Sie sind auf Seite 1von 11

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PENYAKIT

MALNUTRISI

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Teori

2.1.1 Pengertian
WHO mendefinisikan malnutrisi adalah kekurangan kalori-protein (KKP) sebagai
ketidakseimbangan seluler antara intake kalori dengan kebutuhan tubuh yang
diperlukan untuk pertumbuhan, pemeliharaan dan fungsi-fungsi spesifik (Blossner,
2005).
Kwasiorkor dan marasmus merupakan dua tipe dari malnutrisi. Perbedaan yang
jelas dari kedua kondisi KKP ini adalah pada kwashiorkor didapatkan edema,
sedangkan pada marasmus tidak didapatkan edema, marasmus terjadi berhubungan
dengan tidak adekuatnya intake kalori dan protein, sedangkan pada kwashiorkor intake
kalori normal tetapi asupan protein tidak adekuat. Pada studi, kondisi marasmus
dihubungkan dengan adaptasi terhadap kelaparan, sedangkan pada kwashiorkor
merupakan gangguan adaptasi terhadap kelaparan (shashidhar, 2009).
Jadi kesimpulannya, Malnutrisi adalah kekurangan asupan baik itu kalori maupun
protein sehingga kebutuhan nutrisi dalam tubuh tidak terpenuhi serta dapat
menyebabkan pertumbuhan terhambat dan fungsi-fungsi tubuh menjadi tidak berrfungsi
dengan baik dan jika tidak ditangani maka akan berdampak buruk sampai ke kematian.

2.1.2 Epidemiologi
Hasil survey dari Negara Inggris yang diselenggarakan oleh DHSS dan diterbitkan
dalam tahun 1979 terlihat bahwa 3% dari subjek yang diteliti mengalami malnutrisi
klinik. Apabila angka ini tidak mengikutsertakan kasus-kasus kegemukan dalam
keseluruhan populasi manula maka akan terdapat 300.000 manula dengan diet yang
tidak memadai yang tidak dapat dihindari dan dapat membawa pengaruh buruk bagi
kesehatan. Kelainan gizi yang sering dijumpai dalam survey adalah obesitas, konsumsi
yang rendah pada asam folat, vit. C, vit. D, vit. B, zat besi, dan kalsium.
Pada umumnya masyarakat indonesia telah mampu mengkonsumsi makanan
yang cukup secara kuantitatif. Namun dari segi kualitatif masih cukup banyak yang
belum mampu mencukupi kebutuhan gizi minimum. Departemen Kesehatan juga telah
melakukan pemetaan, dan hasilnya menunjukan bahwa penderita gizi kurang
ditemukan di 72% kabupaten di Indonesia. Indikasinya 2 – 4 dari 10 balita di Indonesia
menderita gizi kurang.
Sesuai dengan survai di lapangan, insiden gizi buruk dan gizi kurang pada anak
balita yang dirawat mondok di rumah sakit masih tinggi. 935 (38%) penderita malnutrisi
dari 2453 anak balita yang dirawat di RSU Dr. Pirngadi Medan. Mereka terdiri dari 67%
gizi kurang dan 33% gizi buruk. Penderita gizi buruk yang paling banyak dijumpai ialah
tipe marasmus. Arif di RS. Dr. Sutomo Surabaya mendapatkan 47% dan Barus di RS
Dr. Pirngadi Medan sebanyak 42%. Hal ini dapat dipahami karena marasmus sering
berhubungan dengan keadaan kepadatan penduduk dan higiene yang kurang di daerah
perkotaan yang sedang membangun dan serta terjadinya krisis ekonomi di ludonesia.

2.1.3 Etiologi
- Penyebab langsung:
 Kurangnya asupan makanan: Kurangnya asupan makanan sendiri dapat
disebabkan oleh kurangnya jumlah makanan yang diberikan, kurangnya
kualitas makanan yang diberikan dan cara pemberian makanan yang salah.
 Adanya penyakit: Terutama penyakit infeksi, mempengaruhi jumlah asupan
makanan dan penggunaan nutrien oleh tubuh.
- Penyebab tidak langsung:
 Kurangnya ketahanan pangan keluarga: Keterbatasan keluarga untuk
menghasilkan atau mendapatkan makanan.
 Kualitas perawatan ibu dan anak.
 Buruknya pelayanan kesehatan.
 Sanitasi lingkungan yang kurang.

