Sie sind auf Seite 1von 9

ANALISIS KADAR PM10 DAN KARBON MONOKSIDA (CO) SERTA KELUHAN

GANGGUAN PERNAFASAN AKUT PADA PETUGAS DINAS PERHUBUNGAN


TERMINAL AMPLAS MEDAN TAHUN 2014

Erna Veronika1, Devi Nuraini Santi2, Taufik Ashar3

1
Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Dapertemen
Kesehatan Lingkungan
2,3
Dapertemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera
Utara, Medan, 20155, Indonesia
email : veronika_erna@rocketmail.com

ABSTRACT

One of the most potential air pollution resources come from the transportation sector
(60-80%), such as carbon monoxide (CO) and PM10. The existence of carbon monoxide and
PM10 in the air can cause health problems, especially respiratory disorders for people who
breathe it.The purpose of this study is to analyze the levels of PM10 and Carbon Monoxide in the
air of the Amplas Terminal Medan. Then to find out of the characteristicsof the respondents and
acute respiratory disturbanceswhich was felt by Transport Department officers in Terminal
Amplas.This is a descriptive research. This study used total sampling technique, and the
population as many as 81 respondents. Data PM10 and Carbon Monoxide levels obtained by
direct measurement in Terminal Amplas. Then, acute respiratorydisturbancesdata obtained by
interviewed the Transport Department officers in AmplasTerminal.Air measurement result
showed that the levels of PM10 and carbon monoxide in the Amplas Terminal did not exceed the
threshold value with the average levels of PM10 is 150 mg/m3 and CO is 29 ppm. Most of
respondents (58,3%) who worked in the office of the Transport Department did not have acute
respiratory disturbancesand most of respondents (68,1%) who worked outside the office had
acute respiratory disturbances.The conclusion of this study is the acute respiratory
disturbancesfelt by most of respondents was coughing. There is recommended to Kota Medan
Transport Dapertment to regulate the office hours of the Transport Department officers in
AmplasTerminal.

Keywords : PM10, Carbon Monoxide, Acute Respiratory Disturbances

Pendahuluan dan dapat menjadi media penyebaran


penyakit (Agusnar, 2007). Jumlah udara
Udara merupakan zat yang paling yang dibutuhkan oleh manusia untuk
penting setelah air dalam memberikan pernafasan sangat besar, kebutuhan udara
kehidupan di permukaan bumi, selain manusia pada saat beristirahat sebesar
memberikan oksigen, udara juga berfungsi 10.000 liter/hari (12 kg/hari), pada saat
sebagai alat penghantar suara dan bunyi- bekerja ringan sebesar 40.400 liter/hari
bunyian, pendingin benda-benda yang panas (45kg/hari), dan pada saat bekerja berat

