Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
NPM :1406529771
Persoalan pembetukan karakter sekarang ini banyak dibahas diberbagai macam diskusi dan
seminar, oleh lembaga pendidikan yang diberi label “pendidikan berkarakter”. Pemerintah pun
banyak menekankan pada pendidikan berkarakter,
Pendidikan berkarakter memang menjadi kunci kemajuan dan pembangunan bangsa. Jauh-
jauh hari Bung Hatta (1932/1988) sudah menekankan pentingnya pembentukan karakter bersama
dengan pembangunan rasa kebangsaan dan peningkatan pengetahuan serta keterampilan (Hatta,
1988). ). Ki Hadjar Dewantara menegaskan bahwa tujuan pendidikan adalah memerdekakan
manusia. Manusia yang merdeka adalah manusia dengan karakter yang kuat (Dewantara, 2004).
Pembentukan karakter juga merupakan isu penting dalam pendidikan mengingat tujuan
pendidikan adalah pembentukan watak atau karakter (Santoso, 1979). Karakter merupakan isu
penting dalam pendidikan mengingat tujuan pendidikan adalah pembentukan watak dan karakter.
Karakter tidak sama seperti kepribadian tetapi keduanya berkaitan, agar dapat memahami
penjelasan karakter akan lebih mudah apabila menjelaskan kepribadian terlebih dahulu.
Kepribadian dan karakter, didefinisikan sebagai “organisas dinamis dari keseluruhan sistem
psiko-fisik dalam diri individu yang menentukan peyusuain dirinya yang unik terhdapa
lingkungannya” oleh Allport (1937:48) oraganisasi dinamis menurut Allport kepribadian
manusia yang terus berkembang.
Kepribadian Manusia dapat melibatkan aspek psikis dan aspek fisik manusia yang
menentukan penyesuain diri manusia terhadap lingkunganya. Manusia memiliki kontrol sendiri
di dirinya tetapi dia juga menyesuaikan dengan lingkungannya secara unik Allport(1937; 1961)
menambahkan beberapa pengertian yang menyangkut kepribadian sebagai berikut. Pertama,
kepribadian dapat dipahami sebagai tersebut perpaduan dari sifat-sifat (traits) mayor dan minor
yang masing-masing dapat berdiri sendiri dan dikenali. Kedua, sifat kepribadian (personality
trait) merupakan suatu mekanisme paduan antara faktor-faktor biologis, psikologis, dan sosial
yang mengarahkan individu kepada kegiatan-kegiatan spesifik dalam suatu keadaan yang
spesifik. Ketiga, seorang ahli Psikologis mengatakan dirinya memahami orang lain apabila
sejarah hidup telah diteliti dan jika orang tersebut berkontribusi dalam peroses peenilaian.
Kepribadian memiliki unsur-unsur yang saling berkaitan dan mempengaruhi yaitu sejarah
hidup, latar belakang, ambisi, cita-cita, karakter, motif dan sifatnya, hal tersebut digunakan untuk
membantu pemahaman tentang kepribadian.
Menurut Allport (1973) mendefinisikan karakter sebagai kepribadian yang dievaluasi, yang
artinya karakter adalah segi-segi kepribadian yang keluar dan disesuaikan dengan nilai dan
norma tertentu. Karakter diperoleh melalui pengasuhan dan pendidikan meskipun karakter ada
pada setiap orang, agar setiap orang memiliki karakter yang kuat orang tersebut dapat mengikuti
serangkaian proses pemelajaran, pelatihan dan peneladanan.
3. Kekuatan dan Keutamaan Karakter
Identifikasi karakter dapat di lakukan melalui ciri yang tampil dalam prilaku khsus dan
respons secara umum. Peterson dan Seligman (2004) mengembangkan klasifikasi keutamaan
beserta pendekatan metodik untuk mengidentifikasinya. Mereka mengatakan bahwa karakter
yang kuat adalah karakter yang bercirikan keutamaan-keutamaan yang merupakan keunggulan
manusia. Di sini keutamaan sebagai kekuatan karakter dibedakan dari bakat dan kemampuan.
Kondisi yang dapat memunculkan atau bahkan menyusutkan kekuatan-kekuatan itu yaitu,
pelatihan atau pembinaan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan karakter yang kuat.
Peterson dan Seligman (2004) mengemukaan tiga level konseptual dari karakter, yaitu
keutamaan, kekuatan dan tema situasional dari karakter. Pembedaan ini berguna untuk
kepentingan pengenalan, pengukuran dan pendidikan karakter. Ada tiga level konseptual dari
karakter, yaitu keutamaan berada di level atas selanjutnya kekuatan di level tengah dan tema
situasional di level bawah, hubungan antara keutamaan, kekuatan dan tema situasional karakter
bersifat hierarkis. Pembedaan ini berguna untuk kepentingan pengenalan, pengukuran dan
pendidikan karakter.
Peterson dan Seligman (2004) mengemukakan kriteria dari karakter yang kuat sehingga
kita dapat mengenalinya dalam kehidupan sehari-hari. Kriteria karakter yang kuat :
2. Kekuatan atau ciri-ciri bernilai sebagai sesuatu yang baik bagi diri sendiri dan orang
lain.
7. Dapat dibedakan dari sifat positif lain tetapi yang berkaitan erat.
9. Boleh jadi, tidak semua ciri ini muncul pada seseorang, tetapi kebanyakan ciri ini
tampil pada orang itu.
10. Memiliki akar psiko-sosisal, potensi dalam dirinya dan aktualistas yang dipengaruhi
lingkungan
Manusia memiliki kemampuan untuk memahami keterkaitan dirinya dengan seluruh alam
semesta, juga keterkaitan semua hal yang ada di alam semesta. Dengan kekuatan karakter
Trensendensi manusia dapat memaknai apa yang ada di dunia dalam hubungannya dengan hal
lain dan dalam konteks keseluruhan semesta. Pemaknaan terhadap keseluruhan alam ini
dimungkinkan adanya pada manusia meskipun secara fisik ia terbatas dan tak pernah dapat
mengenali keseluruhan dunia secara empirik.
Dalam salah satu pengertiannya, spiritualitas merujuk kepada sesuatu yang teramat
religious, berkaitan dengan roh (spirit) dan hal-hal yang sakral. Misalnya Tuhan dan makhluk-
makhluk di luar manusia yang bersifat gaib. Di dalamnya juga terdapat cara bersikap dan
memperlakukan hal-hal yang gaib tersebut. Burnard (1998, dalam Mc Sherry, 1998) melihat
spiritualitas dapat merujuk pada pengertian yang berbeda pada orang yang berbeda. Dengan
demikian, spiritualitas dipahami secara berbeda oleh setiap orang, Spiritualitas dapat dipahami
sebagai dasar kekuatan dan keutamaan karakter manusia.
Karakter selalu didasari oleh spiritualitas.Daya-daya itu menjadi kekuatan kita untuk
bertahan dan setia menuju satu tujuan, menghindarkan dari godaan dan menguatkan kita saat
berada dalam situasi yang sulit. Pikiran bahwa segala sesuatu yang kita hadapi dapat kita
lampaui memberikan harapan kepada kita untuk selalu menjadi lebih baik