2.1.4 Klasifikasi
Kurang Energi Protein, secara umum dibedakan menjadi marasmus dan
kwashiorkor.
a. Marasmus adalah suatu keadaan kekurangan kalori protein berat. Namun, lebih
kekurangan kalori daripada protein. Penyebab marasmus adalah sebagai berikut:
- Intake kalori yang sedikit.
- Infeksi yang berat dan lama, terutama infeksi enteral.
- Kelainan struktur bawaan.
- Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus.
- Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang
cukup.
- Gangguan metabolisme.
- Tumor hipotalamus.
- Penyapihan yang terlalu dini disertai dengan pemberian makanan yang kurang.
- Urbanisasi.
b. Kwashiorkor adalah suatu keadaan di mana tubuh kekurangan protein dalam
jumlah besar. Selain itu, penderita juga mengalami kekurangan kalori.
Penyebabnya adalah:
- Intake protein yang buruk.
- Infeksi suatu penyakit.
- Masalah penyapihan.

2.1.5 Patofisiologi
Kondisi KKP akan memberikan pengaruh terhadap banyak sistem organ. Diet
protein diperlukan untuk membentuk asam amino yang disintesis memiliki berbagai
fungsi fisiologis untuk tubuh. Energy yang esensial untuk keperluan biomekanis da
fungsi mekanis yang terdapat pada mikronutrient diperlukan pada banyak fungsi
metabolic di dalam tubuh sebagai komponen dan kofaktor dari proses enzim.
Gangguan pekembangan, gangguan kognitif, atau gangguan psikologi, serta
perubahan respon imum merupakan faktor signifikan yang menyebabkan terjadinya
KKP. Perubahan respon imun berhubungan dengan individu yang menderita AIDS dan
keganasan. Penurunan hipersensitivitas, penurunan kadar T limfosit, gangguan respon
limfosit, gangguan fagositosis, penurunan komplemen dan sitokrit merupakan respon
yang terjadi pada penurunan imunitas. Perubahan fungsi imun ini memberikan
predisposisi terjadinya penyakit berat dan kronis, terutama pada diare akibat infeksi
menyebabkan gangguan nutrisi. (shashidhar, 2009).
Pada beberapa studi, anak dengan KKP menggambarkan banyak perubahan
pada perkembangan otak seperti lambatnya pertumbuhan besar otak, berat otak yang
kurang, penipisan kortek serebri, pernurunan jumlah neuron, insufisiensi mielen, dan
perubahan dendrite pada sum-sum tulang belakang (benitez, 1999). Perubahan
patologis lainnya adalah degenerasi lemak pada hati dan jantung, atrofi pada usus
halus, dan penurunan volume intravaskuler yang memberikan resiko
hiperaldosteronisme (shashidhar, 2009).
Rambut mudah rontok dikarenakan kekurangan perotein, vitamin A, vitamin C, dan
vitamin E karena keempat elemen ini merupakan nutrisi yang penting bagi rambut.
Pasien juga mengalami rabun senja. Rabun senja terjadi Karena defisiensi Vitamin A
dan protein. Pada retina, terdapat sel batang dan sel kerucut. Sel batang berfungsi
membedakan cahaya terang dan gelap. Sel batan atau rodopsin ini terbentuk dari
vitamin A dan suatu protein. Pada retina, terdapat sel batang dan sel kerucut.
Sel batang berfungsi membedakan cahaya terang dan gelap. Sel batang atau rodopsin
ini terbentuk dari vitamin A dan suatu protein. Jika cahaya terang mengenai sel
rodopsin, maka sel tersebut akan terurai. Sel tersebut. Mengumpulkan lagi pada cahaya
gelap. Inilah yang disebut Adaptasi rodopsin.adaptasi ini butuh waktu. Jadi, rabun
senja kecil terjadi karena kegagalan atau kemunduran adaptasi rodopsin (Abayomi,
2004).
Turgor atau elastisitas kulit jelek Karena sel kekurangan air (dehidrasi). Refleks
patella negarif terjadi Karena kekurangan aktin myosin pada tendo patella dan
degenerasi saraf motorik akibat dari kekurangan protein, Cu, dan Mg seperti pada
gangguan neurotransmitter. Hepatomegali terjadi karena kekurangan protein. Hal ini
membuat penurnan VLDL dan LDL. Oleh karena pernurunan VLDL dan LDL, maka,
maka lemak yang di hepar sulit ditranport kejaringan-jaringan, pada akhirnya terjadi
penumpukan lemak di hati (blossner, 2005).
Pada anak kwashiorkor didapatkan gejala khas yaitu pitting edema. Pitting edema
adalah edema yang jika di tekan, sulit kembali seperti semula. Pitting edema
disebabkan oleh kurangnya protein sehingga tekanan onkotik intravascular menurun.
Jika hal ini terjadi, maka terjadi ekstravasasi plasma ke intertisial. Plasma masuk ke
intertisial, tidak ke intrasel, karena pada penderita kwashiorkor tidak ada kompensasi
dari ginjal untuk reabsorpsi natrium. Padahal natrium berfungsi menjaga keseimbangan
cairan tubuh. Pada penderita kwashiorkor, selain defisiensi protein juga defisiensi
malnutrien. Ketika ditekan, maka plasma pada intertisial lari ke daerah sekitarnya
karena tidak terfiksasi oleh membrane sel. Untuk kembalinya membutuhkan waktu yang
lama karena posisi sel yang rapat. Edema biasanya terjadi pada ekstremitas bawah
karena pengaruh gaya gravitasi, tekanan hidrostatik dan onkotik (Muller, 2005). Kondisi
KKP memberikan berbagai masalah keperawatan.