1
sebesar 62.000 liter/hari (69 kg/hari) (Angkutan Kota Antar Provinsi), 445 unit
(Perkins, 1974). Oleh sebab itu, betapapun MPU AKDP (Mobil Penumpang Umum
kecilnya konsentrasi polutan yang terdapat Angkutan Kota Dalam Provinsi), 590 unit
di udara maka akan menimbulkan gangguan. bus AKDP (Angkutan Kota Dalam
Masalah pencemaran udara sudah Provinsi), dan 1595 unit angkutan umum
lama menjadi masalah kesehatan (angkot) dan sebagian besar kendaraan
masyarakat, terutama di negara-negara umum tersebut akan keluar masuk setiap
industri yang banyak memiliki pabrik, harinya melalui terminal ini.
kendaraan bermotor dan yang berhubungan Berbagai hasil penelitian yang sudah
erat dengan aktivitas manusia (Darmono, dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa
2001). tingginya konsentrasi bahan pencemar dari
Dari berbagai sumber yang potensial kendaran bermotor di terminal dapat
dalam mencemari udara, sektor transportasi menyebabkan gangguan fungsi paru pada
memberikan kontribusi sebesar 60-80 % dari manusia. Seperti penelitian yang dilakukan
pencemaran udara (Achmadi,1978). oleh Soedjono (2002) di 15 terminal induk
Berdasarkan perkiraan persentase komponen di Jawa Tengah diperoleh hasil bahwa
pencemar udara dari sumber transportasi di kualitas udara rata-rata di terminal yang ada
Indonesia, sekitar 70,50% dari polutan yang di Jawa Tengah sudah tercemar dan
dihasilkan terdiri dari karbon monoksida memiliki konsentrasi bahan pencemar yang
(CO), 8,89% NOx, 0,88% SOx, 18,34% HC melebihi nilai baku mutu yang ditetapkan
dan 1,33% merupakan debu atau partikel oleh PP NO. 41 Tahun 1999, dimana
(Wardhana,2001). konsentrasi debu rata-rata sebesar 409,073
Particulate matter (PM) atau disebut g/m3 (baku mutu 230 g/m3dan konsentrasi
juga sebagai debu, yaitu merupakan rata-rata CO sebesar 17.594,96 g/m3 (baku
sekumpulan benda mati maupun kehidupan mutu 2.260 g/m3), dan berdasarkan
mikro yang memiliki diameter antar 0,1 pengukuran fungsi paru pada pedagang tetap
mikron hingga 500 mikron. Keberadaan di terminal tersebut menyebutkan bahwa
cemaran partikel debu tersebut dalam dalam konsentrasi debu yang tinggi,
atmosfer dapat menimbulkan gangguan pedagang tetap terminal mempunyai peluang
kesehatan pada manusia yang terpapar 3,273 kali untuk terkena gangguan fungsi
(Mulia,2005), salah satunya menimbulkan paru, dimana dalam hal ini 65% responden
peradangan pada saluran pernafasan. mengalami gangguan fungsi paru. Demikian
Karbon monoksida (CO), merupakan juga dengan penelitian yang dilakukan oleh
salah satu bahan pencemar yang paling Hadi (2004) di terminal Bus Umbulharjo
tinggi yang dihasilkan oleh kendaraan yang menemukan hubungan yang sangat
bermotor, yaitu sekitar 70,5% dari total signifikan antara konsentrasi debu ambien di
polutan yang dihasilkan oleh kendaraan dalam terminal yang melebihi baku mutu
bermotor. Gas CO yang dihasilkan oleh dengan gangguan fungsi paru.
kendaraan bermesin bensin (premium) Berdasarkan penelitian sebelumnya
adalah sekitar 1% pada waktu berjalan dan yang dilakukan oleh Ginting (2004) di
sekitar 7% pada waktu tidak berjalan. Terminal Amplas Medan, diperoleh data
Berdasarkan data dari Dinas bahwa konsentrasi debu yang ada di
Perhubungan Kota Medan pada tahun 2013 Terminal Amplas cukup tinggi yaitu sebesar
tercatat sebanyak 2901 unit kendaraan 2010 g/Nm3 dimana baku mutu yang
umum dan bus yang ada di Kota Medan, ditetapkan dalam PP NO. 41 Tahun 1999
yaitu terdiri dari 271 unit bus AKAP yaitu 230 g/m3 dan dari 81 total responden

