoritas
5. Jaminan hak-hak asasi manusia
6. Pemilihan yang bebas dan jujur
7. Persamaan di depan hukum
8. Proses hukum yang wajar
9. Pembatasan pemerintah secara konstisuional
10. Pluralisme sosial, ekonomi dan politik
11. Nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerjasama dan mufakat

Dalam konteks NKRI, Achmad Sanusi (Sanusi, 2006) mengetengahkan sepuluh pilar
demokrasi yang dipesankan oleh para pembentuk negara (The Founding Father’s)
sebagaimana diletakkan di dalam UUD 1945 sebagai berikut:

1. Demokrasi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa


Esensinya adalah seluruh sistem serta perilaku dalam menyelenggarakan kenegaraan
RI haruslah taat asas, konsisten, atau sesuai dengan nilai-nilai dan kaidah-kaidah dasar
Ketuhana Yang Maha Esa.

2. Demokrasi dengan kecerdasan

Demokrasi harus dirancang dan dilaksanakan oleh segenap rakyat dengan pengertian-
pengertiannya yang jelas, dimana rakyat sendiri turut terlibat langsung merumuskan
substansinya. Mengujicobakan disainnya, menilai dan menguji keabsahannya

3. Demokrasi yang berkedaulatan rakyat

Demokrasi menurut UUD 1945 ialah demokrasi yang berkedaulatan rakyat, yaitu
kekuasaan tertinggi ada ditangan rakyat. Secara prinsip, rakyatlah yang memiliki atau
memegang kedaulatan itu. Kedaulatan itu kemudian dilaksanakan menurut undang-
undang dasar.

4. Demokrasi dengan rule of law

Negara adalah organisasi kekuasaan, artinya organisasi yang memiliki kekuasaan dan
dapat menggunakan kekuasaan itu dengan paksa.

5. Demokrasi dengan pembagian kekuasaan negara

Demokrasi dikuatkan dengam pembagian kekuasaan negara dan diserahkan kepada


badan-badan negara yang bertanggung jawab menurut undang-undang dasar.

6. Demokrasi dengan hak asasi manusia

Demokrasi menurut UUD 1945 mengakui hak asasi manusia yang tujuannya bukan
saja menghormati hak-hak asasi, melainkan untuk meningkatkan martabat dan derajat
manusia seutuhnya. Hak asasi manusia bersumber pada sifat hakikat manusia yang
diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Hak asasi manusia bukan diberikan oleh
negara atau pemerintah. Hak ini tidak boleh dirampas atau diasingkan oleh negara dan
atau oleh siapapun.

Sitem politik demokrasi Indonesia adalah demokrasi konstitusional, yaitu


pemerintahan yang kekuasaan pemerintahannya dibatasi oleh konstitusi. Menurut Budiarjo
(2008: 107) demokrasi konstitusional gagasan bahwa pemerintahan yang demokratis adalah
pemerintahan yang terbatas kekuasaanya dan tidak dibenarkan bertindak sewenang-wenang
pada warga negaranya. Pembatasan-pembatasan atas kekuasaan pemerintah berdasarkan
konstitusi (constitutional goverement).

3 Demokrasi di Indonesia

Demokrasi di Indonesia adalah suatu proses sejarah dan politik perkembangan


demokrasi di dunia secara umum, hingga khususnya di Indonesia, mulai dari pengertian dan
konsepsi demokrasi menurut para tokoh dan founding fathers Kemerdekaan Indonesia,
terutama Soekarno, Mohammad Hatta, dan Soetan Sjahrir. Selain itu juga proses ini
menggambarkan perkembangan demokrasi di Indonesia, dimulai saat Kemerdekaan
Indonesia, berdirinya Republik Indonesia Serikat, kemunculan fase kediktatoran Soekarno
dalam Orde Lama dan Soeharto dalam Orde Baru, hingga proses konsolidasi demokrasi pasca
Reformasi 1998 hingga saat ini.