2.1.6 Manifestasi Klinis


Adapun tanda dan gejala dari malnutrisi adalah sebagai berikut:
a) Kelelahan dan kekurangan energi
b) Pusing
c) Sistem kekebalan tubuh yang rendah (yang mengakibatkan tubuh kesulitan untuk
melawan infeksi)
d) Kulit yang kering dan bersisik
e) Gusi bengkak dan berdarah
f) Gigi yang membusuk
g) Sulit untuk berkonsentrasi dan mempunyai reaksi yang lambat
h) Berat badan kurang
i) Pertumbuhan yang lambat
j) Kelemahan pada otot
k) Perut kembung
l) Tulang yang mudah patah
m) Terdapat masalah pada fungsi organ tubuh
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
- Laboratorium
- Radiografi dengan kontras barrem
2.1.8 Penatalaksanaan Medis
Tujuan pengobatan pada KKP adalah pemberian diet tinggi kalori dan tinggi
protein, serta mencegah kekambuhan. Pada KKP tanpa komplikasi dapat berobat jalan
asal diberi penyuluhan mengenai pemberian makanan yang baik, sedangkan penderita
yang mengalami komplikasi serta dehidrasi, syok, asidosis, dan lain-lain perlu
mendapat perawatan dirumah sakit.
Penatalaksanaan KKP yang dirawat di RS dibagi dalam beberapa tahap. Tahap
awal yaitu 24-48 jam pertama merupakan masa kritis, yaitu tindakan untuk
menyelamatkan jiwa, antara lain mengoreksi keadaan dehidrasi atau asidosis dengan
pemberian cairan intravena. Cairan yang diberikan ialah larutan darrow-glucosa atau
ringer lactate dextrose 5%. Cairan diberikan sebanyak 200ml/kgBB/hari. Mula-mula
diberikan 60ml/kgBB pada 4-8 jam pertama. Kemudian 140 ml sisanya diberikan dalam
16-20 jam berikutnya. Tahap kedua yaitu penyesuaian. Sebagian besar penderita tidak
memerlukan koreksi cairan dan elektrolit sehingga dapat langsung dimulai dengan
penyesuaian terhadap pemberian makanan (IDAI, 2004).
Antibiotik perlu diberikan karena penderita marasmus sering disertai infeksi.
Pilihan obat yang dipakai ialah procain penicillin atau gabungan penicillin dan
streptomycin. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
a) Kemungkinan hipoglikemia dilakukan pemeriksaan dengan dextrostix. Bila kadar gula
darah kurang dari 40% diberikan terapi 1-2 ml glukosa 40%/kgBB/IV.
b) Hiptermia diatasi dengan penggunaan selimut atau tidur dengan ibunya. Dapat
diberikan botol panas atau pemberian makanan sering tiap 2 jam.pemantauan
penderita dapat dilakukan dengan cara penimbangan berat badan, pengkuran tinggi
badan, serta tebal lemak subkutan. Pada minggu-minggu pertama sering belum
dijumpai pertambahan berat badan. Setelah tercapai penyesuaian barulah dijumpai
penambahan berat badan.
Penderita boleh dipulangkan bila terjadi kenaikan sampai kira-kira 90% BB
normal menurut umurnya, bila nafsu makan telah kembali dan penyakit infeksi telah
teratasi. Penderita yang telah kembali nafsu makannya dibiasakan untuk mendapat
makanan biasa seperti yang dimakan sehari-hari.
2.1.9 PENATALAKSANAAN
- Memperhatikan kebutuhan gizi pada lansia. Kecukupan energy sehari yang dianjurkan
untuk pria berusia lebih tua atau sama dengan 60 tahun dengan berat badan sekitar 62
kg adalah 2200 kkal sedangkan untuk perempuan adalah 1850 kkal
