Sie sind auf Seite 1von 17

Definisi Kanker Kandung Kemih

Tumor jinak dan ganas dapat berkembang pada permukaan dinding kandung kemih atau
tumbuh di dalam dinding dan dengan cepat menyerang otot di bawahnya. Sekitar 90% kanker
kandung kemih merupakan karsinoma sel transisional, berasal dari
epitel transisional dari membran mukosa. Tumor kandung kemih paling sering terjadi pada orang
lanjut usia yang berusia lebih dari 50 tahun, dan lebih sering terjadi pada pria dibanding wanita,
serta di area industri dengan penduduk padat.

Kanker kandung kemih adalah kanker non agresif yang muncul pada lapisan sel transisional
kandung kemih. Kanker ini sifatnya kambuh. Dalam kasus yang lebih sedikit, kanker kandung
kemih ditemukan menginvasi lapisan lebih dalam dari jaringan kandung kemih. Dalam kasus ini,
kanker cenderung lebih agresif. Paparan zat kimia industri (cat, tekstil), riwayat penggunaan
cyclophosphamide, dan merokok meningkatkan resiko kanker kandung kemih. Kanker
kandung kemih (karsinoma buli-buli) adalah kanker yang mengenai kandung kemih
dan kebanyakan menyerang laki-laki.

Kanker kandung kemih lebih sering ditemukan pada pasien-pasien yang berusia di atas
50 tahun dan lebih banyak mengenai laki-laki daripada wanita (3:1).

Ca kandung kemih merupakan 2% dari seluruh keganasan dan merupakan keganasan kedua
terbanyak pada sistem urogenital setelah karsinoma prostat. Tumor ini dua kali lebih
sering menyerang pria daripada wanita. Dan angka kejadiannya meningkat pada daerah industri.

Tumor ganas kandung kemih adalah karsinoma sel transisional dan 10% adalah ca skuamosa dan
jarang sekali adenokarsinoma yang berasal dari jaringan urakus. Didaerah sistoma dapat
menyebabkan kanker skuamosa. Kanker kandung kemih dapat kapiler, noduler, ulseratif atau
infiltratif. Derajat keganasan ditentukan oleh tingkat deferensiasi dan penetrasi ke dalam dinding
atau jaringan sekitar kandung kemih. Epitel transisional terdiri dari 4-7 lapisan sel epitel ketebalan
lapisan tergantung dari tingkat distensi kandung kemih. Adapun yang berperan dalam maslah ini
adalah sel basal, sel intermediate, sel superficial, inilah yang akan menutupi sel intermediate,
bergantung pada apakah kandung kemih dalam keadaan distensi atau tidak.

2.3.3 Etiologi dan Faktor Resiko Kanker Kandung Kemih

Ada 3 hal penyebab terjadinya karsinoma,, yaitu:

1. Host
a. Genetik
Keluarga yang memiliki riwayat kanker kandung kemih maupun kanker lain
seperti kanker kolon dan kanker ginjal (RCC) akan menimbulkan resiko kanker
kandung kemih.
b. Life style
Mengkonsumsi makanan yang mengandung 4P (Pemanis, pewarna,
pengawet, penyedap rasa)
Merokok selama bertahun-tahun memiliki resiko lebih
tinggi daripada orang yang tidak merokok atau orang yang merokok dalam
jangka waktu yang pendek. Rokok mengandung bahan karsinogen berupa
amin aromatic dan nitrosamine.
Sering mengkonsumsi kopi dalam jangka waktu lama c.
Riwayat Penyakit Sekarang
Infeski saluran kemih, ca colon, ca rnal, ca prostat, ca rectum.
d. Obat atau tindakan (cytoksan dan cyclofosfamid). Orang yang
pernah
mendapatkan pengobatan kanker dengan obat-obatan tertentu seperti
cyclophosphamide akan meningkatkan resiko kanker kandung kemih. Juga orang
yang pernah mendapatkan terapi radiasi di abdomen atau panggul akan
memiliki resiko.