2
yang merupakan pedagang asongan di Metode Penelitian
Teminal Amplas, sebanyak 73 orang
(90,1%) mengalami keluhan kesehatan Jenis penelitian yang dilakukan
berupa batuk-batuk, sesak nafas dan sakit adalah jenis penelitian deskriptif yang
mata/mata perih. bertujuan untuk menganalisis kadar PM10
Adapun yang menjadi rumusan dan karbonmonoksida di udara Terminal
masalah dalam penelitian ini yaitu Amplas Medan serta keluhan gangguan
banyaknya jumlah kendaraan yang keluar pernafasan akut yang dialami oleh petugas
masuk setiap harinya dan tingginya Dinas Perhubungan Terminal Amplas.
kepadatan angkutan yang singgah di Penelitian ini dilakukan di Terminal
terminal Amplas menyebabkan konsentrasi Amplas Kota Medan. Populasi dalam
bahan pencemar yang ada di udara terminal penelitian ini adalah seluruh petugas Dinas
tinggi, hal ini dikarenakan Terminal Perhubungan di Terminal Amplas yang
Amplas merupakan terminal utama yang ada tercatat aktif bekerja pada tahun 2014 yang
di Kota Medan yang melayani ribuan terdiri dari 81 petugas dan sampel adalah
armada angkutan umum dan bus baik dalam seluruh petugas Dinas Perhubungan di
kota, antar kota dalam provinsi, dan antar Terminal Amplas baik yang bekerja di
kota antar provinsi sehingga dikhawatirkan dalam ruangan kantor maupun yang bekerja
bahwa petugas Dinas Perhubungan yang di luar ruangan kantor yang terdiri dari 8
bekerja di dalam terminal dalam waktu yang unit kerja dengan total sampel berjumlah 81
lama setiap harinya juga memiliki resiko orang petugas.
yang tinggi untuk terpapar oleh bahan Data primer yang digunakan diperoleh dari
pencemar dari emisi kendaraan bermotor data hasil pengukuran kadarPM10 dan
yang ada dan dapat diperkirakan bahwa karbon monoksida di lokasi penelitian serta
petugas Dinas Perhubungan di Terminal pengambilan data karakteristik dan keluhan
Amplas akan terkena dampak pencemaran gangguan pernafasan akut yang dialami
udara berupa keluhan gangguan pernafasan. petugas Dinas Perhubungan yang
Penelitian ini bertujuan adalah untuk dilakasanakan dengan menggunakan
mengetahui konsentrasi PM10 dan CO di kuisioner yang dilaksanakan pada tanggal 20
terminal Amplas Medan serta keluhan Juni 2014.
gangguan pernafasan akut yang dirasakan Data sekunder diperoleh dari Dinas
oleh petugas Dinas Perhubungan Terminal Perhubungan Kota Medan yaitu data jumlah
Amplas Medan, sedangkan tujuan kendaraan umum dan bus yang keluar
khususnya adalah untuk mengetahui masuk terminal Amplas, data jumlah
karakteristik responden yang meliputi unit petugas Dinas Perhubungan di Terminal
kerja, lokasi kerja, umur, jenis kelamin, Amplas dan peta Terminal Amplas, data
tingkat pendidikan, lama kerja, perilaku juga diperoleh dari perpustakaan serta
merokok dan penggunaan Alat Pelindung literatur-literatur yang berkaitan dengan
Diri (APD), untuk mengetahui kadar debu penelitian ini.
(PM10) dan kadar CO di Terminal Amplas Pengukuran PM10 dan karbon
Medan, serta mengetahui keluhan gangguan monoksida dilakukan di 3 lokasi, yaitu
pernafasan akut pada petugas Dinas lokasi 1 di pelataran MPU AKDP karena
Perhubungan Terminal Amplas Medan. tempat ini berdekatan dengan lokasi pintu
masuk terminal dan di tempat ini juga
banyak orang orang yang menunggu
keberangkatan angkutan mereka serta