- Memperhatikan bentuk dan variasi makanan yang menarik agar tidak membosankan
(bentuk cair, bubur saring, bubur, nasi tim, nasi biasa)
- Menambah makanan cair lain / susu bila lansia tidak bias menghabiskan makanannya
- Bila terdapat penyakit metabolic seperti DM, gula sederhana dihindari, bila terdapat
penyakit gagal ginjal sebaliknya dipilih asam amino yang esensial.
- Perubahan sederhana untuk memperbaiki diet yaitu:
 Minum satu gelas sari buah yang murni (jangan dicampuri air ataupun gula)
 Sarapan dengan biji-bijian utuh (misalnya havermout, beras merah) dan telur setiap
pagi
 Mengusahakan makan daging atau ikan paling tidak sekali dalam sehari
 Minum segelas susu pada waktu akan tidur
 Paling sedikit makan satu porsi sayuran setiap hari.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesa
 Identitas: paling sering terjadi pada anak-anak laki-laki maupun perempuan.
 Keluhan utama: Kelelahan dan kekurangan energy, pusing, sistem kekebalan tubuh
yang rendah (yang mengakibatkan tubuh kesulitan untuk melawan infeksi), kulit yang
kering dan bersisik, gusi bengkak dan berdarah, gigi yang membusuk, sulit untuk
berkonsentrasi dan mempunyai reaksi yang lambat, berat badan kurang, pertumbuhan
yang lambat, kelemahan pada otot, perut kembung, tulang yang mudah patah, erdatpat
masalah pada fungsi organ tubuh.
 Riwayat penyakit sekarang: Kelelahan dan kekurangan energy, pusing, sistem
kekebalan tubuh yang rendah (yang mengakibatkan tubuh kesulitan untuk melawan
infeksi), kulit yang kering dan bersisik, gusi bengkak dan berdarah, gigi yang
membusuk, sulit untuk berkonsentrasi dan mempunyai reaksi yang lambat, berat badan
kurang, pertumbuhan yang lambat, kelemahan pada otot, perut kembung, tulang yang
mudah patah, terdapat masalah pada fungsi organ tubuh.
 Riwayat penyakit dahulu:
 Penyebab langsung: Kurangnya asupan makanan, adanya penyakit.
 Penyebab tidak langsung: Kurangnya ketahanan pangan keluarga (keluarga untuk
menghasilkan atau mendapatkan makanan), kualitas perawatan ibu dan anak,
buruknya pelayanan kesehatan, sanitasi lingkungan yang kurang.
 Riwayat keluarga: mengidentifikasi komposisi keluarga, lingkungan rumah dan
komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan anggota
keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan,
persepsi keluarga tetang penyakit pasien (abayomi, 2004)

 Pola ADL:
 Nutrisi: mengeluh sering buang air besar, melaporkan penurunan berat badan
terus-menerus meskipun meningkatkan asupan nutrisi oral, mual, muntah, riwayat
kekurangan protein dan kalori relative lama.
 Eliminasi: mengeluh sering buang air besar, melaporkan sering diare.
 Aktivitas: kelelahan, kelemahan otot, merasa pusing atau lemah ketika berdiri.
 Hygiene: kurang kebersihan diri.

b. Pemeriksaan Fisik
 B1: dyspnea
 B2: gusi bengkak dan berdarah, hipotensi
 B3: pusing,
 B4: diare
 B5: penurunan berat badan, membran mukosa kering, mual, muntah.
 B6: kulit yang kering dan bersisik, tulang yang mudah patah, kelemahan otot.

