Sie sind auf Seite 1von 4

A vertical datum provides a base value from which elevations or heights are

determined. On the Earth a vertical datum expresses a surface of zero elevations. There
are two types of vertical datums: tidal and geodetic. A tidal datum is created by averaging
water levels over a set time period at a given point (e.g., mean sea level MSL). A geodetic
datum provides a network of heights known as benchmarks. The current vertical geodetic
datum for the United States is the North American Vertical Datum 1988 (NAVD88). A
review of vertical datums and their application to mapping follows. Heights on the
Earth’s surface are defined by another Earth model called the geoid. Every point on the
Earth’s surface is being acted upon by a downward force called gravity. That downward
force is also called potential energy and is not the same across the Earth’s surface. One
way to think about the geoid is to imagine what the Earth’s surface would look like if the
world’s oceans were allow to flow over the land, without any currents or tides, and
conform to gravitational pull. As a result, the water’s surface (or geoid) is not a regular,
but an irregular smoothly changing surface that is influenced by rock density and the
Earth’s nonspherical shape.

What is height? There are three types of height: orthometric, geoid, and
ellipsoidal. These heights are illustrated in Figure 2. Orthometric height (H )is the
distance from the geoid to a point on the Earth’s surface measured along a plumb line to
gravitational pull. The reference surface for orthometric height is a level surface that
closely coincides with global MSL (the geoid’s surface). Orthometric height is what is
commonly associated with elevation of a point on the Earth’s surface. Geoidal height (N)
is the distance along a normal line from the reference ellipsoid to the geoid. In the
coterminous United States, values of N (between the GRS80 reference ellipsoid and the
geoid) are about -8 meters to about -53 meters. Ellipsoidal height (h) is the distance along
a line normal from the reference ellipsoid to a point on the Earth’s surface. Calculating H
is simply the difference between h and N. H = h – N Height is an important consideration
when dealing with data collected via Global Positioning System (GPS). GPS data is
considered to be three-dimensional (X, Y, and Z). However, the Z component does not
depend upon a direct relation to a gravitational surface. Instead, the X, Y, and Z
coordinates are utilized when calculating geodetic latitude, longitude, and h. Then, h can
be converted to H so as to be tied into a vertical datum.
Datum vertikal memberikan nilai dasar dari ketinggian atau ketinggian yang
ditentukan. Di Bumi, sebuah datum vertikal mengungkapkan permukaan nol ketinggian.
Ada dua jenis datum vertikal: pasang surut dan geodetik. Sebuah datum pasang surut
dibuat oleh rata-rata ketinggian air selama periode waktu tertentu pada suatu titik tertentu
(mis., MSL permukaan laut rata-rata). Datum geodetik menyediakan jaringan ketinggian
yang dikenal sebagai tolok ukur. Datum geodetik vertikal saat ini untuk Amerika Serikat
adalah Datum Vertikal Amerika Utara 1988 (NAVD88). Peninjauan datum vertikal dan
aplikasi mereka untuk pemetaan berikut. Ketinggian di permukaan Bumi ditentukan oleh
model Bumi lain yang disebut geoid. Setiap titik di permukaan Bumi sedang
ditindaklanjuti oleh gaya ke bawah yang disebut gravitasi. Gaya ke bawah itu juga
disebut energi potensial dan tidak sama di permukaan Bumi. Salah satu cara untuk
berpikir tentang geoid adalah membayangkan seperti apa permukaan Bumi jika lautan di
dunia diizinkan mengalir di atas tanah, tanpa arus atau arus, dan sesuai dengan tarikan
gravitasi. Akibatnya, permukaan air (atau geoid) tidak biasa, tetapi permukaan berubah
tidak teratur yang berubah-ubah yang dipengaruhi oleh kerapatan batuan dan bentuk bumi
yang tidak berbentuk.
Terdapat tiga jenis ketinggian: orthometric, geoid, dan ellipsoidal. Ketinggian
ortometrik (H) adalah jarak dari geoid ke titik di permukaan Bumi yang diukur sepanjang
garis tegak lurus ke tarikan gravitasi. Permukaan referensi untuk ketinggian ortometrik
adalah permukaan tingkat yang erat bertepatan dengan MSL global (permukaan geoid).
Ketinggian ortometrik adalah apa yang umumnya terkait dengan ketinggian titik di
permukaan Bumi. Tinggi Geoidal (N) adalah jarak sepanjang garis normal dari ellipsoid
referensi ke geoid. Di Amerika Serikat yang berserakan, nilai N (antara ellipsoid referensi
GRS80 dan geoid) sekitar -8 meter hingga sekitar -53 meter. Tinggi Ellipsoidal (h) adalah
jarak sepanjang garis normal dari ellipsoid referensi ke titik di permukaan Bumi.
Menghitung H hanyalah perbedaan antara h dan N. H = h - N Tinggi merupakan
pertimbangan penting ketika menangani data yang dikumpulkan melalui Global
Positioning System (GPS). Data GPS dianggap tiga dimensi (X, Y, dan Z). Namun,
komponen Z tidak bergantung pada hubungan langsung ke permukaan gravitasi. Sebagai
gantinya, koordinat X, Y, dan Z digunakan saat menghitung garis lintang geodetik, garis
bujur, dan h. Kemudian, h dapat dikonversi menjadi H sehingga terikat ke dalam datum
vertikal.
Datum Vertikal
Jaring Kontrol Vertiksl (JKV) mempunyai datum vertikal yang realisasinya
dilaksanakan dengan penetapan tinggi ortometrik pada suatu titik TTG.
Penetapan tinggi ortometrik TTG awal ini harus diikatkan dengan stasiun pasut
yang diamati selama kurun waktu sekurang-kurangnya 18,6 tahun untuk
memperoleh tinggi TTG terhadap Muka Laut Rerata (MLR) atau Mean Sea Level,
(MSL). Datum Vertikal yang ditetapkan adalah Bidang yang mempunyai potensial
yang sama (ekipotensial) yang melalui MLR pada stasiun pasut di titik datum
atau juga sering disebut Geoid. Untuk mendapatkan Tinggi Orthometris (H) ada
dua cara yaitu dengan pengukuran sipat datar dan dengan pengukuran GPS (h)
di gabungkan dengan Geoid (N) dengan hubungan H = N + h
Gambar 6, Topografi, Ellipsoid dan Geoid