Demokrasi pancasila dalam arti luas yaitu kekuasan tertinggi ada pada rakyat yang
memiliki nilai-nilai pancasila. Nilai pancasila yaitu nilai: ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan dan keadilan yang mendukung demokrasi (nilai yang menentang system otoriter
atau kediktatoran)

Demokrasi pancasila dalam arti sempit yaitu berdasar pada sila keempat pancasila
yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh iikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan yang memiliki arti bahwa wujud pengambilan keputusan dipimpin oleh
kebujaksanaan dengan musyawarah mufakat.

Dalam sejarah ketatanegaraan nrgara republic Indonesia yang telah lebih dari
setengah abad, perkembangan demokrrasi selalu pasang surut. Praktik demokrasi Indonesia
berhubungan dengan periodisasi demokrasi yang pernah dan berlaku dalam sejarah
Indonesia.Mirriam budiardjo menyatakan bahwa sudut perkembangan sejarah demokrasi
Indonesia sampai orde baru dibagi dalam 4 masa, yaitu:

a. Masa pertama yang dinamakan masa demokrasi konstitusional (11945-1959) yaitu


peranan yang menonjolkan parlemen dan partai-partai karna itu disebut demokrasi
parlementer.
b. Masa kedua yang dinamakan masa demokrasi terpimpin (1959-1965) yaitu banyak
aspek yang menyimpang dari demokrasi konstitusionaal yag secara formal merupakan
landasan menunjukan aspek demokrasi rakyat.
c. Masa ketiga yang dinamakan masa demokrasi pancassila (1965-1998) yaitu
demokrasi konstitusional yang menunjulkan system presidensial.
d. Masa keempat yang dinamakan masa reformasi (1998-sekarang) yaitu masa yang
menginginkan tegknyya demokrasi di indonesia sebagai koreksi terhadap praktik-
praktik politik .

4 Pendidikan Demokrasi

Demokrasi hanya akan tumbuh kuat jika didukung oleh warga-warga yang emokratis,
yakni warga yang memiliki dan menjalankan sikap hidup demokratis. Ini artinya warga
negara bersikap berbudaya hidup demokratis menjadi syarat bagi berjalannya demokrasi.
1. Tingkat perkembangan ekonomi
2. Perasaan akan identitas nasional

Pendidikan demokrasi secara subtantif menyangkut sosialisasi, diseminasi, aktualisasi


dan implementasi sistem, nilai, konsep dan praktik demokrasi melalui pendidikan
(Ditjendikti, 2012:107).

Pada dasarnya, pendidikan demokrasidapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu

1. Pendidikan demokrasi secara formal: pendidikan yang lwat tatap muka, diskusi timbal
balik, prsentasi, serta studi kasus.
2. Pendidikan demokrasi secara informal: pendidikan yang lewat tahap pergaulan di
rumah maupun dimasyarakat, sebagai bentuk aplikasi nilai berdemokrasi sebagai hasil
interaksi terhadap lingkungan sekitarnya dan langsung dirasakan hasilnya.
3. Pendidikan demokrasi secara non formal: pendidikan yang melewati lingkungan
masyarakat secara lebih makro karena pendidikan di luar sekolah memiliki parameter
yang signifikan terhadap pembentukan jiwa seseorang, seperti kelompok masyarakat,
lembaga swadaya, partai politik, pers, dan lain-lain (Budi Juliardi, 2016:101).

Pendidikan demokrasi dalam berbagai konteks, dalam hal ini untuk pendidikan formal (di
sekolah dan perguruan tinggi), nonformal (pendidikan di luar sekolah), dan informal
(pergaulan di rumah dan masyarakat) mempunyai visi sebagai wahana substantif, pendagogis,
dan sosial kultural untuk membangun cita-cita, nilai, konsep, prisip, sikap, dan keterampilan
demokrasi dalam diri warga negara melalu pengalaman hidup dan berkehidupan demokrasi
dalam konteks (Udin S. Winataputra, 2001:19).

Pendidikan bukan hanya sekedar memberikan pengetahuan dan praktik demokrasi, tetapi
juga menghasilkan warga negara yang berpendirian teguh, mandiri, memiliki sikap selalu ingi
tahu dan berpandangan jauh ke depan (Budi Juliardi, 2016:102).

