Sie sind auf Seite 1von 7

AKHLAQ DAN MU’AMALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah AIK IV

DISUSUN OLEH :
TEGUH PRIBADI
201510320311005

JURUSAN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN PETERNAKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Kehidupan masyarakat tidak akan tegak tanpa kerjasama antar anggotanya. Kerjasama ini
hanya dapat terjadi jika ada undang-undang yang mengatur hubungan-hubungan antar
anggota masyarakat serta membatasi hak-hak dan kewajibannya. Sesuai dengan pandangan
Islam bahwa secara spiritualitas, islam memiliki dua aspek ia merupakan hubungan pribadi
antar manusia dengan Allah, sedangkan terhadap sesama manusia dan masyarakat ia juga
melahirkan hak-hak dan kewajiban social seperti tugas dan kewajiban manusia baik dalam
keluarga, negara maupun alam sekitar. Lebih-lebih dalam masyarakat juga
mengikutsertakan ukuran-ukuran kesusilaan timbul dari kebutuhan-kebutuhan masyarakat
seperti etika dalam keluarga, masyarakat, negara dan alam sekitar.
Ajaran akhlaq dalam islam sesuai dengan fitrah manusia. Manusia akan
mendapatkankebahagiaan yang hakiki bila mengikuti nilai-nilai kebaikan yang diajarkan
oleh Alquran dan Sunnah, dua sumber akhlaq dalam islam. Akhlaq islam benar-benar
memlihara eksistensi manusia sebagai makhluk terhormat, sesuai dengan fitrahnya itu.
Demikianlah sebagian dari karakteristik akhlaq dalam islam, yang uraiannya secara
terperinci akan dibahas didalam makalah ini.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari Akhlaq dan Muamalah
2. Mengetahui bagaimana Akhlaq kepada Allah SWT
3. Mengetahui bagaimana Akhlaq kepada Rasulullah SAW
4. Mengetahui bagaimana Akhlaq pribadi
5. Mengetahui bagaimana Akhlaq dalam keluarga
6. Mengetahui bagaimana Akhlaq bermasyarakat
7. Mengetahui bagaimana Akhlaq bernegara
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Akhlaq dan Muamalah

Secara etimologis akhlaq ( Bahasa Arab ) adalah bentuk jamak dari khuluq yang berarti
budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabi’at. Berakar dari kata khalaqa yang berarti
menciptakan. Seakar dengan kata Khaliq (pencipta), makhluq (yang diciptakan) dan Khalq
(penciptaan).

Menurut Al-Gazhali, “Akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan
perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan”. Menurut Ibrahim Anis, “Akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang
dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran
dan pertimbangan”. Sedangkan menurut Abdul Karim Zaidan, “Akhlaq adalah nilai-nilai sifat-
sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengan sorotan dan timbangannya seseorang dapat menilai
perbuatannya baik atau buruk, untuk kemudian memilih melakukan atau meninggalkannya”.

Ketiga definisi yang dikutip diatas sepakat menyatakan bahwa akhlaq adalah sifat yang
tertanam dalam jiwa manusia, sehingga dia akan muncul secara spontan bila mana diperlukan,
tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan lebih dahulu, serta tidak memerlukan dorongan
dari luar. Sifat spontanitas dai akhlaq tersebut dapat diilustrasikan dalam contoh berikut ini. Bila
seseorang menyumbang dalam jumlah besar untuk pembangunan masjid setelah mendapatkan
dorongan dari seorang da’I yang mengemukakan ayat-ayat dan hadist-hadist tentang keutamaan
membangun masjid didunia, maka orang tadi belum bias dikatakan mempunyai sifat pemurah,
karena kepemurahannya waktu itu lahir setelah mendapatkan dorongan dari luar, dan belum
tentu muncul lagi dalam kesempatan lain. Boleh jadi, tanpa dorongan seperti itu, dia tidak akan
menyumbang, atau kalaupun menyumbang hanya dalam jumlah sedikit.

Pengertian mu'amalah menurut bahasa berasal dari kata 'aamala, yu-'amilu, mu'amalatan
yang berarti hubungan kepentingan antara seseorang dengan orang lain perlakuan atau tindakan
terhadap orang lain, hubungan kepentingan. Kata mu'amalah adalah kata yang aktif atau kata
kerja aktif yang harus mempunyai pelaku dua orang atau lebih yang harus aktif yang
berhubngan dengan urusan dunia.