Penyatuan datum vertikal untuk seluruh wilayah Indonesia yang merupakan


negara kepulauan belum bisa diwujudkan, karena belum ada data yang
memadai. Dengan adanya hal tersebut JKV nasional orde nol belum dapat
dilaksanakan. Bakosurtanal sebagai Instansi yang berwenang dalam survei dan
pemetaan telah menyelenggarakan JKV di sejumlah pulau di Indonesia yaitu:

1. Pulau Jawa JKV orde satu dengan datum vertikal rerata MLR di Tanjung Priok
Jakarta dan Tanjung Perak Surabaya;

2. Pulau Madura: JKV orde satu dengan datum vertikal pengukuran trigonometri
dari TTG.1751 di Pulau Jawa ke TTG. 1030 di Pulau Madura;

3. Pulau Bali: JKV orde satu dengan datum vertikal rerata MLR di stasiun pasut
pelabuhanBenoa;

4. Pulau Lombok: JKV orde satu dengan datum vertikal MLR di stasiun pasut
Lembar Pulau Lombok;

5. Pulau Sumatera: JKV orde dua dengan datum vertikal rerata MLR di stasiun
pasut Malahayati Nangro Aceh, stasiun pasut Sibolga, stasiun pasut Telukbayur
Padang, stasiun pasut Bengkulu, stasiun pasut Dumai, dan stasiun pasut
Panjang;

6. Pulau Sulawesi: Sulawesi Selatan, JKV orde dua dengan datum vertikal MLR
di stasiun pasut Ujungpandang, Mamuju dan Palopo. Sulawesi Utara, JKV orde
dua dengan datum vertikal rerata MLR stasiun pasut Bitung. Sulawesi Tenggara,
JKV orde dua dengan datum vertikal rerata MLR di stasiun pasut pelabuhan
Kendari;

7. Pulau Kalimantan: Kalimantan Barat, JKV orde dua dengan datum vertikal
MLR stasiun pasut Jungkat, Pontianak;

8. Pulau Ambon: JKV orde dua dengan datum vertikal MLR stasiun pasut
pelabuhan Ambon;
9. Pulau Seram: JKV orde dua dengan datum vertikal Tinggi Elipsoid dikurangi
Undulasi dari data gayaberat global.

Dalam kondisi tidak memungkinkan penetapan datum vertikal dengan metode


ideal, seperti tersebut di atas, maka penetapan datum vertikal dapat ditempuh
melalui pendekatan dengan teknik tertentu sehingga dapat diperoleh tinggi titik
datum yang mendekati dengan tinggi terhadap geoid. Datum vertikal pendekatan
dapat ditetapkan dengan cara-cara sebagai berikut.

1. penetapan datum vertikal dengan data pasut minimal 1 tahun;

2. penggunaan peil pelabuhan laut atau sungai yang memiliki informasi tentang
tinggi terhadap MLR;

3. kombinasi GPS dengan model geoid lokal bila ada dan global jika local tidak
tersedia;

4. interpolasi tinggi pada peta topografi;

5. penentuan tinggi barometrik.

Standar ini terdapat dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) dengan nomor: SNI
19-6988-2004. Dengan demikian JKV di seluruh Indonesia dapat dilaksanakan
oleh setiap masyarakat survey dan pemetaan dengan memperhatikan SNI
tersebut. Yang perlu diperhatikan dalam penetapan datum vertikal pendekatan
adalah representasi dari tinggi di atas MLR bagi JKV dengan menghindari nilai
tinggi negatif. Terhadap datum vertikal nasional (yang akan ditetapkan kemudian)
datum vertikal subsistem JKV (datum pendekatan) dipandang sebagai datum
vertikal lokal, meskipun penetapannya melalui pengamatan pasut selama kurun
waktu 18,6 tahun. Penyatuan datum vertikal lokal, terutama yang terpisah oleh
lautan, ke dalam satu sistem datum vertikal local yang baru maupun datum
vertikal nasional menjadi suatu prioritas bagi instansi yang berwewenang
berwenang dalam survei dan pemetaan.

Das könnte Ihnen auch gefallen