Sie sind auf Seite 1von 9

29 Jurnal Penelitian Pendidikan INSANI, Volume 20, Nomor 1, Juni 2017, hlm.

29-37

PENGEMBANGAN MODEL KEPRIBADIAN KONSELOR EFEKTIF


BERBASIS BUDAYA SIRI’ NA PESSE

Nur Fadhilah Umar


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Coktroaminoto Palopo
Email: fadhila Aulina@yahoo.co.id

Abstract. The purpose of this paper is to study the culture of na pesse series as an ideal counselor
model in a multicultural perspective. Sources of data are drawn from various information relevant to
siri na pesse culture, effective counselor personality, and various literatures relevant to existing
problems. Data analysis technique consists of three that is identifying culture data siri na pesse based
on ideal character of counselor, classifying data and interpretation data. The results show that this
culture can be an effective counselor personality concept in a multicultural perspective. The value of
appasitinajang (simplicity) has implications for the attitude to always be a role model for the
counselee and the environment. The value of Lempu situru (honesty) implies on the genuine attitude
and counselor's confidentiality principle. The value of Reso (hard work) has implications for
unyielding and resilience. The value of Pesse Babua (painful, painful to others) implicates empathy
and unconditional positive regard and the value of toto ia rega implications for the personality
competence of the counselor who believes and cautious to God the Most One.

Abstrak. Tujuan dari tulisan ini adalah mengkaji budaya siri na pesse sebagai model konselor ideal
dalam perspektif multikultural. Sumber data diambil dari berbagai informasi relevan dengan budaya
siri na pesse, kepribadian konselor efektif, dan berbagai literatur yang relevan dengan permasalahan
yang ada. Teknik analisis data terdiri dari tiga yaitu mengidentifikasi data budaya siri na pesse
berdasarkan karakter ideal konselor, mengklasifikasi data dan interpretasi data. Hasil kajian
menunjukkan bahwa budaya siri na pesse dapat menjadi suatu konsep kepribadian konselor yang
efektif dalam perspektif multikultural. Nilai appasitinajang (kesederhanaan) berimplikasi pada sikap
untuk senantiasa menjadi role model bagi konseli dan lingkungannya. Nilai Lempu situru ada tongeng
(kejujuran) yang berimpikasi pada sikap genuine dan asas konfidensialitas konselor. Nilai Reso (kerja
keras) berimplikasi pada sikap pantang menyerah dan reseliensi. Nilai Pesse babua (pedih, perih
kepada orang lain) yang berimplikasi pada sikap empati dan unconditional positive regard
(penerimaan tanpa syarat) dan nilai toto ia rega were (kepercayaan terhadap takdir) yang berimplikasi
pada kompetensi kepribadian konselor yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Kata Kunci: Budaya, Siri na Pesse, Kepribadian Ideal Konselor, Multikultural.

Budaya merupakan pola pikir, sikap, nilai dari satu daerah dengan daerah lain dan dari satu
dan perilaku yang dimiliki bersama oleh etnis dan etnis lainnya maka tentu mempengaruhi
sekelompok orang dan dikomunikasikan dari satu pola pikir dan perilaku individu. Selain itu, tata
generasi ke generasi selanjutnya. Budaya pergaulan individu dalam lingkup keluarga,
merupakan suaut konstruk individual-psikologis tetangga, sekolah dan masyarakat, juga memuat
sekaligus konstruk sosial-makro yang berarti budaya tertentu.
bahwa budaya ada didalam diri setiap individu Konselor sebagai individu memiliki
sekaligus ada sebagai sebuah konstruk sosial budaya dan konseli sebagai individu juga
global (Matsumoto, 2008). Perbedaan budaya memilki budaya. Adanya perbedaan kultural bisa
Nur Fadhilah Umar - Pengembangan Model Kepribadian Konselor Efektif 30