BAB 7 NEGARA HUKUM

A.Pengertian Negara Hukum


Negara hukum adalah Negara yang berdiri di atas hukum yang menjamin keadilan
kepada warga negaranya yang mana keadilan tersebut merupakan syarat bagi tercapainya
kebahagiaan hidup untuk warga Negara dan sifat keadilan itu perlu diajarkan rasa susila
kepada setiap manusia agar dapat membuat warganegara suatu bangsa menjadi baik.

Hukum menjadi landasan tindakan setiap negara. Ada empat alasan mengapa negara
menyelenggarakan dan menjalankan tugasnya berdasarkan hukum:

1. Demi kepastian hukum


2. Tuntutan perlakuan yang sama
3. Legitimasi demokrasi
4. Tuntutan akal budi

Negara hukum berarti alat-alat negara mempergunakan kekuasaannya hanya sejauh


berdasarkan hukum yang berlaku dan dengan cara yang ditentukan dalam hukum itu. Dalam
negara hukum, tujuan suatu perkara adalah agar dijatuhi putusan sesuai dengan kebenaran.
Tujuan suatu perkara adalah untuk memastikan kebenaran, maka semua pihak berhak atas
pembelaan atau bantuan hukum.

Menurut A.V Dicey, istilah "rule of law dapat ditunjau dari tiga sudut sehingga
mempunyai tiga arti :

a. Rule of law (pemerintah oleh hukum) yang berarti supremasi yang mutlak atau
keutamaan yang absolut dari hukum yang mendapatkan sebagai lawan dari pengaruh
kekuasaan yang sewenang- wenang.
b. Rule Of law, berarti ketaatan yang sama dari semua golongan kepada hukum negara
biasa, yang diselenggarakan oleh pengadilan-pengadilan yang biasa pula.
c. Rule Of law, dapat dipergunakan sebagai formula untuk merumuskan fakta bahwa
dinegara inggris hukum konstitusi, yang dinegara- negara lain sebagian dicantumkan
dalam Undang- Undang, itu bukan sumber melainkan konsekuensi dari hak- hak
individu yang dirumuskan.
d.
A. Prinsip Negara Hukum

Negara menganut sistem "rule of law" harus memiliki prinsip yang jelas. Menurut
Dickey adan tiga rumus fundamental dalam Rule Of law yaitu:

a. Supremasi aturan- aturan hukum, tidak adanya kekuasaan sewenang- wenang dalam
arti seseorang hanay boleh dihukum jika memang melanggar hukum .
b. Kedudukan yang sama dihadapan hukum,
c. Terjaminnya hak hak asasi manusia oleh Undang- Undang dan keputusan pengadilan

Pada abad ke 19 dan 20 munvul gagasan mengenai perlunya pembatasan mendapat


perumusan yuridis. Menurut Stahl ada empat unsut dalam arti klasik yaitu:

a. Hak- hak manusia


b. Pemisahan atau pembagian kekuasaan- kekuasaan untuk menjamin hak- hak itu
c. Pemerintah berdasarkan peraturan- peraturan
d. Peradilan administrasi dalam perselisihan

Unsur unsur Rule Of Law dalam arti yang klasik sebagaimana yang dikemukakan A.V
Dicey dalam introduction to the law of the constitution, mencakup tiga hal yaitu:

a. Supremasi aturan- aturan hukum, tidak adanya kekuasaan sewenang – wenang dalam
arti seseorang boleh dihukum apabila melanggar hukum
b. Kedudukan yang sama dalam menghadapi hukum. Ketentuan ini berlaku untuk orang
biasa, maupun pejabat
c. Terjaminnya hak- hak manusia oleh udang- undang serta keputusan- keputusan
pengadilan.

Konsep negara hukum material yang dikembangkan di abad ini sedikitnya memiliki
sejumlah ciri yang melekat pada negara hukum atau rechstaat, yaitu sebagai berilkut:

a. HAM terjamin oleh undang- undang


b. Supremasi hukum
c. Pembagian kekuasaan demi kepastian hukum
d. Kesamaan kedudukan didepan hukum
e. Perdilan administrasi dalam perselisihan
f. Kebebasan menyatakan pendat bersikap dan bernogosiasi
g. Pemilihan umum yang bebas
h. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak.