2. Agent
Invasi kuman (parasit: schistozomiasis yang terdapat pada siput).
3. Environment
Berhunbungan dengan pekerjaan di pabrik kimia (terutama cat), pabrik rokok, penyamak
kulit dan pekerja salon karena sering terpapar oleh bahan karsinogen (senyawa ain
aromatic: 2 naftilamin, bensidin dan 4 aminobifamil).
Faktor Resiko kanker kandung kemih, antara lain: (Lyndon 2014)
 Para pekerja di pabrik kimia (terutama cat), laboratorium pabrik korek api, tekstil,
pabrik kulit dan pekerja salon karena sering terpapar oleh bahan karsinogen
(senyawa ain aromatic: 2 naftilamin, bensidin dan 4 aminobifamil).
 Perokok aktif karena rokok mengandung bahan karsinogen berupa amin
aromatic dan nitrosamine.
 Infeksi saluran kemih seperti E-coli dan proteus sp yang menghasilkan nitrosamine
sebagai zat karsinogen.
 Sering mengkonsumsi kopi, pemanis buatan yang mengandung sakarin dan siklamat,
serta pemakaian obat-obatan siklofosfamid melalui intravesika,
fenasetin,opium, dan antituberkulosis INH dalam jangka waktu lama.
Kanker kandung kemih memiliki beberapa faktor resiko termasuk interaksi antara latar
belakang genetik dan faktor lingkungan dan merokok adalah faktor resiko utama pemicu kanker
kandung kemih (Cohen, et al., 2000 dalam Rouissi, et al., 2011), dan bertanggung jawab atas 50%
kasus pada pria dan 35% pada wanita (Zeegers,et al., 2000 dalam Rouissi, et al., 2011). Asap
rokok mengandung sejumlah xenobiotics termasuk oksidan dan radikal bebas, sehingga asap
rokok dapat menurunkan serum dan folat sel darah merah dalam darah dan antioksidan vitamin
B12 (Maninno, et al., 2003; Tungtrongchitr, et al., 2003 dalam Rouissi,et al., 2011). Sebagai
tambahan laporan mengindikasikan bahwa konsentrasi total plasma homocysteine lebih tinggi
pada perokok daripada non perokok (Lwin, et al.2002; Saw, et al., 2001 dalam Rouissi. et al.,
2011). Penemuan-penemuan ini menunjukkan bahwa fungsi polimorfisme pada gen terlibat dalam
metabolisme folat dan tingkat serum dari vitamin B12 memiliki peranan penting dalam
perkembangan karsinogenesis kanker.
Bagaimanapun juga, peneliti yakin bahwa orang-orang dengan faktor resiko tertentu akan
memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk terpapar kanker kandung kemih. Penelitian menemukan
bahwa faktor-faktor berikut beresiko terhadap munculnya kanker kandung kemih (National Cancer
Institute 2010):
Merokok
Merokok merupakan faktor resiko utama untuk kanker kandung kemih.
Merokok merupakan penyebab utama dari beberapa kasus kanker kandung kemih.
Orang yang merokok selama bertahun-tahun memiliki resiko lebih tinggi daripada orang
yang tidak merokok atau orang yang merokok dalam jangka waktu yang pendek.
Bahan-bahan kimia di tempat kerja
Orang-orang tertentu memiliki resiko lebih tinggi karena bahan kimia
penyebab kanker di tempat mereka bekerja. Pekerja di industri pewarnaan, karet, kimia,
logam, tekstil,dan bulu, akan memiliki resiko terkena kanker kandung kemih. Resiko
lain juga muncul pada penata rambut, masinis, pekerja printer, pengecat, dan supir
truk.
Riwayat kanker kandung kemih
Orang-orang yang memiliki riwayat kanker kandung kemih memiliki
kemungkinan untuk kembali memiliki penyakit yang sama.
Pengobatan kanker tertentu
Orang yang pernah mendapatkan pengobatan kanker dengan obat-obatan
tertentu seperti cyclophosphamide akan meningkatkan resiko kanker kandung kemih.
Juga orang yang pernah mendapatkan terapi radiasi di abdomen atau panggul akan
memiliki resiko.
Arsenik
Arsenik merupakan suatu racun yang mampu meningkatkan resiko kanker
kandung kemih. Dibeberapa bagian dunia, kadar arsenik mungkin
ditemukan tinggi pada air minum.
Riwayat keluarga dengan kanker kandung kemih
Keluarga yang memiliki riwayat kanker kandung kemih maupun kanker lain
seperti kanker kolon dan kanker ginjal (RCC) akan menimbulkan resiko kanker
kandung kemih.
Infeksi
Infeksi kronis saluran kencing dan infeksi dari parasit. Haematobium juga
dikaitkan dengan peningkatan resiko kanker kandung kemih, seringnya
pada karsinoma sel skuamosa. Inflamasi kronis juga diperkirakan memainkan
peran penting pada proses karsinogenesis pada kasus ini.
2.3.4 Klasifikasi Stadium Kanker Kandung Kemih

