Sie sind auf Seite 1von 17

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Sistem Pneumatik


Kata pneumatik berasal dari bahasa Yunani yaitu “pneumatikos” yang
terdiri dari kata dasar "pneu" yang berarti udara tekan dan "matik" yang berarti ilmu
atau hal-hal yang berhubungan dengan sesuatu. Sehingga pengertian lengkap dari
pneumatik adalah ilmu atau hal-hal yang berhubungan dengan udara bertekanan, di
mana udara yang dimampatkan adalah udara yang diambil dari udara lingkungan.
Dengan kata lain sistem pneumatik ini merupakan sistem yang menggunakan
tenaga dalam bentuk udara yang dimampatkan untuk menghasilkan efek gerakan
mekanis. Karena menggunakan udara terkompresi, maka sistem pneumatik tidak
dapat dipisahkan dengan kompresor, yang mana merupakan sebuah alat yang
berfungsi untuk menghasilkan udara bertekanan tersebut. Dalam penggunaan
sistem pneumatik, semuanya menggunakan udara sebagai fluida kerja dalam artian
bahwa udara mampat sebagai pendukung, pengangkut, dan pemberi tenaga
Pneumatik dibedakan ke dalam beberapa bidang menurut tekanan kerjanya,
diantaranya :
1. Pneumatik tekanan sangat rendah yaitu sekitar 1,00 bar – 1,1 bar.
2. Pneumatik tekanan rendah yaitu sekitar 1,2 bar – 2,0 bar.
3. Pneumatik tekanan menengah atau pneumatik tekanan normal yaitu sekitar 2
bar – 8 bar.
4. Pneumatik tekanan tinggi yaitu sekitar 8 bar ke atas.

2.2 Prinsip Kerja Sistem Pneumatik


Pada dasarnya, sistem pneumatik memanfaatkan udara bertekanan (udara
yang dimampatkan) untuk menghasilkan gerak mekanis. Tekanan udara di atmosfer
dinaikan oleh sebuah alat yang dinamakan dengan kompresor dan ditampung pada
tangki udara. Besarnya tekanan udara yang akan digunakan dapat diatur dengan
pressure regulator, yang mana nilainya dapat dilihat pada pressure gauge. Untuk
mengarahkan aliran udara ke aktuator, maka digunakanlah directional valve.

5
6

2.3 Keuntungan dan Kerugian Sistem Pneumatik


Keuntungan penerapan sistem pneumatik, yaitu sebagai berikut :
1. Udara yang digunakan sudah tersedia di alam sekitar dengan jumlah yang tidak
terbatas.
2. Udara bertekanan bersih, sehingga benda kerja maupun benda di sekitarnya
tidak akan kotor ketika ada kebocoran pada pipa.
3. Udara mudah disalurkan dari satu tempat ke tempat lain melalui pipa kecil,
panjang dan berliku.
4. Udara dapat digunakan pada temperatur tinggi ataupun rendah, sehingga bisa
disesuaikan dengan peralatan yang dirancang untuk keadaan tertentu.
5. Udara tidak akan menyala ketika ada percikan api, sehingga pneumatik ini
aman dari bahaya kebakaran.
6. Komponen-komponen pada sistem pneumatik ini memiliki konstruksi yang
kompak dan kokoh.
7. Memiliki beberapa macam tekanan kerja, sehingga dapat disesuaikan dengan
kebutuhan.
8. Dari segi kinerja, pneumatik ini lebih cepat dan responsif jika dibandingkan
dengan hidrolik.
9. Tahan terhadap pembebanan lebih.
10. Biaya perawatan lebih murah.

Sedangkan kerugian penerapan sistem pneumatik, yaitu sebagai berikut :


1. Sistem pneumatik menggunakan sistem terbuka, artinya udara yang digunakan
akan dibuang keluar dan akan menimbulkan suara bising.
2. Udara yang digunakan mudah mengembun, dan hal tersebut bisa merusak
komponen juga mengganggu kerja sistem.
3. Rawan terjadi kebocoran udara pada sistem, terutama pada sambungan-
sambungan dan diperlukan perapat berkualitas tinggi.
4. Silinder pneumatik memiliki kemampuan daya tekan yang terbatas, tergantung
besarnya diameter piston yang digunakan.
5. Sedikit sulit mewujudkan gerakan teratur saat terjadi pembebanan yang
berganti-ganti.
7

2.4 Komponen Sistem Pneumatik


1. Sumber Energi (Energi Supply)
Prinsip kerja dari sumber energi pada sistem pneumatik adalah
memampatkan udara untuk menghasilkan tenaga penggerak sistem. Untuk
komponen yang termasuk ke dalam sumber energi, yaitu sebagai berikut :
a. Kompresor (Air Compressor)
1) Prinsip Kerja Kompresor (Air Compressor)
Kompresor merupakan alat pemampat atau pengkompresi udara
yang digunakan sebagai penghasil udara bertekanan, di mana tekanannya
lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan udara luar (1 atm).