B. Makna Indonesia sebagai negara hukum

Negara hukum ialah negara yang menegakkan supremasi hukum untuk menegakkan
kebenaran dan keadilan, dan tidak ada kekuasaan yang tidak dipertanggung jawabkan.
Masuknya rumusan ini kedalam UUD 45 merupakan salah satu contoh pelaksanaan
kesepakatan untuk memasukkan hal-hal yang normative yang ada didalam pasal pasal.
Masuknya ketentuan mengenai Indonesia adalah negara hukum kedalam pasal dimaksudkan
untuk memperteguh paham bahwa Indonesia adakah negara hukum, baik dalam
penyelenggaraan negara maupun kehidupan berbangsa dan bernegara.

BAB VIII WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA

A. Pengertian dan Teori Geopolitik


a. Pengertian Geopolitik
Geopolitik berasal dari bahasa yunani, yaitu “Geo” yang berarti bumi dan “Politik”
politeia, berarti kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri (Negara) dan teia yang berarti
urusan.
Istilah geopolitik semula diartikan oleh Frederic Ratzel (1844 – 1904) sebagai ilmu
bumi politik (political geography). Istilah ini kemudian dikembangakan dan diperluas oleh
sarjana ilmu politik Swedia, Rudolph Kjellen (1864 -1922) dan Karl Haushofer (1869 –
1964) dari Jerman menjadi geographical politic dan disingkat geopolitik.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat diartikan sebagai sistem politik atau peraturan-
peraturan dalam wujud kebijaksanaan dan strategi nasional yang didorong oleh aspirasi
nasional geografik (kepentingan yang titik beratnya pada pertimbangan geografi, wilayah,
atau teritorial dalam arti luas) suatu negara, yang apabila dilaksanakan dan berhasil akan
berdampak langsung atau tidak langsung kepada sistem politik suatu negara (Kaelan dan
Zubaidi, 2007 : 122).
b. Teori-Teori Geopolitik

Teori-teori mengenai geopolitik yang pernah ada didunia (Ditjendikti, 2012 : 116 –
121), yaitu :

1. Teori Geopolitik Frederich Ratzel

Frederich Ratzel (Jerman, 1844 – 1904) berpendapat bahwa negara itu seperti
organisme yang hidup. Semakin luas ruang hidup maka Negara akan semakin bertahan, kuat,
dan maju. Oleh karena itu, jika ingin tetap ingin hidup dan berkembang butuh ekspansi
(perluasan wilayah sebagai ruang hidup). Teori ini dikenal sebagai teori organisme dan teori
biologis.

2. Teori Geopolitik Rudolph Kjellen

Rudolph Kjellen (Swedia, 1964 – 1922) melanjutkan ajaran Ratzel, tentang


organisme. Berbeda dengan Ratzel yang menyatakan negara seperti organisme, maka ia
menyatakan dengan tegas bahwa negara adalah suatu organisme, bukan hanya mirip. Negara
sebagai organisme harus mampu mempertahankan dan mengembangkan dirinya dengan
melakukan ekspansi.

3. Teori Geopolitik Halford Mackinder


Halford Mackinder (1861- 1947) mempunyai konsepsi geopolitik yang lebih
strategic, yaitu dengan daerah-daerah, “jantung dunia”, sehingga pendapatnya dikenal dengan
teori “daerah jantung”.

Terhadap pembagian tersebut, Spijkaman menyarankan pentingnya penguasaan


daerah pantai Eurasia, yaitu Rimland. Spijkaman memandang diperlukan kekuatan kombinasi
dari angkatan-angkatan perang untuk dapat menguasai wilayah-wilayah dimaksud.
Pandangannya ini menghasilkan teori Garis Batas (Rimland) yang dinamakan kawasan
kombinasi.

B. Paham Geopolitik Bangsa Indonesia

Sebagai negara kepulauan, dengan masyarakat yang multi etnis, negara indonesia
memiliki unsur-unsur keuatan sekaligus kelemahan. Kekuatannya terletak pada posisi dan
keadaan geografis dan strategis dan kaya sumber daya alam.