Klasifikasi Duke-Masina, Jewett dengan modifikasi Strong-Marshal untuk menentukan operasi


atau observasi (Jiang & Lizhong 2008)
Jenis histology yang terbanyak adalah karsinoma sel transisional (90 %), sedangkan jenis lain
yaitu karsinoma sel skuamosa (5-10%), mixed carcinoma (4-6 %), adenoma (<2%), undifferentiated
carcinoma dan sangat jarang dijumpai adalah adenoma, tumor karsinoid, karsinosarkoma,
melanoma, feokromositoma, limfoma, koriokarsinoma, hemangioma, sarcoma osteogenik dan
miosarkoma. IV. Patofisiologi. Sel tumor transisional invasi ke dinding kandung kemih. Invasi ke
lamina propia dan merusak otot sebelum masuk ke lemak perivesikal dan organ lain
lainnya. Penyebaran secara hematogen atau limfatogenous menunjukkan metastasis
tumor pada kelenjar limfe regional, paru, tulang dan hati.
Stadium (staging) tumor kandung kemih penting untuk menentukan program pengobatan.
Klasifikasiny adalah ssebagai berikut :

T= Pembesaran local tumor primer, ditentukan melalui: Pemeriksaan


klinis, uroghrafy, cystoscopy, pemeriksaan bimanual di bawah
Anestesi umum dan biopsy atau trans urethral reseksi.

Tis Carcinoma in situ (pre invasive Ca)


TX Cara pemeriksaan untuk menetapkan penyebaran tumor, tak dapat

T0 Tanda-tanda tumor primer tidak ada


45
T1 Pada pemeriksaan bimanual didapatkan massa yang bergerak
T2 Pada pemeriksaan bimanual ada indurasi daripada dinding buli-buli
T3 Pada pemeriksaan bimanual indurasi atau massa nodular yang
bergerak bebas dapat diraba di buli-buli
T3a Invasi otot yang lebih dalam
T3b Perluasan lewat dinding buli-buli
T4 Tumor sudah melewati struktur sebelahnya
T4a Tumor mengadakan invasi ke dalam prostate, uterus vagina
T4b Tumor sudah melekat pada dinding pelvis atau infiltrasi ke dalam
abdomen
N = Pembesaran secara klinis untuk pembesaran kelenjar limfe,
pemeriksaan klinis, lympgraphy, urography, operative

NX Minimal yang ditetapkan kel.Lymfe regional tidak dapat ditemukan


N0 Tanpa tanda-tanda pembesaran kelenjar lymfe regional
N1 Pembesaran tunggal kelenjar lymfe regional yang homolateral
N2 Pembesaran kontra lateral atau bilateral atau kelenjar lymfe regional

N3 Masa yang melekat pada dinding pelvis dengan rongga yang

N4 Pembesaran kelenjar lymfe juxta regional


M=Metastase jauh termasuk pembesaran kelenjar limfe yang jauh,
Pemeriksaan klinis ,thorax foto,dan test biokimia

MX Kebutuhan cara pemeriksaan minimal untuk menetapkan adanya

M1 Adanya metastase jauh


M1a Adanya metastase yang tersembunyi pada test-test biokimia
M1b Metastase tunggaldalam satu organ yang tunggal
M1c Metastase multipledalam satu terdapat organ yang multiple
M1d Metastase dalam organ yang multiple

Gambar 6. Klasifikasi Stadium (Nursalam 2009)