3
terdapat petugas Dinas Perhubungan yang Dari tabel 1 diketahui responden
bekerja disekitar lokasi tersebut, lokasi II di yang bekerja di dalam ruangan lebih banyak
dalam ruangan kantor Dinas Perhubungan berumur 41-50 tahun yaitu sebanyak 9
Terminal Amplas yang berada di dalam orang (75%), responden yang bekerja di
gedung induk karena di tempat tersebut luar ruangan lebih banyak berumur 41-50
terdapat petugas Dinas perhubungan yang tahun sebanyak 31 orang (44,9%).
bekerja dan lokasi III di pelataran angkot Berdasarkan jenis kelamin, responden yang
karena tempat ini berdekatan dengan lokasi bekerja di dalam ruangan lebih banyak
pintu keluar dan tempat yang paling padat berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak
karena merupakan pusat tempat 9 orang (75%) sedangkan responden yang
pemberhentian dan keberangkatan angkot bekerja di luar ruangan lebih banyak laki-
serta terdapat petugas Dinas Perhubungan laki yaitu sebanyak 61 orang (88,4%),
yang bekerja disekitar lokasi tersebut. sedangkan berdasarkan tingkat pendidikan
tingkat pendidikan, responden yang bekerja
Hasil dan Pembahasan di dalam ruangan sebagian besar memiliki
tingkat pendidikan sedang yakni sebanyak 7
Terminal Amplas Medan. yang terletak orang (58,3%), sedangkan responden yang
di jalan KH Rivai Nasution. Terminal bekerja di luar ruangan yang tertinggi adalah
Amplas Medan menemati areal seluas dengan tingkat yang pendidikan sedang
50.961 m2. sebanyak 49 orang (71%).
Menurut Guyton (1997) umur sangat
Tabel 1. DistribusiResponden Berdasarkan Umur, mempengaruhi fungsi paru, semakin
Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan bertambah umur maka semakin berkurang
Petugas Dinas Perhubungan Terminal
Amplas Medan Tahun 2014
fungsi paru sesuai dengan penurunan fungsi-
fungsi tubuh manusia. Pada usia lanjut yakni
Dalam Luar 60 tahun keatas, energi yang dibutuhkan
Ruangan Ruangan lebuh sedikit dibandingkan pada saat usia
Karateristik Kantor pertumbuhan, sehingga oksigen yang
Dishub
diperlukan lebih sedikit ( Aryulina, 2006).
n (%) n (%)
Umur
Pada prinsipnya, laki-laki
21-30 1 8,3 22 31,9 membutuhkan energi yang lebih besar
31-40 0 0 31 44,9 sehingga laki-laki memerlukan oksigen yang
41-50 9 75 13 18,8 lebih banyak dari pada perempuan
≥ 51 2 16,7 3 4,3
(Aryuliana, 2006). Pada seorang laki-laki,
Jumlah 12 100 69 100
kebutuhan oksigen normal sebesar 4-5 liter,
sedangkan pada perempuan kebutuhan
Jenis Kelamin
Laki-Laki 3 25 61 88,4
oksigen 3-4 liter (Pearce, 2009).Arus
Perempuan 9 75 8 11,6 ekspirasi laki-laki lebih besar dari pada
Jumlah 12 100 69 100 perempuan dan sebanding dengan kapasitas
Tingkat Pendidikan total parunya, sehingga lebih beresiko
Rendah 0 0 5 7,3 terhadap pajanan lingkungan terutama yang
Sedang 7 58,3 49 71 berhubungan dengan agen penyakit dari
Tinggi 5 41,7 15 21,7 media udara.
Jumlah 12 100 69 100