menjadi suatu potensi masalah dalam proses na pesse. Budaya siri na pesse merupakan
konseling jika seorang konselor menafsirkan falsafah hidup manusia Bugis-Makassar yang
perilaku konseli dari latar belakang kulturalnya berperan penting dalam praktek kehidupan
yang berbeda dengan latar belakang kultural sehari-hari. Internalisasi budaya siri na pesse
konseli. menempatkan pribadi-pribadi manusia Bugis-
Salah satu masalah yang dialami dalam Makassar yang unggul, untuh dan tidak terpecah-
proses konseling yang terjadi di Indonesia adalah pecah, yang mengandung nilai-nilai universal
para konselor secara keseluruhan mengacu pada bagaimana seseorang menyadari tentang hakikat
teori-teori barat dalam menilai dan melaksanakan penciptaannya (Syahrul, 2008).
proses konseling termasuk menetapkan Budaya siri na pesse terdiri dari dua kata
kepribadian ideal konselor sendiri. Sedangkan yaitu siri yang berarti rasa bangga dan malu,
secara kultural teori-teori terapeutik barat juga serta kata pesse atau lengkapnya adalah pesse
memiliki kecenderungan budaya yang sangat babua yang berarti ikut merasakan penderitaan
berbeda dengan budaya Indonesia sendiri yang orang lain di dalam perut sendiri yang secara
lebih mengacu pada budaya Asia. umum merupakan bentuk dari sikap empati
Penetapan kepribadian konselor efektif (Pelras, 2006: 251). Model konselor ideal dalam
berdasarkan teori-teori barat menjadi kurang teori person centered therapy oleh Carl rogers
relevan di Indonesia. Salah satu contoh tentang emphatic understanding merupakan
perbedaan antara masyarakat barat dan non barat bentuk dari sikap pesse babua oleh masyarakat
adalah pandangan tentang konsep diri. bugis. Berdasarkan latar belakang diatas maka
Masyarakat Barat cenderung memandang diri penulis akan mengkaji bagaimana konsep budaya
sebagai suatu yang independen berupa siri na pesse sebagai model konselor yang efektif
kemandirian individu sebagai entitas yang dalam perspektif multikultural.
terpisah dan self-contained (terbatas pada diri)
KONSEP BUDAYA SIRI NA PESSE
(Matsumoto, 2008: 32). Sedangkan Konsep diri
pada masyarakat non-barat, khususnya Asia Kata siri’ merupakan unsur yang prinsipil
yang memandang diri sebagai interindependensi dalam diri masyarakat bugis yang memandang
atau saling keterkaitan yang mendasar pada tidak ada satupun nilai yang paling berharga
manusia (Matsumoto, 2008: 33). untuk dibela selain siri’. Siri’ mengandung
Berdasarkan perbedaan tentang diri antara kelestarian, kejujuran, ketaatan kepada orang
budaya barat dan non-barat maka konsep tua, guru, dan pemimpin, kemanusiaan, rasa cinta
konselor yang efektif dan cocok untuk di kasih, semangat senasib sepenanggungan,
Indonesia sendiri juga memiliki karakter yang kebulatan tekad untuk mempertahankan
berbeda pula. Perlu penyesuaian tentang kebenaran dan membasmi kejahatan, ketaatan
bagaimana konsep konselor yang efektif dalam pada hukum yang berlaku, kesediaan berkorban
konseling di Indonesia. Indonesia sendiri untuk mempertahankan kemanusiaan dan
memiliki keanekaragamana budaya yang dapat keadilan, serta ketaatan dan ketakwaan kepada
dijadikan sebagai salah satu model kepribadian Tuhan yang Maha Esa (Darwis & Dilo: 2012).
konselor yang efektif. Sedangkan kata pesse’, secara harfiah bermakna
Salah satu budaya yang dapat dijadikan rasa pedih dan perih yang dirasakan meresap
sebagai model konselor yang efektif di Indonesia kedalam kalbu seseorang karena melihat
terkhusus di Sulawesi Selatan yaitu budaya siri penderitaan orang lain.
31 Jurnal Penelitian Pendidikan INSANI, Volume 20, Nomor 1, Juni 2017, hlm. 29-37