Pandangan geopolitik indonesia yang didasarkan pada nilai-nilai ketuhanan dan


kemanusiaan yang luhur dengan jelas tertuang dalam Pembukaan UUD 1945. Oleh karena
itu, wawasan nusantara adalah geopolitik indonesia. Hal ini didasarkan pada pengertiannya
bahwa di dalamnya terkandung konsep geopolitik Indonesia, yaitu unsur ruang, yang kni
berkembang tidak secara fisik geografis, melainkan dalam pengertian secara kesekuruhan.
(Suradinata; Sumiarno: 2005)

C. pengertian Wawasan Nusantara


Wawasan nusantara merupakan cara pandang, cara melihat, cara meninjau bangsa
Indonesiaterhadap diri dan lingkungannya. Wawasan ini berkembang berdasarkan sejarah,
budaya, falsafah, keadaan geografisnya, serta kepentingan bangsa yang bersangkutan.

D. Sifat atau Ciri Wawasan Nusantara


Dijelaska oleh LEMHANAS (Lembaga Pertahanan Nasional) (dalam Tukiran Taniredja,
2016;184-186) wawasan nusantara memiliki dua sifat atau ciri, yaitu :

1. Manunggal, maksudnya keserasian dan keseimbangan yang dinamis dalam segenapp


aspek kehidupan, bai aspek alamiah maupun aspek sosial.
a. Manunggal di bidang wilayah, maksudnya wilayah indonesia yang tersiri dari
pulau pulau besr dan kecil yang dipisahkan serta dihubungkan oleh lautan dan
selat, dan harus dijaga.
b. Manunggal di bangsa indonesia, maksudnya bangsa indonesia terdiri dari
beragam suku, budaya dan agama. Oleh karena itu harus tetap diusahakan
terwujud kesatuan bangsa yang bulat di dalam arti yang seluas-luasnya.
2. Utuh menyeluruh artinya utuh bagi nusantara dan rakyat Indonesia sehigga
merupakan satu kesatuan yang utuh bulat.
E. Faktor Kewilayahan yang Mempengaruhi Wawasan Nusantara
Faktor kewilayahan yang mempengaruhi wawasan nusantara yaitu :

a. Asas Kepulauan (Archipelagic Principle)

Lahirnya asas archipelagic/archipelago mengaandung pengertian bahwa pulau-


pulau tersebut selalu dalam kesatuan yang utuh, sementara wilayah perairan atau lautan
dijadikan sebagai pemisah dan penghubung antar pulau.

b. Kepulauan Indonesia

Indonesia mengandung makna spiritual yang didalamnya terasa jiwa perjuangan menuju
cita-cita luhur, negara kesatuan, kemerdekaan dan kebebasan.

c. Konsepsi tentang Wilayah Indonesia


Dalam perkembangan hukum laut internasional dikenal beberapa konsepsi mengenai
pemilikan dan penggunaan wilayah laut sebagai berikut :

1. Res Nullius, menyatakan bahwa laut itu tidak ada yang memilikinya
2. Res Cimmunis, menyatakan bahwa laut itu adalah milik masyarakat dunia karena itu
tidak dapat di miliki oleh masing-masing negara.
3. Mare Liberum, menyatakan bahwa wilayah laut adalah bebas untuk semua bangsa.
4. Mare Clausum (the right and dominion of the sea ), menyatakan bahwa hanya laut
sepanjang pantai saja yang dimiliki oleh suatu negara sejauh yang dapat di kuasai dari
darat ( waktu itu kira-kira sejauh tiga mil).
d. Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)
Pengumuman pemerintah negara tentang Zona Ekonimi Eksklusif terjadi pada 21
Maret 1980. Batas ZEE adalah sekitar 200 mil yang dihitung dari garis dasar laut wilayah
indonesia. Alasan –alasan yang mendorong pemerintah mengumumkan ZEE adalah:
1. Persediaan ikan yang semangkin terbatas.
2. Kebutuhan untuk pembangunan indonesia .
3. ZEE memiliki kekuatan hukum internasional.

e. Karakteritik Wilayah Hukum internasional.