4
Tabel 2.Distribusi Responden Berdasarkan Lama yang telah bekerja ≥ 21 tahun sebagian
Kerja, Kebiasaan Merokok dan besar tidak mengalami keluhan pernafasan
Penggunaan APDTerhadap Ada yaitu sebesar 7,4% (6 orang).
Tidaknya Keluhan Pernafasan Petugas Berdasarkan kebiasaan merokok,
Dinas Perhubungan dalam Waktu Dua sebagian besar responden yang merokok
Minggu Terakhir Bekerja di Terminal mengalami keluhan pernafasan yaitu sebesar
Amplas Medan Tahun 2014 49,4% (40 orang) dan sebagian besar
responden yang tidak merokoktidak
Keluhan Pernafasan
mengalami keluhan gangguan pernafasan
Ada Tidak Ada
Karakteristik Keluhan Keluhan yaitu sebesar 16% (13 orang) dan
n (%) n (%) berdasarkan penggunaan APD sebagian
Lama Kerja (Hari) besar responden yang menggunakan APD
8 jam sehari 27 33,3 21 25,9 mengalami keluhan pernafasan yaitu sebesar
9-12 jam sehari 18 22,2 7 8,6 21% (17 orang) dan sebagian besar
≥ 13 jam sehari 7 8,6 1 1,2
Jumlah 52 64,2 29 35,8
responden yang tidak merokokjuga
Lama Kerja (Tahun) mengalami keluhan gangguan pernafasan
≤ 5 tahun 20 24,7 10 12,3 yaitu sebesar 43,2% (35 orang).
6-10 tahun 22 27,2 7 8,6 Paparan polutan dalam jangka yang
11-15 tahun 3 3,7 3 3,7 lama dapat menyebabkan terjadinya
16-20 tahun 4 4,9 3 3,7 perubahan fungsi paru yang dapat
≥ 21 tahun 3 3,7 6 7,4
Jumlah 52 64,2 29 35,8
menyebabkan gangguan pada sistem
Kebiasaan Merokok pernafasan (Wardhana, 2001).Masa kerja
Merokok 40 49,4 16 19,8 yang cukup lama dalam suatu pekerjaan
Tidak Merokok 12 14,8 13 16 mempengaruhi tingkat keterpajanan
Jumlah 52 64,2 29 35,8 seseorang terhadap bahaya kerja yang ada.
Penggunaan APD Menurut penelitain yang dilakukan
Menggunakan APD 17 21 11 13,6
Tidak Menggunakan 35 43,2 18 22,2
oleh Budiono (2007) terdapat hubungan
APD antara masa kerja dengan gangguan fungsi
Jumlah 52 64,2 29 35,8 paru, dimana responden yang bekerja lebih
dari 10 tahun memiliki resiko untuk
Berdasarkan tabel 2 diketahui mengalami gangguan fungsi paru 15 kali
bahwa sebagian besar responden yang lebih besar dibandingkan pekerja yang
bekerja 8 jam sehari mengalami keluhan memiliki masa kerja kurang dari 10 tahun.
pernafasan yaitu sebesar 33,3% (27 orang), Sedangkan menurut Simaela (2000)
responden yang bekerja 9-12 jam sehari menunjukkan adanya hubungan yang
sebagian besar mengalami keluhan bermakna dan resiko mencapai 13 kali lebih
gangguan pernafasan yaitu sebesar 22,2% tinggi untuk mendapatkan gangguan fungsi
(18 orang) dan sebagian besar responden paru pada pekerja dengan masa kerja diatas
yang bekerja ≥ 13 jam sehari juga 5 tahun dibandingkan pekerja dengan masa
mengalami keluhan gangguan pernafasan kerja kurang dari 5 tahun.
yaitu sebesar 8,6%% (7 orang). Sedangkan Kebiasaan merokok akan
berdasarkan tabel 4.17 diketahui bahwa mempengaruhi sistem pernapasan seseorang,
sebagian besar responden yang telah bekerja rokok juga dianggap sebagai faktor resiko
≤ 5 tahun dan 6-10 tahun mengalami paling penting terhadap penyakit batuk
keluhan gangguan pernafasan yaitu sebesar menahun, penyakit paru, penyakit jantung
24,7% dan 27,2%, sedangkan responden