Pengertian muamalah menurut istilah syariat Islam ialah suatu kegiatan yang mengatur
hala-hal yang berhubungan dengan tata cara hidup sesama umat manusia untuk memenuhi
keperluan hidup sehari-hari. Sedangkan yang termasuk dalam kegiatan muamalah diantaranya
adalah jual beli, sewa menyewa utang piutang, pinjam meminjam dan lain sebagainya. Tujuan
dari muamalah itu sendiri adalah terciptanya hubunngan yang harmonis antara sesama manusia
sehingga tercipta masyarakat yang rukun dan tentram, karena didalam muamalah tersirat sifat
tolong menolong yang dalam ajaran islam sangat dianjurkan sebagaimana yang tercantum dalam
Al-Qur'an surah Al-Maidah ayat 2 dijelaskan :

" Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan taqwa dan janganlah tolong
menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan".

Dalam surah Al-Maidah ayat 2 memerintahkan hamba-Nya yang beriman untuk saling
membantu dalam perbuatan baik dan itulah yang disebut dengan albirr dan meninggalkan
kemungkaran yang merupakan ketakwaan. Dan Allah melarang mereka saling mendukung dalam
berbuat kejahatan, kebathilan dan kedholiman dan perkara-perkara yang berhungan dengan
pelanggaran hukum menurut agama Islam. Menurut Imam Ibnul Qayyim rahimahullah
menilai Ayat yang mulia ini mencakup semua jenis bagi kemaslahatan para hamba, di dunia
maupun akhirat, baik antara mereka dengan sesama, ataupun dengan Rabbnya. Sebab seseorang
tidak luput dari dua kewajiban; kewajiban Hablum minallah yakni hubungan terhadap Allah dan
kewajiban sebagai makhluk sosial terhadap sesamanya.

Selanjutnya, beliau memaparkan bahwa hubungan seseorang dengan sesama dapat


terlukis pada jalinan pergaulan, saling menolong dan persahabatan. Hubungan itu wajib terjalin
dalam rangka mengharap ridha Allah dan menjalankan ketaatan kepada-Nya. Itulah puncak
kebahagiaan seorang hamba. Tidak ada kebahagiaan kecuali dengan mewujudkan hal tersebut,
dan itulah kebaikan serta ketakwaan yang merupakan inti dari agama ini. Kesimpulannya bahwa,
manusia adalah makhluk sosial tanpa bantuan orang lain manusia tidak bisa melangsungkan
hidupnya didunia, setiap manusia mempunyai keterbatasan, tidak ada manusia yang sempurna.
Olehnya itu kita harus sadari bahwa adanya hubungan timbal balik itulah proses mengarumi
hidup didunia.
2.2 Akhlaq kepada Allah SWT
Terdapat beberapa perbuatan yang melambangkan bahwa seseorang tersebut telah
bertaqwa kepada Allah SWT, perbuatan tersebut adalah antara lain :

2.2.1 Taqwa
Definisi taqwa yang paling popular adalah “ memelihara diri dari siksaan Allah dengan
mengikuti segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Lebih lanjut Thabbarah
mengatakan bahwa makna asal dari taqwa adalah pemeliharaan diri. Diri tidak perlu
pemeliharaan kecuali terhadap apa yang dia takuti. Yang paling dia takuti adalah Allah SWT.
Rasa takut memerlukan ilmu terhadap yang ditakuti. Oleh sebab itu yang berilmu tentang Allah
akan takut kepadanya, yang takut kepada Allah akan bertaqwa kepadanya.
Perumpamaan hidup taqwa didunia ibarat berjalan ditengah rimba belantara. Seseorang
akan berjalan ditengah rimba denga berhati-hati. Dia awas terhadap lubang supaya tidak
terperosok kedalamnya, awas terhadap duri supaya tidak melukai kulitnya, dan awas terhadap
binatang buas supaya tidak menerkamnya. Sesorang yang betaqwa akan berhati-hati sekali
menjaga segala perintah Allah, supaya dia tidak meninggalkannya. Hati-hati menjaga larangan
Allah supaya dia tidak melanggarnya, hingga dia dapat selamat hidup dunia dan akhirat.