Pesse’ atau lengkapnya adalah pesse babua 2. lempu situru adatongeng atau kejujuran serta
yang berarti ikut merasakan penderitaan orang perkataaan yang benar, sebagai internalisasi
lain di dalam perut sendiri (Pelras, 2006: 251). nilai kejujuran dan menjaga keprcayaan
Pesse merupakan perasaan solidaritas yang orang lain.
dapat berfungsi sebagai alat penggalang 3. Getteng” atau keteguhan pendirian setiap
persatuan, kebersamaan, bahkan dapat juga manusia, bahwa setiap manusia memiliki
menjadi motivasi untuk berusaha kendatipun prinsip hidup yang dijunjung tinggi dan
dalam kondisi memprihatinkan. Selain itu Sugira teguh/setia terhadap pendiriannya.
2007 (dalam Jenny, 2009: 93) mengemukakan 4. reso atau kerja keras sebagai internalisasi
pesse’ yang harfiah berarti pedih mempunyai nilai kegigihan dalam mencapaicita-cita,
nilai sendiri dan selalu mengiringi sikap siri’. pada
Dengan sikap hidup yang berdasarkan pesse, 5. Siri iare ya ieseng pesse babua atau harga
mengembangkan sikap berprikemanusiaan diri, belas kasih atau rasa perih, sebagai
tinggi akan selalu dijunjung tinggi. Sikap internalisasi nilai-nilai kebersamaan,
kemanusiaan dalam pandangan hidup yang kekeluargaan, dan semaagat kebangsaan dan
terkandung tidak terbatas kepada sesama 6. awaraningeng atau keberanian
manusia saja, tetapi juga kepada seluruh 7. Soto iare ya were atau takdir atau nasib
makhluk. Keseimbangan antara sikap siri’ dan sebagai internalisasi nilai ketuhanan, bahwa
sikap pesse’ merupakan satu kesatuan yang tidak tuhan merupakan penentu kebijkan atas
dapat dipisahkan karena keduanya menjadi tolak segala hal yang tidak terlepas dari nilai-nilai
ukur dalam penilaian layak tidaknya seorang religius.
disebut sebagai manusia atau disebut sebagai Konsep budaya siri na pesse memiliki
seddi rupa tau. pappaseng, pappaseng sendiri diartikan sebagai
Manusia atau rupa tau dalam konsep pesan atau petuah-petuah yang diturunkan dari
budaya Bugis-Makassar menggambarkan sosok generasi ke generasi oleh orang tua kepada
manusia yang seutuhnya, dimana seluruh aspek anaknya.
kehidupannya diwarnai oleh nilai-nilai siri’ dan
pesse’ yang dilengkapi dengan ketaqwaan KONSEP KARAKTER IDEAL KONSELOR
kepada Tuhan yang Maha Esa sebagai wujud MENURUT CARL ROGERS
manusia yang beragama (Moein, 1990). Manusia Menurut Rogers karakter ideal konselor
yang baik adalah mereka yang yang berbudi untuk mendorong konseli menuju perubahan
pekerti luhur (yang memiliki siri’) kebenaran- positif harus memiliki sikap genuine (keaslian,
kebenaran ucapannya dapat dipercaya. Tingkah otentik dan tidak palsu), unconditional positif
lakunya, ucapannya, kejujurannya meyakinkan. regard (penerimaan tanpa syarat), dan empati.
Sikap pendiriannya tidak diragukan, karena ia Adapun penjelasan lebih lanjut menurut (Corey,
memiliki falsafah hidup yang kuat dan selalu 2009) yaitu sebagai berikut:
dijunjung tinggi. 1. Congruence or genuine: Konsep kesejatian
Menurut (Abdullah, 1985) 7 ajaran pokok yang dimaksud adalah bagaimana konselor
siri na pesse yaitu sebagai berikut : tampil nyata, utuh, otentik dan tidak palsu.
1. Appasitinajang atau kewajaran sebagai Pendekatan person-centered berasumsi
internalisasi nilai kesederhanaan dalam hidup bahwa jika konselor selaras atau
menunjukkan kesejatiannya dalam
Nur Fadhilah Umar - Pengembangan Model Kepribadian Konselor Efektif 32