2.3.5 Patofisiologi Kanker Kandung Kemih

Kanker kandung kemih terjadi karena beberapa faktor yaitu, usia Kanker kandung kemih lebih
sering terjadi pada usia di atas 50 tahun dan angka kejadian laki-laki lebih besar daripada
perempuan. Usia dapat menyebabkan imunitas seseorang turun sehingga rentan terpapar oleh
radikal bebas, selain itu lifestyle seperti kebiasaan merokok dan bahan-bahan karsinogenik seperti
pabrik jaket kulit bagian pewarnaan. Kedua faktor ini akan masuk ke dalam sirkulasi darah
daan masuk ke dalam ginjal yang selanjutnya terfiltrasi di glomerulus. Radikal
bebas bergabung dengan urin secara terus menerus dan masuk ke kandung kemih.
Selanjutnya terjadi stagnasi radikal bebas, radikal bebas mengikat elektron DNA dan
RNA sel transisional sehingga terjadi kerusakan DNA. Apabila terjadi kerusakan DNA maka tubuh
akan malukan perbaikan DNA jika berhasil maka sela akan kembali normal, jika tidak maka akan
terjadi mutasi pada genom sel somatik. Mutasi dari genom sel somatik ada 3 hal yang terjadi
pertama adalah pengaktifan onkogen pendorong pertumbuhan, kedua perubahan gen yang
mengandalikan pertumbuhan dan yang terakhir adalah pengnonaktifan gen supresor kanker.
Ketiga hal tersebut mengakibatkan produksi gen regulatorik hilang. Selanjutnya terjadi replikasi
DNA yang berlebih. Akhirnya terjadi kanker pada kandung kemih.

Tumor urothelial, lebih dari 90% adalah karsinoma sel transisional. Namun, sampai
dengan 5% dari kandung kemih berasal dari sel skuamosa dan 2% adalah adenokarsinoma.
Nonurothelial tumor kandung kemih primer sangat langka dan mungkin termasuk karsinoma sel
kecil, carcinosarcoma, limfoma primer, dan sarcoma
2.3.6 Manifestasi Klinik Kanker Kandung Kemih

Manifestasi Klinis pada kanker kandung kemih, antara lain:

1) Lokal
a) Obstruktif
Kencing sedikit: sebagai akibat dari tumbuhnya tumor yang menutup aliran menuju
uretra.
Hematuria: massa tumor memiliki sifat mudah ruptur dan sifat urin adalah asam
yang akan mengikis tumor tersebut sehingga akan terjadi bleeding dan dikeluarkan
melalui urin.
Pancaran melemah: karena adanya obtruksi sehingga kencing menjadi sedikit
dan mengakibatkan pancaran melemah.
b) Iritatif
Frekuensi: terjadi peningkatan frekuensi karena adanya retensi urine
dan pengisian kandung kemih secara kontinyu.
Urgensi
Nocturia ( jarang )
Urge incontinensia
Disuria
2) Sistemik
Anemia: sebagai akibat dari adanya hematuria sehingga tubuh kekurangan Hb.
Hiperventilasi : karena tidak adanya Hb yang mengikat O2 sehingga mengakibatkan sesak
napas.
Hipertensi: karena adanya gangguan pada fungsi ginjal sehingga mengakibatkan aldosteron
terganggu, pembuluh darah menjadi vasokonstriksi sehingga muncul hipertensi.
Oedema: karena adanya gangguan pada renin angiotensin yang berdampak
pada pompa Na dan K, kemudian Na tidak dapat keluar sehingga mengikat banyak air yang
mengakibatkan oedema.
Manifestasi klinis dari kandung kemih, antara lain:
Hematuria
Hematuria dapat dibagi menjadi hematuria intermiten atau penuh,
dan dapat dinyatakan sebagai hematuria awal atau terminal hematuria, sebagian dari
pasien kanker kandung kemih akan ada pembuangan gumpalan-gumpalan darah dan
bangkai-bangkai busuk.
Iritasi kandung kemih
Tumor terbentuk di trigonum kandung kemih, lingkup patologi meluas atau
saat terjadi infeksi dapat menstimulasi sampai ke kandung kemih sehingga
menyebabkan fenomena sering buang air kecil dan urgen.
Gejala obstruktif saluran kemih
Tumor yang lebih besar, tumor pada leher kandung kemih dan penyumbatan
gumpalan darah akan menyebabkan buang air bahkan sampai retensi urin.
Infiltrasi tumor ke dalam lubang saluran kemih dapat menyebabkan obstruksi saluran
kemih, sehingga menimbulkan nyeri pinggang, hidronefrosis dan fungsi ginjal
terganggu.
Gejala metastase
Invasi tumor stadium lanjut sampai ke jaringan kandung kemih sekitarnya, organ
lain atau metastasis kelenjar getah panggulsimpul, akan menyebabkan nyeri di daerah
kandung kemih, uretra fistula vagina, dan edema ekstremitas bawah, metastasis sampai
organ yang lebih jauh, nyeri tulang dan cachexia.
2.3.7 Pemeriksaan Diagnostik Kanker Kandung Kemih