2.2.2 Diagnosis Keperawatan


a) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.dketidakmampuan untuk
mengabsorpsi nutrien ditandai dengan diare, bising usus hiperaktiif, menghindari
makan, berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal.
b) Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif ditandai dengan kelemahan,
penurunan turgor kulit, membrane mukosa kering, kulit kering dan haus.
c) Intoleransi aktivitas b.d kelemahan ditandai dengan letih dan lemah.
d) Kerusakan integritas kulit b.d perubahan status cairan ditandai dengan kerusakan
lapisan kulit, gangguan permukaan kulit.
2.2.3 Perencana Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.dketidakmampuan untuk
mengabsorpsi nutrien ditandai dengan diare, bising usus hiperaktiif, menghindari
makan, berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal.
 Goal : klien akan mempertahankan status nutrisiyang adekuat selama dalam
perawatan.
 Objective : klien menunjukan absorbsi nutrisi membaik
 Outcomes : dalam jangka waktu 1x24 jam klien mampu:
 Mengurangi diare
 Bising usus dalam batasan normal (5-35x/ menit)
 BB ideal
 Tidak menghindari makanan
Intervensi:
1) Jelaskan kepada anak dan keluarga dampak bila anak tidak mau makan dalam jangka
w aktu yang lama.
R/: Asupan nutrisi yang kurang bisa menyebabkan penurunan berat badan dan
pengurangan pembentukan energi.
2) Anjurkan anak untuk berkumur dahulu sebelum makan.
R/: Mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan
3) Anjurkan kepada keluarga untuk beri makanan sedikit tapi sering
R/: Mengurangi beban kerja lambung sehingga mengurangi mual.
4) Kolaborasi dalam pemberian nutrisi parenteral infus Ringer Laktat in D5% 1250cc/24
jam dan Kolaborasi dalam pemeriksaan Hb
R/: Infus mengandung glukosa dan sodium klorida yang dapat membantu pemenuhan
nutrisi dan elektrolit tubuh. Hb merupakan salah satu unsur darah yang disintesis dari
sat besi. Keduanya diperoleh dari asupan nutrisi yang dikonsumsi pasien, sehingga Hb
merupakan indicator kimiawi yang menunjukan status nutrisi.
5) Observasi keadaan umum anak, asupan makan anak, dan BB.
R/: Pengukuran BB anak merupakan indikator dalam penentuan status gizi anak.
Mengobservasi keadaan umum dan nafsu makan anak untuk menentukan tindakan
selanjutnya.

2. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif ditandai dengan kelemahan,
penurunan turgor kulit, membrane mukosa kering, kulit kering dan haus.
 Goal : klien akan mempertahankan volume cairan dalam batasan normal
 Objective : klien akan mempertahankan cairan aktif selama perawatan
 Outcomes : dalam jangka waktu 1x24 jam klien menunjukan:
 Tidak lemah,
 turgor kulit membaik,
 mukosa lembab,
 tidak haus,
 kulit tidak kering.
Intervensi:
a) Jelaskan kepada keluarga dan pasien tentang upaya rehidrasi dan partisipasi yang
diharapkan dari keluarga dalam pemeliharaan patensi pemberian infus/ selang sonde.
R/: meningkatkan pemahaman keluarga tentang rehidrasi dan peran keluarga dalam
melaksanakan terapi rehidrasi
b) Pemeriksaan tekanan darah.
R/: hipotensi dapat terjadi pada hipovolemi yang memberikan manifestasi sudah
terlibatnya sistem kardiovascular untuk melakukan kompensasi untuk mempertahankan
tekanan darah.
c) Monitoring status cairan (turgor kulit,membran mukosa, urine output)
R/: jumlah dan tipe cairan pengganti ditentukan dari keadaan status cairan. Penurunan
volume cairan mengakibatkan menurunnya produksi urine, monitoring yang ketat pada
prodiksi urine (urine < 600 ml/hari merupakan tanda-tanda terjadi syok hipovolemik).
d) Observasi warna kulit, suhu, nadi perifer, dan diaforesis secara teratur.
R/: mengetahui adanya pengaruh adanya peningkatan tekanan perifer.
e) Obsevasi pemberian cairan per infus/sonde/oral sesuai program rehidrasi.
R/ upaya rehidrasi perlu dilakukan untuk mengatasi masalah kekurangan volume
cairan.
.
3. Kerusakan integritas kulit b.d perubahan status cairan ditandai dengan kerusakan
lapisan kulit, gangguan permukaan kulit.
 Goal: integritas kulit klien membaik.
 Objective: klien akan mempertahankan status cairan yang normal
 Outcomes: dalam waktu 1x24 jam klien menunjukkan lapisan kulit membaik, gangguan
permukaan kulit berkurang.
Intervensi:
a) Jelaskan kepada klien tentang penyebab kerusakan integritas kulit.
R/: pengetahuan yang memadai dapat meningkatkan sikap kooperatif pasien dan
keluarga.
b) Diskusikan faktor presisipitasi, bila diketahui, dan efek kerusakan integritas kulit jangka
panjang
R/: pengetahuan tentang faktor presipetasi dapat membantu meminimalkan kerusakan
kulit.
c) Ubah posisi pasien minimal setiap 2 jam dan ikuti jadwal pengubahan posisi yang
dipasang disamping tempat tidur. Pantau frekuensi pengubahan posisi.
R/: tindakan tersebut dapat mengurangi tekanan pada jaringan, meningkatkan sirkulasi,
dan mencegah kerusakan kulit.
d) Inspeksi kulit pasien setiap pergantian jaga, jelaskan dan dokumentasikan kondisi kulit,
dan laporkan perubahannya
R/: untuk menjukkan keefektifan program perwatan kulit.

4. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan ditandai dengan letih dan lemah.


 Goal : klien akan mempertahankan toleransi aktivitas yang adekuat selama
dalam perawatan.
 Objective : klien tidak akan mengalami kelemahan selama perawatan
 Outcomes : dalam jangka waktu 1x24 jam klien menunjukan:
 Tidak lemah
 Tidak letih
Intervensi:
a) Jelaskan kepada klien dan keluarga tentang penyebab intoleransi aktivitas.
R/: pengetahuan yang memadai dapat meningkatkan sikap kooperatif pasien dan
keluarga.
b) Bantu semua kebutuhan anak dengan melibatkan keluarga pasien.
R/: menurunkan kebutuhan akan kalori protein yang diperlukan untuk melakukan
aktivitas rutin.
c) Instruksikan dan bantu klien untuk beraktivitas diselingi istirahat
R/: untuk mencegah keletihan.
d) Observasi TTV
R/: untuk melihat keberhasilan dari rencana tindakan.

2.2.4 Implementasi Keperawatan


Tindakan keperawatan dilakukan dengan mengacu pada rencana tindakan yang telah
ditetapkan/ dibuat.

2.2.5 Evaluasi Keperawatan


- Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah keperawatan telah
teratasi, tidak teratasi, atau teratasi sebagian dengan mengacu pada kriteria hasil.

BAB 3
PENUTUP

3.1 Simpulan
Jadi kesimpulannya, Malnutrisi adalah kekurangan asupan baik itu kalori maupun
protein sehingga kebutuhan nutrisi dalam tubuh tidak terpenuhi serta dapat
menyebabkan pertumbuhan terhambat dan fungsi-fungsi tubuh menjadi tidak berrfungsi
dengan baik dan jika tidak ditangani maka akan berdampak buruk sampai ke kematian.
Tujuan pengobatan pada KKP adalah pemberian diet tinggi kalori dan tinggi
protein, serta mencegah kekambuhan. Pada KKP tanpa komplikasi dapat berobat jalan
asal diberi penyuluhan mengenai pemberian makanan yang baik, sedangkan penderita
yang mengalami komplikasi serta dehidrasi, syok, asidosis, dan lain-lain perlu
mendapat perawatan dirumah sakit.