berhubungan dengan konseli, maka proses Tuhan yang Maha Esa (Abdullah, 1985). Siri’
konseling bisa berlangsung. dapat dimaknai sebagai kepribadian konselor
2. Unconditional positive regard and yang jujur, respect dan berpegang teguh pada
acceptance: Perhatian tak bersayarat tidak kode etik profesinya.
dicampuri oleh evaluasi atau penilaian Kata pesse’ yang bermakna rasa pedih dan
terhadap pemikiran-pemikiran dan tingkah perih yang dirasakan meresap kedalam kalbu
laku konseli sebagai hal yang buruk atau seseorang karena melihat penderitaan orang lain
baik. Semakin besar derajat kesukaan, (Abdullah, 1985). Pesse dapat dimaknai sebagai
perhatian dan penerimaan hangat terhadap kepribadian konselor yang peka terhadap
konseli, maka semakin besar pula peluang masalah konseli, tanpa adanya kepekaan atau
untuk menunjung perubahan pada konseli. rasa pesse’ terhadap masalah konseli maka
3. Accurate empathic understanding: Empati konselor tidak akan mampu menjadi helper yang
dipandang sebagai sebuah penerimaan baik, bagi konselinya.
terhadap diri konseli secara penuh dari Menurut Sugira (dalam Jenny, 2009: 93)
pengalaman internal klien. Rogers mengemukakan pesse’ (pacce) yang secara
menekankan bahwa konselor harus harfiah berarti rasa pedih mempunyai nilai
membangun pemahaman yang mendalam sendiri dan selalu mengiringi sikap siri’. Dengan
dan akurat tentang kerangka internal diri sikap hidup yang berdasarkan pesse ini,
klien, dimana konselor memberikan tempat mengembangkan sikap berprikemanusiaan
yang penting kepada klien. (George & tinggi akan selalu dijunjung tinggi atau
Cristiani, 1981) pengejawantahan dari sikap unconditional positif
regard dari Rogers. Sikap kemanusiaan dalam
METODE PENULISAN
pandangan hidup yang terkandung tidak terbatas
Jenis tulisan ini bersifat kajian pustaka, kepada sesama manusia saja, tetapi juga kepada
dimana data yang diperoleh disajikan secara seluruh makhluk. Keseimbangan antara sikap
deskriptif. Data diambil dari berbagai informasi siri’ dan sikap pesse’ sebagai satu kesatuan yang
relevan dengan budaya siri na pesse, kepribadian tidak dapat dipisahkan. Adapun ajaran pokok
konselor efektif, dari berbagai literatur yang siri na pesse yang dimanisfestasikan dalam
relevan dengan permasalahan yang ada. bentuk kepribadian konselor yang efektif yaitu :
Kemudian dianalisis sesuai pendekatan yang
1. Appasitinajang
sedang dibahas secara mendalam.
Appasitinajang atau kewajaran sebagai
HASIL DAN PEMBAHASAN
internalisasi nilai kesederhanaan dalam hidup
Penerapan budaya siri na passe dalam (Mattulada, 1990). Gaya hidup berlebihan
kepribadian konselor yang efektif dapat dilihat sebagai lawan kata dari kesederhanaan hidup
dari arti kata siri’ mengandung kelestarian, dianggap akan menimbulkan konflik-konflik
kejujuran, ketaatan, kemanusiaan, rasa cinta diantara masyarakat yang pada akhirnya
kasih, semangat senasib sepenanggungan, menghasilkan ketidakharmonisan. Gaya hidup
kebulatan tekad untuk mempertahankan sederhana ini tercermin mulai dari cara
kebenaran dan membasmi kejahatan, ketaatan berpakaian, cara berkomunikasi, cara
pada hukum yang berlaku, kesediaan berkorban menyambut tamu dan sampai pada bentuk dan
untuk mempertahankan kemanusiaan dan tatanan ruang/hunian(Heryati, 2008). Jika sikap
keadilan, serta ketaatan dan ketakwaan kepada appasitinajang diterapkan dalam karakter
33 Jurnal Penelitian Pendidikan INSANI, Volume 20, Nomor 1, Juni 2017, hlm. 29-37