Pemeriksaan diagnostik yang bisa dilakukan, antara lain:

1) Palpasi Bimanual
Yaitu per reto-abdominal pada pria dan per vagino-abdominal pada wanita dilakukan di bawah
anastesi umum. Penebalan dinding buli, mobilitas, fiksasi, dan keras tidaknya tumor dapat
ditentukan. Palpasi bimanual dikerjakan dengan narkose umum (supaya otot buli-buli relaks)
pada saat sebelum dan sesudah reseksi tumor TUR buli-buli. Jari telunjuk
kanan melakukan colok dubur atau colok vagina sedangkan tangan kiri melakukan palpasi
buli-buli di daerah suprasimfisis untuk memperkirakan luas infiltrasi tumor. Kontribusi perawat
dalam pemeriksaan bimanual adalah untuk mengetahui apakah teraba tumor pada dasar
buli-buli dengan bantuan general anestesi sesuai prosedur.
2) Pemeriksaan Laboratorium
a. Laboratorium rutin.
1. Hb (untuk mengetahui adanya anemia)
Normal: M : 13-16 g/dl
F : 12-14 g/dl
b. Pemeriksaan Fungsi Faal Ginjal
1. BUN, eksresi urea yang tidak maksimal akan meningkatkan kadar nitrogen urea darah
(Joan dan Lyndon 2014)
Normal: 10-45 mg/dl
2. Kreatinin Serum, dapat mengukur kerusakan ginjal dengan baik dibandingkan dengan
kadar nitrogen serum, karena ganggguan ginjal yang berat dan persisten akan
menyebabkan peningkatan kreatinin yang signifikan (Joan dan Lyndon
2014)
Normal: M : 0,9-1,5 mg/dl
F : 0,7-1,3 mg/dl
c. Urinalisis
Pemeriksaan air seni untuk melihat adanya darah dalam air seni, khususnya yang kasat
mata. Selain itu juga untuk mengetahui adanya epitel, eritrosit, atau leukosit pada urin.
Pemeriksaan sitologi urin, memiliki sensitifitas 38-78%, dan meningkat pada tumor
tingkat tinggi. Kultur air seni dapat diperiksa untuk menyingkirkan adanya
infeksi atau peradangan.
d. Sitologi Urin, yaitu pemeriksaan sel-sel urotelium yang terlepas bersama
urin (biasanya nilai negatif palsu tinggi). Sitologi urin merupakan
pemeriksaan mikroskopik terhadap sel-sel didalam urin. pemeriksaan ini dilakukan untuk
mendiagnosis kanker saluran kemih. Sitologi urin juga dilakukan untuk penyaringan kanker
pada orang-orang resiko tinggi (misalnya perokok, pekerja petrokimia dan penderita
perdarahan tanpa rasa nyeri). Untuk penderita yang telah menjalani pengangkatan kanker
kandung kemih, sitologi digunakan untuk evaluasi dan follow up
e. Cell survey antigen study, yaitu pemeriksaan laboratorium untuk mencari sel antigen
terhadap kanker, bahan yang digunakan adalah darah vena.
f. Flow cytometri, yaitu mendeteksi adanya kelainan kromosom sel-sel urotelim.
3) Pemeriksaan Radiologi (Shenoy 2014)
a. BOF/ BNO (Buik Nier Overzicht)
Untuk mengetahui struktur dari kandung kemih bagus atau tidak.
Kontribusi perawat adalah:
1. Sebelum pemeriksaan anjurkan klien untuk makan bubur, bukan santan karena akan
memerlukan waktu penyerapan yang lama dan mengandung kolesterol.
2. Klien dipuasakan 6-8 jam
3. Dilakukan lavement/huknah/enema untuk mengurangi intepretasi kesalahan pada
gambaran kolon dan kandung kemih
b. IVP
Defek pengisian dalam buli, dilatasi ureter dapat ditemukan. Konstribusi perawat adalah
untuk melakukan pemeriksaan fungsi ginjal (BUN dan Kreatinin) dan pemeriksaan alergi
sebelum dilakukan tindakan.
c. Ultrasonografi
Merupakan pemeriksaan yang sangat bermanfaat yang dapat mendeteksi karsinoma buli.
Pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi adanya metastase hati. Kontribusi
perawat adalah menganjurkan klien untuk menahan kencing untuk mengetahui
perbedaan urin dan massa tumor.
d. CT Scan
Merupakan pemeriksaan pilihan terutama untuk mengetahui penyebaran penyakit.
Pemeriksaan CT scan bermanfaat khususnya untuk mengetahui adanya infiltrasi adanya
infiltrasi pada otot, jaringan prevesika serta prostat, dan dinding pelvik. Indikasi untuk
sitoskopi, antara lain:
1. Hematuria dengan IVP yang normal
2. Gejala klinis saluran kemih bagian bawah
3. Sel maligna dalam sitologi urine
e. MRI
Dapat memberikan keterangan tambahan mengenai penyebaran tumor. Jika tumornya
berupa kista, bisa diambil contoh cairan untuk dilakukan analisa. Aortografi dan
angiografi arteri renalis bisa dilakukan sebagai persiapan pembedahan untuk memberikan
keterangan tambahan mengenai tumor dan arteri renalis.
f. Sistoskopi
Sitoskopi merupakan pemeriksaan gold standart untuk menentukan lokasi lesi dan
mengambil biopsi yang sangat diperlukan untuk penatalaksanaan kasus lebih lanjut. Peran
perawat yaitu memantau adanya komplikasi pasca prosedur sistoskopi berupa perdarahan,
perforasi kandung kemih, dan infeksi. Perawat melakukan observasi terhadap perubahan
warna urin. Pasca dilakukan sistoskopi, urin normalnya berwarna merah muda karena
trauma saat memasukkan instrumen, tetapi bila ada perdarahan nyata harus segera
dilaporkan. Perawat memantau kecukupan asupan cairan klien untuk mencegah statis urin
dan obstruksi darah beku. Perawat memantau tanda-tanda vital klien secara teratur untuk
mendeteksi dini potensi adanya infeksi.
2.3.8 Penatalaksanaan Kanker Kandung Kemih