5
koroner dan penyakit jenis kanker (Bustan, dalam KEPMENKES RI No. 1405 Tahun
2000). 2002.
Berdasarkan hasil penelitian Berdasarkanhasil pengukurandiketahui
Marpaung (2012 ), terdapat hubungan yang bahwa rata-rata kadar PM10dan CO yang
signifikan antara kebiasaan merokok, jumlah paling tinggi adalah pada lokasi I, hal ini
rokok yang dikonsumsi dengan gangguan dikarenakan jumlah kendaraan yang parkir
fungsi paru dimana seseorang yang memiliki di lokasi tersebut lebih banyak dan pada saat
kebiasaan merokok mempunyai peluang 4 parkir kendaraan dalam keadaan hidup.
kali lebih tinggi untuk mengalami gangguan Rata-rata kadar PM10dan CO yang
fungsi paru dibandingkan seseorang yang paling rendah adalah pada lokasi III hal ini
tidak memiliki kebiasaan merokok dengan dikarenakan terdapat beberapa pohon dan
konsumsi rokok rata-rata 10 batang setiap tanaman pada halaman depan kantor yang
harinya. dapat membantu penyerapan polotan yang
ada di udara serta sirkulasi udara yang di
Tabel 3. HasilPengukuran Kadar PM10 dan dalam kantor cukup baik dimana terdapat
Karbon Monoksida (CO) di Terminal ventilasi udara yang cukup serta setiap
Amplas Medan Tahun 2014
harinya jendela kantor selalu dibuka
Lokasi Kadar Baku Baku sehingga udara dapat berganti, sedangkan
Pengukura PM10 Mutu Kad Mutu pada loksi II yaitu pada pelataran angkot,
n PM10 ar CO jumlah kendaraan yang parkir lebih sedikit
CO dibandingkan pada lokasi I. Pada lokasi ini
Di Luar Ruangan
luas dan kapasitas untuk menampung jumlah
Lokasi I 141 150 15 29 kendaraan yang parkir jauh lebih besar
Lokasi II 93 g/m3 7 ppm dibandingkan pada lokasi MPU AKDD dan
Di dalam Ruangan pelataran bus AKAP dan AKDP sehingga
Lokasi III 81 150 2 29 kadar PM10 dan CO cenderung menyebar
g/m3 ppm
dan tidak terkonsentrasi karena kendaraan
Rata-rata 105 8
yang parkir juga parkir pada tempat-tempat
yang berjauhan. Dari ketiga lokasi tersebut
Lokasi I : Pelataran MPU AKDP
hasil pengukuran PM10 dan CO tidak
Lokasi II : Pelataran angkot
melebihi baku mutu yang ditetapkan dalam
Lokasi III : di dalam Kantor Dinas
KEPMENKES RI No. 1405 Tahun 2002.
Perhubungan
Baku Mutu Berdasarkan KEPMENKES RI No.
Hasil pengukuran PM10 dan CO yang
1405Tahun 2002 rendah kemungkinan disebakan semakin
sedikitnya jumlah kendaraan umum atau
Berdasarkan tabel 3diketahui bahwa bus yang melalui terminal ini dibandingkan
kadar PM10 yang paling tinggi adalah pada pada tahun 2004 dimana pada saat ini
lokasi I yaitu sebesar 141 g/m3 sedangkan sebagian besar bus ataupun kendaraan
kadar PM10 yang paling rendah adalah pada umum seperti MPU AKDP, bus AKAP
lokasi III sebesar 81 g/m3, sedangkan kadar dan bus AKDP telah memiliki loket-loket
CO yang paling tinggi adalah pada lokasi I tersendiri sehingga sebagian besar tidak
yaitu sebesar 15 ppm sedangkan kadar CO lagi melalui terminal ini. Sedangkan
yang paling rendah yaitu pada lokasi III kendaraan yang paling banyak melalui
yaitu sebesar 2 ppm. Dari ketiga lokasi terminal ini yaitu angkutan umum (angkot)
tersebut hasil pengukuran PM10 dan CO hanya keluar masuk melalui terminal ini
tidak melebihi baku mutu yang ditetapkan dan sedikit angkot yang parkir di Terminal