Gambar 2.1 Unit Kompresor


(Sumber : https://qtussama.files.wordpress.com/2012/01/kompresor-
2.jpg)

Prinsip kerja kompresor yaitu jika torak bergerak dari TMA (Titik
Mati Atas) ke TMB (Titik Mati Bawah), tekanan pada silinder akan turun
sampai di bawah tekanan atmosfer. Sehingga udara masuk melalui katup
isap yang terbuka. Setelah udara masuk pompa kemudian torak bergerak
dari TMB (Titik Mati Bawah) ke TMA (Titik Mati Atas), sehingga
volumenya menjadi kecil (tekanan udara naik). Kemudian katup keluar
terbuka dan udara bertekanan tersebut dialirkan ke tangki penyimpanan.
8

2) Jenis-jenis Kompresor
Kompresor terdiri dari beberapa jenis dengan kontruksi yang
berbeda. Berikut ini merupakan jenis-jenis kompresor, diantaranya:
a) Kompresor Torak
Kompresor torak terdiri dari beberapa jenis, diantaranya kompresor
torak dan kompresor membran (diaphragm).

Gambar 2.2 Kompresor Membran


(Sumber : http://airbrush-kompressor.com/der-membrankompressor-als-
airbrush-kompressor/)

Gambar 2.3 Kompresor Torak


(Sumber : https://qtussama.files.wordpress.com/2012/01/pengeluaran-
kompresi.jpg)
9

b) Kompresor Piston Putar


Pada kompresor jenis ini, udara dimampatkan dengan torak yang
berputar dan tekanan udaranya bertambah. Operasinya halus tetapi
tekanannya tidak sebesar kompresor torak dengan multi tahap. Jenis-jenis
dari kompresor ini diantaranya kompresor sudu geser, kompresor sekrup
dan kompresor jenis roots blower.

Gambar 2.4 Kompresor Sudu Geser


(Sumber : http://enda-wahyu.blogspot.com/p/blog-page_3907.html)

c) Kompresor Aliran (Turbin)


Kompresor aliran menghasilkan volume udara yang banyak dengan
penambahan tekanan rendah. Udara dipercepat oleh daun baling-baling
kompresor, tetapi penambahna tekanan rendah (kira-kira 1,2 kali tekanan
masuk per langkah). Sehingga kompresor jenis ini digunakan untuk
pemakaian yang membutuhkan kapasitas besar dengan tekanan rendah.

Gambar 2.5 Kompresor Aliran Aksial


(Sumber : https://topspeedindonesia.blogspot.com/2016/10/fungsi-dan-
macam-macam-kompresor-pada.html)
10

Sedangkan berdasarkan sistem kerjanya, kompresor dibedakan


menjadi kompresor kerja tunggal dan kompresor kerja ganda.

Gambar 2.6 Kompresor Kerja Tunggal


(Sumber : http://haka2884.blogspot.com/2013/11/kompresor-torak-
meteri-konversi-energi.html)

Gambar 2.7 Kompresor Kerja Ganda


(Sumber : https://qtussama.files.wordpress.com/2012/01/kompresor-kerja-
ganda.jpg)

3) Cara Kerja Kompresor Kerja Tunggal


Langkah pertama adalah langkah isap, di mana torak bergerak ke
bawah oleh tarikan poros engkol. Di dalam ruang silinder tekanan menjadi
vakum di bawah 1 atmosfir, katup isap terbuka karena perbedaan tekanan
dan udara masuk ke dalam ruang di atas torak. Kemudian torak bergerak
ke atas, katup isap tertutup dan udara dimampatkan. Karena tekanan udara,
katup keluar menjadi terbuka dan udara bertekanan keluar melalui lubang
pengeluaran tersebut.
11

Gambar 2.8 Cara Kerja Kompresor Kerja Tunggal


(Sumber : M. Syarif, 2013)

4) Cara Kerja Kompresor Kerja Ganda


Proses kerjanya tipe kompresor kerja ganda yaitu pada setiap
gerakannya terjadi langkah penghisapan dan pengkompresian secara
sekaligus.