Nusantara bererti kepulauan indonesia yang terletak diantara benua asia dan benua
australia dan diantara samudra Pasifik dan samudra Hindia ,yang terdiri dari sekitar 17.508
pulau besar maupun kecil. Kepulauan Indonesia terletak pada batas- batas astronomi sebagai
berikut.
Utara :60 08’ LU
Selatan :110 15’ LS
Barat :940 45’ BT
Timur :1410 05’ BT
f. Perkembangan Wilayah Indonesia dan Dasar Hukumnya
1. Sejak 17 Agustus 1945 sampai dengan 13 Desember 1957

Wilayah Negara Republik Indonesia ketika merdeka meliputi wilayah bekas Hindia
Belanda berdasarkan ketentuan dalam"Teritoriale Zee en Maritieme Kringen Ordonantie"
tahun 1939 tentang batas wilayah laut territorial Indonesia.

Wilayah laut territorial masih sangat sedikit karena untuk setiap pulau hanya ditambah
perairan sejauh 3 mil disekelilingnya. Sebagian besar wilayah perairan dalam pulau-pulau
merupakan perairan bebas dan tidak sesuai dengan kepentingan keselamatan dan keamanan
Negara Kesatuan RI.

2. Dari Deklarasi Juanda (13 Desember 1957) sampai dengan 17 Februari 1969

Pada tanggal 13 Desember 1958 dikeluarkan Deklarasi Juanda yang dinyatakan sebagai
pengganti Ordinansi tahun 1939 dengan tujuan sebagai berikut:

 Perwujudan bentuk wilayah Negara Kesatuan RI yang utuh dan bulat.


 Penentuan batas-batas wilayah Negara Indonesia disesuaikan dengan Negara
kepualauan(Archipelagic State Principles).
 Pengaturan lalu lintas damai pelayaran yang lebih menjamin keselamatan dan
keamanan Negara Indonesia
Dengan berdasarkan asas kepualauan maka wilayah Indonesia adalah satu kesatuan
kepulauan nusantara termasuk perairannya yang utuh dan bulat. Semua perairan diantara
pulau-pulau nusantara menjadi laut territorial Indonesia. Dengan demikian luas wilayah
territorial Indonesia yanh semula hanya sekutar 2 juta Km kemudian bertambah menjadi 5
juta Km lebih.

3. Dari 17 Februari 1969(Deklarasi Landas Kontinen) sampai sekarang


Asas pokok yang termuat alam yang terdapat dalam landasan kontinen adalah sebagai
berikut:

1. Segala sumber kekayaan alam yang terdapat dalam landasan kontinen Indonesia
adalah milik ekslisif.
2. Pemerintah indonesia bersedia menyelesaikan soal garis betas landas kontinen yang
negara-negara tentangga melalui perundingan.
3. Jika tidak ada garis batas, maka landas kontinen adalah satu garis yanh ditarik di
tengah-tengah antara pulau terluar Indonesia dengan wilayah terluar negara tetangga.
4. Klaim tersebut tidak mempengaruhi sifat serta status dari perairan diatas landas
kontinen Indonesia maupun udara diatasnya.

F Unsur-unsur Dasar Wawasan Nusantara


1. wadah/wilayah(countour),segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia yang meliputi:
a) wujud wilayah
b) Tata inti organisasi
c) Tata kelengkapan organisasi

2.Isi (content), meliputi cita-cita bangsa indonesia yang tertuang dalam Pembukaan UUD
NRI 1945,
a) Negara Indonesia yang merdeka,bersatu,berdaulat, adil dan makmur.
b) Rakyat Indonesia yang berkehidupan Kebangsaan yang bebas.
c) Pemerintah Negara Indonesia melindugi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehipupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan,perdmaian abadi dan keadilan sosial.
3.Tata laku (conduct), yang meliputi dua segi,yaitu:
a) Tata laku batiniah,
b) Tata laku lahiriah’