2.2.2 Ikhlas
Ikhlas adalah perbuatan tanpa pamrih, hanya semata-mata mengharapkan ridha Allah
SWT. Tapi dari pengertian seperti itu kemudian muncul pertanyaan, apakah mengerjakan sesuatu
dengan imbalan tertentu berarti tidak ikhlas ?. dalam menjawab pertanyaan seperti itu ada yang
membagi amalan kedalam dua klasifikasi. Pertama, amal dunia, kedua, amal akhirat. Untuk
amalan duniawi boleh menerima imbalan materi.
Allah SWT memrintahkan kepada kita untuk beribadah kepadanya dengan penuh
keikhlasan dan beramal semata-mata mengharapkan ridhanya. Seseorang tidak akan pernah
sombong jika berhasil dan tidak akan putus asa jika gagal. Seperti kisah Khalid bin Walid sang
jendral panglima perang yang selalu berhasil dalam setiap peperangan. Karena khalifah Umar
ibn Khattab khawatir terjadi pengkultusan terhadap Khalid, beliau segera memberhentikannya
dari jabatan panglima, utnuk kemudian menjadi prajurit biasa. Penurunan status secara drastis
menurut ukuran dunia, tetapiitu tidak merubah sama sekali Khalid. Beliau mengatakan, “saya
berperang bukan karena Umar, tapi karena Allah”. Bagi Khalid tidak ada bedanya berperang
sebagai jendral dengan berperang sebagai prajurit. Masing-masing berjuang sesuai dengan
fungsinya dan sama-sama mengharapkan ridha dari Allah SWT.

2.2.3 Tawakal
Tawakal adalah membebaskan hati dari segala ketergantungan kepada selain Allah SWT.
Tawakal adalah salah satu buah keimanan. Setiap orang yang beriman bahwa semua urusan
kehidupan, dan semua manfaat dan mudharat ada ditangan Allah, akan menyerahkan segala
sesuatunya kepadanya dan akan ridha dengan segala kehendaknya. Dia tidak takut dengan masa
depan , tidak kaget dengan segala kejutan. Hatinya tenang dan tentram. Karena yakin akan
keadilan dan rahmat Allah. Oleh sebab itu islam menetapkan bahwa iman harus diikuti oleh
sikap tawakal.
Tawakal harus diawali dengan kerja keras dan usaha maksimal. Tidaklah dinamai tawkal
kalau hanya pasrah menunggu nasib dambil berpangku tangan tanpa melakukan apa-apa. Sikap
pasrah seperti itu adalah salah satu bentuk kesalahpahaman terhadap hakikat tawakal. Rasulullah
dan kaum muslimin generasi awal telah memberikan contoh bagaimana seharusnya memhami
tawakal. Mereka adalah para pekerja keras dalam berbagai lapangan kehidupan, perdagangan
pertanian, peridustrian, keilmuan dan lain sebagainya. Rasulullah SAW mendorong umatnya
bekerja keras. Beliau selalu berdoa agar dijauhkan dari sifat-sifat lemah dan malas.
Islam memerintahkan kepada umatnya untuk mengikuti sunnatullah tentang hokum sebab
akibat. Usaha harus selalu dilakukan. Perhatikan dalam situasi perang, sewaktu shalatpun kaum
muslimin tidak boleh meninggalkan senjata.

2.2.4 Taubat
Taubat berakar dari kata taba yang berarti kembali. Orang yang bertaubat kepada Allah
SWT adalah orang yang kembali dari sesuatu menuju sesuatu, kembali dari sifat-sifat yang
tercela menuju sifat yang terpuji, kembali dari larangan Allah menuju perintahnya, kembali dari
maksiat menuju taat kembali dari segala yang dibenci Allah menuju yang di ridhainya, kembali
dari yang saling bertentangan menuju yang saling menyenangkan, kembali kepada Allah setelah
meninggalkannya dan kembali taat setelah menentangnya.
Apabila seorang muslim melakukan kesalahan atau kemaksiatan dia wajib segera taubat
kepada Allah SWT.yang dimaksud dengan kesalahan

Das könnte Ihnen auch gefallen