Gambar 2.9 Cara Kerja Kompresor Kerja Ganda


(Sumber : http://1.bp.blogspot.com/-ZtUqOLLAJr0/UzjWQz1PlFI/AAA
AAAAABM4/-BejiCtCUHU/s1600/kompresor+2.jpg)

Saat torak bergerak ke arah (A), maka terjadi pemampatan udara


pada ruang (A). Udara bertekanan yang dihasilkan mampu mendorong
katup keluar (A) sampai terbuka dan udara pun keluar melalui lubang
pengeluaran tersebut. Pada saat yang bersamaan, terjadi kevakuman pada
ruang (B), sehingga katup masuk (B) terbuka dan udara dari saringan akan
masuk ke ruang (B).
12

Setelah itu, torak akan bergerak ke arah (B) dan akan terjadi
pemampatan udara pada ruang (B). Katup keluar (B) terbuka, terdorong
oleh udara bertekanan dan udara pun keluar melalui lubang pengeluaran
tersebut. Pada saat yang bersamaan, terjadi kevakuman pada ruang (A),
sehingga katup masuk (A) terbuka dan udara dari saringan akan masuk ke
ruang (A).

5) Penggunaan Kompresor
Dalam kehidupan sehari-hari, udara bertekanan digunakan untuk
mengisi ban mobil atau sepeda motor, memompa bola, membersihkan
saringan udara kendaraan bermotor dan manfaat lainnya. Sedangkan di
industri, penggunaan kompresor banyak digunakan untuk mesin
pneumatik. Khusus untuk pemakaian yang tetap, biasanya kompresor
dipasang permanen. Dan untuk mendapatkan anti getaran, kompresor
dipasang di tempat yang jauh, bahkan menggunakan pondasi terpisah.

b. Tangki Udara (Recervoir Tank)


Komponen ini berfungai untuk menyimpan udara bertekanan, mencegah
ketidakstabilan suplai udara ke aktuator, menstabilkan kerja kompresor agar
tidak terlalu sering mematikan dan menyalakannya lagi. Tangki udara ini
memudahkan desain sistem dalam menempatkan kompresor jika diharusakan
penempatan aktuator pneumatik yang jauh dengan kompresor.

c. Unit Persiapan Udara (Air Service Unit)


Komponen-komponen ini digunakan untuk mempersiapkan udara
bertekanan, mencakup beberapa komponen berikut:
1) Saringan udara (air filter), berfungsi untuk memisahkan semua kotoran
pada udara yang masuk.
2) Pengatur tekanan udara (pressure regulator), berfungsi untuk menjaga
tekanan kerja yang dialirkan ke jaringan pneumatik selalu konstan (relatif).
3) Pelumas udara bertekanan, berfungsi untuk menyalurkan oil (pelumasan)
yang berupa kabut dalam jumlah yang dapat diatur.
13

d. Unit Penyalur Udara (Air Distribution Unit)


Komponen ini digunakan untuk menyalurkan udara bertekanan ke
komponen-komponen pneumatik. Sebuah pipa berbahan dasar logam, plastik
ataupun karet yang disesuaikan dengan kebutuhan. Diameter pipa yang
digunakan bermacam-macam, tergantung dari desain dan tujuan penggunaan
sistem pneumatik tersebut. Misalnya untuk sebuah sistem pneumatik besar
(menggunakan lebih dari dua aktuator), pada area sistem suplai (area kompresor
dan tangki) digunakan pipa berdiameter lebih besar daripada yang digunakan
pada area aktuator. Namun jika sistem pneumatiknya kecil (hanya untuk
menggerakkan satu aktuator), maka diameter pipa yang digunakan pun akan
seragam di semua bagian.

2. Aktuator (Actuator)
Aktuator merupakan salah satu output sistem pneumatik, yang mana
aktuator ini mengubah energi suplai menjadi energi kerja yang dimanfaatkan.
diantaranya seperti silinder kerja tunggal, silinder kerja ganda.
Jenis-jenis aktuator pada sistem pneumatik dibedakan menjadi 2
kelompok, yaitu:
1) Gerakan Lurus (Gerakan Linear)

Gambar 2.10 Simbol Aktuator Gerakan Lurus


(Sumber : https://maswie2000.files.wordpress.com/2007/11/screenhunter_10-
nov-03-2032.gif)
14

a) Silinder Kerja Tunggal (Single Acting Cylinder)


Silinder kerja tunggal mempunyai piston seal tunggal yang
dipasang pada sisi suplai udara bertekanan. Seal terbuat dari bahan
fleksibel dan dipasang pada torak yang terbuat dari material logam atau
plastik. Selama pergerakan, permukaan seal bergeser dengan permukaan
silinder.