konselor ideal maka seorang konselor hendaknya bertentangan dengan kata-kata yang pernah
mencerminkan sikap kesederhanaan hidup, dan diucapkan. "(Enre & Fachruddin: 1985).
menjadi role model bagi lingkungan dan Pesan yang disampaikan dalam Pappaseng
konselinya. Konsep guru sebagai role model menyiratkan bahwa jujur tidak mudah
dapat dilihat dalam teori belajar sosial Bandura memutuskan sesuatu, tapi ia akan mengamati
(Lehman & Geller, 2004). Konselor adalah guru terlebih dahulu sebelum melakukan. Sebuah jujur
dan role model bagi konseli. Menurut Lehman & orang tidak menerima barang suap, dan tidak
Geller (2004) setiap anak akan mecontoh apa melanggar kata yang pernah diucapkan. Sikap
yang mereka lihat. Disini Konsep budaya lempu situru adatongeng adalah nilai budaya
appasitinajang memberikan konsep bahwa bugis yang merupakan kemampuan dasar
kesederhanaan dan kewibawaan seorang konselor yang memberikan fungsi terapeutik
konselor mendorong konseli meniru apa yang yang menyembuhkan seperti pada teori person
mereka lihat dan diharapkan bahwa konseli dapat centered dari Rogers.
meniru perilaku konselor dan mengembangkan Selanjutnya, ide kejujuran juga dinyatakan
sikap-sikap kesederhanaan yang menjadi nilai dalam Pappaenna Untuk Maccaé ri Luwu Ambo
budaya yang secara universal dianut di Enre dalam (Syamsudduha, dkk, 2014). Ada
Indonesia. delapan karakteristik kejujuran: Menempatkan di
atas, sesuatu yang layak di atas. Menempatkan di
2. Lempu situru adatongeng bawah, sesuatu yang layak di bawah.
Menempatkan di sebelah kanan, sesuatu yang
Lempu situru adatongeng atau kejujuran
layak di sebelah kanan. Menempatkan di sebelah
serta perkataaan yang benar, menjaga keprcayaan
kiri, sesuatu yang layak di sebelah kiri.
orang lain dan sikap keaslian apa yang dikataklan
Menempatkan dalam, sesuatu yang layak dalam.
sama dengan yang ada di hati (Mattulada, 1990).
Menempatkan luar, sesuatu yang layak di luar.
Lempu situru ada tonging merupakan
Menempatkan belakang, sesuatu yang layak di
pwengejawantahan dari sikap genuine dari
belakang. Menempatkan di depan, sesuatu yang
Rogers. Menurut Patterson (1985) bahwa sikap
layak di depan. Pappaseng diatas menyampaikan
genuine adalah sikap terapis yang asli "nyata,"
pesan bahwa kejujuran adalah hakim sesuatu
terbuka, jujur, tulus, berkata, asli, atau,
secara objektif. Kejujuran juga berarti
transparan.
menempatkan sesuatu sesuai dengan posisinya,
Berdasarkan pappaseng bugis menegenai
dan menyelesaikan masalah secara adil dan
lempu situru ada tongeng yaitu “Naiya
bijaksana (Syamsudduha, dkk, 2014).
appongenna lempuqé tellunrupai. Seuwana,
Implikasi dari sikap lempu dan pappaseng
iyapa nqapoadai kadopi molai. Maduwanna,
diatas dalam kepribadian konselor Indonesia
iyapa napogauk-i kadopi lewuriwi ri munripi
sejalan dengan Permendiknas No. 27 tahun 2008
tau-é. Matellunna, tennaenrekie waramparang ri
mengenai kkompetensi ke[pribadian konselor
palolok, tennassakkarenngi ada-ada
Indonesia yang menunjukkan integritas dan
maddiolona" yang berarti bahwa ada tiga hal
stabilitas kepribadian yang kuat berupa perilaku
yang menjadi dasar kejujuran; Pertama,
yang terpuji (seperti berwibawa, jujur, sabar,
mengatakan ketika mau melakukan. Kedua,
ramah, dan konsisten).
melaksanakan dan mampu menanggung risiko.
Sikap konsisten merupakan bentuk dari
Ketiga, tidak menerima barang suap, dan tidak
sikap lempu situru ada tongeng sebagai bentuk
Nur Fadhilah Umar - Pengembangan Model Kepribadian Konselor Efektif 34