3.2 Saran
Agar mahasiswa keperawatan dapat memahami Asuhan Keperawatantentang
Malnutrisi dengan baik serta dapat melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan
prosedur.
DAFTAR PUSTAKA
Doughty, Dorothy & Deora B. Jackson. 1993. Gastrointestinal disorders. Mosby’s clinical
Nursing Series: Philadelphia
NANDA Internasional.2011. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014. EGC: Jakarta
Taylor, Cynthia M. & Sheila Spark Ralph. Diagnosis Keperawatan dengan Rencana
Asuhan, Ed.10. EGC: Jakarta

Carpenito, Linda Juall.2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Ed.10. EGC: Jakarta
Diposting oleh Legio Rian di 11.07
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

2 komentar:
1.

Steve Lee Zacky26 Oktober 2016 00.45

Nice info, Sangat bermanfaat. Bagi anda yang memiliki masalah penyakit kelamin, anda bisa
mengunjungi klinik Apollo untuk melakukan pemeriksaan. Klinik Apollo merupakan penyedia
layanan kesehatan berbasis klinik yang menangani masalah penyakit kulit dan kelamin yang
terletak di daerah Jakarta pusat. bekerja sama dengan berbagai rumah sakit serta klinik
Internasional, juga ditunjang peralatan medis canggih serta dokter ahli spesialis yang sudah
berpengalaman dibidangnya, anda bisa mengunjungi klinik apollo untuk melakukan
pemeriksaan dan mendapatkan penanganan segera.

Jika Anda memiliki pertanyaan seputar penyakit kelamin yang anda rasakan, jangan ragu
untuk bertanya pada kami karena isi konsultasi aman terjaga, privasi pasien terlindugi, dan
anda bisa tenang berkonsultasi langsung dengan kami. Anda dapat menghubungi hotline di
(021)-62303060 untuk berbicara dengan ahli Klinik Apollo, atau klik website bawah ini untuk
berkonsultasi dengan dokter spesialis klinik Apollo.

Wartadokter
klinikkesehatan
kesehatankelamin
Balas

2.

Dokter spesialis Kelamin22 November 2017 01.44


Bagaimana mengobati kencing nanah tanpa obat?

Mengobati kencing nanah tanpa obat mungkin sangat kecil kemungkinan yang bisa dilakukan
dengan cara ini. Karena jika anda menderita penyakit maka anda harus melakukan
pemeriksaan dan pengobatan dengan dokter yang tentunya akan diberikan obat yang sesuai
dengan penyebabnya.
Apa yang anda rasakan jika anda terkena atau terinfeksi penyakit menular seksual ini?

1. Stress, Malu, Takut di Kucilkan


2. Putus asa
3. Malu untuk melakukan pemeriksaan dengan dokter

"Jika anda merasakan gejala atau tanda2 kencing nanah, jangan merasa malu untuk
melakukan pemeriksaan. segera lakukan pengobatan secepat mungkin untuk membantu anda
agar terhindar dari infeksi penyakit lain yang dapat di timbulkan dari penyakit kencing nanah."
Silahkan konsultasikan keluhan yang anda rasakan pada kami. Klinik apollo merupakan salah
satu klinik sepesialis kulit dan klamin terbaik di jakata. Ditunjang tekhnologi modern serta
dokter yang sudah berpengalaman dibidangnya, kami dapat membantu memberikan solusi
untuk keluhan penyakit kelamin yang anda rasakan.

Kunjungi halaman facebook kami di : Klinik Spesialis Kelamin Apollo

Kulup panjang | Kulup bermasalah tidak usah mau sunat

Ejakulasi dini bisa sembuh | Sunat dewasa di klinik apollo

Chat | Klini chat


Balas

Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda

Langganan: Posting Komentar (Atom)


Mengenai Saya

Legio Rian
Lihat profil lengkapku

Arsip Blog

 ▼ 2014 (3)
o ▼ Mei (3)
 ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PENYAKIT SHO...
 asuhan keperawatan pada klien malnutrisi
 PENGERTIAN DAN PELAKSANAAN WASH OUT / ENEMA
Tema Sederhana. Diberdayakan oleh Blogger.

Das könnte Ihnen auch gefallen