Gambar 2.11 Konstruksi Silinder Kerja Tunggal


(Sumber : https://maswie2000.files.wordpress.com/2007/11/screenhunter_
13- nov-03-2033.gif)

Keterangan:
(1) Rumah silinder
(2) Lubang masuk udara bertekanan
(3) Torak
(4) Batang torak
(5) Pegas pengembali
Dengan memberikan udara bertekanan pada satu sisi permukaan
piston, maka sisi yang lain terbuka ke atmosfir. Kerja dari silinder jenis ini
hanya bisa memberikan gaya kerja ke satu arah. Gerakan torak kembali
masuk terdorong oleh gaya pegas yang ada di dalam silinder. Pada silinder
kerja tunggal dengan pegas, langkah silinder dibatasi oleh panjang pegas.
15

b) Silinder Kerja Ganda (Double Acting Cylinder)


Secara umum, konstruksinya sama dengan silinder kerja tunggal,
tetapi tidak dilengkapi dengan pegas pengembali. Silinder kerja ganda ini
memiliki dua buah saluran (saluran pemasukan dan saluran pembuangan).

Gambar 2.12 Konstruksi Silinder Kerja Ganda


(Sumber : https://maswie2000.files.wordpress.com/2007/11/screenhunter
_14-nov-03-2036.gif)

Keterangan :
(1) Batang/rumah silinder.
(2) Saluran masuk.
(3) Saluran keluar.
(4) Batang torak.
(5) Seal.
(6) Bantalan.
(7) Torak.
Silinder terdiri dari tabung silinder dan penutupnya, torak dengan
seal, batang torak, bantalan, ring pengikis dan bagian penyambungan.
Biasanya tabung silinder terbuat dari tabung baja tanpa sambungan yang
dikerjakan secara presisi. Untuk aplikasi khusus tabung silinder bisa dibuat
dari aluminium, kuningan dan baja yang dilapisi chrom keras pada
permukaan yang bergeser. Penutup akhir tabung adalah bagian paling
penting, terbuat dari bahan cetak seperti aluminium besi tuang. Kedua
penutup dipasangkan pada tabung silinder, diikat dengan baut dan mur.
16

Untuk batang torak terbuat dari baja yang tahan terhadap temperatur
tinggi dan tentunya untuk menghindari korosi dan menjaga kelangsungan
kerjanya, batang torak harus dilapisi chrom. Sedangkan Seal ring dipasang
pada ujung tabung untuk mencegah kebocoran udara. Bantalan penyangga
gerakan batang torak terbuat dari PVC, atau perunggu. Di depan bantalan
ada sebuah ring pengikis yang berfungsi mencegah debu dan butiran kecil
yang akan masuk ke permukaan dalam silinder.
Dengan memberikan udara bertekanan pada salah satu sisi
permukaan torak (arah maju) dan sisi yang lain (arah mundur) terbuka ke
atmosfir, maka gaya diberikan pada sisi permukaan torak tersebut.
Sehingga batang torak terdorong keluar sampai mencapai posisi maksimum
dan berhenti. Begitu juga sebaliknya, jika udara bertekanan diberikan pada
sisi yang lain, maka akan menghasilkan arah yang berlawanan.
Salah satu keuntungan dari penggunaan silinder kerja ganda yaitu
dapat dibebani pada kedua arah gerakan batang toraknya. Hal ini
memungkinkan pemasangannya yang lebih fleksibel.
2) Gerakan Putar
a) Motor Udara
b) Aktuator yang Berputar (Ayun)

Gambar 2.13 Simbol Aktuator Gerakan Putar


(Sumber : https://maswie2000.files.wordpress.com/2007/11/screenhunter_12-
nov-03-2033.gif)
17

3. Elemen Kontrol (Control Element)


Elemen kontrol merupakan komponen pneumatik yang digunakan untuk
mengendalikan tekanan atau aliran (flow rate) dari udara mampat yang akan
disalurkan ke komponen pneumatik lain sebagai input atau pada aktuator. Untuk
jenis-jenis elemen kontrol, yaitu :
a) Katup satu arah (non-return valves), berfungsi untuk menyalurkan udara
dari satu sisi dan menghambat yang datang dari sisi lain.

Gambar 2.14 Non-Return Valves


(Sumber : https://www.hydraulic-shop.co.uk/1-bsp-hydraulic-non-return-
valve-2777-p.asp)

Gambar 2.15 Simbol Non-Return Valves


(Sumber : https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Symbol_Check_valve_
(spring-tensioned).svg)

b) Katup kontrol aliran (flow control valves), berfungsi untuk mengatur


besarnya volume udara mampat yang ingin dialirkan baik satu arah maupun
dua arah. Sehingga kecepatan silinder dapat diatur sesuai kebutuhan.