pengenjawantahan bahwa konselor harus Ada juga pappaseng ditemukan dan sangat
memiliki integritas tinggi dalam menjunjung populer di kalangan Bugis, sebagai Résopa
kode etik profesinya. Menurut (Wester, 2007) temmanginngi. Namalomo nalétéi Pammasé
Integritas adalah "kepatuhan terhadap aturan, Dewata. Bermakna hanya dengan kerja keras,
peraturan, pedoman, dan kode etik profesional dapat menjadi jalan untuk mendapatkan belas
yang diterima secara umum atau norma atau kasih dari Tuhan. Pappaseng yang
"memiliki dan teguh berpegang pada prinsip- menyampaikan pesan bahwa ketekunan dan kerja
prinsip moral yang tinggi dan standar keras terus menjadi awal dari kesuksesan.
profesional. Dalam implikasi di bidang Implikasi dalam kepribadian konselor adalah
bimbingan dan konseling konselor harus untuk menjadi konselor yang professional harus
memegang teguh kode etik profesi konselor dibarengi dengan sikap pantang putus asa,
sebagai norma, aturan dalam menjalankan kerja- kesabaran, dan bekerja tanpa pamrih dan
kerja profesinya. ketulusan.
Terdapat pula pappaseng (pesan) yang
3. Reso
menjelaskan bagaimana seseorang hendaknya
Reso atau kerja keras sebagai internalisasi memiliki etos kerja yang tinggi berupa matukpae
nilai kegigihan dalam mencapai cita-cita bajapae temappappura jama jamang yang berarti
(Mattulada, 1990). Implikasi pada kepribadin bahwa pekerjaan itu hendaknya tidak ditunda-
konselor berisi tentang pokok pandangan bahwa tunda jika tidak ada rintangan besar yang
seorang konselor harus bekerja keras menghambatnya, pekerjaan yang sering tertunda
mengembangkan kompetensi dan akan menimbulkan kerugian dilain waktu.
profesionalitasnya. Konselor sebagai profesi Implikasi pada kepribadian konselor adalah nilai
harus senantiasa berlatih mengembangkan reso menggambarkan tentang bagaimana seorang
kompetensi professional konselor dan konselor hendaknya memiliki sikap reseliensi
kepribadian sebagai seorang terapis. dan self-regulated learning.
Menurut Brown & Lent (2008) kompetensi
4. Siri iare ya ieseng pesse babua
profesional konselor harus diatasi melalui
pembelajaran seumur hidup. Berdasarkan Siri iare ya ieseng pesse babua atau
perdapat Brown dan Lent maka seorang konselor harga diri, belas kasih atau rasa perih kepada
harus bekerja keras dan terus belajar orang lain, empati dan sebagai internalisasi nilai-
mengembangkan komptensinya mencapai nilai kebersamaan (Mattulada, 1990). Nilai pesse
konselor yang professional. Pendapat Bwon dan merupakan perwujudan sikap unconditional
lent ini sejalan dengan pappaseng (pesan) bahwa positive regard (penerimaan tanpa syarat)atau
“Pura babbara sompekku. Pura gucciri gulingku. acceptance dan sikap empati oleh konselor
Ulebbirenngi tellenngé natowalié”. Pappaseng kepada konseli dalam teori person centered
ini bermakna bahwa 'Layar saya telah therapy dari Carl Rogers.
terkembang, saya telah memasang kemudi, Menurut (Ahmed, Wilson, Hendriken &
Daripada kembali saya lebih baik memilih Jones, 2011) konselor didorong untuk
tenggelam. Amir (Syamsudduha, dkk, 2014). menghormati dan menerima konseli apa adanya
Sifat tidak pernah mundur, dan tidak pernah tanpa men-judge. Agar mendapatkan
menyerah jika ingin mencapai sesuatu yang kepercayaan konseli, konselor hendaknya
dijelaskan dalam pappaseng tersebut. menunjukkan sikap unconditional positive
regard dengan belajar mengenai diri mereka
35 Jurnal Penelitian Pendidikan INSANI, Volume 20, Nomor 1, Juni 2017, hlm. 29-37

sendiri. budaya baru, dan belajar lebih banyak agama yang dianut oleh setiap warga Negara
tentang keyakinan mereka dan nilai-nilai dari termasuk konselor.
orang-orang di sekitar mereka. Acceptance Tujuan pendidikan nasional UU No 20
mendorong komunikasi lebih terbuka, membuat tahun 2003 bahwa pendidikan adalah usaha sadar
orang lain merasa didengar dan diterima dan dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
tidak dihakimi, (Merrill, 2008). dan proses pembelajaran agar peserta didik
Konsep nilai siri iare ya ieseng pesse secara aktif mengembangkan potensi dirinya
babua (rasa perih, belas kasih) juga untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
mengajarkan konsep empati. Menurut (Hojat, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
dkk: 2002) empati melibatkan kognitif serta akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
afektif atau emosional. Konsep ini lebih kepada dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
hubungan afektif berupa “belas kasih" untuk Berdasarkan UU No 20 tahun 2003 maka
menggambarkan kepedulian. Konsep pesse ini seorang konselor hendaknya membangun
sesuai dengan pappaseng bugis “Rebba internalisasi nilai keagamaan yaitu beriman dan
sipatokkong. Maliq siparappé. Malilu bertakwa kepada Tuhan YME dalam dirinya
sipakainge”. Bermakna: “Jatuh saling sendiri dan kepada peserti didik untuk mencapai
menegakkan, Hanyut saling tersangkut, Salah tujuan pendidikan nasional.
saling memperingati satu sama lain. Mattalitti Menurut konsep konseling multikultural
(Syamsudduha, dkk, 2014). Pappaseng budaya dan spiritualitas merupakan bagian yang
menyampaikan pentingnya saling mendukung. tidak bisa dipisahkan, ada faktor penyembuh
Hal ini mengingatkan satu sama lain jika ada dalam spiritualitas manusia, (Lee,dkk: 2009).
yang melakukan kesalahan. Implikasi dalam Sebagai konselor, dalam kaitannya dengan
kepribadian ideal konselor adalah sikap empati proses konseling, harus bekerja ke arah yang
yang ditunjukkan tidak hanya dalam proses mendukung kesehatan dan penyembuhan, aspek
konseling namun juga dalam kolega dan spiritual disertakan karena koneksi dalam
lingkungannya. konseling mendukung kesejahteraan dan
penyelesaian masalah konseli (Lee,dkk, 2009).
5. Toto iare ya were
Toto iare ya were atau takdir atau nasib KESIMPULAN
sebagai internalisasi nilai ketuhanan, bahwa Konselor sebagai individu memiliki budaya
tuhan merupakan penentu kebijkan atas segala dan konseli sebagai individu juga memilki
hal yang tidak terlepas dari nilai-nilai religius, budaya. Perbedaan kultural sering menjadi suatu
dan kepatuhan terhadap agama (Abdullah, 1985). potensi masalah dalam proses konseling.
Menurut Permendiknas No. 27 tahun 2008 Permasalah yang terjadi dalam proses konseling
tentang konpetensi professional konselor, maka di Indonesia adalah para konselor secara
kopetensi kepribadian yang pertama adalah keseluruhan mengacu pada teori-teori barat
konselor wajib beriman dan bertakwa kepada dalam menilai dan melaksanakan proses
Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini yang konseling termasuk menetapkan kepribadian
membedakan kompetensi konselor di Barat yang ideal konselor sendiri. Sedangkan secara kultural
tidak mengkhususkan kompetensi konselor teori-teori terapeutik barat juga memiliki
mengenai agama. Sehingga, tidak relevan dengan kecenderungan budaya yang sangat berbeda
kondisi di Indonesia yang mewajibkan adanya dengan budaya Indonesia sendiri yang lebih
Nur Fadhilah Umar - Pengembangan Model Kepribadian Konselor Efektif 36