1) Hematuria
a. Dilakukan three way kateter untuk irigasi kandung kemih yang
mengalami perdarahan akibat massa dengan PZ 1000 cc.
Konstribusi perawat:
1. Monitoring irigasi
2. Monitoring balance cairan urin yang di tampung pada urin bag dikurangi
dengan cairan yang masuk {PZ}).
3. Evaluasi warna urin
4. Kondisi bladder
b. Oksigenasi karena kilen mengalami hiperventilasi
c. Transfusi + farmakologi (asam traneksamat serta vitamin K) untuk
penatalksaan perdarahan.
2) TURB-T (Trans-Urethral Resection of Bladder-Tumor)
Dilakukan reseksi untuk mengambil tumor. Jika terjadi perdarahan dilakukan tindakan
irigasi kandung kemih , jika urine tidak keluar , curiga adanya stone cell dan tatalaksana dengan
dilakukan spool.
3) Cystektomy radikal atau parsial
Sistektomi radikal yang diikuti dengan kemoterapi sistemik
(MVAC-
Methotrexate, Vinblastine, Adriamycin, Cisplatin). Sistektomi radikal merupakan pengangkatan
buli dengan lemak perisistikserta prostat dan vesikula seminalis, uretra pada priadan buli serta
lemak perisistik, serviks, uuterus, kubah vagina anterior, uretra dan ovarium pada wanita.
Sistektomi radikal merupakan suatu operasi mayor dengan angka mortalitas 3 sampai 8%.