Gambar 2.16 Throttle Valve


(Sumber : https://www.pneumaticstore.uk/6mm_Pneumatic_Throttle_Valve_
Flow_Control/p4604790_17175796.aspx)
18

Gambar 2.17 Simbol Throttle Valve


(Sumber : https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Symbol_Throttle_valve_
(cross_section_setable).svg)

Gambar 2.18 One-Way Flow Control


(Sumber : https://datasheets.globalspec.com/ds/2609/Festo/DB3C4ACA-
BB27-4D7E-922C-EFAFFB51222C)

Gambar 2.19 Simbol One-Way Flow Control


(Sumber : https://www.landefeld.com/artikel/en/one-way-flow-control-g-
18stainless-steel-eco-/DR%2018%20ES%20E)

c) Katup kontrol tekanan (pressure control valves), berfungsi untuk mengatur


atau memanipulasi tekanan udara mampat.

Gambar 2.20 Pressure Control Valves


(Sumber : https://www.omega.ca/pptst_eng/V72G.html)
19

Gambar 2.21 Simbol Pressure Control Valves


(Sumber : http://www.sardignalibera.net/symbol-for-control#)

4. Elemen Masukan (Input Element)


Elemen masukan merupakan komponen yang menghasilkan sinyal
kepada sistem, sebagai masukan untuk menjalankan langkah sistem. Yang
termasuk ke dalam elemen masukan diantaranya seperti sensor, tombol, pedal,
roller dan sebagainya.
Berikut ini merupakan beberapa sensor-sensor yang digunakan dalam
sistem pneumatik, diantaranya sensor proximity dan sensor non proximity.
Sensor proximity merupakan salah satu jenis sensor yang aktif tanpa ada
kontak langsung dengan aktuator. Berikut ini merupakan yang termasuk ke
dalam jenis sensor proximity, diantaranya :
a) Sensor kapasitif, berfungsi untuk mendeteksi ada atau tidak adanya suatu
benda yang bekerja berdasarkan perubahan muatan energi listrik yang dapat
disimpan oleh sensor akibat perubahan jarak lempeng, perubahan luas
penampang dan perubahan volume dielektrikum sensor kapasitif tersebut.

Gambar 2.22 Simbol Sensor Kapasitif


(Sumber : https://symbols.radicasoftware.com/category/Proximity-
Sensors.html)
20

b) Sensor induktif, berfungsi untuk mendeteksi benda-benda logam yang


berada dala jangkauannya walaupun terhalang benda non-besi.

Gambar 2.23 Simbol Sensor Induktif


(Sumber : https://symbols.radicasoftware.com/category/Proximity-
Sensors.html)

c) Sensor optik, berfungsi untuk menangkap atau mengumpulkan informasi


mengenai kondisi lingkungan di sekitar sensor dengan bantuan cahaya.
Komponen dalam pembuatan sensor optik yaitu light dependent resistor
(LDR), photo-diode, dan photo-transistor. Untuk memahami sistem kerja
sensor optik, dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 2.24 Sistem Kerja Sensor Optik


(Sumber : http://www.robotics-university.com/2014/11/sensor-optik.html)

Jika pada rangkaian (A) diharapkan tegangan keluaran sebesar 5 volt


(Vout = 5 volt), maka tekan saklar S1. Sebaliknya jika diharapkan tegangan
keluaran sama dengan nol (Vout = 0 volt), maka saklar S1 tidak ditekan.
21

Sedangkan untuk sensor optik (B) sendiri secara prinsip sama, hanya saja
peran (proses switching) komponen saklar mekanik (S1) digantikan oleh
komponen optik (photo-diode, D1).

d) Sensor magnetik, digunakan untuk mendeteksi benda-benda yang memiliki


atau mengandung unsur magnetik dan bekerja ketika jenis konduktor berada
atau mempengaruhi keberadaan medan magnet sehingga magnet dapat
tertarik atau tertolak sesuai pengaruh yang diberikan.

Gambar 2.25 Simbol Sensor Magnetik


(Sumber : https://symbols.radicasoftware.com/symbol/JIC/S68/Proximity-
Sensor-Magnetic.html)

Sedangkan sensor non proximity merupakan jenis sensor yang mana


berhubungan langsung dengan aktuator, misalnya adalah roller switch. Di mana
sensor ini akan mendeteksi penekanan pada roller tersebut dan kerja sensor
jenis ini sama seperti saklar biasa.

Gambar 2.26 Simbol Roller Switch


(Sumber : https://symbols.radicasoftware.com/stencil/IEC.html)

Das könnte Ihnen auch gefallen