Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
A. LATAR BELAKANG
Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto menilai ada
faktor yang bisa menghambat pelaksanaan Pemilu 2019. Salah satunya bisa datang dari
serangan siber. Beliau menyebutkan mengenai serangan siber, ada tagar-tagar yang
membuat suasana kebencian, ada juga sistem IT yang coba dibajak.
Tak hanya hambatan dari luar, pemerintah juga mengawasi potensi ancaman dari
dalam seperti masalah administrasi. Pemerintah juga tengah mencari solusi agar hal
tersebut dapat dicegah. Agar pemerintah bisa menyusun strategi mengatasi ancaman
tersebut. Sehingga, pelaksanaan pemilu bisa berjalan lancar dan tertib.
Kemarin, Wiranto juga telah mengumpulkan lembaga dan kementerian terkait
membahas potensi hambatan dalam pelaksanaan Pemilu 2019. Rapat dihadiri perwakilan
dari Komisi Pemilihan Umum, Badan Pengawas Pemilu, DKPP, BIN, Badan Siber dan
Sandi Negara, Polri, TNI, dan Kementerian Hukum dan HAM. Wiranto meminta laporan
dari kementerian dan lembaga itu mengencai potensi masalah yang akan dihadapi.
(Sumber berita “Serangan Siber dan Ujaran Kebencian Jadi Hambatan Pemilu”
https://m.medcom.id/nasional/politik/xkEnPwrK-serangan-siber-dan-ujaran-kebencian-
jadi-hambatan-pemilu)
B. BASIS HUKUM
C. ANALISIS
2. India, ujaran kebencian juga dilakukan oleh Pemimpin Partai Bharatiya Janata di
India, Subramanian Swamy. Bagi Pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi,
buku “Terorisme di India” - yang ditulis Swamy pada 2006 lalu - dianggap
mengandung unsur ujaran kebencian (hate speech). Isinya bisa membenturkan
umat Islam dan Hindu. Menurut hukum di India, sesuatu bisa dikategorikan
sebagai ujaran kebencian jika setiap ucapan, sikap atau perilaku, tulisan atau
sesuatu yang ditampilkan, dapat mendorong kekerasan atau menyakiti perasaan
keagamaan atau mempromosikan permusuhan antara kelompok yang berbeda atas
dasar agama, ras, tempat lahir, tempat tinggal atau bahasa.
D. KESIMPULAN
Kebebasan berekspresi adalah hak asasi yang dimiliki oleh semua rakyat Indonesia, namun
kebebasan berekspresi dapat saja menimbulkan kerugian bagi orang lain, salah satu yang dapat
menimbulkan kerugian adalah adanya ujaran kebencian atau hate speech. Mengenai ujaran
kebencian ini diatur dalam peraturan perundang-undangan misalnya Surat Edaran Kapolri No.
SE/6/X/2015. Ujaran kebencian dan serangan siber ini juga digunakan selama Pemilu untuk
menjatuhkan peserta Pemilu lain. Oleh karena itu, dalam UU Pemilu a quo diatur pidana bagi
orang yang mengacaukan, mengganggu, dan menghalangi jalannya kampanye Pemilu. Namun
disayangkan dalam aturan tersebut belum menjadikan ujaran kebencian sebagai salah satu isi dari
norma hukumnya.
E. SARAN
Menjelang situasi politik yang memanas pada Pemilu Tahun 2019 seyogyanya pemerintah
melakukan upaya pencegahan terhadap hal-hal yang dapat menghalangi jalannya pesta
demokrasi tersebut dengan digmasukkan/ ditambahkan pasal yang mengatur mengenai ujaran
kebencian yang terjadi selama pemilu sehingga ada aturan yang jelas mengenai ujaran kebencian
dan serangan siber yang terjadi selama masa pemilu. Hal ini dapat meredam tindakan-tindakan
yang akan mengarah pada hal-hal yang justru akan menghalangi atau mengganggu jalannya
pemilu, bukan hanya saat kampanye saja, melainkan juga hingga pemilu selesai diselenggarakan.