BAB IX KETAHANAN NASIONAL


A.Pengertian ketahanan Nasional

Secara etimologis ,istilah ketahanan nasional berasal dari bahasa jawa yaitu:tahan
yang berarti kuat ,tangguh ,dan ulet.kata tersebut berati mampu menguasai diri ,dan tidak
mudah menyerah.sedangkan kata nasional berasal dari bahasa inggris yaitu nation yang
berarti bangsa yang telah mennegara.Dan pada tahun 1960 lahir lah istilah ketahanan nasional
yaitu:keuletah dan daya tahan suatu bangsa yang mengandung kemampuan mengembangkan
kekuatan nasiona yang ditujukan untuk mengahadapi segala ancaman membahayakan
kelangsungan hidup Negara bangsa Indonesia.

Adapun rumusan konsep ketahanan nasional pada GBHN 1998 yaitu:

1. untuk tetap memungkin kan berjalan nya pembangunan nasional yang selalu harus
menuju ke tujuan yang ingin di capai dan agar dapat secara efektif di relakan dari
hambatan ,tantangan,ancaman ,dan gangguan yang timbul dari dalam maupun dari
luar,maka pembangunan nasional di selenggarakan melalui pendekatan ketahanan
nasional yang mencerminkan keterpaduan antara segala aspek kehidupan nasional
bangsa secara utuh dan menyeluruh.

2. Ketahanan nasional merupakan kodisi dinamis suatu bangsa, berisi keuletan dan
ketangguhan, yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan
nasional,didalam menghadapi didalam menghadapi dan mengisi segala tantangan,
ancaman ,hambatan, serta gangguan baik yang datang dari luar maupun dari dalam,
yang langsung maupun tidak langsung membahayakan integritas,identitas ,
kelangsungan hidup bangsa dan Negara serta perjuangan mengejar perjuangan
nasional.

Sifat - sifat Ketahanan Nasional

1. Mandiri. Maksudnya adalah percaya pada kemampuan dan kekuatan sendiri dan tidak
mudah menyerah. Sifat ini merupakan prasyarat untuk menjalin suatu kerjasama.
Kerjasama perlu dilandasi oleh sifat kemandirian, bukan semata-mata tergantung oleh
pihak lain
2. Dinamis. Artinya tidak tetap, naik turun tergantung situasi dan kondisi bangsa dan
negara serta lingkungan strategisnya. Dinamika ini selalu diorientasikan kemasa
depan dan diarahkan pada kondisi yang lebih baik.
3. Manunggal artinya ketahanan nasional memiliki sifat integrative yang diartikan
terwujudnya kesatauan dan keterpaduan yang seimbang serasi,selaras diantara seluruh
aspek kehidupan bermasyrakat.
4. Wibawa. Keberhasilan pembinaan ketahanan nasional yang berlanjut dan
berkesinambungan tetap dalam rangka meningkatkan kekuatan dan kemampuan
bangsa. Dengan ini diharapkan agar bangsa Indonesia mempunyai harga diri dan
diperhatikan oleh bangsa lain sesuai dengan kualitas yang melekat padanya. Atas
dasar pemikiran diatas, maka berlaku logika, semakin tinggi tingkat ketahanan
nasional, maka akan semakin tinggi wibawa negara dan pemerintah sebagai
penyelenggara kehidupan nasional.
5. Konsultasi dan kerjasama. Hal ini dimaksudkan adanya saling menghargai dengan
mengandalkan pada moral dan kepribadian bangsa. Hubungan kedua belah pihak
perlu diselenggarakan secara komunikatif sehingga ada keterbukaan dalam melihat
kondisi masing - masing didalam rangka hubungan ini diharapkan tidak ada usaha
mengutamakan konfrontasi serta tidak ada hasrat mengandalkan kekuasaan dan
kekuatan fisik semata.

Unsur unsur ketahanan nasional

Basrie (2002) mengemukakan unsur- unsur yang perlu diperhatikan :

1.ketahanan individu yaitu ketahanan yang dimiliki seorang warga Negara yang sehat
jasmani dan rohani.

2.ketahanan keluarga yaitu ketahanan yang dimiliki suami istri dan anak dalam
keluarga yang harmonis.