6
Amplas.Dengan menurunnya jumlah Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis
kendaraan yang melalui terminal ini maka Keluhan Gangguan Pernafasan Akut
dalam Waktu Dua Minggu Terakhir
emisi kendaraan bermotor yang dihasilkan Bekerja Terminal Amplas Medan Tahun
juga lebih sedikit. 2014.
Menurut Suksmeri (2003) banyak
faktor lain yang dapat menyebabkan tinggi Jenis
Luar
rendahnya konsentrasi CO diudara, misalnya Dalam Ruangan Ruangan
Keluh
Ya Tidak Ya Tidak
kecepatan angin yang dapat an
n % n % n % n %
mendistribusikan polutan ke lokasi lain, Batuk- 4 33,3 8 66,7 38 55,1 31 44,9
faktor kelembaban udara yang mampu batuk
Sesak 2 16,7 10 83,3 4 5,8 65 94,2
mengikat polutan sehingga konsentrasinya nafas
relatif tinggi dan juga dari tanaman itu pilek 3 25 9 75 16 22,3 53 76,8
Saki 1 8,3 11 91,7 24 34,8 45 65,2
sendiri, karena setiap jenis tanaman Tenggor
memiliki kemampuan yang berbeda-beda okan
Bersin- 4 33,3 8 66,7 19 27,5 50 72,5
dalam menyerap polutan bersin
Asma 0 0 12 100 1 1,4 68 98,6
Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan
Keluhan Gangguan Pernafasan Akut Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat
Petugas Dinas Perhubungan dalam
Waktu Dua Minggu Terakhir
responden yang bekerja di dalam ruangan
Bekerja di Terminal Amplas Medan sebagian besar tidak mengalami keluhan
Tahun 2014 gangguan pernafasan akut yaitu sebanyak 7
responden (58,3%) sedangkan responden
Keluhan Ada Tidak Ada yang bekerja di luar ruangan sebagian besar
Gangguan Keluhan Keluhan
No Pernafasan n (%) n (%) mengalami keluhan gangguan pernafasan
Akut yang akut yaitu sebanyak 47 orang (68,1%).
Dirasakan Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa
1 Dalam 5 41,7 47 68,1 responden yang bekerja di dalam ruangan
Ruangan paling banyak mengalami keluhan gangguan
Kantor Dishub
2 Luar Ruangan 7 58,3 22 31,9 pernafasan akut berupa batuk-batuk dan
Jumlah 12 100 69 100 bersin yaitu sebanyak 4 orang (33,3%)
sedangkan pada responden yang bekerja di
luar ruangan paling banyak mengalami
keluhan batuk yaitu sebanyak 38 orang
(55,1%).
Responden yang bekerja di dalam
ruangan kantor Dinas Perhubungan sebagian
besar tidak mengalami keluhan gangguan
pernafasan akut karena responden memiliki
resiko yang lebih rendah untuk terpapar
udara yang tercemar karena lokasi kerjanya
yang berada di dalam ruangan memiliki
sirkulasi udara yang cukup dan responden
tidak terpapar langsung dengan polutan yang
ada di udara, sedangkan responden yang
bekerja di luar ruagan sebagaian besar
mengalami keluhan gangguan pernafasan

7
akut dikarenakan responden memiliki resiko petugas agar seseuai dengan jam kerja
yang lebih besar untuk terpapar udara yang normal pekerja yaitu 8 jam per hari serta
tercemar dan lebih banyak kontak langsung melakukan penanaman pohon yang dapat
dengan polutan yang ada di udara. menyerap bahan polutan di udara
Keluhan gangguan pernafasab yang sehingga mengurangi tingkat pencemaran
paling banyak dirasakan oleh responden yang ada di udara terminal
adalah batuk. Batuk merupakan gejala yang 2. Kepada Dinas Perhubungan Terminal
paling umum akibat pernafasan. Rangsangan Amplas Medan agar dapat melakukan
yang biasanya menimbulkan batuk adalah pencatatan jumlah kendaraan yang keluar
rangsangan mekanik dan kimia. Inhalasi masuk terminal per harinya sehingga
debu, asap dan benda-benda asing berukuran dapat dilakukan pemantauan kualitas
kecil merupakan penyebab batuk yang udara dan mengaktifkan pos kesehatan
paling sering (Anderson, 1995). Menurut setiap harinya, bukan hanya pada saat
Goss (2004) beberapa zat (salah satunya hari besar sehingga petugas Dinas
adalah PM10) yang meskipun kadarnya tidak Perhubungan Terminal Amplas dapat
melebihi baku mutu jika terpapar dalam melakukan pemerikasaan kesehatan
waktu yang lama dapat menyebabkan secara berkala serta melakukan sosialisasi
gangguan fungsi paru. kepada pemilik kendaraan umum ataupun
bus agar selalu melakukan perawatan
Kesimpulan kendaraan seperti mengganti oli secara
rutin.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan 3. Kepada petugas Dinas Perhubungan
dapat disimpulkan bahwa kadar PM10dan Terminal Amplas Medan agar dapat
CO di Terminal Amplas Medan tidak menjaga sirkulasi udara di dalam kantor
melebihi baku mutu yang ditetapkandalam dengan membuka jendela kantor setiap
KEPMENKES RI No. 1405 Tahun 2002, hari dan untuk petugas yang bekerja di
dimana rata-rata kadar PM10 yaitu sebesar luar ruangan agar menggunakan APD
105g/m3dan rata-rata kadar CO sebesar 8 ketika bekerja.
ppm, serta sebanyak 58,3% responden di
dalam ruangan tidak mengalami keluhan Daftar Pustaka
gangguan pernafasan akut dan 68,1% di luar
ruangan mengalami keluhan gangguan Achmadi, U.F. 2012.Dasar-Dasar Penyakit
pernafasan akut dengan keluhan gangguan Berbasis Lingkungan.Cetakan
pernafasan akut yang paling banyak Kedua. Rajawali Press, Jakarta.
dirasakan adalah batuk-batuk yaitu sebesar
33,3% di dalam ruangan dan 55,1% di luar Agusnar, H. 2007. Kimia Lingkungan.
ruangan. USU Press. Medan.