mengacu pada budaya Asia. Sehingga penetapan Konseling Dalam Jalur Pendidikan
kepribadian konselor efektif berdasarkan teori- Formal . Bandung. ABKIN.
teori barat menjadi kurang relevan di Indonesia. Corey. G. 2009. Theory and Practice of
Salah satu budaya yang dapat dijadikan Counseling and Psychotherapy, Eighth
sebagai model konselor yang efektif di Indonesia Edition. USA: Thomson Brooks
terkhusus di Sulawesi Selatan yaitu budaya siri Brown, S.D & Lent, R.W (ed). 2008. Hanbook
na pesse. Adapun nilai budaya siri na pesse Of Psychology Counseling (4ed). New
dalam model kepribadian konselor yang efektif Jersey: Jhon Wiley Sons
yaitu: (1) Nilai appasitinajang (kesederhanaan) Constable, E. G., Kreider, T. B., Smith, T. F., &
berimplikasi pada sikap untuk senantiasa menjadi Taylor, Z. R. (2011). The confidentiality
role model bagi konseli dan lingkungannya. (2) of a confession: A counseling intern’s
Nilai Lempu situru ada tongeng (kejujuran) yang ethical dilemma.(online)
berimpikasi pada sikap genuine, asas http://counselingoutfitters.com/
vistas/vistas11/Article_37.pdf
konfidensialitas. (3) Nilai Reso (kerja keras)
berimplikasi pada sikap pantang menyerah dan Darwis, R & Usman, D. 2012. Implikasi Falsafah
reseliensi. (4) Nilai Pesse babua (pedih, perih Siri’ na pacce Pada masyarakat Suku
Makassar Kabupaten Gowa : Jurnal
kepada orang lain) yang berimplikasi pada sikap
Al-Harakah Vol 14 No.2.
empati dan unconditional positive regard (online).http://ejournal.uin-
(penerimaan tanpa syarat) dan (5) nilai toto ia malang.ac.id/index.php/infopub/article
rega were yang berimplikasi pada kompetensi /view/2317
kepribadian konselor yang beriman dan bertakwa Enre, A & Fachruddin.1985. Pappasenna to
kepada tuhan yang maha esa. Maccaé ri Luwuq sibawa Kajao
Konsep yang digambarkan diatas Laliddong ri Boné. Ujung Pandang:
merupakan sebuah model kepribadian konselor Depdikbud, Proyek Penelitian dan
yang dianggap efektif dalam konteks budaya Pengkajian Kebudayaan Sulawesi
Indonesia. Diharapkan bahwa ini menjadi upaya Selatan La Galigo.
dalam mengembangkan model-model konseling Gregoire, M & Christin. M.J. 2007. Counselors
multicultural berbasis budaya nusantara. Companion. New jersey: Lawrence
Erlbaum Associates Publishers
DAFTAR PUSTAKA
Griffin, Grainne. 2002. Ethical Framework for
Abdullah, H. 1985. Manusia Bugis Makassar: Good Practice in Counselling &
Suatu Tinjauan Historis terhadap Pola Psychotherapy : British Association
Tingkah Laku dan Pandangan Hidup for Counselling and Psychotherapy.
Manusia Bugis. Jakarta: Intidayu (online). Diakses pada tanggal 12
Maret 2017.
Ahmed, S., Wilson, K.B.,. Henriksen, R.C &
Janet,W.W., 2011 . What Does It Hojat, M., Gonnella,J.S., Nasca,T.J., Mangione,
Mean to Be a Culturally-Competent S.,Vergare, M & Magee, M. 2002.
Counselor?. Journal for Social Action Physician Empathy: Definition,
in Counseling and Psychology Volume Components, Measurement, and
3, Number 1 . South Florida Relationship to Gender and Specialty :
Journal of Am J Psychiatry .(online)
Assosiasi Bimbingan dan Konseling. 2007.
http://psychiatryonline.org/data/Journa
Penataan Pendidikan Professional
ls/AJP/3740/1563.pdf
Konselor Dan Layanan Bimbingan Dan
37 Jurnal Penelitian Pendidikan INSANI, Volume 20, Nomor 1, Juni 2017, hlm. 29-37