3.ketahanan wilayah yaitu ketahanan yang dimiliki oleh masyarakat didaerah dengan
menciptakan stabilitas wilayah secara sejahtera dan aman .

4`ketahanan nasional yaitu ketahanan yang dimiliki oleh Negara untuk mencipatakan
stabilitas nasional.

Menurut pendapat para pakar unsure yang mempengaruhi kekuatan dan ketahan nasional
adalah:

1.james lee ray mengemukakan unsur kekuatan nasioanal dibagi dua factor yaitu

a. tangibelfactors terdiri atas penduduk ,kemampuan industry dan militer


b. intangibel factors terdiri atas karakter nasional ,moral nasioan dan kualitas
pemimpin.

2.palmer dan perkins mengemukakkan unsure kekuatan nasioan terdiri atas


:tanah,sumberdaya,penduduk,teknologi,ideology,moral dan kepemimpinan.

B.Ketahanan nasioanal Indonesia


1.ketahanan nasional dari aspek tri gatra

a.aspek kedudukan geografi

geografi atau wilayah ang menentukan kekuatan nasional Negara,karena gegrafi


didalam nya berupa bentuk,luas ,posisi geografis dan daya dukun hegara ,apabila secara
geografi memiliki potensi yang besar seprti wilayah luas dan strategis dapat menjadi modal
dasardalam mendukun ketahanan nasioanal.

b.aspek kekayaan alam

pada dasar nya aspek kekayaan alam dalam satu wilayah sangat dipelukan bagi
kehidupan nasioanal..kedaulatan wilayah nasional merupakan sarana bagi tersedianya
kekayaan alam dan menjadi modal dasra dalam pembangunan .

c.aspek keadaan dan kemammpuan penduduk .

masalah pendududuk sangat bear pengaruh nya .pendudduk yang produktif atau yang
sering disebut sebagai sumer daya manusia yang berkualitas sangat besa pengaruhnya dalam
membina ketahanan nasional.

2.ketahanan nasional aspek panca gatra

Ketahanan nasional yang ditinjau dari aspek pancagatra adalah suatu aspekkehidupan
nasional yang menyangkut pergaulan hidup manusia dalam bermasyarakat ,berbangsa dan
bernegara dalam aturan dan norma norma tertentu ,aspek ini meliputi:

a.aspek ideology

ideology berasal ari kata idea yang berarti gagasan atau konsep dan logos berarti
ilmu.maka ssecara harafiah dapat diartikan ideology adalah ilmu tentang pengertian
pengertian dasar.kekuatan ideology tergantung nilai nilai yang dikandung ,nilai tersebut harus
mampu memberikan harapan yang lebih baik bagi manusia ,gatra ideologys yang
mempersatukan persepsi bangsa yaitu pancasila.

b.aspek politik

ketahanan aspek politik diartikan sebagai kondisi dinamika kehidupan politik bangsa
yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengahapi ancaman
yang dating yang mengganggu kehidupan poloitik Indonesia dan Negara berdasarkan
pancasila dan UUD 1945.gatar politik berkaitan dengan kemampuan mengelola agar tidak
menimbulkan perpechan

c.aspek ekonomi
dalam gatra ekonomi diarahkan pada landasan yang bertumpu pada kekuatan dan
pertumbuhan perekonomian .sektor perekonomian Indonesia berdasarkan UUD 1945 pasal
33 dibagi kedalam tiga sector yaitu sector public,sector swasta ,dan sector koperasi .gatra
yang diajukan oleh suatu Negara merupakan kekuatan nasional Negara.

d.aspek social budaya

tingginya social budaya mencerminkan tingkat kesejhteraan bangsa ,baik fisik


maupun jiwanya sebaliknya jika keadaan social yang timpag akan memimblkan terjadinya
kesenjangan social .

e.aspek pertahanan dan keamanan

bangasa Indonesia menetapkan politik pertanahan sesuai undang undang no.3 tahun
2002 tentang pertahanan Negara ,pertahannan Negara bersifat semesta dengan menetapakan
TNI sebagi komponen utama pertahanan

Das könnte Ihnen auch gefallen