Saran Anderson, P. 1995. Fisiologi Proses-Proses


Penyakit.EGC. Jakarta
1. Kepada Dinas Perhubungan Kota Medan
sebagai pengelola Terminal Amplas Aryuliana, D. 2006. Biologi. Jakarta : PT.
Medan agar membuat ISPU di dalam Gelora Aksara Pratama
terminal Amplas untuk dapat melakukan
pemantauan kualitas udara di Terminal
Amplas dan mengatur jam kerja per hari

8
Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pearce, E. (2009). Anatomi dan Fisiologi
Pencemaran : Hubungannya untuk Paramedis. Jakarta : PT.
dengan Toksikologi Senyawa Gramedia.
Logam. Penerbit University
Indonesia. Jakarta. Perkins, C. 1974. Air Pollution. McGraw
Hill Book Company. New York.
Ganong W.F.1999. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran Edisi 17.EGC. Jakarta Simaela, S. (2000). Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Kapasitas
Ginting, R. 2004. Karakteristik Pedagang Maksimal Paru Pekerja
Asongan Yang Terpapar Dengan Perusahaan Pemecah Batu pada
Debu Ambien Di Terminal PT.P di Daerah Bogor Jawa
Terpadu Amplas Kota Medan Barat Tahun 2000. Tesis. Depok :
Tahun 2004. Skripsi S1 FKM Program Studi Ilmu Kesehatan
USU. Medan Masyarakat. Program Pasca Sarjana
Fakultas Kesehatan Masyarakat:
Goss, C. 2004. Effect of Ambient Air Universitas Indonesia.
Pollution on Pulmonary
Exacerbations and Lung function Soedjono, 2002.Pengaruh Kualitas Udara
in cystic fibrosis. American Journal (Debu, COx, NOx, Sox) Terminal
of Respiratory Critical Care Terhadap Gangguan Fungsi Paru
Medicine. 169:816-821. Pada Pedagang Tetap Terminal
Bus Induk Jawa Tengah. Tesis,
Guyton, A. &Hall, J.E. 1997.Buku Ajar Universitas Diponegoro, Semarang.
Fisiologi Kedokteran Edisi 9.EGC :
Jakarta Suskmeri. 2003. Faktor – Faktor yang
Mempengaruhi Kadar Karbon
Hadi, B.S. 2004. Pencemaran Debu Monoksida di Beberapa Ruas
Ambien, Gangguan Fungsi Paru Jalan di Kota Padang Tahun 2003.
Pada Masyarakat yang Berada di Tesis. Universitas Andalas, Padang.
Dalam dan di Sekitar Terminal
Bus Umbulharjo Jogyakarta.Tesis Wardhana, W.A. 2004.Dampak
Univrsitas Gadjah Mada.Jogyakarta. Pencemaran Lingkungan. Edisi
Ketiga. Penerbit Andi, Yogyakarta.
Marpaung, Y.M. 2012. Pengaruh Pajanan
Debu Respirable PM2,5 Terhadap
Kejadian Gangguan Funsgi Paru
Pedagang Tetap di Terminal
Terpadu Kota Depok Tahun
2012.Skripsi. Univesitas Indonesia.
Jakarta.

Mulia, R.M. 2005.Kesehatan Lingkungan.


Graha Ilmu. Yogyakarta.

Das könnte Ihnen auch gefallen