Heryati. 2008. Menguak Nilai-nilai Tradisi Pada Moein M.G. A. 1990. Menggali Nilai-Nilai
Rumah Tinggal Masyarakat Ammatoa- Budaya Bugis-Makassar dan Sirik na
Tanatoa Kajang di Sulawesi Selatan. Pacce. Ujung Pandang: Mapress.
(Online). respository.ung.ac.id/
Patterson, C. H. 1985. Therapeutic Genuinness :
Jenni, J,J, 2009. Perspektif Nilai Budaya The Therapeutic Relationship.
Masyarakat Bugis Dalam Penerapan (online).
Corporate Social Rsponsibility dan http://www.sageofasheville.com/pub_d
perkembangan konsepsi Ilmu ownloads/THERAPEUTIC_GENUIN
Akutansi. Skripsi Jurusan Fakutas Ilmu ENESS.pdf
Akuntansi. Universitas Hasanuddin
Perlas. C. 2006. Manusia Bugis. Jakarta: Forum
(online).
Jakarta Paris (Terjemahan)
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/
handle/123456789/2841/ISI%20SKRI Syamsudduha., Kamaruddin., Hanafi, H & Tang,
PSI.pdf?sequence=2 M.R. 2014. Educational Value and
Character in Pappaseng Bugis
Kahar, Abdul. Triyuwono, Iwan. Irianto, Gugus,
(Buginese Message). Journal of
& Ludigdo, Unti. 2013.Management
Language Teaching and Research,
Control Systems Concept Construction
Vol. 5, No. 5, pp. 1092-1102. Finland:
Of "Pangngadereng" Based On Local
Academi Publisher
Wisdom Values : IOSR Journal of
Business and Management, Volume 8, Syahrul, Muhammad. 2008. Nilai-Nilai
Issue 2. (online) www.iosrjournals.org pasang ri Kajang Dalam Kaitannya
Lehman, P.K & Geller, E. S. (2004). Behavior Dengan Bimbingan Konseling. FIP
Analisys And Environment Protection : UNM (tidak diterbitkan)
Accomplisment and Pottential For Wester, Kelly L. 2007. Teaching Research
More: Journal of Behavior and Social
Integrity in the Field of Counseling
Issues, 13. (online)
http://onlinelibrary.wiley.com/journal
: Counselor Education &
Supervision, Vol. 46, p.199-211.
Lee, Courtland. C. et al. 2009. Element of
Culture of Counseling. New Jersey :
Upper Saddle
McDougal, 2002. Rogers’s Person-Centered
Approach: Consideration for Use in
Multicultural Counseling : Journal of
Humanistic Psychology.
Matsumoto, D. 2008. Pengantar Psikologi Lintas
Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
(Terjemahan)
Mattulada. 1990. Sawerigading., Foktale
Sulawesi. Jakarta: Direktorat Sejarah
dan Nilai Tradisional, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Merril, C. 2008. Carl Rogers and Martin Buber
in Dialogue: The Meeting of Divergent
Paths : The Person-Centered Journal
Vol : 15 Number 1-2.

Das könnte Ihnen auch gefallen