4) Diversi Urine
Sistektomi radikal adalah pengangkatan kandung kemih dan jaringan sekitarnya (pada pria
berupa sistoprostatektomi) dan selanjutnya aliran urine dari ureter dialirkan melalui beberapa
cara diversi urine, antara lain: (Yosef, 2007)
a. Uretrosigmoidostomi, yaitu membuat anastomosis kedua ureter ke dalam sigmoid.
Cara ini sekarang tidak banyak dipakai lagi karena banyak menimbulkan penyulit.
b. Kondisi usus, yaitu mengganti kandung kemih dengan ileum sebagai penampung urin,
sengakan untuk mengeluarkan urine dipasang kateteer menetap melalui sebuah stoma.
Konduit ini diperkenalkan oleh Bricke pada tahun 1950 dan saat ini tidak banyak dikerjakan
lagi karena dianggap tidak praktis.
c. Diversi urin kontinen, yaitu mengganti kandung kemih dengan segmen ileum dengan
membuat stoma yang kontinen (dapat menahan urin pada volume tertentu). Urin
kemudian dikeluarkan melalui stoma dengan melakukan kateterisasi mandiri secara berkala.
Cara diversi urin ini yang terkenal adalah cara Kock pouch dan Indian pouch.
d. Diversi urin Orthotopic, adalah membuat neobladder dari segmen usus
yang kemudian dilakukan anastomosis dengan uretra. Teknik ini dirasa lebih fisiologis
untuk pasien, karena berkemih melalui uretra dan tidak memakai stoma
yang dipasang di abdomen. Teknik ini pertama kali diperkenalkan oleh Camey dengan
berbagai kekurangannya dan kemudian disempurnakan oleh Studer dan Hautmann.
5) Kemoterapi intra Buli
Kemoterapi intravesika pasca bedah dengan Thiotepa/Adriamycin/Mitomycin yang ditahan di
sisi dalam kandung kemih selama 1 jam, 6-8 serial seperti ini dengan interval setiap seminggu
diberikan untuk mengurangi angka kekambuhan.
2.3.8.1 Terapi Kanker Kandung Kemih
1) Karsinoma yang tidak melibatkan lapisan otot (Tis, Ta, T1)
a. Reseksi transuretra (TUR) tumor (basis/dasar tumor yang direseksi lalu diskrining
terhadap adanya tumor dengan pemeriksaan mikroskopik)
b. Kemoterapi intravesika pasca bedah dengan Thiotepa/Adriamycin/Mitomycin yang
ditahan di sisi dalam kandung kemih selama 1 jam, 6-8 serial seperti ini dengan interval
setiap seminggu diberikan untuk mengurangi angka kekambuhan.
c. Imunoterapi BCG atau interferon yang dberikan secara intravesika selama pasca- bedah
untuk mencegah kekambuhan tumor.
2) Lesi T2-T4
Sistektomi radikal yang diikuti dengan kemoterapi sistemik (MVAC-Methotrexate,
Vinblastine, Adriamycin, Cisplatin). Sistektomi radikal merupakan pengangkatan buli dengan
lemak perisistikserta prostat dan vesikula seminalis, uretra pada priadan buli serta lemak
perisistik, serviks, uuterus, kubah vagina anterior, uretra dan ovarium pada wanita. Sistektomi
radikal merupakan suatu operasi mayor dengan angka mortalitas 3 sampai 8%.
3) Setiap T, N1, M0 atau setiap T, N0, M1
Kemoterapi sistemik (MVAC) yang diikuti dengan terapi radiasi harus diberikan
4) Lesi kecil
Lesi kecil yang melibatkan otot pada kubah (dome) buli atau dinding posterolateral buli,
sistektomi parsial (reseksi segmental) bagian buli tersebut yang mengandung tumor dengan
ttepi buli yang sehat yang luas 2-3 cm. hal ini sebaiknya diikuti dengan
kemoterapi intravesika.
2.3.8.2 Peranan Radioterapi
1) Lokal
Jika lesi tidak anaplastik, berukuran 4 cm atau kurang, setelah eksisi diatermi terbuka,
dapat diberikan radioterapi.
a. Implantasi butiran emas 198Au

b. Kawat tantalum radioaktif 192Ta


2) Radioterapi yang dalam
Indikasi: karsinoma yang tidak berdiferensiasi
Dengan menggunakan Cobalt 60 atau aselerator linear
2.3.8.3 Kontrol Berkala
Semua pasien kanker kandung kemih harus mendapatkan pemeriksaan
secara berkala, dan secara rutin dialkukan pemeriksaan klinis, sitologi urine
serta sistoskopi. Jadwal pemeriksaan berkala itu pada:
1. Tahun I dilakukan setiap
3 bulan sekali,
2. Tahun II setiap 4
bulan sekali, dan
3. Tahun III dan seterusnya setiap
6 bulan sekali
2.3.9 Komplikasi
Komplikasi pembedahan meliputi peredaran dan infeksi, efek samping dari
radiasi dapat menimbulkan striktur pada ureter, uretra, atau kolon.
Komplikasi lain dikaitkan dengan daerah metastase penyakit.
1. Infeksi sekunder bil atumor mengalami ulserasi
2. Retensi urine bil atumor mengadakan invasi ke bladder neck
3. Hydronephrosis oleh karena ureter menglami oklusi

Das könnte Ihnen auch gefallen