Sie sind auf Seite 1von 2

Berbeda dengan lari biasa

Lari maraton dengan jarak tempuh sejauh 42 km sebenarnya sudah terkenal sejak dulu. Namun,
ajang lomba lari maraton di Jakarta baru dimulai pada tahun 2013. Olahraga ini termasuk berat
untuk dilakukan. Pelari jarak jauh seperti 5km atau 10 km bahkan belum tentu bisa melakukannya.

Persiapan lari maraton pun berbeda dengan persiapan lari biasa. Selain harus menjalani latihan
secara rutin, pelari maraton juga harus menjaga pola makan. Latihan yang rutin tersebut akan
meningkatkan daya tahan tubuh (edurance), sehingga pelari dapat menempuh jarak jauh.

Bahaya yang mengintai


Lari jarak jauh dipercaya baik untuk kesehatan tubuh. Meski olahraga lari telah dipercaya mampu
menguatkan dan menyehatkan jantung, lari maraton justru rentan berdampak pada fungsi jantung
dan organ tubuh lainnya. Oleh karena itu Anda memerlukan persiapan yang matang sebelum
mengikuti ajang lari jenis ini.

Berikut ini iadalah risiko gangguan kesehatan yang dapat terjadi ketika melakukan lari maraton:

1. Penyakit jantung
Studi dari jurnal Circulation menemukan bahwa lari maraton dapat menyebabkan gangguan jantung.
Lari maraton memang tidak akan menyebabkan sumbatan pembuluh darah jantung atau bocornya
pembuluh darah. Namun, studi menemukan adanya enzim yang keluar dari membran jantung.
Enzim tersebut biasanya juga akan keluar ketika terjadi stres yang signifikan terhadap jantung.

2. Gangguan pada ginjal


Saat berlari maraton, keseimbangan cairan tubuh tentunya akan terganggu. Ginjal merupakan organ
yang penting untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh, terutama air dan garam. Studi dari Yale
University membuktikan bahwa 82 persen pelari maraton mengalami gagal ginjal akut tipe 1 setelah
lari.

Gagal ginjal akut dapat berbahaya dan menyebabkan racun tubuh menumpuk pada darah.
Akibatnya ginjal sulit untuk bekerja dalam menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh. Akibatnya,
terjadilah gangguan ginjal.

3. Dehidrasi
Cairan dalam tubuh membantu tubuh untuk dapat berfungsi dengan baik. Keseimbangan cairan
tubuh juga penting agar tubuh berfungsi secara normal. Saat melakukan olahraga, tubuh akan
mengeluarkan cairan melalui keringat. Oleh sebab itu, ketika Anda melakukan olahraga intensif
seperti lari maraton, dehidrasi atau kekurangan cairan bisa saja menyerang.

4. Kerusakan otot
Ketika berlari maraton, otot tubuh menjadi kaku dan juga mengeluarkan enzim sebagai penanda
adanya kerusakan yang terjadi. Selain itu, peradangan juga akan terjadi setelah olahraga yang
berat.
Kerusakan otot dan peradangan yang terjadi saat Anda berlari maraton bahkan dapat bertahan
hingga tujuh hari. Sehingga, perbaikan otot dapat memakan waktu tiga hingga dua belas minggu.
Meski demikian, latihan secara rutin dapat menurunkan peradangan yang mungkin terjadi.

5. Osteoartritis
Hubungan lari dan osteoartritis masih diperdebatkan. Secara umum, lari dengan intensitas sedang
tidak akan menyebabkan osteoartritis. Bahkan, lari dapat menjaga sendi lutut dan pinggul bagi
orang yang sehat. Namun, osteoartritis mudah terjadi pada orang yang pernah mengalami cedera
sendi.

Pemakaian berlebihan pada sendi yang telah cedera sering dilakukan oleh para atlet lari jarak jauh.
Hal ini yang kemudian menimbulkan risiko osteoartritis. Selain itu, pada orang yang memiliki berat
badan berlebih, olahraga lari juga dapat memberikan tekanan berlebih pada sendi, sehingga
memunculkan gangguan kesehatan.

Olahraga lari memang sangat baik untuk meningkatkan kesehatan jantung. Namun, sebelum
melakukan lari maraton, sebaiknya Anda melakukan latihan secara reguler dimulai dari jarak yang
dekat terlebih dahulu. Agar lebih aman, Anda juga dapat berkonsultasi dulu ke dokter untuk
menghindari munculnya gangguan kesehatan lain.

Das könnte Ihnen auch gefallen